SMI s Insight Triwulan III

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SMI s Insight Triwulan III"

Transkripsi

1 SMI s Insight Triwulan III Development Bank Benchmarking Series Pemerintah Afrika Selatan Mendirikan Development Bank of Southern Africa (DBSA) Untuk Mengatasi Masalah Pembangunan: Market Failures dan Institutional Failures Development Bank of Southern Afrika atau DBSA merupakan Bank Pembangunan Afrika Selatan yang fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pengembangan Sumber Daya Manusia dan kapasitas institusi dengan memobilisasi kapasitas pendanaan maupun sumber daya lainnya dari dalam negeri maupun luar negeri untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Afrika Selatan dan sekitarnya. Pemerintah Afrika Selatan memperkuat posisi DBSA sebagai salah satu institusi keuangan untuk pembangunan di Afrika Selatan melalui UU tersendiri yang dinamakan DBSA Act no. 13 tahun Dalam UU tersebut, DBSA memiliki mandat untuk mendukung proyek-proyek dan program pembangunan di Afrika Selatan dan sekitarnya. Dalam UU tersebut, DBSA memiliki fokus untuk mendorong pembiayaan sektor infrastruktur baik infrastruktur ekonomi, sosial, maupun kelembagaan serta mendorong terciptanya sinergi dengan investor swasta. Secara struktur kelembagaan, DBSA merupakan salah satu dari lima lembaga keuangan untuk pembangunan (development finance institutions) yang dimiliki oleh Pemerintah Afrika Selatan. Selain DBSA, Afrika Selatan juga memiliki lembaga keuangan untuk pembangunan lainnya yakni: Land Bank, Industrial Development Corporation, National Housing Finance Corporation, dan National Empowerment Fund. Kepemilikan DBSA 100% dimiliki oleh Pemerintah dan berada di bawah supervisi Kementerian Keuangan. Selain mengacu kepada UU DBSA, DBSA juga mengacu kepada UU Manajemen Keuangan Publik (Public Finance Management Act) namun tidak tunduk kepada UU Perbankan (Bank Act). Gambar 1. DBSA merupakan Bank Pembangunan yang 100% dimiliki oleh Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sumber: Laporan Tahunan DBSA 1

2 Peranan DBSA sebagai Bank Pembangunan Peran DBSA sebagai bank pembangunan terdiri dari 5 hal: 1) Financier. Sebagai bank pembangunan, DBSA akan menjalankan fungsi sebagai lembaga pembiayaan yang mendorong pembiayaan pada infrastruktur dasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pendanaan di bidang infrastruktur; 2) Partners. DBSA juga berperan sebagai partners bagi keterlibatan investasi publik, swasta, dan komunitas dalam pembangunan infrastruktur; 3) Advisors. DBSA berperan sebagai pihak yang mendorong pembangunan melalui pemberian pelatihan atau pengembangan kapasitas bagi pihak lainnya (Pemerintah Pusat ataupun Daerah) dari sisi pengembangan institusi, keuangan, teknis dan pengetahuan terkait pembangunan; 4) Implementer. DBSA berperan sebagai mediator yang menghubungkan berbagai inisiatif dari berbagai stakeholder terkait dalam pengambilan keputusan sehingga mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; 5) Integrator. DBSA berperan sebagai originator, fasilitator, dan partisipasi dalam berbagai inisiatif strategis dalam rangka pengembangan kapasitas dan penyediaan solusi bagi percepatan pembangunan. Dalam menjalankan perannya sebagai Bank Pembangunan khususnya dalam pembiayaan di bidang infrastruktur, DBSA menjalankan seluruh rantai proses pembangunan infrastruktur mulai dari proses identifikasi proyek dengan membantu Pemerintah hingga fase operasional dan maintenance dengan bermitra bersama pihak lainnya. Disinilah value added yang dimiliki DBSA sebagai bank pembangunan yang tidak dimiliki oleh bank komersial maupun bank pembangunan konvensional lainnya. DBSA tidak ditujukan untuk menjadi pesaing bagi perbankan komersial namun sifatnya lebih menjadi pelengkap bagi produk perbankan yang sudah ada sehingga mendorong terciptanya sinergi dalam membiayai proyek-proyek infrastruktur. Gambar 2. Salah satu nilai tambah yang dimiliki oleh DBSA dibandingkan dengan perbankan komersial lainnya adalah DBSA terlibat tidak hanya pada tahap pembiayaan, tetapi juga dari penyiapan proyek hingga operasional. 2

3 Produk dan Sektor Pembiayaan DBSA Produk pembiayaan yang ditawarkan oleh DBSA tidak ditujukan untuk berkompetisi dengan perbankan komersial, namun fungsinya ditekankan untuk menjadi pelengkap bagi produk-produk yang sudah ada. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh DBSA senantiasa berkembang mengikuti beberapa faktor: Ekspansi produk existing dengan menargetkan market yang baru dan belum tergarap Sejalan dengan kebutuhan pembiayaan program prioritas di level National dan Provinsi Kolaborasi dengan perbankan atau lembaga keuangan lain Peningkatan dampak ekonomi sosial dari pembiayaan dengan menawarkan pembiayaan untuk infrastruktur sosial (kesehatan, pendidikan dan perumahan) Gambar 3. Produk dan jasa Layanan DBSA menjadi komplementer dari produk Perbankan Komersial, di antaranya untuk produk penyiapan proyek, produk pinjaman kepada Pemerintah Daerah dan penyertaan modal Gambar 4. Total outstanding pembiayaan DBSA secara CAGR dalam 3 tahun terakhir tumbuh 25% untuk Afrika Selatan dan 18% untuk wilayah selain Afrika Selatan Selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan pembiayaan DBSA menunjukkan tren yang positif. Jika di tahun 2012 outstanding pembiayaan tercatat sebesar R8,1Miliar (~Rp 7,3Triliun, dengan asumsi kurs 1 Rand = 900 Rupiah), jumlah tersebut naik menjadi R12,7Miliar (~Rp 11,4Triliun) di tahun DBSA menargetkan dalam tiga tahun ke depan, target pembiayaan secara rata-rata tahunan tumbuh sebesar 20% dengan komposisi 70% pembiayaan diarahkan kepada Afrika Selatan dan 30% diarahkan untuk Kawasan di luar Afrika Selatan. 3

4 DBSA ditujukan untuk dapat menjadi katalis bagi pembangunan. Oleh karena itu, DBSA dapat mendanai program-program prioritas Pemerintah, baik dari sektor infrastruktur maupun sektor lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan seperti sektor Agribisnis, Kehutanan dan Perikanan, Ketahanan Energi, Pariwisata dan Pertambangan. Selain itu, infrastruktur sosial juga merupakan sektor yang dapat didanai oleh DBSA. Sektor infrastruktur sosial tersebut mencakup sektor kesehatan dimana di dalamnya terdapat pembiayaan untuk rumah sakit, sektor perumahan, sektor pendidikan untuk pembangunan sekolah, dan sektor pembangunan wilayah Pedesaan. Gambar 5. Sektor yang dapat didanai oleh DBSA merupakan sektor-sektor yang menjadi prioritas pembangunan Afrika Selatan, tidak hanya mencakup infrastruktur dasar tetapi juga mencakup infrastruktur sosial dan multisektor lainnya. Program Penugasan Pemerintah Selain program komersial, DBSA juga memiliki mandat untuk mendukung program-program dan kebijakan nasional serta daerah untuk percepatan penyediaan infrastruktur, dalam bentuk: Program-program percepatan penyediaan infrastruktur Sektor prioritas yang tercantum dalam Medium-term Strategic Framework Pemerintah Pelaksanaan program prioritas yang memiliki dampak yang sangat besar bagi perekonomian Program Peningkatan kapasitas Pemberian penugasan kepada DBSA disebabkan oleh dua hal, yakni adanya market failure dimana tidak ada pihak komersial yang bersedia untuk mendanai proyek infrastruktur dan institutional failure dimana belum adanya pengalaman dan kapasitas untuk menjalankan kegiatan tersebut yang mana pengalaman dan kapasitas tersebut telah dimiliki oleh DBSA. Seluruh jasa yang diberikan oleh DBSA akan diganti oleh Pemerintah menggunakan prinsip full cost recovery. 4

5 Program Pembiayaan Daerah Secara umum, Afrika Selatan mengalami 3 tantangan dalam bidang pembangunan, yakni: 1) Social Transformation. Tantangan pembangunan infrastruktur dalam social transformation mencakup kebutuhan yang besar atas pembangunan dan investasi pada penyediaan infrastruktur dasar seperti perumahan, air bersih, dan sanitasi. 2) Economic Stimulation. Tantangan pembangunan infrastruktur pada kategori ini adalah adanya kebutuhan untuk menyediakan infrastruktur yang nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi bottlenecking, menarik investasi dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan, contoh proyek: Jalan tol, sistem transportasi massal. 3) Institutional Capacity Building. Tantangan pembangunan ini lebih dititikberatkan kepada kapasitas institusi (baik Pemerintah maupun swasta) untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan mengelola proyek-proyek infrastruktur berskala besar. Gambar 6. Dalam Framework Pembiayaan Pemerintah Daerah yang telah disusun, tujuan pembiayaan Pembiayaan Daerah adalah untuk mengurangi Kemiskinan, backlog Perumahan dan Pengangguran yang tinggi di Afrika Selatan Dalam menjawab berbagai tantangan tersebut, DBSA memiliki satu lini bisnis yakni pembiayaan kepada Pemerintah Daerah. Adapun manfaat pembiayaan pemerintah daerah antara lain: Memperkuat kapasitas Pemerintah Daerah yang berkapasitas fiskal rendah atau kategori underresourced municipalities dalam hal perencanaan proyek, penyiapan proyek dan packaging proyek; Meningkatkan fokus pada daerah dengan kesenjangan pendapatan yang besar melalui inisiatif originasi proyek; 5

6 Menyediakan sumber dana yang terjangkau melalui dana subsidi pembangunan untuk daerah dengan kapasitas fiskal sedang (secondary municipalities) dan daerah berkapasitas fiskal rendah atau kategori under -resourced municipalities; Mengintegrasikan aktivitas pembiayaan dan dukungan non-pembiayaan untuk mencapai dampak pembangunan yang lebih besar; Memberikan dukungan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan tingkat pengeluaran/belanja modal untuk pembangunan dengan memberikan dukungan pelaksanaan (implementation support) dari sisi teknis dan bentuk-bentuk lainnya. Dalam menjalankan fungsi pembiayaan kepada Pemerintah Daerah, DBSA membagi segmentasi pasar kepada tiga kategori: 1) Kategori Market 1 (M1) merupakan Kota Besar (Metropolitan Cities) yang memiliki kapasitas fiskal yang besar dan mampu merencanakan, menyiapkan, mengimplementasikan, dan mengelola proyek-proyek infrastruktur besar sehingga diminati oleh Perbankan atau institusi keuangan lainnya. Saat ini daerah dengan kategori ini hanya berjumlah 6 kota metropolitan. Contoh dari daerah berkategori M1 antara lain: Ekurhuleni, City of Johannesburg, City of Tshwane, ethekwini dan City of Cape Town. 2) Kategori Market 2 (M2) merupakan kota dengan kemampuan kapasitas fiskal sedang (Secondary Municipalities) berjumlah 119 daerah yang terdiri dari 19 kota penyangga metropolitan (secondary cities), 27 kota besar (large towns), 73 distrik. Daerah dengan kategori ini memerlukan dukungan dalam identifikasi, perencanaan, dan penyiapan proyek untuk dapat menarik pihak Perbankan atau institusi keuangan lain dalam membiayai proyek-proyek infrastruktur. 3) Kategori Market 3 (M3) merupakan kota dengan kemampuan kapasitas fiskal rendah (Under-resourced Municipalities) berjumlah 159 daerah (kota-kota kecil dan pedesaan). Daerah dengan kategori ini memerlukan dukungan di semua aspek manajemen proyek, mulai dari perencanaan, penyiapan, implementasi proyek dan kemampuan pengelolaan dana-dana yang berasal dari dana transfer/dukungan fiskal dari Pemerintah. Gambar 7. Porsi DBSA sangat besar untuk Pemda kategori M3 dimana Perbankan konvensional tidak berminat untuk memberikan pinjaman Peran DBSA sangat terlihat untuk pembiayaan Daerah dengan kategori M3 atau under-resourced municipalities yakni sebesar 84% dari market share. Sementara untuk kategori M2 sebesar 73% dan M1 sebesar 30%. Meskipun dari sisi market share terlihat paling besar, namun dari sisi volume pembiayaan, jumlah outstanding pembiayaan tercatat merupakan yang paling kecil yakni hanya sebesar 6% dari seluruh portofolio pembiayaan daerah DBSA. Outstanding pembiayaan terbesar tercatat pada daerah dengan kategori M1 sebesar 66% dari total portofolio. Dari data tersebut, terlihat peran DBSA sebagai katalis untuk Pemda Kategori M3, meskipun dari sisi jumlah pembiayaan masih sangat kecil. Ke depan, DBSA berencana untuk menggandakan porsi pembiayaan kepada Pemda kategori M3. 6

7 Dukungan Pemerintah Untuk mendukung kegiatan operasional DBSA, Pemerintah Afrika Selatan memberikan dukungan sebagaimana yang diamanatkan dalam DBSA Act nomor 13 Tahun Dukungan tersebut di antaranya adalah: 1) Dukungan Permodalan. Dalam UU DBSA disebutkan bahwa DBSA memiliki sebuah keleluasaan dalam meminta dukungan permodalan berbentuk callable capital. Callable capital adalah selisih dari komitmen setoran modal Pemerintah dikurangi dengan modal yang sudah disetor. Manakala jajaran Direksi meminta tambahan modal disetor melalui Rapat Umum Pemegang Saham, maka Pemerintah akan mencairkan dana tersebut sebagai bentuk tambahan permodalan bagi DBSA. 2) Dukungan Insentif Pajak. Dalam menjalankan kegiatan operasional, DBSA dikecualikan dari segala bentuk perpajakan bagi perusahaan sebagaimana tercantum dalam UU DBSA Nomor 13 Tahun 1997 pasal 21 ayat 1. Kunci Keberhasilan DBSA Terdapat lima kunci keberhasilan DBSA dalam menjalankan kegiatannya sebagai Bank Pembangunan Afrika Selatan: 1) Penyiapan Proyek. Dengan adanya kegiatan dan pendanaan dalam penyiapan proyek membuat proses pembentukan pipeline proyek menjadi lebih cepat serta lebih banyak. DBSA juga mampu menampung dana-dana yang berasal dari Lembaga Donor untuk kemudian disalurkan dalam bentuk pendanaan untuk kegiatan penyiapan proyek; 2) Partnership. Dalam pembiayaan sebuah proyek, DBSA tidak dapat berdiri sendiri karena terbatasnya dana yang dimiliki, oleh karena itu adanya partnership dengan perbankan atau lembaga keuangan lainnya menjadi sebuah kunci untuk mendorong semakin banyak proyek yang dapat didanai; 3) Full Value Chain Offering. DBSA menawarkan produk dan jasa yang terintegrasi sejak tahap awal hingga operasional; 4) Employer of Choice. DBSA mampu menarik, mempertahankan, dan mengembangkan talent SDM yang berkualitas dan kompeten khususnya di bidang engineering, project management dan finance 5) Innovative Infrastructure Solution. DBSA mampu secara terus-menerus berinovasi baik dari sisi produk maupun jasa yang ditawarkan yang disesuaikan dengan kebutuhan Pasar dan Prioritas Pemerintah. Disclaimer All information presented were taken from multiple sources and considered as true by the time they were written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) can not be held responsible from any inacuracy contained in the material. PT SMI follows all internal and external guidelines and regulations that govern the evaluation process on determining the financing feasibility of an infrastructure project. Every decision to finance or not to finance a project is therefore based on a responsible and thorough due diligence process. Any complaint in the process of financing irregularities can be submitted to: Ms. Astried Swastika Corporate Secretary PT SMI Tel : Fax : corporatesecretary@ptsmi.co.id Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special committee to ensure that complaints are addressed appropriately. 7

SMI Insight Triwulan I-2014

SMI Insight Triwulan I-2014 SMI s Insight - Triwulan I 014 Jalur Kereta Api Pada tahun 030, Indonesia berencana untuk memiliki rel kereta api sepanjang ±1.000 km, dengan jangkauan di hampir seluruh pulau besar di Indonesia. Apa yang

Lebih terperinci

SMI s Insight Triwulan I

SMI s Insight Triwulan I SMI s Insight 2015 - Triwulan I Jalur Kereta Api Pemerintah merencanakan pembangunan jalur kereta api di empat pulau selain Jawa dalam 5 tahun ke depan Bagian II Kereta api sebagai moda transportasi yang

Lebih terperinci

SMI Insight Triwulan II-2014

SMI Insight Triwulan II-2014 SMI s Insight - Triwulan II 2014 Telekomunikasi Selama beberapa tahun terakhir ini, infrastruktur dan layanan sektor telekomunikasi di Indonesia berkembang sangat pesat, menjadikan industri telekomunikasi

Lebih terperinci

SMI s Insight Triwulan II

SMI s Insight Triwulan II SMI s Insight 2016 - Triwulan II Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mencapai target rasio elektrifikasi, diperlukan tambahan kapasitas sekitar

Lebih terperinci

Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Dari Sudut Pandang Pembiayaan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)

Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Dari Sudut Pandang Pembiayaan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) A LEADING CATALYST IN FACILITATING INDONESIA S INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Dari Sudut Pandang Pembiayaan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Jakarta, 24 Oktober

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 22 Oktober 2012 Peran Kementerian Keuangan Instrumen Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Kebijakan pendanaan/investasi Pemerintah (PIP)

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas Jakarta, Desember 2012 PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

SMI s Insight Triwulan II

SMI s Insight Triwulan II SMI s Insight 2015 - Triwulan II US Electicity Review Amerika Serikat berusaha untuk menurunkan ketergantungan mereka pada batu bara sebagai bahan bakar utama untuk pembangkit listrik Amerika Serikat (AS)

Lebih terperinci

Perbankan Komersial dan UKM

Perbankan Komersial dan UKM 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan

Lebih terperinci

SMI Insight Triwulan III-2014

SMI Insight Triwulan III-2014 SMI s Insight - Triwulan III 2014 Laut Pertumbuhan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia, Tanjung Priok, lebih besar dari Shanghai China maupun Singapura. 1. Pengelola di Indonesia Merujuk pada Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Direktur Utama

Laporan Direktur Utama Laporan Utama Utama 16 Laporan Tahunan Danamon 2007 Kami berhasil meraih kinerja yang sangat memuaskan di berbagai bidang... Pemegang Saham yang Terhormat, Dengan bangga saya laporkan bahwa dalam segala

Lebih terperinci

SMI Insight Triwulan IV-2014

SMI Insight Triwulan IV-2014 SMI s Insight - Triwulan IV 2014 Bandar Udara Soekarno-Hatta International Airport menempati peringkat 25 sebagai bandar udara dengan pergerakan tersibuk di dunia 1. Sekilas Indonesia Negara kepulauan

Lebih terperinci

Pembangunan Kota Berkelanjutan

Pembangunan Kota Berkelanjutan Pembangunan Kota Berkelanjutan Uke M Hussein Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Mei 2017 1 Outline Urbanisasi di Indonesia Peluang, tantangan,

Lebih terperinci

MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS)

MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS) MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS) Oleh: Eri Hariyanto, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan*) Pendahuluan Dalam trilogi Musgrave disebutkan bahwa Pemerintah melalui kebijakan

Lebih terperinci

2017, No mengikat untuk seluruh lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2017, No mengikat untuk seluruh lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da No.169, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Jasa Keuangan. Emiten. Perusahaan Publik. Keuangan Berkelanjutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN

IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE Bali, 4 November 2016 Outline Konsep dan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Perbandingan

Lebih terperinci

UOB Menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan PT SMI untuk Mendukung Berbagai Proyek Infrastruktur di Indonesia

UOB Menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan PT SMI untuk Mendukung Berbagai Proyek Infrastruktur di Indonesia SIARAN PERS UOB Menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan PT SMI untuk Mendukung Berbagai Proyek Infrastruktur di Indonesia Jakarta, Indonesia, 21 Maret 2018 United Overseas Bank Limited ( UOB ) hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, akan mengubah intensitas kompetisi pada seluruh sektor industri. ASEAN Economic

Lebih terperinci

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015 Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua negara mulai melakukan reformasi di bidang ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan aset sebesar Rp 500 triliun

BAB 1 PENDAHULUAN. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan aset sebesar Rp 500 triliun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan aset sebesar Rp 500 triliun merupakan bank terbesar di Indonesia saat ini. Bank Mandiri memiliki 6 (enam)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2004). Investasi merupakan salah satu motor penggerak serta penopang pertumbuhan

Lebih terperinci

PT SMI Insight 2016 Q1

PT SMI Insight 2016 Q1 PT SMI Insight 2016 Q1 Smart City Kota Sebagai Pendorong Utama Ekonomi Saat ini daerah perkotaan menjadi tempat dari lebih separuh populasi dunia dan proporsi tersebut akan tetap meningkat hingga 2025,

Lebih terperinci

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral Temuan Pokok Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan.

Lebih terperinci

PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN

PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN Jakarta, 30 Desember 2016 - Pemerintah dan Badan Usaha pada hari ini berhasil mempercepat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bank-bank dituntut untuk menjadi lebih dinamis terhadap perubahan agar siap bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat berjalannya sistem perekonomian. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. membuat berjalannya sistem perekonomian. Dalam beberapa tahun terakhir ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha merupakan salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan dengan usaha kecil menengah

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014 KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 2015-2019 Jakarta, 22 Desember 2014 Persentase Juta Jiwa Kondisi dan Tantangan Permukiman Kumuh Urbanisasi yang pesat memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA

ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA Siapa Kami Private Sector Operations Department (PSOD) dari Asian Development Bank (ADB) mendorong, menjembatani, dan memberi pembiayaan pada perusahaan swasta

Lebih terperinci

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian. Ini mengingat, kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan perekonomian

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal : Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance saat ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh pelaku bisnis dan menjadi tuntutan bagi masyarakat dengan adanya corporate governance ini diharapkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DISCLAIMER

DAFTAR ISI DISCLAIMER DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia

Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia 2016-2020 SIAPA KAMI Dibentuk tahun 1944. Kantor pusat di Washington D.C. Kelompok Bank Dunia terdiri dari lima institusi yang dikelola oleh 188 negara anggota

Lebih terperinci

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Launching Road Map Keuangan Berkelanjutan dan Buku Pedoman Energi Bersih yang dilanjutkan dengan Seminar Nasional Jakarta, 5 Desember 2014 Assalamu

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

POLITICAL COST DAN BUMN

POLITICAL COST DAN BUMN B U M N BUMN 1 POLITICAL COST DAN BUMN BUMN sebagai Badan Usaha Milik Negara sering ditafsirkan bahwa negara berkuasa penuh terhadap kinerja BUMN. Sehingga BUMN menjadi tergantung kepada siapa yang memerintah

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan

Lebih terperinci

MEMANTAPKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM RANGKA PERCEPATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

MEMANTAPKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM RANGKA PERCEPATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia MEMANTAPKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM RANGKA PERCEPATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Oleh: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian suatu negara sangat ditopang oleh kemajuan dan perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri

Lebih terperinci

Diskusi dan Analisis Manajemen

Diskusi dan Analisis Manajemen Diskusi dan Analisis Manajemen Data Keuangan Konsolidasi Hasil Usaha Pendapatan Bunga Bersih 4.603 5.645 7.136 26% Pendapatan Imbal Jasa 1.080 1.358 1.741 28% Pendapatan Operasional 5.683 7.003 8.877 27%

Lebih terperinci

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian di Indonesia, bank merupakan salah satu lembaga yang menjadi fondasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian semakin cepat dan kompleks dari waktu ke

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian semakin cepat dan kompleks dari waktu ke BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian semakin cepat dan kompleks dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perdagangan hampir di semua komoditi.

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI 6.1. Kebijakan Pengembangan Investasi di Kabupaten Banyuaesin Konsep dan design arah pengembangan investasi di Kabupaten Banyuasin dibuat dengan mempertimbangkan potensi wilayah

Lebih terperinci

PAPARAN PUBLIK PT Elnusa Tbk

PAPARAN PUBLIK PT Elnusa Tbk PAPARAN PUBLIK PT Elnusa Tbk Graha Elnusa, 18 Desember 2012 Agenda 1 2 Perbaikan Kinerja Elnusa Tahun 2012 Rencana Pengembangan Bisnis Elnusa 2 1 Perbaikan Kinerja Elnusa Tahun 2012 Paparan Publik Elnusa,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan I Tahun 2016 Kode Dan Nama Program [035.01.06] Program Koordinasi

Lebih terperinci

1. PerMENPANRB No. 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB)

1. PerMENPANRB No. 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) 1. PerMENPANRB No. 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) 2. Model PMPRB merupakan hasil adopsi dari Model CAF yang telah disesuaikan dengan kebijakan reformasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lampiran 2 Ringkasan tanya jawab dalam Public Expose Tahun 2017: Pertanyaan 1: Berapa total dividen yang akan dibagikan tahun ini dan tanggal berapa pembagiannya. Untuk tahun 2017, berapa target

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Keynote Speech Kebijakan Business Development Center Untuk Mendukung Penanganan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 CAPAIAN KINERJA PENYERAPAN ANGGARAN PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan II Tahun 2016 Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai

Lebih terperinci

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1 Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Rp LATAR BELAKANG PINJAMAN DAERAH Kebutuhan pendanaan infrastruktur sangat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 28 Oktober 2016. Indonesia: Akses Energi erkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik Nama Akses Energi erkelanjutan

Lebih terperinci

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Mataram, 10 12 April 2012 PMPRB 1. PerMENPANRB No. 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

Press Release Investor Summit & Capital Market Expo 2015 PT AKR Corporindo Tbk Berkedudukan di Jakarta Barat Tanggal 12 November 2015

Press Release Investor Summit & Capital Market Expo 2015 PT AKR Corporindo Tbk Berkedudukan di Jakarta Barat Tanggal 12 November 2015 Press Release Investor Summit & Capital Market Expo 2015 Berkedudukan di Jakarta Barat Tanggal 12 November 2015 ( AKRA ) adalah Pemain Utama di Bidang Penyedia Jasa Logistik & Solusi Pengadaan untuk Bahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kunci penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah sinergi antara sektor moneter, fiskal dan riil. Bila ketiganya dapat disinergikan

Lebih terperinci

COST BENEFIT INVESTASI TIK 8-A

COST BENEFIT INVESTASI TIK 8-A Modul PJJ Mata Ajar COST BENEFIT INVESTASI TIK Topik Bahasan STRATEGI MENILAI MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI Versi 2013/1.0 Nama File CBIT-8A-StrategiMenilai.pdf Referensi Pembelajaran 8-A 82 15. Strategi

Lebih terperinci

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan 18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan, investasi dalam inovasi mengikuti siklus boom-bust. Survei tahunan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Industri mengkonfirmasi

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO)

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) 2.1. Proses Bisnis 2.1.1. Deskrisi Bisnis PT Danareksa (Persero) mempunyai dua deskripsi bisnis utama yang merupakan bisnis inti dari perusahaan. Yang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan penggerak ekonomi bangsa. Sejarah menyebutkan, adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Daratan yang

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur sebagai pendorong

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur sebagai pendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Indonesia. Untuk mencapai sasaran pembangunan yang berkelanjutan ditetapkan

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syariah Berdasarkan Modal Inti, maka perbankan diharuskan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Syariah Berdasarkan Modal Inti, maka perbankan diharuskan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehubungan dengan himbauan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan kepada Industri Perbankan Indonesia tentang peningkatan modal, yang mengacu pada Peraturan Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

Public Expose 30 Mei 2018 CCB Indonesia

Public Expose 30 Mei 2018 CCB Indonesia Public Expose 30 Mei 2018 CCB Indonesia PT BANK CHINA CONSTRUCTION BANK INDONESIA TBK 1 Sekilas CCB Indonesia CCB Indonesia PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk ( CCB Indonesia ) adalah Bank Umum

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional

BAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional yang berbasis di Jakarta, Indonesia. PT. Bakrie and Brothers Tbk didirikan pada

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Salah satu tujuan Nasional Republik Indonesia yang ada pada Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Namun dalam upaya mencapai

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan

I. PENDAHULUAN. suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran dari pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci