TOKSISITAS NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN, KONDISI HEMATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus carpio) YOSMANIAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TOKSISITAS NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN, KONDISI HEMATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus carpio) YOSMANIAR"

Transkripsi

1 TOKSISITAS NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN, KONDISI HEMATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus carpio) YOSMANIAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 IPB 2009 YOSMANIAR C

3 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Toksisitas niklosamida Terhadap Pertumbuhan, Kondisi Hematologi dan Histopatologi Juvenil Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dandicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Februari 2009 Yosmaniar C

4 ABSTRACT YOSMANIAR. Toxicity of Niclosamide on the Growth, Hematology and Histophatologi Conditions of juvenile Common Carp (Cyprinus carpio). Under direction of EDDY SUPRIYONO, KUKUH NIRMALA, and SUKENDA Niclosamide as pesticide extensively used for eliminating golden apple snail (Pomacea sp) in paddy field. This study aimed to determine effect of accute and sublethal niclosamide toxicity on the growth, hematology and histopathology conditions of common carp (Cyprinus carpio) juvenil. This research was conducted at Research Station for Enviroment and Toxicology Cibalagung, Bogor. Parameter observed was the mortality of juvenile and water quality. Preliminary research was performed by finding concentration range, lethal time, accute toxicity to take LC 50 of 24; 48; 72; dan 96 hours. Data obtained was analyzed using LC 50 probit analysis program. Sublethal toxicity of niclosamide used sixteen glass aquaria of 70 x 50 x 60 cm in size at 40 L water volume were used in this experiment completed with aeration system and stocked with 20 juvenil per each. The test fish were satiation fed during the treatment. By using completely experimental randomized design with four treatments and four replications of different nilosamide concentrations: 0.00; 0.01; 0.03; 0.05 mg/l for 12 weeks. Specific growth rate measured and tissue sample were collected (gill, liver, kidney) fourth; eightth and twelfth weeks of exposure time. Blood sample were collected at the beginning; fourth; eighth and twelfth weeks of exposure time. Result of the experiments indicated that the accute toxicity (LC 50 ) of niclosamide of juvenile common carp (Cyprinus carpio) were on follows: 24 ; 48; 72; and 96 hours wich are ( ); ( ); ( ); dan ( ) mg/l. The niclosamide is extremely toxic (classification A). The research resulted that sublethal concentration of 0.03 mg/l niclosamide significantly effected (P< 0.05) to decreasing specific growth rate (0.62 %). The sublethal concentration in 0.01mg/l increasing of hematocrit and hemoglobin while in concentration of niclosamide 0.03 mg/l to increasing erythrocyte cells and decreasing leucocyte cells. On the sublethal concentration of 0,01 mg/l niclosamide the gill, liver and kidney juvenile of common carp (Cyprinus carpio) show hyperplasia, haemorage and necrosis Keywords: Toxicity, niclosamide, growth, hematology, histopathology, common carp 4

5 RINGKASAN YOSMANIAR. Toksisitas Niklosamida Terhadap Pertumbuhan, Kondisi Hematologi dan Histopatologi Juvenil Ikan Mas (CyprinuCarpio). Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO, KUKUH NIRMALA dan SUKENDA Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian (sawah) yang semakin meningkat telah menimbulkan dampak negatif bagi menurunnya kualitas lingkungan perairan, karena pada umumnya sebagai tempat pembuangan limbah cair pertanian yang masih mengandung residu pestisida. Akibat kegiatan tersebut maka lingkungan perairan tawar yang merupakan sumber air untuk kegiatan budidaya perikanan berpotensi tercemar oleh berbagai bahan aktif yang terkandung dalam formulasi pestisida. Keong mas merupakan hama yang dalam aktifitasnya memotong pangkal batang padi yang masih muda. Pengendalian secara kimia yang umum dilakukan petani Indonesia yaitu dengan menggunakan pestisida jenis moluskisida dengan bahan aktif niklosamida. Moluskisida niklosamida digunakan untuk membunuh hama keong mas tapi juga memiliki potensi untuk membunuh ikan, dimana di beberapa negara di Asia penggunaannya sudah dilarang karena berdampak negatif terhadap lingkungan akuatik. Salah satu jenis ikan air tawar yang berpotensi tecemar adalah ikan mas (Cyprinus carpio) karena biasanya dibudidayakan di kolam, karamba, karamba jaring apung dan sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh toksisitas akut dan subletal moluskisida niklosamida terhadap kondisi pertumbuhan, hematologi dan histopatologi juvenil ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian dilakukan dalam 4 tahap yang meliputi: uji ambang batas, uji waktu letal, toksisitas akut dan toksisitas subletal terhadap pertumbuhan, kondisi hematologi (kadar hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan jumlah leukosit) dan histopatologi (insang, hati dan ginjal). Penelitian dilakukan selama 6 bulan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung Bogor, menggunakan wadah akuarium kaca. Bahan uji yang digunakan adalah formulasi moluskisida dengan bahan aktif niklosamida (C 13 H 8 Cl 2 N 2 O 4 ) yang berbentuk pekatan dan bewarna kuning kecoklatan. Hewan uji adalah juvenil ikan mas (CyprinuCarpio) dengan 2,92 ± 0,02 g/ekor. Sebelum digunakan ikan diadaptasi selama 12 hari di laboratorium, ikan diberi pakan pelet komersial dengan kandungan protein ± 40% Pada uji ambang batas diaplikasikan 5 konsentrasi niklosamida 0,00 (kontrol); 0,06; 0,10; 0,20; 0,25 mg/l. Ikan uji sebanyak 10 ekor/wadah dengan pengamatan mortalitas pada jam ke 0; 6; 12; 24; 36; dan 48 jam setelah aplikasi. Pada uji waktu letal digunakan konsentrasi ambang atas, yaitu konsentrasi niklosamida 0,25 mg/l ke dalam 4 akuarium dengan waktu memasukkan ikan yaitu: jam ke 0; 12; 24; dan 36. Selanjutnya pada uji toksisitas akut digunakan 7 deretan konsentrasi niklosamida, yaitu: 0,00 (kontrol), 0,08; 0,10; 0,12; 0,14; 0,17; 0,20 mg/l sebanyak 10 ekor/ wadah dengan waktu pengamtan pada jam ke : 2; 6; 8; 10; 12; 24; 36; 48; 60 72; 84; dan 96 jam setelah aplikasi niklosamida. 5

6 Pada uji subletal niklosamida diaplikasikan 3 konsentrasi moluskisida niklosamida sebesar 10, 30, 50% dari nilai LC jam dengan nilai konsentrasi, yaitu: 0,00 (kontrol); 0,01; 0,03; dan 0,05 mg/l dalam air. Ikan mas dipelihara dengan kepadatan 20 ekor dalam volume air 40 L. Selama pemaparan ikan uji diberi pakan secara at satiation serta dilakukan pergantian air setiap 48 jam dengan konsentrasi bahan uji yang sama. Pengambilan sampel darah untuk hematologi, adalah: minggu ke 0 (satu jam setelah aplikasi), minggu ke 4, minggu ke 8 dan mingu ke 12. Pengukuran bobot ikan dan pengambilan sampel untuk histologi dilakukan pada minggu ke 4; minggu ke 8 dan minggu ke 12. Lama penelitian 12 minggu. Peubah yang diukur adalah; Laju pertumbuhan, kondisi hematologi dan histopatologi. Untuk mengetahui kelayakan media pemeliharaan dilakukan pengukuran sifat fisika-kimia air meliputi: ph, O 2 terlarut, CO 2 dan ammonia. Data uji ambang batas dan uji waktu letal dianalisa secara deskriptif, selanjutnya untuk data uji toksisitas akut dianalisis dengan program probit analysis. Data yang diperoleh dari uji toksisitas subletal menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), analisa data pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan hematologi menggunakan anova yang dilanjutkan dengan uji Tukey apabila berbeda nyata. Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 13. Analisis data uji toksisitas subletal yaitu pertumbuhan, hematologi, pengukuran kadar hematokrit dengan menempatkan darah pada tabung mikrohematokrit dan disentrifus. Pengukuran kadar hemoglobin dengan metoda Sahli. Penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit mengunakan hemositometer dan mikroskop. Untuk data histopatologi dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai konsentrasi ambang bawah moluskisida niklosamida (LC 0-48 jam) sebesar 0,06 mg/l dan nilai ambang atas (L jam) sebesar 0,25 mg/l. Nilai waktu letal moluskisida niklosamida di dalam air yaitu selama 48 jam pada konsentrasi 0,25 mg/l. Nilai LC ; 48; 72; dan 96 jam moluskisida niklosamida terhadap ikan mas adalah 0,195 (0,174 0,220); 0,152 (0,137 0,169); 0,117 (0,106 0,128); dan 0,099 (0,094 0,104) mg/l. Niklosamida kategori pestisida sangat berbahaya (golongan A). Konsentrasi subletal moluskisida niklosamida berpengaruh nyata terhadap kondisi hematologi, yaitu peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada konsentrasi 0.01 mg/l dan peningkatan jumlah eritrosit pada konsentrasi 0,03 mg/l, dan penurunan leukosit pada konsentrasi 0.03 mg/l.tingkat konsentrasi subletal molukisida niklosamida mengakibatkan kerusakan pada insang, hati dan ginjal pada konsentrasi 0,01 mg/l.konsentrasi subletal moluskisida niklosamida berpengaruh nyata terhadap penurunan pertumbuhan terjadi mulai pada konsentrasi 0,03 mg/l. Kata kunci: Toksisitas, niklosamida, pertumbuhan, hematologi, histopatologi, ikan mas 6

7 Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta di lindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan tau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB 7

8 TOKSISITAS NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN, KONDISI HEMATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus Carpio) YOSMANIAR Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain pada Program Studi Ilmu Perairan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Tatag Budiardi, MSi 9

10 Judul Tesis : Toksisitas Niklosamida Terhadap Pertumbuhan, Kondisi Hematologi dan Histopatologi Juvenil Ikan Mas (Cyprinus carpio) Nama : Yosmaniar NRP : C Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Eddy Supriyono, MSc Ketua Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MSc Anggota Dr. Ir. Sukenda, MSc Anggota Diketahui Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir.Enang Harris MS Prof. Dr. Ir. Khairil. A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 16 Februari 2009 Tanggal Lulus: 10

11 PRAKATA Alhamdulillahi Rabbill aalamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan. tesis ini. Tesis dengan judul Toksisitas Niklosamida Terhadap Pertumbuhan, Kondisi Hematologi dan Histopatologi Juvenil Ikan Mas (Cyprinus carpio) disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program Studi Ilmu Perairan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir.Eddy Supriyono, MSc sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MSc dan Bapak Dr. Ir.Sukenda, MSc sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk mengarahkan dan membimbing penulis, serta Bapak Dr. Tatag Budiardi sebagai Penguji Luar Komisi Pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Sutrisno, Bapak Ir. Imam Taufik, MSi, teknisi dan laboran serta teman - teman dari Program Studi Air yang telah membantu penulis. Bogor, Februari 2009 Yosmaniar 11

12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 14 Oktober 1964 dari ayah B. K Rusli dan ibu Baidar. Penulis merupakan putri ke dua dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang diselesaikan SD Seruni, SMP Negeri 4 dan SMA Negeri 4 di Pekanbaru. Pendidikan Strata satu di Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta Padang dan lulus tahun Tahun 1990 sampai 1993 penulis bekerja sebagai staf peneliti di Sub Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar di Palembang. Tahun 1993 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Bogor dan tergabung dalam kelompok peneliti Lingkungan Budidaya dan Toksikologi. Tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Perairan (AIR) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 12

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Pendekatan masalah... 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3 Hipotesis... 4 TINJAUAN PUSTAKA Pestisida... 5 Pestisida Dalam Lingkungan Perairan... 6 Niklosamida... 7 Toksisitas Subletal... 8 Pertumbuhan... 8 Hematologi... 9 Histopatologi Kualitas Air METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian Ambang Batas Waktu Letal Toksisitas Akut Toksisitas Subletal Niklosamida Terhadap Pertumbuhan Toksisitas Subletal Niklosamida Terhadap Hematologi Toksisitas Subletal Niklosamida Terhadap Histopatologi Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ambang Batas Waktu Letal Toksisitas Akut

14 Toksisitas Subletal Pertumbuhan Ikan Kondisi Hematologi Kondisi Histopatologi Kualitas Air Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 DAFTAR TABEL Halaman 1. Klasifikasi pestisida berdasarkan toksisitasnya terhadap ikan Data mortalitas (%) ikan mas pada uji ambang batas konsentrasi niklosamida Nilai LC 50 moluskisida niklosamida terhadap ikan mas setiap waktu Pemaparan Pertumbuhan ikan mas pada berbagai konsentrasi subletal moluskisida niklosamida setelah 12 minggu pemaparan Rata-rata hematokrit, hemoglobin, eritrosit dan leukosit Ikan mas setelah 12 minggu Kondisi Histopatologi insang, hati, dan ginjal juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida setelah 12 minggu Kisaran sifat fisika-kimia air pada uji toksisitas letal dan subletal moluskisida niklosamida terhadap ikan mas

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Rumus bangun Niklosamida Mortalitas (%) ikan mas pada uji waktu letal untuk konsentrasi 0,25 mg/l (LC jam) Nilai LC 50 moluskisida niklosamida terhadap ikan mas pada setiap waktu pemaparan Pertambahan bobot rata-rata ikan mas selama 12 minggu pemaparan moluskisida niklosamida Laju pertumbuhan spesifik mas selama 12 minggu pemaparan moluskisida niklosamida Kader hematokrit juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Kadar hemoglobin juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Jumlah eritrosit juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Rata-rata hematokrit Jumlah leukosit juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Rata-rata hematokrit Kondisi histopatologi insang juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 Minggu Kondisi histopatologi hati dan ginjal juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 Minggu

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kelangsungan hidup (%) ikan mas pada uji toksisitas letal (jam) Analisa probit (Wallace, 1982) untuk menentukan LC jam moluskisida niklosamida terhadap ikan Mas Analisa probit (Wallace, 1982) untuk menentukan LC jam moluskisida niklosamida terhadap ikan mas Analisa probit (Wallace, 1982) untuk menentukan LC jam moluskisida niklosamida terhadap ikan mas Analisa probit (Wallace, 1982) untuk menentukan LC jam moluskisida niklosamida terhadap Ikan mas Bobot rata-rata ikan mas (g/ekor) yang dipaparkan dengan Berbagai konsentrasi subletal moluskisida niklosamida selama12 minggu Bobot ikan mas (g/ekor) yang dipaparkan dengan berbagai Konsentrasi subletal moluskisida niklosamida selama 12 minggu (Transformasi logaritma natural) Laju pertumbuhan spesifik(%) ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi subletalmoluskisida niklosamida selama 12 minggu Kadar hematokrit ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai Konsentrasi subletal moluskisida niklosamida selama 12 minggu

18 10. Kadar hemoglobin ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi subletal moluskisida niklosamida selama12 minggu Jumlah eritrosit ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi subletal moluskisida niklosamida selama 12 minggu Jumlah leukosit ikan mas yang dipaparkan dengan berbagai konsentrasi subletal moluskisida niklosamida selama 12 minggu (sel/mm3) Analisis statistik terhadap laju pertumbuhan spesifik mas Setelah 12 minggu pemaparan Analisis statistik terhadap data hematologi (hematokrit, Hemoglobin, eritrosit) subletal ikan mas setelah 12 minggu pemaparan

19 PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian (sawah) yang semakin meningkat telah menimbulkan dampak negatif bagi menurunnya kualitas lingkungan perairan, karena pada umumnya sebagai tempat pembuangan limbah cair pertanian yang masih mengandung residu pestisida. Akibat kegiatan tersebut maka lingkungan perairan tawar yang merupakan sumber air untuk kegiatan budidaya perikanan berpotensi tercemar oleh berbagai bahan aktif yang terkandung dalam formulasi pestisida. Keong mas merupakan hama yang dalam aktifitasnya memotong pangkal batang padi yang masih muda (Kurniawati et al., 2008). Pengendalian secara kimia yang umum dilakukan petani Indonesia yaitu menggunakan pestisida jenis moluskisida dengan bahan aktif niklosamida (IRRI. 2004). Moluskisida niklosamida digunakan untuk membunuh hama keong mas tapi juga dapat membunuh ikan, sehingga di beberapa negara di Asia penggunaannya sudah dilarang karena berdampak negatif terhadap lingkungan akuatik (Cuong, 2002; Wada, 2004). Sedangkan di Amerika niklosamida biasa digunakan sebagai kontrol populasi ikan lamprey laut (Petromyzon marinus) pada aliran anak sungai danau Great (Schreier et al, 2000). Menurut APHA, AWWA dan WPCF (2005), uji toksisitas suatu bahan pencemar dapat dilakukan melalui pengujian terhadap ikan. Spesies ikan yang digunakan harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu: 1) sensitif terhadap bahan pencemar; 2) tersedia dalam jumlah yang banyak dengan berbagai ukuran sepanjang tahun; 3) dapat dipelihara di laboratorium; 4) merupakan sumberdaya yang bernilai ekonomis. Salah satu jenis ikan air tawar yang memenuhi kriteria tersebut adalah ikan mas (Cyprinus carpio). 19

20 Ikan mas termasuk komoditas ekonomis perikanan budidaya air tawar yang biasanya dibudidayakan di kolam sawah, karamba, karamba jaring apung dan sawah. Produksi ikan mas Indonesia tahun 2006 sebesar ton terdiri dari budidaya di kolam ( ton), karamba ( ton), karamba jaring apung ( ton) dan sawah ( ton) (Ditjen Perikanan Budidaya, 2007) Potensi penggunaan niklosamida diprediksi akan meningkat, hal ini berkaitan dengan semakin luasnya areal sawah yang diserang oleh hama keong mas. Pada tahun 1997 luas serangan keong mas pada sawah di Indonesa sebesar Ha sedangkan pada tahun 2007 sudah mencapai Ha dan Jawa Barat paling tinggi luas serangannya yaitu mencapai Ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008). Estimasi penggunaan niklosamida di sawah per hektar dengan ketinggian air 10 cm sebesar 0,5 mg/l dan yang masuk ke perairan sebesar 50 % yaitu 0,25 mg/l, sedangkan efektifitas pemakaiannya hanya berlangsung selama dua hari. Walaupun demikian belum ada data dari penelitian pestisida pertanian yang umum di perairan (sawah). Menurut Abel (1989), pengaruh toksisitas subletal suatu toksikan terhadap organisme yang daya racunnya tidak menyebabkan kematian secara tidak langsung pada organisme, tetapi menyebabkan gangguan pertumbuhan, reproduksi, kebiasaan makan. Pengaruh bahan pencemar, (termasuk niklosamida) dapat diamati melalui pengukuran fisiologis maupun biokimia. Pengamatan yang dapat dilakukan antara lain hematologi (kadar hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan jumlah leukosit), serta histopatologi (insang, hati dan ginjal) (Heat, 1987). Penggunaan moluskisida niklosamida di Indonesia relatif baru maka belum banyak tersedia informasi sampai saat ini. Luasan serangan hama keong mas yang semakin meningkat berkorelasi dengan peningkatan penggunaan niklosamida. Untuk melihat dampak penggunaan niklosamida terhadap ikan perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh toksiksisitas subletal niklosamida terhadap juvenil ikan mas dari aspek hematologi, histopatologi, dan pertumbuhan, 20

21 Pendekatan Masalah Moluskisida niklosamida digunakan di sawah untuk memberantas hama keong mas. Luas serangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga penggunaan niklosamida semakin meningkat. Penggunaan niklosamida berpotensi mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan karena digunakan sebagai sumber air untuk kegiatan budidaya perikanan air tawar dapat tercemar dan berdampak negatif terhadap hewan akuatik. Untuk itu perlu penelitian dampak penggunaan niklosamida dengan hewan uji ikan mas karena penggunaan bahan ini akan menggangu proses fisiologi ikan dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan Beberapa permasalahan niklosamida dalam penelitian ini yang berhubungan dengan toksisitas moluskisida terhadap ikan mas adalah sebagai berikut: a) Seberapa besar toksisitas akut moluskisida niklosamida terhadap ikan mas; b); Bagaimana pengaruh subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan ikan mas; c) Bagaimana pengaruh subletal moluskisida niklosamida terhadap kondisi hematologis ikan mas yang meliputi kadar hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel eritrosit, dan jumlah sel leukosit. d) Bagaimana pengaruh subletal moluskisida niklosamida terhadap kondisi histopatologi ikan mas yang meliputi organ insang, hati, dan ginjal. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh toksisitas akut dan subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan, kondisi hematologi dan histopatologi juvenil ikan mas (Cyprinus carpio). Manfaat penelitian ini yaitu dengan diketahui pengaruh subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan, kondisi hematologi dan histopatologi juvenil ikan mas, maka dapat diketahui potensi toksisitas niklosamida terhadap organisme perairan khususnya ikan mas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penggunaan niklosamida di bidang pertanian pada umumnya dan dampaknya pada perikanan budidaya pada khususnya 21

22 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika pada konsentrasi tertentu niklosamida dapat merusak jaringan ikan, maka akan terjadi gangguan fisiologis sehingga akan menurunkan kinerja pertumbuhan pada juvenil ikan mas. 22

23 TINJAUAN PUSTAKA Pestisida Pestisida merupakan serangkaian senyawa alamiah maupun sintetis berbagai unsur kimia yang memiliki kemampuan untuk membunuh organisme pengganggu, terutama ditujukan untuk jenis-jenis tertentu. Penggunaan pestisida di bidang pertanian, terutama di negara-negara berkembang mencakup lebih dari 90 % konsumsi pestisida domestik (Kusno, 1995). Menurut Lodang (1994), penggunaan pestisida disamping dapat memberikan keuntungan juga dapat menimbulkan kerugian. Keuntungan yang didapat antara lain: 1) dapat meningkatkan produksi pertanian dan hasil yang cepat; 2) aplikasi di lapangan relatif mudah; 3) dapat digunakan pada areal yang luas dalam waktu yang relatif singkat; 4) dapat diaplikasikan setiap waktu, dengan memperhatikan keadaan cuaca; 5) dapat diperoleh dengan mudah; 6) harga relatif murah dan memberikan keuntungan ekonomi. Kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida adalah:1) mempertinggi resistensi hama; 2) membunuh makhluk lain yang bukan sasaran; 3) gangguan toksik pada manusia bertambah sehubungan dengan bertambahnya volume dan intensitas penggunaan; 4) produk pertanian akan mengandung residu pestisida yang akan mengancam kesehatan para konsumen, terutama petani dan keluarganya; 5) kontaminasi global akibat mobilitas yang tingi, terutama oleh pestisida yang persisten; 6) mengganggu keseimbangan dalam rantai makanan sehingga akan menganggu ekosistem secara keseluruhan; 7) bertambahnya resiko efek sinergik interaksi antara bermacam-macam pestisida; 8) kemungkinan akan terjadi efek genetik jangka panjang akibat dosis subletal pestisida persisten. Connel dan Miller (1995) menyatakan dampak penggunaan pestisida berkaitan erat dengan sifat dasar yang penting terhadap efektifitas pestisida, yaitu: 1) 23

24 pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk makhluk bukan sasaran, sampai batas tertentu bergantung pada faktor fisiologi dan ekologi: 2) banyak pestisida yang dapat bertahan terhadap degradasi lingkungan akibatnya dapat bertahan dalam suatu daerah yang diberi perlakuan, sehingga keefektifannya dapat diperkuat. Sifat ini memberikan pengaruh jangka panjang dalam ekosistem alamiah. Pestisida Dalam Lingkungan Perairan Perairan adalah sebagai suatu tempat penampungan utama bagi residu pestisida yang persisten. Pencemaran pestisida terhadap sumberdaya dan lingkungan perairan mengakibatkan kematian hewan dan biota akuatik lainnya, penurunan produktifitas, penurunan kualitas lingkungan dan kualitas ikan. Masuknya pestisida ke dalam perairan melalui berbagai jalur, antara lain: pemakaian langsung untuk membasmi hama tanaman, buangan limbah perkotaan dan industri, limpasan dari areal persawahan, pencucian melalui tanah, penimbunan aerosol dan partikulat, curah hujan dan penyerapan fase uap pada antar fase udara-air (Connel dan Miller, 1995). Di dalam lingkungan, pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan kemudian berpindah tempat (Tarumingkeng, 1992). Komponen lingkungan seperti unsur-unsur hayati, suhu, air atau udara kemudian mengubah bahan aktif pestisida melalui proses kimia dan biokimia menjadi bahan lain yang masih beracun atau bahan yang toksisitasnya telah hilang sama sekali. Aliran pembuangan pestisida beragam menurut laju arus air permukaan dan jenis tanah, sedangkan pencucian mula-mula bergantung pada adsorbsi/desorbsi antara konstituen tanah dan pergolakan air yang melaluinya (Robinson, 1973). Kelarutan suatu bahan aktif pestisida di dalam air merupakan faktor penting yang akan menetukan persistensinya di lingkungan perairan. Pengaruh langsung pestisida dapat terjadi pada jaringan tubuh ikan, sedangkan pengaruh tidak langsung dapat terjadi dengan berkurangnya organisme pakan ikan sehingga menghambat pertumbuhan ikan. 24

25 Penyerapan residu pestisida yang terdapat dalam perairan oleh hewan air dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi, pengambilan dari air melalui membran insang, difusi kultikular serta penyerapan langsung dari sedimen (Livingstone, 1977). Penyerapan residu pestisida bergantung pada besarnya residu, sifat fisika-kimia, sifat bioakumulatif dan toksisitasnya, maka keracunan yang ditimbulkannya dapat bersifat letal maupun subletal (Kusno, 1995). Berkaitan dengan bahaya yang ditimbulkan oleh pestisida terhadap ikan, Komisi Pestisida (1983) dan Koesoemadinata, (2003) mengklasifikasikan pestisida berdasarkan pada nilai LC jam seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi pestisida berdasarkan toksisitasnya terhadap ikan Tingkat LC jam (ppm) Evaluasi toksisitas A < 1 Sangat tinggi B 1 10 Tinggi C Sedang D > 100 Rendah Komisi pestisida (1983) dan Koesoemadinata, (2003) Niklosamida Moluskisida niklosamida dengan nama kimia 2,5- dichloro- 4 nitrosalicylanilide (UPAC), rumus empiris C 13 H 8 Cl 2 N 2 O 4 dan rumus bangun seperti pada Gambar 2. Niklosamida adalah berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan, berwarna bening kecoklatan titik didih C : titik uap < 1 mpa (20 0 C); kelarutan dalam air 5-8 mg/l pada suhu ruangan, stabil terhadap kondisi panas serta dapat terurai dalam air pada konsentrasi asam dan alkalis (Worthing, 1987). Moluskisida niklosamida berdasarkan cara kerja termasuk racun kontak dan pernafasan (Sekretariat Jenderal Deptan. 2007). 25

26 Gambar 1. Rumus bangun niklosamida (Worthing, 1987) Toksisitas subletal Pengaruh toksisitas subletal pestisida secara tidak langsung dapat menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyelamatkan diri atau perkembang biakan dalam populasi alamiah. Pengaruh yang spesifik adalah banyak dan beragam, serta berhubungan dengan spektrum yang luas tanggapan fisiologis dan perilaku, seperti perubahan dalam produksi enzim, laju pertumbuhan, perkembang biakan (Hurlbert, 1975; McEwen dan Stephenson, 1975 dalam Connel dan Miller, 1995). Menurut Schmittou (1991), tekanan lingkungan yang disebabkan oleh pengaruh pestisida yang bersifat subletal juga merupakan faktor eksternal yang akan menyebabkan direduksinya pertumbuhan ikan. Pengaruh toksisitas subletal suatu toksikan terhadap organisme yang daya racunnya tidak menyebabkan kematian secara langsung pada organisme, tetapi menyebabkan gangguan pertumbuhan, reproduksi, kebiasaan makan (Abel, 1989). Pengamatan yang dapat dilakukan antara lain pertumbuhan, hematologi (kadar hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan jumlah leukosit) dan histopatologi (insang, hati dan ginjal) (Heat, 1987). Pertumbuhan Aziz (1989) menyatakan pertumbuhan ikan merupakan suatu pola kejadian yang kompleks dan melibatkan banyak faktor yang berbeda. Selanjutnya menurut Effendi (1979) pertumbuhan adalah perubahan ukuran, baik panjang, berat maupun volume, sehubungan dengan perubahan waktu. Proses pertumbuhan pada ikan mulanya berlangsung lambat, kemudian cepat, dan akhirnya lambat kembali. Pertumbuhan yang demikian disebut autocatalytic. 26

27 Dengan demikian ikan muda akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan tua. Ikan tua tetap mengalami pertumbuhan, walaupun berlangsung secara lambat (Effendi, 1979). Selanjutnya dikatakan bawa pertumbuhan ikan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang meliputi: genetik, seks, umur, daya tahan terhadap penyakit dan parasit. Faktor eksternal meliputi: kompetisi pada populasi, makanan, tingkatan trofik, energi matahari dan keadaan fisika-kima lingkungan. Hematologi Darah pada ikan berfungsi membawa ion-ion anorganik (Na +, Mg +2, Cl - ) dan senyawa organik seperti hormon, vitamin, dan beberapa protein plasma. Protein plasma berperan dalam respon kekebalan tubuh, penyangga perubahan ph darah dan pengaturan tekanan osmotik (Bond, 1979). Fungsi darah pada ikan untuk mengedarkan zat makanan hasil pencernaan dan oksigen ke sel-sel tubuh serta membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukannya. Beberapa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan pada darah adalah kadar hematokrit (Ht), kadar hemoglobin (Hb), jumlah sel darah merah (leukosit) dan jumlah sel darah putih (leukosit)) (Lagler et al., 1977). Hematokrit Hematokrit (Ht) merupakan perbandingan antara volume sel darah merah dengan plasma darah (Bond, 1979). Menurunnya kadar hematokrit dapat sebagai indikasi rendahnya protein dalam pakan, defisiensi vitamin atau ikan dapat infeksi, sedangkan meningkatnya kadar hematokrit menunjukkan ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer & Yasutake, 1977 dan Anderson & Siwick, 1983). Hematokrit dalam darah ikan mas pada kondisi normal adalah sebanyak 27,1% (Peter dan Cech, 1990 dalam Affandi dan Tang, 2002) Hemoglobin (Hb) Sel darah merah mengandung hemoglobin yang merupakan suatu protein dalam eritrosit. Hemoglobin berperan dalam proses pengangkutan oksigen dalam darah dan kadar hemoglobin dalam darah ikan berkaitan dengan jumlah eritrosit (Lagler et al., 1977). 27

28 Hemoglobin berkaitan dengan eritrosit yaitu kadar atau kandungan eritrosit matang dalam aliran darah. Rendahnya Hb menunjukkan ikan anemia, sedangkan tingginya Hb berkaitan dengan kondisi stres (Blaxhall, 1972) Kadar hemoglobin dalam darah ikan teleostei berkisar antara % Hb setara dengan 14 gram dalam 100 ml darah dan dalam keadaan sakit akut kadar Hb pada ikan akan turun hingga 27 % (Lucky, 1977). Angka (1983), kadar hemoglobin pada ikan mas dewasa adalah 8,61 ± 0,43-10,86 ± 48 (gram per 100 cc volume darah), sedangkan menurut Peter dan Cech, (1990) dalam Affandi dan Tang (2002) kadar Hb dalam darah ikan mas 6,40. Eritrosit Warna eritrosit merah kekuningan, bentuk lonjong, kecil dan berukuran 7-36 mikron (Lagler et al., 1977). Darah ikan sebagian besar terdiri dari sel-sel darah merah yang jumlahnya diperkirakan mencapai 4 juta sel/mm3. Sel darah merah ikan memiliki inti sel yang ukurannya bervariasi antar spesies. Sel darah merah tersebut mengandung hemoglobin dan berfungsi membawa oksigen dari insang ke berbagai jaringan (Moyle dan Cech, 1981). Menurut Angka (1990) volume sel darah merah 100cc volume darah pada ikan mas dewasa berkisar 30,92 ± 0,43% dan 37,4 ± 1,67% dan jumlah sel darah merah per 1cc darah ikan mas (1,61 ± 0,06) x 10 6 sel sampai (2,04 ± 0,09) x 10 6 sel. Eritrosit yang terdapat dalam darah ikan mas dalam kondisi normal adalah 1,43 sel x 10 6 /mm 3 (Peter dan Cech, 1990 dalam Affandi dan Tang 2002). Leukosit Menurut Angka (1990), jumlah sel leukosit dalam 1cc darah merah ikan berkisar antara (14,70 ± 0,32) x 10 3 sel (19,35 ± 0,42) x 10 3 sel. Affandi dan Tang (2002), sel darah putih pada ikan tidak berwarna dengan jumlah berkisar butir, dan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: agranulosit dan granulosit. agranulosit digolongkan menjadi limfosit, monosit dan trombosit, seangkan granulosit dibagi menjadi basofil, eoseonofil dan neutrofil. Histopatologi 28

29 Histopatologi adalah metode yang sensitif dan secara biologis bernilai untuk mengukur efek stres lingkungan terhadap hewan (jaringan), Perubahan histopatologi ini sebagai indikator penting faktor stres lingkungan yang dialami sebelumya dimana perubahannya secara biokimia dan fisiologi. Perubahan ini bisa digunakan untuk meramal efek yang mungkin terjadi seperti pertumbuhan, reproduksi, menghindarkn diri dari predator, dan stabilisasi populasi yang terjadi pada tingkat yang lebih tinggi (MacKim, 1985; Meyer dan Hendricks 1985 dalam Hinton dan Laurtn, 1990) Insang merupakan organ osmoregulasi, yaitu melakukan berbagai fungsi fisiologis, meliputi peredaran gas, regulasi ion, mempertahankan keseimbangan asam basa, dan ekskresi bahan buangan senyawa nitrogen, selain itu insang terus menerus berhadapan polutan di lingkungan medium (Hinton and Laurtn, 1990). Hati penting dalam nutrisi dan pertahanan tubuh sebagai respon terhadap toksikan asal luar tubuh, selain itu merupakan aspek penting bagi nutrisi meliputi simpanan lemak dan karbohidrat (Hinton and Laurtn, 1990). Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresikan bahan yang tidak dibutuhkan termasuk polutan (niklosamida). Ginjal merupakan organ osmoregulasi, walaupun ginjal juga berfungsi dalam immunitas sel. Ginjal ikan menerima sebagian besar darah postbranchial, dan luka ginjal sebagai indikator polusi lingkungan (Hinton and Laurtn, 1990). Kualitas air Suhu berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung seperti terhadap aktifitas enzim, tingkat metabolisme maupun kadar oksigen. Tingkat penyerapan racun dapat lebih tingi dengan adanya kenaikan suhu (Macek et al., dalam Arianti, 2002). Bahan polutan cenderung lebih beracun pada air dengan tingkat kesadahan rendah dan nilai ph yang stabil, sedangkan pada kesadahan tingi cenderung menurunkan toksisitas dari polutan. Toksisitas pestisida dalam air akan meningkat dengan berkurangnya konsentrasi oksigen. Hal ini terjadi karena peningkatan tingkat respirasi, sehingga racun yang terpapar pada tubuh ikan akan semakin besar (Mason, 1992). Penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi karbondioksida dapat menyebabkan 29

30 stres pada ikan sehingga ketahanan ikan terhadap pestisida akan menurun, akibatnya kan mempengaruhi toksisitas pestisida terhadap ikan (Arianti, 2002) Rendahnya oksigen terlarut dalam tubuh ikan akan meningkatkan toksisitas pestisida terhadap ikan. Boyd (1990) mengemukakan bahwa keberadaan amonia akan mereduksi masuknya oksigen ke dalam tubuh ikan, hal ini disebabkan insangnya yang rusak. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga Agustus 2008, bertempat di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung-Bogor. Analisis hematologi dan histopatologi di Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bahan dan Alat Bahan yang dipergunakan selama penelitian adalah sebagai berikut: a. Benih ikan mas yang berasal Desa Ciherang, dengan bobot 2,5-3,0 gram. b. Molusikisida Snaildown produksi Agricon dengan kandungan bahan aktif niklosamida 250 EC. c. Pakan ikan, berupa pelet dengan kandungan protein 40 % (pakan stater udang). d. Aceton p.a sebagai pelarut dan KMnO 4 (PK) 20 mg/l sebagai desifektan pada wadah pengujian sebelum penelitian dilaksanakan. e. Bahan kimia untuk analisa kualitas air. f. Bahan kimia untuk histopatologi dan hematologi. g. Penyiapan larutan uji dengan membuat larutan induk Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Wadah pengujian berupa akuarium kaca yang terdiri dari: 21 unit ukuran 40 x 20 x 20 cm (uji toksisitas akut) dan 16 unit berukuran 70 x 50 x 60 cm (uji toksisitas subletal) yang masing-masing dilengkapi tandon air. 30

31 b. Blower yang digunakan utuk airasi media uji. c. Peralatan untuk pembuatan berbagai konsentrasi perlakuan, yaitu: gelas ukur, pipet, labu ukur dan bulp. d. Peralatan untuk perhitungan dan pengamatan parameter darah, yaitu: jarum suntik, tabung dan sentrifius mikrohematokrit, skala hematokrit, hemositometer, pipet, gelas objek dan penutup, serta mikroskop. e. Peralatan untuk histopatologi, yaitu: peralatan bedah, botol contoh, larutan fiksasi (Bouins), larutan pencuci (NaCl fisiologis),. f. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. g. Peralatan untuk pengukuran kualitas air, yaitu: termometer, ph meter, DO meter,spektrofotometer. Pelaksanaan Penelitian Ambang Batas Uji ambang batas bertujuan untuk menentukan kisaran letal ambang atas (LC jam) dan konsentrasi letal ambang bawah (LC 0-48 jam) (Busvine, 1971). Nilai ambang batas daya racun letal moluskisida terhadap ikan mas dengan deret konsentrasi uji: 0,00; 0,06; 0,10; 0,20; 0,25mg/L. Penghitungan konsentrasi larutan uji ditentukan dengan mengacu pada persamaan berikut: V 1.N 1 = V 2.N 2. (1) Keterangan: N 1 N 2 V 1 V 2 = konsentrasi niklosamida dalam larutan stok = konsentrasi niklosamida yang diinginkan dalam media air = volume larutan stok yang akan dimbil = volume media air penelitian yang diinginkan Waktu letal Pengujian waktu letal bertujuan untuk mengetahui tingkat peluruhan konsentrasi moluskisida niklosamida dalam air berdasarkan pada kematian ikan. Prosentase penurunan kematian ikan akan dijadikan acuan untuk menentukan presentase dan interval waktu pergantian air bagi kestabilan konsentrasi perlakuan 31

32 pada tahap pengujian selanjutnya. Konsentrasi moluskisida niklosamida dianggap tidak stabil apabila kematian ikan mencapai 80% yang didentik dengan penurunan konsentrasi bahan kimia tersebut mencapai 20% dari kondisi awal (Koesoemadinata, 2003). Pengujian dilakukan dengan mengaplikasikan tingkat konsentrasi nilai LC jam dengan 3 kali ulangan untuk waktu pengamatan 0; 12; 24; 36; 48 jam. Penentuan konsentrasi larutan uji ditentukan dengan mengacu pada persamaan 1. Larutan niklosamida 0,25 mg/l disebar merata pada permukan air untuk ke empat wadah kemudian diaduk dengan pengaduk kaca, selanjutnya dimasukkan ikan pada waktu 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam. Selama uji stabilitas tidak dilakukan pergantian air Toksisitas akut Pengujian toksisitas akut untuk mencari nilai LC 50 dari moluskisida niklosamida terhadap ikan mas yang ditentukan dengan metode uji hayati (bioassay) (Busvine, 1971), untuk menentukan Median Lethal Concentration (LC 50 ) yang besarnya berada antara nilai ambang atas dan ambang bawah yang dapat ditentukan dengan persamaan 2 dan 3 dengan deretan konsentrasi: 0.00; 0,08; 0,10; 0,12; 0,14; 0,17; 0,20 mg/l. Keterangan: Log (N/n) = k log (a/n) (2) a/n=b/a=c/b=d/c=e/d=f/e (3) N = konsentrasi ambang atas n = konsentrasi ambang bawah K = Jumlah konsentrasi yang diuji (6) a, b, c, d, e, f adalah konsentrasi yang diuji dengan nilai a sebagai konsentrasi terkecil Konsentrasi bahan uji tidak diverifikasi secara analisis kimia dan nilai LC 50 ditentukan berdasarkan konsentrasi nominal moluskisida niklosamida dalam wadahwadah penelitian.wadah yang digunakan dalam uji toksisitas berupa 21 unit 32

33 akuarium kaca yang berukuran 40 x 20 x 20 cm. Masing- masing akuarium dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran serta penampungan air pengganti. Banyaknya ikan uji setiap wadah 10 ekor dengan waktu pemaparan selama 24, 48, 72, dan 96 jam dengan peubah yang diukur adalah mortalitas ikan. Toksisistas Subletal Niklosamida Terhadap Pertumbuhan Pengujian dilakukan dengan metode uji hayati penggantian media uji (renewal test), yaitu melakukan pergantian air pemeliharaan setiap 48 jam dengan konsentrasi niklosamida yang sama untuk masing-masing perlakuan. Sebagai perlakuan digunakan 4 konsentrasi, yaitu 0, 10, 30, dan 50 % dari nilai LC jam, masingmasing perlakuan diulang 4 kali. Wadah yang digunakan berupa 16 unit akuarium kaca yang berukuran. 70 x 50 x 60 cm. Jumlah ikan yang diuji sebanyak 20 ekor/wadah dengan waktu pemaparan 12 minggu. Pengukuran untuk pertumbuhan adalah bobot ikan yang dilakukan minggu ke 4, 8, dan 12 untuk setiap perlakuan. Selama penelitian ikan uji diberi pakan secara at satiation menggunakan pakan pelet komersial dengan kandungan protein 40 %. Pengukuran parameter fisika kimia air dilakukan sebelum dan sesudah ganti konsentrasi media pemeliharaan yaitu: suhu air, ph, 0 2 terlarut, CO dan amonia. Toksisitas Subletal Niklosamida Terhadap Hematologi Ikan mas yang telah dipaparkan dalam setiap perlakuan pada pengujian subletal niklosamida terhadap pertumbuhan, yang dilakukan pada 1 jam pertama (minggu ke 0), minggu ke 4, minggu ke 8, dan minggu ke 12, masing-masing diambil satu ekor untuk satu akuarium (unit penelitian). Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan jarum suntik steril pada bagian vena caudalis ikan uji. Jarum suntik tersebut sebelum digunakan terlebih dahulu dibasahi dengan Na-Sitrat 3,8% yang berfungsi sebagai antikoagulan. Sampel darah diambil untuk pengukuran parameter hematologis, yaitu kadar hematokrit, kadar hemoglobin, eritrosit dan jumlah leukosit. Kadar Hematokrit 33

34 Kadar hematokrit diukur dengan metode Anderson dan Siwicki (1993). Darah dihisap dengan menggunakan tabung mikrohematokrit berlapis heparin yang berfungsi mencegah pembekuan darah dalam tabung, sampai volume darah mencapai ¾ bagian tabung kemudian salah satu ujung tabung disumbat dengan critosea untuk selanjutnya disentrifius dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Pengukuran kadar hematokrit dilakukan dengan membandingkan volume benda darah terhadap volume seluruh darah dengan menggunakan skala hematokrit dan dinyatakan dalam persentase hematokrit (%Ht). Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin diukur menurut metoda Sahli dengan Sahlinometer (Wedemeyer dan Yasutake, 1977). Darah dihisap menggunakan pipet Sahli hingga mencapai skala 20 m 3, kemudian dipindahkan kedalam tabung Hb yang berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (kuning). Kemudian tunggu selama 3-5 menit agar Hb bereaksi dengan HCl membentuk asam hemarin, kemudian aduk dan tambahkan akuades hingga warnanya sama dengan standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat tinggi permukaaan larutan yang dikocok dengan skala lajur g% yang menunjukkan banyaknya Hb dalam gram setiap 100 ml darah dan dinyatakan dalam persentase (%Hb). Jumlah Eritrosit Jumlah eritrosit dihitung menurut metoda Blaxhall dan Daisley (1973).Sampel darah diencerkan dengan larutan Hayem untuk menghancurkan sel darah putih agar jumlah sel darah merah dapat dihitung. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan pipet pencampur berskala maksimum 11 yang dilengkapi pengaduk. Darah dihisap dengan pipet hingga skala 1, kemudian dihisap larutan Hayem hingga skala 11 menggunakan pipet yang sama. Pipet digoyang selama 15 menit agar darah tercampur secara merata, sedangkan larutan pada ujung pipet yang tidak tercampur segera dibuang. Darah yang teraduk diteteskan kedalam hemositometer 34

35 yang dilengkapi gelas penutup hingga memenuhi seluruh permukaan yang berskala, selanjutnya dilakukan penghitungan dibawah mikroskop. Jumlah Leukosit Jumlah leukosit dihitung dengan metoda Blaxhall dan Daisley (1973). Sampel darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghancurkan sel darah merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Untuk mengencerkan leukosit digunakan pipet berskala maksimal 11 yang dilengkapi pengaduk. Mula-mula darah dihisap hingga skala 1, kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan Turks hingga skala 11. Pencampuran dilakukan dengan mengaduk pipet selam 15 menit agar darah tercampur secara merata. Setelah pencampuran selesai, teteskan kedalam hemositometer yang dilengkapi gelas penutup hingga memenuhi seluruh permukaan yang berskala, selanjutnya dilakukan penghitungan leukosit dibawah mikroskop. Toksisitas Subletal Niklosamida Terhadap Histopatologi Ikan mas yang telah dipaparkan dalam setiap perlakuan pada uji subletal terhadap pertumbuhan, masing-masing diambil satu ekor per unit penelitian untuk sampel organ dalamnya, yaitu: insang, hati dan ginjal untuk pengamatan histopatologis, yang dilakukan pada minggu ke-4, minggu ke-8, dan minggu ke-12. Pembuatan Preparat Histopatologi Fiksasi jaringan dan Parafinisasi a. Fiksasi : untuk mencegah pembusukan jaringan, maka jaringan yang telah diambil kemudian direndam dalam larutan fiksatif selama 3 x 24 jam. Larutan fiksatif yang digunakan ialah larutan Bouins. b. Dehidrasi : mengeluarkan cairan dari dalam sel dengan cara merendam dalam bahan kimia dimulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pertama-tama jaringan yang dipilih direndam Alkohol 70 % selama 2 beberapa hari, kemudian dilanjutkan direndam berturut-turut dengan alkohol 80 %, 90 %, 95 % dan 100 % masing-masing selama 2 jam. 35

36 c. Clearing : mengeluarkan alkohol dan memasukkan xylol (parafin larut dalam xylol ; tidak larut dalam alkohol) Setelah didehidrasi jaringan tersebut direndam Alkohol xylol (1:1) ½ jam, dilanjutkan dengan xylol 3 kali masing-masing ½ jam. d. Impregnasi ; penggantian xylol dengan paraffin Cara direndam dalam parafin dengan titik cair o C;dalam oven yang dipanaskan pada o C, Xylol paraffin (1:1) ¾ jam. e. Embedding : memasukan paraffin ke dalam sel Jaringan tersebut direndam dengan parafin 3 kali masing-masing ¾ jam. f. Blocking : mencetak jaringan sehingga mudah untuk dipotong Pemotongan jaringan Dilakukan dengan mikrotom, ketebalan sayatan 4 mikrometer ;untuk jaringan lunak setelah dipotong dimasukan ke air suam-suam kuku ( C) sehingga pita potongan jaringan mengapung dan bisa dipotong untuk selanjutnya ditata dalam gelas objek. Pewarnaan jaringan a. Hidrasi : mengeluarkan paraffin Direndam dengan Xylol sebanyak 2 kali masing-masing 3 menit, lalu alkohol 100 % sebanyak 2 kali masing-masing 3 menit, dilanjutkan dengan alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, 50% masing-masing 3 menit dan kemudian dicuci dengan akuades 2 kali b. Pewarnaan H-E Direndam dengan Hematoksilin 7 menit, dicuci dengan air 7 menit, dilanjutkan dengan Eosin 3 menit dan dicuci dengan akuades. c. Dehidrasi: mengeluarkan air Direndam dengan alkohol 50 % sebanyak 2 kali masing-masing 2 menit, dilanjutkan dengan alkohol 70 %, 85 %, 90 %, 100 % masing-masing 2 menit dan kemudian dengan xylol sebanyak 2 kali masing-masing 2 menit. 36

37 Lalu ditutup dengan gelas penutup yang sudah di tetesi dengan entelan, dikeringkan dalam oven pada suhu 40 o C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pengamatan preparat histologis dengan mikroskop dan dianalisa secara deskriptif. Analisis Data Data komulatif mortalitas ikan mas pada pengujian definitif menggunakan analisis probit (Wallace, 1982) dengan bantuan program probit analysis untuk menentukan nilai LC 50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72, dan 96 jam, sedangkan untuk analis data sifat fisika-kimia air (suhu, ph, oksigen terlarut, karbondioksida, amoniak) dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui kelayaknya sebagai media uji. Pertumbuhan individu ikan mas selama waktu pemaparan dalam uji toksisitas subletal dihitung berdasarkan model laju pertumbuhan harian individu menurut rumus Ricker (1975): SGR = (lnwt ln Wo)/ t x 100%.(4) Keterangan: SGR = laju pertumbuhan harian individu (%) Wt = bobot rata-rata individu pada akhir pengamatan (g) Wo = bobot rata-rata individu pada awal pengamatan (g) t = waktu pemaparan Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), analisa data untuk pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan hematologi menggunakan analisis varian (anova) yang dilanjutkan dengan uji Tukey apabila berbeda nyata (Steel dan Torrie, 1989). Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 13. Pengaruh perlakuan terhadap histopatologi ikan mas dilakukan secara deskiptif. 37

38 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ambang Batas Dari uji yang dilakukan diperoleh nilai konsentrasi ambang bawah (LC 0-48 jam) sebesar 0,06 mg/l, yaitu konsentrasi tertinggi dari moluskisida niklosamida yang tidak mematikan ikan mas dalam waktu 48 jam dan nilai ambang atas (L jam) sebesar 0,25 mg/l, yaitu konsentrasi terendah moluskisida niklosamida yang dapat mematikan 100 % ikan mas dalam waktu 24 jam (Tabel 2) Tabel 2. Data mortalitas (%) ikan mas pada uji ambang batas konsentrasi niklosamida Konsentrasi (mg/l) Jumlah ikan Mortalitas (%/ jam) (ekor) , ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, ,00 0,00 0,00 10,00 20,00 30,00 0, ,00 40,00 60,00 60,00 70,00 80,00 0, ,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 38

39 Waktu Letal Dari data hasil pengukuran uji waktu letal terhadap niklosamida pada air pemeliharaan ikan mas nilai ambang atas (L jam) sebesar 0,25 mg/l diperoleh bahwa pergantian air dilakukan setelah 48 jam, karena kematian ikan sebesar 80 %. (Gambar 2). Gambar 2. Mortalitas (%) ikan mas pada uji waktu letal untuk konsentrasi niklosamisa 0,25 mg/l (LC jam) Toksisitas Akut Dari nilai kisaran ambang atas-bawah dan melalui perhitungan dengan menggunakan persamaan (2 dan 3), maka uji toksisitas letal dilakukan pada konsentrasi sebagai berikut: 0,00 (kontrol); 0,08; 0,10; 0,12; 0,14; 0,17 dan 0,20 mg/l. Pengamatan gejala klinis yang timbul dan pencatatan terhadap kelangsungan hidup ikan dilakukan pada waktu 2, 4, 6, 8, 10, 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84 dan 96 jam setelah aplikasi. Pada pengamatan jam ke 6 pada konsentrasi yang diberikan tidak ada kematian ikan. Kelangsungan hidup ikan pada konsentrasi 0,20 mg/l pengamatan jam ke-8 sebesar 83,3% sedangkan pada konsentasi 0,17 mg/l sebesar 80 %. 39

40 Selanjutnya kelangsungan hidup ikan 0% pada pengamatan jam ke 84 untuk konsentrasi 0,20 mg/l, dan untuk konsentasi 0,17 mg/l terjadi pada jam ke- 96. Pada kontrol tidak terlihat gejala klinis akibat keracunan dan tidak ditemukan ikan yang mati sampai waktu pemaparan 96 jam, hal ini menunjukkan bahwa media pemeliharaan (air) dan kondisi ikan selama pengujian dalam kondisi baik. Data kelangsungan hidup ikan mas selama uji toksisitas akut moluskisida niklosamida (Lampiran 1). Tabel 3. Nilai LC 50 moluskisida niklosamida terhadap ikan mas pada setiap waktu Pemaparan Waktu Pemaparan (jam) Nilai LC 50 (mg/l) Persamaan garis probit ,195 (0,174 0,220) 0,152 (0,137 0,169) 0,117 (0,106 0,128) 0,099 (0,094 0,104) Y =-5, ,681 X Y =-5, ,681 X Y =-5, ,086 X Y =-18, ,644 X Data mortalitas komulatif ikan mas pada uji toksisitas akut, selanjut dianalisis dengan menggunakan analisis probit (Wallace, 1982) dengan bantuan program probit analysis untuk menentukan nilai LC 50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam (Lampiran 2, 3, 4 dan 5). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai LC 50 pada waktu pemaparan 24, 48, 72 dan 96 jam berturut-turut adalah 0,195; 0,152; 0,117dan 0,099 mg/l (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemaparan nilai LC 50 moluskisida niklosamida semakin rendah terhadap ikan mas (Gambar 3). 40

41 Gambar 3. Nilai LC 50 moluskisida niklosamida terhadap ikan mas pada setiap waktu pemaparan Toksisitas Subletal Pertumbuhan Ikan Pengaruh subletal perlakuan moluskisida niklosamida terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan mas secara statistik bahwa konsentrasi 0,03 mg/l dan 0,05 mg/l beda nyata dibanding dengan konsentrasi 0,00 mg/l(kontrol) dan 0,01 mg/l (Tabel 4) Tabel 4. Pertumbuhan ikan mas pada berbagai konsentrasi subletal moluskisida niklosamida setelah 12 minggu pemaparan Konsentrasi (mg/l) 0,00 0,01 0,03 0,05 Bobot rataan awal (g/ekor) 2,92±0,02 2,92±0,03 2,92±0,02 2,92±0,02 Bobot rataan akhir (g/ekor) 12,41±0,57 11,42±0,57 9,72±0,48 8,45±0,16 Laju Pertumbuhan Spesifik (%)* 1,38±0,26a 1,16±0,17a 0,62±0,14b 0,57±0,07b *) Angka pada kolom sama yang diikuti huruf sama, menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05) Pertambahan bobot rata-rata ikan mas pada masing-masing perlakuan bertambah sejalan dengan waktu pemaparan (Gambar 4). Data bobot rata-rata individu ikan mas selama 12 minggu pada masing-masing perlakuan terdapat pada Lampiran 6. Selanjutnya data tersebut ditransformasi kedalam bentuk logaritma 41

42 natural (ln) untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik dari masing-masing perlakuan (Lampiran 7 dan 8). Gambar 4. Pertambahan bobot rata-rata ikan mas selama 12 minggu pemaparan niklosamida moluskisida Gambar 5. Laju pertumbuha spesifik ikan mas selama 12 minggu pemaparan moluskisida niklosamida 42

43 Dari Gambar 5 memperlihatkan bahwa sampai minggu ke 4 belum terlihat pengaruh moluskisida niklosamida terhadap penurunan laju pertumbuhan spesifik ikan mas untuk semua perlakuan dan pengaruhnya mulai terlihat terhadap perlakuan pada minggu ke 8 untuk konsentrasi 0,05 mg/l. Selanjutnya pada minggu ke 12 penurunan laju pertumbuhan spesifik ikan mas terlihat nyata pada konsentrasi 0,03 mg/l dan 0,05 mg/l. Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan digunakan uji Tukey (Lampiran 13) Kondisi Hematologi Data hematologi yang meliputi kadar hematokrit, hemoglobin, jumlah eritrosit dan leukosit dengan konsentrasi subletal niklosamida 0,00 (kontrol); 0,01; 0,03; 0,05 mg/l yang dipaparkan selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 5; dan Gambar 6, 7, 8 dan 9 serta Lampiran 9, 10, 11, dan 12. Hasil anlisa statistik (Lampiran 13) menunjukkan bahwa pengaruh subletal moluskisida niklosamida pada ikan mas berpengaruh nyata (P< 0,05) terhadap kadar hematokrit (Ht), hemoglobin (Hb), eritrosit dan leukosit. Tabel 5. Rata-rata hematokrit, hemoglobin, eritrosit dan leukosit ikan mas setelah 12 minggu pemaparan moluskisida niklosamida Konsentrasi (mg/l) 0,00 0,01 0,03 0,05 Hematokrit (%) 27,4 ± 7,4a 41,3 ± 3,3b 44,7 ± 4,7b 51,3 ± 5,2b Hemoglobin (%) 5,1 ± 0,29a 6,3 ± 0,39bc 7,0 ± 0,63bc 8,4 ± 0,60b Eritrosit (x 10 6 ) 1,15 ± 0,01a 1,16± 0,01ab 1,19 ± 0,01b 1,26 ± 0,01c Leukosit (x 10 3 ) 5,58±0,58 a 5,27±0,38a 4,40± 0,11b 4,30± 0,07b *) Angka pada kolom sama yang diikuti huruf sama, menunjukkan tidak beda nyata (P>0,05) Dari hasil analisis statistik diperoleh kadar hematokrit pada konsentrasi 0,01; 0,03; 0,05 mg/l berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol (0,00 mg/l). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh subletal moluskisida niklosamida pada konsentrasi 0,01 mg/l atau lebih secara nyata dapat meningkatkan prosentase hematokrit darah ikan mas. 43

44 Gambar 6. Kadar hematokrit juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Dari hasil analisis statistik diperoleh kadar hemoglobin pada konsentrasi subletal moluskisida niklosamida 0,01; 0,03; 0,05 mg/l. berbeda nyata (P< 0,05) dengan konsentrasi 0,00 mg/l (kontrol). Konsentrasi 0,01 dan 0,03 mg/l berbeda nyata (P< 0,05) dengan konsentrasi moluskisida niklosamida 0,05 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi subletal moluskisida niklosamida 0,01 mg/l dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah ikan mas. Gambar 7. Kadar hemoglobin juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu 44

45 Gambar 8. Jumlah eritrosit juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Pengaruh subletal dari perlakuan moluskisida niklosamida terhadap jumlah eritosit darah ikan mas secara statistik menunjukkan bahwa konsentrasi 0,03mg/L dan 0,05 mg/l perpengaruh nyata (P< 0,05) terhadap peningkatan jumlah eritosit dibanding dengan konsentrasi niklosamida 0,01 mg/l dan 0,00 mg/l (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi niklosamida 0,03 mg/l atau lebih sudah mengakibatkan peningkatan eritrosit pada juvenil ikan mas. 45

46 Gambar 9. Jumlah leukosit juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Pengaruh subletal dari perlakuan moluskisida niklosamida terhadap jumlah leukosit darah ikan mas secara statistik menunjukkan bahwa konsentrasi 0,03 dan 0,05 mg/l berpengaruh nyata (P< 0,05) terhadap penurunan jumlah leukosit dibanding dengan konsentrasi 0,00 mg/l (kontrol) dan 0,01 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi subletal moluskisida niklosamida 0,03 mg/l dapat menurunkan jumlah leukosit dalam darah ikan mas. 46

47 Kondisi Histopatologi Kondisi histopatologi insang, hati, dan ginjal akibat terpapar moluskisida niklosamida, Pengamatan histologi insang, hati, dan ginjal yang terpapar moluskisida niklosamida tertera pada Tabel 6 Tabel 6. Kondisi histopatologi insang, hati, dan ginjal juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Konsentrasi (mg/l) 0,00 0,01 0,03 0,05 Organ Waktu pengamatan (Minggu ke) Insang normal normal normal Hati normal normal normal Ginjal normal normal normal Insang hipertropi hiperplasia - Hiperplasia - nekrosis Hati hemoragi - hemoragi - nekrosis - hemoragi - nekrosis Ginjal - hemoragi - hemoragi - hemoragi - nekrosis - nekrosis - nekrosis Insang - Fusi - hiperlasia - hiperlasia - hiperplasia - nekrosis - nekrosis Hati - hemoragi - hemoragi - hemoragi - nekrosis - nekrosis - nekrosis Ginjal - hemoragi - hemoragi - hemoragi - nekrosis - nekrosis - nekrosis Insang - Fusi - hiperlasia - hiperlasia - hyperplasia - nekrosis - nekrosis - nekrosis Hati - hemoragi - hemoragi - hemoragi Ginjal - nekrosis - hemoragi - nekrosis - nekrosis - hemoragi - nekrosis - nekrosis - hemoragi - nekrosis 47

48 Keterangan: 1= fusi; 2= hipertropi 3= hiperplasi 4= nekrosis Gambar 10. Kondisi histopatologi insang juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu Keterangan: 1= hemoragi 2= nekrosis Gambar 10. Kondisi histopatologi hati dan ginjal juvenil ikan mas yang terpapar moluskisida niklosamida selama 12 minggu 48

TINJAUAN PUSTAKA Pestisida

TINJAUAN PUSTAKA Pestisida TINJAUAN PUSTAKA Pestisida Pestisida merupakan serangkaian senyawa alamiah maupun sintetis berbagai unsur kimia yang memiliki kemampuan untuk membunuh organisme pengganggu, terutama ditujukan untuk jenis-jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida Pestisida banyak digunakan oleh petani dengan tujuan untuk mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu yang merugikan kegiatan petani. Menurut Lodang (1994), penggunaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ambang Batas Dari uji yang dilakukan diperoleh nilai konsentrasi ambang bawah (LC 0-48 jam) sebesar 0,06 mg/l, yaitu konsentrasi tertinggi dari moluskisida niklosamida yang tidak

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain BEST yang berasal dari Instalasi Riset Plasma Nutfah, Cijeruk dengan ukuran panjang 4,52±3,9 cm dan bobot 1,35±0,3

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik)

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik) METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, mulai Januari Juni 2011 di Laboratorium Patologi Ikan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Maret 2010. Lokasi pelaksanaan penelitian, yaitu : Laboratorium Lingkungan Departemen

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel I. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel darah merah dilakukan pada bulan Juli 2012 di Laboratorium Perikanan Jurusan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2007. Bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon 58 Lampiran 1 Analisis probit uji LC5096 jam minyak sereh LC 50 96jam Konsentrasi Jumlah Terekspos Pengamatan Jumlah Respon Pengaturan Proporsi Respon Prediksi Proporsi Respon Proposi Respon 60 10 1 0,1000

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Waktu dan Tempat 13 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu uji, tahap I penelitian pendahuluan yang terdiri dari uji nilai kisaran dan uji toksisitas akut. Tahap II penelitian inti terdiri dari biokonsentrasi

Lebih terperinci

TOKSISITAS SUBLETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KONDISI HEMATOLOGI YUWANA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

TOKSISITAS SUBLETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KONDISI HEMATOLOGI YUWANA IKAN MAS (Cyprinus carpio) TOKSISITAS SUBLETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KONDISI HEMATOLOGI YUWANA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Yosmaniar *), Eddy Supriyono **), Kukuh Nirmala **) dan Sukenda **) *) Balai Riset

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2 III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei hingga November 2006 di Laboratorium Kesehatan Ikan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP SEL DARAH MERAH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) ABSTRAK

PENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP SEL DARAH MERAH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH METIL METSULFURON TERHADAP SEL DARAH MERAH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) Qorie Astria *,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011-Juni 2012. Pemeliharaan ikan dilakukan di Pusat Studi Ilmu Kelautan (PSIK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri

Lebih terperinci

TOKSISITAS LETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

TOKSISITAS LETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) TOKSISITAS LETAL MOLUSKISIDA NIKLOSAMIDA PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) Yosmaniar *), Eddy Supriyono **), dan Sutrisno *) *) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media Keterangan : V 1 = Volume air media ke-1 V 2 = Volume air media ke-2 M 1 = Konsentrasi ph media ke-1 = Konsentrasi ph media ke-2 M 2 HCl yang

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Persiapan Ikan Uji Ikan nila (Oreochromis niloticus) BEST didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor yang berukuran rata-rata 5±0,2g, dipelihara selama ±

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei 2013. Pengambilan sampel ikan mas berasal dari ikan hasil budidaya dalam keramba jaring apung

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. B.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Februari - April 2012. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan BDP, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 44-49 (Januari 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD, Fe, AND NH 3 IN LEACHATE

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lapangan, Departemen Budidaya

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan November Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Penggunaan pestisida pada usaha pertanian khususnya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik

II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik Bakteri probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri NP5, yang merupakan bakteri dari genus Bacillus. Bakteri NP5 ini merupakan bakteri yang

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L.

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L. 69 UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L. Siti Devi Permata Sari Lubis 1, Budi Utomo 2, Riri Ezraneti 3 1. Alumni

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2010. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Basah bagian Lingkungan. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS).

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS). 39 Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS). 1. Sea Water Complete (SWC) Cair. Media SWC pada penelitian ini digunakan untuk kultivasi Vibrio harveyi yang akan digunakan untuk perlakuan infeksi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Rancangan perlakuan yang diberikan pada larva ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Besarnya permintaan terhadap produk perikanan ini disebabkan oleh pergeseran

I. PENDAHULUAN. Besarnya permintaan terhadap produk perikanan ini disebabkan oleh pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udang vannamei merupakan jenis udang andalan ekspor bidang perikanan. Besarnya permintaan terhadap produk perikanan ini disebabkan oleh pergeseran selera konsumen dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Ikan Uji Persiapan Bahan Baku Biji Karet Komposisi TBBK Tidak Diolah TBBK Diolah

METODOLOGI Waktu dan Tempat Ikan Uji Persiapan Bahan Baku Biji Karet Komposisi TBBK Tidak Diolah TBBK Diolah METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai Desember 2010 yang bertempat di Laboratorium Lapangan dan Teaching Farm Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak terpal dengan ukuran 2 m x1m x 0,5 m sebanyak 12 buah (Lampiran 2). Sebelum digunakan, bak terpal dicuci

Lebih terperinci

DAMPAK TOKSISITAS NIKEL TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI IKAN BANDENG Chanos chanos Forsskal, STUDI LANJUT RESPON FISIOLOGI.

DAMPAK TOKSISITAS NIKEL TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI IKAN BANDENG Chanos chanos Forsskal, STUDI LANJUT RESPON FISIOLOGI. Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 205 216 DAMPAK TOKSISITAS NIKEL TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI IKAN BANDENG Chanos chanos Forsskal, STUDI LANJUT RESPON FISIOLOGI Kadir Sabilu 1) 1) Program Studi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4.1 Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Uji Akut Uji akut dilakukan pada konsentrasi timbal sebesar 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm serta perlakuan kontrol negatif. Respon ikan uji terhadap deretan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Uji Toksisitas Akut 51 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Uji Nilai Kisaran Hasil uji nilai kisaran (Range value test) merkuri pada ikan bandeng menunjukkan bahwa nilai konsentrasi ambang bawah sebesar 0.06

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Penggunaan pestisida pada usaha pertanian khususnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan 33 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya, IPB. Histologi gonad dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI), uji glukosa

Lebih terperinci

II. METODE 2.1 Rancangan Penelitian 2.2 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik

II. METODE 2.1 Rancangan Penelitian 2.2 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik II. METODE 2.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 2 ulangan pada uji patogenisitas, serta 4 perlakuan

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 59-63 ISSN : 2088-3137 PENGARUH KONSENTRASI PEMAPARAN SURFAKTAN Alkyl Benzene Sulfonate Dwi Cindanita Hardini*, Yayat Dhahiyat** dan Eddy Afrianto**

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) :110-114 (Juli 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON

Lebih terperinci

PENGUJIAN EFEKTIVITAS DOSIS VAKSIN DNA DAN KORELASINYA TERHADAP PARAMETER HEMATOLOGI SECARA KUANTITATIF NUR AKBAR MASWAN SKRIPSI

PENGUJIAN EFEKTIVITAS DOSIS VAKSIN DNA DAN KORELASINYA TERHADAP PARAMETER HEMATOLOGI SECARA KUANTITATIF NUR AKBAR MASWAN SKRIPSI PENGUJIAN EFEKTIVITAS DOSIS VAKSIN DNA DAN KORELASINYA TERHADAP PARAMETER HEMATOLOGI SECARA KUANTITATIF NUR AKBAR MASWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian 2.1.1 Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Pewarnaan Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Oleh :

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Oleh : UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI Oleh : NURUL AINI 090302080 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan industri yang dapat mengubah kulit mentah menjadi kulit yang memiliki nilai ekonomi tinggi melalui proses penyamakan, akan tetapi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR SB

SIDANG TUGAS AKHIR SB SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Pengaruh Salinitas terhadap Kandungan Protein dan Pertumbuhan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) Oleh : Hutami Tri Retnani 1508 100 008 Dosen Pembimbing : Dra. Nurlita

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan konsentrasi pada penelitian pendahuluan dan penelitian inti

Lampiran 1. Penentuan konsentrasi pada penelitian pendahuluan dan penelitian inti 85 Lampiran 1. Penentuan konsentrasi pada penelitian pendahuluan dan penelitian inti a. Penelitian pendahuluan Uji nilai kisaran Menggunakan metode logaritmik berbasis 10 yaitu: A B C D E : Kontrol : 0.01

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium 13 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan 17 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Lapang Pusat Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (PSIK IPB) Ancol Jakarta Utara pada bulan Juli Oktober

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper ABSTRACT MUHAIMIN HAMZAH. The Growth Performance and Viability Enhancement of Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) Fed on Selenium Supplementation. Under direction of M. AGUS SUPRAYUDI, NUR BAMBANG

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci