BAB I PENGANTAR. Umum dan perdagangan efek, Perseroan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
|
|
- Ade Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perseroan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek 1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia terbilang semakin pesat, hal tersebut tak lain dikarenakan Pasar Modal memiliki peranan strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan serta sarana investasi bagi pemodal. Pada hakekatnya Pasar Modal tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional yang selama ini dikenal yang mana dalam pasar tradisional tersebut terdapat pembeli, penjual serta kegiatan tawar menawara harga, kegiatan sebagaima terjadi dalam pasar tradisional tersebut merupakan gambaran sederhana mengenai kegiatan yang terjadi dalam Pasar Modal. Pihak yang membutuhkan dana dalam hal ini adalah Perseroan Terbatas yang mana berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (UUPT) Pasal 11 ayat 1 memiliki definisi sebagai berikut: Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan 1 Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang No. 8 tahun 1985 Tentang Pasar Modal.
2 2 pelaksanaannya. Kedudukan Perseroan Terbatas bila dihadapkan dengan doktrin atau ajaran umum (de heersende leer) tentang badan hukum, maka unsur-unsur badan hukum sesuai dengan de heersende leer seperti: a. Adanya kekayaan terpisah; b. Adanya tujuan tertentu; c. Adanya kepentingan sendiri; d. Adanya organisasi yang teratur, dapat dilihat di dalam Perseroan Terbatas sebagai badan hukum. 2 Perseroan sebagai pihak yang membutuhkan dana dapat melakukan Penawaran Umum Perdana atau populer dengan sebutan Initial Public Offering atau Go Public untuk menghimpun dana sesuai dengan kebutuhan Perseroan. Penawaran Umum Perdana ini adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh undangundang ini dan peraturan pelaksanaannya. Dengan dilakukannya Penawaran Umum Perdana Perseroan disebut sebagai Perseroan Terbuka. Selanjutnya jika saham yang ditawarkan kepada publik, dimiliki oleh sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham dan modal disetornya paling tidak sebesar Rp ,- (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah maka Perseroan tersebut merupakan Perseroan Publik. 2 Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 24
3 3 Penawaran Umum Perdana merupakan suatu kegiatan Pasar Modal yang banyak dilakukan oleh Perseroan-Perseroan, sebabnya tak lain adalah kesempatan Perseroan untuk dapat menghimpun dana dalam jumlah besar dan tentunya dana yang diperoleh tersebut akan semakin menunjang kegiatan operasional Perseroan dan mewujudkan cita cita memperoleh profit setingi-tingginya. Namun menjadi Perseroan Publik juga berarti tanggung jawab yang dimiliki semakin besar dan semakin banyak Peraturan Perundangan yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kepemilikan saham suatu Perseroan oleh publik tentunya tidak lepas dari konsekuensi Perseroan Publik untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakan, transaksi serta aksi korporasi yang akan dijalankan tidak hanya terhadap pemegang saham mayoritas namun juga terhadap pemegang saham minoritas. Pada prateknya pemegang saham minoritas seringkali berada pada posisi yang lemah, sebabnya adalah pemegang saham dengan kepemilikan saham mayoritas memiliki kepentingan yang cukup besar terhadap perusahaan sehingga monopoli terhadap jalannya perusahaan cenderung dilakukan oleh pemegang saham mayoritas. Perlindungan hukum terhadap pemegang saham mayoritas ditinjau dari UUPT cukup terjamin dengan adanya mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham yang mana jika keputusan tidak dapat diambil secara musyawarah maka akan diambil keputusan yang dapat diterima oleh mayoritas. Berbanding terbalik dengan pemegang saham minoritas yang kedudukan suaranya kurang diperhatikan padahal semestinya suara minoritas juga harus mendapatkan perlindungan. Konsep dan pengaturan hukum tentang prinsip perlindungan pemegang saham minoritas merupakan hal yang baru dan kurang mendapatkan
4 4 porsi yang cukup dalam peraturan perundang-undangan hukum korporat di Indonesia selama ini, hal ini dikarenakan oleh: 3 1. Kuatnya berlaku prinsip bahwa yang dapat mewakili perseroan hanyalah Direksi 2. Kuatnya berlaku pendapat bahwa yang dianggap demokratis adalahyang berkuasa adalah pihak mayoritas. 3. Kuatnya rasa keengganan dari pengadilan untuk mencampuri urusan bisnis dari suatu perusahaan. UUPT membuat suatu teroboson dengan mengatur equal treatment terhadap hak-hak seluruh pemegang saham baik mayoritas maupun minoritas, beberapa pasal yang menggambarkan hal tersebut adalah: 1. Pasal 61 ayat (1) UUPT sebagai berikut: Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. Hak ini dikenal sebagai Hak Perseorangan (Personal Right) yang mana secara hukum semua orang memiliki kedudukan yang sama di mata hukum, sehingga pemegang saham minoritas mempunyai hak untuk menggugat Direksi dan/atau Dewan Komisaris ke Pengadilan Negeri jika melakukan kesalahan atau kelalaian yang merugikan Pemegang Saham Minoritas. 3 Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan Dan Soal-Soal Aktual Hukum Perusahaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 220.
