VI. INDIKATOR BIOLOGIK KUALITAS AIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. INDIKATOR BIOLOGIK KUALITAS AIR"

Transkripsi

1 VI. INDIKATOR BIOLOGIK KUALITAS AIR A. Indikator Biologik Indikator biologik adalah kelompok atau komunitas organisme yang dekat kekerabatannya dan keberadaan atau tingkah-lakunya kemungkinan berkorelasi sangat erat dengan kondisi lingkungan tertentu yang dapat digunakaan sebagai petunjuk atau uji kuantitatif (Ellenberg 975 dalam Ellenberg 99). Pengertian indikator biologik lainnya adalah seperti yang dinyatakan oleh Stocker dalam Ellenberg (99) yaitu obyek biologik, ruang dan ekosistem yang memberikan indikasi biologik. Indikator biologik yang ideal yaitu telah teridentifikasi, pengambilan contohnya mudah dilakukan secara kuantitatif, terdistribusi secara kosmopolitan, data autekologiknya melimpah, bernilai ekonomik atau pengganggu, mudah mengakumulasi pencemar, mullah dibudidayakan secara laboratorik serta variabilitas genetik dan relungnya rendah (Ellenberg 99). Berbagai tanggapan tekanan (stress) dapat diukur dalam sistem biologik yang terpapar berbagai jenis dan tingkat pencemar. Indikator biologik dapat berkisar antara tanggapan biomolekuler atau biokimia hingga tanggapan tingkat populasi dan komunitas. Dalam air sungai yang sehat alami terdapat siklus biodinamik yang menghasilkan suatu keseimbangan hidup tumbuhan dan hewan. Adanya pengotoran dan pencemaran lingkungan dapat mengubah siklus tersebut, tetapi karena karakteristik fisik, kimia, dan lingkungan sungai sangat bervariasi, maka pengukuran atau pengujian yang dilakukan tidak dapat memperkirakan secara akurat pengaruh pencemar yang masuk ke dalam sungai. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada, Patrick (95) dalam Nemerow (985) merekomendasikan tujuh kelompok taksonomik organisme yang dapat digunakan sebagai tolok ukur biologik kondisi sungai, yaitu: () alga biru hijau, beberapa alga hijau, beberapa rotifera; () oligochaeta, lintah, siput; () protozoa; () diatom, alga merah dan sebagian besar alga hijau; (5) semua jenis rotifera kecuali yang termasuk dalam nomor () ditambah kerang, cacing,

2 dan beberapa siput; () semua jenis insekta dan crustacea; dan (7) semua jenis ikan. Menurut Wilhm (975) dalam Tandjung (997) terdapat lima kelompok utama indikator biologik ekosistem perairan yaitu: () alga, () bakteri, () protozoa, () makroinvertebrata dan (5) ikan. Walaupun kelima kelompok organisme tersebut dapat digunakan sebagai indikator biologik perairan, tetapi indikator biologik sebaiknya dipilih dari kelompok organisme yang jumlahnya cukup melimpah dalam ekosistem, dan dapat menunjukkan reaksi spesifik terhadap lingkungan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ellenberg (99) membedakan indikator biologik ekosistem sungai menjadi dua kelompok yaitu:. Indikator yang sangat baik, terdiri atas tumbuhan yang hidup dalam air, perifiton, jamur dan bakteri.. Indikator yang baik, terdiri atas alga hijau (Chlorophyceae), fitoplankton dan zoobenthos. Menurut Tandjung (997) alga merupakan indikator pencemaran air yang baik karena: () berbagai jenis alga mampu tumbuh pada habitat yang tercemar; () mudah diambil sebagai sampel; dan () mudah diidentifikasi. B. Penggunaan Organisme Air sebagai Indikator Biologik B.. Plankton sebagai indikator biologik Plankton terdiri dari seluruh organisme perairan yang bergerak pasif atau yang daya geraknya tidak cukup untuk memungkinkan organisme tersebut bergerak melawan gerakan arus massa air (Barnes dan Mann 98). Plankton terdiri dari tumbuhan, hewan, jamur dan bakteri yang berukuran kecil. Berdasarkan fungsinya dalam ekosistem plankton dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: fitoplankton (produsen), zooplankton (konsumen) dan saproplankton (pengurai) (Ismail dan Mohamad 99). Palmer (959) dalam Shubert (98) menyatakan bahwa komunitas alga dapat digunakan sebagai indikator air bersih atau tercemar. Palmer (99) mempublikasikan bahwa suatu nilai gabungan organisme seperti Euglena, Oscillatoria, Chlamydomonas, Scenedesmus, Chlorella, Stigeoclonium, Nitzschia dan Navicula merupakan kelompok organisme

3 yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu perairan telah tercemar. Kelompok organisme lain seperti Lemanea, Stigeoclonium dan jenis-jenis tertentu Micrasterias, Staurastrum, Pinnularia, Meridion dan Surirella dapat menunjukkan bahwa suatu sampel berasal dari badan air yang bersih. Guna menilai kualitas air sungai berdasarkan komunitas plankton antara lain dapat digunakan rumus Indeks Diversitas (Simpson 99 atau Shannon-Wiener 99), Indeks Saprobik (Dresscher dan Mark 97) atau Indeks Pencemaran Biologik. Indeks Diversitas (Simpson 99 dalam Odum 99): = E (pi) = indeks diversitas pi = cacah individu suatu species dibagi cacah total individu seluruh species Tabel.. Kualitas Linakunaan Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas Plankton Tolokukur Indeks Diversitas (Simpson 99) Sangat Jelek Kriteria Jelek Sedang Baik Sangat Baik,7,8-,5,-,,-,, (Sumber: Fandeli 99) Indeks Diversitas (Shannon-Wiener 99 dalam Odum 99): H = - pi log pi H = indeks diversitas pi = cacah individu suatu species dibagi total individu seluruh species

4 Tabel.. Klasifikasi Derajad Pencemaran Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas Plankton Tolokukur Indeks Diversitas (Shanon-Wiener 99) Belum Tercemar Derajat Pencemaran Tercemar Tercemar Ringan Sedang Tercemar Berat >,,-,,-,5 <, (Sumber: Lee et al. 978) Berdasarkan pengalaman empirik dalam berbagai Studi AMDAL dan penelitian lingkungan perairan yang pernah dilakukan di berbagai lokasi dengan berbagai kondisi perairan, Probosunu (999) membuat kriteria kualitas lingkungan perairan berdasarkan indeks diversitas plankton Shanon-Wiener seperti terlihat pada Tabel.. Tabel.. Kualitas Lingkungan Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas Plankton Tolokukur Indeks Diversitas (Shanon- Wiener 99) Sangat Jelek Kriteria Jelek Sedang Baik Sangat Baik,8,8-,,-,,-,, Indeks Saprobik (Dresscher dan Mark 97): IS = +. - α - P P + α + + O IS = indeks saprobik P = cacah species organisme polisaprobik α = cacah species organisme α - mesosaprobik = cacah species organisme - mesosaprobik O = cacah species organisme oligosaprobik

5 Tabel.. Klasifikasi Derajad Pencemaran Perairan berdasarkan Indeks Saprobik Indeks Saprobik Tingkat Saprobik Derajad Pencemaran,5-, polisaprobik Pencemaran Sangat Berat,5-,5 α - mesosaprobik Pencemaran Berat,5-,5 - mesosaprobik Pencemaran Sedang,5-,5 oligosaprobik Belum tercemar (Sumber: Mason 98) Indeks Pencemaran Biologik (IPB): Indeks pencemaran biologik (biological indices of pollution) dihitung dengan rumus berikut: B IPB = X A + B B = mikroorganisme berklorofil A = mikroorganisme tanpa klorofil Tabel.5. Kualitas Air Berdasarkan Nilai Indeks Pencemaran Biologik Nilai IPB Kualitas Air -8 Bersih, jernih 9- Tercemar ringan - Tercemar sedang - Tercemar berat (Sumber: Tandjung 997) B.. Bentos sebagai indikator biologik Bentos meliputi organisme, khususnya hewan yang hidup atau aktif di dasar perairan. Organisme yang bersifat bentonik dapat berupa cacing Oligochaeta, Nematoda, dan Turbellaria, Mollusca (Gastropoda dan Bivalvia), Crustacea, dan larva Insecta. Hellawell (978) dalam James dan Evison (979) menyarankan penggunaan makroinvertebrata atau makrozoobentos air sebagai indikator biologik kualitas air. Guna menilai kualitas air sungai berdasarkan

6 komunitas bentos, khususnya makrozoobentos, antara lain dapat digunakan rumus Indeks Diversitas (Simpson 99 atau Shannon-Wiener 99), Indeks Saprobik (Dresscher dan Mark 97), Nilai Indeks Biotik (Orton et al. atau Indeks Biotik Famili (Hilsenhoff 988): Nilai Indeks Biotik (Orton et al,...): Nilai Indeks Biotik diperoleh dengan cara:. Cacahkan hewan yang ditemukan dengan tabel angka indeks (tinggalkan yang tidak ada angkanya) (lihat Tabel.).. Cari angka total per sampel.. Hitung nilai rata-rata dengan membagi nilai total dengan jumlah jenis hewan yang digunakan (yang ada angkanya). Nilai Indeks Biotik berkisar antara (tidak ada kehidupan) dan (sungai sangat bersih); makin tinggi indeks, makin rendah tingkat pencemaran air. Tabel.. Nilai Indeks Biotik No. Nama Hewan Nilai No. Nama Hewan Nilai. Belatung ekor tikus. Kumbang air 5. Cacing biasa 7. Larva lalat jangkung 5. Cacing pipih 8. Nimfa lalat sehari penggali. Kerang kacang 9. Nimfa lalat sehari pipih 5. Kijing. Nimfa lalat sehari perenang. Larva lamuk sejati. Nimfa capung 8 7. Larva lalat Alder. Peluncur air 5 8. Larva lalat hitam 5. Nimfa sibar-sibar lain 9. Larva pita-pita berumah 7. Nimfa lalat batu. Larva pita-pita tak berumah 5 5. Siput. Limpet air tawar 8. Tungau air. Lintah 7. Uir-uir kecil 5. Kutu babi air 8. Udang air tawar. Kalajengking air 5 9. Udang karang air tawar 5. Kepik perenang punggung 5 (Sumber: Orton et al....)

7 Indeks Biotik Famili (Hilsenhoff 988 dalam Hauer dan Lamberti 99): A B C D Ordo/famili Cacah Individu Angka Biotik Total Indeks Biotik Famili = total kolom D dibagi dengan total kolom B =... Nilai Indeks Biotik Famili diperoleh dengan cars sebagai berikut: Indeks Biotik Famili = /N n i t i n i : cacah individu tiap family t i : nilai toleransi famili N : total individu dalam sampel

8 Tabel.7. Nilai Toleransi Famili Makrozoobentos atau Makroinvertebrata (Hilsenhoff 988, * Lenat 99, dan ** Bode 988) Plecoptera Capniidae Chloroperlidae Leutridae Nemouridae Perlidae Perlodidae Pteronarcyidae Taeniopterygidae Ephemeroptera Baetidae Baetiscidae Caenidae Ephemerellidae Ephemeridae Heptageni idae Leptophlebiidae Metretopodidae Oligoneuridae Polymitarcyidae Potomanthidae 7 Cal amocerati dae * Glossosomatidae Helicopsychidae Hydropsychidae Hydroptilidae Lepidostomatidae Leptoceridae Limnephilidae Molannidae Philpotamidae Phryganeidae Polycentropodida e Psychomyiidae Rhyacophilidae Sericostomatidae Uenoidae Megaloptera Corydalid ae Sialidae Dolochopodidae Empididae Ephydridae Psychodidae Simuliidae Muscidae Syrphidae Tabanidae Tipulidae Amphipoda ** Gammaridae Talitridae Isopoda ** Asellidae Acariformes ** Decapoda ** Mollusca ** Lymnaeidae 8 8 Siphlonuridae Trichorythidae 7 Lepidoptera Pyralidae 5 Physidae Sphaeridae 8 8 Odonata Aeshnidae Calopterygidae Coenagrionidae Cordulegastridae Corduliidae Gomphidae Lestidae Libellulidae Macromi idae Trichoptera Brachycentridae Coleoptera Dryopidae Elm i dae Psephenidae Diptera Anthericidae Blepharoceridae Ceratopogonidae Chironomidae merah-darah Chironomidae lainnya 5 8 Oligochaeta ** Hirudinea ** BdelIidae Turbellaria ** Platyhelminthidae 8 (Sumber: Hauer dan Lamberti 99)

9 Tabel.8. Kualitas Air Berdasarkan Nilai Indeks Biotik Famili Indeks Biotik Famili Kualitas air, -,75 Istimewa,7 -,5 Sangat Baik, - 5, Baik 5, - 5,75 Sedang 5,7-,5 Agak Jelek,5-7,5 Jelek 7, -, Sangat Jelek (Sumber: Hauer dan Lamberti 99) Perbandingan Nematoda dan Copepoda : Perbandingan Nematoda (makrozoobentos) dan Copepoda (zooplankton) diperoleh dengan cars membagi populasi Nematoda (individu/liter) dengan populasi Copepoda (individu/liter). Penilaian kualitas air berdasarkan perbandingan Nematoda dan Copepoda dapat dilihat pada Tabel.9. Tabel.9. Kualitas Air Berdasarkan Perbandingan Nematoda dan Copepoda Perbandingan Nematoda Kualitas Air dan Copepoda Tercemar sangat berat Tercemar berat Tercemar ringan Kondisi ini umumnya hanya terdapat di taut (Sumber: Hadisusanto 998) B.. Nekton (ikan) sebagai indikator biologik Beberapa puluh tahun terakhir populasi ikan alami diakui sebagai indikator kualitas air. Restorasi Sungai Thames di Inggris ditandai dengan kembali atau pulihnya populasi ikan secara dramatik selama beberapa tahun, dan banyak catatan menyebutkan ikan salmon kembali terlihat di sungai tersebut. Restorasi populasi ikan oleh pemerintah setempat digunakan untuk menunjukkan kepada

10 masyarakat bahwa hal tersebut merupakan indikasi telah terjadi perbaikan atau peningkatan kualitas air sungai (James dan Evison 979). Salah satu keuntungan menggunakan ikan sebagai indikator biologik kondisi lingkungan perairan yaitu informasi tentang pengaruh lingkungan terhadap ikan sudah cukup banyak terpublikasi. Disamping dapat menggunakan tolok ukur populasi ikan, penilaian kualitas perairan sungai juga dapat dilakukan dengan menggunakan status nutrisi ikan (NVC = Nutrition Value Coefficient) yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut Lucky (977): Status nutrisi (NVC) = berat (g) x { panjang (cm) } Batas status nutrisi yaitu,7; jika status nutrisi,7, berarti perairan tempat hidup ikan yang diukur masih baik atau dapat juga dikatakan air tersebut belum tercemar. Penilaian kualitas air berdasarkan status nutrisi ikan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel.. Catatan: batas status nutrisi (=,7) hanya berlaku bagi ikan yang berbentuk bulat-pipih seperti karper (Cyprinus sp.) dan tawes (Puntius sp.) serta tidak berlaku bagi ikan yang berbentuk lain seperti lele (Clarias sp.), belut (Monopterus sp.) dan ikan pari (Dasyatis sp.). Tabel.. Kualitas Air Berdasarkan Status Nutrisi Ikan Status Nutrisi Kualitas Air >,7 Bersih,-,9 Kurang bersih, terkontaminasi,9-,9 Sedang,5-,89 Tercemar <,9 Tercemar Berat (Sumber: Tandjung, 997)

11 B.. Makrofita air sebagai indikator biologik Tumbuhan atau flora makroskopik atau makrofita air secara umum dapat dibedakan menjadi: () Tumbuhan air yang berakar di dasar tetapi sebagian besar batang dan daunnya berada di luar atau di atas permukaan air, contoh: gelagah (Pharagmites karka), genjer (Limnocharis flava) dan mendong (Scirpus littoralis). () Tumbuhan air yang akarnya di dasar dan hanya daunnya saja yang berada di permukaan air, contoh: teratai (Nymphaea sp.). () Tumbuhan air yang terapung di permukaan dan akarnya yang menjuntai ke bawah, contoh: eceng gondok (Eichhornia crassipes), kiambang (Salvinia natans), mata lele (Azolla pinata) dan kayu apu (Pistia stratiotes). () Tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya terendam air, contoh: ganggang (Hydrilla verticillata). Disamping berfungsi sebagai sumber makanan berbagai organisme air, makrofita air juga menjadi substrat penting guna pelekatan alga epifit serta berbagai jenis hewan. Bagi beberapa jenis hewan, makrofita air juga menyediakan tempat bergantung, bersembunyi dan istirahat. Makrofita air juga berfungsi sebagai penahan arus serta penangkap sedimen sehingga dapat menstabilkan sedimen dasar dan memperbaiki kejernihan air. Makrofita air mempunyai kemampuan menyerap nutrien anorganik dan bahan pencemar beracun yang terdapat dalam air. Kualitas air sungai dapat dinilai berdasarkan komunitas makrofita air antara lain dengan menggunakan rumus Indeks Diversitas (Simpson 99) atau Potensi Pemanfaatannya (lihat Tabel.). Tabel.. Kualitas Lingkungan Perairan Berdasarkan Indeks Diversitas dan Potensi Pemanfaatan Makrofita Air Tolokukur Indeks Diversitas (Simpson 99) Potensi Pemanfaatan Sangat Jelek Kriteria Jelek Sedang Baik Sangat Baik,7,8-,5,-,5,5-,7,7 Kecil sekali Kecil Cukup Besar Besar sekali (Sumber: Fandeli 99)

12 B.5. Bakteri coil sebagai indikator biologik Kehadiran bakteri coil daiam sampel air identik dengan adanya bakteri patogen. Secara umum kelompok bakteri coil ada dua macam:. Bakteri coil tinja atau fekal, contoh: Escherrichia. Bakteri coil nonfekal, contoh: Aerobacterdan Klebsiella Kehadiran bakteri coil dalam sampel air menunjukkan adanya pencemaran yang berasal dari kotoran manusia atau hewan, dan kemungkinan adanya mikroorganisme patogen seperti bakteri angggota Genera Shigella, Salmonella, atau Vibrio, serta entero-, rota, dan reovirus, yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia mulai dari diare, tifus, kolera, penyakit pernafasan, meningitis, dan polio (Pepper dkk. 99). Kualitas sanitasi air dan kegunaannya sebagai sumber air minum serta untuk aktivitas rekreasi, seperti berenang, berperahu, dan memancing ikan dapat dievaluasi berdasarkan kandungan bakteri coliform tinja (Mau dan Pope 999). Kriteria penilaian kualitas air berdasarkan jumlah bakteri coil per ml dapat dilihat pada Tabel.. Tabel.. Kualitas Air Berdasarkan Jumlah Bakteri Coli per ml Jumlah Bakteri Coli per ml Kualitas Air < (=) Sangat memuaskan - Memuaskan - Diragukan Jelek (Sumber: Tandjung, 997)

LAMPIRAN. Sampel Air

LAMPIRAN. Sampel Air LAMPIRAN 1. Bagan DO (Dissolved Oxygen) Sampel Air 1 ml MnSO 1 ml KOHKI Dihomogenkan Didiamkan Sampel Endapan Puith/Cokelat 1 ml HSO Dihomogenkan Didiamkan Larutan Sampel Berwarna Cokelat Diambil 100 ml

Lebih terperinci

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO)

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 dikocok Larutan Sampel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel

Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 15. Stasiun I Gambar 16. Stasiun II Gambar 17. Stasiun III Gambar 18. Stasiun IV Lampiran 2. Alat dan Bahan yang digunakan Selama Sampling Gambar

Lebih terperinci

PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIOTA AKUATIK* PENDAHULUAN

PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIOTA AKUATIK* PENDAHULUAN PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIOTA AKUATIK* oleh: Wisnu Wardhana Jurusan Biologi FMIPA-UI, Depok 16424 PENDAHULUAN Baik buruknya suatu perairan dipengaruhi oleh kegiatan di sekitarnya.

Lebih terperinci

MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DI SUB DAS CILIWUNG HULU

MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DI SUB DAS CILIWUNG HULU Media Konservasi Vol. 21 No. 3 Desember 2016: 261-269 MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DI SUB DAS CILIWUNG HULU (Macrozoobenthos as Bioindicator of River Water Quality in Ciliwung

Lebih terperinci

BIOASSESSMENT KUALITAS AIR SUNGAI REJOSO DI KECAMATAN REJOSO PASURUAN DENGAN MAKROINVERTEBRATA

BIOASSESSMENT KUALITAS AIR SUNGAI REJOSO DI KECAMATAN REJOSO PASURUAN DENGAN MAKROINVERTEBRATA BIOASSESSMENT KUALITAS AIR SUNGAI REJOSO DI KECAMATAN REJOSO PASURUAN DENGAN MAKROINVERTEBRATA Iin Winda Lestari* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo, Jl.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keanekaragaman Makroinvertebrata Air Pada Vegetasi Riparian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keanekaragaman Makroinvertebrata Air Pada Vegetasi Riparian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keanekaragaman Makroinvertebrata Air Pada Vegetasi Riparian Sampel makroinvertebrata air pada vegetasi riparian yang telah diidentifikasi dari sembilan stasiun titik sampling

Lebih terperinci

BIOLOGI AIR METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA: (2 K) Drs. Wisnu Wardhana, M.Si.

BIOLOGI AIR METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA: (2 K) Drs. Wisnu Wardhana, M.Si. METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA: BIOLOGI AIR (2 K) Drs. Wisnu Wardhana, M.Si. E-mail: wisnu-97@ui.edu PUSAT PENELITIAN SUMBERDAYA MANUSIA DAN LINGKUNGAN UNIVERSITAS INDONESIA (PPSML UI) Jl. Raya Salemba

Lebih terperinci

PANDUAN BIOTILIK. UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang. Arah aliran air 1.

PANDUAN BIOTILIK. UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang. Arah aliran air 1. PANDUAN BIOTILIK UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang BIOTILIK berasal dari kata Bio yang berarti biota, dan Tilik berarti mengamati dengan teliti, sehingga BIOTILIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam TINJAUAN PUSTAKA Benthos Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 3 persen

Lebih terperinci

PANDUAN BIOTILIK. UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang. Arah aliran air.

PANDUAN BIOTILIK. UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang. Arah aliran air. PANDUAN BIOTILIK UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Selamatkan Sungai Kita Sekarang BIOTILIK berasal dari kata Bio yang berarti biota, dan Tilik berarti mengamati dengan teliti, sehingga BIOTILIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Sungai Bone. Alasan peneliti melakukan penelitian di Sungai Bone, karena dilatar belakangi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Makroinvertebrata

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Makroinvertebrata JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Studi Kualitas Air Sungai Brantas Berdasarkan Ayu Ratri Wijayaning Hakim dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air yang ada di permukaan bumi adalah mata air. Mata air sebagai salah satu ekosistem perairan yang berperan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu pada posisi antara 2 o 02-2 o LU dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu pada posisi antara 2 o 02-2 o LU dan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Kabupaten Aceh Singkil Wilayah Kabupaten Aceh Singkil terletak di sebelah selatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu pada posisi antara 2 o 02-2 o 27 30

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN METODA PRAKIRAAN DAMPAK DAN PENGELOLAANYA PADA KOMPONEN BIOTA AKUATIK. Oleh : Wisnu Wardhana

PELATIHAN PENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN METODA PRAKIRAAN DAMPAK DAN PENGELOLAANYA PADA KOMPONEN BIOTA AKUATIK. Oleh : Wisnu Wardhana PELATIHAN PENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN METODA PRAKIRAAN DAMPAK DAN PENGELOLAANYA PADA KOMPONEN BIOTA AKUATIK Oleh : Wisnu Wardhana DISELENGGARAKAN OLEH PUSAT PENELITIAN SUMBERDAYA MANUSIA

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Organisme makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Organisme makrozoobenthos 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan 2.1.1. Organisme makrozoobenthos Organisme benthos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar perairan

Lebih terperinci

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( )

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( ) EKOSISTEM KOLAM Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( 13196 ) PENGERTIAN EKOSISTEM Ekosistem merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi daripada komunitas atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR SUNGAI BONE DENGAN METODE BIOMONITORING (Suatu Penelitian Deskriptif yang Dilakukan di Sungai Bone)

STUDI KUALITAS AIR SUNGAI BONE DENGAN METODE BIOMONITORING (Suatu Penelitian Deskriptif yang Dilakukan di Sungai Bone) STUDI KUALITAS AIR SUNGAI BONE DENGAN METODE BIOMONITORING (Suatu Penelitian Deskriptif yang Dilakukan di Sungai Bone) Stevi Mardiani M. Maruru NIM 811408109 Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes Ekawati Prasetya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki 65% dari persediaan air di dunia atau sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah satunya waduk menempati

Lebih terperinci

banyaknya zat anorganik di perairan. Kecepatan pertumbuhan populasi enceng gondok dan ganggang hijau ini dapat mengganggu biota perairan yang lain

banyaknya zat anorganik di perairan. Kecepatan pertumbuhan populasi enceng gondok dan ganggang hijau ini dapat mengganggu biota perairan yang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan sungai merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting dalam lingkungan. Sungai biasa dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air dan sumber

Lebih terperinci

Nilai fisikokimia perairan

Nilai fisikokimia perairan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisikokimia Perairan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Tiga Lokasi Aliran Sungai Sumber Kuluhan Jabung diperoleh nilai rata-rata

Lebih terperinci

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan...

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan... EKOLOGI TANAMAN Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan... Ekosistem Perairan / Akuatik Ekosistem air tawar Ekosistem air tawar dibedakan mjd 2, yi : 1. Ekosistem air tenang (lentik), misalnya: danau,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Ekosistem sungai pada umumnya terbentuk oleh beberapa anak sungai yang menyatu dan membentuk suatu aliran sungai yang besar. Sungai memiliki ciri khas yang dimulai

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

Struktur Komunitas Makrozoobentos dan Penilaian Kualitas Sungai di Sungai Cengek Bagian Hulu, Desa Payaman, Kota Salatiga

Struktur Komunitas Makrozoobentos dan Penilaian Kualitas Sungai di Sungai Cengek Bagian Hulu, Desa Payaman, Kota Salatiga Struktur Komunitas Makrozoobentos dan Penilaian Kualitas Sungai di Sungai Cengek Bagian Hulu, Desa Payaman, Kota Salatiga Widiatmoko dan Wisnu Wardhana Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Ekosistem air yang terdapat di daratan (inland water) secara umum di bagi atas dua yaitu perairan lentik (perairan tenang atau diam, misalnya: danau, waduk,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan TINJAUAN PUSTAKA Sungai Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alaerts G, Santika SS Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

DAFTAR PUSTAKA. Alaerts G, Santika SS Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. 63 DAFTAR PUSTAKA Alaerts G, Santika SS. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Allen HE, Mancy KH. 1972. Design of measurement system for water analysis. Di dalam: Ciaccio LL, editor.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI METRO, MALANG, JAWA TIMUR ABDUL MANAN

PENGGUNAAN KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI METRO, MALANG, JAWA TIMUR ABDUL MANAN PENGGUNAAN KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI METRO, MALANG, JAWA TIMUR ABDUL MANAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR 3 Dhani Dianthani Posted 3 May, 3 Makalah Falsafah Sains (PPs ) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor Mei 3 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Dr Bambang Purwantara IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Andhika Rakhmanda 1) 10/300646/PN/12074 Manajamen Sumberdaya Perikanan INTISARI Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KONSEP DASAR IPA DI SD PDGK 4107 MODUL 2 EKOSISTEM

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KONSEP DASAR IPA DI SD PDGK 4107 MODUL 2 EKOSISTEM LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KONSEP DASAR IPA DI SD PDGK 07 MODUL EKOSISTEM NAMA : NIM : UPBJJ : A. KEGIATAN PRAKTIKUM : EKOSISTEM. Judul Percobaan : ekosistem darat a. Hasil pengamatan Tabel. Komponen abiotik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu, juga mengikis bumi, sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sungai Sungai sebagai habitat air tawar digolongkan ke dalam habitat air mengalir atau habitat lotik, selain sungai terdapat habitat air tawar yang lain yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke

Lebih terperinci

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR CEMARAN ORGANIK DI SUNGAI CIBALA, SUKANAGARA, CIANJUR WILDAN

KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR CEMARAN ORGANIK DI SUNGAI CIBALA, SUKANAGARA, CIANJUR WILDAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR CEMARAN ORGANIK DI SUNGAI CIBALA, SUKANAGARA, CIANJUR WILDAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kejayaan pada tahun 1930an. Tidak heran bila Sawahlunto, yang hari jadinya

I. PENDAHULUAN. kejayaan pada tahun 1930an. Tidak heran bila Sawahlunto, yang hari jadinya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah panjang Kota Sawahlunto dimulai, ketika para ahli Geologi Belanda menemukan cadangan batubara dalam jumlah besar pada akhir abad 19. Penemuan dan penggalian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penentuan kualitas suatu perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air kurang memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air minum saat ini cukup mengkhawatirkan, terutama di perkotaan. Banyak air sumur sudah tidak layak minum, karena tercemar bakteri maupun zat kimia, sedangkan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek dan Lokasi Penelitian 1. Profil Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah jenis zooplankton yang ada di estuari Cipatireman pantai Sindangkerta Kecamatan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA AIR SEBAGAI PENDUGA KUALITAS PERAIRAN PADA SUNGAI MARON DAN SUNGAI SEMPUR, SELOLIMAN, TRAWAS, MOJOKERTO SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN SERANGGA AIR SEBAGAI PENDUGA KUALITAS PERAIRAN PADA SUNGAI MARON DAN SUNGAI SEMPUR, SELOLIMAN, TRAWAS, MOJOKERTO SKRIPSI KEANEKARAGAMAN SERANGGA AIR SEBAGAI PENDUGA KUALITAS PERAIRAN PADA SUNGAI MARON DAN SUNGAI SEMPUR, SELOLIMAN, TRAWAS, MOJOKERTO SKRIPSI HENDIKA YUDYANUGRAHA FERIANTO PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGERTIAN BIOMA suhu kelembaban angin altitude latitude topografi

PENGERTIAN BIOMA suhu kelembaban angin altitude latitude topografi PENGERTIAN BIOMA suhu kelembaban angin altitude latitude topografi MACAM BIOMA Macam macam Bioma : Tundra Taiga Hutan Gugur Hutan Hujan Tropis Gurun Padang Rumput Saparal PETA PERSEBARAN BIOMA DI DUNIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak kurang dari 70% dari permukaan bumi adalah laut. Atau dengan kata lain ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas. Dikatakan bahwa laut merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi 6 TINJAUAN PUSTAKA Zona Intertidal Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan gelombang tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik lautan yakni pasang

Lebih terperinci

Oleh : IIN WINDA LESTARI Dosen Pembimbing Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, MAppSc. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya 2011

Oleh : IIN WINDA LESTARI Dosen Pembimbing Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, MAppSc. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya 2011 Oleh : IIN WINDA LESTARI 3307 100 701 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, MAppSc Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang Penentuan kualitas air dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling berhubungan, dimana keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, mengalir dari hulu di Kabupaten Simalungun dan terus mengalir ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biota Perairan Perairan terdapat kelompok organisme yang tidak toleran dan kelompok organisme yang toleran terhadap bahan pencemar (Hawkes, 1979). Menurut Walker (1981), organisme

Lebih terperinci

Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah. Maka 10 ekor katak disebut...

Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah. Maka 10 ekor katak disebut... SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 11. INTERAKSI ANTARA MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYALatihan Soal 11.1 1. Apabila terdapat sepetak padi, 2 ekor ular, 10 ekor katak dan 20 ekor cacing dalam suatu ekosistem sawah.

Lebih terperinci

Pengukuran Kualitas Air Hulu Daerah Aliran Sungai Kali Brantas Berdasarkan Keragaman Taksa Ephemeroptera, Plecoptera, and Trichoptera

Pengukuran Kualitas Air Hulu Daerah Aliran Sungai Kali Brantas Berdasarkan Keragaman Taksa Ephemeroptera, Plecoptera, and Trichoptera Pengukuran Kualitas Air Hulu Daerah Aliran Sungai Kali Brantas Berdasarkan Keragaman Taksa Ephemeroptera, Plecoptera, and Trichoptera Prigi Arisandi Program Studi Magister Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA EKOSISTEM: lingkungan biologis yang terdiri dari semua organisme hidup di daerah tertentu, serta semua benda tak hidup (abiotik), komponen fisik dari lingkungan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)

Lebih terperinci

KAJIAN KEPADATAN JENIS PLANKTON PADA SAWAH TAMBAK DI DESA MARGOANYAR KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN. Endah Sih Prihatini dan Masbuhin

KAJIAN KEPADATAN JENIS PLANKTON PADA SAWAH TAMBAK DI DESA MARGOANYAR KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN. Endah Sih Prihatini dan Masbuhin KAJIAN KEPADATAN JENIS PLANKTON PADA SAWAH TAMBAK DI DESA MARGOANYAR KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN Endah Sih Prihatini dan Masbuhin Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 5

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh: ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KRAKAT DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN INDIKATOR NILAI COLIFORM FECAL SETELAH DIBERI PERLAKUAN TANAMAN ENCENG GONDOK (Eichhornia crassipes Mart.Solms) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN Rhynchobdellida Glossiphoniidae

LAMPIRAN-LAMPIRAN Rhynchobdellida Glossiphoniidae 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Makrozoobentos yang Ditemukan Tabel 1: Hasil pengamatn makrozoobentos yang tertangkap di perairan Ranu Pani TN.BTS Makrozoobentos Stasiun 1 Stasiun 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor penyebab kontaminasi makanan

Lebih terperinci

MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI CITARUM HULU YULIAN ADYPRASETYO HASTOMO

MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI CITARUM HULU YULIAN ADYPRASETYO HASTOMO MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI CITARUM HULU YULIAN ADYPRASETYO HASTOMO DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

ecoton Jl. Raya Bambe 115 Driyorejo Gresik Telepon (031) website : www. gardabrantas.com

ecoton Jl. Raya Bambe 115 Driyorejo Gresik Telepon (031) website : www. gardabrantas.com BIOTILIK berasal dari kata bio dan tilik yang berarti pemanfaatan makhluk hidup (BIO) untuk menilik atau memantau lingkungan (TILIK) yang merupakan sinonim dengan istilah biomonitoring. BIOTILIK juga merupakan

Lebih terperinci

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta Oleh Arief Setyadi Raharjo M O499014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan mempunyai peran yang sangat besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya memegang peranan penting untuk lestarinya sumber daya ikan. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis unggulan. Pembenihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Pinus Hutan pinus (Pinus merkusii L.) merupakan hutan yang terdiri atas kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Kingdom Divisio Classis Ordo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh badan perairaan (Nontji, 2008). Ekosistem perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

Lebih terperinci

PLANKTONOLOGI. Ir. I Wayan Restu, M.Si

PLANKTONOLOGI. Ir. I Wayan Restu, M.Si PLANKTONOLOGI Oleh: Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP Endang Wulandari W, S.Pi, MP Ir. I Wayan Restu, M.Si Planktonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan plankton. Istilah plankton pertama kali

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SALURAN MATA AIR NYOLO DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SALURAN MATA AIR NYOLO DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG STRUKTUR KOMUNITAS MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SALURAN MATA AIR NYOLO DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Noviana Nur Rahmawati 1), Catur Retnaningdyah 2) 1) 2) Laboratorium Ekologi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makrozoobentos 2.1.1 Organisme makrozoobentos Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar perairan atau di permukaan substrat dasar perairan (Odum,

Lebih terperinci

bentos (Anwar, dkk., 1980).

bentos (Anwar, dkk., 1980). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

komponen ekosistem yang lain (Asdak, 2002). Sungai Tutupan dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai penunjang kehidupan mereka, seperti sumber air, ke

komponen ekosistem yang lain (Asdak, 2002). Sungai Tutupan dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai penunjang kehidupan mereka, seperti sumber air, ke BIOSCIENTIAE Volume 12, Nomor 1, Januari 2015, Halaman 29-42 http:/fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae KUALITAS AIR SUNGAI TUTUPAN KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN BERDASARKAN BIOINDIKATOR MAKROZOOBENTHOS

Lebih terperinci

baik dalam kegiatan rumah tangga ataupun industri adalah sungai. Hal tersebut

baik dalam kegiatan rumah tangga ataupun industri adalah sungai. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan yang banyak dipergunakan dalam aktivitas keseharian manusia, baik dalam kegiatan rumah tangga ataupun industri adalah sungai. Hal tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Parameter Biologi 4. 1.1 Komposisi Jenis dan Kepadatan Makrozoobentos Berdasarkan hasil pengamatan makrozoobentos pada 18 stasiun di sepanjang Sungai Musi bagian

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Perairan dibagi dalam tiga kategori utama yaitu tawar, estuaria dan kelautan. Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tambak Tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan ikan, udang dan hewan air lainnya yang bisa hidup di air

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : 44-49

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : 44-49 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.1 No.4 (2015) : 44-49 IDENTIFIKASI JENIS PERIFITON SEBAGAI PENENTU KUALITAS AIR DI SUNGAI RAY 17 KELURAHAN BERANGAS BARAT KABUPATEN BARITO KUALA Fitriani 1,

Lebih terperinci

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung. 32 Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x 10 5 ekor/liter dan total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air rendaman kangkung sebesar 3,946 x 10 5 ekor/liter.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al., I. PENDAHULUAN Segara Anakan merupakan perairan estuaria yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, dan memiliki mangroveestuaria terbesar di Pulau Jawa (7 o

Lebih terperinci

BIOTA PERAIRAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS PT. NATARANG MINING, LAMPUNG SELATAN

BIOTA PERAIRAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS PT. NATARANG MINING, LAMPUNG SELATAN BIOTA PERAIRAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS PT. NATARANG MINING, LAMPUNG SELATAN (Aquatic Biota in Gold Mines Area of PT. Natarang Mining, South Lampung) AGUS PRIYONO Laboratorium Analisis Lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagian besar bumi ditutupi oleh badan perairan. Keberadaan perairan ini sangat penting bagi semua makhluk hidup, karena air merupakan media bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Ekosistem Danau Ditinjau dari kedudukannya, ekosistem air tawar dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu air diam misalnya kolam, dana dan waduk serta air yang mengalir misalnya

Lebih terperinci

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR 42 ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR Oleh : Dwi Kundar Setiyati, Asri Lestari, Aulia Ajizah Aktivitas pertambangan batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA 1 EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA Ms. Evy Anggraeny Istilah dalam Ekologi 2 1. Habitat 2. Niche/nisia/relung ekologi a. Produsen b. Konsumen c. Dekomposer d. Detritivor Tingkat Organisasi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Perairan Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan secara langsung. Perameter yang diukur dalam penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air sebagai sumber daya alam, sangat penting dan mutlak diperlukan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Air merupakan unsur utama dalam tumbuhan, tubuh

Lebih terperinci