BAB I PENDAHULUAN. hal yang ada dalam pikiran manusia agar dapat dipahami dengan cara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. hal yang ada dalam pikiran manusia agar dapat dipahami dengan cara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi paling efektif untuk mengemukakan pendapat dan mengklarifikasi suatu hal agar tidak terjadi kesalahpahaman antara dua pihak atau lebih. Selain itu, bahasa juga sebagai alat untuk mentransformasikan hal yang ada dalam pikiran manusia agar dapat dipahami dengan cara menuturkannya. Melalui bahasa, manusia bisa melakukan aktivitas dan hal yang menjadi tujuannya. Maka dari itu, bahasa adalah komponen yang sangat penting bagi kehidupan. Akan tetapi, dalam penggunaannya bahasa pun bisa disimpangkan. Selain untuk alat komunikasi, mengklarifikasi, memberikan informasi, dan sebagainya. Bahasa juga bisa untuk menyebar kebohongan, menjerumuskan, memfitnah, dan hal-hal lain yang merugikan. Hal tersebut tergantung dari tujuan pengguna bahasa. Di samping itu, yang terpenting dari penggunaan bahasa sebagaimana disebutkan oleh Arimi (2015) dalam Linguistik Kognitif: Sebuah Pengantar bahwa ketika berbahasa manusia menjadi berpikir. Jadi, kedua aktivitas antara berbahasa dan berpikir dilakukan secara bersamaan atau simultan (Arimi, 2015:4). Manusia, secara karakter memiliki sisi positif dan negatif. Apabila manusia berada pada karakter negatifnya, ia dapat melakukan kesalahan atau tindakan yang merugikan orang lain, baik dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar. Pada peristiwa ini, peran bahasa akan sangat penting untuk mengklarifikasi karena

2 menyangkut pihak yang merasa dirugikan. Salah satu cara yang efektif dalam kasus tersebut adalah meminta maaf. Pengertian maaf (KBBI) berarti pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dan sebagainya) karena suatu kesalahan. Bregman dan Kasper (via Istianatul Hikmah, 2013) menjelaskan bahwa permintaan maaf adalah tindakan kompensasi untuk sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh pembicara kepada pendengar. Selain itu, Brown dan Levinson (via Subandi, 2014) menyampaikan bahwa perwujudan permintaan maaf merupakan bentuk keinginan dari penutur untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat melalui pengakuan terhadap kesalahan karena tindakan permintaan maaf merupakan penyelamatan muka (face-saving) bagi lawan pertuturan dan mengancam muka (face threatening) bagi penutur. Tiga pernyataan tentang maaf tersebut dapat disimpulkan bahwa maaf adalah sebuah perilaku yang dilakukan karena adanya kesalahan, dan kemudian dilakukan sebagai jalan untuk meluruskan atau mengembalikan keadaan seperti semula. Pada dasarnya kata maaf mengandung stimulus dan respon. Stimulus dari maaf adalah meminta maaf sedangkan responnya adalah mamaafkan. Minta maaf seringkali digunakan oleh seseorang untuk kembali menjalin hubungan yang sempat terputus karena kesalahan. Secara garis besar orang-orang memaknai minta maaf dengan hal yang sama. Akan tetapi, konsep yang ada dalam pikiran seseorang bisa berbeda-beda sesuai dengan apa yang melatarbelakangi pengetahuan dan pemahaman perihal permintaan maaf.

3 Acara ILC yang dibawakan oleh Karni Ilyas pada tanggal 29 september 2015 dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?, mengundang sejumlah tokoh yang memiliki hubungan dengan orang-orang yang mengalami peristiwa Gerakan 30 September. Acara tersebut mengusung tema tentang permintaan maaf. Berbagai argumentasi muncul mengenai sejarah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September. Salah satunya dari Amelia Yani, yakni putri dari Jenderal Ahmad Yani. Beliau memulai dengan menceritakan proses terjadinya penjemputan dan pembunuhan yang dialami oleh ayahnya. Kekejaman dari perlakuan pasukan Cakrabirawa dinilainya tidak manusiawi. Dengan alasan diperintah oleh Presiden Soekarno para pasukan tersebut menjemput Jenderal Ahmad Yani, yang akhirnya justru malah membunuh Jendral besar itu. Berdasarkan pernyataannya, Amelia Yani memposisikan diri sebagai korban atas terjadinya peristiwa tersebut. Selain itu, Ilham Aidit putra dari DN Aidit (ketua Partai Komunis Indonesia) juga mengemukakan pendapatnya. Menurutnya, PKI menjadi kambing hitam atas peristiwa Gerakan 30 September, yang berimbas pada keluarga dan orang-orang yang memiliki kaitan dengan PKI. Ilham Aidit merasa terkekang dan sangat dibatasi geraknya oleh pemerintah karena termasuk keluarga dari ketua PKI. Ilham Aidit pun menempatkan dirinya sebagai korban atas peristiwa Gerakan 30 September. Perebutan ujaran korban menimbulkan perselisihan siapa yang seharusnya meminta maaf. Maka, tidak ada titik temu yang menyelaraskan pemikiran dari kubu yang terbentuk atas dasar pemikiran yang berbeda itu. Selain itu, konsep apa yang

4 sebenarnya terpikirkan oleh para tamu undangan dalam memetakan minta maaf pada kasus tersebut. Ekspresi kebahasaan yang dilontarkan para tamu undangan bersifat metaforis. Seperti pada umumnya, seringkali seseorang melakukan ungkapan yang bersifat metaforis dalam kegiatan berbahasanya. Sudah menjadi kewajaran ketika metafora bukan lagi diartikan sebagai kiasan dalam sebuah karya sastra saja. Seperti menurut Lakoff dan Johnson dalam Metaphor We Live By (2003: 4) bahwa metafora sudah meresap dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam bahasa tapi juga dalam pikiran dan tindakan. Ada kegiatan berpikir ketika berbahasa yang memengaruhi tindakan. Ada konsep yang dibentuk sebelum bahasa diproduksi oleh seseorang dalam tuturannya. Pikiran dan bahasa sangat berkaitan karena untuk memperoleh tuturan yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh si penutur. Selain itu, narator acara tersebut dalam membacakan narasinya terdapat ekspresi kebahasaan tentang permintaan maaf yang bersifat metaforis, contohnya sebagai berikut.... diyakini pernyataan maaf dari pemerintah akan mampu sedikit mengobati luka sejarah keluarga yang menjadi korban dari gerakan 30 september (Narator ILC, menit 04.54) Ada kata mengobati luka yang merujuk pada pernyataan maaf. Maaf dianalogikan sebagai obat luka. Hal tersebut merupakan ungkapan metaforis dalam sebuah tuturan. Obat sebagaimana diartikan secara harafiah adalah alat yang membantu untuk sembuh dari sakit. Selain itu, ada luka yang harus disembuhkan yang dinamakan luka sejarah. Maksud dari ekspresi kebahasaan tersebut yang

5 mengalami luka sejarah adalah keluarga dari para anggota PKI yang menjadi korban pembersihan massal pada masa orde baru. Hal ini dapat diinferensikan bahwa +MINTA MAAF+ dikonseptualisasikan sama dengan +OBAT LUKA+. Dengan kata lain, konsep +MINTA MAAF+ dipetakan ke dalam konsep +OBAT LUKA+. Ada sebuah sasaran yang ingin dipahami oleh sumber. Dalam konteks ini, +MINTA MAAF+ adalah sasaran yang ingin dipahami dari sumber +OBAT LUKA+. Ada kaitan antara bahasa yang bersifat metaforis dan pikiran sebagai pengonsep terciptanya ekspresi kebahasaan. Konseptualisasi sebuah bahasa terbentuk berdasarkan pemahaman dari pengalaman yang pernah didapatkan oleh si penutur. Latar belakang pengetahuan atau yang biasa disebut frame dalam linguistik kognitif sangat mempengaruhi terciptanya sebuah ekspresi kebahasaan. Menurut Fillmore, frame adalah pembingkaian (skematisasi) berbagai macam pengalaman (struktur pengetahuan) yang terepresentasi pada tingkat pemahaman seseorang dan akan melekat dalam ingatan untuk waktu yang lama (via Arimi, 2015: 64). Dengan demikian, pada ekspresi kebahasaan yang diungkapkan lewat narasi tersebut, memiliki latar belakang pengetahuan atau frame kesehatan. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian Ada beberapa metafora konseptual dalam ungkapan audience. Objek kajian pada penelitian ini adalah permintaan maaf. Objek kajian ini dibatasi berdasarkan data dan teori. Berdasarkan data, penelitian ini membatasi pada acara diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf. Penelitian ini tidak menelusuri permintaan maaf pada ranah kebahasaan lain. Berdasarkan teori, penelitian ini menggunakan teori linguistik kognitif secara lebih spesifik karena

6 objek kajian permintaan maaf dianalisis berdasarkan metafora konseptual, perspektif dan frame yang dalam linguistik kognitif, ketiganya merupakan isu yang penting dan mutakhir. 1.3 Rumusan Masalah Berikut beberapa permasalahan yang diformulasikan ke dalam pertanyaan pada penelitian ini, antara lain: 1) Apa yang dimaksud dengan permintaan maaf secara konseptual? 2) Bagaimana pemetaan metafora konseptual pada ekspresi permintaan maaf dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?? 3) Bagaimana perspektif pemintaan maaf dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf? mengenai permintaan maaf dengan ekspresi kebahasaannya? 4) Bagaimana frame pembentuk konsep permintaan maaf dalam diskusi ILC yang bertema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1) Memahami konsep permintaan maaf. 2) Memetakan metafora konseptual permintaan maaf yang ada dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?.

7 3) Menganalisis perspektif permintaan maaf dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf? mengenai permintaan maaf lewat ekspresi kebahasaannya. 4) Memaparkan frame pembentuk konsep permintaan maaf dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?. 1.5 Studi Pustaka Penelitian mengenai minta maaf dan metafora sudah banyak dilakukan sebelumnya. Buana (2014) dalam skripsinya yang berjudul Metafora dalam Wacana Politik Kolom Indonesia Baru di Laman LIPUTAN6.COM secara keseluruhan mendeskripsikan pemakaian metafora dalam wacana politik. Dimulai dari membahas unsur-unsur dan jenis-jenis metafora, ranah semantis metafora, dan pergeseran makna metafora dalam wacana politik berdasarkan asosiasi metafora. Utama (2011) dalam skripsi yang berjudul Frame Humor: Tinjauan Linguistik Kognitif terhadap Cerita Humor dalam mengkaji cerita humor untuk menjelakan perbedaan konstrual dan subjek dalam cerita humur yang menjadi aspek penyebab kejenakaan, menjelaskan metode kreatif penulis dalam menciptakan cerita humor, dan menjelaskan frame-frame yang berkorelasi dengan tingkat kejenakaan. Dalam penelitiannya, menyimpulkan tiga kesimpulan, yakni yang pertama adalah perbedaan konstrual subjek dalam cerita humor disebabkan oleh perspektif, latar depan, metafora, frame, dan kategori radila antarsubjek cerita humor. Kemudian, yang kedua terdapat empat metode yang digunakan penulis cerita humor untuk menciptakan ceritanya. Ketiga terdapat

