BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rehabilitasi merupakan usaha yang perlu dikaji untuk dapat diambil dengan nempertimbangkan perbagai aspek, terutama pemulihan kesehatan fisik jasmaniah, pengembangan mental kepribadian, dan aspek pengembanngan kecerdasan. Tindakan rehabilitasi mental adalah untuk memulihkan kenormalan fungsi organ tubuh yang mengalami kelainan sehingga dapat mengembangkan kemampuan potensial untuk mandiri. Terlebih pada anak-anak yang mulai mengembangkan diri sesuai keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat berkarya atau bekerja secara mandiri. Namun masih ada anak-anak yang mengalami gangguan pertumbuhan fisik yang berlanjut, sehingga mempermudah berkembangnya kelainan mental dan emosional, gangguan emosi ini dapat memperparah gangguan mental pada anak atau kelainan kepribadian. Kelainan pertumbuhan anak sangat banyak ragamnya, salah satunya adalah kelompok sindroma autisme. Jika dilihat, munculnya keterlambatan perkembangan anak autis ini adalah saat menginjak usia 2-3 tahun. Pada usia tersebut anak dengan perilaku tidak mampu bersosialisasi, mengalami kesulitan menggunakan bahasa, berperilaku berulang-ulang, serta bereaksi tidak biasa terhadap rangsangan sekitarnya merupakan gejala autisme. 1 Sedangkan penyebab terjadinya masih belum diketahui secara pasti hanya diperkirakan. Hasil penelitian pakar autis terdapat keragaman pendapat tentang penyebab munculnya autis. Seperti: 1). Kelainan perkembangan otak atau karena kelainan perkembangan saraf 2). Virus, jamur, rubella, herpes, toksoplasma dan akibat vaksin MMR, atau thimerosal 1 Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor, Jakarta, 2003, hlm

2 2 3). Sistem pencernaan yang kurang baik sehingga rentan terhadap makanan tertentu, 4). Karena faktor keturunan atau genetika, misalnya kelainan kromosom. 2 Keempat alur pikir tersebut yang melandasi cara pendiagnosa dan terapi anak autistik selama ini. Selain itu, kelainan perilaku dan kepribadian anak autisme juga dapat disebabkan oleh kecelakaan, misalnya karena benturan keras (jatuh dan terpukul), demam panas tinggi, atau keracunan makanan, minuman dan atau obat-obatan. Keragaman pendapat pakar tersebut menandakan kompleksitas kelainan autisme, sehingga penanganannya perlu dilakukan secara komprehensip, terprogram dan berkelanjutan serta mendapat dukungan dan peran serta masyarakat luas, termasuk strategi dalam pembinaan mental keagamaan harus menyesuaikan dengan problematika bagi anak yang menyandang autis tersebut. Adapun rehabilitasi untuk anak autis ini masih memerlukan cara-cara yang lebih mudah digunakan oleh terapis dan dapat diterima oleh orang lain dan masyarakat sehingga mampu mengurangi perilaku agresif pada anak autis yang nantinya diharapkan bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar dan bahkan mengenalkan pada mereka tentang agama. Manusia pada dasarnya ingin melanjutkan hidupnya, tetapi dalam usaha-usaha melanjutkan hidup itu, ia senantiasa menghadapi tantangan yang acapkali merupakan bahaya-bahaya, apakah itu dalam bentuk bencana, musibah atau dalam bentuk penyakit. Terhadap hal-hal ini manusia merasa dirinya lemah dan ingin mencari tempat berlindung dan tempat meminta tolong untuk kesejahteraan dan keselamatan dirinya. Dalam hal inilah, agama yang dianggap memberi petunjuk dan jalan yang harus ditempuh untuk keselamatan diri. Semua tindakan rehabilitasi ini secara stimulan dipadu dengan pelatihan dan pendidikan yang dirancang secara padu dan berkelanjutan sesuai 2 Ibid., hlm. 2-3

3 3 dengan kewajaran pertumbuhan anak sehingga dapat mengembangkan diri dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat berkarya atau bekerja secara mandiri. Sedangkan yang diharapkan para orang tua terhadap Yayasan Autisma Semarang ini adalah adanya materi agama sebagai tambahan, sehingga berbagai pendekatan dalam proses rehabilitasi akan terlaksana. Hal tersebut akan terlaksana jika anak autis ini dalam mengikuti terapi bisa memperhatikan instruksi yang diberikan, dengan begitu ada hubungan yang baik bagi para terapis dan orang tua dengan anak yang berkebutuhan khusus ini. Dari berbagai macam pentingnya usaha rehabilitasi pada anak autis dan berbagai temuan tentang keberhasilan penanganannya tentu saja memberi harapan besar bagi orang tua khususnya juga bagi para pendidik dan para penyelanggara pendidikan atau pelatihan pada umumnya. Keberadaan anak autis sebenarnya sudah lama menjadi bagian dari layanan pendidikan luar biasa (sekarang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus). Pada intinya pelayanan ini terdiri atas layanan lanjutan yang meliputi berbagai aspek, baik fisik maupun psikisnya. Di Yayasan Autisma Semarang, misalnya menampung anak-anak autis, diselenggarakan rehabilitasi yang tidak hanya mendukung perkembangan bahasa verbal dan non verbal, akan tetapi juga mengedepankan perilaku positif. Penelitian ini berupa pendeskripsian tentang metode, penanganan dan permasalahan autisme di Yayasan Autisma Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Yayasan Autisma Semarang dalam menangani permasalahan autisme? 2. Bagaimana metode dan program yang digunakan dalam upaya rehabilitasi mental anak autis di Yayasan Autisma Semarang?

4 4 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan permasalahan dan penanganan autisme yang dihadapi Yayasan Autisma Semarang. 2. Untuk mendeskripsikan metode dan program yang digunakan dalam upaya rehabilitasi mental anak autis di Yayasan Autisma Semarang. D. Tinjauan Pustaka Sejauh ini beberapa literatur telah dibaca oleh peneliti, dalam literatur tersebut banyak yang membahas tentang permasalahan seputar anak autis dan terapi pendidikannya. Namun belum ada yang menyampaikan masalah rehabilitasi mental pada anak autis yang merupakan pedoman dari pembentukan mental anak. Dari beberapa buku tersebut adalah Penatalaksanaan Holistic Autisme yang menyebutkan bahwa, maraknya gangguan autis pada anak menimbulkan berbagai keprihatinan bagi orang tua, bidang kesehatan dan juga pendidikan salah satu upaya yang telah banyak dilakukan adalah dengan mendirikan pusat-pusat terapi autis yang bertujuan membentuk perilaku positif dan mengembangkan kemampuan lain yang terhambat, seperti bicara, kemampuan motorik dan daya konsenterasinya. Pusat terapi biasanya memakai metode behavioristik yang diperkenalkan oleh Green dan Luce pada tahun 1996, atau yang biasa disebut dengan terapi ABA (Aplied Behavior Analysis) yang bertujuan untuk membentuk perilaku positif dan mengurangi perilaku negatif atau yang tidak diinginkan. Dalam buku tersebut juga dijelaskan, sebagaimana yang disampaikan Yakub Handoyo, proses terapi terutama pada anak autisme merupakan suatu proses yang memerlukan waktu yang cukup panjang, tidak ada keberhasilan yang dicapai dalam waktu yang singkat. Orang tua yang tidak sabar seringkali disebabkan karena mereka tidak mengerti akan hal ini.

5 normal. 3 Dalam buku yang berjudul Seputar Autisme dan Permasalahannya 5 Suatu proses pasti membutuhkan suatu waktu tertentu untuk mencapai hasil atau tujuan yang ingin dicapai. Waktu adalah suatu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, artinya waktu tidak dapat diputar kembali. Usia ideal untuk memulai terapi adalah usia 2-3 tahun. Jangan melebihi usia 5 tahun, karena setelah usia ini perkembangan sel-sel otak anak akan melambat. Menurut Faisal Yatim, dalam bukunya Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), mengenal anak autisme perlu sedini mungkin agar bimbingan dan pertolongan oleh seorang ahli jiwa bisa segera dilakukan, sehingga sedini mungkin anak bisa bersosialisasi dan berperilaku mendekati yang disunting oleh Leny Marijani dijelaskan bahwa bisa atau tidaknya individu autis menerima stimulan dari luar tergantung beberapa faktor, antara lain: a. Kemampuan anak mengikuti instruksi b. Pemahaman anak terhadap stimulasi lingkungan c. Kepatuhan anak terhadap aturan d. Kemampuan anak dalam mengemukakan keinginan secara baik. 4 Dalam buku ini juga dicantumkan pengalaman-pengalaman orang yang pernah dekat dengan penyandang autis atau individunya sendiri, jadi lebih bisa memahami apa sebenarnya yang sedang mereka alami atau rasakan. Inilah beberapa literatur yang akan digunakan penulis sebagai referensi dalam penulisan skripsi Rehabilitasi Mental pada Anak Autis di Yayasan Autisma Semrang. Artinya kajian ini memang sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian tentang proses penyembuhan mental pada anak autis di Yayasan Autisma Semarang, sepengetahuan penulis belum ada yang menelitinya. 3 Ibid., hlm Leny Marijani, Seputar Autisme dan Permasalahannya, Putra Kembara Foundation, Jakarta, 2003, hlm. 35

6 6 Untuk memudahkan pemahaman dan untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka penegasan istilah yang ada dalam judul, antara lain sebagai berikut: Rehabilitasi : Rehabilition atau restorasi (perbaikan, pemulihan) yang mengarah pada normalitas atau pemulihan menuju status yang paling memuaskan terhadap individu yang pernah menderita luka atau menderita satu penyakit mental. 5 Mental : Menyinggung masalah pikiran, akal, ingatan atau proses-proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal, ingatan. 6 Anak : Berarti keturunan kedua, manusia yang masih kecil. 7 Anak juga didefinisikan sebagai kelompok manusia, muda usia yang batasan umurnya 0 21 tahun, termasuk di dalamnya bayi, anak balita, dan usia sekolah. 8 Autis : (autisme, kesendirian, kecenderungan menyendiri). Autisme merupakan suatu penyakit otak yang mengakibatkan hilangnya dan berkurangnya kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan dengan sesama dan memberi tanggapan terhadap lingkungannya. 9 Jadi implikasinya adalah bagaimana proses pemulihan mental penyandang autis pada anak di Yayasan Autisma Semarang TP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm. 6 Ibid., hlm Johns M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1992, hlm Departeman Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, CV. Ananda Utama, Jakarta, 1993, hlm Dwi Wastono Dadiyanto, Autisme dan Penyembuhannya, Suara Merdeka, Minggu, 27 Januari, Semarang, 2002, hlm. 4

7 7 E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap dalam menggali data yaitu: pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. 1. Subjek penelitian Anak autis di Yayasan Autisme Semarang periode berjumlah 8 anak. Karena terbatasnya waktu, maka peneliti hanya mengambil 3 dari 8 anak untuk diikuti perkembangannya. 2. Teknik Pengumpulan Data Riset merupakan aktifitas ilmiah yang sistematik, terarah dan bertujuan, sehingga untuk mendapatkan data relevan dengan persoalan yang dihadapi, maka penulis menggunakan cara atau metode sebagai berikut: a) Metode survei Metode ini dapat juga disebut interview yaitu informasi yang diperoleh melalui permintaan keterangan kepada pihak-pihak yang memberi keterangan (responden). 10 Kegiatan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interview langsung dan tidak langsung, namun dalam penggunaan harus face to face. Di antaranya adalah kepada penyandang autis secara langsung ataupun kepada pengasuh/ pengelola. Metode ini untuk mendapatkan data tentang keadaan anak maupun metode apa yang digunakan dalam proses rehabilitasi anak autis. b) Metode observasi Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengalaman, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. 11 Dalam hal ini peneliti terjun 10 Marzuki, Metodologi Riset, BPFE-UII, Yogyakarta: 2003, hlm Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm. 145

8 8 langsung sebagai asisten terapis, sehingga dalam proses terapi dan belajar mengajar, peneliti diikutsertakan dalam menangani anak autis. Dalam mengikuti proses penanganan tersebut, peneliti mengikuti mulai dari jam sampai jam c) Metode dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada Analisis data a). Analisis psikologi Metode ini digunakan untuk mempelajari gangguan psikis, emosional dan perilaku menyimpang. 13 Psikologi juga bertugas menyelidiki apa yang kita sebut pengalaman bagian dalam sensasi dan perasaan kita sendiri, pikiran serta kehendak kita sendiri, pikiran serta kehendak kita yang bertentangan dengan setiap obyek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam. 14 Analisis psikologi untuk mendapatkan profil psikologis anak, antara lain: gejala maupun kondisi yang ada pada anak autis, kendala yang dialami anak, kelebihan yang dimiliki anak digunakan sebagai kompensasi, seberapa besar peran pendukung dibutuhkan oleh anak dan bagaimana bentuknya. b). Analisis deskriptif Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar, SIC, Surabaya, 1996, hlm Irwanto (ed.), Psikologi Umum, Gramedia Pustaka, Jakarta, 1996, hlm Rita L. Atkinson (ed.), Pengantar Psikologi, Erlangga, Jakarta 1996, hlm Moh. Nasir, Metodologi Penelitian, Ghalia, Jakarta, 1985, hlm. 63

9 9 Deksripsi yang digunakan adalah dengan melihat secara seksama metode dan program yang digunakan secara sistematis, yang meliputi: diagnosa dini untuk melihat tingkat keparahan penyandang autis ketika masuk di Yayasan, tindakan atau pendidikan yang diterapkan untuk penyandang autis serta faktor pendukung dan penghambat dalam proses rehabilitasi mental anak autis. 4. Pendekatan penelitian Dalam skripsi ini yang menjadi pusat penelitian adalah masalah psikologi, maka dalam pendekatannya memakai pendekatan penelitian psikologi yaitu: a). Pendekatan Perilaku Karena menggunakan pendekatan perilaku, peneliti sebelumnya mencoba memahami perilaku anak autis Yang menjadi ciri utama dari anak autis adalah : 1. Komunikasi 2. Interaksi sosial 3. Imajinasi Kemudian ciri yang kedua: 1. Hiperaktif 2. Gangguan kurangnya perhatian 3. Masalah perilaku Anak autis memiliki pandangan yang berbeda terhadap kenyataan, mereka memiliki kecacatan biologis dalam kemampuan mereka memahami makna dibalik apa yang mereka lihat. Mereka berpikir secara lebih kaku dan tidak dapat memisahkan pikiran mereka dari kenyataan unutuk bisa berbagi pembicaraan, interaksi sosial atau minat dengan kita secara normal. b). Pendekatan Kognitif Para penyandang autisme memahami dunia dengan cara yang berbeda (dengan gaya kognitif yang berbeda) ini dapat membantu kita untuk mendapatkan perilaku aneh dalam konteks reaksi dalam

10 10 menghadapi hidup bagi mereka terlalu rumit ini dikarenakan kognisi mengacu pada proses mental dari persepsi, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan persoalan dan merencanakan masa depan tidak dapat berfungsi bagi anak autis. F. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Deskripsi umum autisme. Bab ini terdiri atas dua sub bab dan beberapa anak sub bab. Sub bab pertama yaitu: pengenalan autisme, terdiri atas tiga anak sub bab yaitu: pengertian autisme, gejala-gejala autisme dan faktor-faktor penyebab autisme. Sub bab kedua yaitu: penanganan autisme, yang terdiri atas tiga anak sub bab: terapi dan rehabilitasi dini, metode Lovaas atau ABA serta terapi okupasi dan wicara. Bab III Autisme problema dan penanganannya, terdiri atas dua sub bab, yaitu: Yayasan Autisma Semarang, yang memuat dua anak sub bab yaitu: keadaan umum Yayasan Autisma Semarang, kondisi anak autis di Yayasan Autisma Semarang, dan sub bab kedua yaitu: rehabilitasi mental pada anak autis di Yayasan Autisma Semarang, terdiri atas tiga anak sub bab: pendekatan diagnosis, metode dan program serta alat bantu, pendukung dan penghambat. Bab IV Analisis, yang meliputi rehabilitasi mental anak autis yang terdiri atas dua anak sub bab, yaitu program yang diterapkan dan metode yang digunakan. Sub bab kedua yaitu efektifitas program dan metode rehabilitasi. Bab V Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang PENELITIAN Ners JURNAL KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet Dan Tanpa Diet Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang Yonrizal Nurdin a Autisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok sosial maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya mengadakan hubungan kerjasama yaitu melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan penelitian seperti pendekatan kualitatif dan kuantitatif. 17 Pendekatan

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini PENANGANAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS MELALUI MEDIA PECS PADA ANAK KB MEKAR JAYA BANDARDAWUNG KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autisme merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang autisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara 18 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah dari Tuhan, karena itu sebagai orang tua harus mau menerima anak apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, dan bersegala upaya mengantarkannya

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan luar biasa bukan merupakan pendidikan yang secara keseluruhan berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang diperlukan pelayanan yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI Tan Amelia 1, M.J. Dewiyani Sunarto 2, Tony Soebijono 3 1 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Raya Kedung Baruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN INDIVIDUAL PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK PENYANDANG AUTISME

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN INDIVIDUAL PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK PENYANDANG AUTISME EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN INDIVIDUAL PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK PENYANDANG AUTISME (Studi Kasus Pada Sekolah Mutiara Center Jamsaren Surakarta) NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang signifikan terhadap penderita autis. 2 Saat ini autis sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang signifikan terhadap penderita autis. 2 Saat ini autis sudah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autis menjadi sebuah fenomena yang semakin marak di Indonesia, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah anak-anak yang mengalami masalah tersebut. Sekitar

Lebih terperinci

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari 06810249 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 TERAPI APPLIED BEHAVIOUR

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah penelitian Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang sempurna, tetapi terkadang keinginan tersebut bertolak belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,

Lebih terperinci

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA] BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Autisme Dalam Masyarakat Autis bukanlah penyakit menular tetapi merupakan kumpulan gejala klinis atau sindrom kelainan pertumbuhan anak ( pervasive

Lebih terperinci

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim TANGGUNG JAWAB MORAL ORANG TUA ANAK ABK DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 Fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi munculnya fenomena anak autis yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan umum selayaknya anak normal atau bahkan banyak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sebaik-baik bentuk, ada yang normal dan memiliki keadaan fisik yang lengkap,namun ada pula anak yang terlahir dengan keadaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam perkembangan, mulai dari perkembangan kognisi, emosi, maupun sosial. Secara umum, seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam sebuah penelitian ilmiah, metode penelitian merupakan sistem kerja yang harus dilaksanakan. Hal ini karena metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi informasi di dunia, sehingga semakin hari semakin banyak pula orang yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sindrom Asperger adalah salah satu gejala autisme dimana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap orang tua mempunyai keinginan untuk selalu mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis bukan suatu penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar,

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin dikenal seturut dengan semakin meningkatnya jumlah anak yang didiagnosis sebagai penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah suatu gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan perkembangan fungsi psikologis yang meliputi gangguan dan keterlambatan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini para penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan juga di Indonesia, UNESCO (2010) melaporkan, tercatat 35 juta orang penyandang autisma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah dalam upaya pemerataan layanan pendidikan untuk menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkualitas bagi semua anak di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman mulai banyak keluarga yang melahirkan anak-anak dengan berkebutuhan khusus karena mereka terlahir dengan gangguan fisik atau psikis,

Lebih terperinci

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DESI SULISTYO WARDANI F 100 050 031 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode artinya cara yang dilakukan dalam penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian adalah semua kegiatan pencarian penyelidikan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty. Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty Abstrak Kesibukan orangtua yang bekerja berdampak pada kurang diperhatikannya

Lebih terperinci

Hayyan Ahmad Ulul Albab

Hayyan Ahmad Ulul Albab PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA AUTIS (STUDI KASUS DI SMA GALUH HANDAYANI SURABAYA) Hayyan Ahmad Ulul Albab I Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencerdaskan masyarakat

Lebih terperinci

PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014

PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan bagaimana strategi membangun loyalitas pelanggan PT. ISS Indonesia cabanga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai macam upaya, antara lain diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah autisme sudah cukup familiar di kalangan masyarakat saat ini, karena media baik media elektronik maupun media massa memberikan informasi secara lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang 1. Tumbuh Kembang Anak BAB I PENDAHULUAN Dalam pengertian tumbuh - Gangguan bicara dan bahasa. kembang anak terkandung dua pengertian yang berbeda yakni pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif ini akan berusaha mendeskripsikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak sesuai kodratnya. Maka dari itu manusiapun berhak pula untuk mengecap pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Peaget (1896) dalam buku Konsep dan Makna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menghambat perkembangan perilaku. Autisme bisa dideteksi

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menghambat perkembangan perilaku. Autisme bisa dideteksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus gangguan perkembangan pada anak-anak seperti autisme bukanlah hal yang baru. Diana, M.Psi, seorang psikolog, menjelaskan bahwa anak-anak yang menderita autisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Saat ini Autistic Spectrum Disorder (ASD) yang lebih dikenal dengan nama autisme, telah merebak menjadi permasalahan yang menakutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ragam fenomena pembunuhan yang terjadi disekitar membuat resah. Terlebih kasus-kasus yang melibatkan pembunuhan tanpa sebab atau dikarenakan kehilangan akal sehat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, anak merupakan anugerah terindah dari Tuhan yang Maha Esa bagi orang tua. Kehadiran seorang anak begitu dinantikan dan ditunggu dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. 71 Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan metode dan pendekatan yang tepat untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Pemilik seluruh jagat raya adalah Allah yang Maha Perkasa, penguasa seluruh alam. Jasad fisik berada dalam genggaman Allah yang menciptakan, dan Dia tidak bergantung

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP. 0910325120 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah. Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Konsultasi terhadap seseorang yang memiliki expertise dibidang tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan merupakan pilihan tepat guna mendapatkan jawaban,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research). Dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research). Dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Sifat, dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research). Dimana penelitian ini dilakukan langsung dengan turun ke lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat mengungkap suatu peristiwa ataupun kejadian pada objek peneliti, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat mengungkap suatu peristiwa ataupun kejadian pada objek peneliti, yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan pada judul yang ada, ini merupakan sebuah penelitian yang bersifat mengungkap suatu peristiwa ataupun kejadian pada objek peneliti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesungguhnya bukanlah penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana

BAB I PENDAHULUAN. sesungguhnya bukanlah penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme adalah suatu kondisi mengenai seorang yang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi yang memungkinkan bayi lahir dalam keadaan tidak normal dan berisiko meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran

Lebih terperinci

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA i MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor internal maupun external yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah kematangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar,

BAB III METODE PENELITIAN. yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun pengertian dari metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata

Lebih terperinci