Fransiskus Batista Marbun. Keywords : Komunikasi Antarbudaya dan Perilaku Budaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fransiskus Batista Marbun. Keywords : Komunikasi Antarbudaya dan Perilaku Budaya"

Transkripsi

1 Tanggapan Masyarakat terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kota Medan (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia) Fransiskus Batista Marbun Abstrak : Penelitian ini berjudul Tanggapan Masyarakat terhadap Perilaku Budaya Anak Punk, Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik tabel tunggal. Penelitian deskriptif ini berisikan situasi atau peristiwa penelitian dan tidak mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia tentang perilaku budaya anak punk di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Keywords : Komunikasi Antarbudaya dan Perilaku Budaya PENDAHULUAN Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses peralihan dan pertukaran informasi oleh manusia melalui adaptasi dari dan ke dalam sebuah sistem kehidupan manusia dan lingkungannya. Proses peralihan dan pertukaran informasi itu dilakukan melalui simbol-simbol bahasa verbal maupun nonverbal yang dipahami secara bersama (Liliweri, 2001: 5). Esensi komunikasi terletak pada proses, yaitu suatu aktivitas yang melayani hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertama-tama tertarik mempelajari komunikasi manusia (human communication), sebuah proses komunikasi yang melibatkan manusia pada kemarin, kini dan mungkin di masa yang akan datang (Liliweri, 2004: 5). 1

2 Kita harus paham sekarang bahwa komunikasi manusia itu terjadi dalam ruang hampa sosial. Alih-alih, komunikasi merupakan suatu matriks tindakan-tindakan sosial yang rumit dan saling berinteraksi, serta terjadi dalam suatu lingkungan sosial yang kompleks. Lingkungan sosial ini merefleksikan bagaimana orang hidup, bagaimana ia berinteraksi dengan orang lainnya. Lingkungan sosial ini adalah budaya, dan bila kita ingin benar-benar memahami komunikasi, kita pun harus memahami budaya (Mulyana dan Rakmat, 2002 : 18). Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana dan Rakmat, 2002 : 18). Budaya menampakkan diri dalam pola pola bahasa dalam bentuk bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model bagi tindakan tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat dari objek-objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari (Mulyana dan Rakmat, 2002 : 19). Hubungan komunikasi dan antarbudaya bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi. Apa yang kita perhatikan atau abaikan, apa yang kita pikirkan dan bagaimana kita memikirkannya dipengaruhi budaya. Pada gilirannya, apa yang kita bicarakan dan bagaimana kita membicarakannya, dan apa yang kita lihat turut membentuk, menentukan dan menghidupkan budaya kita. Budaya takkan hidup tanpa menyebabkan perubahan pada lainnya (Mulyana dan Rakmat, 2002 : 37). Perubahan pola hidup masyarakat dan perubahan budaya yang ada membuat manusia dihadapkan pada stimulasi yang kompleks dan memerlukan kejelian untuk menerima situasi tersebut. Budaya menampakkan diri dalam pola pola bahasa dalam bentuk bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang 2

3 memungkinkan orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Salah satu budaya yang muncul di kalangan masyarakat pada saat ini adalah punk (Ronaldo, 2008). Kata punk berasal dari sebuah kepanjangan public united not kingdom. Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London-Inggris di pertengahan tahun 1970 yang dulunya adalah sebuah gerakan untuk menentang para elit politik yang berkuasa di Inggris pada saat itu. Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik (Ronaldo, 2008). Dalam perjalanannya, komunitas punk di kota Medan cukup memiliki catatan yang panjang. Budaya dan scenes (istilah kelompok dalam komunitas punk) punk muncul pertama kali berkisar pada akhir tahun 1980 dan di awal Budaya ini dibawa oleh anak anak kota Medan yang sekolah atau berkunjung dari pulau Jawa, dan akhirnya meluas sampai ke pinggiran kota Medan (Newkicks, 2010, : 15). Komunitas punk di Indonesia, termasuk di kota Medan, memang sangat diwarnai oleh budaya dari barat atau Amerika dan Eropa. Biasanya perilaku mereka terlihat dari gaya busana yang mereka kenakan seperti sepatu boots, potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh ( Pada awal tahun 1997 mulai muncul berbagai macam komunitas street punk di kota Medan. Komunitas ini cepat menyebar luas, dan komunitas punkers baru juga semakin banyak bermunculan. Komunitas street punk di kota tersebut bermunculan mulai dari Jalan Sutomo, meluas sampai ke daerah Guru Patimpus, Aksara, Juanda, Titi Kuning, Brayan, Bilal, Belawan, Ayahanda, Griya, Speksi dan akhirnya sampai ke daerah Kelurahan Sei Sikambing (Newkicks, 2010, : 15). Dari pengamatan dan observasi penulis, kelompok punk yang memiliki anggota cukup banyak dan sering ditemui di daerah Sei Sikambing C II Medan Helvetia adalah kelompok punk yang sering mangkal di perempatan jalan Gatot 3

4 Subroto (didepan kompleks Perumahan Tomang Elok) dan seputar daerah Pasar Sei Sikambing. Punkers yang berada di areal tersebut sering membaur dengan masyarakat yang ada di daerah tempat mereka beraktifitas, berkumpul dan mengamen walaupun pada umumnya banyak juga masyarakat yang merasa risih dengan keberadaan mereka. Dari semua penjabaran di atas, maka di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis memilih objek penelitian adalah anak punk di daerah Medan Helvetia, khususnya Kelurahan Sei Sikambing C II, dan subjek penelitian ini ditekankan pada analisis nilai nilai budaya yang ada di kehidupan anak punk tersebut serta tanggapan masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia terhadap perilaku budaya anak punk tersebut. Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia merupakan masyarakat yang heterogen dan merupakan kawasan yang mobilitas penduduknya cukup tinggi. Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia juga telah menjadi rumah dan tempat tinggal bagi komunitas punkers yang ada di kawasan kelurahan Sei Sikambing C II Medan. Kawasan Kecamatan Medan Helvetia dapat dikatakan sebagai salah satu tempat yang cukup ramai dengan berbagai macam scenes punk. Oleh karena itulah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena budaya punk yang ada pada mereka secara tidak langsung menarik perhatian dan menjadi buah bibir di tengah tengah masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II, Medan Helvetia. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Tanggapan Masyarakat terhadap perilaku budaya anak punk di Kota Medan, Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. URAIAN TEORITIS Komunikasi Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti sama, dalam hal ini berarti membuat 4

5 kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih (Effendy, 2006:10). Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti sama, communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan di anut secara sama. Akan tetapi definisi- definsi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat kita berbagi pikiran, kita mendiskusikan makna, dan kita mengirimkan pesan (Mulyana dan Rakmat, 2002:4-42). Bentuk Komunikasi Secara umum, bentuk-bentuk komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok. Dalam prakteknya, bentuk-bentuk komunikasi tersebut saling mengisi dan melengkapi. Pada dasarnya ada tiga bentuk komunikasi yang umum digunakan yaitu, komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal dan paralingusitik. Berikut adalah penjelasan dari ketiga bentuk komunikasi tersebut : Komunikasi verbal Komunikasi verbal dapat diartikan sebagai pesan yang disampaikan dalam bentuk kata-kata atau ucapan, berisi informasi melalui pembicaraan atau bahasa tulisan. Komunikasi verbal bergantung pada bahasa. Komunikasi nonverbal Komunikasi nonverbal dapat diartikan sebagai bentuk pesan yang berupa / disampaikan dengan gerakan tubuh (tidak diucapkan), antara lain dengan facial expression (ekspresi wajah), eye movement (gerakan mata), lips movement (gerakan bibir), body movement (gerakan badan), dan physical appearance (penampilan fisik). 5

6 Paralinguistik Paralinguistik dapat berupa bentuk pesan yang mungkin bersama dengan bentuk pesan verbal (tetapi tidak langsung), misalnya menggunakan saluran radio, televisi, kaset, telepon, alat cetak, dan lain-lain (Mulyana dan Rakmat, 2002: 60). Komunikasi Antarbudaya Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tak dapat dielakkan dari pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, harus dicatat bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi (Hart II, 1996). Kita juga dapat memberikan definisi komunikasi antarbudaya yang paling sederhana yakni, komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan (Liliweri, 2001: 9-13). Kita dapat melihat bahwa proses perhatian komunikasi dan kebudayaan, terletak pada variasi langkah dan cara berkomunikasi yang melintasi komunitas atau kelompok manusia. Fokus perhatian studi komunikasi dan kebudayaan juga meliputi, bagaimana menjajagi makna dan pola-pola itu diartikulasikan ke dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi manusia (Liliweri, 2001: 9-10). Dengan demikian manakala suatu masyarakat berada pada kondisi kebudayaan yang beragam maka komunikasi antarpribadi dapat menyentuh nuansa-nuansa komunikasi antarbudaya. Di sini, kebudayaan yang menjadi latar belakang kehidupan, akan mempengaruhi perilaku komunikasi manusia. Oleh karena itu di saat kita berkomunikasi antarpribadi dengan seseorang dalam masyarakat yang makin majemuk, maka dia merupakan orang yang pertama dipengaruhi oleh kebudayaan kita (Liliweri, 2001: 12). 6

7 Perilaku Budaya Pemahaman terhadap perilaku budaya dapat dikatakan sudah menjadi ranah yang penting dalam komunikasi. Perilaku budaya dari setiap individu yang ada di masyarakat tentu banyak yang berbeda-beda. Pada perilaku budaya, terdapat dua bagian penting yang harus diingat, yaitu perilaku verbal dan perilaku nonverbal. Kedua bagian ini saling berhubungan dan juga saling mempengaruhi (Mulyana dan Rakmat, 2005: 30). Perilaku Verbal Berbicara tentang perilaku verbal tentu sudah sangat banyak pengertian tentang perilaku verbal yang telah dikemukakan oleh para ahli. Perilaku verbal adalah sebuah bentuk perilaku komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Secara garis besar bagian-bagian dari perilaku verbal dalam konteks komunikasi antarbudaya dapat dibagi lagi ke dalam: Topik Pembicaraan Topik pembicaraan sangatlah berpengaruh ketika akan melangsukan proses berkomunikasi. Topik pembicaraan yang tidak terarah bisa saja dapat membuat proses komunikasi yang sedang berlangsung antar komunikator dan komunikan tidak berjalan dengan baik dan pesan yang akan disampaikan tidak akan ditangkap dengan baik oleh komunikan. Frekuensi Berkomunikasi Dalam berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi tentu akan berguna dan juga memegang peranan yang cukup penting. Sebagai contoh, ketika kita kurang sering melakukan proses komunikasi dengan orang yang ada di sekitar lingkungan rumah kita tentu hubungan antara kita dengan mereka tidak begitu erat dikarenakan frekuensi berkomunikasi yang begitu kecil diantar kedua belah pihak. Kejelasan Isi Pesan Hal yang tidak kalah penting dalam perilaku verbal adalah kejelasan isi pesan yang diperoleh. Dalam konteks komunikasi antarbudaya, ketika proses berkomunikasi berlangsung diantara dua budaya yang berbeda, kejelasan isi pesan 7

8 serta pemahaman terhadap isi pesan yang disampaikan sangatlah berpengaruh agar tidak terjadi miss communication. Waktu Penyampaian Pesan Dalam konteks komunikasi antarbudaya, waktu penyampaian pesan juga berpengaruh dan mengambil peranan cukup penting. Waktu juga dapat mempengaruhi pemahaman seseorang dalam memahami maskud pesan yang disampaikan oleh si pemberi pesan. Suasana Penyampaian Pesan Suasana penyampaian pesan juga harus diperhatikan di dalam perilaku verbal pada konteks komunikasi antarbudaya. Komunikan harus mampu melihat suasana dan situasi, apakah dalam suasana santai, terbuka, dll. Isi Pesan Dari keseluruhan penjelasan di atas, isi pesan adalah komponen yang paling utama dalam perilaku verbal pada konteks komunikasi antarbudaya. Sangatlah penting terlebih dahulu untuk memastikan isi pesan yang akan disampaikan ketika hendak melakukan proses komunikasi (Lusiana, 2002:19). Perilaku Nonverbal Perilaku komunikasi nonverbal memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, walaupun hal ini sering kali tidak kita disadari. Padahal kebanyakan ahli komunikasi akan sepakat apabila dikatakan bahwa dalam interaksi tutup muka umumnya, hanya 35 persen dari social context suatu pesan yang disampaikan dengan kata-kata. Maka ada yang mengatakan bahwa bahasa verbal penting tetapi bahasa nonverbal tidak kalah pentingnya, bahkan mungkin lebih penting, dalam peristiwa komunikasi (Lusiana, 2002: 21). Pesan atau perilaku nonverbal menyatakan kepada kita bagaimana menginterprestasikan pesan-pesan lain yang terkandung didalamnya, misalnya: apa orang yang menyatakan pesan itu serius, bercanda, mengancam dan lain-lain. Hal demikian disebut : second-order message atau meto-communication (Gregory Bateson), yakni merangka yang mengelilingi pesan sehingga merupakan pedoman untuk penafsiran (Lusiana, 2002: 21). 8

9 Untuk merumuskan pengertian komunikasi nonverbal, biasanya ada beberapa defenisi yang digunakan secara umum : 1. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata. 2. Komunikasi nonverbal dapat terjadi apabila individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara. 3. Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh seseorang yang diberi makna oleh orang lain. 4. Komunikasi nonverbal adalah suatu mengenai ekspresi, wajah, sentuhan, waktu, gerak, syarat, bau, perilaku mata dan lain-lain (Lusiana, 2002: 21). Komunikasi nonverbal adalah proses yang dijalani oleh seorang individu atau lebih pada saat menyampaikan isyarat-isyarat nonverbal yang memiliki potensi untuk merangsang makna dalam pikiran individu atau individu-individu lain (Lusiana, 2002: 21). Macam macam Perilaku Nonverbal Ada beberapa bagian penting yang terdapat dalam perilaku nonverbal. Bagian tersebut tidak dapat dipisahkan dari perilaku nonverbal. Penampilan (Objecties) Untuk memutuskan apakah akan memulai pembicaraan dengan orang lain, tidak jarang kita dipengaruhi oleh penampilan. Kadang-kadang kesimpulan tentang kecerdasan, status sosial, pekerjaan seseorang ditarik dari bagaimana ia menampilkan dirinya. Misalnya : cara berpakaian. Gerakan Badaniah (Kinesics) Dalam beberapa tahun terakhir, buku-buku dan artikel mengenai bahasa badan (body language) telah memusatkan perhatian pada cara-cara manusia menggunakan gerak isyarat badan sebagai suatu bentuk komunikasi. Studi sistematik yang berupaya untuk menformalisasikan dan mengkordifikasikan perilaku badaniah ini disebut Kinesics. Studi kinesics mempelajari bagaimana isyaratisyarat nonverbal ini, baik yang sengaja maupun tidak, dapat mempengaruhi komunikasi. Salah satu contoh adalah : kita menyatakan sikap kepada orang-orang lain dengan beberapa cara, misalnya : kita menunjukkan 9

10 bahwa kita menyukai seseorang dengan menghadapkan badan kita padanya, bukan dengan mengelak. Juga mencondongkan badan kita kepada orang lain menandakan sikap positif kepadanya atau bisa juga sikap agresif. Persepsi Inderawi (Sensorics) Rabaan atau Sentuhan Kebudayaan mengajarkan pada anggota-anggotanya sejak kecil tentang siapa yang dapat kita raba, bilamana dan dimana kita bisa raba atau sentuh. Dalam banyak hal juga, kebudayaan mengajarkan kita bagaimana nafsirkan tindakan perabaan atau sentuhan. Dalam hal berjabatan tangan juga ada variasi kebudayaannya. Di negara jerman orang berjabat tangan hampir pada setiap kali pertemuan, sehingga sedikit modifikasinya dari satu situasi ke situasi yang lain. Tetapi di AS, jabatan tangan lebih digunakan untuk menunjukkan perasaan, misalnya jabatan tangan yang kuat, lemah, atau sensual. (Lusiana, 2002:25) Penciuman (Olfaction) Indera penciuman dapat berfungsi sebagai saluran untuk membangkitkan makna. Beberapa contoh yang ada dibawah ini melukiskan peranan penciuman dalam berbagai kebudayaan. Di negara-negara yang sebagian besar penduduknya tidak terlalu banyak mengkonsumsikan daging, ada anggapan bahwa orang-orang AS mengeluarkan bau yang tidak enak karena terlalu banyak makan daging. Persepsi mengenai bau memang berbeda antar satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Jika orang AS merupakan pencerminan dari kebudayaan yang anti bau, maka di beberapa negara Arab, prianya mengingingkan kaum wanitanya untuk mempunyai bau alam, yang dianggap sebagai perluasan dari pribadi individu (Lusiana, 2002:25). Penggunaan Ruang Jarak (Proxemics) Cara kita menggunakan ruang jarak sering kali menyatakan kepada orang lain sesuatu mengenai diri kita secara pribadi maupun kebudayaan. Aturan-aturan dan prosedur- prosedur yang menentukan ruang jarak dipelajari sebagai bagian dari masing-masing kebudayaan. Contoh penggunaan ruang jarak di kantorkantor. Orang AS lebih suka ada meja yang membatasi dirinya dengan orang lain. 10

11 Dalam kebudayaan lainnya seperti Amerika Latin atau Israel, meja dianggap membatasi komunikasi, sehingga orang berusaha untuk mendekati pihak yang diajak berbicara (Lusiana, 2002:25). Sikap terhadap Waktu (Chronemics) Kebiasaan kebiasaan bisa berbeda pada macam-mcam kebudayaan dalam hal : a. Persiapan berkomunikasi b. Saat dimulainya komunikasi c. Saat proses komunikasi berlangsung d. Saat mengakhiri. KERANGKA KONSEP Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2008: 57). Adapun konsep atau variabel yang terdapat di dalam penelitian ini adalah Tanggapan Masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia Tentang Perilaku Budaya Anak Punk di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. METODE PENELITIAN Pengertian dari metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan pengertian dari metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode yang ada (Usman, 2009: 41). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yakni tidak mencari hubungan atau membuat prediksi. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. 11

12 Ciri lain yang ada pada metode deskriptif adalah menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak hanya sebagai pengamat, dan membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasinya. (Usman, 2009: 46). Tujan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian (Usman, 2009: 48). Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari; objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya (Sugiyono, 2002: 55). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2003: 14). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang terdiri dari 362 rumah tangga, dimana dalam setiap rumah tangga hanya diwakilkan oleh 1 orang sampel yang berusia tahun. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili seluruh gejala yang diamati. 12

13 Arikunto mengatakan jika jumlah populasinya hanya berkisar 100 orang kebawah maka sebaiknya jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi (total sampling), sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, namun jika subjeknya besar, maka diambil antara 10-15% atau dari 20-25% dari jumlah keseluruhan populasi (Arikunto, 2002: 120). Dari pendapat Arikunto tersebut, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 20 % dari jumlah keseluruhan populasi : Sampel = 20% x 362 = 72,4 = 72 orang Teknik Penarikan Sampel Teknik ini mencakup orang-orang yang telah diseleksi atas dasar kriteriakriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan riset. Sedangkan orangorang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tidak akan dijadikan sampel. Pada umumnya teknik purposif dipilih untuk riset yang lebih mengutamakan kedalaman data daripada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan (Nawawi, 2003: 14). Karakteristik dari sampel penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang mengetahui tentang keberadaan punk di kelurahan mereka dan pernah berkomunikasi secara langsung serta melihat perilaku budaya dari komunitas punk tersebut. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Riset Kepustakaan (Library Research) Riset kepustakaan ini dilakukan dengan mencari data atau informasi melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2006: 31). Dalam penelitian ini penulis menggunakan buku dalam bidang komunikasi antarbudaya dan perilaku budaya, 13

14 khususnya buku yang berkaitan dan mendukung dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Riset Lapangan (Field Research) Riset lapangan adalah melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung dengan mendatangi responden. Selain itu, penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang dituju. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang telah disusun secara sistematis berdasarkan variabel operasional dimana pertanyaanpertanyaan yang ada mengarah pada tujuan penelitian yakni ingin mengetahui tanggapan masyarakat terhadap perilaku budaya anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dilakukan dengan bentuk kuesioner lembaran tertulis/tercetak, yakni bersifat kuesioner tertutup, dimana sejumlah pertanyaan telah ada jawabannya dan responden hanya perlu mencontreng atau memilih jawaban (Ruslan, 2006: 23). Kuesioner dilakukan secara personal oleh peneliti. Teknik Analisis Data Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, adapun teknik analisis data menggunakan program SPSS 13 For Windows karena dinilai sangat membantu untuk melakukan analisis dan interpretasi data. Analisis Tabel Tunggal Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan presentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995: 226). Data-data yang terkumpul diproses sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. 14

15 PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis data yang menggunakan tabel tunggal, maka selanjutnya akan dilakukan pembahasan yang berguna untuk melihat hasil penemuan penelitian yang dianggap menarik dan nantinya melalui pembahasan inilah dapat ditarik kesimpulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana Tanggapan Masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing II Medan Helvetia terhadap perilaku budaya anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Berdasarkan jawaban dari responden yang telah penulis rangkum dalam tabel-tabel tunggal di atas maka didapat beberapa kesimpulan tentang tanggapan masyarakat yang berada Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia (kepala keluarga) dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja sebagai berikut: Sebagian besar responden (kepala keluarga) dalam penelitian ini mengetahui tentang keberadaan anak punk yang berada di kawasan Lingkungan II Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah persentase sebesar 48,6 % atau sebanyak 35 kepala keluarga yang mengetahui tentang keberadaan anak punk tersebut dari total 72 kepala keluarga yang terpilih menjadi responden dalam penelitian ini. Berdasarkan data yang ada di lapangan, hampir setengah dari total responden dalam penelitian ini sering bertemu dengan komunitas punk yang berada di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia dengan persentase sebesar 54,2%. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai wiraswasta yang beaktifitas di Pasar Sei Sikambing yang jaraknya cukup dekat dengan tempat komunitas punk tersebut berkumpul dan beraktifitas. Tetapi pada kenyataannya, masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang menjadi responden dalam penelitian ini mengaku bahwa hanya terkadang saja berkomunikasi secara langsung dengan komunitas anak punk tersebut. Dari data yang ada di lapangan, sebanyak 37 kepala keluarga Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia menyatakan bahwa mereka kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan oleh anak punk sewaktu proses komunikasi sedang berlangsung. Pemahaman yang kurang terhadap topik 15

16 pembicaraan juga termasuk salah satu faktor yang menyebabkan responden (kepala keluarga) yang ada di Lingkungan II Sei Sikambing C II Medan Helvetia tidak tetarik dengan topik pembicaraan yang dilakukan oleh anak punk. Sebagian besar kepala keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini mengaku tidak tertarik dengan topik yang dibicarakan oleh anak punk, karena banyak dari responden yang menganggap hal tersebut hanya membuang waktu saja dan cenderung berpikiran negatif akan kehadiran anak punk yang ada di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang menjadi responden dalam penelitian ini (kepala keluarga) sebagian besar berpendapat bahwa sulit untuk memahami dan berbaur dengan komunitas punk tersebut. Dalam hal berkomunikasi, anak punk dianggap kurang terbuka dalam setiap penyampaian pesan sewaktu proses komunikasi berlangsung dan terkesan tertutup kepada masyarakat. Sebanyak 35 (48,6%) kepala keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini mengakui bahwa anak punk memang hanya terbuka dalam berkomunikasi kepada sesama anggota komunitas mereka saja. Dalam perilaku budaya anak punk, dari total 72 kepala keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 29 (40,3%) kepala keluarga berpendapat bahwa gaya berpakaian dan penampilan anak punk dinilai kurang menarik. Dari data yang ada di lapangan, gaya penampilan dan berpakaian anak punk tersebut kerap kali menjadi sorotan utama masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Banyak dari responden dalam penelitian ini yang beranggapan bahwa penampilan anak punk terkesan urak-urakan, lusuh, kumal dan tidak menarik untuk dipandang. Ketika 72 kepala keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini ditanya tentang pendapat mereka terhadap penampilan dan gaya berpakaian anak punk, sebanyak 40 kepala keluarga (55,6%) memberi tanggapan bahwa penampilan dan gaya berpakaian anak punk di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia merupakan suatu perilaku budaya yang menyimpang. Jadi dapat disimpulkan bahwa, memang benar bahwa sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia menggambarkan 16

17 perilaku budaya punk adalah perilaku budaya yang menyimpang dan terkesan negatif di mata masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikemukakan bagian-bagian penting yang merupakan kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang mengetahui tentang keberadaan anak punk di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia terbilang dengan persentase yang cukup tinggi. Hal ini juga berkaitan dengan intensitas responden dalam hal bertemu secara langsung dengan komunitas anak punk Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Jarak yang dekat antara pemukiman responden dan tempat berkumpulnya anak punk terbilang cukup dekat sehingga intensitas responden untuk bertemu komunitas punk yang ada di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia sering terjadi. Sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia memang berprofesi sebagai wirausaha yang menggantungkan hidup pada Pasar Sei Sikambing, yang lokasinya juga terbilang cukup dekat dengan tempat komunitas punk Kelurahan Sei Sikambing C II. Dalam hal berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi tentu dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan penafsiran atau penilaian terhadap lawan bicaranya. Dalam hal ini, gambaran dari masyarakat yang menjadi responden pada penelitian ini hanya terkadang saja berkomunikasi dengan anak punk, walaupun kebanyakan dari responden mengaku bahwa informasi yang diterima sewaktu berkomunikasi langsung dengan anak punk terbilang cukup jelas. Para responden juga berpendapat bahwa suasana penyampaian pesan yang dilakukan oleh anak punk masih dalam konteks yang wajar. 2. Dalam hal perilaku budaya dapat diuraikan ke dalam dua bagian yaitu perilaku verbal dan non verbal. Topik pembicaraan, frekuensi berkomunikasi, kejelasan isi, waktu penyampaian pesan, suasana penyampaian pesan, serta isi pesan merupakan unsur unsur yang penting dalam bagian perilaku verbal. Sedangkan, 17

18 penampilan, gerakan badaniah, persepsi inderawi, penggunaan ruang jarak dan penggunaan waktu merupakan unsur-unsur penting dalam perilaku nonverbal. Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini berpendapat bahwa penampilan dan gaya berpakaian anak punk dinilai kurang menarik. Dari segi kewajaran dan penamilan anak punk, responden juga menilai bahwa perilaku budaya mereka ada hal yang kurang wajar. Sebagai masyarakat awam pada umumnya berpendapat bahwa dalam hal penampilan, anak punk terkesan urak-urakan dan lusuh. Banyak masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini menanggapi bahwa penampilan dan gaya berpakaian anak punk merupakan perilaku budaya yang menyimpang dan masih menanggap bahwa budaya yang diadopsi oleh anak punk tersebut adalah hal yang sangat berbeda dengan budaya yang ada pada masyarakat Indonesia pada umumnya. Saran Dalam penelitian ini peneliti memberikan beberapa saran bagi responden penelitian, saran dalam kaitan akademis dan saran dalam kaitan praktis. Saran Responden Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menemukan bahwa sebagian besar responden menanggapi perilaku budaya anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia merupakan perilaku budaya yang aneh dan menimbulkan kesan yang negatif pada masyarakat. Responden kurang tertarik dengan perilaku budaya anak punk tersebut dan jarang berkomunikasi secara langsung dengan anan punk, sehingga hal ini dapat menimbulkan suatu kesan dan pemikiran yang negatif ketika melihat anak punk. Karena itu, peneliti menyarankan agar responden ataupun masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia lebih berinteraksi dan mencoba merangkul anak punk yang ada di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia agar terjalin komunikasi yang harmonis diantara masyarakat dan kelompok punk. 18

19 Saran Dalam Kaitan Akademis Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah tanggapan masyarakat yang berada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, terutama bagi mahasiswa Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai Tanggapan Masyarakat terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kota Medan atau penelitian yang sejenis, peneliti menyarankan agar peneliti yang bersangkutan kelak lebih memperbanyak referensi dari jurnal sehingga teori dan informasi yang diperoleh dapat lebih menyempurnakan hasil dari penelitian ini. Saran Dalam Kaitan Praktis Punk sebenarnya adalah atittude/sikap yang lahir dari sifat memberontak, tidak puas hati, marah dan benci, dari sifat-sifat inilah maka lahirnya Punk. Rasa tidak puas hati dan marah pada sesuatu terutama tindakan yang menindas ditunjukkan dan dimasukkan ke dalam musik dan pakaian mereka. Punk yang ada saat ini seharusnya dapat membuat tindakan yang lebih baik dan positif dalam menunjukkan eksistensi mereka. Dalam perilaku budaya punk yang sekarang harus lebih mengutamakan karya dan tujuan dari arti perilaku budaya punk yang sebenarnya, bukan hanya sekedar bergaya dan berpenampilan punk. DAFTAR PUSTAKA Andriani Lubis, Lusiana Komunikasi Antar Budaya. Medan:USU Repository. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 19

20 Effendy, Onong Uchajana Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Liliweri, Alo Gatra Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Remaja Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Remaja. Mulyana, Dedy & Rahmat, Jalaludin Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang yang Berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, H & Martini, H Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Newkicks Magazine. edisi November Medan: FNB Medan. Ruslan, Rosady Metode Penelitian Public Relaitons dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT. Pustaka LP3S Indonesia. Sugiyono Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta. Usman, Husaini Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara. 20

21 Sumber lain : Ronaldo Proses Internalisasi Nilai pada Remaja Punk di Yoggyakarta. da-remaja-punk-diyogyakarta (Diakses pada 15 Maret 2010). moralitas_bangsa_indonesia/#.t2hcixlly2l (Diakses pada tanggal 15 Maret 2010). 21

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya. Masyarakat dapat disebut juga dengan komunitas.

Lebih terperinci

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI Fipit Novita Sari 100904099 ABSTRAK Skripsi ini berisi penelitian mengenai bagaimana dinamika komunikasi antarbudaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas Punk menjadi salah satu bagian dalam masyarakat kota yang tidak mengikuti arus yang dibentuk oleh pasar. Citra identitas sebuah komunitas Punk hadir dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek,

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi maka pesat juga perkembangan dalam dunia mode dan fashion. Munculnya subculture seperti aliran Punk, Hippies,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa penilaian kualitas

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa penilaian kualitas 89 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa penilaian kualitas komunikasi interpersonal yang terjadi dalam kasus penyuluhan tatap muka gizi dan kesehatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok anak punk oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kelompok yang meresahkan serta mengganggu ketertiban umum. Di setiap sudut kota sering pula kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa orang menyebut mereka aneh. Mereka berdiri dipersimpangan lampu merah membawa gitar kecil sambil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang 20 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang kaki lima pasar Cendrawasih terhadap pembangunan Metro Mega Mall (M3) Kota Metro,

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Lebih terperinci

Tanggapan Masyarakat terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kota Medan

Tanggapan Masyarakat terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kota Medan Tanggapan Masyarakat terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kota Medan (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di Kelurahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya tentang gejala dari permasalahan yang timbul di lapangan. Kajiannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya tentang gejala dari permasalahan yang timbul di lapangan. Kajiannya 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif survey yaitu sebuah penelitian untuk mendapatkan fakta sebenarnya

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Sentra industri sepatu Cibaduyut terletak di kota Bandung bagian selatan ± 5km dari pusat kota, dan kabupaten Bandung bagian tengah ±15 km dari ibukota

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Keberadaan metode penelitian sangat penting artinya dalam suatu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Keberadaan metode penelitian sangat penting artinya dalam suatu 26 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Keberadaan metode penelitian sangat penting artinya dalam suatu kegiatan penelitian. Penggunaan metode yang relevan sangat mendukung terhadap keobjektivan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi Antar Pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang orang yag terlibat

Lebih terperinci

PERSEPSI DEBITUR TERHADAP KEMAMPUAN PERSONAL SELLING TENAGA PEMASAR PT BANK SUMUT

PERSEPSI DEBITUR TERHADAP KEMAMPUAN PERSONAL SELLING TENAGA PEMASAR PT BANK SUMUT PERSEPSI DEBITUR TERHADAP KEMAMPUAN PERSONAL SELLING TENAGA PEMASAR PT BANK SUMUT (Studi Deskriptif Persepsi Debitur Terhadap Kemampuan Personal Selling Tenaga Pemasar Kredit Mikro Sumut Sejahtera I PT

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada akhir tahun belakangan ini salah satu organisasi Transnasional (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pasalnya hal

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI DAN TINGKAT KESADARAN KESEHATAN

STRATEGI KOMUNIKASI DAN TINGKAT KESADARAN KESEHATAN STRATEGI KOMUNIKASI DAN TINGKAT KESADARAN KESEHATAN (Studi Korelasional Pengaruh Strategi Komunikasi Tim Penggerak PKK Pokja IV Terhadap Tingkat Kesadaran Masyarakat Mengenai Kesehatan di Kelurahan Dendang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya KOMUNIKASI VERBAL = KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA/KATA- KATA, BAIK LISAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Hal ini dikarenakan mausia sebagai mahluk sosial yang berusaha

Lebih terperinci

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Komunikasi: Suatu Pengantar Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu melakukannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif sebagai metode dalam

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG 100904084 Abstrak Skripsi ini berisi penelitian mengenai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III. Metodologi Penelitian 43 BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Sifat Penelitian Berdasarkan judul penelitian penulis, yaitu mengenai efektifitas Event KFC Music Hit List sebagai wahana Public Relations PT. Fastfood Indonesia, Tbk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT 1 PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Nofi Yani 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja 2. 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju dan aksesoris yang dikenakan

Lebih terperinci

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT 1 PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK Dian Setiani 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting, bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Tiada hari tanpa komunikasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam membahas efektivitas komunikasi XL Twitter, peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam membahas efektivitas komunikasi XL Twitter, peneliti 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam membahas efektivitas komunikasi XL Twitter, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitaif. Isaac dan Michael dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian 1. Pendekatan Penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yakni memahami tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:9) mengemukakan bahwa: metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. 1. atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. 1. atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel

Lebih terperinci

FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM INSTANT MESSAGING

FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM INSTANT MESSAGING FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM INSTANT MESSAGING (Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Nonverbal Emoticon dalam Instant Messaging pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi USU) ARTHA ARIHTA SINURAYA 100904044

Lebih terperinci

MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI

MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI (Studi Korelasional Pemanfaatan Majalah MINAT Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Karyawan di Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV) Indra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Deskriptif berarti bersifat menggambarkan atau melukiskan sesuatu hal. Menggambarkan

Lebih terperinci

KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH

KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Kualitas Komunikasi Telemarketer yang Mempengaruhi Persepsi Nasabah PT.Bank Permata,Tbk Cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Melalui komunikasi,

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI PETUGAS LOKET TERHADAP PELANGGAN DI KANTOR POS CABANG MANADO

PERAN KOMUNIKASI PETUGAS LOKET TERHADAP PELANGGAN DI KANTOR POS CABANG MANADO PERAN KOMUNIKASI PETUGAS LOKET TERHADAP PELANGGAN DI KANTOR POS CABANG MANADO Oleh : Pingkan Julita Aguw Desie M.D. Warouw Johny Semduk e-mail: pinkaguw@yahoo.com Abstrak Petugas loket di kantor pos sangatlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika Papua merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika Papua merupakan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian dengan judul Pengaruh Lingkungan Prostitusi Terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika Papua merupakan jenis

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 60 A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Best (1982:119) Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip 68 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penilitian kuantitatif dengan format deskriptif adalah penelitian yang hanya menggambarkan situasi dan peristiwa membahas masalahnya sendiri, tidak mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis mengemukakan metode penelitian yang berisi tentang (1) Jenis dan pendekatan penelitian, (2) lokasi penelitian, (3) data dan sumber data, (4) prosedur pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Manfaat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. 36 Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. 36 Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau sifat dari penelitian ini menggunakan jenis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 4 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Memahami Perbedaan Perbedaan Budaya DESKRIPSI Modul ini membahas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian respon masyarakat terhadap perempuan merokok, digunakan tipe penelitian deskriptif dan metode kuantitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki ciri khas masing-masing, berbeda antara satu dengan yang lain, karena cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian 87 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Bogdan & Taylor mendefinisikan metode kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. 0 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 105 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari uraian penelitian yang telah dilakukan terkait dengan personal appearance dosen dalam menciptakan partisipasi aktif mahasiswa di dalam kelas Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Husaini Usman (2008:129), metode deskriptif merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pengertian squatting sebagai wadah kreatifitas anak punk di Surakarta, dapat diuraikan sebagai berikut: Squatting : beranda atau tempat tinggal bagi anak punk yang dihuni

Lebih terperinci

Daniel Karo Sekali ABSTRAK

Daniel Karo Sekali ABSTRAK PERAN KOMUNIKASI KELOMPOK DAN MINAT BEROLAHRAGA (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Kelompok Terhadap Minat Berolahraga Pada Anggota Asosiasi BMX Indonesia Pengda Sumatera Utara di Taman Sri

Lebih terperinci

PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT (Studi Korelasional di Perumahan Johor Indah Permai 1 Kota Medan) SITI ARDIYANTI 080904119 ABSTRAK Skripsi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ACCOUNT SEBAGAI SARANA INFORMASI (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Account

PEMANFAATAN ACCOUNT SEBAGAI SARANA INFORMASI (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Account PEMANFAATAN ACCOUNT TWITTER @anak_usu SEBAGAI SARANA INFORMASI (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Account Twitter @anak_usu Sebagai Sarana Informasi Pendidikan, Event/kegiatan dan perkembangan kampus

Lebih terperinci

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) Karina Pinem 100904046 Abstrak Penelitian ini berjudul Literasi Media

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2000:3), menyatakan: Prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di Kelurahan Sumbersari RW 01, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. B. Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS

EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS DAN CITRA PERUSAHAAN (Studi korelasional tentang Pengaruh Eksternal Public Relations dalam Meningkatkan Citra Perusahaan di Kalangan Nasabah Bank Sumut Cabang Marendal Kota Medan)

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.metode deskriptif adalah suatu metode dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa dan Minangkabau) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu dimana si peneliti ingin mengetahui gambaran suatu hal, tidak menghubunghubungkan

Lebih terperinci