ASPEK ETIK DALAM KOMIK DAN PEMANFAATAN KOMIK DALAM PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASPEK ETIK DALAM KOMIK DAN PEMANFAATAN KOMIK DALAM PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 ASPEK ETIK DALAM KOMIK DAN PEMANFAATAN KOMIK DALAM PEMBELAJARAN Oleh : Kuswara ABSTRAK Pembaca umumnya memberi tanggapan atas pelanggaran etika yang menonjol dan sangat bertentangan dengan norma sosial serta agama, seperti sopan santun anak kepada orang tua dan guru, memaksa kehendak kepada orang lain, perilaku mabuk, serta perilaku dan gambar porno. Pelanggaran EPK seperti aspek kekerasan, bahasa yang kasar, dan lainnya dianggap hal yang wajar dan lucu oleh sebagian besar pembaca komik. Pembaca komik belum memberi perhatian terhadap etika dalam kedisiplinan, cinta budaya sendiri, dan perilaku kepada lingkungan/hewan. Padahal, peneliti berpendapat bahwa ketiga bentuk etika tersebut dapat dijadikan bahan pendidikan yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dari kegiatan membaca komik. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pelanggaran EPK dalam unsur cerita, gambar, dan bahasa pada komik terjemahan serta komik Indonesia. Kata Kunci : Etika Penulisan Komik (EPK) A. Pendahuluan Komik sebagai bahan bacaan sampai saat ini masih belum diterima keberadaannya secara menyeluruh oleh masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan. Pada masa tahun 70-an, komik dianggap sebagai buah terlarang seperti diungkapkan oleh Bonneff (1998 : 3). Kalangan pendidik masih ada yang beranggapan bahwa membaca komik tidak mempertajam daya kreativitas dan imajinasi anak. Komik kita sendiri pun pernah mengalami perlakuan yang buruk, yakni dituduh sebagai biang kemalasan dan merusak jiwa anak. Kenyataan yang penulis temukan adalah walaupun komik tidak begitu akrab dengan dunia pendidikan, tetapi penulis dapat menjumpai digunakannya unsur-unsur komik dalam pelajaranpelajaran tertentu di sekolah. Dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD dan SLTP misalnya, dapat kita jumpai adanya materi mengarang berdasarkan rangkaian gambar-gambar suatu kejadian. Rangkaian gambar-gambar tersebut tentulah komik karena unsur utama sebuah komik adalah gambar. Jadi, pemanfaatan unsur komik dalam dunia pendidikan sudah lama terjadi walaupun dunia pendidikan di Indonesia alergi dengan komik. Penelitian yang penulis lakukan bertujuan mendeskripsikan komik-komik yang banyak dibaca oleh anak SLTP dan aspek Etika Penulisan Komik (EPK) dalam komik-komik tersebut. Selanjutnya, berdasarkan hasil angket dan kajian aspek EPK dalam komik, penulis akan membandingkan aspek EPK dalam komik terjemahan dan komik Indonesia yang banyak dibaca oleh anak-anak. Selain itu dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan model pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan memanfaatkan komik sebagai media pembelajaran. Ada tiga unsur dalam komik yang dikaji dalam penelitian ini, yakni unsur cerita (kejadian), gambar, dan bahasa (dialog) komik. B. Komik Beberapa istilah digunakan para ahli untuk komik. Bonneff menyebutkannya dengan istilah sastra gambar (1998 : 7), sedangkan McCloud mengacu kepada 12

2 pendapat ahli komik Amerika lainnya Will Eisner menggunakan istilah sequential art (seni berturutan) (2001 : 5). Selain itu, beberapa ahli dan sumber lain menggunakan istilah comic strip (Franz & Meir, 1994 : 54; Bundhowi, KIPBIPA : 1999; The Enciclopedia Americana, 1986 : 370). Istilah komik strip umumnya digunakan untuk membedakan komik (satu seri gambar) dengan kartun (satu gambar lucu). Sumber dan ahli lain (Ensiklopedi Indonesia, tanpa tahun : 1838; Ajidarma, Kalam : Juni 2000) menggunakan istilah cerita bergambar untuk komik. McCloud memberi definisi yang luas tentang komik, yakni Juxtaposed pictorial and other images in deliberate sequence intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the vieuwer (1993 : 9). McCloud menyatakan bahwa komik adalah gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjukstaposisi dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Dari batasan di atas McCloud membagi komik atas dua komponen, yakni pictorial images (citraan gambar) dan other images (citraan lain, seperti huruf dan kata). Kedua komponen tersebut ditampilkan secara statis dan diletakkan sebelahmenyebelah berurutan (juxtaposed). Ditampilkan statis maksudnya bahwa gambar komik bukanlah gambar yang bergerak seperti dalam sebuah film animasi, sedangkan sebelah-menyebelah mengandung makna bahwa gambar itu diurutkan sehingga membentuk satu rangkaian cerita. Definisi McCloud bila dikaji memiliki kesamaan dengan batasan komik dalam Ensiklopedi Indonesia (tanpa tahun : 1838), yaitu Cerita berupa rangkaian gambar yang terpisah-pisah, tetapi berkaitan dalam isi; dapat dilengkapi dengan maupun tanpa naskah. Ciri-ciri komik yang diungkapkan dalam Ensiklopedi Indonesia memiliki kesamaan dengan batasan McCloud, tetapi terdapat perbedaan dalam keberadaan komponen selain gambar. Definisi terakhir tidak mensyaratkan keharusan keberadaan teks dalam komik. Definisi komik dalam buku Groot Woordenboek van de Nederlandse Taal (1984 : 2800) adalah cerita bergambar yang terdiri dari tiga atau empat kotak gambar yang diletakkan berdampingan, seperti banyak terdapat dalam harian atau mingguan. Dua hal yang terdapat dalam definisi tersebut, yaitu bentuk komik dan media terbitnya. Definisi komik di atas senada dengan definisi komik yang terdapat dalam The Encyclopedia Americana (1986: 370), yakni cartoons arranged either in a single panel or in several boxes (in which case they are called comics strip ), which are popular feature of most American newspapers. Apabila dikaji tampak bahwa kedua definisi di atas sangat terbatas pada komik yang diterbitkan di media massa. Hal ini memang dapat dimaklumi karena pada awal keberadaannya adalah di surat kabar dan merupakan salah satu upaya penerbit untuk meningkatkan oplah. Sumber lain Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi definisi komik yang mencakup berbagai media komik, seperti seperti majalah, koran, dan buku, tetapi memberikan pembatasan pada isi komik. Komik adalah Cerita bergambar (dl majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yg umumnya mudah dicerna dan lucu (1997 : 515). Batasan tersebut lebih mengacu pada pemahaman masyarakat luas tentang komik sebagai hiburan melalui cerita-cerita lucunya. Definisi ini kurang memperhatikan perkembangan cerita-cerita komik yang tidak hanya berisi kelucuan, tetapi juga hal-hal yang serius, seperti cerita dalam komik remaja, komik petualangan, komik sejarah. Jenis-jenis komik terakhir ini menceritakan masalah secara serius bahkan menegangkan dan menyeramkan. Bonneff (1998 : 48) membedakan komik menjadi beberapa jenis, yaitu komik buku, komik majalah, komik bersambung di harian dan majalah, serta buku pelajaran bergambar, dan brosur propaganda. Berdasarkan media yang digunakan komik dan pembedaan komik menurut Bonneff di 13

3 atas, penulis dapat membaginya menjadi dua macam, yakni komik buku (sebuah buku komik yang berisi cerita) dan komik koran/majalah (komik yang terdiri atas beberapa kotak gambar). Pembahasan bentuk komik selanjutnya akan mengacu pada komik yang berbentuk buku. Bahasa yang digunakan komik memberikan sejarah sendiri bagi budaya Indonesia. Bonneff berpendapat (1998 : ) bahwa komik, khususnya komik wayang, memberi andil yang cukup besar dalam menyebarkan bahasa Indonesia baku di kalangan anak-anak. Lebih lanjut Bonneff menerangkan bahwa dua peranan komik yang penting dalam budaya masyarakat Indonesia adalah dalam pembentukan kebiasaan membaca dan keberadaan komik sebagai alat penyebarluasan bahasa Indonesia, seperti karya sastra lain di wilayah yang bahasa ibu penduduknya bukan bahasa Melayu. Meskipun demikian, sejak dulu hingga sekarang kritik masyarakat terhadap bahasa komik tetap gencar. Bahasa komik dikritik karena menggunakan bahasa Indonesia yang sembarangan. Selanjutnya Bonneff (1998 : ) menyatakan bahwa bahasa dalam komik memiliki karakter sebagai berikut : 1) fungsi bahasa untuk memberi komentar action, 2) fungsi bahasa dalam dialog yang repliknya ditempatkan dalam balon (atau di samping), 3) fungsi bahasa dalam mengungkapkan perasaan (interjeksi), 4) fungsi bunyi-bunyian, terkadang gambar pun mengungkapkan bunyi. Seperti yang telah penulis paparkan pada poin 4 di atas bahwa teks atau other images dapat berupa simbol, huruf, tanda baca, kata, atau kalimat. Ada beberapa bentuk simbol (McCloud menggunakan istilah ikon) yang digunakan dalam komik. Dialog dalam komik dimuat dalam wadah berbentuk bingkai. Ahli lain menggunakan istilah balon kata (Bonneff, 1998 : 8; McCloud, 2001 : 134). C. Pembahasan Masalah Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa bentuk komik yang umumnya beredar di Indonesia umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yakni komik ukuran pocket book (12 x 17 Cm) dan ukuran kuarto (20 x 27,5 Cm). Bentuk pocket book umumnya digunakan oleh komik-komik Jepang yang saat ini membanjiri pasar komik di Indonesia. Komik ukuran kuarto dan folio umumnya berasal dari Amerika atau Perancis. Berdasarkan hasil jawaban angket didapat fakta bahwa komik sudah menjadi bacaan bagi hampir seluruh responden. Hanya sepuluh anak (1,9 %) dari 512 responden yang menyatakan belum pernah membaca komik. Lima judul komik yang paling banyak dibaca dan disenangi responden, yakni : 1) Doraemon (nomor 45) karya Fujiko F. Fujio 2) Detektif Conan (nomor 28) karya Aoyama Gosho dan Yamagishi Eiichi 3) Crayon Sinchan (nomor 17) karya Yoshito Usui 4) Dragon Ball (nomor 42) karya Akira Toriyama, dan 5) Kobo Chan (nomor 52) karya Masashi Ueda. Komik Indonesia tidak dapat diperhitungkan kemunculannya karena angka yang muncul sangat kecil dari jawaban responden. Untuk komik Indonesia yang akan dikaji, penulis berpedoman pada judul-judul komik dari hasil angket dan dipadukan dengan data komik Indonesia dari Toko Buku Gramedia Bandung sehingga dihasilkan judul-judul berikut: 1) Kisah Nabi Muhammad SAW : Perang di Jalan Allah karya Nur Wahidin, 2) Sangkuriang karya R.A. Kosasih, 3) Aladdin : Jango Telah Tiada karya Eka Wardhana, 4) Si Lender karya P-Project, dan 5) Ophir : Sic Transit Gloria Mundi (nomor 4) karya Andriani. Tema-tema cerita yang diangkat dalam seluruh komik terjemahan yang banyak dibaca responden seluruhnya mengambil tema sederhana yang berasal dari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh yang ditampilkan 14

4 pun tokoh bukan tokoh yang istimewa. Hanya pada komik Detektif Conan dan Dragon Ball ditampilkan tokoh yang istimewa karena memiliki kelebihan dalam menganalisis fakta-fakta kejadian (Detektif Conan) dan kemampuan supranatural (Dragon Ball). Hal ini berbeda sekali dengan komik Indonesia yang seluruhnya menampilkan peristiwa-peristiwa besar dengan tokoh-tokoh yang istimewa. Kreativitas dalam penciptaan cerita komik pada komikus Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan komikus Jepang, seperti yang tampak pada perbandingan jumlah halaman untuk komik Jepang dan komik Indonesia. Selain itu tampaknya komikus Indonesia selalu membutuhkan peristiwa besar dan tokoh istimewa untuk menulis sebuah komik. Selain komik Kisah Nabi Muhammad SAW : Perang di Jalan Allah, seluruh profil tokoh utama yang ditampilkan dalam komik-komik Indonesia masih sangat terpengaruh oleh gambaran tokoh dari cerita rakyat Indonesia, yakni tampan, gagah, baik, dan memiliki kemampuan yang istimewa. Selain itu, seluruh tokoh utama dalam komik Indonesia adalah orang dewasa dengan problematika yang ada pada manusia dewasa. Tidak seperti komik Jepang yang banyak menampilkan tokoh utamanya sebagai anak-anak yang memiliki berbagai kelemahan dengan masalah seputar kehidupan anak-anak. Berkenaan dengan gambar komik, seluruh komik yang banyak dibaca oleh anak-anak menggunakan model bahasa atau kartun dalam menggambarkan tokohtokohnya. Model ini mendukung cerita komik-komik tersebut yang pada umumnya berupa cerita humor. Penulis berpendapat bahwa model bahasa atau kartun ini cocok dengan dunia anak-anak. Penulis berpendapat bahwa kualitas gambar komik kurang berpengaruh terhadap minat baca anak-anak terhadap komik tersebut sebab terbukti pada komik Crayon Sinchan yang kualitas gambarnya kurang bagus, tetapi menduduki peringkat ketiga dari juduljudul komik yang banyak dibaca responden. Dari lima judul komik yang paling banyak dibaca oleh responden, komik yang paling banyak melakukan pelanggaran EPK adalah komik Crayon Sinchan, sedangkan komik yang paling sedikit melakukan pelanggaran EPK adalah komik Kobo Chan. Dari sepuluh juduk komik yang penulis kaji, bentuk pelanggaran EPK yang paling banyak terjadi pada unsur gambar, terutama dalam penggambaran kejadian sadis dan kekerasan yang berlebihan dan gambar tokoh telanjang ataupun memperlihatkan aurat tokoh. Tampaknya kenyataan ini relevan dengan salah satu kritik yang dilontarkan masyarakat selama ini terhadap komik, yaitu banyak menampilkan kekerasan dan kebrutalan dalam adegan cerita. Pelanggaran EPK pada unsur kejadian menduduki peringkat kedua dengan bentuk pelanggaran yang paling banyak terjadi pada aspek kejadian yang bertentangan dengan norma yang telah ada dalam masyarakat saat ini, seperti hormat dan santun kepada orang tua serta guru. Pelanggaran EPK pada unsur bahasa paling banyak berupa dialog yang berisi sumpah serapah dan dialog yang mengarah pada kekerasan yang berlebihan. Banyaknya sumpah serapah dalam dialog komik memang merupakan salah satu kritik dan keluhan yang disampaikan kalangan orang tua dan pendidik terhadap bahasa komik sejak dahulu. Komik-komik terjemahan secara umum telah memperhatikan pembacanya, yakni kalangan anak-anak. Hal ini dapat diperhatikan pada tokoh dan peristiwa yang diangkat dalam komik terjemahan. Sedangkan komik-komik Indonesia kurang memperhatikan pembaca dari kalangan anak-anak karena tokoh dan peristiwa yang diangkat tidak dari kehidupan anak-anak. Peneliti dapat mencatat ada tiga aspek pendidikan yang ditampilkan dalam komik terjemahan, yakni pendidikan kedisiplinan, cinta budaya sendiri, dan melestarikan lingkungan/hewan. Ketiga aspek pendidikan ini tidak penulis temukan 15

5 dalam komik Indonesia. Komik-komik terjemahan sangat memperhatikan aspek kedisiplinan dan budaya dalam ceritaceritanya. Penegakkan disiplin diri (dalam belajar, tugas, kebersihan, sopan santun di rumah, dsb.) sangat ditanamkan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam cerita komik (dalam komik Doraemon, Crayon Sinchan, Kobo Chan). Etika dalam kedisiplinan diri yang digambarkan dalam komik terjemahan (Jepang) sesuai dengan etika masyarakat Indonesia dan patut ditiru oleh pembaca komik tersebut. Hal ini menggambarkan upaya masyarakat Jepang menanamkan kedisiplinan pada anak-anak sejak usia kecil. Tidak ada toleransi dalam hal penegakkan disiplin, seperti yang digambarkan dalam komik Doraemon dan Crayon Sinchan. Komik-komik Indonesia tidak memperhatikan sama sekali aspek kedisiplinan diri karena tidak ada satu pun peristiwa yang menampilkan aspek tersebut. Malahan, terdapat dua kejadian yang tidak sesuai dengan etika kedisiplinan, yakni kejadian tokoh yang kencing di jalan dalam komik Si Lender. Tampaknya komikus Indonesia hanya menggunakan komik untuk sumber hiburan pembaca semata tanpa berupaya menjadikan komik sebagai salah satu media pembelajaran bagi pembaca, khususnya anak-anak. Komikkomik Indonesia lebih memperhatikan pembaca dewasa daripada anak-anak. Kenyataan dalam komik Indonesia tersebut tampak sama dengan hasil penelitian Damly (PPS UI, 1991) terhadap komik-komik di Republik Federasi Jerman yang umumnya bukan untuk konsumsi anak-anak, tetapi lebih tepat untuk orang dewasa. Selain aspek etika disiplin, komikkomik Jepang telah berupaya memperkenalkan dan menanamkan cinta budaya sendiri pada pembacanya. Hal ini tampak dari berbagai perayaan tradisional Jepang yang dijadikan latar peristiwa dalam komik. Kebanggaan akan budaya sendiri telah ditanam sejak usia anak-anak. Tidak ada kejadian atau pun dialog yang berisi ejekan atau kecaman oleh tokoh dalam komik atas budaya mereka sendiri. Selain menanamkan kecintaan akan budaya sendiri, komik Jepang telah berupaya memupuk budaya untuk maju, yakni melalui benda-benda modern yang dikeluarkan dari kantong tokoh Doraemon. Penanaman rasa cinta budaya sendiri tidak peneliti temukan dalam komik Indonesia. Malah komikus Indonesia bangga dengan budaya luar, seperti yang ditampilkan dalam komik Si Lender (tokoh penyanyi Amerika, Jennefer Lofez, dan film Armageddon). Etika terhadap lingkungan dan hewan telah ditampilkan dalam komik Doraemon, Kobo Chan, dan Detektif Conan. Komik-komik tersebut menampilkan kejadian yang mengajak pembaca untuk melestarikan lingkungan dan tidak membunuh hewan dengan semena-mena. Kepedulian terhadap lingkungan hidup ini belum tampak ditampilkan oleh komikus Indonesia. Karena komik-komik terjemahan umumnya mengangkat peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, maka komikus memiliki kesempatan yang luas untuk memaparkan konsepnya tentang etika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak sulit dilakukan oleh komikus Indonesia karena peristiwa yang dijadikan latar cerita adalah peristiwa besar yang jarang dijumpai dalam keseharian. Komik-komik terjemahan umumnya telah menampilkan kejadian yang sesuai dengan etika berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga. Prinsip-prinsip perilaku dan bicara yang ditampilkan tokoh dalam komik terjemahan secara umum telah meneguhkan norma yang telah ada dalam masyarakat, kecuali pada komik Crayon Sinchan peneliti temukan banyak kejadian yang tidak etis. Terdapat perbedaan pandangan antara komikus Jepang dan Indonesia dalam etika penokohan pelaku dalam komik. Komikus Indonesia berpegang pada etika bahwa tokoh dalam cerita adalah tokoh yang dapat dijadikan teladan dari segi perilaku, sifat, bicara, dan sebagainya, seperti yang dapat dijumpai pada tokoh- 16

6 tokoh komik Kisah Nabi Muhammad SAW : Perang di Jalan Allah, tokoh Aladdin, Si Lender (Sutawangsa), Rainor (Ophir). Kreativitas dalam menampilkan aspek pendidikan dalam komik Indonesia masih rendah dibandingkan dengan komik Jepang. Komik-komik terjemahan tidak terlalu memperhatikan aspek etik dalam penokohan sehingga banyak ditampilkan tokoh-tokoh yang sifatnya tidak bisa diteladani, seperti di antaranya Nobita (malas, cepat putus asa, lemah, dsb.), Giant (egois dan nakal), dan Sinchan (nakal). Akan tetapi, komikus Jepang menyajikan aspek pendidikan dari tokoh-tokoh yang berperilaku tidak baik tersebut sehingga pembaca dapat melihat akibat buruk dari perilaku tokoh-tokoh tersebut (dalam komik Doraemon). Berkenaan dengan etika pergaulan dengan orang lain (guru, teman, orang yang lebih tua) pada komik terjemahan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa umumnya komik-komik terjemahan menampilkan halhal yang tidak etis. Dalam komik-komik terjemahan yang dikaji banyak ditampilkan kejadian yang tidak etis yang dilakukan tokoh terhadap guru atau teman sejawat. Perilaku yang tidak etis ini tidak peneliti temukan dalam komik Indonesia karena komik-komik Indonesia umumnya menampilkan kejadian-kejadian yang sesuai dengan etika berkenaan dengan perilaku tokoh kepada orang lain. Para pembaca umumnya memberi tanggapan pada aspek-aspek etika yang terkait dengan pelanggaran norma kemasyarakatan dan agama, sedangkan aspek-aspek etika lainnya (cerita, disiplin, budaya, berbicara, gambar, dsb.) dalam komik kurang diperhatikan. Pembaca paling banyak menyoroti aspek etika perilaku dan bicara tokoh lain, terutama kepada orang tua dan guru. Pembaca menyatakan ketidaksetujuannya dengan perilaku yang tidak etis kepada orang tua dan guru seperti yang ditampilkan dalam komik Doraemon dan Crayon Sinchan. Sosok guru dalam komik-komik terjemahan (terdapat dalam komik Doraemon dan Crayon Sinchan) disajikan secara kurang etis karena guru digambarkan sebagai sosok yang harus ditakuti dan dapat dipermainkan seenaknya oleh siswa. Aspek etika lainnya yang banyak disoroti pembaca adalah berkenaan dengan kejadian-kejadian yang terkait dengan agama, seperti kebiasaan mabuk, hal-hal yang porno, penciptaan bumi, dan menghidupkan orang mati. Pembaca komik menyatakan bahwa tidaklah etis komik menyajikan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama, dalam hal ini agama Islam. Masih minimnya kajian pembaca atas isi sebuah komik dapat peneliti maklumi karena sebagian besar tujuan responden membaca komik adalah untuk mencari hiburan. Pembaca kurang menyadari bahwa banyak aspek pendidikan yang dapat diperoleh dari sebuah komik seperti yang telah peneliti paparkan pada bagian di atas. Walaupun komik Crayon Sinchan banyak menyajikan hal-hal yang tidak etis, tetapi komik ini sangat kuat menyajikan aspek penanaman kedisiplinan diri yang dilakukan tokoh Ibu kepada Sinchan. Penulis komik Indonesia tampaknya mengacu pada pendapat bahwa komik hanyalah media hiburan sehingga komikkomik Indonesia jarang dipergunakan sebagai media pendidikan bagi pembacanya, khususnya kalangan anakanak. Penanaman norma disiplin, belajar, cinta lingkungan, cinta budaya sendiri, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan lainnya hampir tidak peneliti jumpai disajikan dalam komik Indonesia. Berdasarkan peringkat teratas lima judul komik yang banyak disenangi dan dibaca responden, penulis melihat terdapat kesamaan ciri pada judul-judul komik yang akan peneliti kaji. Berkenaan dengan bentuk buku komik, responden menyenangi buku komik berukuran pocket book (12 x 17 Cm). Ukuran pocket book memang memudahkan pembaca untuk membawa dan memegang komik tersebut. Penulis berpendapat bahwa alasan kepraktisan 17

7 dalam memegang dan menyimpan buku komik dapat menjadi salah satu penentu pemilihan buku komik yang disenangi responden. Umumnya buku-buku komik yang banyak dibaca responden menggunakan kertas tipis dan gambar isinya tidak berwarna sehingga harga komik tersebut cukup murah, sedangkan dua komik Indonesia (Si Lender dan Ophir) menggunakan kertas tebal dan linen serta seluruh gambar berwarna mengakibatkan harga kedua komik tersebut cukup mahal. Masalah harga tampaknya menjadi salah satu pertimbangan penting agi responden untuk membeli komik. Berkenaan dengan asal komik, seluruh komik terjemahan yang akan peneliti kaji berasal dari Jepang. Kepopuleran judul-judul komik tersebut tidak lepas dari penayangan film kartun komik tersebut di televisi sampai saat ini. Akan tetapi, tidak berarti setiap film kartun komik menyebabkan komik tersebut banyak dibaca anak-anak sebab banyak film-film kartun yang buku komiknya tidak masuk kategori komik yang banyak dibaca oleh responden. Oleh karena seluruh komik yang banyak dibaca oleh responden berasal dari Jepang, maka budaya Jepang sangat dominan dalam cerita-cerita tersebut. Beberapa budaya masyarakat Jepang yang ditampilkan dalam komik-komik tersebut tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia, seperti kebiasaan minum sake (Kobo Chan, Crayon Sinchan, Doraemon, Detektif Conan), mandi telanjang bersama anak dan orang tua (Kobo Chan, Crayon Sinchan), nilai-nilai kesantunan kepada orang tua (Doraemon, Crayon Sinchan), dan lainnya. Akan tetapi, ada pula nilainilai budaya yang ditampilkan dalam komik-komik Jepang yang patut ditiru oleh anak-anak Indonesia, seperti kebiasaan menjaga kebersihan diri dengan cara mencuci kaki, tangan, dan berkumur setelah bermain di luar rumah (Crayon Sinchan, Kobo Chan), menyayangi binatang (Doraemon, Kobo Chan), menjaga kebersihan di dalam dan di luar rumah (Kobo Chan). Berkenaan dengan cerita dan jenis komik, dari judul-judul komik yang banyak dibaca responden, komik jenis humor menempati urutan pertama untuk jenis komik yang paling banyak dibaca oleh responden (Doraemon, Crayon Sinchan, Kobo Chan, Aladdin, dan Si Lender), diikuti oleh komik cerita rakyat/sejarah (Sangkuriang, Kisah Nabi Muhammad SAW), komik silat (Dragon Ball dan Ophir), dan komik detektif/misteri (Detektif Conan). Tema-tema yang diangkat komikkomik yang banyak dibaca responden umumnya sesuai dengan EPK karena berpihak pada kebenaran. Akan tetapi, komik Crayon Sinchan banyak menampilkan tema yang tidak sesuai dengan EPK baik unsur cerita, gambar, maupun bahasa sehingga komik tersebut menurut peneliti tidak baik dibaca oleh anak-anak. Penerbit komik Crayon Sinchan tampaknya telah menyadari hal ini sehingga pada nomor 17 komik ini ditulis untuk 15 tahun ke atas, sedangkan pada nomor 1 komik ini tulisan tersebut tidak ada. Tanggapan pembaca atas Etika Penulisan Komik (EPK) berkenaan cerita komik lebih ditujukan pada kejadiankejadian yang melanggar sopan santun kepada orang tua dan guru (EPK Bagian A nomor 14), sedangkan pelanggaran butirbutir lain dari EPK tersebut kurang diperhatikan pembaca dan dianggap hal yang biasa saja dalam komik. Tanggapan pembaca atas EPK berkenaan gambar komik terfokus pada gambar-gambar yang porno (EPK bagian B nomor 6), sedangkan bentuk-bentuk pelanggaran lain, seperti aspek kekerasan berlebihan, tidak dianggap suatu pelanggaran oleh pembaca komik. Tanggapan pembaca atas EPK berkenaan dengan bahasa komik sama dengan EPK dalam cerita komik, yakni hanya memberi tanggapan atas kejadian yang melanggar sopan santun kepada orang tua dan guru. Tuntutan secara hukum atas komik yang banyak melanggar EPK dapat dilakukan oleh masyarakat apabila 18

8 masyarakat menganggap isi komik tersebut melanggar aspek sosiologis (norma-norma masyarakat) ataupun agama, sedangkan pengaduan oleh aparat pemerintah dapat dilakukan apabila cerita komik bertentangan dengan falsafah bangsa Indonesia. Tuntutan secara hukum ditujukan kepada pemegang hak cipta atas judul komik tersebut, bukanlah kepada pengarang komiknya, seperti kasus yang dialami H.B Jassin akibat cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusmin yang dimuat dalam majalah Sastra pada akhir tahun 60-an. D. Penutup Selama ini masyarakat berpendapat bahwa komikus Indonesia lebih memper-hatikan aspek etik dalam komik-komiknya dibandingkan dengan komik-komik terjemahan. Apabila penulis melihat frekuensi pelanggaran yang terdapat pada unsur cerita, gambar, dan bahasa antara komik terjemahan dan komik Indonesia, maka asumsi di atas tampaknya benar. Akan tetapi, apabila frekuensi pelanggaran tersebut dihitung secara proporsional dan diuji dengan menggunakan teknik statistik test-t, penulis menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara komik terjemahan dan komik Indonesia dalam penerapan Etika Penulisan Komik pada unsur cerita, gambar, dan bahasa komik. Selama ini buku-buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia telah memanfa-atkan bentuk komik sebagai media pembelajaran untuk keterampilan menulis dan berbicara. Akan tetapi, sesungguhnya bentuk komik dapat dimanfaatkan untuk tujan-tujuan lain dengan bentuk pembelajaran yang beragam pula. Penulis menyajikan model pembelajaran yang mengelaborasikan beberapa tujuan pembelajaran dengan fokus model pada model Role Playing. Dalam penerapan model ini siswa dilatih untuk mampu menyusun dialog dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dengan memperhatikan aspek santun berbahasa. Siswa juga berlatih berargumen atas penafsiran mereka terhadap alur cerita, aspek budaya dalam komik, cara menampilkan laku dramatik adegan dalam komik. Dengan memanfaatkan komikkomik yang banyak dibaca dan disenangi oleh anak-anak, pembelajaran ini akan menyenangkan mereka dan akan melatih beragam kemampuan berbahasa siswa dalam satu kegiatan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Bonneff, M. (1998). Komik Indonesia (terj. Rahayu S. Hidayat). Jakarta : Gramedia. Bundhowi, M. (1999). Komik Strip dan Kartun : Upaya untuk Memadukan Unsur Kesigapan dan Kepekaan Budaya yang Tinggi pada Pengajaran BIPA. Bandung : KIPBIPA III IKIP BANDUNG. Depdiknas, (2006). Mode Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs. Jakarta : BNSP. Franz, K. dan Meir, B. (1994). Membina Minat Baca. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Kuswara. (2002). Aspek Etik dalam Komik Terjemahan dan Komik Indonesia serta Tanggapan Pembaca Atas Etika Penulisan Komik (Studi Deskriptif-Analitis-Komparatif terhadap Unsur Cerita, Gambar, dan Bahasa dalam Komik Terjemahan dan Komik Indonesia). Hasil Penelitian McCloud, S. (2001). Understanding Comics : Memahami Komik (terj. S. Kinanti). Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia. Data Penulis : Kuswara, Drs., M.Pd. adalah tenaga pengajar DPK di Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah STKIP Sebelas April Sumedang. 19

Perbandingan Aspek Isi dan Etika Penulisan antara Komik Indonesia dan Komik Terjemahan

Perbandingan Aspek Isi dan Etika Penulisan antara Komik Indonesia dan Komik Terjemahan Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Perbandingan Aspek Isi dan Etika Penulisan antara Komik Indonesia dan Komik Terjemahan Kuswara Universitas Sebelas April Sumedang e-mail:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API Kevin Immanuel Jalan Gambir Anom G4/18 021-4517324 immanuelkevin@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ialah untuk membuat visualisasi dalam bentuk komik

Lebih terperinci

FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Irfai Fathurohman, Agung Dwi Nurcahyo, Wawan Shokib Rondli Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh.

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran komik dalam ranah komunikasi dan seni visual sudah bukan menjadi hal yang asing. Komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih pemimpinnya secara langsung. Hal ini mempunyai makna yang sangat strategis bagi masa depan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I

HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I Disusun Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: MD. ARDIANSYAH F

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia internasional mengakui wayang sebagai produk budaya dan kesenian asli Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki

Lebih terperinci

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kita mengenal tulisan berupa huruf dan abjad yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari ini, manusia zaman Pra-Sejarah telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga 漫画 adalah sebutan untuk komik Jepang. Berbeda dengan komik Amerika, manga biasanya dibaca dari kanan ke kiri, sesuai dengan arah tulisan kanji di Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa seperti halnya televisi dan film mempunyai dampak tertentu bagi para penontonnya. Dalam banyak penelitian tentang dampak serial televisi dan film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang A. Konsep Komik Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya ada pakaian tradisional kimono, pertunjukan boneka bunraku, samurai, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang memiliki beragam kebudayaan yang unik dan menarik. Kebudayaan kebudayaan tersebut sebagai contohnya ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya tarik di mata para remaja, mereka lebih memilih untuk pergi melihat bioskop yang memutar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial sekarang ini tengah populer di kalangan masyarakat dunia, selain memberikan hiburan, media sosial juga memiliki peranan dalam memberikan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan penelitian, yaitu: 1. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata serta suara yang tertulis (Koendoro,2007:25). Komik terbentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata serta suara yang tertulis (Koendoro,2007:25). Komik terbentuk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komik adalah suatu pesona penggabungan dari gambar-gambar diam dan kata-kata serta suara yang tertulis (Koendoro,2007:25). Komik terbentuk dari gabungan gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan serantaian peristiwa masa lampau yang terjadi secara nyata dalam perjalanan hidup manusia. Dalam sebuah negara, sejarah dan kisah yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga disebagian besar Afrika dan Asia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi umat Islam

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko

Bab 1. Pendahuluan. digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komik tampaknya merupakan salah satu bacaan yang paling digemari bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Di toko-toko buku, di tempat

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran.

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran. SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks Aspek Standar : Mendengarkan : 1. Memahami informasi melalui tuturan Dasar 1.1. Menyimpulkan

Lebih terperinci

Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri

Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri Ilustrasi komik the dragon s mark Dengan tema aksi misteri Retno Kusumawati C 9503025 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 60-70an ada beberapa komik lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh gambaran dan realitas sosial. Media bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh gambaran dan realitas sosial. Media bukan hanya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media menyalurkan nilai-nilai yang normatif yang berbaur dengan berita dan hiburan. Ini karena media telah menjadi sumber dominan untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Metode yang digunakan penulis adalah dengan melakukan tinjauan pustaka melalui riset media buku elektronik cerita Wiro Sableng,film Wiro Sableng, sinetron Wiro

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari beragam bentuk dan kisah-kisah pahlawan super yang sudah menjadi

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari beragam bentuk dan kisah-kisah pahlawan super yang sudah menjadi 142 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari beragam bentuk dan kisah-kisah pahlawan super yang sudah menjadi konsumsi penulis sejak kecil hingga dewasa, dan akhirnya penulis pun dapat membuat karakter pahlawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu negara maju di kawasan Asia adalah Jepang. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya teknologi yang telah diciptakan. Berbagai macam alat-alat teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup disertai dengan beragam masalah di dalamnya. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup disertai dengan beragam masalah di dalamnya. Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup disertai dengan beragam masalah di dalamnya. Masalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, bahkan permasalahan sosial lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

KARTUN BAB I PENDAHULUAN

KARTUN BAB I PENDAHULUAN KARTUN BAB I PENDAHULUAN a. LATAR BELAKANG Dewasa ini perkembangan media pembelajaran berkembang sangat pesat dan telah menjadi inovasi baru dalam dunia pendidikan. Tidak terkecuali bagi perkembangan media

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs 2. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media cetak seperti surat kabar memiliki peranan yang penting dalam memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak hanya berupa fakta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu menyenangkan dan bermanfaat, atau lebih dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesulitan menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Bisa karena terbiasa. terkungkung dalam keterbelakangan dan kebodohan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesulitan menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Bisa karena terbiasa. terkungkung dalam keterbelakangan dan kebodohan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minimnya kebiasaan menulis merupakan salah satu penyebab siswa SMK kesulitan menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Bisa karena terbiasa menjadi ungkapan yang cocok

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA. dan karakter orang-orang Jakarta disertai dengan komentar yang positif dan kritis.

BAB 2 DATA DAN ANALISA KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA. dan karakter orang-orang Jakarta disertai dengan komentar yang positif dan kritis. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 DATA 2.1.1 KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA Komik 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta adalah merupakan kumpulan illustrasi tentang profesi dan karakter orang-orang Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing internet atau menonton televisi dan film-film yang cenderung menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Ibu menjadi tokoh sentral dalam keluarga. Seorang manajer dalam mengatur keuangan, menyediakan makanan, memperhatikan kesehatan anggota keluarga dan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S. Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S. Kusumah Pendahuluan Pergeseran tata nilai dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melukiskan bentuk suara atau bunyi. Dunia komik, onomatope. penting demi mengekspresikan aneka ragam bunyi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melukiskan bentuk suara atau bunyi. Dunia komik, onomatope. penting demi mengekspresikan aneka ragam bunyi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena upaya manusia berbahasa adalah mencipta katakata untuk melukiskan bentuk suara atau bunyi. Dunia komik, onomatope sering dimanfaatkan sebagai elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka penyebarluasan informasi, pendidikan dan hiburan. Hampir setiap rumah tangga saat ini memiliki sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam novel terdapat unsur dari dalam yang membangun terciptanya novel, atau biasa disebut unsur intrinsik. Nurgiyantoro (2007:23) berpendapat bahwa unsur intrinsik

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komik. Komik berasal dari Jepang, dalam bahasa Jepang komik di kenal

BAB I PENDAHULUAN. komik. Komik berasal dari Jepang, dalam bahasa Jepang komik di kenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman film kartun sekarang semakin bervariasi. Berbagai macam film kartun kini bisa dinikmati melalui stasiun televisi. Munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia atau yang diciptakan oleh manusia dengan menggunakan bahasa untuk menghasilkan nilai estetika. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia disebutkan, Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

Berbahasa dan Bersastr

Berbahasa dan Bersastr Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit Usaha Makmur, CV Berbahasa dan Bersastr sastra a Indonesia

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Menulis Menulis sangat penting di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. adapun fungsi menulis menurut pendapat Graaves dalam Masnur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar apabila didukung oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran, kurikulum, dan sumber

Lebih terperinci

Lampiran 1 BIODATA PENULIS

Lampiran 1 BIODATA PENULIS Lampiran 1 BIODATA PENULIS 1. Nama lengkap Drs. Sawali, M.Pd. 2. Tempat, tanggal lahir Grobogan, 19 Juni 1964 3. Alamat Perum BTN Blok C-21 RT 03/RW X Kelurahan Langenharjo, Kec. Kendal, Kabupaten Kendal,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 2 TEMA: KEGIATAN SEHARI-HARI

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 2 TEMA: KEGIATAN SEHARI-HARI SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 2 TEMA: KEGIATAN SEHARI-HARI Standar Dasar PKn Membiasakan hidup bergotong royong pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. Proses perancangan dan pembuatan karya ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak di antaranya:

BAB II METODOLOGI. Proses perancangan dan pembuatan karya ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak di antaranya: BAB II METODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan Adapun yang menjadi tujuan perancangan buku pengetahuan bergambar Mengenal Tokoh & Karakter Wayang Purwa (Dewa) ini adalah: 1.

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA UNTUK

BAHASA INDONESIA UNTUK BAHASA INDONESIA UNTUK SMP/MTs KELAS IX Sarwiji Suwandi Sutarmo Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Bahasa Indonesia Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran muatan lokal yang tercantum dalam Garis- Garis Besar Program Pengajaran ialah mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran wajib untuk Sekolah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 28 November 2012 SILABUS Kelas I Tema 2 : Kegemaranku Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 SILABUS KELAS: 1 TEMA: KEGEMARANKU KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

Lebih terperinci

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum BAB V BAHAN AJAR TEKS SASTRA DI SMP A. Dasar Pemikiran Hasil kajian struktur dan nilai-nilai moralpada cerpen-cerpensurat kabar Suara Merdeka yang telah dilakukan perlu ditindaklanjuti dengan menawarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Spesifikasi Buku Berikut rincian spesifikasi buku: Ukuran : 15 cm x 21 cm Jenis cover : Art carton Material : Fancy Bentuk buku : Persegi panjang (portrait) Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu memproduksi film sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi adegan-adegan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dalam Perspektif Islam adalah amanah dari Allah SWT. Semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang soleh, berilmu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan disampaikan secara turun menurun. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir,

Lebih terperinci

BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA. 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP

BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA. 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP 207 BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP Dalam pelaksanaan pembelajaran novel yang digunakan sebagai materi pembelajaran

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Johan Wahyudi, Darmiyati Zuchdi MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasaku BAHASA INDONESIA untuk Kelas IX SMP dan MTs 3 Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran bahasa Jawa antara lain untuk melestarikan budaya Jawa dan membentuk budi pekerti generasi bangsa. Hal tersebut tertuang dalam standar isi

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

SEHAT DAN CERDAS MELALUI CERGAM (CERITA BERGAMBAR)

SEHAT DAN CERDAS MELALUI CERGAM (CERITA BERGAMBAR) SEHAT DAN CERDAS MELALUI CERGAM (CERITA BERGAMBAR) Dian Kristiana Dosen PG PAUD Universitas Muhammadiyah Ponorogo dianrespati@ymail.com Abstrak Cerita bergambar merupakan salah satu cara untuk menarik

Lebih terperinci

BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11

BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11 24 BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11 3.1 Mahasiswa dan Media Televisi Mahasiswa merupakan salah satu unsur penting dalam masyarakat

Lebih terperinci