BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan penghias retorika yang mempermasalahkan bentuk bahasa yang tidak biasa jika dibandingkan dengan bahasa biasa (Lakoff dan Johnson, 2003: 4). Selain itu metafora juga dipahami sebagai perbandingan secara implisit. Dengan kata lain, metafora merupakan perbandingan antara dua kategori dimana perbandingan di antara dua kategori tersebut tidak dintandai secara eksplisit. Berdasarkan penemuan Lakoff dan Johnson dalam Metaphor We Live By (2003: 5), metafora juga terdapat dalam pembicaraan mengenai argumen berikut. ARGUMENT IS WAR Your claims are indefendsible. He attacked every weak point in my argument. He criticism were right on the target. I demolished his argument. I ve never won an argument with him. You disagree? Okay, shoot! If you use that strategy, he ll wipe you out. He shot down all of my arguments. Contoh ekspresi kebahasaan yang mengekspresikan mengenai argumen tersebut menunjukkan bahwa metafora bahasa tidak hanya hadir dalam fenomena bahasa yang tidak biasa, melainkan juga muncul dalam percakapan dan komunikasi sehari-hari. Pada contoh tuturan yang membahas mengenai argumen, 1

2 2 argumen tidak hanya dipahami dalam ranah perang, melainkan bagaimana sesorang juga dapat memenangkan sebuah argumen saat beradu argumen. Oleh karena itu bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dapat diidentifikasi dari ekspresi kebahasaan berupa metafora. Bentuk ekspresi kebahasaan berupa metafora seperti pada contoh yang membicarakan argumen juga terdapat dalam Buletin Mocopat Syafa at. Buletin yang sudah terbit mencapai edisi ke-81 pada tanggal 17 Maret 2015 ini memuat berbagai tulisan dengan topik beragam yang dibahas dengan pendekatan tasawuf. Hal tersebut akibat salah satu gagasan Maiyah yang merohanikan segala sesuatu, sehingga segala jenis disiplin ilmu akan dipahami dengan pendekatan tasawuf (lih. Saputra, 2012: 146). Topik yang beragam membuat Buletin Mocopat Syafa at tidak hanya membahas topik-topik seputar agama, ketuhanan, dan peribadatan, meskipun semua hal di luar itu akan dihubungkan dengan permasalahan ibadah. Hal-hal abstrak seperti Tuhan, agama, dan ibadah, dan kehidupan biasanya akan disampaikan dengan bentuk-bentuk metafora, seperti contoh berikut. (1) Dalam hidup, tujuan akhir sebagian orang mungkin Tuhan, tetapi juga sangat terbuka kemungkinan tujuan akhirnya kejayaan di dunia, penguasaan barang-barang, ketenaran, dlsb sesuai pribadi masing-masing. (Buletin Mocopat Syafa at edisi 80: 14) Pada kalimat (1) tujuan akhir merupakan ciri sekaligus unsur elemen ranah konseptual sumber: PERJALANAN yang menandai suatu yang dituju dalam perjalanan. Kemudian sebagian orang yang menandai kepemilikan dari tujuan

3 3 akhir, jika dilihat dari bentuk frasanya, tentu saja mengacu pada orang yang melakukan perjalanan menuju arah tertentu, atau pelancong. Dari penjelasan tersebut didapatkan unsur-unsur ranah sumber: PERJALANAN: tujuan dan pelancong. Akan tetapi, dalam kalimat tersebut, dijelaskan bahwa tujuan akhir bukan merupakan arah suatu tempat yang menjadi tujuan, melainkan kemungkinankemungkinan yang dapat dicita-citakan: (pertemuan dengan) Tuhan, kejayaan di dunia, penguasaan barang-barang, ketenaran, dan sebagainya. Kemudian, keterangan dalam hidup, menandai bahwa kalimat tersebut tidak membicarakan perjalanan secara fisik yang ditandai oleh perpindahan fisik dari suatu tempat (titik) awal menuju tempat berikutnya (titik berikutnya) yang menjadi tempat tujuan, melainkan hidup, kehidupan. Selain itu sebagian orang yang dimaksud bukanlah orang yang melakukan perjalanan atau pelancong, melainkan orang sebagai makhuk yang sedang menjalani kehidupan. Dari penjelasan tersebut didapatkan ranah sasaran: KEHIDUPAN: makhluk/ orang/ manusia dan cita-cita/ tujuan hidup (Tuhan, kejayaan, penguasaan, ketenaran, dsb). Dalam sudut pandang linguistik kognitif, memahami suatu konsep dengan menghubungkannnya dengan konsep lain disebut metafora. Dengan kata lain, konseptual A (ranah sasaran) dalah konseptual B (ranah sumber) merupakan metafora (Kovecses, 2010: 4). Selain perbandingan atau pemahaman lintas konsep, dalam prosesnya, metafora juga mengalami percampuran konseptual atau integrasi konseptual,

4 4 seperti yang terlihat pada tuturannya, bagaimana konsep KEHIDUPAN bercampur dalam bentuk tuturan dengan konsep PERJALANAN. Contoh tuturan dalam Buletin Mocopat Syafa at tersebut menunjukkan bahwa metafora tidak hanya sekadar permasalahan gaya bahasa yang berbeda dari gaya bahasa dalam komunikasi sehari-hari, melainkan juga menunjukkan bagaimana penutur memahami suatu konsep dengan membandingkannya dengan konsep lain. Kemudian bagaimana bentuk ungkapan metafora sering kali dianggap bentuk yang tidak merefleksikan makna sebenarnya (denotatif), menunjukkan bagaimana perbandingan dua kategori tersebut selain bercampur juga memunculkan struktur makna yang baru. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimana suatu ranah konseptual dalam membangun ranah konseptual lain dan sebaliknya, dilihat dari ekspresi kebahasaan berupa metafora dalam Buletin Mocopat Syafa at? 2) Bagaimana proses terbentuknya metafora dan munculnya struktur makna baru pada ekspresi kebahasaan berupa metafora dalam Buletin Mocopat Syafa at? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

5 5 1) Memaparkan metafora konseptual dilihat dari kesesuaian ranah sumber dan ranah sasaran dalam membangun suatu ranah konseptual dilihat dari ekspresi kebahasaan dalam Buletin Mocopat Syafa at. 2) Memaparkan proses terbentuknya metafora dan munculnya struktur makna baru pada ekspresi kebahasaan berupa metafora dalam Buletin Mocopat Syafa at. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat di antaranya, manfaat teoretis dan mafaat praktis. Secara teoretis diharapkan penilitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai analisis linguistik kognitif, khususnya metafora konseptual dan hubungannya dengan konstruksi makna dalam pikiran manusia terhadap sesuatu yang diwujudkan dalam ekspresi bahasa. Secara praktis, penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat, tidak hanya jama ah Maiyah dalam memahami konsepkonsep dan pemahaman yang coba untuk dipaparkan dalam Buletin Mocopat Syafa at dalam bentuk ekspresi kebahasaan berupa metafora. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai metafora ini dikaji dengan teori linguistik kognitif khususnya metafora konseptual untuk mengetahui bagaimana suatu ranah konseptual membangun ranah konseptual lain dan hubungan antarranah dalam melahirkan ekspresi-ekspresi kebahasaan berupa metafora, serta bagaimana proses terbentuknya ekspresi bahasa berupa metafora dan munculnya makna baru. Objek

6 6 penelitian berupa unit bahasa berupa metafora yang berasal dari empat edisi (edisi ke-78 sampai dengan edisi ke-81) Buletin Mocopat Syafa at dalam rentang waktu Desember 2014 sampai dengan Maret Dari sumber data tersebut didapatkan 125 populasi data. Kemudian diambil 33 sampel data untuk diteliti. 1.6 Tinjauan Pustaka Banyak penelitian sebelumnya mengenai metafora di antaranya oleh Dhanar Widyanto (2011) dalam skripsinya yang berjudul Verba Metaforis dalam Berita Sepak Bola meneliti bentuk-bentuk verba metaforis dan penggunaannya dalam berita sepak bola yang dimuat dalam tabloid BOLA serta situs internet dan Dalam penelitiannya, Widyanto mengklasifikasikan verba metaforis ke dalam bentuk-bentuk verba asal, verba turunan, dan verba idiomatik. Dalam penggunaannya, verba metaforis digunakan untuk pemberitaan menganai sepak bola baik berita pertandingan sepak bola maupun berita di luar pertandingan sepak bola. Verba metaforis dalam berita sepak bola maknanya berbeda dengan makna yang sebenarnya, perbedaan makna yang terjadi akibat adanya konteks atau acuan yang melatarbelakangi penggunaan atau pemilihan verba sebagai verba metaforis. Rosdiana Puspita Sari (2011) pada tesisnya berjudul Metafora pada Lagulagu Spiritual Negro meneliti bahwa setiap metafora memiliki tiga elemen, tenor, vehicle, dan ground. Pada penggunaannya, kaum Black American sering kali menggunakan vehicle manusia (human mataphor). Penggunaan metafora tersebut terkait dengan pemahaman antrophomorphic, yaitu pemahaman bahwa Tuhan,

7 7 setan, dan malaikat dimengerti dalam bentuk manusia. Ciri-ciri khusus lain metafora pada lagu-lagu spiritual negro, kaum Black American sering menggunakan vehicle setan untuk menyebut kaum White American sebagai master, tuan atau penguasa mereka. Dari penelitian tersebut terdapat delapan jenis metafora menurut medan samantiknya, yaitu being (ada), kosmos, energi, terrestrial, objek, tumbuhan, binatang, dan manusia. Kategori substansia tidak ditemukan dalam penelitian tersebut. Dari kedelapan ketegori menurut medan semantik, metafora manusia ditemukan dengan frekuensi kemunculan yang paling sering. Penggunaan metafora dalam lagu-lau spiritual negro memiliki fungsi ungkapan perasaan kesedihan, kemarahan, ketaatan kepada Tuhan, dan harapan. Skripsi Elita Ulfiana (2012) berjudul Metafora dalam Roman Layla Majnun meneliti menganai bentuk-bentuk metafora berdasarkan bentuk sintaksisnya. Dari penelitian tersebut, terdapat bentuk-bentuk metafora berupa frasa dan klausa. Dari bentuk frasa sendiri, Ulfiana membedakan menjadi dua bentuk, yaitu frasa dan frasa dengan perluasan. Dari metafora yang berbentuk klausa, terdapat bentuk klausa nomina dan klausa verba, klausa verba masih dibedakan lagi menjadi, klausa verba tindakan, klausa verba kejadian dan klausa verba keadaan. Selain meneliti tentang bentuk-bentuk metafora berdasar bentuk sintaksisnya, seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini juga meneliti tentang kaitan metafora dengan medan sematik unsur ekologi. Dari Sembilan unsur ekologi, hanya enam saja yang terkait dengan metafora dalam roman Layla Majnun, yaitu usnsur kosmos, energi, terrestrial, tumbuhan, hewan dan manusia.

8 8 Dari beberapa penelitian sebelumnya yang sudah disebutkan, penelitian yang akan disebutkan ini memiliki kesamaan dengan penelitian ini, Metafora Konseptual dalam Buletin Mocopat Syafa at, yaitu skripsi Tri Widyarto (2013) berjudul Metafora pada Wacana Berita Ekonomi di Situs Web Metro TV: Menurut Zoltan Kovecses yang menjelaskan mengenai konsep ekonomi dalam kaitannya dengan kognisi dan ekologi. Penelitian tersebut menitikberatkan pada ekspresi metafora nominatif pada wacana berita ekonomi pada situs web Metro TV. Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa EKONOMI ADALAH BANGUNAN, EKONOMI ADALAH PERJALANAN, dan EKONOMI ADALAH ORGANISME HAYATI. Dalam kaitannya dengan unsur ekologi, dari Sembilan unsur ekologi, terdapat delapan unsur yang digunakan untuk mepersepsi ekonomi. Kemudian ditemukan bahwa ekspresi metaforis yang muncul dari kognisi, ternyata masih memiliki ketrekaitan dengan unsur ekologi. Dengan demikian, penelitian mengenai bagaimana suatu ranah konseptual membangun ranah konseptual lain dan hubungan antarranah dalam melahirkan tuturan berupa metafora bahasa dalam Buletin Mocopat Syafa at, serta proses terbentuknya ekpresi kebahasaan berupa metafora dan munculnya struktur makna baru, selain juga sumber data yang berbeda. 1.7 Landasan Teori Metafora Lebih dari 2000 tahun, metafora dipelajari dalam disiplin ilmu retorika. Disiplin ilmu tersebut berkembang pertama kali pada zaman Yunani kuno dan

9 9 menitikberatkan pada praktik membujuk orang-orang dengan menggunakan sarana retorika. Metafora merupakan salah satu dari sarana retorika tersebut yang disebut tropes. Menurut pendekatan tersebut metafora memiliki skema bentuk: A adalah B, seperti pada Achilles is a lion. Karena itu, sejak zaman Aristoteles, metafora dipahami sebagai perbandingan secara implisit (Evans dan Green, 2006: 293). Kemudian menurut Abrams (1999: 97), metafora merupakan kata atau ekspresi dalam penggunaan bahasa yang menerapkan sesuatu hal pada sesuatu hal lain yang berbeda, tanpa menyertakan perbandingannya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metafora merupakan bentuk ekspresi bahasa yang membandingkan dua hal yang berbeda, tanpa menyertakan perbandingannya secara jelas. Mengenai metafora sebagai gaya bahasa, Lakoff dan Johnson (2003: 4) berpendapat bahwa sebagian besar orang menganggap metafora merupakan sarana puitika dan retorika yang mempermasalahkan bentuk bahasa yang tidak biasa jika dibandingkan dengan bahasa biasa. Dengan kata lain, selain sebagai perbandingan dari dua kategori yang berbeda secara implisit, metafora juga dipahami sebagai bentuk bahasa yang tidak biasa jika dibandingkan dengan bahasa pada komunikasi sehari-hari.

10 Metafora Konseptual Berdasarkan bukti-bukti kebahasaan yang ditemukan Lakoff dan Johnson (2003: 5), bentuk perbandingan secara implisit juga terdapat dalam konteks pembicaraan mengenai argumen berikut. ARGUMENT IS WAR Your claims are indefendsible. He attacked every weak point in my argument. He criticism were right on the target. I demolished his argument. I ve never won an argument with him. You disagree? Okay, shoot! If you use that strategy, he ll wipe you out. He shot down all of my arguments. Pada contoh kasus metafoa yang membicarakan mengenai argumen, penutur tidak hanya membandingkan argumen dalam ranah perang, sebagaimana dilihat dari kosa kata yang digunakan merupakan hal-hal yang biasa terjadi dalam peperangan, melainkan dalam sebuah adu argumen, seseorang juga dapat memenangkannya. Dari contoh ungkapan tersebut, bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dapat diidentifikasi dari metafora. Mengenai hubungan metafora dengan pemahaman penutur, Zoltan Kovecses (2010: 4) mendefinisikan metafora konseptual merupakan suatu pemahaman terhadap suatu ranah konseptual pada ranah konseptual lain. Dengan kata lain ranah konseptual A adalah ranah konseptual B. Metafora konseptual melibatkan dua ranah, yaitu ranah yang coba untuk dipahami yang disebut ranah sasaran, dan ranah yang digunakan untuk memahami yaitu ranah sumber. Menurut Kovecses (2010: 17) ranah sumber memiliki ciri

11 11 lebih konkret atau lebih fisikal dan lebih jelas daripada ranah sumber yang lebih abstrak dan samar. Kembali pada contoh ekspresi bahasa berupa metafora yang membicarakan mengenai argumen, terdapat perbedaan penulisan pada ARGUMENT IS WAR yang ditulis dengan huruf kapital dengan ukuran yang lebih kecil. Hal itu bertujuan membedakan metafora konseptual dan ekspresi metafora bahasa. Metafora konseptual mungkin saja tidak pernah ada dalam bentuk tuturan dalam bahasa, tetapi konsep tersebut melahirkan ekspresi kebahasaan dalam bentuk metafora, seperti metafora konseptual ARGUMENT IS WAR yang melahirkan ekspresi-ekspresi kebahasaan dalam bentuk metafora bahasa yang membicarakan mengenai argumen Integrasi Konseptual Teori campuran konseptual atau disebut juga integrasi konseptual merupakan pendekatan yang berasal dari dua tradisi dalam semantik kogitif, yaitu teori metafora konseptual dan teori ruang mental. Dalam terminologi teori campuran konseptual, teori tersebut lebih dekat hubungannya dengan teori ruang mental, karena pusat perhatian dari pendekatan ini adalah aspek dinamis dari konstruksi makna yang bergantung pada ruang mental dan konstruksi ruang mental sebagai salah satu dari bagiannya (Evans dan Green, 2006: 400). Berbeda dengan teori metafora konseptual yang membandingkan ranah sumber dengan ranah sasaran, integrasi konseptual menggunakan hubungan ruang mental atau ruang konseptual untuk menggambarkan proses terbentuknya metafora.

12 12 Ruang mental dibangun dalam jaringan pada saat seseorang atau penutur berusaha untuk memahami sesuatu. Ruang mental lebih kecil dan lebih spesifik dari ranah konseptual. Selain itu ruang mental lebih sering terstruktur oleh lebih dari satu ranah konseptual (Kovecses, 2010: 267). Sebagai tambahan Fauconnier dan Turner (dalam Evans dan Green, 2006: 403) mengemukakan bahwa ranah pengetahuan (ranah konseptual) lebih stabil dalam struktur pikiran, sedangkan ruang mental bersifat sementara, karena dibangun pada saat mengkonstruksi makna. Dalam integrasi konseptual, setidaknya melibatkan empat ruang: dua ruang input, ruang generik, dan ruang campuran. Ruang input berisi elemenelemen dari dua kategori yang dibandingkan (dalam istilah teori metafora konseptual yaitu ranah sumber dan ranah sasaran ). Ruang generik merupakan ruang yang menyediakan informasi yang cukup abstrak yang sesuai bagi masingmasing input, kemudian ruang campuran adalah ruang yang berisi struktur makna yang baru yang merupakan proyeksi dari masing-masing input (lih. Evans dan Green, 2006: ). Pada ruang campuran, tidak setiap elemen dalam input diproyeksikan dalam ruang campuran, hanya informasi yang cocok yang diperlukan untuk tujuan pemahaman lokal (Evans dan Green, 2006: 409). 1.8 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini melalui dua tahap penelitian, yaitu pengumpulan sampel data sekaligus analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Pada penelitian ini, tahap penyediaan sampel data dan tahap analisis data tidak dapat dipisahkan. Hal

13 13 tersebut bertujuan agar sampel data benar-benar memuat ekspresi bahasa berupa metafora, bukan metonimia, karena pada bentuknya, metafora sangat mirip dengan metonimia, tapi sangat berbeda sistem konseptualnya. Jika metafora merupakan perbandingan lintas ranah konseptual, sedangkan mentonimia merupakan perbandingan unsur dalam satu ranah konseptual. Oleh karena itu, selain datang ke pengajian Mocopat Syafa at untuk mendapatkan sumber data berupa Buletin Mocopat Syafa at, pada tahap ini penulis menggunakan metode simak dan teknik catat untuk memilih calon data yang dicurigai memuat metafora. Tidak hanya sampai di situ, untuk menentukan satuan bahasa yang dicurigai sebagai metafora adalah benar-benar metafora, pengumpulan sampel data yang juga sudah masuk pada tahap analisis data menggunakan metode padan ekstralingual yang dikombinasikan MIP (Metaphor Identification Procedure) yang dikembangkan oleh kelompok Pragglejaz, yaitu langkah-langkah yang digunakan untuk membandingkan unit yang dicurigai sebagai metafora dengan membandingkan makna kontekstual dengan makna dasarnya. Pada tahap ini penulis menggunakan kamus sebagai bantuan untuk mengidentifikasi makna dasarnya. Karena di dalam kamus tidak hanya terdapat makna dasar, penggunaan kamus sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi makna dasar juga harus memperhatikan ciri-ciri dari makna dasar menurut kelompok Pragglejaz (lih. Kovecses, 2010: 5) yaitu, lebih konkret dalam arti lebih mudah dibayangkan dan diindra, berhubungan dengan gerak tubuh, lebih jelas dan tidak samar-samar, serta secara historis lebih tua. Perbandingan makna kontekstual dan

14 14 makna dasar tersebut merupakan tahap analisis data untuk menentukan perbandingan lintas ranah konseptual. Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data akan disajikan dengan dua cara, metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa, dan metode formal, yaitu dengan menggunakan bagan dan tabel. Penggunaan tabel bertujuan untuk menggambarkan pemetaan kesesuaian antarranah. Penggunaan bagan bertujuan untuk menggambarkan proses integrasi konseptual dengan menggunakan simbol garis untuk menandai hubungan perbandingan secara langsung, dan simbol garis putus-putus untuk menandai hubungan tidak langsung. Mengenai format penulisan, penulis mengikuti konvensi lingusitik kognitif, yaitu menggunakan huruf kapital dengan ukuran yang lebih kecil untuk menadai metafora konseptual dan cetak miring untuk menandai unit metafora bahasa. Namun, karena pada data asli terdapat penggunaan kosa kata di luar bahasa Indonesia, dan dari sumber datanya sudah dicetak miring, maka untuk membedakannya, penulisan untuk menandai metafora bahasa akan dicetak miring dan tebal, sedangkan untuk kosa kata di luar bahasa Indonesia atau yang sudah dicetak miring, cukup dicetak miring. 1.9 Sistematika Penyajian Hasil Analisis Data Laporan hasil penelitian ini akan terbagi menjadi empat bab. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka,

15 15 landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi uraian mengenai bagaimana suatu ranah konseptual membangun ranah konseptual lain, dilihat dari hubungan kesesuaian antarranah. Bab III berisi uraian mengenai proses terbentuknya ekspresi metafora bahasa dan munculnya struktur makna baru. Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Penomoran data dimulai dari kemunculan pertama dimuli dari nomor (1), (2), dst. Penggunaan kode huruf di belakang nomor data bertujuan untuk menandai bahwa data tersebut pernah muncul sebelumnya, tetapi dengan analisis yang berbeda. Misalnya, nomor (1), (1a), 1(b), dst. Untuk data yang muncul kembali, tetapi tidak dengan analisis yang berbeda, penomoran data tetap mengikuti nomor pada nomor data saat muncul pertama kali.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang ada dalam pikiran manusia agar dapat dipahami dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. hal yang ada dalam pikiran manusia agar dapat dipahami dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi paling efektif untuk mengemukakan pendapat dan mengklarifikasi suatu hal agar tidak terjadi kesalahpahaman antara dua pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lagu merupakan media universal yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna sebagai implementasi ide

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA (2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola menjadi cabang olahraga yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain pertandingannya yang menarik terdapat pula fenomena bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of speech yang membandingkan satu hal dengan istilah lain yang setara. Pada umumnya, metafora menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian emosi telah dilakukan di banyak bahasa, baik dari bidang psikologi maupun linguistik. Penelitian tentang emosi dari bidang bahasa menarik, karena banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut A. Desaian Penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut Tuturan Komentator Indonesia Super League Musim 2013-2014 Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Metafora tidak terbatas menyangkut pada sebuah gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat dekat dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Teori Metafora Klasik Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di Injil ketika Adam dan Eva memakan buah terlarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam linguistik terdapat kajian khusus mengenai makna yang dikenal dengan Semantik. Semantik adalah ilmu tentang makna. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa kiasan atau majas untuk mengungkapkan, menyetujui, menggambarkan suatu hal secara tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua; BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian metafora merupakan analogi atau perbandingan suatu yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang lainya. Sebagai contoh sifat manusia yang dianalogikan atau diperbandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORETIS

BAB 3 KERANGKA TEORETIS BAB 3 KERANGKA TEORETIS 3.1 Pengantar Cara berpikir dan bertindak setiap individu selalu terkait dengan metafora. Gambaran mengenai realitas dan pengalaman sehari-hari dapat dipahami dengan mudah melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk menarik perhatian pembaca, judul-judul berita pada surat kabar, tabloid, atau majalah sering dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Untuk mempertanggungjawabkan suatu karya ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia terjadi interaksi satu sama lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar sesama anggota masyarakat. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Kognitif. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 08

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Kognitif. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 08 MODUL PERKULIAHAN Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 Rizky Putri A. S. Hutagalung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini terkait dengan konteks situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek yang paling penting dan memegang peranan besar dalam kehidupan manusia. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tradisi. Salah satunya adalah tradisi bersumpah. Beberapa orang sangat mudah menyebutkan sumpah untuk meyakinkan lawan tutur mereka. Akan

Lebih terperinci

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas , Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 METAFORA PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS Ananda Nurahmi Berkah Nastiti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan metafora dalam rubrik opini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan sebuah metode tertentu untuk memudahkan penulis. Metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai karakter serta cita rasa dari pengguna bahasa itu sendiri. Berdasarkan observasi yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak hal yang dapat dikaji dalam masyarakat, antara lain pemakaian bahasa oleh berbagai media, baik itu media cetak maupun media non-cetak. Media cetak yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra berupa novel. Novel dibangun melalui beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam mengakses informasi dalam pelbagai hal. Kita semakin dimudahkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam mengakses informasi dalam pelbagai hal. Kita semakin dimudahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan zaman dan teknologi membuat kita semakin mudah dalam mengakses informasi dalam pelbagai hal. Kita semakin dimudahkan dengan semakin majunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retorika adalah penggunaan bahasa dengan baik atau efektif yang harus dipelajari seseorang yang menggunakan bahasa dengan cara yang efektif untuk tujuan tertentu. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat berperan bagi kehidupan manusia. Terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat berperan bagi kehidupan manusia. Terbukti dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan bagi kehidupan manusia. Terbukti dari penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai sangat tinggi. Hal ini terlihat dari manfaat bahasa yang dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung dan skripsi yang relevan dengan judul penelitian. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada keterampilan mendengar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Linguistik merupakan dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa, atau biasa disebut dengan ilmu bahasa. Linguistik berasal dari kata Latin Lingua yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam menyampaikan dan menerima informasi yang dapat mempengaruhi hidup setiap manusia. Bahasa memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah medium untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan kehendak melalui lambang-lambang bahasa, baik berupa lambang bunyi atau ujaran maupun lambang-lambang

Lebih terperinci

2015 PERUBAHAN MAKNA UNGKAPAN PADA TULISAN BAJU GURITA BANDUNG

2015 PERUBAHAN MAKNA UNGKAPAN PADA TULISAN BAJU GURITA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tulisan adalah kumpulan huruf-huruf atau angka yang dituliskan dalam suatu bahasa tertentu. Tulisan merupakan buah dari pola pikir manusia. Tulisan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu digilib.uns.ac.id 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sebuah penelitian diperlukan adanya metode, karena metode merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memuji, terutama di Indonesia, sudah menjadi kebiasaan. Menurut Holmes

BAB I PENDAHULUAN. Memuji, terutama di Indonesia, sudah menjadi kebiasaan. Menurut Holmes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memuji, terutama di Indonesia, sudah menjadi kebiasaan. Menurut Holmes (1986:485), pujian adalah tindak tutur yang secara eksplisit atau implisit menjelaskan nilai

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna

BAB VI PENUTUP. Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna 190 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis ciri semantis, konstruksi gramatikal, makna spasial dan makna perluasan, serta makna prototipe dan jejaring semantis verba LOOK. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai bahasa. Bahasa dijadikan

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang. mark having understood meanings.

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang. mark having understood meanings. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,1990:66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat konvensional yang dipakai sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini menggambarkan bagaimana penelitian ini dilakukan berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini menggambarkan bagaimana penelitian ini dilakukan berdasarkan BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menggambarkan bagaimana penelitian ini dilakukan berdasarkan elemen-elemen metode penelitian dengan pendekatan analisis wacana kritis. Elemen-elemen tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga 320 BAB VII KESIMPULAN Kosakata bahasa Prancis yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara difusi dikenal dan digunakan dari masa kolonial Eropa di Indonesia hingga saat ini. Kosakata bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan gagasan, keyakinan, pesan, pandangan hidup, cita-cita, serta

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan gagasan, keyakinan, pesan, pandangan hidup, cita-cita, serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang pokok selain menyimak, berbicara, dan membaca. Melalui menulis akan berjalan hubungan komunikatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci