BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif dan membantu dalam proses tumbuh-kembang otak.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif dan membantu dalam proses tumbuh-kembang otak."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak hati ikan kod atau cod liver oil bermanfaat sebagai pencegah penyakit degeneratif dan membantu dalam proses tumbuh-kembang otak. Kandungan omega-3 di dalam minyak hati ikan kod (MHIK) dapat mencegah resiko gangguan penglihatan (Irianto, 2002). MHIK mengandung asam cis-5, 8, 11, 14, 17-eikosapentanoat (EPA) dan asam cis-4, 7, 10, 13, 16, 19- dokosaheksaenoat (DHA), yang digunakan sebagai pencegah penyakit kardiovaskular (Moghadasian, 2008). Gunstone (2004) menjelaskan bahwa MHIK menjadi sumber vitamin A dan vitamin D. Minyak ikan merupakan minyak yang harganya mahal dibandingkan lemak hewan lainnya seperti lemak sapi, kambing, babi, dan lemak ayam (Yang dkk., 2005). Hal tersebut memperbesar kemungkinan untuk adanya pemalsuan MHIK menggunakan minyak yang berwarna sama, seperti minyak kelapa sawit atau minyak kedelai. MHIK memiliki nilai terapeutik yang tinggi dan harga yang mahal sehingga sangat penting dilakukan identifikasi keaslian minyak tersebut. Jaminan kualitas mutu, nilai gizi dan keamanan produk menjadi hal yang penting bagi konsumen. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu metode analisis seperti spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk autentikasi MHIK. Metode spektroskopi FTIR memiliki kemampuan sebagai metode sidik jari (fingerprint), mudah dalam pengerjaannya, reliabel, dan peka. Metode tersebut 1

2 2 dapat dihubungkan dengan kemometrika analisis multivariat dan memberikan informasi kuantitatif dan kualitatif (Guillen dan Cabo, 1997). Penggabungan spektroskopi FTIR dengan metode kemometrika analisis multivariat (analisis menggunakan banyak variabel) telah digunakan sebelumnya pada analisis autentikasi minyak, seperti analisis pemalsuan minyak dedak padi dalam minyak wijen (Rohman dan Che Man, 2011 a ), analisis pemalsuan minyak buah merah (Rohman dkk., 2011 b ), dan autentikasi MHIK (Rohman dan Che Man, 2010). Selain menggunakan spektroskopi FTIR, Rohman dkk. (2012) telah melakukan penelitian mengenai pembedaan minyak babi menggunakan HPLC. Penelitian ini menggunakan campuran MHIK dengan minyak nabati yang memiliki harga yang jauh lebih murah seperti seperti minyak jagung dan minyak biji bunga matahari. Metode spektroskopi FTIR dan analisis multivariat digunakan untuk membedakan MHIK dengan beberapa minyak nabati dan untuk menghasilkan model yang sesuai untuk analisis kemurnian MHIK dalam campuran dengan minyak nabati. Analisis kemurnian MHIK menggunakan campuran minyak antara lain, MHIK dalam campuran biner dengan minyak jagung (MJ), MHIK dalam campuran biner dengan minyak biji anggur (MBA), dan MHIK dalam campuran terner dengan minyak biji bunga matahari (MBBM) dan minyak biji anggur.

3 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah metode spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan principal component analysis (PCA) dapat digunakan untuk membedakan MHIK dengan beberapa minyak nabati? 2. Bagaimana optimasi spektroskopi FTIR dan partial least square (PLS) untuk menghasilkan model yang sesuai untuk analisis kemurnian MHIK dalam campuran minyak nabati (MHIK dalam campuran biner dengan MJ, MHIK dalam campuran biner dengan MBA, dan MHIK dalam campuran terner dengan MBBM dan MBA)? C. Pentingnya Penelitian Dilakukan Metode spektrofotometri Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan metode menggunakan instrumen yang operasionalnya mudah, reliabel, peka, reprodusibel, dan memiliki kemampuan sebagai metode sidik jari (fingerprint), sehingga dapat dijadikan sebagai teknik analisis yang potensial untuk melakukan studi autentikasi MHIK. Optimasi spektrofotometri FTIR dengan kombinasi analisis multivariat dilakukan untuk membedakan MHIK dengan beberapa minyak nabati dan untuk menghasilkan model yang sesuai untuk analisis kemurnian MHIK dalam campuran dengan minyak nabati (MHIK dalam campuran biner dengan MJ, MHIK dalam campuran biner dengan MBA, dan MHIK dalam campuran terner dengan MBBM dan MBA).

4 4 D. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan spektrofotometri FTIR yang dihubungkan dengan analisis multivariat untuk autentikasi MHIK. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: 1. Membedakan MHIK dengan beberapa minyak nabati dengan metode spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan principal component analysis (PCA). 2. Memperoleh kondisi optimal spektroskopi FTIR yang dikombinasikan dengan partial least square (PLS) untuk menghasilkan model yang sesuai untuk analisis kemurnian MHIK dalam campuran dengan minyak nabati (MHIK dalam campuran biner dengan MJ, MHIK dalam campuran biner dengan MBA, dan MHIK dalam campuran terner dengan MBBM dan MBA). E. Tinjauan Pustaka Asam lemak adalah salah satu golongan lipid yang merupakan komponen paling penting pada minyak. Asam lemak merupakan senyawa yang mengandung rantai hidrokarbon dengan ujung gugus karboksilat. Minyak mengandung banyak asam lemak dalam bentuk ester dengan gliserol (trigliserida). Trigliserida merupakan unsur utama dalam minyak nabati dan lemak hewani. Minyak adalah campuran kompleks yang mengandung berbagai senyawa, terutama triasilgliserol, monoasilgliserol, diasilgliserol, asam lemak bebas, fosfolipid dan komponen kecil lainnya (Gunstone, 2005). Kelompok besar senyawa alami yang terdapat di dalam lipid diantaranya adalah lemak, fosfolipida, sterol, lilin, monogliserida,

5 5 digliserida, vitamin larut lemak (A, D, E, K), dan karotenoid (Bernal dkk., 2010). 1. Minyak Hati Ikan Kod (Gadus morhua Linne) Sinonim dari MHIK diantaranya adalah Oleum Iecoris Aselli, Oleum Morrhuae, Cod Liver Oil, Minyak ikan, dan Lavertraan. Minyak ikan adalah minyak yang diperoleh dari hati segar Gadus morhua Linne dan spesies lain dari familia Gadidae. MHIK mengandung tidak kurang dari 255 µg (850 unit FI) vitamin A dan tidak kurang dari 2,125 µg (85 unit FI) vitamin D per gram minyak ikan. Pemerian MHIK adalah sebagai berikut: bentuk berupa cairan minyak, encer, berwarna kuning pucat, berbau khas, tidak tengik, bau seperti ikan, dan memiliki rasa yang khas, dan agak manis. Minyak ini sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam eter, dalam kloroform, dalam karbon disulfida dan dalam etil asetat (Depkes RI, 1995). Gambar 1 adalah gambar ikan kod (Gadus morhua Linne). Gambar 1. Gadus morhua Linne (Schou, 2013) MHIK memiliki ciri kandungan asam lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid/pufa) yang tinggi, memiliki panjang rantai karbon hingga 20 atau 22. Minyak ini memiliki manfaat diantaranya sebagai pencegah penyakit jantung dan penyakit degeneratif, dapat membantu dalam proses tumbuh-kembang otak, perkembangan sistem kekebalan tubuh dan perkembangan

6 6 indra penglihatan pada bayi dan balita, serta tingginya kandungan omega-3 yang dapat membantu menghindari resiko gangguan penglihatan (Irianto, 2002). MHIK memiliki karakteristik sebagai berikut : Tabel I. Sifat fisika kimia minyak hati ikan kod (Medina dkk., 1995) Komposisi Asam Lemak Presentase (%) Berat Jenis (x C/air pada 25 C) 0,922-0,928 x = 25 C Indeks bias (pada 25 C) 1,478-1,485 Bilangan penyabunan (mg KOH/g minyak) Bilangan iodium (mg I 2 /g minyak) Zat yang tidak tersabunkan (g/kg) 0-2 MHIK juga mengandung vitamin A dan vitamin D. Pemanfaatan vitamin D adalah untuk penyembuhan penyakit osteoporosis dan mobilisasi asupan kalsium untuk memperkuat tulang, serta untuk tumbuh kembang anak (Ackman, 2005). Dalam dunia kefarmasian, MHIK dijual sebagai obat atau minyak makanan fungsional, baik dalam bentuk kapsul atau suspensi (Aursand, 2007 a ). Mikroenkapsulasi MHIK bermanfaat untuk bahan makanan termasuk susu formula, makanan bayi, roti, dan sup (Aursand, 2007 b ). Triasilgliserol (TAG) yang dihasilkan (93,5 %) diperoleh dari konsentrasi asam lemak polyunsaturated MHIK dengan komposisi 25 % asam cis-5, 8, 11, 14, 17-eikosapentanoat (EPA) dan 45% asam cis-4, 7, 10, 13, 16, 19- dokosaheksaenoat (DHA) (Medina dkk, 1999). DHA dan EPA dibutuhkan untuk pengaturan fungsi membran sel. DHA sangat penting manfaatnya, terutama untuk

7 7 membran sel pada jaringan saraf. DHA juga bermanfaat sebagai prekursor untuk pembentukan eikosanoat pada beberapa macam hormon (Tocher, 2003). 2. Minyak Nabati Minyak nabati merupakan minyak yang diekstraksi dari berbagai bagian tanaman. Kebanyakan minyak nabati mengandung ppm (1-5 g/kg) sterol, sebagian merupakan sterol bebas dan sebagian sebagai sterol teresterifikasi (Gunstone, 2005). Menurut Cert dkk. (2000), minyak nabati terdiri atas sekitar % trigliserida dan 2 % sisanya merupakan campuran kompleks senyawa minor termasuk ester, hidrokarbon, alkohol, lemak, pigmen, lilin, fosfolipid, senyawa fenolik, senyawa volatil, asam triterpenat, dan senyawa gliserida. a. Minyak Biji Anggur Menurut Shahidi (2005), minyak biji anggur (MBA) berasal dari biji anggur (Vitis vinifera). Minyak yang juga dikenal sebagai grapeseed oil ini memiliki karakteristik sebagai berikut : Tabel II. Sifat fisika kimia minyak biji anggur (Codex, 2001) Komposisi Asam Lemak Presentase (%) Berat Jenis (x C/air pada 20 C) 0,920-0,926 x = 20 C Indeks bias (pada 40 C) 1,467-1,477 Bilangan penyabunan (mg KOH/g minyak) Bilangan iodium (mg I 2 /g minyak) Zat yang tidak tersabunkan (g/kg) 20

8 8 MBA mengandung asam amino seperti lisin dan tirosin. Minyak ini juga mengandung asam linoleat (60-76 %), asam palmitat (6-8 %), asam stearat (3-6 %), dan asam oleat (12-25 %). Tingginya kandungan asam linoleat memiliki efek yang menguntungkan bagi kulit. Minyak ini bermanfaat sebagai antioksidan yang mencegah produksi radikal bebas yang terbentuk selama proses oksidasi akibat radiasi ultraviolet. Pemanfaatan MBA dalam pembuatan sediaan topikal adalah untuk memperbaiki kerusakan kulit akibat radikal bebas karena pengaruh radiasi sinar ultraviolet sebaik kemampuan alami dari lemak tubuh manusia untuk menjaga tingkat kelembaban (Spiers dan Cleaves, 1999). b. Minyak Jagung Minyak jagung (MJ) diperoleh dari biji jagung yang hanya berisi 3-5 % minyak. Minyak ini bersumber dari tanaman jagung (Zea mays L.). Minyak yang juga dikenal sebagai corn oil atau maize oil ini memiliki karakteristik sebagai berikut : Tabel III. Sifat fisika kimia minyak jagung (Codex, 1968) Komposisi Asam Lemak Presentase (%) Berat Jenis (x C/air pada 20 C) 0,917 0,925 x = 20 C Indeks bias (pada 40 C) 1,465 1,468 Bilangan penyabunan (mg KOH/g minyak) Bilangan iodium (mg I 2 /g minyak) Zat yang tidak tersabunkan (g/kg) 28

9 9 Menurut Byrdwell (2001), TAG utama yang terkandung dalam MJ biasanya LLL (Linoleil-Linoleil-Linoleat) sebesar 25,4 %, LLO (Linoleil-Linoleil-Oleat) sebesar 21,5 %, LLP (Linoleil-Linoleil-Palmitat) sebesar 14,7 %, OOL (Oleil- Oleil-Linoleat) sebesar 10,7 %, dan kandungann triasilgliserol lainnya sebesar 27,7%. Tiga komponen kimia paling banyak dalam fraksi tidak tersabunkan dalam MJ adalah pitosterol, tokoferol, dan squalene. Squalene adalah senyawa tidak tersabunkan dalam minyak yang dilaporkan menjadi hidrokarbon utama dalam MJ (Moreau, 2005). Schurgers dkk. (2002), melaporkan bahwa mengonsumsi MJ dapat meningkatkan metabolisme dan penyerapan vitamin K. Asam lemak yang terkandung dalam MJ memiliki aktivitas untuk memperkuat lapisan kulit dan mencegah hidrasi epidermis. Minyak ini juga digunakan sebagai komponen dalm produk perawatan wajah dan kulit seperti krim pelembut tangan dan sabun (Moreau, 2005). c. Minyak Biji Bunga Matahari Minyak biji bunga matahari (MBBM) yang bersumber dari biji bunga matahari (Holianthus annuus) bisanya digunakan sebagai minyak goreng, sumber pembuatan margarin, dan sebagai minyak salad. Tanaman bunga matahari tumbuh terutama di Uni Soviet. Tiap daerah penanaman bunga matahari akan menghasilkan minyak dengan mutu yang berbeda, tergantung pada kondisi iklim pada wilayah tersebut (Tambun, 2006). Menurut Shahidi (2005), TAG utama yang terkandung biasanya LLO (Linoleil-Linoleil-Oleat) sebesar 39 %, LOO (Linoleil-

10 10 Oleil-Oleat) sebesar 19 %, LLS (Linoleil-Linoleil-Stearat) sebesar 14 %, LLL (Linoleil-Linoleil-Linoleat) sebesar 14 %, LOS (Linoleil-Oleil-Stearat) sebesar 11 %, dan kandungann TAG lainnya sebesar 3 %. Minyak yang juga dikenal sebagai sunflower oil ini memiliki karakteristik sebagai berikut : Tabel IV. Sifat fisika kimia minyak biji bunga matahari (Codex, 2001) Komposisi Asam Lemak Presentase (%) Berat Jenis (x C/ air pada 25 C) 0,909 0,915 x = 25 C Indeks bias (pada 25 C) 1,467 1,471 Bilangan penyabunan (mg KOH/g minyak) Bilangan iodium (mg KOH/g minyak) Zat yang tidak tersabunkan (g/kg) 1,5 3. Analisis Pemalsuan Minyak Pemalsuan minyak menjadi perhatian penting karena berhubungan dengan penjaminan mutu, serta terkait dengan keamanan dan kualitas produk yang dikonsumsi oleh masyarakat. Adanya pemalsuan dapat menyebabkan alergi pada manusia yang terkait dengan bahan-bahan tertentu (Lai dkk., 1995). Pencampuran sering melibatkan penggantian atau pengenceran minyak yang memiliki harga tinggi dengan minyak pengganti yang lebih murah (Rohman dan Che Man, 2011 a ). Dalam proses deteksi keberadaan minyak nabati pemalsu dalam minyak hati ikan kod (MHIK) perlu dilakukan pendekatan karena karakteristik fisik dan komposisi kimia yang hampir sama antara minyak nabati dengan MHIK yang dipalsukan. Menurut Cordella dkk. (2002), terdapat tiga pendekatan umum untuk

11 11 keberhasilan deteksi pemalsu tersebut. Pendekatan yang pertama adalah dengan menentukan perbandingan atau rasio antar beberapa komponen kimiawi dan mengansumsikan rasio tersebut bersifat konstan dalam minyak tertentu. Pendekatan yang kedua adalah dengan mencari penanda (marker) yang cocok dalam minyak. Pendekatan yang ketiga adalah dengan menggunakan metode analisis, baik metode fisika atau kimia. Metode yang digunakan biasanya didasarkan pada konstanta sifat fisikakimianya atau pada pengukuran kimia dan biologi (Kowalski, 1989). Sebagai contoh adalah metode kromatografi dan spektroskopi inframerah. a. Kromatografi Gas Kromatografi gas (KG) merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran. KG dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran. Prinsip pemisahan pada KG didasarkan pada perbedaan titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi solut dengan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007). Gandjar dan Rohman (2007) menjelaskan bahwa pemisahan asam lemak dapat dilakukan menggunakan suhu kolom yang diatur secara terprogram untuk meningkatkan resolusi komponen dalam suatu campuran yang mempunyai titik didih pada kisaran luas. Di samping itu, pada suhu terprogram juga mampu mempercepat keseluruhan waktu analisis. Detektor dalam KG adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi sebagai

12 12 pengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Hasil yang diperoleh berupa kromatogram yang disajikan sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak kromatogram dapat digunakan sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Salah satu detektor yang digunakan dalam KG adalah detektor ionisasi nyala atau Flame Ionization Detector (FID) yang bersifat umum. Respon detektor FID sangat peka, teliti, dan jika ditinjau dari segi ukuran cuplikan bersifat linier (Gandjar dan Rohman, 2007). Menurut Scrimgeour (2005), instrumen KG merupakan salah satu metode untuk melakukan karakterisasi asam lemak dengan pemisahan asam lemak berdasarkan jumlah ikatan rangkap di dalamnya, dan berdasarkan pada jumlah atom karbonya (panjang rantai). Komposisi asam lemak dapat diklasifikasikan sebagai asam lemak jenuh (asam stearat, asam arakidat asam miristat, dan asam palmitat), asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (asam eikosenoat, asam oleat, dan asam palmitoleat), serta asam lemak tidak jenuh rantai ganda (asam linolenat dan asam linoleat). Asam lemak dengan jumlah atomnya lebih rendah akan muncul lebih dahulu. Asam lemak dengan satu ikatan rangkap, akan muncul lebih dahulu daripada asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap lebih dari satu pada jumlah atom C yang sama (Slamet, 1984). Watson (1999) menjelaskan bahwa diperlukan proses hidrolisis dan metilasi dalam proses satu tahap pada pembuatan derivat metil ester. Proses derivatisasi asam lemak menjadi derivat asam lemak metil ester atau Fatty Acid Methyl Esters

13 13 (FAME). Proses derivatisasi yang dilakukan akan menurunkan ikatan hidrogen yang menyebabkan kenaikan volatilitas, sehingga dapat meningkatkan stabilitas, menaikkan respon detektor, meningkatkan batas deteksi, meningkatkan bentuk kromatogram, dan dapat meningkatkan daya pisah (Gandjar dan Rohman, 2007). MHIK dapat dibedakan dengan minyak nabati dengan melihat tingkat kejenuhan asam lemak penyusunnya, posisi asam lemak, serta kandungan asam lemak yang mendominasi dan komponen minor spesifik asam lemak lain yang terkandung dalam minyak. Dari hal tersebut, penggunaan profil asam lemak dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberadaan minyak nabati pemalsu dalam MHIK. b. Spektroskopi Inframerah Fourier Transform (FTIR) Spektrum inframerah didapatkan dengan cara melewatkan radiasi pada sampel dan menentukan fraksi yang terserap pada bilangan gelombang tertentu. Energi dari setiap puncak yang muncul berhubungan dengan frekuensi vibrasi dari molekul tersebut (Stuart, 2004). Spektrum inframerah dapat dibagi menjadi tiga daerah utama, yaitu inframerah jauh ( cm -1 ), inframerah tengah ( cm -1 ) dan inframerah dekat ( cm -1 ). Aplikasi inframerah banyak menggunakan pada wilayah inframerah tengah, tetapi inframerah daerah dekat dan jauh juga memberikan informasi penting tentang bahan tertentu. Skala ordinat dapat disajikan dalam presentase transmitan atau absorbansi sebagai ukuran intensitas spektra (Stuart, 2004).

14 14 Spektroskopi FTIR merupakan metode analisis yang cepat, tidak merusak, sensitif, dan mudah operasionalisasinya karena adanya penggunaan Attenuated Total Reflectance (ATR) sebagai teknik pengambilan sampel (Rohman dan Che Man, 2008). Penggunaan teknik tersebut terutama untuk sampel yang tidak dapat diperiksa secara langsung dengan metode transmisi normal. Teknik tersebut dapat digunakan untuk menganalisis sampel padat dan cair yang merupakan sampel homogen dengan ketebalan sampel tiap pengujian sama. Teknik ATR adalah teknik yang nyaman dan sederhana sehingga banyak digunakan dalam analisis makanan (Subramanian dan Rodriguez-Saona, 2009). Kristal yang banyak digunakan pada teknik ATR adalah zink selenida, silikon, berlian, germanium, dan KRS-5 (kalium iodida atau kalium bromida). Pemecah sinar yang digunakan terdiri dari material semi-transparan. Pemecah sinar tersebut digunakan untuk memecah dan menggabungkan sinar inframerah dalam interferometer. Sinar radiasi masuk dari media yang lebih padat dengan indeks bias lebih tinggi (kristal) menuju ke media yang kurang padat dengan indeks bias lebih rendah (sampel), kemudian sebagian dari sinar tersebut dipantulkan kembali ke medium indeks bias rendah (sampel). Ketika sudut kejadian meningkat, maka fraksi sinar yang dipantulkan juga akan meningkat. Apabila sudut datang lebih besar dari sudut kritis, maka semua peristiwa radiasi tercermin pada antar muka. Sinar tersebut akan menembus jarak yang sangat singkat di luar antarmuka dan ke dalam medium yang kurang padat sebelum refleksi terjadi. Hal tersebut umumnya berada pada kedalaman beberapa mikrometer (µm). Intensitas sinar akan berkurang (dilemahkan) oleh sampel di

15 15 daerah spektrum IR, tempat sampel menyerap (Sherman, 1997). Pada kondisi intensitas sinar berkurang, sebagian kecil energi cahaya akan terlepas dari kristal dan berpindah sejauh 0,1-5 µm di bawah permukaan kristal dalam bentuk gelombang yang transparan yang disebut sebagai gelombang evanescent. Ketika terjadi fenomena pelepasan energi, maka intensitas sinar yang dipantulkan menjadi berkurang. Kondisi yang demikian disebut sebagai attenuated total reflectance. Absorpsi sinar akan terlepas dari kristal tersebut ketika sampel diletakkan pada kristal. Besarnya jumlah energi yang terabsorbsi, akan diterjemahkan sebagai spektra inframerah (Subramanian dan Rodriguez- Saona, 2009). Instrumen spektrofotometer inframerah terbagi menjadi dua jenis yaitu dispersif dan FTIR. Spektrofotometer inframerah dispersif menggunakan monokromator, sedangkan spektrofotometer FTIR menggunakan interferometer sebagai pengolah sinar inframerah (Watson, 1999). Interferometer yang paling terkenal adalah interferometer Michelson. Interferometer ini terdiri dari sumber sinar (source), pemecah sinar (beam splitter), cermin bergerak (moving mirror), dan cermin tetap (fixed mirror). Interferogram adalah sinyal analog pada detektor yang harus diubah ke dalam bentuk digital melalui Fourier-transformation menghasilkan spektrum FTIR (Subramanian dan Rodriguez-Saona, 2009). Spektrum FTIR digunakan untuk menghasilkan suatu interferogram dengan dan tanpa sampel dalam berkas, dan mengubah interferogram menjadi spektrum dari sumber dengan serapan sampel dan sumber tanpa serapan sampel. FTIR merupakan operasi matematika yang dapat memisahkan frekuensi serapan yang

16 16 khusus dari interferogram. Spektra yang diproduksi dari spektrofotometer FTIR terlihat identik seperti yang terdapat pada dispersive spectrometer. Untuk mendapatkan spektra adalah cepat karena cermin yang digunakan memiliki kemampuan untuk bergerak dalam jarak dekat secara cepat. Instrumen spektrofotometer FTIR memiliki sensitivitas yang tinggi daripada instrumen dispersif (Pavia, 2009). Resolusi yang digunakan pada pembacaan spektra dapat diatur karena akan mempengaruhi pola pita yang terjadi. Dengan resolusi yang kecil, maka puncak akan semakin terlihat (Yang dan Irudayaraj, 2000). Spektroskopi inframerah juga dikenal sebagai teknik sidik jari (fingerprint) yang menerangkan bahwa tidak ada suatu senyawa atau sampel yang memiliki jumlah puncak atau intensitas absorbansi yang sama (Guillen dan Cabo, 1997). Menurut Sastrohamidjojo (1991), bagian utama spektrofotometer inframerah terdiri dari: c. Sumber Inframerah Sumber sinar inframerah diperoleh dari batang yang dipanaskan oleh energi listrik yang berupa Nernst (campuran oksida Y, Zr, Er, dan sebagainya), Globar (silikon karbida), dan berbagai bahan keramik. d. Monokromator Monokromator yang biasa digunakan adalah bentuk prisma dan kisi difraksi. Kisi difraksi memberikan hasil yang lebih baik daripada prisma pada frekuensi yang tinggi. Prisma yang banyak digunakan adalah NaCl, karena NaCl hanya transparan di bawah daerah frekuensi 625 cm -1, namun bersifat higroskopis sehingga cermin harus dilindungi dari kondensasi uap. Logam halida lainnya

17 17 harus digunakan pada pekerjaan dengan frekuensi yang rendah (misal: CsI, atau campuran ThBr dan ThI). e. Detektor Kebanyakan alat modern menggunakan detektor thermophile dengan dasar dua kawat logam yang berbeda dihubungkan antara ujung kepala dan ekor menyebabkan arus yang mengalir di dalam kawat, yang akan sebanding dengan intensitas radiasi yang jatuh pada thermopile. Sastrohamidjojo (1991) juga menjelaskan bahwa sumber sinar akan memancarkan sinar pada daerah inframerah melalui cuplikan. Pemecah sinar akan membagi sinar yang diterima, menjadi dua berkas sinar menjadi frekuensi individunya. Satu sinar dipantulkan pada cermin tetap dan satu sinar akan dipantulkan oleh cermin bergerak. Cermin bergerak berpindah sepanjang garis sambil memantulkan sinar. Kedua sinar hasil pemantulan akan bergabung kembali pada pemecah sinar. Perbedaan jarak tempuh antara kedua sinar ini disebut optical path difference (OPD) yang menghasilkan frekuensi yang berbeda pada interferogram. Kedua sinar yang menggambarkan besarnya intensitas relatif dari frekuensi individu yang sudah bergabung tersebut, kemudian dilewatkan pada sampel, selanjutnya dideteksi dan diukur oleh detektor. Alat ini akan merubah intensitas sinar yang diterima menjadi sinyal elektonik (Subramanian dan Rodriguez-Saona, 2009). Subramanian dan Rodriguez-Saona (2009) juga menjelaskan bahwa perubahan dari intensitas radiasi inframerah yang masuk ke dalam detektor akan

18 18 menyebabkan perubahan suhu, sehingga dapat mengakibatkan perubahan konstanta dielektrik dari detektor deuterated triglycine sulfate (DTGS). Perubahan tersebut akan menyebabkan perubahan juga pada kapasitan DTGS yang disebut sebagai respon detektor dalam satuan voltase. Gambar 2 menunjukkan skema alat spektrofotometer FTIR. Gambar 2. Skema alat spektrofotometer FTIR (Silverstein dan Webster, 1998) Pengukuran background adalah pengukuran lingkungan yang terdiri dari gas yang mengabsorpsi sinar inframerah seperti karbon dioksida, gas atmosfer, dan uap air. Perangkat lunak komputer akan mengurangi spektra hasil pengukuran dengan spektra background secara otomatis untuk menghasilkan spektra sampel yang dianalisis (Pavia dkk., 2001). Kelebihan dari spektrofotometer FTIR terletak pada kemampuanya dalam melakukan analisis multikomponen, terutama jika dikombinasikan dengan teknik kemometrika. Langkah tersebut mempermudah manipulasi informasi spektra, sehingga memungkinkan perhitungan dapat dilakukan dengan cepat. Komputer mengontrol instrumen untuk menetapkan kecepatan pemindaian dan batas pemindaian, serta untuk mengatur lamanya proses pemindaian. Pembacaan

19 19 spektrum yang dilakukan oleh komputer dari instrumen dalam bentuk digital (Stuart, 2004). Analisis kuantitatif mengunakan spektroskopi inframerah dapat dilakukan karena intensitas (absorbansi) dalam spektrum inframerah berbanding lurus dengan konsentrasi gugus fungsional. Hal tersebut sesuai dengan hukum Lambert- Beer (Guillen dan Cabo, 1997). Absorpsi radiasi inframerah menggunakan frekuensi (energi) tertentu diserap oleh suatu molekul dan bersesuaian dengan kisaran frekuensi vibrasi regangan dan ulur suatu ikatan dalam kebanyakan ikatan kovalen molekul (Pavia dkk., 2009). Gambar 3 menunjukkan contoh vibrasi gugus metilen (-CH 2 -). Vibrasi uluran (stretching) Uluran simetris Uluran asimetris (v = 2853 cm -1 ) (v = 2923 cm -1 ) Vibrasi tekukan (bending) Vibrasi guntingan Vibrasi kibasan (v = 1450 cm -1 ) (v = 1250 cm -1 ) Vibrasi goyangan Vibrasi pelintiran (v = 720 cm -1 ); (v = 1250 cm -1 ); Dalam bidang (in-plane) Keluar bidang (out of plane) Gambar 3. Contoh vibrasi pada gugus metilen (-CH 2 -) (Pavia dkk., 2009)

20 20 Spektroskopi FTIR memiliki beberapa keuntungan lain, yaitu: dapat meningkatkan kecepatan pembacaan data spektra inframerah, dapat memberikan energi yang lebih tinggi, penyediaan sampel dalam jumlah kecil, merupakan instrumen analisis non destruktif (Vlachos dkk., 2006). Keuntungan utama spektroskopi FTIR adalah kemampuan untuk meningkatkan rasio signal-to-noise (SNR) oleh signal-averaging. Keuntungan Fellgett karena peningkatan SNR per satuan waktu yang sebanding dengan akar kuadrat dari jumlah resolusi elemen yang dipantau secara bersamaan. Keuntungan Jacquinot karena spektroskopi FTIR tidak memerlukan penggunaan celah atau perangkat pembatas lainnya, dan output sumber keseluruhan dapat diteruskan melalui sampel terus menerus. Hal ini menghasilkan keuntungan substansial energi di detektor, sehingga dapat menerjemahkan sinyal yang lebih tinggi dan SNR dapat ditingkatkan (Stuart, 2004). Cermin yang bergerak harus akurat, selaras, dan harus mampu memindai dua jarak perbedaan sesuai dengan nilai yang dikenal, kemudian secara bersamasama dengan perbaikan SNR oleh Fellgett dan Jacquinot akan mendapatkan spektrum pada skala waktu milidetik. Dalam interferometer, faktor yang menentukan ketepatan posisi sebuah spektra inframerah adalah presisi pada posisi cermin pemindaian yang dikenali. Dengan menggunakan laser helium-neon sebagai referensi, posisi cermin dikenal dengan presisi tinggi (Stuart, 2004).

21 21 4. Kemometrika Kemometrika merupakan disiplin ilmu kimia yang menggunakan metode matematika dan statistika untuk merancang atau memilih prosedur dan percobaan pengukuran yang optimal, serta untuk menyediakan informasi kimia yang maksimal dengan data analisis kimia (Otto, 2007). Spektra inframerah digunakan untuk pengolahan data kimia dalam spektroskopi. Salah satu jenis kemometrika adalah analisis multivariat yang menggunakan beberapa variabel, yakni spektra dalam banyak bilangan gelombang. Tiap spektra tersebut diukur untuk suatu sampel yang menjadi target (Miller dan Miller, 2000). Persamaan matematika yang menghubungkan antara respon analit dengan konsentrasi disebut dengan persamaan kalibrasi (Mark dan Workman, 2003). Kemometrika banyak berkaitan dengan penggunaan kalibrasi multivariat (Adams, 2004). Dua macam kalibrasi multivariat yang sudah banyak digunakan adalah regresi kuadrat terkecil atau partial least square (PLS) dan regresi komponen utama atau principal component regression (PCR). a. Partial Least Square (PLS) Model kalibrasi ini dapat mengatasi selektivitas yang rendah, hasil pengukuran (variabel x) yang dipengaruhi senyawa lain, ko-linieritas, respon pengukuran yang saling berkorelasi, kurangnya pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada nilai x dan y, belum diketahuinya analit pada hasil pengukuran, dan adanya interaksi antar analit. Metode PLS lebih robust karena suatu parameter model yang tidak banyak berubah ketika sampel baru diambil dari

22 22 total populasi, sehingga metode ini dapat menjadi alternatif yang baik (Geladi dan Kowalski, 1986). Matriks yang digunakan adalah data spektra (variabel prediktor) pada matriks X dan nilai referens (variabel respon) pada matriks Y. Setiap komponen pada regresi PLS diperoleh dengan memaksimalkan korelasi variasi antara variabel y dengan setiap fungsi linier yang memungkinkan dari variabel x (Romia dan Bernardez, 2009). PLS digunakan untuk mengekstrak informasi dari spektra kompleks yang mengandung puncak yang tumpang tindih, adanya pengganggu, serta adanya derau (noise) dari instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data (Syahariza, dkk., 2005). Informasi diperoleh dari pengukuran yang diekstraksi menjadi variabel baru dengan jumlah variabel lebih kecil tanpa kehilangan informasi pengukuran. Evaluasi kalibrasi PLS dilakukan dengan menggunakan root mean square error of calibration (RMSEC) dan koefisien determinasi (R 2 ). Uji-silang model PLS menggunakan teknik leave one out (Rohman dan Che Man, 2011 c ). b. Principal Component Analysis (PCA) PCA adalah teknik mereduksi data yang saling berkorelasi (Miller dan Miller, 2005). Pengolahan data dengan metode PCA ini dapat berjalan meskipun peneliti tidak memiliki pengetahuan (no prior knowledge) tentang data yang akan diolah, karena PCA merupakan salah satu teknik pengenalan pola yang tidak tersupervisi (unsupervised pattern recognition), dan sering digunakan untuk pembedaan sejumlah kelompok sampel (Miller dan Miller, 2005).

23 23 Pengelompokkan menggunakan PCA sebagian terjadi karena perbedaan komponen kimia atau perbedaan sifat fisik dari setiap sampel, yang tidak dapat dibedakan tanpa bantuan perhitungan matematika. Perbedaan kecil dan tidak kasat mata dari konsentrasi suatu komponen dapat menjadi komponen penting dalam pengelompokkan menggunakan PCA (Brereton, 2003). Hal ini membuat principle compnent (PC) sering disebut sebagai variabel tersembunyi ( latent variables ) (Miller dan Miller, 2005). PCA tidak bermanfaat apabila antar variabel tidak ada korelasi sama sekali (Miller dan Miller, 2000). Pada PCA, data diasumsikan tidak memiliki pola distribusi tertentu. PCA akan membuat beberapa komponen utama (principal components) dari data dengan membuat kombinasi linier antara masing-masing variabel. Komponen utama merupakan komponen yang dapat mengekstrak informasi sebanyak-banyaknya dari suatu data (Miller dan Miller, 2000). 5. Spektrum Derivatif Spektrum derivatif bertujuan untuk mengurangi gangguan yang disebabkan oleh penghamburan dan serapan senyawa lain, dapat mendeteksi dan menentukan bilangan gelombang serapan senyawa target dari spektrum yang kompleks, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemisahan pita serapan dari spektrum yang tumpang tindih. O Haver (1979) menyatakan bahwa spektroskopi derivatif adalah suatu pengukuran spektrum yang berasal dari rata-rata perubahan absorbansi dengan panjang gelombang. Menurut Skujins dan Varian (1986), spektra derivatif dirumuskan sebagai berikut :

24 24 = Keterangan: A = absorbansi ; λ = panjang gelombang (nm) Plot spektrum turunan orde pertama dihasilkan dari plot hubungan antara da/dλ terhadap nilai λ. Nilai plot spektrum turunan pertama digunakan untuk menentukan d 2 A/dλ 2 dan apabila di-plotting-kan terhadap λ maka akan menghasilkan plot spektrum turunan orde kedua, dan seterusnya. Pada turunan orde ke-n maka dibuat plot hubungan antara d n A/dλ n terhadap λ (Skujins dan Varian, 1986). F. LANDASAN TEORI Minyak hati ikan kod (MHIK) merupakan minyak yang mahal jika dibandingkan dengan lemak hewani lainnya. Hal ini menyebabkan MHIK besar kemungkinan untuk dipalsukan dengan minyak nabati yang memiliki harga yang jauh lebih murah, sehingga perlu dilakukan analisis autentikasi MHIK sebagai suatu langkah dalam penjaminan kualitas dan keamanan bagi konsumen. Metode analisis spektrofotometri inframerah Fourier Transform (FTIR) yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat sebelumnya telah banyak dilakukan untuk analisis pemalsuan minyak. Berdasarkan penelitian sebelumnya, spektroskopi FTIR telah memberikan kesuksesan pada analisis pemalsuan minyak karena merupakan metode sidik jari (fingerprint), peka, reliabel, dan operasionalisasinya mudah. Metode ini juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif, sesuai dengan hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa intensitas puncak (absorbansi) sebanding dengan konsentrasi gugus fungsional

25 25 dalam molekul sampel (Guillen dan Cabo, 1997). Pengukuran sampel menggunakan spektrofotometer FTIR akan menghasilkan data dalam jumlah besar sehingga diperlukan bantuan teknik untuk mereduksi dan mengekstraksi informasi yang ada menjadi lebih sederhana. Kalibrasi multivariat adalah analisis menggunakan beberapa variabel (spektra dalam banyak bilangan gelombang) yang diukur untuk suatu sampel yang dituju. Dua jenis analisis multivariat yang dapat digunakan diantaranya PCA untuk untuk membedakan MHIK dengan minyak nabati, dan PLS untuk optimasi dalam menghasilkan model yang sesuai untuk analisis kuantitatif minyak dalam campuran biner MHIK dengan minyak jagung (MJ), campuran biner MHIK dengan minyak biji anggur (MBA), dan campuran terner MHIK dengan minyak biji anggur dan minyak biji bunga matahari (MBBM). Berdasarkan alasan tersebut, maka digunakan kalibrasi multivariat untuk analisis dalam studi autentikasi MHIK. G. HIPOTESIS Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat dikemukan 2 hipotesis sebagai berikut: 1. Spektroskopi FTIR dihubungkan dengan PCA dapat digunakan untuk membedakan MHIK dengan minyak nabati.

26 26 2. Spektroskopi FTIR dan kalibrasi PLS dapat dapat digunakan untuk melakukan optimasi dan menghasilkan model yang sesuai untuk analisis kemurnian MHIK dalam campuran dengan minyak nabati (MHIK dalam campuran biner dengan MJ, MHIK dalam campuran biner dengan MBA, dan MHIK dalam campuran terner dengan MBBM dan MBA).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, kosmetik menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah kosmetik yang digunakan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah alpukat (Persea americana Mill.) yang cukup besar dalam skala global. Data statistik tahun 2013 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyiapan Lemak Sapi dan Lemak Babi Sebanyak 250 gram jaringan lemak sapi dan babi yang diperoleh dari pasar tradisional Purwokerto,dicuci dan dipotong kecil-kecil untuk

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Spektrofotometri Inframerah

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Spektrofotometri Inframerah 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Spektrofotometri Inframerah Spektrofotometri inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa kimia. Spektra inframerah suatu senyawa dapat

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Suplemen di pasaran dapat dibedakan berdasarkan kategori penggunaannya,

Lebih terperinci

ANALISIS KONTAMINASI LEMAK BABI DALAM MINYAK GORENG SAWIT (RBD PALM OIL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) DAN KEMOMETRIK

ANALISIS KONTAMINASI LEMAK BABI DALAM MINYAK GORENG SAWIT (RBD PALM OIL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) DAN KEMOMETRIK ANALISIS KONTAMINASI LEMAK BABI DALAM MINYAK GORENG SAWIT (RBD PALM OIL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) DAN KEMOMETRIK PROPOSAL SKRIPSI PUTRI KHOLISOTUN NAWA 082210101015 Kamis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Dalam buah alpukat terkandung vitamin A, B, C, dan E serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Dalam buah alpukat terkandung vitamin A, B, C, dan E serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah Alpukat merupakan salah satu buah yang telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Dalam buah alpukat terkandung vitamin A, B, C, dan E serta β-karoten dalam

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II. Tinjauan Pustaka A. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di berbagai negara untuk berbagai tujuan. Selain itu, N. sativa telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di berbagai negara untuk berbagai tujuan. Selain itu, N. sativa telah digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji jinten hitam (Nigella sativa) telah lama digunakan oleh masyarakat luas di berbagai negara untuk berbagai tujuan. Selain itu, N. sativa telah digunakan untuk pengobatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Reflektan Near Infrared Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) Perangkat NIRFlex Solids Petri N-500 yang digunakan dalam penelitian ini, menghasilkan data pengukuran berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau endemik yang tumbuh di pulau Papua. Minyak buah merah (MBM) dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau endemik yang tumbuh di pulau Papua. Minyak buah merah (MBM) dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman buah merah (Pandanus Conoideus Lam) adalah tanaman khas atau endemik yang tumbuh di pulau Papua. Minyak buah merah (MBM) dianggap sebagai minyak fungsional karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) JENIS LIPID 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) Lipid Definisi Lipid adalah Senyawa organik yang dibentuk terutama dari alkohol dan asam lemak yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

Pengantar spektroskopi IR

Pengantar spektroskopi IR Pengantar spektroskopi IR Interaksi radio elektro magnetik & materi Radiasi Elektromagnetik mempunyai spektrum pd beberapa daerah yang berbeda ini dapat digunakan untuk untuk informasi kualitatif dan kuantitatif

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Teofilin Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai berikut: Rumus Struktur : Gambar 2.1 Struktur Teofilin Nama Kimia : 1,3-dimethyl-7H-purine-2,6-dione

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

panjang gelombang, λ Lebih panjang

panjang gelombang, λ Lebih panjang λ panjang gelombang, λ Lebih panjang 1 Pengukuran serapan IR oleh suatu molekul sebagai fungsi dari frekuensi (bil. Gelombang) Teknik: Spektrofotometri IR Alat: Spektrofotometer IR Hasil: Spektra IR Sinar

Lebih terperinci

panjang gelombang, λ Lebih panjang

panjang gelombang, λ Lebih panjang λ panjang gelombang, λ Lebih panjang Pengukuran serapan IR oleh suatu molekul sebagai fungsi dari frekuensi (bil. Gelombang) Teknik: Spektrofotometri IR Alat: Spektrofotometer IR Hasil: Spektra IR Sinar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan kesehatan makanan memperoleh perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan kesehatan makanan memperoleh perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan makanan di Indonesia terkait dengan kehalalan, kebersihan, dan kesehatan makanan memperoleh perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah C. Keaslian Penelitian D. Urgensi Penelitian... 5

DAFTAR ISI... A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah C. Keaslian Penelitian D. Urgensi Penelitian... 5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vii x xi xiii INTISARI... xvii ABSTRACT...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrokuinon merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu dapat menginaktivasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Struktur Parasetamol Rumus Molekul : C 8

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak atau lemak merupakan ester dari gliserol dan asam lemak, tersusun atas campuran sebagian besar triasilgliserol dan sebagian kecil senyawa pengotor (di-gliserida dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Ketaren, 1986). Minyak goreng diekstraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Mutu Minyak Ikan Sebelum Ekstraksi dengan Fluida CO 2 Superkritik Minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan minyak ikan hasil samping industri pengalengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah analisis menggunakan spectroscopy fourier transform infrared (FTIR) dapat digunakan untuk melakukan identifikasi bakteri melalui

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kalibrasi NIR Spektra Kalibrasi NIR dapat dilakukan apabila telah terkumpul data uji minimal 60 sampel yang telah diubah menjadi spektrum. Pada penelitian ini telah terkumpul

Lebih terperinci

Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami definisi dan prinsip dasar lemak 2. Mahasiswa memahami penggolongan lemak 3. Mahasiswa memahami sifat-sifat lemak 4. Mahasiswa

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P Lipid Dr. Ir. Astuti,, M.P Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan merupakan suatu polimer Suatu molekul dikategorikan dalam lipid karena : mempunyai kelarutan yg rendah di dlm air larut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang PENDAHULUAN Latar Belakang Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Absorbsi Near Infrared Sampel Tepung Ikan Absorbsi near infrared oleh 50 sampel tepung ikan dengan panjang gelombang 900 sampai 2000 nm berkisar antara 0.1 sampai 0.7. Secara grafik

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele (Clarias sp.) Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Disebut dalam bahasa Inggris catfish,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang

Lebih terperinci

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Spektrofotometer sangat berhubungan dengan pengukuran jauhnya pengabsorbansian energi cahaya

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tikus Tikus adalah hewan yang termasuk ke dalam suku Muridae. Tikus merupakan salah satu hewan rondensia yang dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang, dan hewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN

PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN oleh : Siti Cholifah /J2D 004 194 Jurusan Fisika FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

LEMAK/LIPID Oleh: Susila Kristianingrum

LEMAK/LIPID Oleh: Susila Kristianingrum LEMAK/LIPID Oleh: Susila Kristianingrum Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat mengklasifikasikan jenis-jenis lemak, menjelaskan metode analisis lemak, dan mengaplikasikannya dalam analisis suatu sampel pangan

Lebih terperinci

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. DEFINISI defines lipids as a wide variety of natural products including fatty acids and their derivatives, steroids, terpenes, carotenoids, and bile acids, which have in

Lebih terperinci