8 empat frame pembaca yang mempengaruhi persepsi terhadap tingkat kejenakaan, yakni frame seksualitas, frame budaya, frame agama, dan frame politik. Sementara itu, Widyarto (2013) dalam skripsi yang berjudul Metafora pada Wacana Berita Ekonomi di Situs Web Metro TV Menurut Pandangan Zoltan Kovecses menjelaskan bahwa ketika manusia bermetafora tidak dapat melepaskan diri dari dua hal, yaitu kognisi dan ekologi. Penelitian tersebut memaparkan pandangan seseorang terhadap ekonomi dari salah satu berita di situs web Metro TV. Pertama, ekonomi berkaitan dengan konsep pemikiran, yang berarti, konsep ekonomi dipandang dengan menggunakan konsep lain. Hasil yang didapat, yaitu ekonomi adalah adalah bangunan, ekonomi adalah perjalanan, dan ekonomi adalah organisme hayati. Selain itu, kaitannya dengan ekologi, bahwa hal tersebut dapat mempersepsi ekonomi dengan unsur-unsur di dalamnya. Skripsi Mabruri Pudyas Salim (2015) yang berjudul Metafora Konseptual dalam Buletin Mocopat Syafa at meneliti suatu ranah konseptual yang terbangun dengan ranah konseptual lain dan menelusuri hubungan antarranah dalam melahirkan ekspresi-ekspresi kebahasaan berupa metafora, serta menelusuri proses terbentuknya ekspresi bahasa berupa metafora dan munculnya makna baru. Selain itu, menelusuri integrasi konseptual, yakni hubungan ruang mental atau ruang konseptual untuk menggambarkan proses terbentuknya metafora. Nirmala (2012) dalam tesis yang berjudul Metafora dalam Wacana Surat Kabar Harian Berbahasa Indonesia menjelaskan metafora dari segi bentuk, jenis, konsep, dan untuk mendapatkan kaidah yang berhubungan dengan pembentukan

9 ungkapan metaforis, pemaknaan, serta sikap penuturnya. Selain itu, Rachmat (2012) dalam tesis yang berjudul Metafota dalam Percakapan Antartokoh Film The King s Speech menjelaskan tiga hal. Pertama jenis-jenis metafora, seperti metafora ontologis, struktural, dan orientasional. Kedua mengenai fungsi atau peran elemen yang menyusun metafora, yaitu elemen ranah sumber dan elemen ranah sasaran. Ketiga mengenai konteks penggunaan metafora dalam film tersebut yang dipengaruhi oleh medan, pelibat, dan sarana dalam situasi tertentu. Selain penelitian yang berhubungan dengan metafora, ada penelitian lain yang membahas permintaan maaf atau sistem apologi sebagai rujukan dalam penelitian ini. Hikmah (2013) dalam tesis yang berjudul Kesopanan Meminta Maaf dalam Bahasa Inggris oleh Orang Jawa menjelaskan tiga hal tentang pengaruh terjadinya kesopanan meminta maaf. Pertama adalah tindak tutur, seperti tindak tutur representatif, direktif, komisif, dan ekspresif. Kedua, pola umum kesopanan yang terdiri dari tujuh tipe. Ketiga, realisasi kesopanan yang dilihat dari usia, kedekatan, dan situasi yang terdiri dari beberapa jenis tindak tutur. Arimi (1998) dalam tesis yang berjudul Basa-basi dalam Masyarakat Bahasa Indonesia mendeskripsikan basa-basi dalam masyarakat yang berbahasa indonesia. Masyarakat membutuhkan basa-basi dalam kehidupan sosialnya. Salah satu dari sekian banyak yang menjadi objek penelitian adalah sistem apologi (permintaan maaf). Minta maaf termasuk ke dalam basa-basi, karena dalam budaya masyarakat hal tersebut tidak hanya digunakan jika penutur membuat kesalahan, tapi juga apa bila penutur merasa mengganggu mitra tutur. Selain itu, dijelaskan pula bahwa sistem apologi bisa berdasarkan peristiwa temporalnya.

10 Subandi (2014) dalam tesis yang berjudul Permintaan Maaf dalam Bahasa Inggris Australia dan Bahasa Indonesia Sebuah Kajian Pragmatik Lintas Budaya tentang Strategi Kesopanan Berbahasa menjelaskan perbedaan penggunaan permintaan maaf dari kedua negara tersebut. Pertama dari segi bentuk ungkapan permintaan maaf yang digunakan oleh penutur bahasa Indonesia dengan ungkapan mengalihkan perhatian. Sedangkan oleh penutur bahasa Inggris Australia permintaan maaf digunakan dengan ungkapan menyangkal untuk bertanggung jawab dan ungkapan menyerang lawan tutur. 1.6 Landasan Teori Linguistik Kognitif Linguistik kognitif merupakan interdisipliner ilmu yang relatif baru dalam ilmu bahasa, linguistik kognitif adalah salah satu pendekatan yang paling inovatif dan menarik untuk mempelajari bahasa dan pikiran yang muncul pada era modern, dan dikenal sebagai cognitive science (Evans dan Green, 2006: 8). Terkait dengan memahami konsep permintaan maaf sangat relevan ketika dilakukan penerapan teori linguistik kognitif. Prinsip teori linguistik kognitif diawali dari pikiran seseorang dalam membentuk bahasa yang menghasilkan tindakan. Linguistik kognitif lebih mengutamakan penjelasan bagaimana bahasa dan pikiran hadir secara bersama-sama dalam sebuah tindak berbahasa dan berpikir secara terpisah (Arimi, 2015: 5). Arimi (2015) menjelaskan lebih lanjut mengenai linguistik kognitif, bahwa hal yang ditekankan dalam linguistik kognitif adalah ketika berpikir manusia berbahasa, begitu pula sebaliknya ketika berbahasa manusia berpikir.

11 Pada diskusi ILC tersebut ada korelasi antara pernyataan dengan pikiran narator, Karni Ilyas, dan para audience yang hadir. Kemudian, muncul pertanyaan apa yang dipikirkan oleh mereka mengenai permintaan maaf dalam diskusinya? Berbagai konsep muncul dari masing-masing pikiran dan menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Hal tersebut adalah sebuah kewajaran, karena mereka memiliki persepsi dan latar belakang yang berbeda pula. Linguistik kognitif mencoba menggali hubungan antara bahasa dan pikiran tersebut dengan menggunakan beberapa pendekatan yang ada di dalamnya Konsep Menurut Evans (via Arimi, 2015: 53) konsep ada dalam sistem konseptual dan dari sejak orok digambarkan ulang dari pengalaman perseptual melalui sebuah proses yang disebut analisis makna persepsi. Pada umumnya, manusia ketika berkomunikasi melakukan kegiatan konseptualisasi. Pada dasarnya konsep itu entitas abstrak dari pengetahuan namun dalam analisis linguistik kognitif ia dicitrakan, lalu dikodekan secara verbal sehingga membentuk konsep leksikal (lexical concept) (Arimi, 2015: 53). Kata yang diucapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah konsep. Hal tersebut termasuk ke dalam hasil dari proses konseptualisasi, misalnya kata Dosen, kata tersebut adalah hasil dari proses konseptualisasi dari ekspresi kebahasaan orang yang mengajar mahasiswa di universitas. Menurut Arimi (2015) hal tersebut memiliki kaidah yang diawali dari informasi verbalisasi dikodekan konsep. Apabila dilihat dari awal dalam kaidah tersebut, akan ditemukan sebuah skema atau pola dari proses konseptualisasi. Informasi yang

12 diverbalisasi otomatis terdapat bahasa di dalamnya. Kemudian, dikodekan sehingga membentuk konsep. Sebuah konsep terdapat pada pikiran. Hal tersebut, menunjukkan adanya keterkaitan antara bahasa dan pikiran. Sejatinya, bahasa adalah sistem informasi konsep yang saling bertautan (conceptual integration) yang membentuk makna dalam pikiran manusia pemakainya (Arimi, 2015: 54) Metafora Konseptual Arimi (2015) menyatakan pengertian bahwa metafora konseptual adalah setiap satuan ekspresi kebahasaan yang memiliki satu konsep yang dipetakan dengan satuan ekspresi kebahasaan lain yang memiliki satu konsep lain. Penerapan metafora konseptual pada kasus ini adalah memetakan konsep permintaan maaf dalam konsep lain yang terlahir dari frame seseorang. Zoltan Kovecses (2009) menyatakan bahwa yang dikatakan sebagai metafora konseptual adalah sebuah pemahaman pada suatu ranah konseptual untuk memahami ranah konseptual lain. Jadi, RANAH KONSEPTUAL A ADALAH RANAH KONSEPTUAL B. Hal tersebut merupakan sebuah pemetaan konseptual yang dikatakan oleh Arimi (2015) bahwa metafora konseptual menempatkan diri dalam satu ranah sumber (source domain) di satu pihak, dan dalam satu ranah sasaran (target domain) di lain pihak. Lakoff dan Johnson (1980) mengemukakan pendapatnya bahwa argumen (argument) adalah perang (war). Hal ini menyatakan bahwa konsep ARGUMENT dijelaskan dengan konsep WAR. Korpus ekspresi kebahasaan berikut ini akan

13 membuktikan bahwa konsep ARGUMENT dapat dipetakan dalam konsep WAR, seperti yang telah dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson. ARGUMENT IS WAR Your claims are indefensible. He attacked every weak point in my argument. His criticisms were right on target. I demolished his argument. I've never won an argument with him. You disagree? Okay, shoot! If you use that strategy, he ll wipe you out. He shot down all of my arguments. Berdasarkan korpus tersebut, terdapat beberapa kata yang merujuk pada situasi perang, seperti indefensible, attacked, right on target, demolished, never won, shoot, strategy, dan shot down. Beberapa kata tersebut, apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka akan menjadi tidak dapat dipertahankan, terserang, tepat sasaran, hancur, tidak pernah menang, tembak, strategi, dan jatuh tertembak. Maka dari itu, argumen menurut Lakoff dan Johnson disamakan dengan sebuah perang Perspektif Perspektif didefinisikan sebagai cara pandang terhadap sebuah kejadian atau peristiwa dengan pengutamaan peserta (Arimi, 2015: 47). Dalam satu peristiwa, bisa saja cara pandang masing-masing individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Katakanlah, misalnya ekspresi kebahasaan pemain futsal itu membeli sepatu dari penjual sepatu itu dan penjual sepatu itu menjual sepatu kepada pemain futsal itu. Pernyataan tersebut merupakan peristiwa yang sama,

14 yaitu peristiwa jual-beli. Akan tetapi, memiliki makna yang berbeda. Poin perspektif, dalam hal ini akan menunjukkan perbedaan makna yang terkandung di dalamnya. Pada dua pernyataan tersebut, terdapat kata membeli dan menjual. Pertama menyatakan lewat sudut pandang pemain futsal, sedangkan pernyataan yang kedua menyatakan dengan sudut pandang penjual sepatu. Hal tersebut juga merupakan perspektif pengutamaan, yang pertama mengutamakan pemain futsal, dan yang kedua mengutamakan penjual sepatu. Perbedaan makna yang terkandung dalam kedua pernyataan tersebut, dapat dibuktikan dengan memperluas satuan kebahasaannya. Dengan menambahkan satuan kebahasaan pada konstruksi bahasa tersebut, misalnya menjadi pemain futsal itu membeli sepatu dari penjual sepatu itu untuk kebutuhannya dan penjual sepatu itu menjual sepatu kepada pemain futsal itu untuk kebutuhannya. Kedua konstruksi kebahasaan tersebut menyatakan bahwa yang pertama si pemain futsal membeli sepatu untuk kebutuhannya dalam bermain futsal, sedangkan yang kedua si penjual menjual sepatu untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Perspektif yang terbangun dalam konstruksi kebahasaan tersebut, yang pertama berorientasi kepada perspektif pembeli dan yang kedua berorientasi kepada perspektif penjual. Hadirnya perspektif terhadap sebuah peristiwa sangat berperan dalam membangun makna. Seperti contoh yang telah dipaparkan tadi, satu peristiwa yang sama tapi memiliki makna yang berbeda. Dalam kasus ini terjadi perselisihan mengenai permintaan maaf dalam setiap argumen para audience. Perspektif dari masing-masing persona terbangun untuk menanggapi apa yang dimaksud dengan permintaan maaf.

15 Frame Frame sangat mempengaruhi terbentuknya sebuah konsep. Menurut Arimi (2015) satuan kebahasaan tidak terjadi dalam kekosongan, dan setiap satuan kebahasaan itu terjadi karena ada pengetahuan yang melatarinya. Frame berkaitan dengan elemen-elemen dan entitas yang berhubungan dengan kultur tertentu dan kejadian yang melekat pada pengalaman manusia (Evans dan Green, 2006: 222). Fillmore berpendapat bahwa frame adalah skematisasi dari pengalaman (struktur pengetahuan) yang terepresentasi pada tingkat konseptual dan tersimpan di memori dalam jangka waktu yang panjang (Evans dan Green, 2006: 222). Maka dari itu, frame adalah pembingkaian terhadap pengalaman seseorang yang dapat pula disebut sebagai latar belakang pengetahuan. Arimi (2015) memberikan contoh tentang frame yang sebagaimana dituliskan dalam bukunya yang berjudul Linguistik Kognitif: Sebuah Pengantar bahwa Lakoff pernah mendiskusikan frame bersama mahasiswanya mengenai perbedaan konsep cafe dan restaurant. Mahasiswa yang mengikuti kuliah tersebut sangat antusias untuk memberikan pendapatnya, antara lain cafe adalah tempat makan dan nongkrong sedangkan restaurant adalah tempat makan seremonial. Adapula yang berpendapat bahwa cafe adalah tempat makan untuk anak muda, sedangkan restaurant untuk keluarga atau pejabat resmi. Sebenarnya masih ada beberapa lagi pendapat yang membedakan cafe dan restaurant namun penulis hanya mengambil dua contoh perbedaan dari keduanya. Frame yang membentuk konsep cafe dan restaurant dari perbedaan pendapat tersebut, yaitu frame pengisian waktu (nogkrong versus seremoni), frame pengunjung (anak muda

16 versus keluarga/pejabat). Berdasarkan contoh tersebut, frame dapat dikatakan sebagai kegiatan menggeneralisasi suatu konsep pemikiran seseorang yang dijadikan objek dengan bentuk frame. 1.7 Data dan Metode Penelitian Selain didasari dengan landasan teori, juga diperlukan metode-metode yang tepat untuk melaksanakan analisis penelitian ini. Hal ini dilakukan agar penelitian ini memiliki hasil yang utuh, jelas, dan sistematis. Maka dari itu, penelitian ini menerapkan tiga metode, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian data. Pada tahap pengumpulan data, penulis menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan teknik catat. Hal yang pertama kali dilakukan, penulis mengamati video ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf? yang berdurasi selama kurang lebih tiga jam. Kemudian penulis melakukan transkripsi pernyataan-pernyataan dari narator, Karni Ilyas, dan para audience yang hadir dalam diskusi tersebut. Setelah itu, hasil dari transkripsi tersebut diklasifikasikan dan dianalisis menggunakan metode padan. Keseluruhan data dalam penelitian ini adalah bentuk transkripsi dari bahasa lisan. Penulis menyajikan beberapa data menggunakan tanda + dan huruf kapital sebagai bentuk penekanan bahwa kata tersebut adalah sebuah konsep. Dalam linguistik kognitif, bentuk tulisan yang merupakan tuturan dan konsep itu dibedakan agar pembaca dapat mengetahui dan membedakan keduanya. Sejatinya, konsep dan tuturan adalah hal yang berbeda. Linguistik kognitif melakukan inovasi

17 untuk membedakan konsep dan tuturan dalam tulisan karena hal yang dikaji di dalamnya menyangkut keduanya. 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini disajikan dalam enam bab. Bab pertama berisi latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, data dan metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua berisi tentang pemahaman konsep permintaan maaf. Bab ketiga berisi tentang pemetaan metafora konseptual permintaan maaf yang ada dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?, dengan menguraikan dari satu ranah konseptual yang membangun ranah konseptual lain. Bab keempat menganalisis perspektif permintaan maaf dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf. Bab kelima memaparkan frame pembentuk konsep permintaan maaf dalam diskusi ILC dengan tema 50 Tahun G30S/PKI: Perlukah Negara Minta Maaf?. Bab keenam berisi kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan

BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan penghias retorika yang mempermasalahkan bentuk bahasa yang tidak biasa jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of speech yang membandingkan satu hal dengan istilah lain yang setara. Pada umumnya, metafora menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA (2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk menarik perhatian pembaca, judul-judul berita pada surat kabar, tabloid, atau majalah sering dinyatakan

Lebih terperinci

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola menjadi cabang olahraga yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain pertandingannya yang menarik terdapat pula fenomena bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik manusia. Bahasa merupakan salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi

Lebih terperinci

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, maupun pengalaman kepada orang lain. Selain sebagai media komuninikasi, bahasa juga dipakai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Teori Metafora Klasik Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di Injil ketika Adam dan Eva memakan buah terlarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lagu merupakan media universal yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna sebagai implementasi ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan dari dua pertanyaan penelitian dan pembahasan pada pada Bab 4. Bab ini diawali dengan simpulan dan ditutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan makhluk sosial lainnya, untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Metafora tidak terbatas menyangkut pada sebuah gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat dekat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, manusia memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan pesan. Berbagai alat komunikasi diciptakan hanya untuk mempermudah manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik dibandingkan pemerintahan masa lalu. Setelah runtuhnya rezim orde

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik dibandingkan pemerintahan masa lalu. Setelah runtuhnya rezim orde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah berhasil melewati proses pergantian pemerintahan menjadi lebih baik dibandingkan pemerintahan masa lalu. Setelah runtuhnya rezim orde baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua; BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian metafora merupakan analogi atau perbandingan suatu yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang lainya. Sebagai contoh sifat manusia yang dianalogikan atau diperbandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini media sosial twitter banyak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memperoleh informasi maupun untuk berkomunikasi. Pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang kepentingannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

FRAME DALAM SLOGAN IKLAN ROKOK: ANALISIS LINGUISTIK KOGNITIF. Oleh: Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

FRAME DALAM SLOGAN IKLAN ROKOK: ANALISIS LINGUISTIK KOGNITIF. Oleh: Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 DALAM SLOGAN IKLAN ROKOK: ANALISIS LINGUISTIK KOGNITIF Oleh: Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 1. PENDAHULUAN Slogan adalah frasa yang dipakai pada konteks politik, komersial, agama, dan sosial sebagai

Lebih terperinci

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA Rasional Pengajaran membaca dalam bahasa, termasuk dalam bahasa Sunda, kini telah berkembang. Namun khususnya dalam pengajaran membaca, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang penulis harapkan dari penelitian ini. Kesimpulan berupa intisari hasil dari analisis yang dilakukan terhadap data- data yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan 117 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas tindak tutur direktif dokter gigi dan kaitannya dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan pasien anak. Bab sebelumnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORETIS

BAB 3 KERANGKA TEORETIS BAB 3 KERANGKA TEORETIS 3.1 Pengantar Cara berpikir dan bertindak setiap individu selalu terkait dengan metafora. Gambaran mengenai realitas dan pengalaman sehari-hari dapat dipahami dengan mudah melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya atau alasan (KBBI, 2005: 240). Menurut Widyamartaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa sangat kaya dengan makna, tetapi menurut teori pragmatik, setiap penggunaan bahasa tidak berhenti pada makna melainkan berlanjut pada munculnya maksud. Yule (1997)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak ada satu orang pun yang benar-benar beraktivitas tanpa mengadakan rapat. Misalnya saja, menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen penelitian, data dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. 3.1 Metode Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, karena untuk membentuk suatu hubungan atau kerja sama pasti diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur

BAB I PENDAHULUAN. Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur kepada mitra tutur dalam suatu proses percakapan. Address term sering muncul dan dapat kita

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Secara umum penggunaan bahasa lisan lebih sering digunakan dari pada bahasa tulis dalam berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memuji, terutama di Indonesia, sudah menjadi kebiasaan. Menurut Holmes

BAB I PENDAHULUAN. Memuji, terutama di Indonesia, sudah menjadi kebiasaan. Menurut Holmes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memuji, terutama di Indonesia, sudah menjadi kebiasaan. Menurut Holmes (1986:485), pujian adalah tindak tutur yang secara eksplisit atau implisit menjelaskan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam linguistik terdapat kajian khusus mengenai makna yang dikenal dengan Semantik. Semantik adalah ilmu tentang makna. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik

Lebih terperinci