5 5 2. Pasal 62 ayat (1) UUPT sebagai berikut: Setiap Pemegang Saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa: a. Perubahan Anggaran Dasar; b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan Hak pemegang saham minoritas sebagaimana diatur dalam Pasal 62 ayat (1) UUPT tersebut merupakan Hak untuk membela kepentingannya dalam rangka menilai harga saham atau disebut sebagai Appraisal Right. 3. Pasal 43 ayat (1) dan (2) UUPT sebagai berikut: (1) Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama. (2) Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya Hak ini merupakan hak untuk meminta didahulukan atas saham yang ditawarkan dan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham minoritas haruslah harga yang
6 6 sama dengan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham lainnya, hak ini disebut juga sebagai Pre-Emptive Right. 4. Pasal 79 ayat (2) sebagai berikut: Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas permintaan: a. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil Hak ini merupakan hak pemegang saham minoritas untuk menggugat Direksi dan Dewan Komisaris yang mengatasnamakan Perseroan, sehingga dengan demikian pemegang saham minoritas memiliki hak untuk membela kepentingan Perseroan melalui otoritas lembaga Peradilan, hak ini disebut juga Derivative Right. 5. Pasal 97 ayat (6) UUPT sebagai berikut: Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. Ini dikenal juga dengan nama Enquete Right atau hak angket dimana pemegang saham minoritas memiliki kewenangan untuk mengajukan permohonan pemeriksaan berhubung terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau halhal yang disembunyikan oleh Direksi, Dewan Komisaris atau pemegang saham.
7 7 Selain apa yang telah diatur dalam UUPT, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal (UUPM) juga berusaha untuk memberikan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, hal tersebut tercermin dari lahirnya sebuah lembaga bernama Badan Pengawas Pasar Modal ( Bapepam ) yang bertanggung jawab kepada Menteri. UUPM memberikan kewenangan kepada Bapepam-LK untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal untuk tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat 4. Dalam melakukan aktivitas di pasar modal, perusahaan publik atau sebuah perusahaan tercatat di dalam rencananya untuk melakukan suatu transaksi bisnis wajib memperhatikan rambu-rambu yang diatur dalam peraturan pasar modal yang berlaku, yaitu Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) beserta seluruh peraturan pelaksananya. Hal ini perlu dilakukan demi mencapai sasaran yang ingin dicapai Undang-Undang Pasar Modal, yaitu : a. Terciptanya kerangka hukum yang kuat di bidang pasar modal; b. Menciptakan transparansi dan memberikan jaminan perlindungan hukum bagi investor; c. Meningkatkan profesionalisme para pelaku pasar modal; d. Menciptakan sistem perdagangan yang aman, tertib, efisien, dan likuid; e. Memberikan kesempatan berinvestasi bagi para investor kecil; 5 4 Pasal 3 & 4 Undang-Undang No. 8 Tahun Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal 15
8 8 Pengawasan mempunyai posisi yang vital bagi keberhasilan organisasi, Semakin besar dan kompleks suatu organisasi, maka akan semakin membutuhkan pengawasan mengingat rentang kendali yang panjang dan sulit untuk dilakukan oleh manusia secara individu. 6 UUPM memberikan 17 (tujuh belas) kewenangan kepada Bapepam hal tersebut tak lain untuk mengefektifkan independensi Bapepam agar dapat menegakkan hukum secara konsisten dan adil. Kemudian perkembangan terbaru sehubungan dengan independensi Bappeam adalah pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan adanya OJK maka Bapepam akan lepas dari Menteri dalam hal ini Kementerian Keuangan. OJK d/h Bapepam dalam perkembangannya banyak mengeluarkan peraturan peraturan yang berlaku bagi Perseroan Publik di bidang pasar modal. Banyak dari Peraturan yang dikeluarkan oleh OJK bertujuan untuk meningkatkan prinsip transparansi serta sebagai bentuk perlindungan terhadap pemegang saham minoritas. Salah satu Peraturan yang dikeluarkan oleh OJK yang bertujuan untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas adalah Peraturan Bapepam & LK Nomor IX.E.1 Lampiran Keputusan Bapepam & LK Nomor Kep-521/BL/2008 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu (Peraturan IX.E.1). Sebelum lahir Peraturan IX.E.1 ini terdapat Peraturan yang mengatur hal sama dan diterbitkan pada tahun 2000 namun Peraturan tersebut dianggap sudah tidak sesuai dengan kondisi Pasar Modal yang semakin berkembang dan untuk tujuan meningkatkan prinisp keterbukaan dan perlindungan terhadap pemegang 6 Jusuf Anwar, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, PT Alumni, Bandung, 2008, hal 127
9 9 saham minoritas terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan Publik, maka Peraturan tahun 2000 tersebut direvisi. Pokok pokok yang direvisi pada Peraturan tersebut adalah : 1. Menambahkan pengertian Transaksi Afiliasi; 2. Menyempurnkan pengertian Benturan kepentingan dalam suatu transaksi; 3. Menambahkan kewajiban bagi perusahaan yang melakukan Transaksi Afiliasi; 4. Penambahan terhadap pengecualian transaksi yang mengandung Benturan Kepentingan; 5. Memasukkan jangka waktu penyampaian laporan bagi Perseroan Publik yang melakukan transaksi benturan kepentingan; Peraturan IX.E.1 ini berlaku bagi perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum Efek bersifat Ekuitas atau bagi Perseroan Publik. Pada prinsipnya Peraturan IX.E.1 bertujuan untuk meminimalisir Perseroan Publik untuk melakukan transaksi afiliasi serta transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Pasal 1 ayat (d) dan (f) Peraturan IX.E.1 mengatur definisi mengenai transaksi afiliasi dan benturan kepentingan yaitu: Pasal 1 ayat (d) Peraturan IX.E.1 Transaksi Afiliasi adalah Transaksi yang dilakukan oleh Perusahaan atau Perusahaan Terkendali dengan Afiliasi dari Perusahaan atau Afiliasi dari anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama Perusahaan. Peraturan 1 ayat (f) Peraturan IX.E.1 Benturan Kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis Perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, anggota
10 10 Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan Perusahaan dimaksud. Dengan dilakukannya transaksi afiliasi oleh Peseroan Publik maka terdapat kewajiban untuk mengumumkan transaksi tersebut kepada masyarakat umum serta menyampaikan dokumen pendukungnya kepada OJK paling lambat 2 (dua) hari setelah terjadinya transaksi tersebut. Dokumen pendukung yang dimaksud disini adalah Laporan dari Penilai Independen yang menyatakan wajar atau tidaknya transaksi afiliasi tersebut dilakukan oleh Perseroan Publik. Lain hal nya dengan Transaksi Benturan Kepentingan, Perseroan Publik harus mengajukan kepada Pemegang Saham Independen dalam Rapat Umum Pemegang Saham untuk mendapatkan persetujuan. Melalui ketentuan yang diatur dalam Peraturan IX.E.1 dapat dilihat bahwa OJK mencoba merealisasikan fungsinya untuk mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Namun ketentuan mengumumkan transaksi afiliasi serta menyampaikan Laporan Kewajaran dari Penilai paling lambat 2 (dua) hari setelah transaksi afiliasi dilakukan merupakan tindakan represif. Artinya, perbuatan telah terjadi dan kemungkinan kerugian pun bisa saja telah dialami, sedangkan penerapan prinsip keterbukaan dan pemberdayaan pemegang saham independen merupakan sarana hukum untuk mencegah transaksi afiliasi tertentu yang biasa menguntungkan pihak-pihak tertentu dan sekaligus merugikan Perseroan Publik. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., (Garuda Indonesia) merupakan perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum Perdana pada tahun 2011
11 11 dengan nilai emisi sebesar Rp ,- (empat triliun tujuh ratus lima pulih miliar Rupiah), dengan nilai emisi yang tergolong besar Garuda Indonesia sebagai Perseroan Publik tentunya memiliki sejumlah besar pemegang saham minoritas. Komposisi Pemegang Saham Garuda Indonesia pada saat ini adalah: Pemegang Sahan Status Pemilik Jumlah Saham Presentasi Kepemilikan Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia ,136% Credit Suisse AG Singapore TR AC CL Perseroan Terbatas ,00% Pemegang Saham Lainnya ,864% Sumber : Daftar Pemegang Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. per 31 Juli 2014 yang dikeluarkan oleh PT Datindo Entrycom Dilihat dari tabel tersebut di atas maka selain Garuda Indonesia adalah merupakan Perseroan Publik, Garuda Indonesia juga merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), apa yang dimaksud dengan BUMN sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) adalah : Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modanya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasa dari kekayaan negara Selanjutnya Pasal 1 ayat (2) UU BUMN mengatur mengenai definisi daripada Persero yaitu : Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
12 12 oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan. Sehingga dengan adanya kepemilikan modal Negara Republik Indonesia sebesar 69,136% pada Garuda Indonesia, maka menurut UU BUMN Garuda Indonesia termasuk dalam Persero. Konsekuensi Garuda Indonesia sebagai BUMN Persero dan kaitannya dengan Peraturan IX.E.1 adalah dengan demikian Garuda Indonesia berpotensi besar melakukan apa yang disebut dengan transaksi afiliasi. Singkatnya, transkasi antara BUMN Persero yang satu dengan BUMN Persero lainnya dikategorikan sebagai transaksi afiliasi karena dikendalikan oleh pihak yang sama yaitu Negara Republik Indonesia selaku pemegang saham utama. Sehingga Garuda Indonesia dalam melalukan transaksinya harus memperhatikan ketentuan dalam Peraturan IX.E.1. Padahal jika dicermati lebih dalam, tentunya ada beberapa kendala yang dialami oleh Garuda dalam memenuhi ketentuan yang diatur oleh Peraturan IX.E.1 salah satunya adalah kendala efisiensi waktu serta biaya, dimana dalam pelaporannya diperlukan Penilai atau Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) yang mana pengadaannya wajib dilakukan dengan sistem tender, kemudian tentunya Garuda Indonesia harus membayar biaya KJPP tersebut untuk mengeluarkan Laporan Pendapat Kewajaran atas transaksi afiliasi yang dilakukan dan setelahnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk publikasi di surat kabar berperedaran Nasional. Di sisi pemegang saham minoritas, Peraturan IX.E.1 ini juga nampaknya memiliki kelemahan. Sebagai contoh di tahun 2013 Garuda Indonesia memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., (BRI) sebesar USD
13 ,- (empat puluh juta Dollar Amerika Serikat) dan kepemilikan Negara Republik Indonesia pada BRI adalah sebesar 56,57% dan transaksi ini bukan merupakan core business dari Garuda sehingga dapat digolongkan Transaksi Afiliasi, Garuda wajib menyampaikan Laporan Kewajaran terhadap transaksi ini serta melakukan publikasi di surat kabar berperadaran nasional paling lambat 2 (dua) hari setelah transaksi dilakukan dan KJPP menyimpulkan bahwa transaksi tersebut adalah transaksi yang wajar 7. Sebagaimana yang telah dibahas dalam paragrap sebelumnya, apa yang diatur oleh OJK dalam Peraturan IX.E.1 merupakan tindakan represif yang mana transaksi dimaksud telah terjadi dan telah dilaksanakan. Yang menjadi pertanyaan kemudian apakah Garuda Indonesia dapat menentukan transaksi mana yang dianggap transaksi afiliasi dan apakah ketentuan yang diatur dalam Pearturan Bapepam IX.E.1 dapat dilaksanakan dengan baik kaitannya dengan perlindungan hak pemegang saham minoritas serta kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu kajian dan analisis yang lebih mendalam mengenai transaksi afiliasi pada Garuda Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis tertarik untuk membuat sauatu kajian yang lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut, dengan judul TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERATURAN BAPEPAM NOMOR IX.E.1 DALAM TRANSAKSI AFILIASI PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. TERHADAP PERLINDUNGAN PEMEGANG SAHAM MINORITAS 7 Keterbukaan Informasi Sehubungan dengan Transaksi Afiliasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ( Perseroan ), Bisnis Indonesia, Jumat 31 Mei, hlm. 5.
14 14 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah penulis uraian tersebut, maka penulis mengambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., menentukan suatu transaksi merupakan transaksi afiliasi atau tidak? 2. Bagaimana PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., melaksanakan kewajiban mengenai transaksi afiliasi terhadap pemegang saham minoritas sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.E.1? C. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, belum pernah ada penulis-penulis terdahulu yang menulis dan meneliti mengenai TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERATURAN BAPEPAM NOMOR IX.E.1 DALAM TRANSAKSI AFILIASI PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK. TERHADAP PERLINDUNGAN PEMEGANG SAHAM MINORITAS, namun apabila ternyata tanpa sepengetahuan penulis telah ada penulis terdahulu yang telah menulis seperti yang penulis tulis, maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya. D. Manfaat Penelitian Penulisan tesis ini diharapkan akan diperoleh manfaat praktis dan teoritis sebagai berikut: 1. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
15 15 a. Bagi penulis, penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada program Pascasarjana Universitas Gajah mada b. PT Garuda Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, dari hasil penelitian ini diaharapkan dapat dijadikan bahan masukan, evaluasi serta referesi berkaitan dengan aspek-aspek hukum yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang akan melakukan transaksi afiliasi, khususnya pemahaman aspek yuridis di bidang Pasar Modal c. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi mahasiswa yang melakukan penelitian berkait dan dengan transaksi afiliasi kaitannya dengan perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas 2. Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai berikut: a. Memberikan masukan bagi pihak-pihak berkepentingan dalam kegiatan transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan b. Memberikan masukan bagi pemegang saham minoritas berkaitan dengan kepastian hukum dan perlindungan yang diperoleh terhadap terjadinya transaksi afiliasi oleh Perseroan Publik. c. Sebagai informasi bagi para peneliti dan praktisi Pasar Modal yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan substansi yang sama dengan sudut pandang lain.
16 16 E. Tujuan Penelitian a. Tujuan Subjektif Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek yang diteliti dan dalam rangka penyusunan penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. b. Tujuan Objektif Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang menyeluruh tentang: a) Praktek PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., dalam menjalankan Peraturan IX.E.1 b) Hambatan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., dalam menjalankan kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan IX.E.1 c) Efektivitas daripada Peraturan IX.E.1 dalam menjamin kepastian hukum & perlindungan terhadap pemegang saham minoritas.
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-264/BL/2011 TENTANG PENGAMBILALIHAN
Lebih terperinci-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA
-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA
PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA 1. KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Perusahaan Terbuka adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain melalui perbankan, lembaga pembiayan, dan pasar modal. Pasar modal
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara membutuhkan pembiayaan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 179/BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK
Lebih terperinciDRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- /BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR
Lebih terperinciMATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1
MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. Ayat 1 Tidak Ada Perubahan Perubahan Pada Ayat 2 menjadi berbunyi Sbb: NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Perseroan dapat membuka kantor
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 TENTANG
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 Peraturan Nomor IX.J.1 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LK NOMOR KEP-259/BL/2008 TANGGAL 30 JUNI 2008 PERATURAN NOMOR IX.H.1: PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA
LAMPIRAN KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LK NOMOR KEP-259/BL/2008 TANGGAL 30 JUNI 2008 PERATURAN NOMOR IX.H.1: PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA 1. Definisi dalam hubungannya dengan peraturan ini: a. Perusahaan
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK
Peraturan Bapepam PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-13/PM/1997,
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R
No.374, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. RUPS. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5644) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 259/BL/2008 TENTANG PENGAMBILALIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 Pasal 1 butir 13, Pasar Modal didefinisikan sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan
Lebih terperinciPENJELASAN MENGENAI MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
PENJELASAN MENGENAI MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk. Sehubungan dengan rencana pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ( Rapat ) PT Hanjaya Mandala
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-614/BL/2011 TENTANG TRANSAKSI
Lebih terperinciPiagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )
Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciPiagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )
Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciVersi Final 1. RANCANGAN POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT MNC SKY VISION TBK RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA Jakarta, 20 Mei 2015
Versi Final 1 RANCANGAN POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT MNC SKY VISION TBK RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA Jakarta, 20 Mei 2015 Pasal 4 Ayat 3 Ayat 3 Pasal 4 Pasal 4 Saham-saham yang masih dalam
Lebih terperinciRENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BANK DANAMON INDONESIA, TBK. DENGAN PERATURAN POJK NOMOR 32/ POJK.04/2014 DAN NOMOR 33/ POJK.
RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BANK DANAMON INDONESIA, TBK. DENGAN PERATURAN POJK NOMOR 32/ POJK.04/2014 DAN NOMOR 33/ POJK.04/2014 Sebelum/ Before Pasal 11 Ayat 5 Pasal 11 Ayat 5 5. (a) Seorang
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun
Lebih terperinciPenambahan Modal Tanpa Memberikan HMETD
Penambahan Modal Tanpa Memberikan HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia F / +62 21 2965 1222 www.nacounsels.com
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-32/PM/2000 TENTANG
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-32/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.E.1 TENTANG BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa
Lebih terperinci1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm Ibid.
A. Pengertian Perseroan Terbatas Tertutup dan Perseroan Terbatas Terbuka Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan perusahaan tertutup yakni suatu perusahaan terbatas yang belum pernah menawarkan saham-saham
Lebih terperinciLAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-412/BL/2009 Tanggal : 25 Nopember 2009 KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU
PERATURAN NOMOR IX.E.1 : TRANSAKSI AFILIASI DAN BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU 1. KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Perusahaan adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-05/PM/2002 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-05/PM/2002 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan kesempatan yang lebih
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK
PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA
PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA 1. KETENTUAN UMUM a. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1) Perusahaan adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-412/BL/2009 TENTANG TRANSAKSI AFILIASI
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH
No.395, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Perusahaan Terbuka. Hak. Penambahan Modal. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5652) PERATURAN
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK
ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK Sesuai Dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Trimegah Securities Tbk No. 51 tanggal 27 Mei 2015, yang dibuat dihadapan Fathiah
Lebih terperinciPT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris
PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-521/BL/2010 TENTANG TRANSAKSI
Lebih terperinciUU No. 8/1995 : Pasar Modal
UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik
Lebih terperinciPERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM
PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA MEMENUHI PERATURAN BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN (BAPEPAM-LK) NO. IX.E.2 TENTANG TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-413/BL/2009 TENTANG TRANSAKSI MATERIAL
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN
Lebih terperinci- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi
Lebih terperinci- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DIREKSI PT METROPOLITAN LAND TBK
PEDOMAN KERJA DIREKSI PT METROPOLITAN LAND TBK PENDAHULUAN: Direksi merupakan Organ Perseroan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam melakukan pengurusan dan mengelolan Perseroan untuk
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2017 KEUANGAN OJK. Saham. Perusahaan Terbuka. Pembelian Kembali. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6077) PERATURAN
Lebih terperinciPOIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. AKR Corporindo, Tbk. (Mata Acara Kedua Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa)
POIN-POIN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. AKR Corporindo, Tbk. (Mata Acara Kedua Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) Sebelum MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA PASAL 3 1. Maksud dan tujuan Perseroan
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB YURIDIS PENYELENGGARAAN DAFTAR PEMEGANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1995
TANGGUNG JAWAB YURIDIS PENYELENGGARAAN DAFTAR PEMEGANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1995 Djoko Setyo Hartono Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyahan Semarang A. Latar Belakang Modal merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciSEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.
Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-521/BL/2008 TENTANG TRANSAKSI AFILIASI
Lebih terperinciPT Atlas Resources Tbk. Piagam Dewan Komisaris
PT Atlas Resources Tbk Piagam Dewan Komisaris Piagam Dewan Komisaris adalah panduan Tata Tertib pelaksanaan kerja Dewan Komisaris secara efektif, efisien dan transparan. Piagam ini mengacu kepada Anggaran
Lebih terperinciPT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi
PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 2/POJK.04/2013 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DALAM KONDISI
Lebih terperinciPENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK
PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK Oleh: R. MUHAMMAD TAUFIQ KURNIADIHARDJA Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Penggabungan usaha (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN REKSA DANA SYARIAH
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciPEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
PEMBUATAN AKTA-AKTA TERKAIT DENGAN PERSEROAN TERBATAS YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH NOTARIS Oleh: Alwesius, SH, MKn Notaris-PPAT Surabaya, Shangrila Hotel, 22 April 2017 PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN
Lebih terperinciSaham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan
Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai
Lebih terperinciPT LIPPO CIKARANG Tbk. Piagam Dewan Komisaris
PT LIPPO CIKARANG Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ dari Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciKamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia
Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan di Indonesia mengakibatkan beberapa perubahan dari sistem perekonomian, kehidupan sosial masyarakat, politik serta hukum tatanan hukum
Lebih terperinciAfiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris
Lebih terperinciPERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT J RESOURCES ASIA PASIFIK
PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT J RESOURCES ASIA PASIFIK Tbk. Dalam rangka memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32/POJK.04/2015 tentang Penambahan Modal
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK
Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK
Lebih terperinciPENJELASAN MENGENAI MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
PENJELASAN MENGENAI MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk. Sehubungan dengan rencana pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ( Rapat ) PT Hanjaya Mandala
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG MEKANISME GO PRIVATE CONDRO HADI PURNOMO / D Kata Kunci : go private, pemegang saham independen, penawaran tender
TINJAUAN YURIDIS TENTANG MEKANISME GO PRIVATE CONDRO HADI PURNOMO / D 101 09 031 ABSTRAK Tulisan ini berjudul tinjauan yuridis tentang mekanisme go private. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciNAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT. ABM INVESTAMA Tbk. (selanjutnya cukup disingkat dengan Perseroan ), berkedudukan di Jakarta Selatan. 2. Perseroan dapat membuka cabang,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal mempunyai peran strategis dalam pembangunan Perekonomian Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pasar Modal mempunyai peran strategis dalam pembangunan Perekonomian Indonesia yaitu sebagai wadah pemodal melakukan investasi serta sumber dana perseroan yang ingin
Lebih terperinciPENJELASAN MATA ACARA RAPAT SEHUBUNGAN DENGAN RAPAT UMUM LUAR BIASA PT TRADA MARITIME Tbk
PENJELASAN MATA ACARA RAPAT SEHUBUNGAN DENGAN RAPAT UMUM LUAR BIASA PT TRADA MARITIME Tbk Sehubungan dengan rencana pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ( Rapat ) PT Trada Maritime Tbk ( Perseroan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap.
DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN Anggaran Dasar Lama NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan terbatas ini
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA
LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009 Tanggal dikeluarkan :12 Juni 2009 Tanggal diberlakukan : 12 Juni 2009 PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 2/POJK.04/2013 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DALAM KONDISI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan
Lebih terperinciSOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PELAPORAN DAN
SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PELAPORAN DAN PENGUMUMAN Jakarta, Maret 2016 1 LANDASAN YURIDIS Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1
ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT. BFI FINANCE INDONESIA Tbk, (selanjutnya cukup disingkat dengan Perseroan ) berkedudukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU DENGAN
Lebih terperinciKamus Istilah Pasar Modal
Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI 1. LATAR BELAKANG Direksi PT. Sat Nusapersada Tbk ( Perseroan ) diangkat oleh Pemegang Saham untuk menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perseroan
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.268, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Efek Syariah. Saham. Emiten Syariah. Perusahaan Publik Syariah. Persyaratan. Penerbitan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2015 KEUANGAN. OJK. Dana Pensiun. Investasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5692) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015
Lebih terperinciKewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan keterbukaan informasi dalam rangka aksi korporasi
KETERBUKAAN INFORMASI DI PASAR MODAL OLEH: DJUSTINI SEPTIANA BAPEPAM-LK Jakarta 14 Juli 2011 1 Aspek Keterbukaan Informasi Kewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Dewan Komisaris 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan
Lebih terperinci-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2016 KEUANGAN OJK. PT. Peleburan. Penggabungan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5997). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 429/BL/2009 TENTANG PENAMBAHAN
Lebih terperinciPedoman Direksi. PT Astra International Tbk
PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-105/BL/2010 TENTANG PEMBELIAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci