DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. ANATOMI PELVIS.. III. JALAN LAHIR. a. Pintu Atas Panggul.. b. Ruang panggul c. Pintu Bawah Panggul.. d. Jenis Panggul IV. PELVIMETRI ROENTGENOLOGIS. a. Indikasi Pemeriksaan pelvimetri Roentgenologis. b. Bahaya Radiasi.. c. Keterbatasan Pelvimetri Roentgenologis.. d. Tehnik Pelvimetri Roentgenologis 1. Metode Modifikasi Thoms.. 2. Metode Ball 3. Metode Coicher-susman. e. Penghitungan dan Pengukuran 1. Pengukuran dengan Penghitungan Geometris dan koreksinya.. 2. Pengukuran Menurut Metode Thoms. 3. Pengukuran Metode Ball 4. Pengukuran Metode Coicher Sussman.. 5. Pengukuran Metode Emerik Markoviks 6. Pengukuran menurut David Sutton.. 7. Pengukuran Menurut Isodine Meschan. 8. Pengukuran Menurut Mangert.. V. KESIMPULAN.. VI. DAFTAR PUSTAKA

2 I. PENDAHULUAN Suatu persalinan merupakan suatu proses penyesuaian diri dari fetus terhadap luasnya bagian bagian keras jalan lahir,yang terutama ditentukan oleh bentuk panggul dal ukuran ukuran panggul. Karena itu, panggul merupakan salah satu factor apakah persalinan dapat berjalan baik atau tidak. Salah satu maksud utama pemeriksaan prenatal adalah untuk memastikan apakah panggul seorang ibu cukup untuk melahirkan dengan normal. Salah satu pemeriksaan yang penting untuk mendapat keterangan yang lebih banyak tentang keadaan panggul yaitu dengan pengukuran panggul yang dikenal dengan pelvimetri. Pelvimetri adalah pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk meentukan apakah bayi dapat dilahirkan pervaginam.prognosis untuk suksesnya persalinan pervaginam tentu tidak dapat dipastikan berdasarkan pelvimetri roentgenologis saja, karena kapasitas panggul merupakan salah satu factor yang menentukan hasil akhir. 9,10,11 Terdapat sekurangnya lima factor yang dihadapi : (1) ukuran dan bentuk panggul tulang, (2) Ukuran kepala janin, (3) Kekuatan kontraksi uterus, (4) kekuatan moulage kepala janin, (5) presentasi dan posisi janin. Hanya factor yang pertama yang dapat dipertanggung jawabkan dengan pengukuran radiografik yang agak teliti. Dikenal dua macam pelvimetri yaitu pelvimetri klinis dan radiologis. Pelvimetri klinis mempunyai arti penting untuk menilai secara kasar pintu atas panggul,panggul tengah dan memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri roentgenologis akan diberikan gambaran yang jelas tentang bentuk panggul, ketepatan tambahan dalam pengukuran pelvis, serta dapat dilakukan pengukuran diameter penting yang sulit diperoleh secara tepat dengan cara pengukuran manual yaitu diameter tranversa pintu atas dan tengah panggul. 1 Pelvimetri radiology pertama kali dikembangkan oleh Albert di jerman serta Budin dan Varnier di prancis pada tahun sejak saat itu banyak tulisan yang dibuat mengenai pelvimetri, yang berhubungan dengan macam-macam tehnik pengukuran. Dari yang mudah hingga yang sukar dengan suatu kecenderungan saat ini untuk kembali lagi pada cara yang mudah. Thoms menerbitkan hasil karyanya tentang pelvis pada tahun 1922,dan saat ini banyak dijadikan sebagai pedoman metode-metode radiology. Johnson, Cliffort dan Hodges melakukan penelitian dalam metode posisi untuk mengurangi bayangan palsu agar didapat ukuran yang sebenarnya. Guthmann, pada tahun 1928 adalah orang

3 yang pertama menegaskan pentingnya proyeksi lateral pelvis untuk pengukuran diameter sagital. Ball pada tahun 1932 menegaskan pentingnya sifat-sifat kwalitatif terhadap masalah penyesuaian kepala janin terhadap pelvis dalam mekanisme persalinan yang disebut pelvimetri dan sepalometri. Metode ini sukar dikerjakan karena: 1. jarak objek tidak dapat diukur dengan seksama oleh karena objek adalah kepala yang letaknya dalam pelvis yang kebanyakan kasus tidak horizontal dan tidak terdapat titik anatomi yang tetap untuk dilokalisasi 2. Untuk mendapat diameter-diameter tersebut, diperlukan foto yang dibuat paralaks dan masing masing pengukuran dibuat dua kali ekposisi. 3. Saat ini terdapat Ultrasonografi yang dapat mengukur diameter biparietal dengan cukup memuaskan dan tidak membahayakan janin. Sekarang pelvimetri Roentgenologis tidak lagi dianggap perlu dalam penanganan persalinan dengan presentasi kepala janin pada ibu yang diduga mempunyai panggul sempit. Tetapi, kalau persalinan pervaginam diantisipasi untuk seorang janin dengan presentasi sungsang, pelvimetri rentgenologis masih tetap merupakan standart perawatan yang dapat diterima dibanyak pusat kedokteran 9,10,11 Pelvimetri Roentgenologis mempunyai keuntungan keuntungan dibandingkan pengukuran secara manual: 1. Pemeriksaan ini memberikan ketelitian sampai ke tingkat pengukuran yang tidak dapat dilakukan secara klinis. Arti klinis ketelitian ini menjadi jelas kalau hasil pengukuran konjugata diagonalis dianggap pendek. Kalau conjugate diagonalis lebih dari 11,5 cm, dimensi anteroposterior PAP sangat jarang sempit. Tetapi bila conjugate diagonalis kurang dari 11,5 ukuran ini tidak selalu merupakan indek yang dapat diandalkan sebagai konjugata obstetrk, karena perbedaan antara kedua diameter ini, biasanya sekitar 1,5 cmdapat berkisar dari kurang dari 1 atau lebih dari 2 cm. 2. pemeriksaan ini dapat memberikan ukuran yang tepat. Dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter tranversal PAP dan diameter interspinarum (diameter tranversa panggul tengah) 4

4 II. ANATOMI PELVIS Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: 1)os coxae (os ilium, os ischium, os pubis) 2) os sacrum dan 3) os coccigeus. Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjilan di belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk. Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius. Kedua os pubis bertemu dan simetris. Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan sacrum berbentuk konkaf. Os koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis. 1,2,3,4 Gambar 1. Tulang pembentuk pelvis

5 III. JALAN LAHIR Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak pentingnya dalam obstetric. Yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu carus). 2,3 Gambar 2. Potongan sagital panggul A. PINTU ATAS PANGGUL Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi disebelah posterior oleh promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas simpisis. Pada panggul ginekoid PAP hampir bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk sedikit. Ukuran ukuran pintu atas panggul: 2

6 1. Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke tengah permukaan posterior simpisis. Disebut juga conjugate obstetrika. 2. Konjugata diagonalis yaitu jarak tepi bawah simfisis sampai ke promontorium, yang dapat diukur dengan memasukan jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm. 3. Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simfisis dengan promontorium didapat dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm 4. Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya 12,5-13 cm 5. Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan diameter tranversa ke artikulasio sakroiliaka. Gambar 3. Pintu atas panggul

7 B. RUANG PANGGUL Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan Pintu bawah panggul (PBP). Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simpisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh ossakrum dan os koksigis, sepanjang ±12 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan. 2,3 Gambar 4. Ruang panggul

8 C. PINTU BAWAH PANGGUL Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-10 cm. PBP berbentuk segi empat panjang disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, dilateral oleh tuber ischii. Dan di posterior oleh os koksigis dan ligamentum sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis ) adalah ± 90 derajat. Jika kurang dari 90 derajat, lahirnya kepala janin lebih sulit karena kepala memerlukan labih banyak tempat ke posterior. 2,3 D. JENIS PANGGUL Menurut Caldwell-Moloy panggul terdiri dari : 2,3,5 1. Jenis ginekoid: ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter anteroposterior hamper sama dengan transversa 2. Jenis android: Bentuk PAP hamper segitiga. Pada umumnya pada pria. Diameter anteroposterior hamper sama panjangnya dengan diameter tranversa, tetapi diameter tranversa dekat dengan sacrum. Bagian dorsal PAP gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan pada 15% wanita 3. Jenis anthropoid: bentuk PAP agak lonjong seperti telur, ditemukan pada 35 % wanita. Jenis panggul ini diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter tranversa 4. Jenis platipelloid: ditemukan pada 5 % wanita. diameter transversa lebih besar dapirada diameter anteroposterior. Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan kombinadi ini mula mula yang disebut adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.

9 Gambar 5. Pintu atas panggul (klasifikasi Caldwell-Moloy) Tabel 1 Klasifikasi panggul (Caldwell dan moloy) 5 PINTU ATAS PANGGUL Ginekoid Android Antopoid Platipellod Jenis kelamin Wanita normal Pria Seperti kera Wanita pendek Insidensi 45% 15% 35% 5% Bentuk Bulat/oval Jantung/baji Anteroposterior oval Oval melintang memanjang Diameter Adekuat Adekuat Panjang pendek anteroposterior Diameter Adekuat Adekuat Adekuat tapi relatip panjang tranversa pendek Diameter sagitalis Adekuat Sanhgat pendek,tidak Sangat panjang Sangat pendek posterior adekuat Diameter sagitalis Adekuat Panjang Panjang pendek anterior Segmen posterior Lebar, dalam, luas Dangkal, promontorium Dalam dangkal menonjol Segmen anterior Lengkung depan cukup Sempit bersudut runcing Dalam dangkal

10 Gambar 6. Pintu tengah panggul (Klasifikasi Caldwell-Moloy) PA NGGUL TENGAH Ginekoid Android Antropoid Platipellod Diameter Adekuat Kurang Panjang pendek anteroposterior Diameter Adekuat Kurang Adekuat lebar tranversa Diameter sagitalis Adekuat Kurang Adekuat pendek posterior Diameter sagitalis anterior Adekuat Kurang Adekuat pendek Sacrum Lebar lengkung dalam,pendekinklinasi kebelakang:ringan Datar; inklinasi ke depan ;panjang;sempit;berat Inklinasi ke belakang Lebar,lengkung dalam;seringkali menyudut tajam dengan fossa sakralis yang membesar Dinding samping Sejajar,lurus Konvergen,seperti Lurus sejajar corong Spina ischiadika Tidak menonjol Menonjol Bermacam-macam Bermacam-macam Kapasitas Adekuat Kurang dalam semua diameter Adekuat kurang

11 Ginekoid Android Anthropoid PLATIPELLOID Diameter anteroposterior Panjang Pendek Panjang pwndek Diameter tranversa Adekuat Sempit Adekuat lebar (distansia intertuberosum) Arkus pubis Lebar dan bulat;90 0 Sempit;dalam 70 0 Normal atau relative Sangat lebar sempit Kapasitas Adekuat Kurang Adekuat Tidak adekuat IV. PELVIMETRI ROENGENOLOGIS

12 A.Indikasi pemeriksaan pelvimetri 4 I. pada anamnese terdapat riwayat a. kesulitan persalinan b. persalinan midforceps c. kematian janin yang tidak dapat diterangkan II. palpasi A. Pintu atas panggul 1. terabanya promontorium pada toucher vagina 2. kepala janin diluar simpisis 3. kegagalan dalam usaha penekanan kepala janin kedalam PAP C. Pintu bawah panggul 1. kepalan tangan yang tidak masuk antara tuberositas ischiadika III. tidak masuknya kepala dalam PAP pada primigravida pada akhir bulan persalinan B.Bahaya Radiasi Terdapatnya kesadaran tentang potensi bahaya radiasi telah menjadikan focus perhatian utama akan manfaat dari diagnostic pelvimetri dengan sinar X disbanding dengan potensi kerusakan pada ibu, fetus dan generasi yang akan datng. Banyak ahli genetic dan ahli radio-biologis percaya berdasarkan ekperimental pada binatang bahwa dosis aman terhadap radiasi adalah sebesar nol. Steward dkk. Melaporkan meningkatnya keganasan dan leukemia pada anak-anak dari ibu-ibu yang mendapat sinar X selama kehamilan. Sejak saat itu beberapa laporan ilmiah menunjang sebuah teori bahwa radiasi yang diabsorbsi janin akibat tindakan diagnostic akan meningkatkan resiko bahaya leukemia dan macam-macam keganasan. Perbandingan dari 16b peneliti dari berbagai penulis dikumpulkan oleh Brent dari tahun tentang resiko anak yang mendapat sinar X antepartum menunjukan 8 peneliti menyatakan ada hubungan yang bermakna dan 8 peneliti menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna. Oppenheim melaporkan pada penelitianya bahwa mortalitas yang meningkat pada anak-anak yang terekpos oleh sinar X pada pemeriksaan pelvimetri dengan kelompok control menunjukan perbedaan tidak bermakna. Tampaknya bahaya yang ringan dari sinar X akibat pelvimetri dapat diterima jika muncul kemungkinan tentang bahaya yang dapat mengganggu

13 keamanan janin atau ibunya. Pada tahun 1977 American College Of Obsetricians and Gynecologist bersama-sama dengan American College of radiology, mengeluarkan kegijakan bahwa resiko akibat pemeriksaan radiologist pada wanita hamil harus diterangkan kepada penderita dan harus dicatat dalam dokumen medik. Komisi internasional tentang proteksi radiasi (ICRP) memberikan rekomendasi bahwa dosis radiasi dari fetus tidak boleh melampaui 1 rad selama kehamilan. Dengan pelvimetri radiologi secara konvensional oleh komite bahaya radiasi diperkirakan bahaya radiasi pada gonad fetus sebesar 885±115 mrad. Sehingga tanpa menambag posisis radiology, perkiraan radiasi sudah mendekati nilai 1 rad. Berman R mengadakan pengukuran dosis radiasi yang diterima oleh seorang ibu yang dilakukan pelvimetri secara konvensional yaitu dengan memasukan alat intravagina dengan hasil sebagai berikut: 1. Posisi lateral: penderita berdiri true lateral atau posisi tiduran lateral. Jarak FFD: 37 inci (90 cm) Kv, 50 ma: ekposisi 4 detik dengan sentralisasi trokanter mayor, camber ionisasi dipasang pada vagina posterior dekat servik, dosis radiasi antara 1,0-1,7 rad. Rata rata 1,4 rad 2. posisis inlet: penderita dengan posisis supine dengan penggung diganjal 25 0 FFD: 37 inci (90 cm) 70=80 Kv, 50 ma, ekposisi 6 detik camber ionisasi intravagina. dosis radiasi antara 0,4-1,1 rad, rata-rata 0.5 rad 3. Posisi outlet : penderita posisi supine. Tube diputar 45 0 sepalad dengan sentralisasi sudut arcus pubis FFD : 25 inci ( 60 cm), KV, 50 ma, ekposisi 4 detik. camber ionisasi intravagina. Dosis radiasi berkisar 0,5-1,1 rad, rata rata: 0,7 rad 4. Posisi lateral pada uterus: penderita tiduran dengan miring ke kiri atau kanan: FFD: 37 inci ( 90 Cm) KV, ekposisi 4 detik, sentralisasi pada titik tertinggi uterus dekat umbilicus dengan camber ionisasi pada vagina. Dosis radiasi antara 0.3-0,6 rad, rata-rata 0,4 rad. Kemungkinan terjadinya malignansi dikemukakan oleh steward dkk (1956) dimana terdapat peningkatan insidensi leukemia pada anak yang selama kehamilan ibunya mendapat paparan sinar X. Perbandingan dibuat oleh Brent (1974) dimana resiko untuk terjadinya leukemia setelah dilakukan pelvimetri Roentgenologis bervariasi seperti table 2 dibawah ini 12,13,14

14 Tabel 2. Resiko leukemia pada anak setelah mendapat radiasi pelvimetri sinar X in utero Kategori resiko Resiko perkiraan Pada 10 th pertama Relatif risk Anak kulit putih di AS 1 : (control) Terpapar pelvimetri sinar 1 : ,5 X intra uteri Leukemia pada anak saudara 1 : Kandung Leukemia pada anak kembar 1 : identik Di uviversitas California San Francisko pengukuran pelvimetri secara konvensional telah digantikan perananya dengan CT Scan. Dosis yang terjadi pada posisis anteroposterior dan lateral pada tomo ini masing-masing 22 mrad sedang pada pembuatan CT Scan potongan axial setinggi spina ischiadica menghasilkan dosis absorbsi sebesar 380 mrad. Radiasi dapat dikurangi karena gonad fetus dan ibu terlindung dari radiasi hambur yang dihasilkan dari irisan CT Scan yang rapat dan potongan CT Scan memang terletak inferior dari gonad fetus dan ovarium ibu. 4,7,8,9 C.Keterbatasan Pelvimetri Pelvimetri hanya dapat mengukur bagian keras panggul (tulang) dan tidak dapat mengevaluasi dari bagian jaringan lunak, perubahan pengecilan kepala, kekuatan uterus dalam persalinan dan derajat relaksasi ligamentum pelvis. Fine melakukan penelitian retrospektif masing-masing pada 100 wanita dengan tehnik Thoms dan Ball: didapat 28,6 % penderita yang dilakukan pengukuran pelvimetri dengan metode Thoms didapatkan kesempitan PAP atau bidang tengah panggul. Begitu pula terdapat 22,5% disproporsi absolute dengan cara modifikasi ball, ternyata dapat dilahirkan pervagimam tanpa komplikasi. Adanya kemungkinan false positif dan false negative pada pemeriksaan

15 pelvimetri, disarankan agar pelvimetri tidak digunakan sebagai satu-satunya petunjuk tunggal untuk pengambilan keputusan dalam tindakan persalinan. 12,13,14 C.Tehnik Pelvimetri Roentgenologis Kondisi yang digunakan disesuakan dengan jenis pesawat yang dipakai, posisis penderita, besar penderita dan jenis kaset yang dipakai, beberapa tehnik pemeriksaan yang dipakai dalam pelvimetri adalah: 9,10,11 1.Metode Modifikasi Thoms 10 Pengukuran palvimetri pada metode ini diperlukan dua posisi yaitu lateral dan inlet (supero inferior). Menurut Thoms dan Wilson bahwa jarak yang ditetapkan pada masingmasing posisi harus sama, agar nilai terhadap pembesaran relative dari dua bayangan akan tetap dak kesalahan dapat diperkecil akibat sinat X yang divergen. Pada pembuatan secara tehnik ini diidentifikasi penentuan level titik anterior pada simpisis pubis dapat ditetapkan ketelitian sampai 1 cm. sedang penentuan titik posterior menjadi persoalan dalam penentuan titik secara tepat pada intervertebrae lumbal IV dan V. Penelitian Thoms membuktikan bahwa penentuan titik posterior ini dapat berbeda 4 cm dalam pengukuran dan menimbulkan bias 0,2-0,3 cm.. bila pengukuran Thoms dilakukan secara baik, maka metode ini mempunyai ketepatan sampai dengan 2 mm. Posisi inlet a. posisi penderita Gambar 8. Posisi inlet

16 - Pada tubuh penderita ditetapkan titik pada permukaan anterior berjarak 1 cm dibawah batas atas simpisis pubis, dan satu titik pada bagian belakang punggung antara intervertebrae IV dan V - Penderita diletakan diatas meja roentgen dan diusahakan bidang sagitalis media pasien tepat pada garis tengah unit meja pelvimeter dan posisi pasien bersandar. - Dengan menggunakan kaliper pengukur jarak, disisi kaliper dibuat sejajar dengan meja yang ditunjukan oleh bayangan udara pada tengah kaca kaliper- diukur jarak bidang imajinasi PAP yang terbentuk oleh kaliper sejajar dengan film - Dilakukan ekposisi pertama dengan posisi setengah duduk yaitu bidang atas panggul yang diukur tetap sejajar dengan film. Tahan nafas diakhir inspirasi pada waktu eksposisi. - Ketinggian skala sentimeter Thoms (Thoms pale) yang berjarak tiap titik 1 cm diatur dan ditempatkan pada meja pelvimeter sesuai dengan ketinggian ukuran yang didapat sebelumnya. - Pada ekposisi yang kedua penderita bergeser sedang film dan tabung tetap pada posisi semula b. sentralisasi : dengan sinar vertical dibidang sagitalis media ke titik 2,5 inci belakang simpisis c. jarak FFD ; 36 inci d. ukuran film: 12 x 12 inci Posisi lateral a. Posisi penderita - Penderita berdiri dimuka diafragma potter Bucky yang vertical. Dapat dalam posisis lateral kana atau kiri. Diusahakan agar panggul bersentuhan dengan bidang vertical dan posisi lengan menyilang ke atas - Dengan menggunakan pengukur jarak diusahakan agar posisi lipatan tengah gluteal dan lipatan tengah labia dama jauhnya dari meja. - Ekposisi pertama dibuat setelah penderita tahan nafas diakhir inspirasi

17 Gambar 9. Posisi lateral - Skala sentimeter Thoms diukur sesuai jarak yang didapat dan ditempatkan pada meja pelvimeter - Pada ekposisi kedua penderita bergeser, sedang film dan tabung tetap pada posisi semula b. sentralisasi pada pertengahan daerah insisura ischiadika mayor dengan sinar horizontal c. jarak FFB : 36 inci d. ukuran film : 14x 17 inci atau 18 x 24 inci Pada pembuatan foto yang baik,maka pada posisi lateral harus tampak dengan jelas batas atas dan bawah simpisis pubis,acetabelum,spina ischiadica,tuberositas ischiadika, vertebrae lumbal bawah dan permukaan anterior sacrum,arcus sacroischiadika. kaput

18 femoris kiri dan kanan harus superposisi satu dengan yang lain. Sedang posisi inlet tampak pandangan aksial PAP, spina ischiadica dan dinding pintu bawah panggul serta titik hitam dari proyeksi skala sentimeter Thoms. 2. Metode ball 10 posisi anteroposterior a. Posisi penderita - penderita berdiri tegak dan dipusatkan pada bidang sagitalis media dari tubuh pada garis tengah diafragma Potter Bucky - Film ditempatkan melintang agar kedua trokhanter mayor masuk bidang film - Diatur diafragma Potter Bucky sehingga batas bawah film satu inci dibawah garis tuber ischiadica (sebagai tanda adalah lipatan gluteofemoral) - Pasiaen difiksir agar tidak bergerak dan pada waktu ekposisi penderita menahan nafas b. Sentralisasi : sinar melalui sagitalis mediam tegak lurus pada batas atas simpisis pubis. Bila diperlukan. Bila diperlukan film yang stereoskopis dilakukan dengan menggerakan tube ke atas 3 inci dari level yang digunakan posisi lateral agar didapat film yang stereoskopis d. Ukuran film : 18 x 24 inci atau 14x 17 inci Posisi Lateral a. posisi penderita : - Penderita dari anteroposterior diputar 90 0 menjadi true lateral dan penderita berdiri pada posisi lateral kanan, sehingga gluteus kanan menyentuh diafragma potter Bucky - ditempatkan film memanjang sehingga fundus uteri masuk dalam bidang film - Posisi tubuh diatur agar tepi lateral gluteus tepat pada batas lateral film b. Sentralisasi : pada jarak 1 inci diatas tepi superior trochanter mayor c. Jarak FFD = 36 inci d. Ukuran film : 18 x 14 inci atau 14 x 17 inci

19 Penghitungan hasil pengukuran yang sebenarnya dicari dengan menggunakan nomogram holmquest. 3. Metode Colcher-Sussman 10 prinsup metode ini bahwa jarak titik yang diukur harus sebidang dengan alat pengukur sehingga bidang level yang sama mempunyai distorsi yang sama pula Posisi anteroposterior a. posisi penderita - penderita diletakan diatas meja dengan posisi supine sehingga bsagitalis media tepat pada garis tengah meja - kedua lengan disamping tubuh dan kedua bahu diletakan pada satu bidang tranversa. Lutut ditekuk untuk menaikan pelvis bagian atas serta kedua telapak kaki menapak pada meja dan diberi bantalan pasir agar tidak bergerak - Alat pelvimeter dipasang tranversa pada lipatan glutea setinggi dataran tuber isciadika, yang terletak kira-kira 10 cm dibawah batas atas simpisis b. sentralisasi : tepi atas simpisis pubis c. Jarak FFD 36 atau 40 inci d. Ukuran kaset : 30 x40 cm atau 35 x35 cm

20 gambar 10. posisi anteroposterior dan lateral Posisi lateral a. Posisi penderitaa - pasien berbaring miring pada sisi atau kana sedemikian rupa sehingga trokhanter mayor pada garis tengah meja - kedua lengan membentuk sudut 90 0 dengan sumbu panjang tubuh dan kedua lutut flexi saling berlipat. Scapula terletak pada satu bidang vertical - alat pelvimeter diletakan memanjang pada bidang sagitalis media daerah - lipatan glutea. - Tahan nafas waktu ekposisi. b. Sentralisasi: sinar tegak lurus pada trokanter mayor femur c. Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 36 x 35 cm d. Jaraj FFD : 36 atau 40 inci Penghitungan dan pengukuran 1.Pengukuran dengan perhitungan distorsi geometris dengan koreksinya 10,12,13,14 Distorsi yang terjadi pada bayangan film, terjadi karena adanya sinar X yang difergen: sehingga menyebabkan objek film menjadi lebih besar. Besarnya distorsi ini ditentukan oleh 3 faktor yaitu ukuran onjek,jarak target film dan jarak objek film.

21 Jika : T : titik fokal dari tabung sinar X S1S2 : Ukuran objek yang sebenarnya (cm) F1F2 : Ukuran bayangan gambar pada film (cm) TF : jarak target fim (cm) S1F1 : jarak objek film (cm) Dengan menggunakan persamaan segitiga dapat dihitung: S1S2 = TS3 = TS S1S2=F1F2=TS/TF F1F2 TF3 TF Jadi : Ukuran yang sebenarnya dapat dihitung dari ukuran bayangan film yang yerbentuk dikalikan dengan factor koreksi (TS/TF).pembilang factor koreksi TS dihitung dari TF SF 2.Pengukuran menurut metode modifikasi Thoms 10,12,13,14 Pintu Atas Panggul 1.Anteroposterior: berasal dari titik dipermukaan belakang simpisis 1 cm dibawah batas superior belakang bagian permukaan anterior sacrum pada titik permukaan dari

22 perpanjangan linea iliopektinea ( titik posterior ini dapat tidak terletak pada promontoriuum sacrum) 2.Tranversa: jarak melintang terlebar diantara garis iliopectinea 3.Sagital posterior: bagian dari diameter anteroposterior dari perpotongan dari diameter tranversa Gambar 11. Pengukuran cara Thoms Bidang tengah panggul: 1.Anteroposterior: dari titik tepi batas bawah simpisis yang ditarik ke belakang melalui spina ischiadica ke sacrum yang biasanya terletak diantara vertebrae sakralis ke IV dan V 2.Tranversa: jarak melintang terlebar diantara garis iliopectinea 3.sagitalis posterior: bagian dari diameter anteroposterior dari perpotongan diameter tranversa

23 Pintu bawah Panggul 1.Tranversa : jarak antara permukaan dalam dari tuberischiadica (disebut juga diameter bituberial dan mudah diukur dengan palpasi manual dan tidak perlu pengukuran radiologist 2. Sagitalis posterior : Jarak antara titik tengah diameter tranversa dan ujung dakrum. Hasil pengukuran diameter PAP dapat langsung terukur sesuai dengan panjang skala Thoms yangterproyeksi pada film. Tetapi diameter tranversal bidang tengah panggul dari diameter bispina harus dilakukan koreksi. Menurut Meschan besarnya koreksi pada ketinggian 72 inci adalah 5 % 3. pengukuran Metode Ball 10,12,13,14 Pintu atas panggul - diameter anteroposterior (promontorium ke pubis (11,5 cm) - Diameter tranversa ( 12,5 cm) Bidang tengah panggul - Diameter anteroposterior (simpisis pubis ke bagian bawah segmen sacral 5 (12,6 cm) jarak ini terdiri dari 2 segmen - Jarak dari simpisis pubis ke garis interspinosus (8,3) - Jarak antara interspinosus ke segmen sakralis (4,3 cm) - Diameter interspinosus (10,5 cm) Pintu luar panggul - Diameter tranversa (bituberal) (10,4 cm) 4. Pengukuran Metode Colcher-Sussman 10 Pintu atas panggul - diameter anteroposterior (I-G) : dari tepi atas simpisis bagian dalam ke permukaan dalam sacrum setinggi garis iliopectinia. melalui pertengahan tepi pelvis dan puncak arcus sakro ischiadika pincak arcus sakroischiadika diperkirakan dari satu dengan yang lainya

24 - Diameter tranversa (A-A ) adalah diameter melintang terbesar PAP Gambar 12. Pengukuran cara colcher-sussman Pintu Tengah panggul - Diameter anteroposterior (P-M) : dari bawah bagian dalam simpisis melalui titik pertengahan bentuk spina ischiadika ke tepi anterior sacrum - Diameter tranversa (B-B ) : diameter tranversa interspinorum (F) Pintu bawah panggul - Diameter anteroposterior (post sagital ST) : dari titik pertengahan tuberischiadikum (T) ke tepi bawah sacral terakhir. Titik T dicari pada proyeksi lateral, ditarik garis yang diproyeksikan dari batas foramen obturatorius ke titik terbawah tuber ischiadica. Kedua titik ini dihubungkan dan titik T pertengahan tuber ischiadika adalah pertengahan dari kedua titik tersebut - Diameter tranversa (bituberal) (C-C ) : pada proyeksi anteroposterior yang ditarik melalui garis lurus dari tepi lateral PAP ke dinding lateral pelvis atas yang nampak sebagai garis putih pada film ke perpotongan tepi bawah tuberositas ischiadika

25 Ukuran harga normal dari pengukuran diameter anteroposterior dan tranversa secara Colcher Sussman: - PAP: anteroposterior+tranversa = cm - PTP: anteroposterior+tranversa = cm - PBP: anteroposterior+tranversa ,5 cm 5. Pengukuran menurut Emerik-markovits 12,13,14 Pintu Atas Panggul a. Diameter anteroposterior atau diameter konjugata berasal dari sudut sakrovertebral ke permukaan atas dari simpisis pubis: 11 cm b. Diameter tranversa: terletak diantara jarak terlebar pertengahan dari tepi atas pelvis masing-masing sisi: 13,5 cm c. Diameter oblique dari eminentia pada satu sisi ke daerah sakro iliaka sisi yang berlawanan: 12,5 cm Bidang tengah panggul a. diameter anteroposterior yaitu ditarik dari pertengahan sacrum ke permukaan inferoposteriorsimpisis pubis b. Diameter tranversa: diameter melintang dari spina ischiadika Pintu Bawah Panggul a. diameter anteroposterior yaitu dari ujung os coccigeus ke permukaan dalam simpisis pubis : 9-11,5 cm b. Diameter tranversa: jarak antara bagian posterior tubeositas ischiadika: 11,0 cm 6. Pengukuran menurut David Sutton 13 Pintu Atas Panggul

26 a. konjugata vera: berasal dari promontorium sacrum ke bagian belakang sebelah atas dari korpus pubis (A-B) b. Diameter tranversa: jarak terlebar dari PAP (A-B):12,5 cm Bidang tengah panggul a. Diameter pubosakral: jarak dari titik terbawah sacrum yang tidak bergerak ke bagian bawah dari corpus pubis : 11,5. Sutton menyebutkan bahwa diameter ini oleh beberapa pengarang disebut diameter AP dari outlet,walaupun menurut Sutton hal ini tidak benar b. Diameter interspinosus : jarak antara ujung spina isciadika kanan-kiri : 10 cm 7. Pengukuran menurut Isadore Meschan 12,14 Pintu Atas Panggul a. Diameter anteroposterior atau true conjugate: berasal dari pertengahan permukaan simpisis pubis sampai dengan ujung promontorium sacrum = 10,5 cm b. Diameter tranversa: jarak melintang terlebar dari atas panggul Bidang Tengah Panggul: a. Diameter anteroposterior: garis yang dari pertengahan posterior simpisis pubis ke permukaan dalam pertengahan os sacrum III = cm b. Diameter interspinarum : jarak antara : jarak antara spina ischiadika terpendek kanan dan kiri = cm c. Posterosagital index: jarak garis tegak lurus dari puncak sacrum III ke garis tegak lurus konjugata vera dari spina ischiadika: lebih besar dari 5 cm d. Pelpic depth: garis tegak lurus yang ditarik dari spina ischiadika ke garis konjugata vera Pintu bawah panggul a. Diameter tranversa: jarak antara intertuberositas kanan-kiri. Titik diambil dari perpanjangan perpotongan garis tepi PAP dan tepi luar foramen obturatoria: 9,5-10,5 cm b. Posisi lateral: jarak pertengahan tuberositas ischiadika kanan kiri ke ujung sacrum.

27 Atas dasar perhitungan diatas maka diambil pengertian batasan panggul sempit yaitu: 2. Kesempitan PAP - Konjugata vera kurang dari 8,5 disebut panggul sempit absolute. Prognosa persalinan pervagina buruk, diakhiri dengan seksio sesaria primer - Konjugata vera 8,5-10 cm disebut panggul sempit relative prognosa tergantung banyak factor dan dilakukan partus percobaan 3. Kesempitan bidang tengah panggul - Jumlah diameter tranversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang ( normal 10,5 + 5 cm = 15,5 cm) - Diameter interspinarum : kurang dari 9 cm - Prognosa: kesempitan bidang tengah panggul menimbulkan gangguan purat paksi. kalau persalinan terhenti dapat dipergunakan extraksi vacuum, karena extraksi forceps kurang memuaskan karena forceps memperkecil ruang jalan lahir. Bila diameter interspina < 9 cm, kadang diperlukan seksio sesar 4. Kesempitan pintu bawah panggul: - Bila jarak tuberischiadika 8cm atau kurang - Jumlahn ukuran antar tuberischiadika dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). prognosa: bila jarak inter tuber ischiadika sempit menyebabkan arcus pubis meruncing, maka kepala dipaksa keluar dari sebelah belakang dan mungkin terjadi atau tidaknya persalinan tergantung dari segi tiga belakang. lahirnya kepala dari segi tiga belakang biasanya menimbulkan robekan perineum yang luas. Pada kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa dilakukan seksio sesaria, biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomi yang cukup luas. Tetapi diagnosa panggul sempit ini tidak dapat menunjukan imbang feto pelvic. Imbang feto pelvic ini dapat dicari dengan index Mengert dari diameter anteroposterior x diameter tranversa merupakan angka yang menentukan luas PAP maupun bidang tengah panggul, kemudian dilakukan perhitungan kapasitas panggul. Kapasitas panggul adalah

28 perbandingan antara luas bidang yang didapat dibandingkan dengan luas standar dalam persentase. 8. PengukuranMenurut Mengert 13,14 Kapasital inlet = Anteroposterior x tranversa x100% 145 Kapasitas mid pelvis = anteroposterior x interspinosum x 100% 125 Berdasarkan penelitian pada wanita Indonesia untuk luas PAP adalah 120 cm 2 dan 115 cm 2 untuk pintu tengah panggul. Angka angka ini kemudian dijadikan pegangan untuk luas bidang panggul wanita Indonesia. Sebagai kapasitas seluruhnya diambil kapasitas terkecil dari kedua bidang tersebut. Menurut Mangert pada penelitian pada 935 penderita menunjukan bahwa kapasitas pelvis sebesar 85% menunjukan suatu keadaan borderline dan kapasitas kurang dari 85 % menyebabkan distosia dalam persalinan.sedang daya akomodasi suatu pelvis adalah volume bayi terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan dan normal melalui pelvis dan yang dinyatakan dalam gram berat badan. Pengertian ini adalah bila suatu pelvis dengan kapasitas 100% maka haruslah dapat melahirkan bayi sampai 4000 gram. Penyelidikan selanjutnya dengan partus percobaan menunjukan bahwa daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya. Sehingga daya akomodasi suatu pelvis dapat diperkirakan dari besarnya kapasitas pelvis karena panggul jenis android dan patipelloid relative banyak dipemukan persalinan patologis sehingga daya akomodasi pada jenis panggul ini memerlukan koreksi. Demikian pula koreksi dilakukan pada pelvis yang lain bila ditemukan terdapat arsitektur dan tulang pelvis yang tidak normal seperti sacrum yang dangkal dam menekuk ke depan biarpun panggul tersebut berjenis ginekoid atau anthropoid. Sebagai factor koreksi diambil 10 %. Percobaan-percobaan dalam partus menunjukan bahwa hasil tersebut tidak jauh dari kebenaran dengan mengurangi daya akomodasi dengan 10 % pada pelvis yang demikian. Maka hubungan daya akomodasi dan taksiran berat janin dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Bila taksiran berat janin kurang dari daya akomodasi dikurangi 10%

29 disimpulkan tidak ada CPD 2. bila taksiran berat janin diantara daya akomodasi dikurang 10% dengan ditambah 10% kemungkinan ada CPD 3. Bila taksiran berat janin lebih dari daya akomodasi ditambahn 10% disebut ada CPD V.KESIMPILAN 1. Pelvimetri radiologist dapat lebih memberikan penilaian objektif terhadap bentuk dan pengukuran panggul disbanding pelvimetri klinis 2. adanya keterbatasan pelvimetri radiologist agar tidak menjadi satu satunya cara dalam mengambil keputusan VI. DAFRAR PUSTAKA 1. Mochtar R. Sinopsis obstetric. 2 nd ed, Jakarta :EGC 1992; 81-86, Wiknjosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. 2 nd ed, Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawiroharjo 1991; Wiknjosastro H. Anatomi jalan lahir. Dalam: Wiknjosastro H. Saifuddin AB, Rachimhadi T Ilmu Kebidanan 3 rd ed. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 1992; Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF. The Normal Pelvis. In: William Obstetrics, 19 th ed. Appleton and Lange, 1993; Oxorn H. Panggul Obstetrik.In: Hakimi M. Human labor And Birth ed. Bahasa Indonesia: Yayasan Esentia Medica, Thurnau GR, Hales KA, Morgan MA. Evaluation Of The Feral Pelvic Relationship. Clin Obstet Gynecol 1992; 35: Varner MW, Cruikshank DP, Douglas WL. X-Ray Pelvimetry in Clinical Obstetrics. Am J Obstet Gynecol 1980; 56: Mathies HJ. X-Ray Pelvimetry. In: Sciarra JJ Gynecology and Obstetrics, revised ed. Philadelphia: Harper and Row, 1883; Prawirohardjo S. (ed) : Ilmu Kebidanan Edisi II, Yayasan Bina Pustaka Jakarta 1981: , Shanks S.C, Kerley P : Texbook Of X-Ray Diagnostic, Volume III second Edition, HK. Lewis, London,1950: Tadjuludin T: Imbang Foto Pelvic Mimeograft, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fak KedoK Univ Indonesia, Jakarta,1961: Theodore E. Keats, Lee B. Lusted: Atlas of Roentgenographic Measurement 5 th ed. 1985:

30 13. David Sutton: Texbook of Radiology And Medical Imaging International Student Edition Volume II, Curcil Livingstone,1987; Alfred CB, Alexander HR: Obstetric Practice 7 th ed. Baltimore: The Williams And Wilkins Compani 1958; Eastman, Helman: Pelvimetri in Williams Obstetric 12 th ed. Appleton Century Crofts Mc: new york;

BENTUK & UKURAN PANGGUL. dr. Al-Muqsith, M.Si

BENTUK & UKURAN PANGGUL. dr. Al-Muqsith, M.Si BENTUK & UKURAN PANGGUL dr. Al-Muqsith, M.Si Tulang panggul terdiri atas a. os. Coxae (inominata) - os. Ilium - os. Ischium - os. Pubis b. Os. Sacrum c. Os. Coccygeus Tulang-tulang ini satu dengan yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN. Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN. Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes 5P (faktor) Tenaga atau kekuatan (Power) Janin (Passanger) Jalan lahir (passage) Psikis ibu Penolong POWER Adalah kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Panggul Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir, janin dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan

Lebih terperinci

: Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

: Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN Mata Kuliah Semester/Kelas Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Dosen Pengampu : Asuhan Kebidanan II (Persalinan) : III/Reguler : Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan : 1. Power 2. Passager 3. Passage

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Persalinan Sungsang dengan lancar. Dalam pembuatan referat ini, penulis

Lebih terperinci

RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL. turunnya kepala janin, agar seorang bidan dapat mendeteksi secara dini kelainan atau

RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL. turunnya kepala janin, agar seorang bidan dapat mendeteksi secara dini kelainan atau RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL Dalam proses persalinan seorang bidan haru menguasai anatoni dan ukuranukuran panggul, anatomi dan ukuran tengkorak kepala bayi serta mekanisme turunnya kepala

Lebih terperinci

Distosia. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Distosia. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Distosia Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Distosia adalah Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinan yang terhambat. Persalinan lama memiliki definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat

Lebih terperinci

BAB II DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

BAB II DISPROPORSI KEPALA PANGGUL BAB I PENDAHULUAN Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat komplikasi kehamilan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Cephalopelvic Disporpotion

LAPORAN KASUS. Cephalopelvic Disporpotion BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI UNMAL/RSUD EF Laporan Kasus : Januari 2013 Oleh Pembimbing : Jona Aresepta : dr. Fauzi Maridin, Sp.OG Hari/Tanggal : Januari 2013 LAPORAN KASUS Cephalopelvic Disporpotion

Lebih terperinci

ANATOMI PANGGUL DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL PENDAHULUAN

ANATOMI PANGGUL DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL PENDAHULUAN ANATOMI PANGGUL DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL Disusun oleh : Rossi Nordani Sastro 01-003 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Periode 29 Mei- 5 Agustus 2006

Lebih terperinci

UKURAN PANGGUL PADA PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI PANGGUL SEMPIT

UKURAN PANGGUL PADA PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI PANGGUL SEMPIT UKURAN PANGGUL PADA PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI PANGGUL SEMPIT TESIS OLEH : NUR AFLAH DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LEOPOLD. Desiyani Nani

PEMERIKSAAN LEOPOLD. Desiyani Nani PEMERIKSAAN LEOPOLD Desiyani Nani LEARNING OBJECTIVE Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold. 1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold I. 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold

Lebih terperinci

Pemeriksaan Leopold. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Pemeriksaan Leopold. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Pemeriksaan Leopold Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada dalam fundus uteri. Prosedur Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap

Lebih terperinci

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) OUTLINE: Tujuan Pendahuluan Tulang dan ligamen Otot-otot dasar panggul Jaringan Penyambung Viseral DeLancey Level Derajat

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua persalinan yaitu persalinan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua persalinan yaitu persalinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua persalinan yaitu persalinan normal dan patologi. Persalinan

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Kholidah Ziah** *Dosen Program Studi Diploma

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Arissa Fitriani** *Dosen Program Studi Diploma

Lebih terperinci

REFRESHING Persalinan Normal Stase Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

REFRESHING Persalinan Normal Stase Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih REFRESHING Persalinan Normal Stase Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Disusun oleh : Kartika Eka Wulandari S.Ked ( 2009730089 ) DOSEN PEMBIMBING : dr.edy Purwanta, Sp.OG PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perineum merupakan bagian penting pada saat proses persalinan yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan pada saat proses persalinan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan Negara maju,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dalam kurun waktu Berdasarkan hal tersebut diatas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dalam kurun waktu Berdasarkan hal tersebut diatas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Dev elopment Goals (MDGs), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 angka kematian bayi dan angka kematian balita menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc) MOBILISASI DINI DAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA Anggorowati 1, Nanik Sudiharjani 2 1 Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada Tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga seperempatnya dalam kurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI BUKU PANDUAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Tahun Akademik 2014-2015 Tim Penyusun Dr. dr. Hj. A. Mardiah Tahir, Sp.OG dr. Hj. Retno Budiati Farid, Sp.OG. K Editor:

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN 39 LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Salam sejahtera, Bapak/ibu Yth, Perkenalkan Saya, dr. Antonius Haratua Pakpahan, saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketepatan taksiran dari berat lahir bayi adalah salah satu pengukuran yang paling penting pada awal persalinan. Bayi dengan berat badan lahir yang rendah dan berat badan

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN UNTUK CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBARAN PENJELASAN UNTUK CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBARAN PENJELASAN UNTUK CALON SUBJEK PENELITIAN JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN PANJANG TELAPAK KAKI DAN TINGGI BADAN IBU DENGAN UKURAN PINTU ATAS PANGGUL Assalamualaikum wr,wb Ibu-ibu Yth, Nama

Lebih terperinci

UKURAN LEBAR PANGGUL MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH 150 CM

UKURAN LEBAR PANGGUL MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH 150 CM UKURAN LEBAR PANGGUL MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH 15 CM Nindi A. Simin Sonny J. R. Kalangi Djon Wongkar Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prolaps organ panggul (POP) merupakan salah satu jenis disfungsi dasar panggul yang sudah umum diketahui. POP sebenarnya dapat disamakan dengan suatu hernia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan terus menerus dalam perilaku atau pemikiran (Seifert,

Lebih terperinci

PENANGANAN DISTOSIA POWER INKOORDINATE UTERI INKOORDINA INERSIA UTERI INERSIA TETANI UTERI TET KONTRAKSI

PENANGANAN DISTOSIA POWER INKOORDINATE UTERI INKOORDINA INERSIA UTERI INERSIA TETANI UTERI TET KONTRAKSI ANWAR SIREGAR DISTOSIA (D) DISTOSIA KEADAAN YANG SULIT DALAM SUATU PERSALINAN D. POWER D. PASSAGE D. PASSANGER D. PSIKIS 1. INERSIA UTERI (IU) 1. D. PANGGUL 1. KEL. LETAK JANIN 1. HAMIL a. IU. PRIMER b.

Lebih terperinci

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no. 94 Padang Telp.: 0751-31746 Fax.: 32838 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) BAGIAN 2 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taksiran berat janin merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen persalinan. Berat lahir yang ekstrim kecil atau besar berpotensi meningkatkan morbiditas perinatal

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS Tambahan kalori yg dibutuhan oleh bufas yaitu 500 kalori/hari Diet berimbang utk mendapatkan sumber tenaga, protein, mineral, vit, dan mineral yg ckp Minum sedikitnya 3 lt/hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ruptur Perineum a. Anatomi Perineum Wanita Perineum adalah regio yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Saat persalinan, tidak hanya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)

LAPORAN PENDAHULUAN CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD) LAPORAN PENDAHULUAN CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD) A. Definisi Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam RETENSIO PLASENTA SUMBER PUSTAKA Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 vol 2. Jakarta. EGC, 2008; 1170-1171 JNPK-KR. Asuhan Pesalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan. Edisi Revisi. Cetakan

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Panggul 2.1.1. Tulang Panggul Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan dua tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta)nyang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin Stella Pasiowan 1, Anita Lontaan 2, Maria Rantung 3 1. RSJ.Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan

Lebih terperinci

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA PERSALINAN NORMAL 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu : Jalan lahir (passage)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan berdasarkan angka kematian

Lebih terperinci

MALPRESENTASI. Dr. Hydrawati Sari, MCE, SpOG

MALPRESENTASI. Dr. Hydrawati Sari, MCE, SpOG MALPRESENTASI Dr. Hydrawati Sari, MCE, SpOG Definisi Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks Malposisi: posisi janin selain posisi oksipito-anterior Masalah: janin yg dalam keadaan malpresentasi

Lebih terperinci

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN KALA I Pada kala I dilakukan pengawasan pada wanita inpartu, dan persiapan untuk persalinan. Memberikan obat atau tindakan bila ada indikasi. Pada

Lebih terperinci

Insidens dan Patologi Seleksi Penatalaksanaan Intrapartum Persalinan

Insidens dan Patologi Seleksi Penatalaksanaan Intrapartum Persalinan Tujuan Insidens dan Patologi Seleksi Penatalaksanaan Intrapartum Persalinan Definisi Letak memanjang Presentasi bokong atau ekstremitas di bawah Kepala di fundus uteri Tipe Frank - paha fleksi, lutut ekstensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan kecenderungan yang terus menurun ( 390 kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178). 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemijatan Perenium 1. Pengertian Pijat perineum adalah salah satu cara yang paling kuno dan paling pasti untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi

Lebih terperinci

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOGRAFI Trauma / cidera Fraktur, fisura, dislokasi, luksasi, ruptur Pathologis Artheritis, Osteoma, dll. Benda asing (corpus

Lebih terperinci

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA Sri Hartatik*, Henny Juaria* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP

Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP Low Back Pain Dr.dr.Yunus Sp RM. MARS. MM. CFP PENDAHULU AN Penyebab L.B.P. tulan g oto t saraf 4 DIFINISI ANATOMI ANATOMI 8 ANATOMI 9 10 SEBAB MEKANIK ANKILOSING SPONDILITIS 16 PENYEBAB sis 1. Spon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Senam Nifas 1. Defenisi Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang berrtujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS POSISI PERSALINAN Mc.ROBERT DAN POSISI LITHOTOMI PADA PROSES PERSALINAN KALA II PADA PRIMIPARA DI RSU BANYUMAS TAHUN 2009

EFEKTIFITAS POSISI PERSALINAN Mc.ROBERT DAN POSISI LITHOTOMI PADA PROSES PERSALINAN KALA II PADA PRIMIPARA DI RSU BANYUMAS TAHUN 2009 EFEKTIFITAS POSISI PERSALINAN Mc.ROBERT DAN POSISI LITHOTOMI PADA PROSES PERSALINAN KALA II PADA PRIMIPARA DI RSU BANYUMAS TAHUN 2009 Oleh: Soeri Utama dan Dyah Fajarsari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menuju indonesia sehat 2010 yang memuat visi dan misi making

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menuju indonesia sehat 2010 yang memuat visi dan misi making 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 telah di tetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian

Lebih terperinci

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi KEHAMILAN GANDA Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Materi pembelajaran (pengetahuan) Kehamilan Ganda Definisi Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan batang berada di bagian bawah kavum uteri. Kejadian letak sungsang berkisar

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012 HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012 Susi Sutarmi, Sri Kustiyati, Lely Firrahmawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium ATONIA UTERI Atonia Uteri Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium Kontraksi & retraksi menyebabkan terjadinya pembuluh darah shg aliran darah ketempat

Lebih terperinci

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan Normal Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan dan Kemajuan Persalinan Persalinan / Partus Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS 1. Persalinan Normal a) Pengertian Persalinan Normal Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ), lahir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002, hlm. 180). Menurut Mochtar, 1998, jenis persalinan terbagi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002, hlm. 180). Menurut Mochtar, 1998, jenis persalinan terbagi : 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002,

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh : HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA Oleh : Ita Rahmawati, S. SIT, M..Kes (Dosen AKBID ISLAM AL HIKMAH JEPARA) ABSTRAK Perdarahan

Lebih terperinci

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) Pengertian Bagian kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo masih mengenal kala IV, yaitu satu jam setelah placenta

Lebih terperinci

PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BAGIAN OBSTETRI- GINEKOLOGI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BAGIAN OBSTETRI- GINEKOLOGI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BAGIAN OBSTETRI- GINEKOLOGI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 1 Judita Paat 2 Eddy Suparman 2 Hermie Tendean 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci

Cephalopelvic Disproportion

Cephalopelvic Disproportion Cephalopelvic Disproportion Edwin 102012096 Kelompok : C4 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 email : edwinjew19@gmail.com Pendahuluan Banyak

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN POSISI BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) KASIYATI SUKOHARJO

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN POSISI BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) KASIYATI SUKOHARJO HUBUNGAN POSISI BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) KASIYATI SUKOHARJO Oleh: Siti Muliawati AKBID Citra Medika Surakarta ABSTRAK Latar Belakang:Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

TUGAS MANDIRI OBGYN BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG OLEH : MUHAMMAD AL FAATIH

TUGAS MANDIRI OBGYN BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG OLEH : MUHAMMAD AL FAATIH TUGAS MANDIRI OBGYN BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG OLEH : MUHAMMAD AL FAATIH 1102009178 Partus Patologis/Distosia Terdapat 3 faktor penting dalam persalinan normal (eutasia) yaitu Power, Passage, passenger.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi pada makrosomia (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi pada makrosomia (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cephalo pelvic disproportion (CPD) yang berhubungan dengan ukuran janin yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm. Ukuran janin yang besar atau

Lebih terperinci

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil Senam Hamil Pengertian Senam Hamil Senam ibu hamil adalah jenis olahraga yang ringan untuk ibu hamil, olahraga ini bisa dilakukan untuk ibu hamil yang usia kandungannya di atas 6 bulan. Usia kandungan

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016 PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PADANG 2016

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan, sehingga banyak wanita hamil khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung dr. Asmah Yusuf, Sp. Rad Kontributor Blok Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Pendahuluan Penilaian pembacaan foto rontgen toraks

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN Eny Sulistiyani 1, Isri Nasifah S,SiT., M.Keb 2, Puji Lestari, S.SiT 3 1 Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo Email

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Di tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Prodi D. III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo,

Lebih terperinci

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007). A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION OLEH : Wahyuni Balisa Pembimbing dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION OLEH : Wahyuni Balisa Pembimbing dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman LAPORAN KASUS CEPHALOPELVIC DISPROPORTION OLEH : Wahyuni Balisa 0808015048 Pembimbing dr. Prima

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015 Heriani STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: herianibiomedik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses persalinan merupakan proses kompleks untuk. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC).

BAB I PENDAHULUAN. Proses persalinan merupakan proses kompleks untuk. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses persalinan merupakan proses kompleks untuk menyelamatkan ibu maupun bayinya dengan menggunakan berbagai macam metode seperti persalinan pervaginam, persalinan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PERSALINAN PRESENTASI BOKONG DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT KABUPATEN LAMPUNG UTARA Yeyen Putriana* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Pada persalinan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK

PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK Setiap ibu hamil mengharapkan kehamilan yang sehat dan normal, begitu juga dengan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

AMNIOTOMI. Diadjeng Setya W

AMNIOTOMI. Diadjeng Setya W AMNIOTOMI Diadjeng Setya W Definisi Membuat robekan pada selaput amnion Hal Penting! Dilakukan selang antara kontraksi untuk mencegah air ketuban menyemprot. EPISIOTOMI DEFINISI Episiotomi adalah insisi

Lebih terperinci