BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan
|
|
- Susanti Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan memajukan negara. Untuk menjadi generasi penerus bangsa, tentunya harus menjadi anak yang sehat. Anak yang sehat tidak hanya sehat secara fisik, namun juga psikis dan bagaimana dia bersosialisasi dengan masyarakat. Sehat secara fisik dapat dilihat dari sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani yang normal; sehat secara psikis dapat dilihat dari berkembanganya jiwa secara wajar, semakin cerdas, perasaan yang peka, serta kemampuan bersosialisasi yang baik; dan sehat secara sosialisasi dapat dilihat dari aktif, gesit, gembira, dan dapat beradaptasi dengan lingkungan (Tabloid Nakita, 2012). Selain sebagai aset bangsa yang berharga, anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap pasangan suami-istri. Pria dan wanita yang mempunyai hubungan serius tentunya mereka akan membuat suatu komitmen untuk menempuh jenjang yang lebih jauh lagi yaitu pernikahan, di mana masing-masing mengucapkan janji setia sehidup-semati kepada pasangannya yang disaksikan oleh para pemuka agama, saksi, undangan yang hadir, dan terutama Tuhan. Saat mereka sudah bersatu menjadi sepasang suami-istri, selanjutnya mereka akan mendambakan seorang anak. Setiap orang tua tentunya mempunyai keinginan dan berharap anaknya kelak akan menjadi anak yang sehat, bahagia, mandiri, dan sukses, tidak hanya di dalam keluarga, tetapi juga di masyarakat. Namun, pada kenyataannya, terdapat beberapa orang tua yang dianugerahi anak dengan kebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) mencakup ruang lingkup yang cukup luas, seperti
2 keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosi atau perilaku, hambatan fisik, hambatan berkominikasi, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, atau special gifts or talents (Mangunsong, 2009). Peneliti memberikan perhatian khusus pada penelitiannya yaitu pada anak usia 4 sampai 7 tahun dengan gangguan autistik. Gangguan autistik merupakan bagian dari Aksis I menurut klasifikasi dari DSM IV-TR yang khususnya masuk dalam bagian Gangguan yang biasanya mulai tampak pada bayi, kanak, atau remaja (Davison, Neale, & Kring, 2010). Gangguan autistik itu sendiri merupakan gangguan perkembangan yang pervasif (Matson dalam Hadis, 2006). Seorang anak dapat dikatakan memiliki gangguan autistik jika anak tersebut mempunyai masalah atau gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi (Depdiknas dalam Hadis, 2006). Oleh karena kondisi yang anak tersebut alami, beberapa orang tua tidak dapat menerima kenyataan yang ada dengan mudah dan mengalami peningkatan stress. Penelitian yang dilakukan oleh Davis dan Carter (2008) kepada ibu dan ayah dari 52 balita dengan Autism Spectrum Disorders (ASD) mendapatkan hasil, dikarenakan kondisi anak dengan ASD yang memiliki kekurangan atau keterlambatan dalam social relatedness berdampak pada tingkat stress orang tua. Selain itu, bahkan terdapat orang tua-orang tua yang justru menolak anak tersebut. Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Novia dan Kurniawan (2007), terdapat salah satu faktor yang menimbulkan penolakan orang tua terhadap anaknya yang memiliki gangguan autistik, yaitu sang anak yang tidak menunjukkan kemajuan seperti yang diharapkan.
3 Penolakan yang ditunjukkan oleh orang tua tentunya memberikan dampak yang tidak baik terhadap anak yang bersangkutan. Salah satu hal yang akan berdampak tidak baik adalah tahapan perkembangan dari anak yang merupakan kebutuhan utama. Menurut Erik Erikson (dalam Feist & Feist, 2008), kebutuhan utama satu tahun pertama kehidupan adalah adanya rasa percaya terhadap pengasuh utama, biasanya ibu. Rasa percaya pada tahap pertama ini berhubungan erat pada kebutuhan sensori-oral dari seorang bayi. Rasa percaya dapat timbul dengan memberikan perhatian kepada anak, seperti menyediakan atau memberikan makan disaat lapar, memberikan perlindungan, ataupun kebutuhan-kebutuhan lainnya. Selain itu, mendengar suara ibu yang ramah secara konsisten juga dapat mengembangkan dan memperkuat rasa percaya. Elemen kritis dalam mengembangkan rasa percaya adalah perawatan yang sensitif, responsif, dan konsisten (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Kasus penolakan orang tua terhadap anaknya yang memiliki gangguan autistik/asd dialami oleh Phillip dan Stephen, di mana sang ayah memilih untuk meninggalkan mereka saat diagnosis ditegakkan. Namun beruntung, ibu kedua anak tersebut masih setia dan terus berjuang demi kelangsungan hidup mereka (Thomas & Brozek, 2012). Selain itu, dilihat dari salah satu gejala utama yang juga merupakan kelemahan dari anak dengan gangguan autistik/asd yaitu interaksi sosial, serupa dengan gambaran yang terjadi pada anak ASD di lapangan. Peneliti melakukan wawancara kepada salah satu psikolog sebuah klinik di Jakarta Barat dan mendapatkan fenomena bahwa anak dengan gangguan autistik/asd merupakan individu yang pasif (interaksi sosial lemah), dengan kepasifannya tersebut, yang berarti kurangnya responsif terhadap orang lain, orang tua dari anak tersebut pun menjadi individu yang
4 pasif (V.Susanty, personal communication, November 10, 2012). Mereka tidak tahu bagaimana cara untuk berinteraksi dengan anaknya, bahkan mereka kehilangan cara bermain dengan anak karena disaat orang tua mencoba melakukan interaksi, anak tidak memberikan timbal balik atau respon untuk menjawab interaksi tersebut. Namun, hal tersebut tidak semata-mata karena kesalahan dari anak atau tidak sematamata karena kelemahan dari anak dengan gangguan autistik/asd. Ketidaktahuan orang tua mengenai cara bermain dengan anak juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Orang tua cenderung membanjiri anak dengan pertanyaan-pertanyaan, bukan mengajak anak bermain dalam arti sebenarnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang tua seperti, ini apa?, ini warna apa?, ini angka berapa?, dan sebagainya. Dikarenakan keadaan seperti itu, tidak sedikit orang tua yang justru lebih memilih untuk menyerahkan anaknya kepada pihak-pihak yang terkait atau pihakpihak yang mendalami gangguan autistik/asd, seperti psikolog, psikiater, atau terapis. Sedangkan, untuk membantu perkembangan anak dengan gangguan autistik/asd tidak dapat hanya dengan terapi, namun keikutsertaan orang tua juga sebagai pendorong keberhasilan yang tentunya sangat diharapkan. Selain itu, menurut Newell (dalam Dolloff, 2008), orang tua adalah terapis terbaik yang dapat membantu berkembang dan jalannya fungsi dari otak bagi anak penderita down syndrome, gangguan konsentrasi, autis, cerebral palsy, gangguan belajar, dan juga gangguan penglihatan, serta gangguan pendengaran. Peran dari keikutsertaan orang tua dapat dilihat dari kasus yang terjadi pada salah satu anak bernama Andi (bukan nama sebenarnya) berusia kurang lebih 10 tahun. Andi seorang anak dengan gangguan autistik/asd. Tahun 2012, tepatnya sebelum lebaran, perkembangan dari terapi yang sudah dia lakukan mengalami
5 peningkatan yang cukup memuaskan, seperti mulai dapat melakukan kontak mata dengan orang lain, adanya respon yang dia berikan, dan sebagainya. Keberhasilan tersebut tidak hanya karena peran dari terapis, melainkan adanya campur tangan dari orang tua, khususnya ibu, seperti ikut mengantar anak menjalani terapi, ikut kegiatan anak saat sedang bermain, ikut aktif membantu anak saat terapi di rumah, dan lain sebagainya. Namun saat lebaran tiba, babysitter yang biasa menemani Andi dan adiknya pulang ke kampung halamannya. Kondisi tersebut mengakibatkan sang ibu lebih memfokuskan diri pada adiknya yang pada saat itu masih bayi. Dikarenakan berkurangnya peran ibu tersebut, kondisi perkembangan dari Andi mengalami penurunan dan cukup mengagetkan pihak klinik dan orang tua (V.Susanty, personal communication, November 10, 2012). Di dalam 20 sampai 30 tahun terakhir, jumlah penyandang gangguan autistik/asd semakin meningkat (Moekdas, Sukadi, & Yuniati, 2010). Namun, di Indonesia sendiri belum ada penelitian yang mendalam, sehingga jumlah penyandang gangguan autistik/asd belum diketahui dengan tepat (Yayasan Autisma Indonesia, 2008). Seperti pernyataan yang diutarakan oleh Dr. Ika Widyawati (Wijaya, 2010), Beliau hanya memperkirakan dan tidak terdapat perhitungan yang tepat. Beliau memperkirakan terdapat kurang lebih anak dan jumlah tersebut meningkat setiap tahunnya. Selain itu, sensus penduduk pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, sudah terdapat pengelompokan untuk topik Kesejahteraan Sosial pada tingkat kesulitan mengingat atau berkonsentrasi, namun penyandang gangguan autistik/asd tidak dikategorikan sendiri, melainkan digabungkan dengan tunarungu/wicara. Berdasarkan berbagai studi yang sudah dilakukan, menunjukkan bahwa gangguan autistik/asd empat kali lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
6 dibandingkan pada anak perempuan (Volkamr, Szatmari, & Sparrow dalam Davison, Neale, & Kring, 2010). Namun, anak perempuan penyandang gangguan autistik/asd biasanya mempunyai gejala yang lebih berat dan hasil tes inteligensinya lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki (Widyawati dalam Mangunsong, 2009). Banyak asumsi yang salah mengenai penyebab gangguan autistik/asd (Davison, Neale, & Kring, 2010). Faktor penyebab yang sebenarnya masih terus dicari dan masih dilakukan penelitian sampai saat ini. Namun, faktor genetika memegang peran penting menurut beberapa teori terakhir (Hadis, 2006). Hal tersebut terlihat dari kemiripan gangguan autistik/asd yang sama pada bayi kembar satu telur (Hadis, 2006). Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus rubella, toxo, herpes, jamur, nutrisi yang buruk, pendarahan, dan keracunan makanan saat masa kehamilan yang dapat menghambat pertumbuhan pada sel otak (Depdiknas dalam Hadis, 2006). Menurut Semiun (2006), gangguan autistik/asd memiliki tiga gejala utama. Gejala pertama, kurangnya responsif terhadap orang lain. Anak dengan gangguan autistik bukan menarik diri dari masyarakat, namun sejak awal mereka memang tidak pernah sepenuhnya bergabung dengan masyarakat (Davison, Neale, & Kring, 2010). Menurut Mangunsong (2009), saat bayi atau balita, anak dengan gangguan autistik/asd tidak menunjukkan respon saat diangkat atau dipeluk. Tidak adanya perbedaan respon saat berhadapan dengan orang terdekat dan orang lain. Mereka juga memiliki tatapan mata yang berbeda, bahkan terkadang menghindari kontak mata dengan orang lain. Gejala kedua, gangguan komunikasi. Mengoceh atau babbing jarang dilakukan saat bayi (Ricks dalam Davison, Neale, & Kring, 2010). Babbing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ucapan bayi sebelum mereka mulai mengucapkan kata-kata yang sebenarnya (Davison, Neale, & Kring, 2010). Selain itu, anak dengan gangguan autistik/asd mengalami abnormalitas
7 dalam intonasi, rate, volume, dan isi bahasa, seperti berbicara layaknya robot atau mengulang perkataan orang lain yang didengarnya (Mangunsong, 2009). Gejala ketiga, perilaku atau minat yang diulang-ulang, seperti berputar-putar dengan cepat (twirling), memutar-mutar objek, mengepak-ngepakkan tangan (flapping), bergerak maju mundur atau kiri kanan (rocking) (Mangunsong, 2009). Dilihat dari ciri-ciri anak dengan gangguan autistik/asd yang sudah dijelaskan sebelumnya, peneliti ingin melihat bagaimana orang tua mempersepsikan attachment atau kelekatan yang dimiliki oleh anak mereka yang memiliki gangguan autistik/autism Spectrum Disorder (ADS). Di mana peran orang tua untuk membantu perkembangan anak selayaknya terapis yang baik seperti yang dikatakan Newell (dalam Dolloff, 2008) atau agar perkembangan dari anak dengan gangguan autistik/asd dapat meningkat, butuh sebuah kedekatan atau kelekatan diantara anak dan orang tua, dalam hal ini tentunya orang tua adalah figur yang penting. Kelekatan atau attachment dapat berkembang jika hubungan antara ibu dan anak terjalin harmonis. Selain itu, attachment juga dapat berkembang dengan baik karena adanya rasa percaya (trust) pada orang-orang di sekitarnya, khususnya orang tua. Rasa percaya (trust) mulai dikembangkan pada masa bayi dan berlanjut hingga sekitar usia 18 bulan (Papalia, Olds, Feldman, 2009). Selain itu, adanya hubungan yang aman dengan figur penting tersebut, anak akan lebih optimal untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dalam kondisi yang aman dan mendukung (Ainsworth & Bowlby dalam Naber dkk, 2008). Attachment itu sendiri merupakan ikatan emosional yang kuat dengan orang lain yang signifikan, dalam hal ini adalah orang tua (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Menurut Bowlby (dalam Feist & Feist, 2008), attachment yang terbentuk selama masa kanak-kanak memiliki pengaruh yang penting bagi kepribadian masa dewasa
8 pada kasus ini, dapat dipersempit pada keberhasilan terapi yang dijalani anak dengan gangguan autistic/asd. Setiap anak, bahkan anak dengan gangguan autistik/asd sekalipun akan mengembangkan keterikatan dengan orang tuanya, namun sifat dari attachment dapat bervariasi. Ainsworth dan rekannya (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2009) mengidentifikasi tiga pola attachment antara orang tua dan anak, yaitu secure attachment, avoidant attachment, dan anxious/ambivalent attachment. Secure attachment terjadi ketika orang tua secara umum hadir dan responsif terhadap kebutuhan anak. Anak yang merasa aman biasanya akan merasa mendapat dukungan dan keamanan. Avoidant attachment terjadi ketika orang tua umumnya bersifat dingin, tidak responsif, atau bahkan menolak. Anak mungkin pada awalnya protes terhadap kurangnya perhatian ini, namun kemudian akan menjadi menjauh dari pengasuh. Anak yang menghindar ini mungkin akan menekan rasa butuhnya dan menjadi mandiri secara prematur. Anxious/ambivalent attachment terjadi ketika orang tua tampak cemas dan tidak merespon secara konsisten terhadap kebutuhan anak. Orang tua mungkin terkadang responsif, terkadang tidak. Anak mungkin anak menjadi lebih waspada pada tanggapan dan merasa cemas (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Pentingnya attachment yang aman (secure attachment) yang terbentuk dari keharmonisan di antara orang tua dengan anak untuk perkembangan seorang anak, khususnya anak dengan gangguan autistik/asd seperti yang sudah dijabarkan peneliti pada latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran persepsi orang tua tentang pola attachment anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD).
9 1.2 Rumusan Permasalahan Beralaskan penjelasan pada latar belakang, maka topik utama yang akan diambil dalam penelitian ini adalah Persepsi Orang Tua tentang Pola Attachment Anak dengan Autism Spectrum Disorder di Klinik X Jakarta Barat Pertanyaan yang akan dijawab dari penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi orang tua tentang pola attachment anak dengan Autism Spectrum Disorder di Klinik X Jakarta Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat persepsi orang tua tentang pola attachment anak dengan Autism Spectrum Disorder di Klinik X Jakarta Barat.
PERSEPSI ORANG TUA TENTANG POLA ATTACHMENT ANAK DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER DI KLINIK X JAKARTA BARAT
PERSEPSI ORANG TUA TENTANG POLA ATTACHMENT ANAK DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER DI KLINIK X JAKARTA BARAT Sekar Pradani Niken M.D.A.A.P Astrini Binus University Jl. Kemanggisan Ilir III No.45, Kemanggisan/Palmerah,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. attachment dikonseptualisasikan sebagai ikatan afeksional bahwa seorang bayi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Attachment (Kelekatan) 2.1.1 Definisi Attachment Menurut Ainswoth dan Bowlby (dalam Rutgers dkk, 2007), attachment dikonseptualisasikan sebagai ikatan afeksional bahwa seorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah autisme sudah cukup familiar di kalangan masyarakat saat ini, karena media baik media elektronik maupun media massa memberikan informasi secara lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat
Lebih terperinciFenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim
TANGGUNG JAWAB MORAL ORANG TUA ANAK ABK DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 Fenomena-fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan hal yang sangat kompleks, meliputi perkembangan motorik, perseptual, bahasa, kognitif, dan sosial. Selain itu, perkembangan seorang
Lebih terperinciSeri penyuluhan kesehatan
Seri penyuluhan kesehatan Penyakit Autisme Klinik Umiyah Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian dan gejala Autisme Autisme adalah salah satu dari sekelompok masalah gangguan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia dan perhiasan dunia bagi para orangtua. Banyak pasangan muda yang baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kehadiran anak memberikan kebahagiaan yang lebih di tengah tengah keluarga dan membawa berbagai perubahan yang berdampak positif pada keluarga. Perubahan yang mendasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan fenomena yang masih menyimpan banyak rahasia walaupun telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu. Sampai saat ini belum dapat ditemukan penyebab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi dan informasi dalam ilmu kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah
Lebih terperinciKEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi
i KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: RONA MARISCA TANJUNG F 100 060 062 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciKELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah
KELEKATAN PADA ANAK Oleh : Sri Maslihah Anak yang satu tetap nempel pada bundanya padahal sudah saatnya masuk ke kelas, ada juga anak lain menangis begitu melihat ibunya harus keluar dari kelasnya sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehadirannya bukan saja mempererat tali cinta pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu
Lebih terperinciPARTISIPASI ORANG TUA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM TERAPI PADA ANAK AUTISME. Oleh. Edi Purwanta
PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM TERAPI PADA ANAK AUTISME Oleh Edi Purwanta Abstrak Orangtua, sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak, perlu mempersiapkan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan. pencapaian kebermaknaan hidup pada ibu dari penyandang cerebral palsy adalah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini maka gambaran proses pencapaian kebermaknaan hidup pada ibu dari penyandang cerebral palsy adalah sebagai berikut
Lebih terperinciHenni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang
HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH
GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciOleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti saat masih menjadi teman dekat atau pacar sangat penting dilakukan agar pernikahan bertahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai ada di dalam perut Ibu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu
Lebih terperinciPOLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1
POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumberdaya alam yang melimpah. Posisi wilayahnya strategis, yakni sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.504
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER
Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, anak merupakan anugerah terindah dari Tuhan yang Maha Esa bagi orang tua. Kehadiran seorang anak begitu dinantikan dan ditunggu dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat disebut dengan Anak laur biasa yaitu anak yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan wujud dari keturunan yang sangat diharapkan oleh orang tua dan sebagai penerus generasi bangsa dan agama. Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir
Lebih terperinciAdriatik Ivanti, M.Psi, Psi
Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pada umumnya individu melakukan interaksi dengan individu lain. Proses interaksi tidak lepas dari adanya penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan untuk membantu menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah suatu gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan perkembangan fungsi psikologis yang meliputi gangguan dan keterlambatan dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak akhir dimulai pada umur 7-12 tahun. Ada beberapa sebutan masa kanak-kanak akhir, misalnya orangtua memberi sebutan usia tidak rapih, karena anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rehabilitasi merupakan usaha yang perlu dikaji untuk dapat diambil dengan nempertimbangkan perbagai aspek, terutama pemulihan kesehatan fisik jasmaniah, pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya setiap pasangan perkawinan menginginkan anak sebagai penerus keturunan. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi pasangan suami istri (Mangunsong, 1998).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya
Lebih terperinciINFANCY. Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng
INFANCY Psikologi Perkembangan Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id MASA SENSORIMOTOR (PIAGET) 1. Substage 1: Simple Reflex 2. Substage 2: Primary Circular Reaction 3. Substage 3: Secondary
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan
Lebih terperinciPENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Diajukan oleh : PITTARI MASHITA PURNOMO F. 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu menginginkan anaknya berkembang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciFenomena Alasan Resiko Dampak :
Fenomena : jumlah pekerja di Indonesia sesuai dengan Badan Pusat Statistik (kompas.com) pada tahun 2012 yaitu sebanyak 112 juta jiwa, dan 43 juta jiwa sebagai pekerja wanita, hal ini menunjukan bahwa wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini, tentunya seseorang pasti pernah mengalami beberapa masalah. Sesuatu dirasakan atau dinilai sebagai suatu masalah ketika kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan ikatan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran bayi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi yang memungkinkan bayi lahir dalam keadaan tidak normal dan berisiko meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Peaget (1896) dalam buku Konsep dan Makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciTeori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori.
Modul ke: Teori Etologi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Darwin dan Teori Evolusi Etologi Modern Teori etologi Bowlby Evaluasi Teori Eksperimen Lorenz Daftar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 237.641.326 jiwa total penduduk Indonesia, 10% diantaranya yaitu sebesar + 22.960.000 berusia
Lebih terperincimenyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.
2 tersebut dapat disimpulkan bahwa autisme yang terjadi pada anak dapat menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain
Lebih terperinciFASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN RESPON TERHADAP KARAKTER ANAK AUTIS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak yang terlahir sempurna merupakan dambaan setiap orangtua yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki anak yang terlahir sempurna merupakan dambaan setiap orangtua yang tentunya mengharapkan anaknya lahir dengan kondisi sehat, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT
LAMPIRAN 1. KUESIONER POLA ATTACHMENT 1 Selamat Pagi/Siang/Sore, Saya Sekar Pradani Niken M.D.A.A.P (Mahasiswi Semester 8 dari Fakultas Humaniora, Jurusan Psikologi, Binus University) ingin melaksanakan
Lebih terperinciPendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental
AUTISME Pendahuluan Leo Kanner 1943 : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi Disebut Autisme infantil Tidak berhubungan dgn retardasi mental Anggapan sebenarnya : 75 80% ada retardasi mental Istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan
Lebih terperinci