RANCANG BANGUN ALAT PENGERING DENGAN MEMANFAATKAN PANAS KONDENSOR AC RUANGAN (KASUS PENGERINGAN CHIPS KENTANG) DEDY EKO RAHMANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN ALAT PENGERING DENGAN MEMANFAATKAN PANAS KONDENSOR AC RUANGAN (KASUS PENGERINGAN CHIPS KENTANG) DEDY EKO RAHMANTO"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING DENGAN MEMANFAATKAN PANAS KONDENSOR AC RUANGAN (KASUS PENGERINGAN CHIPS KENTANG) DEDY EKO RAHMANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Rancang Bangun Alat Pengering dengan Memanfaatkan Panas Kondensor AC Ruangan (Kasus Pengeringan Chips Kentang) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2011 Dedy Eko Rahmanto NRP F

4

5 ABSTRACT DEDY EKO RAHMANTO. Design and Performance Test of Drying Chamber by Using Air Conditioning Condenser Rejected Heat (Case Study of Potatoes Chips Drying). Supervised by SUTRISNO and I DEWA MADE SUBRATA Drying process is a method to decrease moisture content of the food products. The objectives of the research were to design and evaluate the performance of drying chamber using rejected heat of AC condenser for potatoes chips drying, determine potatoes moisture content and drying efficiency, and to investigate the influence of condenser fan velocity on cooling capacity. The drying chamber had cm volume dimension, which contained seven aluminium trays. The chamber was connected to the condensing unit of an air conditioner. Potatoes were peeled, and cut sliced into 2.5 mm thickness of slices and then blanced using hot water. Then the slices were dried by using drying chambers for 6 h at high velocity fan, low velocity fan and substitution fan. The result showed that rejected heat of a room AC could be used for potatoes chips drying with temperature ranged from to o C. The drying process with substitution fan was combined with reverse tray treatment produced relatively uniform moisture content of dried chips (8.20 ± 1.04% wb). The drying process resulted % of drying efficiency to AC condenser heat and % to AC electric energy consumtion. The velocity of condenser fan did not significantly influence on the cooling capacity. It can be concluded that the drying chamber using rejected heat of AC condenser can be used for the drying of agricultural products e.g. the potatoes drying. Keywords: drying, AC condenser, moisture content, velocity fan, potatoes

6

7 RINGKASAN DEDY EKO RAHMANTO. Rancang Bangun Alat Pengering dengan Memanfaatkan Panas Kondensor AC Ruangan (Kasus Pengeringan Chips Kentang). Dibimbing oleh SUTRISNO dan I DEWA MADE SUBRATA Pengeringan merupakan suatu metode penurunan kadar air bahan pangan untuk tujuan pengawetan ataupun memudahkan proses selanjutnya. Pengering mekanis memerlukan sumber panas dalam proses kerjanya. Salah satu potensi sumber panas alat pengering mekanis yaitu dengan memanfaatkan udara panas dari kondensor AC (air conditioner) yang umumnya terbuang ke lingkungan dengan temperatur udara keluaran sekitar o C. Alat pengering yang dirancang memanfaatkan panas keluaran kondensor AC sebagai sumber energi panas. AC yang digunakan berdaya 1 hp yang menghasilkan energi panas dari kondensor lebih dari 9000BTU/jam. Tujuan penelitian adalah merancang alat pengering dengan memanfaatkan sumber panas keluaran kondensor AC, menganalisis pengaruh kecepatan aliran udara dari kipas kondensor AC terhadap panas yang dihasilkan kondensor AC dan pengaruhnya terhadap kinerja pendinginan serta menghitung efisiensi alat pengering hasil rancangan. Selain itu juga dilakukan analisis ekonomi kelayakan pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang. Ukuran ruang pengering hasil rancang bangun adalah 50.2 x 50.2 x cm dengan tujuh buah rak masing-masing berukuran 50 x 150 cm yang diuji kinerjanya pada kondisi kosong tanpa beban pengeringan dengan perlakuan kecepatan aliran udara keluaran kondensor berkecepatan tinggi, rendah dan kipas pengganti. Pengujian alat pengering dengan beban pengeringan chips kentang dilakukan menggunakan perlakuan kecepatan aliran udara keluaran kondensor berkecepatan tinggi, rendah dan kipas pengganti serta dikombinasi dengan pembalikan rak. Kentang dipotong-potong dengan ketebalan 2.5 mm kemudian diblansing dengan air panas selama 3 4 menit dan dilakukan pengeringan selama 6 jam dengan jumlah bahan 1.1 kg pada masing-masing rak. Parameter yang diukur dalam pengujian alat pengering meliputi suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara, konsumsi energi listrik dan penurunan berat bahan. Hasil pengukuran digunakan untuk menghitung energi kondensor, kapasitas pendinginan, energi pengeringan, efisiensi alat pengering dan kadar air. Analisis data dilakukan menggunakan grafik, standar deviasi dan standar deviasi relatif. Hasil pengujian menunjukkan kenaikan suhu udara keluaran kondensor dipengaruhi oleh kecepatan kipas kondensor. Semakin tinggi kecepatan kipas kondensor, kenaikan suhu keluaran kondensor semakin rendah. Suhu keluaran kondensor selama pengujian pengeringan berkisar sampai o C. Perubahan kecepatan kipas kondensor tidak mempengaruhi kapasitas pendinginan AC dengan nilai rata-rata ± kj/detik dan SDR 0.859%. Rancangan pengujian alat pengering menggunakan kipas kondensor pengganti yang dikombinasi dengan perlakuan pembalikan rak menghasilkan kadar air akhir pengeringan yang paling seragam pada waktu pengujian dengan hasil rata-rata 8.20 ± 1.04% bb. Efisiensi alat pengering untuk mengeringkan kentang berkisar

8 % terhadap panas kondensor AC dan % terhadap energi listrik AC. Pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan kentang secara ekonomi layak untuk diterapkan dengan nilai hasil perhitungan NPV sebesar Rp 5,364, dan BCR untuk waktu 2 tahun. Kata kunci: pengeringan, kondensor AC, kecepatan kipas, kadar air, chips kentang

9 Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

10

11 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING DENGAN MEMANFAATKAN PANAS KONDENSOR AC RUANGAN (KASUS PENGERINGAN CHIPS KENTANG) DEDY EKO RAHMANTO Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

12 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Leopold Oscar Nelwan, S.TP, M.Si

13 Judul Tesis Nama NRP : Rancang Bangun Alat Pengering dengan Memanfaatkan Panas Kondensor AC Ruangan (Kasus Pengeringan Chips Kentang) : Dedy Eko Rahmanto : F Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr Ketua Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr Anggota Diketahui Ketua Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tanggal Ujian: 5 Agustus 2011 Tanggal Lulus:

14

15 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-nya, di antaranya yaitu dapat terselesaikannya penelitian yang berjudul Rancang Bangun Alat Pengering dengan Memanfaatkan Panas Kondensor AC Ruangan (Kasus Pengeringan Chips Kentang) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini merupakan salah satu karya yang tentunya melibatkan bantuan dari segala pihak sehingga haturan terima kasih disampaikan antara lain kepada: 1. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan arif dan bijak membimbing studi penulis. 2. Dr. Leopold Oscar Nelwan, S.TP M.Si selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan koreksi untuk penyempurnaan tesis penulis. 3. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS atas saran dan koreksinya. 4. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Institut Pertanian Bogor. 5. Para staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan yang dengan tulus mengajarkan ilmunya kepada penulis. 6. Teknisi beserta staf administrasi Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan yang telah membantu penelitian dan administrasi studi penulis. 7. Almarhum kedua orang tua (Bapak Suroto dan Ibu Siti Fatimah) semoga mendapat tempat yang mulia di sisi-nya. 8. Istri tercinta dengan penuh kasih dan sayang (Nurhayati, S.TP, M.Si) yang dengan doa dan alunan irama cintanya menjadikan penulis mampu memelodikan bahtera hidup untuk senantiasa menggapai ridho Allah SWT. 9. Putri tersayang (Aisyah Putri Nur Rahmanto) yang telah memberi arti untuk menjadikan penulis sebagai ayah agar senantiasa menggapai ridho Allah SWT. 10. Keluarga besar Ibu Siti Fatimah (semua anak, cucu, cicit dan canggah dari Mbah Taslim Ds. Pakah Mantingan kab. Ngawi).

16 11. Keluarga Bapak Suroto dan adik-adikku sebapak (Hari Wibowo, Yayan Eko Prasetyo, Diah Ayu Kusumaningsih dan Sony Muhammad Ali Bintang), sahabat, rekan dan teman yang bersama mereka menjadikan kehidupan penuh cerminan dalam keterbatasan. Kesempurnaan merupakan hal yang amat didambakan, meskipun tidak akan pernah tercapai karena Allah SWT sematalah yang merupakan Dzat Maha Sempurna. Oleh karena itu adanya saran dari pembaca terhadap hasil penelitian ini dengan senang hati akan penulis rekomendasikan pada penelitian lebih lanjut. Dengan penuh harapan, semoga penelitian ini memberikan manfaat bagi pembaca utamanya serta kemaslahatan umat. Bogor, Agustus 2011 Penulis

17 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mantingan Kab. Ngawi Jawa Timur pada 19 Juli 1978 sebagai putra tunggal dari pernikahan Bapak Suroto dengan Ibu Siti Fatimah. Penulis dibesarkan di Dsn. Ngudal Ds. Cepoko Kec. Ngrambe Kab. Ngawi. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari TK Dharma Wanita Ngrambe pada tahun , SD Negeri 1 Ngrambe pada tahun , SMP Negeri 1 Ngrambe pada tahun , SMU Negeri 1 Ngrambe pada tahun Penulis menempuh pendidikan sarjana di Universitas Jember melalui jalur masuk PMDK pada Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian tahun Selama kuliah S1 penulis menjadi asisten praktikum pada beberapa mata kuliah di antaranya yaitu Energi dan Eliktrifikasi Pertanian, Alat dan Mesin Pertanian, Instrumentasi, Irigasi dan Drainase serta Satuan Operasi. Setelah lulus S1 penulis bekerja wirausaha di bidang elektronika dan perbengkelan. Penulis menikah dengan Nurhayati, S.TP sejak 24 April Kemudian pada Agustus 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa S-2 pada Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan Sekolah Pascasarjana IPB.

18

19 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 3 Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Mekanisme Pengeringan... 5 Psikometri dalam Pengeringan... 5 Tekanan Uap dan Kelembaban relatif... 5 Pemanasan Udara dan Entalpi... 6 Penentuan Kadar Air Bahan... 7 Efisiensi Pengeringan dan SMER... 7 Sumber Panas Pengering Mekanis... 8 Sistim Pendingin AC... 8 Pemanfaatan Panas Kondensor AC untuk Pengeringan Desain Sistim Pengering Kentang dan Chips Kentang Analisis Kelayakan Ekonomi Investasi METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Pendekatan Rancangan Kriteria Rancangan Rancangan Fungsional dan Struktural Analisis Teknik Rancang Bangun Alat Pengering... 18

20 Analisis Potensi Panas Kondensor AC Penentuan Dimensi Ruang Pengering Pengujian Alat Pengering Pengujian Alat Pengering Tanpa Beban Pengeringan Pengujian Alat Pengering dengan Beban Pengeringan Chip Kentang Parameter Pengukuran Analisis Data dan Perhitungan HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Udara Panas dari Kondensor AC Hasil Rancang Bangun Alat Pengering Ruang dan Rak Pengering Penyalur Udara dari Kondensor Pintu dan Saluran Keluaran Pengatur Kecepatan Kipas Kondensor AC Alat Pengering dan Proses Perpindahan Panas Hasil Uji Kinerja Kondensor dan Alat Pengering Kipas Kondensor AC dan Kecepatan Aliran Udara Suhu Udara Kondensor dan Evaporator Suhu Udara Ruang Pengering Driving Force dan Penyerapan Uap Air oleh Udara Pengering Kadar Air Hasil pengeringan Laju Pengeringan Penggunaan Energi Listrik Sistim Pendingin Energi dan Efisiensi Pengeringan COP dan Kapasitas Pendinginan AC Estimasi Biaya Alat Pengering dan Kelayakannya KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 61

21 DAFTAR TABEL 1 Perlakuan pengujian kondisi kosong Rancangan pengujian alat untuk mengeringkan bahan Hasil perhitungan penyerapan panas rata-rata oleh udara dari kondensor Suhu udara rata-rata di ruang pengering tanpa bahan yang dikeringkan Penurunan suhu udara rata-rata setelah melalui ruang pengering Kadar air bahan sebelum dan sesudah pengeringan Suhu lingkungan dan penggunaan listrik oleh sistim pendingin pada perlakuan tanpa beban pengeringan Suhu lingkungan dan penggunaan energi listrik oleh sistim pendingin selama pengeringan chips kentang Energi dan efisiensi pengeringan Nilai SMER rata-rata selama pengeringan Nilai COP pendinginan rata-rata selama pengeringan Biaya investasi pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang Biaya operasional pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang Analisis kelayakan pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang... 58

22

23 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Psychrometric chart Mekanisme kerja mesin pendingin Kesetimbangan massa dan energi dalam sistim pengering Diagram alir tahapan rancang bangun alat pengering Diagram alir analisis teknik perancangan alat pengering Diagram alir pengujian alat pengering Posisi sensor thermocouple pada masing-masing rak Posisi penempatan sensor suhu bola basah dan suhu bola kering Posisi penempatan sensor thermocouple pada rak pengering Posisi pengukuran kecepatan aliran udara pada alat pengering Psikrometri udara awal (A) dan sesudah melalui kondensor (B) serta titik penyerapan uap air maksimal (C) Gambaran sederhana kondisi kantilever rangka rak pengering pada saat diangkat di bagian tengah-tengah rak Bagian utama ruang pengering tampak depan (a) dan tampak samping (b) Penyalur udara dari kondensor tampak depan (a) dan tampak samping (b) Rangkaian pengatur kecepatan motor kipas kondensor AC Koneksi kumparan motor untuk putaran ccw (a) dan putaran cw (b) Alat pengering (a) dan diagram proses perpindahan panas pada sistim pengering (b) Baling-baling kipas kondensor asli (a) dan kipas pengganti (b) Kecepatan aliran udara dari kondensor yang melalui ruang pengering pada perlakuan pengeringan chips kentang... 38

24 20 Suhu udara lingkungan, kondensor dan evaporator selama pengujian dengan beban pengeringan Grafik hubungan laju aliran udara kondensor dan kenaikan suhu udara keluarannya Suhu udara rata-rata pada rak bagian depan dan suhu udara lingkungan Suhu udara rata-rata pada rak bagian tengah dan suhu udara lingkungan Suhu udara rata-rata pada rak bagian belakang dan suhu udara lingkungan Driving force rata-rata selama pengujian pengeringan Penyerapan uap air dari chips kentang oleh udara pengering Kadar air chips kentang sebelum dan sesudah pengeringan Kadar air chips kentang pada pengeringan dengan perlakuan kipas kecepatan tinggi tanpa pembalikan rak dan dengan pembalikan rak Kadar air chips kentang selama pengeringan dengan perlakuan kipas kecepatan rendah tanpa pembalikan rak dan dengan pembalikan rak Kadar air bahan selama pengeringan pada perlakuan kipas pengganti tanpa pembalikan rak dan dengan pembalikan rak Laju pengeringan chips kentang pada aliran udara kondensor kecepatan tinggi tanpa pembalikan rak dan dengan pembalikan rak Laju pengeringan pada aliran udara kondensor kecepatan rendah tanpa pembalikan rak dan dengan pembalikan rak Laju pengeringan pada perlakuan kipas pengganti tanpa pembalikan rak dan dengan pembalikan rak Grafik suhu rata-rata keluaran kondensor selama pengeringan Grafik suhu rata-rata lingkungan selama pengeringan Nilai SMER selama pengeringan Kinerja pendinginan pendingin AC selama pengujian... 56

25 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kecepatan udara dalam ruang pengering Data kenaikan suhu udara setelah melewati kondensor pada beberapa perlakuan laju udara Suhu udara rata-rata pada rak bagian depan Suhu udara rata-rata pada rak bagian tengah Suhu udara rata-rata pada rak bagian belakang Data suhu rata-rata selama pengeringan Data suhu Lingkungan rata-rata dari waktu ke waktu selama pengeringan Data suhu udara kondensor rata-rata dari waktu ke waktu selama pengeringan Laju pengeringan chips kentang Penyerapan uap air rata-rata oleh udara pengering Kadar air selama pengeringan tanpa pembalikan rak Kadar air selama pengeringan dengan pembalikan rak Driving force selama pengujian pengeringan chips kentang Gambar teknik alat pengering Foto kondensor AC koshima 1 hp dan alat pengering hasil rancangan... 71

26 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengeringan merupakan suatu metode pengawetan pangan yang paling tua dengan tujuan menurunkan kadar air bahan sehingga aktivitas air menurun (Singh & Heldman 2009). Pengeringan yang paling banyak digunakan adalah secara konvensional dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sangat murah dan mudah, akan tetapi sulit terkontrol, sangat tergantung dengan cuaca, memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama serta kurang terjaga kebersihannya (Mujumdar 2006; Simson & Straus 2010). Pengeringan dengan alat pengering mekanis membutuhkan waktu yang lebih singkat dari pengeringan konvensional. Pengering mekanis memerlukan sumber panas buatan yang berasal dari bahan bakar biomassa, bahan bakar minyak dan gas, elemen pemanas tenaga listrik maupun penggunaan limbah panas (Araullo 1976; Heldman & Lund 2007; Smith 2010). Salah satu limbah panas yang berpotensi sebagai sumber panas untuk alat pengering mekanis adalah panas keluaran dari kondensor AC (air conditioner). Pada AC tipe split, udara yang digunakan untuk membawa panas dari kondensor AC bisa meningkat sekitar 10 o C dari suhu lingkungan dengan suhu keluaran sekitar o C. Selain itu AC biasanya beroperasi dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu sekitar lebih dari 4 jam setiap hari. Kondisi udara keluaran kondensor AC tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai energi pengeringan. Pemanfaatan udara panas tersebut diantaranya pernah diteliti untuk pengeringan baju (Suntivarakorn et al. 2009; Mahlia et al. 2009). Besarnya energi panas yang dihasilkan oleh kondensor AC bisa mencapai 3 sampai 4 kali dari energi listrik yang digunakannya. Kondensor AC 1 hp bisa mengeluarkan energi panas lebih dari 9000 BTU/jam atau lebih dari 2.64 kj/detik. Hal itu berdasarkan kapasitas pendinginan secara umum untuk AC dengan daya 1 hp, sedangkan energi panas yang dilepaskan kondensor sebesar energi panas yang diserap evaporator ditambah energi dari kerja kompresor. (Trott & Welch 2000). Mengingat potensi panas kondensor AC cukup besar, perlu adanya penelitian pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan bahan pangan

27 2 dan hasil pertania. Salah satu produk hasil pertanian yang memerlukan proses pengeringan adalah chips kentang untuk keperluan pembuatan keripik ataupun untuk pembuatan tepung kentang. Kentang yang telah dikupas dipotong-potong terlebih dahulu kemudian diblansing dan dikeringkan dengan udara panas. Penelitian dalam skala kecil dengan kondensor 1 hp dapat menjadi salah satu kajian pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan bahan pangan. Pemanfaatan potensi energi ini diharapkan dapat menjadi energi alternatif dalam proses pengeringan bahan pangan dan mengurangi efek pemanasan global, sedangkan AC tetap dapat berfungsi untuk mendinginkan ruangan tanpa terganggu kinerjanya. Pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan di waktu yang akan datang diharapkan dapat diaplikasikan untuk skala yang lebih besar, sebagai contoh AC central kebutuhan dayanya diatas 10 hp, kebutuhan daya yang lebih besar akan menghasilkan energi panas yang lebih besar juga. Tujuan Tujuan dari penelitian ini antara lain yaitu: 1. Merancang alat pengering dengan memanfaatkan sumber panas keluaran kondensor AC ruangan 1 hp untuk pengeringan bahan hasil pertanian (kentang). 2. Menganalisis pengaruh kecepatan udara dari kipas kondensor AC terhadap suhu yang dihasilkan kondensor dan pengaruhnya terhadap kapasitas pendinginan AC. 3. Menghitung efisiensi alat pengering hasil rancangan dan kadar air hasil pengeringan (chips kentang). 4. Melakukan analisis ekonomi alat pengering dan kelayakannya sebagai alat pengering kentang.

28 3 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini yaitu: 1. Panas keluaran kondensor AC (air conditioner) dapat digunakan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan bahan hasil pertanian (kentang). 2. Kecepatan udara dari kipas kondensor AC dapat mempengaruhi suhu keluaran kondensor dan kapasitas pendinginan AC. 3. Alat pengering hasil rancangan mempunyai efisiensi pengeringan yang tinggi. 4. Alat pengering hasil rancangan layak untuk aplikasikan sebagai alat pengering hasil pertanian. Manfaat Rancang bangun alat pengering ini diharapkan dapat memanfaatkan energi panas keluaran dari kondensor AC sebagai sumber energi dalam proses pengeringan. Alat pengering yang dihasilkan dapat diaplikasikan untuk proses pengeringan terutama bahan hasil pertanian sehingga mengoptimalkan energi panas terbuang dari AC seiring dengan meningkatnya penggunaan AC akibat efek pemanasan global yang cenderung meningkatkan suhu lingkungan.

29

30 TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan. Uap air akan berdifusi melalui lapisan udara sekeliling dan akan terbawa bersama pergerakan udara pengering. Proses ini terjadi karena tekanan uap air di udara lebih rendah dibandingkan dengan tekan uap air pada permukaan bahan. Perbedaan tekanan ini menghasilkan gaya untuk memindahkan kandungan air dari dalam bahan. Karakteristik dari udara pengering yang diperlukan untuk keberhasilan pengeringan yaitu: suhu yang tinggi, kelembaban relatif yang rendah dan kecepatan udara yang tinggi (Hui 1992). Driving force merupakan perbedaan kelembaban mutlak pada kesetimbangan dengan permukaan bahan yang dikeringkan dan udara pengering. Adanya driving force ini yang yang menyebabkan pengeringan dapat berjalan. Driving force dapat dihitung dengan persamaan berikut ini: D f = Y s Y a... (1) Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban mutlak kondisi jenuh pada suhu permukaan bahan (kg/kg udara kering) dan Y a adalah kelembaban mutlak udara pengering (kg/kg udara kering). Laju pengeringan biasanya meningkat di awal pengeringan kemudian konstan dan selanjutnya semakin menurun seiring berjalannya waktu dan berkurangnya kandungan air pada bahan yang dikeringkan. Laju pengeringan merupakan jumlah kandungan air bahan yang diuapkan tiap satuan berat kering bahan dan tiap satuan waktu (Earle 1983; Mujumdar 2006). Psikometri dalam Pengeringan Tekanan Uap dan Kelembaban relatif Tekanan uap air adalah tekanan parsial dari moleku-molekul uap air dalam udara lembab. Apabila udara sepenuhnya dijenuhi oleh uap air, maka tekanan uap tersebut dinamakan tekanan uap jenuh (Sherwin 1996). Kelembaban relatif adalah perbandingan fraksi mol (tekanan uap) uap air dalam udara dengan fraksi mol (tekanan uap) uap air dalam udara jenuh pada suhu

31 6 yang sama dan tekanan atmosfir. Kelembaban relatif ditunjukan dalam desimal atau bila dikalikan seratus dalam persen. Kelembaban spesifik (mutlak) adalah massa uap air yang terdapat dalam setiap satuan massa udara kering dari campuran udara dan uap air. Kelembaban spesifik udara biasanya tetap selama tidak ada penambahan maupun pengurangan kandungan uap air dalam udara (Brooker et al. 1992). Pemanasan Udara dan Entalpi Terjadinya pemanasan udara ditandai dengan naiknya suhu udara. Pada keadaan ini kelembaban mutlak udara konstan. Akan tetapi bila dilihat pada psychrometric chart, suhu udara bergerak ke kanan yang menyebabkan turunnya kelembaban relatif (Gambar 1). Gambar 1 Psychrometric chart Entalpi adalah kandungan panas dalam udara yang dinyatakan dalam kj/kg udara kering. Volume dari 1 kg udara kering bersama uap air yang terkandung di dalamnya dinamakan volume spesifik udara. Satuan yang digunakan adalah m 3 /kg udara kering (Sherwin 1996; Singh 2009).

32 7 Penentuan Kadar Air Bahan Kadar air bahan dapat ditentukan secara langsung dengan metode oven dengan cara sebagai berikut: cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Sampel ditimbang dalam cawan yang telah diketahui bobot kosongnya, lalu dikeringkan dalam oven pengering suhu 105ºC selama 6 jam. Cawan dan isinya didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Pengeringan dilakukan hingga diperoleh berat konstan. Kadar air dihitung berdasarkan kehilangan berat yaitu selisih berat awal sampel sebelum dikeringkan dengan berat akhir setelah dikeringkan. w2 w1 Kadar air (% bk) = 100%... (2) w 2 w2 w1 Kadar air (% bb) = 100%... (3) w 1 w 1 adalah berat sampel sebelum dikeringkan (g), w 2 adalah berat sampel setelah dikeringkan (g) (AOAC 1995). Efisiensi Pengeringan dan SMER Efisiensi pengeringan merupakan perbandingan antara energi yang digunakan untuk menguapkan kandungan air bahan dengan energi untuk memanaskan udara pengering. Efisiensi pengeringan biasanya dinyatakan dalam persen. Efisiensi pengeringan merupakan salah satu parameter dari kinerja alat pengering, semakin tinggi nilai efisiensi maka alat pengering tersebut semakin baik. Perhitungan efisiensi pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini : Qp η = 100%... (4) Q η adalah efisiensi pengeringan (%), Qp adalah energi yang digunakan untuk pengeringan (kj), Q adalah energi untuk memanaskan udara pengering (kj)(taib et al. 1987). Nilai laju ekstraksi air spesifik atau specific moisture extraction rate (SMER) merupakan perbandingan jumlah air yang dapat diuapkan dari bahan dengan energi listrik yang digunakan tiap jam yang dinyatakan dengan kg/kwh. Perhitungan nilai SMER menggunakan persamaan berikut ini.

33 8 SMER = MER... (5) W e MER adalah kandungan air yang diuapkan (kg) dan W e (kwh). adalah energi listrik Sumber Panas Pengering Mekanis Proses pengeringan bahan hasil pertanian dapat menggunakan beberapa sumber panas. Pengering mekanis memerlukan sumber energi panas yang biasanya berasal dari uap panas, udara panas ataupun pembakaran langsung bahan bakar (Heldman & Lund 2007; Smith 2010). Jumlah panas yang dihasilkan tiap satuan berat bahan bakar disebut sebagai panas pembakaran (Richey 1961). Pengering yang lain menggunakan energi listrik untuk memanaskan elemen pemanas serta menggerakan blower yang mengalirkan udara pengering. Elemen pemanas biasanya berupa kumparan kawat tahan panas dengan hambatan jenis kawat yang cukup besar dan dapat dialiri listrik. Aliran udara setelah melalui elemen pemanas digunakan untuk proses pengeringan (Araullo 1976). Sistim Pendingin AC AC adalah alat pendingin ruangan dengan sistem terkendali menggunakan fluida kerja (refrigerant) yang menyerap panas dari dalam ruangan dan mengeluarkannya ke luar ruangan. Refrigerant mengalir dari tangki penampung masuk ke dalam evaporator melalui sebuah katup ekspansi. Di dalam evaporator, refrigerant cair dipaksa menguap dengan cara menurunkan tekanannya menggunakan kompresor. Uap refrigerant yang terhisap oleh kompresor kemudian dimanpatkan dan masuk kedalam kondensor untuk diembunkan (didinginkan) oleh udara di luar ruangan. Refrigerant yang kembali menjadi cair ditampung kembali dalam tangki penampung untuk kemudian diuapkan kembali ke dalam evaporator. Siklus tersebut berjalan berulang-ulang sehingga dapat mendinginkan ruangan. Siklus dalam sistem kerja mesin AC dapat dilihat seperti pada Gambar 2.

34 9 Q 2 Kondensor Katup expansi Evaporator Kompresor Gambar 2 Mekanisme kerja mesin pendingin Kondensor berfungsi untuk melepaskan kalor uap refrigerant tersebut ke sekelilingnya. Kondensor adalah alat untuk membuat kondensasi refrigerant dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Refrigerant di dalam kondensor dapat mengeluarkan kalor yang diserap dari evaporator dan panas yang ditambahkan oleh kompresor. Kondensor membuang kalor dan mengubah wujud refrigerant dari gas menjadi cair. Kondensor diletakkan antara kompresor dan alat pengatur refrigerant yaitu pada sisi tekanan tinggi dari sistem. Kondensor ditempatkan di luar ruangan yang sedang didinginkan agar dapat membuang panasnya ke lingkungan di luar ruangan. Untuk memperbesar perpindahan kalor, maka pada konstruksi pipa-pipa penukar panas diberi sirip sirip (fins). Selain untuk memperluas permuakaan pipa, sirip-sirip ini juga berfungsi untuk menambah kekuatan konstruksi dari kondensor karena refrigerant meninggalkan kompresor dalam bentuk uap yang bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi (Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2003). Jumlah panas yang dapat diserap dari lingkungan sekitar/ruangan dingin oleh refrigerant di dalam evaporator, maupun jumlah panas yang dapat dilepas/ dikeluarkan oleh refrigerant ke lingkungan sekitar/ruangan panas di dalam kondensor sangat tergantung pada efektifitas kerja evaporator serta kondensor yang merupakan unit-unit penukar kalor (heat exchanger) (Sugiyatno et al. 2004) Koefisien prestasi pendinginan (COP) akan meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan udara pendingin pada kondensor. Kecepatan udara akan terus meningkat sehingga mencapai optimal pada kondisi tertentu yang selanjutnya kenaikan kecepatan udara tidak memberikan banyak pengaruh terhadap koefisien prestasi pendinginan mesin pendingin (Effendi 2005). Q 1

35 10 Pemanfaatan Panas Kondensor AC untuk Pengeringan Selama ini panas dari kondensor AC terbuang belum termanfaatkan secara optimal. Suntivarakon et al. (2009) telah meneliti tentang pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan baju dengan laju pengeringan 1.1 kg/jam tanpa kipas tambahan dan 2.26 kg/jam dengan kipas tambahan. Potensi panas keluaran dari kondensor AC yang digunakan sebesar BTU/jam atau setara dengan 3.71 kj/detik. Mahlia et al. (2009) melaporkan penelitian pengeringan baju dengan menggunakan kondensor AC tipe split berkapasitas 10000BTU/jam. Laju pengeringan yang dihasilkan sebesar kg/jam dengan nilai specific moisture extraction rate (SMER) kg/kwh. SMER merupakan perbandingan dari kandungan air yang dapat diuapkan dengan energi listrik yang digunakannya. Desain Sistim Pengering Desain suatu sistim pengering melibatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kapasitas sistim pengering yaitu jumlah dan karakteristik udara yang diperlukan untuk pengeringan serta lama waktu pengeringan yang diperlukan untuk masingmasing jenis produk yang akan dikeringkan. Faktor-faktor tersebut memerlukan beberapa analisis pendekatan di antaranya yaitu kesetimbangan massa dan kesetimbangan energi. Penerapan kesetimbangan massa dan energi pada keseluruhan sistim pengering diilustrasikan seperti pada Gambar 3 dengan melibatkan beberapa parameter yang mempengaruhi desain sistim pengering. Analisis yang diilustrasikan tersebut digunakan untuk sistem countercurrent dan melalui suatu pendekatan yang sama juga dapat diterapkan untuk sistim yang lain. Udara m a, T a2, ω 2 T a1, ω 1 Produk T p2, W 2 M p, T p1, W 1 Gambar 3 Kesetimbangan massa dan energi dalam sistim pengering

36 11 Suatu kesetimbangan air yang masuk dan keluar dari sistim pengering dapat dirumuskan sebagai berikut ini. m a ω 2 + m p W 1 = m a ω 1 + m p W 2... (6) m a adalah laju aliran udara ( kg udara kering/jam), m p adalah laju aliran produk (kg padatan kering/jam), ω adalah kelembaban mutlak (kg air/kg udara kering) dan W adalah kandungan air produk basis kering (kg air/kg padatan kering) Kesetimbangan energi dalam sistim pengering dapat dijelaskan dengan hubungan berikut ini. m a H a2 + m p H p1 = m a H a1 + m p H p2 + ql... (7) ql adalah energi panas yang hilang dari sistim pengering, Ha adalah kandungan energi panas udara atau entalpi udara (kj/kg udara kering), Hp adalah kandungan energi panas dari produk (kj/kg produk kering) Berdasarkan persamaan diatas dapat digunakan untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan selama pengeringan, jumlah produk yang dapat dikeringkan dan karakteristik udara keluaran jika faktor-faktor yang lain juga diketahui (Singh & Heldman 2009). Kentang dan Chips Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) dapat tumbuh dan banyak dibudidayakan lebih dari 100 negara di dunia sebagai salah satu bahan pangan utama. Kentang merupakan bahan yang penting bagi industri pangan. Kondisi pertumbuhan, sifat genetik, umur dan penaganan pasca panen dapat mempengaruhi kualitas kentang (Singh & Kaur 2009). Proses pembuatan chips kentang dilakukan melalui proses pengupasan, pemotongan, blansing dan pengeringan. Kentang dapat dikupas dengan menggunakan panas, kimiawi maupun secara mekanis. Kentang yang telah dikupas dipotong-potong terlebih dahulu sebelum dilakukan blansing. Setelah itu potongan kentang diblansing dengan uap atau air panas pada suhu o C. Blansing akan menginaktifasi enzim dan mengurangi kontaminasi mikroba. Setelah blansing, kentang dikeringkan dengan alat pengering seperti kabinet, tunel, maupun conveyor dryer dengan suhu udara lebih dari 55 o C (Mujumdar 2006).

37 12 Analisis Kelayakan Ekonomi Investasi Analisis kelayakan ekonomi suatu investasi dapat dilakukan dengan cara diantaranya dengan menghitung nilai net present value (NPV) dan benefit cost ratio (BCR). NPV adalah nilai sekarang bersih dan BCR adalah perbandingan total nilai sekarang penerimaan dengan nilai sekarang pengeluaran. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: P = F (P/F,i,n) dengan faktor bunga 1 (1 + i) n... (8) NPV = Σ Nilai P penerimaan - Σ Nilai P pengeluaran... (9) Bila nilai NPV lebih dari nol berarti layak. BCR = (Σ Nilai P penerimaan ) / (Σ Nilai P pengeluaran )... (10) Bila nilai BCR lebih dari satu berarti layak P adalah nilai sekarang (Rp), i adalah faktor bunga dalam desimal dan n adalah lama kegiatan (tahun) (Humphreys 1991; Kastaman 2006).

38 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Desain dan pembuatan alat pengering dilakukan di Laboratorium Lapangan Siswadi Supardjo. Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknik Energi Terbarukan Departemen Tenik Mesin dan Biosistem FATETA IPB pada bulan Januari 2011 Mei Bahan dan Alat Bahan Bahan yang digunakan untuk membuat alat pengering di antaranya yaitu kayu lapis dengan tebal 18 mm, aluminium strip 12 mm, aluminium profil L 13 mm, aluminium lembaran tebal 0.3 mm, kawat net aluminium, sekrup, baut, paku, blind rivet, lem kayu dan baling-baling kipas standing fan. Bahan yang digunakan untuk uji kinerja alat pengering adalah kentang varietas Granola yang diiris dalam bentuk chips dengan ketebalan 2.5 mm dan diblansing selama 3 4 menit dengan air panas. Alat Alat yang digunakan untuk pembuatan alat pengering adalah gergaji, palu, meteran, pasah kayu, gunting logam, tang, spidol, obeng, tang rivet, bor listrik, jangka sorong dan AC 1 hp (merk Koshima KA10T1 dengan kapasitas pendinginan 9000 BTU/jam dan kebutuhan daya listrik 0.9 kw). Alat yang digunakan untuk uji kinerja adalah data loger, thermocouple tipe T, anemometer, timbangan digital, watt meter, flash drive, komputer, pengatur kecepatan motor kipas, oven, pisau, kompor gas, panci dan pemotong keripik. Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal Gagasan awal rancang bangun alat pengering bermula dari banyaknya pemakaian AC untuk keperluan perkantoran, rumah tangga dan bisnis. Berdasarkan hasil pengamatan, kondensor AC mengeluarkan panas yang dilepas ke lingkungan tanpa pemanfaatan. Oleh karena itu dilakukan pengukuran suhu keluaran kondensor pada beberapa AC ruangan. Suhu keluaran kondensor AC sekitar o C. Nilai kisaran suhu tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan

39 14 sebagai energi pengeringan bahan pangan maupun produk pertanian tanpa mengganggu kapasitas pendinginan dari AC tersebut. Pengembangan dan Penyempurnaan Gagasan Pengembangan dan penyempurnaan gagasan dilaksanakan dengan melakukan penelitian pendahuluan pengeringan chips kentang menggunakan rak pengering dari aluminium profil L 13 mm dengan kawat net aluminium berukuran cm. Rak pengering diletakkan di depan kondensor AC 1 hp dengan suhu keluaran sekitar 42 o C pada suhu lingkungan 30 o C. Pengeringan berlangsung selama 2.5 jam mampu menurunkan kadar air chips kentang dari 85.44% bb menjadi 10.05% bb. Berat bahan awal g dan berat akhir g. Laju penguapan kandungan air rata-rata pada 30 menit pertama g/menit dan di akhir pengeringan g/menit. Rancang bangun alat pengering dilakukan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan. Analisis Rancangan Analisis rancangan alat pengering yang dilakukan meliputi karakteristik potensi udara keluaran dari kondensor AC, laju aliran udara, jumlah bahan yang akan dikeringkan, luasan rak pengering, ukuran ruang pengering, saluran udara ke ruang pengering. Perencanaan bahan-bahan untuk pembuatan alat pengering menggunakan bahan-bahan yang tersedia di pasaran. Pengukuran dilakukan terhadap suhu dan RH udara keluaran kondensor AC dan udara lingkungan, laju aliran udara dan diameter saluran udara keluaran kondensor AC. Data hasil pengukuran tersebut diperlukan pada perancangan/desain alat pengering yang akan dibuat. Pembuatan Alat Pengering Pembuatan alat pengering dilakukan untuk mewujudkan hasil rancangan alat pengering ke dalam bentuk nyata berupa alat pengering. Pembuatan alat pengering diawali dengan penyiapan bahan dan alat, dilanjutkan dengan pengerjaan bahan yang meliputi pemotongan dan perangkaian bahan hingga menjadi alat pengering. Diagram alir rancang bangun alat pengering dapat dilihat pada Gambar 4.

40 15 Kriteria Rancangan Pendekatan Rancangan Perancangan alat pengering ini bertujuan untuk menurunkan kadar air bahan pangan yang dalam penelitian ini digunakan chips kentang sehingga dapat meningkatkan daya simpan dan mempermudah proses selanjutnya dengan memanfaatkan panas keluaran kondensor AC. Kadar air chips kentang sekitar 85% basis basah diturunkan melalui pengeringan dengan alat pengering hasil rancangan hingga mencapai kadar air sekitar 14% basis basah. Alat pengering tersebut menyalurkan panas keluaran kondensor AC ke dalam ruang pengering dan diharapkan dapat memanaskan ruangan, rak pengering serta bahan yang dikeringkan kemudian membawa kandungan uap air dari bahan yang dikeringkan ke lingkungan melalui saluran keluaran. Kapasitas rak pengering ditargetkan mempunyai luasan total lebih dari 5 m 2. Luasan rak pengering tersebut dianalisis berdasarkan ketersediaan energi panas dari kondensor AC, suhu dan aliran udara. Mulai Gagasan awal Pengembangan dan penyempurnaan gagasan Analisis rancangan Tidak Sesuai? Ya Hasil rancangan Penyiapan alat dan bahan untuk pembuatan alat pengering Pembuatan alat pengering Alat pengering Selesai Gambar 4 Diagram alir tahapan rancang bangun alat pengering

41 16 Rancangan Fungsional dan Struktural Alat pengering tersebut berfungsi untuk mengeringkan bahan pangan yang dalam pengujiannya menggunakan chips kentang hingga kadar air tertentu ( 14% basis basah). Fungsi-fungsi komponen utama alat pengering diperlukan untuk menunjang alat pengering tersebut dapat bekerja dengan baik. Penentuan bentuk dan dimensi struktur alat pengering dilakukan berdasarkan ukuran saluran udara kipas kondensor AC, potensi panas kondensor AC dan jumlah bahan yang akan dikeringkan. Penentuan dimensi tersebut bertujuan memudahkan penyaluran udara ke ruang pengering, sehingga diharapkan udara yang masuk ke ruang pengeringan dapat termanfaatkan untuk pengeringan. Alat pengering yang dirancang berupa pengering tipe rak dengan tujuh buah rak yang terbuat dari bahan aluminium. Rak pengering dibuat berbentuk persegi panjang. Secara umum, alat pengering ini terdiri dari bagian utama, yaitu: sumber panas, kipas kondensor, penyalur udara, ruang pengering, rak pengering, pintu dan saluran keluaran serta pengatur kecepatan kipas kondensor. Sumber panas pengeringan Pengeringan memerlukan energi panas untuk menaikkan suhu udara sehingga kelembaban relatif udara turun dan meningkatkan potensinya untuk menguapkan serta membawa kandungan air dari bahan yang dikeringkan. Sumber panas yang digunakan oleh alat pengering tersebut adalah panas keluaran dari kondensor AC yang umumnya terbuang ke lingkungan tanpa termanfaatkan. Kondensor AC yang digunakan berdaya 1 hp merk Koshima yang memiliki diameter saluran udara keluaran 38 cm. Bagian utama kondensor AC terdiri dari kompresor, heat exchanger dan casing kondensor. Kondensor berfungsi untuk melepaskan panas yang diserap oleh refrigerant dari evaporator. Panas keluaran kondensor ini yang dimanfaatkan untuk energi pengeringan. Kipas Kondensor Kipas kondensor AC berfungsi untuk menggerakkan udara agar dapat mengalir melalui penukar panas kondensor. Aliran udara panas akan dimasukkan

42 17 ke ruang pengering untuk menguapkan dan membawa kandungan air bahan ke lingkungan. Kipas kondensor AC Koshima 1 hp memiliki diameter baling-baling 32.6 cm dan diameter hub 11.2 cm, sedangkan kipas pengganti memiliki diameter hub 7.3 cm dan diameter baling-baling 32.6 cm. Penggunaan kipas pengganti dengan diameter hub yang kecil diharapkan dapat menghasilkan aliran udara yang lebih seragam pada pemanfaatan kondensor AC untuk pengeringan. Penyalur udara Udara panas dari kondensor AC disalurkan ke ruang pengering menggunakan saluran udara yang dipasang menyatu dengan ruang pengering. Saluran udara pengering dibuat pendek untuk mengurangi kehilangan panas tetapi tidak mengganggu penyebaran udara ke ruang pengering. Ujung depan saluran udara dibuat dengan ukuran yang sesuai dengan lubang keluaran udara dari kipas kondensor AC. Penyalur udara terbuat dari kayu lapis dengan ketebalan 18 mm, berbentuk limas segi empat terpancung yang menangkap aliran udara dari kipas kondensor dan menyalurkannya ke ruang pengering. Ukuran sisi dalam penyalur udara yang berhubungan dengan kondensor minimal sama dengan lubang saluran keluaran udara kondensor (38 cm). Ruang Pengering Ruang pengering adalah bagian utama alat pengering yang merupakan ruang tempat terjadinya proses pengeringan. Rak-rak yang berisi bahan yang dikeringkan ditempatkan di dalam ruang pengering. Udara pengering melalui ruangan tersebut dan membawa kandungan air bahan ke lingkungan. Rak pengering Rak pengering berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan bahan yang akan dikeringkan. Rangka rak pengering dibuat dari bahan aluminium profil L karena ringan dan mudah pengerjaannya. Bagian utama rak terbuat dari kawat net aluminium sehingga memudahkan sirkulasi udara. Udara yang melalui rak pengering akan menguapkan dan membawa kandungan air dari bahan.

43 18 Pintu dan saluran keluaran Pintu ruang pengering berfungsi sebagai jalan untuk memasukkan dan mengeluarkan rak pengering serta sebagai saluran keluaran udara. Saluran keluaran berfungsi sebagai jalan udara keluar dari dalam ruang pengering ke lingkungan. Udara yang membawa uap air dari bahan yang dikeringkan akan melalui saluran keluaran dan menuju ke lingkungan. Pengatur kecepatan putaran kipas Pengatur kecepatan kipas digunakan untuk mengatur putaran kipas kondensor AC pada kondisi kecepatan tinggi atau rendah. Pengaturan kecepatan kipas kondensor dilakukan untuk mendapatkan suhu keluaran kondensor yang sesuai selama proses pengeringan. Kecepatan putaran kipas diatur menggunakan pengatur kecepatan motor AC yang umum ada di pasaran yang berbasis pada UJT dan triac. Analisis Teknik Rancang Bangun Alat Pengering Analisis teknik rancang bangun alat pengering dengan memanfaatkan panas keluaran kondensor AC menggunakan beberapa parameter yang diperhitungkan untuk menghasilkan alat pengering yang sesuai dengan yang diharapkan. Analisis teknik dilakukan berdasarkan potensi panas kondensor AC ruangan dan dimensi dari kondensor. Diagram alir analisis teknik tersebut seperti pada Gambar 5.

44 19 Gambar 5 Diagram alir analisis teknik perancangan alat pengering Analisis Potensi Panas Kondensor AC Analisis potensi panas keluaran kondensor AC diawali dengan pengukuran suhu dan kelembaban udara keluaran dari kondensor AC serta udara lingkungan menggunakan termometer dan higrometer. Kecepatan aliran udara kondensor AC diukur menggunakan anemometer. Hasil pengukuran digunakan untuk perhitungan potensi panas kondensor AC dengan cara berikut ini. Tekanan uap jenuh dan tekanan uap air aktual dihitung dengan menggunakan persamaan: 17.27T e ( T ) = exp... (11) T P v = e T ) γ ( T T )... (12) ( wet psy wet Mulai Data suhu, RH dan kecepatan udara dari kondensor AC dan lingkungan Analisis potensi panas kondensor AC Penentuan jumlah rak dan ukuran penampang ruang pengering Penentuan jumlah bahan yang akan dikeringkan Penentuan panjang ruang pengering Dimensi dan ukuran ruang pengering Selesai e o (T) adalah tekanan uap jenuh pada suhu udara (kpa), P v adalah tekanan uap aktual (kpa), e o (T wet ) adalah tekanan uap jenuh pada suhu bola basah (kpa), T wet adalah suhu thermometer bola basah ( o C), T adalah suhu udara normal (suhu thermometer bola kering) ( o C) dan γ psy adalah konstanta psikrometri yang nilainya pada tekanan 1 atm (FAO 1998). RH = 100 [ Pv / e ( T )]... (13) Kelembaban spesifik udara dapat dihitung dengan persamaan :

45 20 P v ω = 0, (14) P a ω adalah kelembaban spesifik (kg/kg), P a adalah tekanan udara tanpa uap air (kpa) dan P v adalah tekanan uap air pada suhu udara (kpal). P = P a P v... (15) P adalah tekanan atmosfir (kpa). Entalpi udara sebelum dan sesudah melalui kondensor dihitung menggunakan Persamaan berikut ini. h = T+ω( ,82T)... (16) Entalpi (h) dinyatakan dalam kj/kg udara kering udara dan T adalah suhu udara dalam o C (sherwin 1996). V s Volume spesifik udara yang keluar dari kondensor AC dihitung dengan menggunakan persamaan: = ( 0,082T + 22,4) ( ω 18)... (17) Vs adalah volume spesifik udara (m 3 /kg udara kering) (Singh 2009). Laju aliran udara keluaran kondensor dihitung dengan menggunakan persamaan: Dc = v A... (18) Dc adalah laju aliran udara (m 3 /detik), v adalah kecepatan aliran udara (m/detik) dan A adalah luas penampang saluran udara keluaran kondensor AC (m 2 ). Q = D V Laju aliran panas yang dibawa oleh udara keluaran kondensor dihitung dengan menggunakan persamaan: C s ( h ha )... (19) B Q adalah laju aliran panas (kj/menit), h B adalah entalpi udara setelah mengalami pemanasan (kj/kg), h A al. 1987). Penentuan Dimensi Ruang Pengering adalah entalpi udara sebelum pemanasan (kj/kg) (Taib et Aliran udara kondensor AC yang membawa panas diusahakan agar tidak terhambat sehingga panas dapat tersalurkan dengan lancar. Upaya pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan memerlukan luasan saluran udara dalam ruang pengering yang minimal sama atau lebih besar dari saluran keluaran udara pada kondensor AC supaya udara mengalir dengan lancar.

46 21 Sisi tepi samping rak dan penyanggah rak pengering akan mengurangi luasan penampang untuk aliran udara. Perhitungan lebar penampang melintang ruang pengering dilakukan dengan mempertimbangkan ukuran penampang rak, penyanggah rak dan jumlah rak serta luas penampang saluran udara keluaran kondensor AC. Perhitungan ukuran minimal penampang ruang pengering dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini: 2 L ( S L) A = 0... (20) L adalah lebar penampang ruang pengering (cm), S adalah tinggi total seluruh rak dengan penyanggahnya (cm) dan A adalah luas penampang saluran udara keluaran kondensor AC (cm 2 ). Nilai L dapat diselesaikan dengan rumus ABC atau dengan cara interasi. Panjang ruang pengering ditentukan berdasarkan jumlah bahan yang akan dikeringkan dan keperluan luasan rak untuk setiap kg bahan. Panjang rak pengering ditentukan dengan persamaan: Kr m Panjang rak =... (21) n L Kr adalah keperluan luasan rak untuk setiap kg bahan (m 2 /kg), m adalah jumlah bahan yang akan dikeringkan (kg). Ukuran minimal nilai momen inersia batang rangka aluminium untuk pembuatan rak pengering ditentukan dengan menggunakan Persamaan 22. Asumsi yang digunakan adalah defleksi yang diijinkan tidak lebih dari L/ FL I = 8Eδ i... (22) I adalah momen inersia batang (m 4 ), F adalah gaya dari beban total (N), L adalah panjang batang (m), E adalah modulus elastisitas aluminium (7.1 x N/m 2 ) dan δ i adalah defleksi yang diijinkan. Defleksi yang terjadi bila rak pengering dipegang dan diangkat pada bagian tengahnya dengan beban berat rak itu sendiri beserta chips kentang yang dikeringkan dapat dihitung dengan Persamaan 22. Asumsi yang digunakan adalah kondisi kantilever dan beban terbagi rata. δ = 3 FL 8EI... (23)

47 22 δ adalah defleksi (m). Defleksi yang terjadi pada rangka rak pada saat diletakkan di atas penyanggah rak dalam ruang pengering dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini: 3 FL δ =... (24) 384 EI 5 Asumsi yang digunakan adalah simple beam dan defleksi maksimal yang diijinkan adalah L/250 (Ashby 2005; Gross et al. 2011; Shingley & Mischake 2001). Pengujian Alat Pengering Pengujian keseragaman suhu udara pada alat pengering dilakukan dalam kondisi kosong tanpa beban pengeringan, sedangkan pengujian kinerja pengeringan dilakukan dengan mengeringkan bahan berupa chips kentang. Diagram alir pengujian alat pengering ditunjukkan pada Gambar 6. Mulai Persiapan pengujian alat pengering Perbaikan dan modifikasi Sebaran Tidak suhu? Baik Penyiapan alat dan bahan untuk pengeringan Perlakuan pengeringan tanpa pembalikan rak Perlakuan pengeringan dengan pembalikan rak Analisis data Selesai Gambar 6 Diagram alir pengujian alat pengering Pengujian Alat Pengering Tanpa Beban Pengeringan A. Pengujian alat pengering pada kondisi kosong tanpa bahan dilakukan untuk mengetahui suhu udara pada masing-masing rak dengan cara sebagai berikut:

48 23 1. Memasang sensor thermocouple pada bagian depan ruang pengering sebanyak tiga buah sensor pada masing-masing rak (Gambar 7). 2. Memasang sensor thermocouple pada udara lingkungan di antara kondensor dan evaporator. 3. Memasang sensor thermocouple di bagian depan keluaran evaporator. 4. Memasang alat pengatur kecepatan kipas kondensor. 5. Menghubungkan sensor thermocouple ke data logger. 6. Menghidupkan dataloger. 7. Menghubungkan AC ke sumber listrik dan menghidupkannya. 8. Mengatur kecepatan kipas kondensor pada posisi kecepatan tinggi. 9. Mengaktifkan pencatatan data pada data logger setelah suhu yang terbaca mulai stabil dengan set waktu pencatatan setiap 10 detik. 10. Menghentikan mode pencatatan data pada dataloger setelah 30 menit. 11. Mematikan AC. 12. Mengulangi prosedur 6 sampai 11 untuk ulangan ke Melakukan prosedur pengujian untuk kecepatan rendah dan ulangannya. 14. Melakukan prosedur pengujian untuk kipas pengganti dan ulangannya. 15. Mengulangi prosedur pengujian 1 sampai 14 untuk rak bagian tengah dan untuk rak bagian belakang. Prosedur ini dilakukan karena jumlah sensor yang ada pada data logger terbatas. Dinding atas Dinding samping Rak 7 Rak 6 Rak 5 Rak 4 Rak 3 Rak 2 Rak 1 Posisi penempatan thermocouple Gambar 7 Posisi sensor thermocouple pada masing-masing rak B. Pengujian untuk mengetahui kebutuhan listrik dan energi kondensor AC yang masuk dalam ruang pengering tanpa beban pengeringan dilakukan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

49 24 1. Memasang watt meter untuk mengukur kebutuhan energi listrik 2. Memasang pengatur kecepatan kipas kondensor. 3. Memasang thermocouple pada ujung kompresor AC, pada bagian depan keluaran kipas kondensor, pada bagian depan keluaran kipas evaporator, pada lingkungan antara evaporator dengan kondensor dan diatas rak 1, rak 4 dan rak Menghubungkan thermocouple ke data logger. Bagian yang memerlukan suhu bola basah adalah suhu lingkungan, keluaran kondensor dan keluaran evaporator. Penempatan thermocouple untuk keluaran evaporator adalah tepat di depan hembusan kipas evaporator, yang dipasang adalah thermocouple untuk suhu bola kering dan thermocouple yang dijadikan termometer bola basah. Demikian juga penempatan thermocouple untuk keluaran kondensor. Penempatan sensor suhu dan suhu bola basah untuk udara lingkungan adalah di antara evaporator dan kondensor seperti Gambar 8. Evaporator Kondensor Alat Pengering Lingkungan Arah aliran udara Sensor suhu bola basah Sensor suhu bola kering Gambar 8 Posisi penempatan sensor suhu bola basah dan suhu bola kering Penempatan sensor suhu pada rak pengering ada 5 lokasi untuk rak yang diberi sensor yaitu dua sensor pada bagian ujung depan masuknya aliran udara ke rak, satu sensor pada bagian tengah rak dan dua sensor pada bagian ujung belakang rak tepat saat aliran udara akan keluar ke lingkungan (Gambar 9). Selanjutnya dapat diketahui suhu udara pada saat memasuki rak, dan suhu udara setelah melalui rak.

50 25 Gambar 9 Posisi penempatan sensor thermocouple pada rak pengering 5. Menghidupkan AC dengan kecepatan kipas kondensor yang berbeda untuk masing-masing perlakuan selama 40 menit pada setiap ulangan. 6. Mengukur kecepatan aliran udara yang melalui masing-masing rak dengan anemometer pada lima bagian di lubang keluaran udara dari ruang pengering (Gambar 10). Dinding atas Dinding samping Rak 7 Rak 6 Rak 5 Rak 4 Rak 3 Rak 2 Rak 1 Posisi pengukuran kecepatan udara Gambar 10 Posisi pengukuran kecepatan aliran udara pada alat pengering Pengujian alat pengering pada kondisi kosong hanya melibatkan satu faktor dengan beberapa taraf yaitu faktor kecepatan udara saja yang akan diubah yaitu: kecepatan tinggi, rendah dan kipas pengganti dan faktor lingkungan diasumsikan tidak mempengaruhi sebaran suhu dalam ruang pengering. Oleh karena itu percobaan pengujian kondisi kosong tanpa beban pengeringan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) sebanyak dua kali ulangan yang ditabulasikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perlakuan pengujian kondisi kosong Ulangan Perlakuan Kecepatan Aliran Udara Kondensor

51 26 Kecepatan Tinggi Kecepatan Rendah Kipas Pengganti 1 KT1 KR1 KP1 2 KT2 KR2 KP2 Pengujian Alat Pengering dengan Beban Pengeringan Chip Kentang Pengujian alat pengering dengan beban pengeringan chip kentang dilakukan sebagai berikut: 1. Memasang thermocouple sebanyak 24 titik pengukuran pada posisi seperti pengujian tanpa beban pengeringan prosedur B. 2. Mengupas dan membersihkan kentang kemudian memotongnya secara melintang berbentuk chips dengan ketebalan 0.25 cm dan di blansing dengan air panas selama 3-4 menit. 3. Memasukkan chips kentang ke dalam rak-rak pengeringan, masing-masing sekitar 1.1 kg. 4. Mengambil sampel yang akan digunakan dari masing-masing rak kemudian ditimbang beratnya masing-masing rak sebanyak 9 sampel yang meliputi 3 sampel dari bagian depan, 3 sampel dari bagian tengah dan 3 sampel dari bagian belakang. 5. Memasukkan sampel kembali bersama bahan lainnya ke dalam rak pengering. 6. Menghidupkan dataloger dan mengaktifkan pencatatan data. 7. Menghidupkan AC dan proses pengeringan yang dimulai dengan kecepatan tinggi. 8. Menimbang berat rak beserta bahan yang dikeringkan dan menimbang sampel setiap 30 menit selama pengeringan hingga pengeringan berakhir (6 jam). 9. Mematikan AC setelah pengeringan selama 6 jam dan menghentikan mode pencatatan data pada dataloger. 10. Melakukan prosedur 1 sampai 9 untuk kipas kondensor kecepatan tinggi yang dikombinasi dengan pembalikan rak pada menit ke 150. Pembalikan rak dilakukan dengan megubah posisi rak yaitu bagian rak yang semula di depan diubah ke belakang (pembalikan arah 180 o ). 11. Melakukan prosedur 1 sampai 10 untuk kecepatan kipas kondensor rendah dan untuk perlakuan kipas pengganti.

52 27 Rancangan pengujian alat pengering untuk mengeringkan chips kentang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Rancangan pengujian alat untuk mengeringkan bahan Perlakuan Kecepatan Tinggi Kecepatan Rendah Kipas Pengganti Tanpa pembalikan rak KTA KRA KPA Dengan pembalikan rak KTB KRB KPB Parameter Pengukuran Data yang diukur dan diamati dalam pengujian antara lain meliputi: 1. Suhu dan kelembaban udara Suhu dan kelembaban udara yang diukur diperlukan untuk mengetahui kondisi udara dan nilai entalpi udara. Suhu dan kelembaban udara yang diukur adalah udara lingkungan, keluaran kondensor dan keluaran evaporator. 2. Suhu udara pada rak pengering Suhu masing-masing rak diukur untuk mengetahui kondisi sebaran suhu udara pada rak pengering. 3. Laju aliran udara Laju aliran udara diukur untuk mengetahui jumlah udara yang mengalir dalam volume per satuan waktu. Laju aliran udara yang diukur adalah laju aliran udara keluaran kondensor dan laju aliran udara keluaran evaporator. 4. Penurunan berat bahan Penurunan berat bahan diukur untuk mengetahui laju pengeringan dan perubahan kadar air pada setiap interval waktu pengamatan hingga proses pengeringan selesai. Perubahan berat bahan selama pengeringan menjadi dasar untuk perhitungan laju pengeringan, kadar air dan kebutuhan energi pengeringan. Analisis Data dan Perhitungan Data suhu hasil pengujian kondensor AC dengan perlakuan kecepatan aliran udara ditampilkan dalam grafik sehingga dapat diketahui pengaruh kecepatan aliran udara terhadap suhu udara keluaran kondensor. Data suhu udara untuk masing-masing bagian rak pengering pada pengujian kondisi kosong tanpa beban pengeringan dihitung standar deviasinya dan SDR (Standar Deviasi Relatif)

53 28 untuk mengetahui keseragaman sebaran suhunya. Data penurunan berat bahan digunakan untuk menghitung kadar air bahan dengan menggunakan Persamaan 2 dan 3. Kadar air dan laju pengeringan hasil pengujian dengan perlakuan kecepatan aliran udara yang berbeda serta kombinasi dengan pembalikan rak ditampilkan dalam bentuk grafik sehingga dapat diketahui hubungan antar waktu pengeringan dengan laju pengeringan dan penurunan kadar air bahan pada masing-masing perlakuan. Data kadar air hasil perlakuan dengan kecepatan aliran udara yang berbeda diuji dengan menghitung standar deviasinya untuk mengetahui perbedaan hasil pada masing-masing perlakuan dan untuk mengetahui keseragaman hasil dari masing-masing rak pengering Laju aliran panas keluaran kondensor dihitung menggunakan prosedur persamaan 11 hingga 19. Perhitungan dilakukan dengan bantuan Microsoft Office Excel. Energi yang dihasilkan kondensor dihitung dari perkalian laju aliran panas dan waktu. Energi yang digunakan untuk pengeringan dihitung dari energi yang digunakan untuk menguapkan kandungan air bahan. Energi untuk pengeringan dan energi kondensor dibandingkan untuk mendapatkan nilai efisiensi pengeringan pada masing masing perlakuan terhadap energi kondensor menggunakan Persamaan 4. Efisiensi pengeringan terhadap energi listrik AC diperoleh dengan membandingkan energi pengeringan dengan energi listrik yang digunakan AC dengan persamaan: Q p ηe = (25) W t η e adalah efisiensi pengeringan terhadap energi listrik (%), Qp adalah energi pengeringan (kj) dan W t adalah energi listrik AC (kj). Kapasitas pendinginan AC dihitung berdasarkan nilai entalpi udara sebelum memasuki evaporator dan setelah memasuki evaporator dengan menggunakan prosedur persamaan seperti Persamaan 11 hingga 19. Koefisien performansi pendinginan (COP) dihitung dengan persamaan berikut ini: QC COP =... (26) W Q C adalah kapasitas pendinginan (kj/detik) dan W adalah daya listrik AC (kj/detik). Standar deviasi dan SDR kapasitas pendinginan AC untuk semua

54 29 perlakuan pengeringan dihitung untuk mengetahui pengaruh perlakuan kipas kondensor terhadap kapasitas pendinginan AC. Sedangkan nilai SMER pengeringan dihitung menggunakan persamaan 5. Analisis ekonomi dilakukan dengan menghitung nilai NPV menggunakan Persamaan 9 dan BCR menggunakan Persamaan 10. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui kelayakan investasi alat pengering.

55

56 HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Udara Panas dari Kondensor AC Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara keluaran kondensor AC pada penelitian pendahuluan diperoleh suhu udara keluaran kondensor 42 o C, RH 35 %, dan laju aliran udara sekitar m 3 /menit. Suhu lingkungan 30 o C dengan RH 65%. Tekanan uap air aktual dihitung dengan menggunakan Persamaan 12, sedangkan tekanan uap jenuh dihitung dengan menggunakan Persamaan 11 sehingga diperoleh tekanan uap aktualnya yaitu sebesar kpa dan tekanan uap jenuhnya sebesar kpa. Kelembaban mutlak dihitung menggunakan Persamaan 14 yang hasilnya adalah kg/kg udara kering. Entalpi udara yang dihitung menggunakan Persamaan 16 untuk udara lingkungan adalah kj/kg udara kering dan setelah melalui kondensor menjadi kj/kg udara kering, sehingga setiap kg udara kering menyerap panas dari kondensor sebesar kj. Volume spesifik udara yang keluar dari kondensor AC dari hasil perhitungan menggunakan Persamaan 17 adalah m 3 /kg, yang berarti setiap kg udara kering volumenya adalah m 3. Laju aliran panas yang dibawa oleh udara yang keluar dari kondensor AC dari hasil perhitungan menggunakan Persamaan 19 adalah kj/menit. Berdasarkan parameter-parameter yang diperoleh dari perhitungan tersebut maka potensi udara keluaran kondensor AC untuk kondisi tersebut dapat diilustrasikan pada psychrometric chart seperti Gambar kj/kg Entalpi udara kering kj/kg udara kering Volume spesifik m 3 /kg udara kering (C) (A) RH 65% RH 35% (B) ω= 23.8 g/kg udara kering ω= 17.6 g/kg udara kering 30 o C 42 o C Volume spesifik m 3 /kg udara kering Gambar 11 Psikrometri udara awal (A) dan sesudah melalui kondensor (B) serta titik penyerapan uap air maksimal (C).

57 32 Garis AB merupakan ilustrasi proses pemanasan udara, garis BC merupakan ilustrasi garis penyerapan uap air oleh udara dan C merupakan ilustrasi titik maksimal potensi penyerapan uap air oleh udara pada kondisi adiabatik. Potensi penyerapan uap air maksimal dari udara panas kondensor AC berdasarkan pembacaan psychrometric chart adalah 6.2 g/kg udara kering. Potensi penyerapan uap air maksimal udara yang keluar dari kondensor AC dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 19 yang dimodifikasi dengan cara mengganti nilai perubahan entalpi dengan potensi penyerapan uap air maksimal tiap kilogram udara kering, sehingga diperoleh nilai gram uap air/menit. Berdasarkan potensi maksimal menyerap uap air tersebut dengan asumsi laju pengeringan sebanding dengan jumlah bahan pada penelitian pendahuluan, kondensor AC 1 hp dapat digunakan untuk mengeringkan sekitar gram chips kentang dengan keperluan luasan rak m 2. Hasil Rancang Bangun Alat Pengering Ruang dan Rak Pengering Aliran udara kondensor AC memerlukan luasan saluran udara dalam ruang pengering yang minimal sama atau lebih besar dari saluran keluaran udara pada kondensor AC yang berdiameter 38 cm supaya udara mengalir dengan lancar. Perhitungan lebar penampang melintang ruang pengering dengan Persamaan 20 diperoleh ukuran lebar ruang pengering 44 cm dan ukuran yang diambil 50 cm. Panjang rak pengering diperoleh dari keperluan luasan rak pengering dan jumlah rak pengering, dengan Persamaan 21 diperoleh panjang rak pengering cm. Ukuran panjang rak pengering yang dibuat adalah 150 cm dengan lebar 50 cm. Ukuran minimal momen inersia penampang batang aluminium rangka rak yang diperlukan dihitung menggunakan persamaan 22 dengan asumsi beban total kawat net aluminium dan bahan yang dikeringkan 1.7 kg (16.67 N) terbagi rata pada kondisi kantilever dan dihasilkan nilai momen inersia minimal batang aluminium adalah m 4. Gambaran sederhana kondisi kantilever pada rangka rak pengering adalah tampak pada Gambar 12. Beban terbagi menjadi dua bagian yang sama besar yaitu F1 dan F2 yang besarnya masingmasing 8.34 N sedangkan L1 = L2 yaitu 75 cm.

58 33 F1 F2 L1 L2 Gambar 12 Gambaran sederhana kondisi kantilever rangka rak pengering pada saat diangkat di bagian tengah-tengah rak. Penampang aluminium yang banyak di pasaran umumnya profil L 13 mm, untuk tebal 0.5 mm mempunyai nilai momen inersia m 4 dan aluminium dengan tebal 1 mm mempunyai nilai momen inersia m 4. Aluminium tebal 0.5 mmm sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk rangka rak pengering, akan tetapi dikhawatirkan adanya beban kejut dan kemungkinan operator alat pengering memegang tidak tepat di tengah-tengah rangka rak saat mengangkat rak untuk dimasukkan ke ruang pengering maka diperlukan aluminium yang lebih tebal sehingga dipilih aluminium profil L 13 mm dengan tebal 1 mm. Bagian utama rak untuk meletakkan bahan yang dikeringkan menggunakan kawat net aluminium tipe J1010. Bahan aluminium mudah menghantarkan panas, ringan, dan pengerjaannya mudah. Berat rak pengering hasil rancang bangun pada penelitian ini rata-rata adalah ± 2.75 gram. Berat rak beserta 1.1 kg chips kentang menjadi sekitar g yang menghasilkan gaya berat N. Bahan aluminium profil L 13 mm dengan tebal 1 mm untuk rak pengering bila dipegang dan diangkat pada bagian tengah-tengah rangka rak beserta beban chips kentang seperti kondisi kantilever, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Persamaan 23 akan timbul defleksi sebesar 0.15 cm. Kondisi ini ini masih cukup aman karena masih kurang dari defleksi maksimum yang diijinkan L/125 yaitu 0.6 cm. Sedangkan defleksi yang terjadi pada rak saat diletakkan di atas penyanggahnya di dalam ruang pengering dengan dihitung menggunakan persamaan 24 dan diperoleh nilai defleksi 0.09 cm. Nilai tersebut cukup aman karena dibawah nilai defleksi maksimum yang diijinkan yaitu L/250 atau 0.2 cm. Ruang pengering hasil rancangan dibuat dari bahan dasar kayu lapis dengan ketebalan 18 mm (Gambar 12). Nilai konduktivitas termal kayu lapis sekitar 0.15 W/m o C. Dimensi bagian dalam ruang pengering memiliki tinggi 50.2 cm, lebar 50.2 cm dan panjang cm dengan 7 rak pengering yang

59 34 masing-masing berukuran 50 x 150 cm. Gambar teknik alat pengering dapat dilihat di Lampiran 14, sedangkan foto alat pengering yang telah dibuat ada di Lampiran 15. Jumlah rak ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan lebar penampang ruang pengering dan panjang rak pengering. Pemilihan ukuran tersebut berdasarkan potensi maksimal penyerapan uap air dari udara keluaran kondensor AC dengan prosedur seperti pada analisis teknik. Kayu lapis 18 mm tidak memerlukan rangka kayu dalam pengerjaannya. Bagian dalam ruang pengering dilapisi dengan aluminium lembaran yang memiliki ketebalan 0.3 mm agar dinding lebih awet dan dipasangi rangka penyanggah rak secara berjajar dari atas ke bawah cm a 54 cm 54 cm 50.2 cm b 54 cm cm Gambar 13 Bagian utama ruang pengering tampak depan (a) dan samping (b) Kayu lapis sebagai bagian utama ruang pengering pada hasil rancangan ini rentan terhadap pengaruh air dan kelembaban. Karena itu harus ditempatkan di tempat yang terlindung dari air hujan supaya lebih tahan lama. Dinding ruang pengering bisa juga dibuat dari bahan logam misalnya aluminium yang diberi isolator di sekelilingnya. Bahan logam lebih tahan terhadap pengaruh air dan kelembaban. Penyalur Udara dari Kondensor Penyalur udara dari kondensor ke ruang pengering dipasang menyatu dengan ruang pengering. Penyalur udara terbuat dari kayu lapis dengan ketebalan 18 mm, berbentuk limas segi empat terpancung yang menangkap aliran udara dari kipas kondensor dan menyalurkannya ke ruang pengering (Gambar 14).

60 35 Pintu dan Saluran Keluaran Pintu ruang pengering sekaligus sebagai saluran keluaran udara pengering dirancang dengan ukuran cm. Pintu ruang pengering dengan ukuran tersebut dapat memudahkan rak untuk dimasukkan dan dikeluarkan karena ukuran rak pengering cm sehingga ada kelonggaran untuk pergerakan rak pengering melalui pintu masuk dan di dalam ruang pengering. 38 cm cm a b Gambar 14 Penyalur udara dari kondensor tampak depan (a) dan tampak samping (b) Pengatur Kecepatan Kipas Kondensor AC Pengatur kecepatan kipas kondensor AC terbuat dari rangkaian pengatur kecepatan motor bolak balik yang berbasis pada triac dan UJT (Gambar 15). Rangkaian tersebut biasa dipakai untuk mengatur kecepatan motor listrik misalnya motor bor, blender dan sebagainya. Rangkaian pengatur kecepatan diletakkan dalam sebuah kotak rangkain dari plastik dan dirangkai secara seri dengan sumber listrik yang mensuplai motor kipas kondensor. 30 R4 R1 R2 C1 UJT R3 Diac Triac Motor kipas kondensor Sumber listrik AC 220V Gambar 15 Rangkaian pengatur kecepatan motor kipas kondensor AC Motor kipas kondensor dengan baling-baling dari kondensor AC Koshima arah putarannya ccw (berlawanan arah jarum jam), sedangkan baling-baling kipas

61 36 penggantinya memerlukan arah putaran cw (searah jarum jam) karena arah kemiringan baling-balingnya berbeda, sehingga harus dilakukan perubahan koneksi kumparan motor agar arah putaran motornya dapat diubah dari ccw menjadi cw pada saat menggunakan kipas pengganti (Gambar 16 ). Perubahan hubungan rangkaian dilakukan dengan membongkar motor kipas kemudian menelusuri bagian pertemuan antara kumparan utama dengan kumparan start dan memasangkan kabel tambahan sehingga hubungan rangkaian kumparan mudah digunakan untuk mengubah arah putaran motor. a Pengatur kecepatan b Pengatur kecepatan Gambar 16 Koneksi kumparan motor untuk putaran ccw (a) dan putaran cw (b) Alat Pengering dan Proses Perpindahan Panas Alat pengering hasil rancang bangun dengan memanfaatkan panas kondensor AC tampak seperti Gambar 17a. Bagian utama alat pengering adalah ruang pengering, rak pengering, rangka penyanggah ruang pengering dan penyalur udara. Diagram proses perpindahan energi panas pada sistim pengering ditunjukkan pada Gambar 17b. Energi panas dari udara lingkungan (Q1) diserap oleh evaporator dengan perantara refrigerant dan penukar panas di evaporator sehingga suhu udara lingkungan setelah melalui evaporator akan mengalami penurunan sesuai jumlah panas yang diserap oleh evaporator. Dari evaporator panas dibawa bersama refrigerant menuju unit kondensor. Panas (Q2) ditambah energi (Q3) dilepaskan ke udara lingkungan melalui penukar panas pada kondensor sehingga udara mengalami kenaikan suhu yang besarnya sebanding dengan jumlah panas yang diterimanya. Udara lingkungan yang telah mengalami pemanasan (Q4) dari kondensor dialirkan ke ruang pengering untuk mengeringkan bahan pangan (chips kentang) (Q5). Energi panas yang tidak terserap untuk proses pengeringan kembali ke lingkungan (Q6).

62 cm Kondensor AC (a) Ruang pengering 50.2 cm Penyalur udara Rangka penyanggah ruang pengering Rak pengering (b) Q1 Q2 Q3 Kompresor Lingkungan Evaporator Kondensor Q6 Ruang pengering dan bahan yang dikeringkan Q5 Gambar 17 Alat pengering (a) dan diagram proses perpindahan panas pada sistim pengering (b). Q4 Hasil Uji Kinerja Kondensor dan Alat Pengering Kipas Kondensor AC dan Kecepatan Aliran Udara Kipas kondensor AC berfungsi untuk menggerakan udara sehingga mengalir melalui penukar panas kondensor (Gambar 18). Kipas kondensor AC Koshima 1 hp yang asli memiliki diameter baling-baling 32.6 cm dan diameter hub 11.2 cm sedangkan kipas pengganti yang digunakan memiliki diameter hub 7.3 cm dan diameter baling-baling 32.6 cm. Penggunaan kipas pengganti dengan diameter hub yang kecil diharapkan dapat menghasilkan aliran udara yang lebih seragam pada pemanfaatan kondensor AC untuk pengeringan. a Hub Baling-baling Tip b Gambar 18 Baling-baling kipas kondensor asli (a) dan kipas pengganti (b). Kecepatan aliran udara dari kipas kondensor yang melalui ruang pengering ditunjukkan pada Gambar 19.

63 38 Kecepatan udara (m s -1 ) KTA KTB KRA KRB KPA KPB Gambar 19 Kecepatan aliran udara dari kondensor yang melalui ruang pengering pada uji pengeringan chips kentang untuk kipas kecepatan tinggi ( ), kecepatan rendah ( ) dan kipas pengganti ( ) Kecepatan kipas kondensor AC Koshima diatur menggunakan pengatur kecepatan motor dan menghasilkan aliran udara dalam ruang pengering dengan kecepatan 1.65 ± 0.46 m/detik pada kipas kecepatan tinggi, 1.09 ± 0.37 m/detik pada kecepatan rendah dan 1.03 ± 0.15 m/detik pada kipas pengganti dengan kecepatan penuh. Kecepatan aliran udara dengan standar deviasi yang paling rendah adalah pada perlakuan kipas pengganti yaitu 0.15 m/detik, sehingga aliran udara pada masing-masing rak dengan perlakuan kipas pengganti lebih seragam dibandingkan perlakuan yang lain. Kecepatan aliran udara yang lebih seragam memungkinkan untuk menghasilkan kadar air pengeringan yang lebih seragam pada masing-masing rak pengering. Laju aliran udara menggunakan kipas pengganti lebih rendah daripada kipas aslinya karena luas penampang balingbaling kipas pengganti lebih kecil dibandingkan kipas aslinya. Kipas kecepatan tinggi (kipas asli) menghasilkan laju aliran udara yang tinggi, sehingga waktu kontak dengan penukar panas di dalam kondensor lebih singkat yang menyebabkan penyerapan panas tiap satuan massa udara lebih rendah. Kipas kecepatan rendah menghasilkan laju aliran udara yang lebih rendah sehingga waktu kontak dengan penukar panas di dalam kondensor lebih lama yang menyebabkan penyerapan panas tiap satuan massa udara lebih tinggi. Perlakuan kecepatan kipas yang sama mengalami sedikit perbedaan laju aliran udara antara perlakuan tanpa pembalikan terhadap perlakuan dengan

64 39 pembalikan rak yang disebabkan oleh alat pengatur kecepatan motor kipas menggunakan sistim manual, akan tetapi perbedaan laju udaranya rata-rata tidak lebih dari 0.5 m 3 /menit. Pengurangan laju aliran udara kondensor AC Koshima 1 hp dapat dilakukan selama tidak kurang dari 12 m 3 /menit karena masih dalam batas aman kerja kompresor. Suhu Udara Kondensor dan Evaporator Suhu udara rata-rata yang keluar dari kondensor dan evaporator sistim pendingin selama proses pengeringan ditunjukkan pada Gambar 20. Semakin tinggi suhu udara lingkungan maka suhu keluaran dari kondensor juga semakin tinggi untuk perlakuan kecepatan aliran udara yang sama. Jika suhu awal udara lingkungan yang melewati kondensor lebih tinggi maka ketika aliran udara tersebut menerima panas dari kondensor akan menghasilkan suhu yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah panas yang diserap tiap satuan massa udara hampir sama tetapi suhu awalnya lebih tinggi. 45 Suhu udara ( o C) KTA KTB KRA KRB KPA KPB Gambar 20 Suhu udara lingkungan ( ), kondensor ( ) dan evaporator ( ) selama pengujian dengan beban pengeringan. Suhu keluaran evaporator pada suhu lingkungan yang lebih tinggi menghasilkan suhu keluaran yang lebih tinggi untuk perlakuan kecepatan kipas kondensor yang sama. Kapasitas pendinginan yang sama akan menghasilkan suhu keluaran yang lebih tinggi jika dibandingkan suhu masukan yang lebih tinggi. Perlakuan kipas pengganti menghasilkan perubahan kenaikan suhu udara keluaran dari kondensor yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Kecepatan aliran udara dengan kipas pengganti lebih lambat dibandingkan perlakuan lainnya sehingga waktu penyerapan panas dari kondensor untuk setiap satuan massa

65 40 udara lebih lama dibandingkan perlakuan yang lain. Jumlah panas yang diserap tiap satuan massa udara pada perlakuan kipas pengganti lebih tinggi daripada perlakuan yang lain (Tabel 3). Tabel 3 Hasil perhitungan penyerapan panas rata-rata oleh udara dari kondensor Perlakuan Penyerapan panas (kj/kg udara kering) Standar deviasi KTA KTB KRA KRB KPA KPB Semakin tinggi kecepatan aliran udara kondensor maka perubahan suhu udara setelah melalui kondensor semakin rendah karena jumlah panas yang diserap tiap satuan massa udara semakin sedikit. Hubungan antara laju aliran udara dan kenaikan suhu udara keluaran kondensor ditunjukkan pada Gambar 21. Kenaikan suhu ( o C) Laju udara kondensor (m 3 /menit) Gambar 21 Grafik hubungan laju aliran udara kondensor dan kenaikan suhu udara keluarannya. Selain dipengaruhi oleh laju aliran udara kondensor, suhu udara keluaran kondensor juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu lingkungan, suhu keluaran kondensor juga semakin tinggi karena kenaikan suhu udara keluaran kondensor akan sama pada kecepatan aliran udara yang sama. Jika suhu lingkungan awal lebih tinggi maka suhu keluaran kondensornya juga akan lebih tinggi. Suhu keluaran kondensor selama pengujian pengeringan bahan rata-

66 41 rata berkisar o C pada kipas kecepatan tinggi dengan suhu lingkungan o C. Suhu rata-rata tertinggi o C pada perlakuan kipas pengganti dengan suhu lingkungan rata-rata o C. Suhu udara keluaran kondensor di bawah 40 o C tetap berpotensi untuk pengeringan, akan tetapi potensinya lebih kecil dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengeringkan bahan, terutama pada tahap akhir proses pengeringan. Oleh karena itu sebaiknya laju udara panas keluaran kondensor diatur agar suhu keluarannya di atas 40 o C, karena menurut Mujumdar (2006) umumnya kentang dikeringkan dengan udara panas pada suhu lebih dari 55 o C. Suhu Udara Ruang Pengering Suhu udara rata-rata di dalam ruang pengering yang terukur pada masingmasing rak (bagian depan, tengah, dan belakang) selama 30 menit untuk masingmasing perlakuan pada pengujian kondisi kosong tanpa beban pengeringan ditunjukkan pada Gambar 22, 23 dan 24. Semakin tinggi suhu udara lingkungan maka suhu udara yang melalui masing-masing rak juga semakin tinggi untuk perlakuan kecepatan kipas yang sama. Perbedaan suhu yang terjadi pada masingmasing bagian rak dan masing-masing perlakuan karena setiap perlakuan dilakukan pada waktu dan hari yang berbeda serta suhu lingkungannya berbeda juga Suhu ( oc) KT1 KT2 KR1 KR2 KP1 KP2 Gambar 22 Suhu udara rata-rata pada rak bagian depan ( lingkungan ( ). ) dan suhu udara

67 42 Suhu ( o C) KT1 KT2 KR1 KR2 KP1 KP2 Gambar 23 Suhu udara rata-rata pada rak bagian tengah ( lingkungan ( ). ) dan suhu udara Suhu ( o C) KT1 KT2 KR1 KR2 KP1 KP2 Gambar 24 Suhu udara rata-rata pada rak bagian belakang ( lingkungan ( ) ) dan suhu udara Standar deviasi relatif suhu udara rata-rata yang melalui masing-masing rak dalam ruang pengering pada pengujian tanpa beban pengeringan disajikan pada Tabel 4. Standar devisi relatif suhu ruang pengering bagian depan, tengah dan belakang cenderung lebih rendah dari 5%. Hal ini menujukkan suhu udara di ruang pengering cukup seragam. Suhu udara keluaran kondensor setelah melalui ruang pengering mengalami penurunan karena adanya penyerapan energi panas oleh dinding ruang pengering dan rak pengering serta bahan yang dikeringkan. Penurunan suhu ratarata udara kondensor setelah melalui ruang pengering pada pengujian tanpa beban pengeringan dan dengan beban pengeringan (chips kentang) ditunjukkan pada Tabel 5.

68 43 Tabel 4 Suhu udara rata-rata di ruang pengering tanpa bahan yang dikeringkan Perlakuan Rak bagian depan Rak bagian tengah Rak bagian belakang Suhu ( o C) SDR (%) Suhu ( o C) SDR (%) Suhu ( o C) SDR (%) KT KT KR KR KP KP Tabel 5 Penurunan suhu udara rata-rata setelah melalui ruang pengering Perlakuan kondisi kosong Perlakuan pengeringan bahan Perlakuan Penurunan suhu ( o C) Perlakuan Penurunan suhu ( o C) KT KTA 1.62 KT KTB 1.81 KR KRA 3.27 KR KRB 3.32 KP KPA 3.26 KP KPB 3.31 Penurunan suhu udara rata-rata setelah melalui kondensor pada perlakuan tanpa beban pengeringan sangat kecil karena panas hanya diserap oleh rak dan dinding ruang pengering. Perlakuan pengeringan chips kentang penurunan suhu rata-rata yang terjadi lebih banyak karena energi panas banyak diserap oleh bahan untuk menguapkan air bahan. Penurunan suhu pada perlakuan pengeringan untuk kipas kecepatan rendah dan kipas pengganti lebih besar dibandingkan kipas kecepatan tinggi, hal ini terjadi karena waktu kontak udara dengan bahan chips kentang pada kipas kecepatan rendah dan kipas pengganti lebih lama dibandingkan kipas kecepatan tinggi sehingga jumlah energi tiap satuan massa udara yang diserap juga lebih tinggi yang menyebabkan penurunan suhunya juga lebih tinggi. Waktu kontak udara dalam ruang pengering berdasarkan kecepatan rata-rata udara adalah 0.91 detik untuk kipas kecepatan tinggi, 1.38 menit untuk kecepatan rendah dan 1.45 detik untuk kipas pengganti.

69 44 Driving Force dan Penyerapan Uap Air oleh Udara Pengering Nilai rata-rata driving force udara pengering selama pengujian pengeringan chips kentang ditunjukkan pada Gambar 25. Asumsi yang digunakan adalah suhu permukaan bahan yang dikeringkan sama dengan suhu bola basah udara pengering dan permukaan bahan dijenuhi oleh uap air. Perhitungan driving force dilakukan menggunakan Persamaan 1. Penyerapan uap air dari bahan pangan ke udara pengering dipengaruhi oleh kondisi suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara dan kadar air bahan yang dikeringkan. Hasil perhitungan penyerapan uap air oleh udara pengering tiap satuan massa udara selama pengujian pengeringan chips kentang ditunjukkan pada Gambar 26. Driving force (kg. kg -1 ) KTA KTB KRA KRB KPA KPB Perlakuan Gambar 25 Driving force rata-rata selama pengujian pengeringan Penyerapan uap air (g. Kg -1 ) Waktu pengeringan (menit) Gambar 26 Penyerapan uap air dari chips kentang oleh udara pengering KTA ( ), KTB ( ), KRA ( ), KRB ( ), KPA ( ) dan KPB ( ).

70 45 Semakin tinggi kecepatan udara maka penyerapan kandungan uap air tiap satuan massa udara pengering semakin rendah karena waktu kontak antara udara dengan bahan semakin sedikit. Selain itu semakin tinggi kecepatan aliran udara kondensor, suhu keluaran kondensor juga semakin rendah sehingga potensi penyerapan uap air per satuan massa udara semakin rendah. Kadar air bahan yang semakin rendah juga mempengaruhi penyerapan uap air oleh udara pengering. Kadar air bahan yang semakin rendah akan lebih sulit untuk melepaskan kandungan airnya sehingga jumlah uap air yang diserap tiap satuan massa udara akan rendah. Potensi penyerapan uap air yang dimiliki oleh udara pengering tidak semuanya dapat termanfaatkan untuk pengeringan. Potensi panas kondensor AC berdasarkan analisis teknik adalah sekitar 6.2 gr/ kg udara kering pada kondisi dengan suhu tetap 42 o C dan RH 35%. Kondisi tersebut tidak selalu tercapai pada pelaksanaan proses pengeringan, meskipun kondisi tersebut dapat tercapai, akan tetapi pada pelaksanaan pengeringan tidak semua potensi penyerapan uap air dari udara pengering dapat termanfaatkan untuk pengeringan karena membutuhkan waktu kontak yang cukup dengan bahan. Seiring dengan semakin banyaknya uap air yang diserap oleh udara maka potensi penyerapan uap air oleh udara akan semakin menurun. Kadar Air Hasil Pengeringan Kadar air kentang rata-rata sebelum pengeringan berkisar antara sampai 84.89% basis basah dan sesudah pengeringan 8.20 ± 1.04% basis basah untuk perlakuan kipas pengganti dikombinasi dengan pembalikan rak dan ± 16.97% untuk perlakuan kipas kecepatan tinggi tanpa pembalikan rak. Data kadar air rata-rata sebelum dan sesudah pengeringan disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Kadar air bahan sebelum dan sesudah pengeringan Kadar air rata-rata (%bb) Standar deviasi Perlakuan Kipas Kondensor Awal Akhir Awal Akhir KTA KTB KRA KRB KPA KPB

71 46 Data kadar air pada Tabel 6 bila diplotkan dalam grafik akan tampak seperti Gambar 27. Standar deviasi terkecil untuk kadar air setelah 6 jam pengeringan adalah perlakuan kipas pengganti dikombinasi dengan pembalikan rak. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan tersebut menghasilkan kadar air akhir pada masing-masing rak pengering yang lebih seragam dibandingkan perlakuan yang lain. Keseragaman hasil pada perlakuan tersebut disebabkan oleh laju aliran udara pengering yang mengalir pada masing-masing rak lebih seragam dan pembalikan rak memungkinkan sisi yang lain dari rak mendapatkan udara panas yang cukup selama pengeringan. Pengujian pengeringan dengan kipas kondensor kecepatan tinggi tanpa pembalikan rak belum memberikan hasil pengeringan sesuai yang diharapkan karena kadar air rata-ratanya masih jauh diatas 14% bb. Hal ini terjadi karena kondisi suhu lingkungan yang kurang mendukung dan tanpa adanya pembalikan rak menyebabkan sisi rak yang jauh dari sumber panas kurang mendapatkan panas yang cukup untuk pengeringan. Kadar air (% basis basah KTA KTB KRA KRB KPA KPB Gambar 27 Kadar air chips kentang sebelum ( ) dan sesudah ( ) pengeringan Grafik penurunan kadar air rata-rata bahan chips kentang pada pengeringan untuk masing-masing perlakuan ditunjukkan pada Gambar 28, 29 dan 30.

72 47 Kadar air (% basis basah) Waktu pengeringan (menit) Gambar 28 Kadar air chips kentang pada pengeringan dengan perlakuan kipas kecepatan tinggi tanpa pembalikan rak ( ) dan dengan pembalikan rak ( ). Kadar air (% basis basah) Waktu pengeringan (menit) Gambar 29 Kadar air chips kentang selama pengeringan dengan perlakuan kipas kecepatan rendah tanpa pembalikan rak ( ) dan dengan pembalikan rak ( ).

73 48 Kadar air (% basis basah) Waktu pengeringan (menit) Gambar 30 Kadar air bahan selama pengeringan pada perlakuan kipas pengganti tanpa pembalikan rak ( ) dan dengan pembalikan rak ( ) Penurunan kadar air rata-rata yang terjadi selama pengeringan seperti yang terlihat pada Gambar 28, 29 dan 30. Penurunan kadar air bahan cenderung lebih cepat pada perlakuan yang dikombinasi dengan pembalikan rak setelah menit ke- 150 dan menghasilkan kadar air rata-rata yang lebih seragam dibandingkan perlakuan tanpa pembalikan rak. Pembalikan rak memungkinkan sisi rak yang lain mendapatkan udara panas yang cukup untuk mendukung proses pengeringan. Laju Pengeringan Laju pengeringan chips kentang paling tinggi pada menit ke-30 untuk semua perlakuan atau di awal pengeringan. Hal ini disebabkan oleh kandungan air bebas yang masih tinggi pada awal pengeringan sehingga air bebas ini lebih mudah teruapkan. Agarry et al. (2005) melaporkan bahwa pengeringan kentang dengan menggunakan perlakuan blansing maupun tanpa blansing memiliki laju pengeringan yang paling tinggi pada awal pengeringan. Laju pengeringan setelah 30 menit berangsur-angsur menurun seiring dengan berkurangnya kandungan air bebas pada bahan yang dikeringkan. Laju pengeringan untuk kipas kecepatan tinggi ditunjukkan pada Gambar 31.

74 49 Laju pengeringan (% bk. Jam -1 ) Waktu pengeringan (menit) Gambar 31 Laju pengeringan chips kentang pada aliran udara kondensor kecepatan tinggi tanpa pembalikan rak ( ) dan dengan pembalikan rak ( ) Perlakuan kipas berkecepatan tinggi tanpa pembalikan rak mengalami penurunan laju pengeringan yang tajam pada menit ke-150, kemudian meningkat lagi setelah menit ke 180 dan berangsur-angsur menurun pada waktu selanjutnya. Hal ini terjadi karena pengaruh kondisi cuaca lingkungan yang hujan setelah menit ke-120 sehingga suhu lingkungan juga menurun dan suhu udara keluaran kondensor ikut menurun. Setelah menit ke-210 pengeringan hingga menit ke-360 memiliki laju pengeringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pembalikan rak. Hal ini karena kondisi kadar air bahan terutama di rak bagian belakang masih tinggi sehingga laju pengeringan yang berlangsung juga lebih tinggi. Waktu pengeringan lebih lama dari rencana awal pengeringan yaitu sekitar 3 jam karena kondisi pada saat pengeringan banyak faktor yang mempengaruhi proses pengeringan di antaranya yaitu kondisi lingkungan, suhu dan kecepatan udara. Selain itu jumlah bahan juga mempengaruhi waktu pengeringan. Grafik laju pengeringan untuk perlakuan kipas kondensor kecepatan rendah ditunjukkan pada Gambar 32.

75 50 Laju pengeringan (% bk. Jam -1 ) Waktu pengeringan (menit) Gambar 32 Laju pengeringan pada aliran udara kondensor kecepatan rendah tanpa pembalikan rak ( )dan dengan pembalikan rak ( ). Grafik laju pengeringan setelah pembalikan rak pada menit ke-150 terlihat hampir konstan hingga menit ke-210. Bahan yang ada pada rak bagian belakang masih tinggi kadar airnya kemudian dipindah posisinya ke depan yang menyebabkan laju pengeringannya meningkat. Laju pengeringan pada perlakuan kipas pengganti dapat dilihat pada Gambar 33. Laju pengeringan (% bk. Jam -1 ) Waktu pengeringan (menit) Gambar 33 Laju pengeringan pada perlakuan kipas pengganti tanpa pembalikan rak ( ) dan dengan pembalikan rak ( ).

76 51 Laju pengeringan kipas pengganti setelah pembalikan rak mengalami kenaikan karena perpindahan posisi bahan dengan kandungan air yang masih tinggi yang semula ada di belakang menjadi berada di depan dekat dengan sumber udara panas dari kondensor AC. Laju pengeringan untuk perlakuan kecepatan kipas kondensor yang sama tanpa pembalikan ataupun dengan perlakuan pembalikan rak seharusnya sama atau mendekati sama di menit awal hingga menit ke-150, akan tetapi berdasarkan Gambar 31, 32 dan 33 terdapat perbedaan di beberapa titik waktu, hal ini karena suhu udara keluaran kondensor tidak selalu sama pada perlakuan kecepatan kipas yang sama, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34. Suhu keluaran kondensor tidak selalu sama untuk perlakuan kecepatan kipas yang sama karena dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang berubah-ubah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 35. Dengan demikian suhu lingkungan juga mempengaruhi laju pengeringan. 50 Suhu udara kondensor ( o C) Waktu pengeringan (menit) Gambar 34 Grafik suhu rata-rata keluaran kondensor selama pengeringan pada perlakuan KTA ( ), KTB ( ), KRA ( ), KRB ( ), KPA ( ) dan KPB ( ).

77 52 34 Suhu lingkungan ( o C) Waktu pengeringan (menit) Gambar 35 Grafik suhu rata-rata lingkungan selama pengeringan pada perlakuan KTA ( ), KTB ( ), KRA ( ), KRB ( ), KPA ( ) dan KPB ( ). Penggunaan Energi Listrik Sistim Pendingin Penggunaan energi listrik pada sistim pendingin AC paling banyak digunakan untuk menggerakkan kompresor, selain itu juga untuk menggerakkan kipas evaporator dan kipas kondensor. Jumlah penggunaan energi listrik yang digunakan tergantung pada beban pendinginan dan suhu lingkungan dari sistem pendingin serta laju aliran udara yang melalui kondensor. Tabel 7 menyajikan penggunaan energi listrik oleh sistim pendingin pada perlakuan tanpa beban pengeringan dan Tabel 8 menyajikan penggunaan energi listrik oleh sistem pendingin selama pengujian pengeringan chips kentang. Tabel 7 Suhu lingkungan dan penggunaan listrik oleh sistim pendingin pada perlakuan tanpa beban pengeringan Perlakuan Suhu lingkungan ( o C) Konsumsi energi listrik (kj/detik) KT KT KR KR KP KP

78 53 Tabel 8 Suhu lingkungan dan penggunaan energi listrik oleh sistim pendingin selama pengeringan chips kentang. Perlakuan kipas kondensor Suhu lingkungan Konsumsi energi rata-rata ( o C) Listrik (kj/detik) KTA KTB 30.58* 0.91 KRA 30.59* 0.99 KRB KPA KPB 30.36* 1.04 Tabel 7 mengindikasikan bahwa pada kecepatan aliran udara kondensor yang sama, penggunaan energi listrik AC akan tinggi jika suhu lingkungan juga tinggi. Jika suhu lingkungan lebih tinggi maka kompresor membutuhkan energi yang lebih besar untuk memaksa refrigerant agar terkondensasi di dalam kondensor sehingga panas dapat dilepaskan ke lingkungan. Selain dipengaruhi oleh suhu lingkungan, penggunaan energi listrik AC juga dipengaruhi oleh laju aliran udara kondensor. Tabel 8 yang diberi tanda bintang (*) menunjukkan kondisi suhu lingkungan yang hampir sama tetapi penggunaan energi listriknya berbeda. Semakin lambat kecepatan aliran udara dari kondensor, penggunaan energi listrik semakin besar karena dengan laju aliran udara yang lebih kecil maka koefisien perpindahan panas dari kondensor juga lebih kecil sehingga kompresor membutuhkan energi yang lebih besar untuk memaksa refrigerant agar terkondensasi di kondensor, akan tetapi pada laju aliran udara yang lebih lambat maka jumlah panas yang diserap per satuan massa udara akan lebih besar sehingga suhu udara keluaran kondensor akan lebih tinggi. Kipas kondensor berkecepatan tinggi pada suhu lingkungan o C menunjukkan konsumsi daya listrik 0.91 kw. Nilai ini hampir sama dengan yang tertera pada spesifikasi AC yang digunakan yaitu 0.9 kw. Energi dan Efisiensi Pengeringan Energi pada proses pengeringan digunakan untuk menguapkan kandungan air dari bahan yang dikeringkan dan membawanya ke udara lingkungan. Energi panas dihasilkan dari kondensor AC dan digunakan untuk pengeringan chips kentang. Tabel 9 menunjukkan efisiensi alat pengering untuk mengeringkan chips

79 54 kentang selama pengujian berdasarkan energi keluaran kondensor dan energi listrik yang digunakan oleh sistim pendingin AC. Tabel 9 Energi dan efisiensi pengeringan Perlakuan Energi (kj) Efisiensi pengeringan (%) kipas Pengeringan Kondensor Listrik Kondensor Listrik KTA KTB KRA KRB KPA KPB Efisiensi pengeringan terhadap energi kondensor berkisar %. Hal ini berarti kurang dari seperempat energi panas kondensor yang termanfaatkan untuk pengeringan. Rendahnya efisiensi ini karena waktu pengeringan yang lebih lama dari target waktu yang diharapkan yang dimungkinan karena penyerapan panas oleh bahan masih sedikit dan laju aliran udara kondensor masih terlalu tinggi sehingga waktu kontak antara udara dengan bahan yang dikeringkan masih terlalu singkat. Jika laju aliran kondensor lebih rendah dari 12 m 3 /menit untuk menaikkan suhu dan waktu kontak udara dengan bahan pada suhu lingkungan diatas 32.5 o C maka AC dapat mengalami gangguan karena terjadi kelebihan suhu dan beban kompresor di atas batas maksimalnya yang akan menyebabkan kompresor mati secara otomatis untuk mengamankan kompresor. Efisiensi pengeringan berdasarkan energi listrik yang digunakan rata-rata lebih dari 70%. Hal ini disebabkan karena energi listrik yang digunakan jauh lebih kecil dari energi yang dihasilkan oleh kondensor AC. Energi panas yang dihasilkan kondensor besarnya lebih dari tiga kali energi listrik yang digunakannya seperti yang tercantum pada Tabel 9. Nilai specific moisture extraction rate (SMER) pada pengujian pengeringan dihitung menggunakan Persamaan 5, hasilnya berkisar kg/kwh seperti pada Tabel 10. Setiap kwh energi listrik yang digunakan dalam pengujian rata-rata dapat menguapkan lebih dari 1 kg kandungan air bahan. Nilai SMER dari waktu ke waktu selama pengeringan ditunjukkan pada Gambar 36.

80 55 Nilai SMER cenderung menurun seiring dengan waktu pengeringan karena semakin lama kadar air bahan semakin rendah dan laju pengeringan juga semakin menurun sehingga nilai SMER juga menurun. Tabel 10 Nilai SMER rata-rata selama pengeringan Perlakuan SMER (kg/kwh) KTA KTB KRA KRB KPA KPB SMER (kg/kwh) Waktu pengeringan (menit) Gambar 36 Nilai SMER selama pengeringan pada perlakuan KTA ( ), KTB ( ), KRA ( ), KRB ( ), KPA ( ) dan KPB ( ). COP dan Kapasitas Pendinginan AC COP adalah nilai koefisien kinerja pendinginan AC yang merupakan perbandingan kapasitas pendinginan dengan konsumsi energi listrik yang diperlukan oleh sistim pendingin. Nilai COP akan semakin rendah jika penggunaan energi listriknya semakin tinggi. Nilai COP cenderung lebih tinggi jika kecepatan aliran udara kondensor lebih tinggi. Nilai COP rata-rata evaporator AC pada perlakuan pengeringan kipas kecepatan tinggi 3.13, kecepatan rendah 2.85 dan kipas pengganti Effendi (2005) menyatakan bahwa koefisien

81 56 prestasi pendinginan (COP) akan meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan udara pendingin pada kondensor. Kapasitas pendinginan AC selama pengujian pengeringan tidak dipengaruhi oleh beberapa perlakuan kecepatan udara kondensor karena cenderung tetap pada semua perlakuan pengujian (Gambar 37). Hal ini terjadi karena laju aliran udara dan laju pendinginan pada evaporator tetap meskipun laju aliran udara kondensor tinggi atau rendah. Perubahan kecepatan aliran udara kondensor hanya mempengaruhi beban kerja dari unit kondensor yaitu kerja kompresor untuk memaksa refrigerant terkondensasi yang akan mempengaruhi konsumsi energi listriknya dan nilai COPnya. Nilai COP pendinginan AC selengkapnya disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai COP pendinginan rata-rata selama pengeringan Perlakuan Suhu lingkungan (oc) COP Pendinginan KTA KTB KRA KRB KPA KPB Kapasitas Pendinginan (kj/detik) COP Pendinginan Gambar 37 Kinerja pendinginan AC selama pengujian pada perlakuan kipas kondensor kecepatan tinggi ( ), rendah ( ), kipas pengganti ( ). Kapasitas pendinginan rata-rata pada pengujian untuk mengeringkan chips kentang dengan menggunakan persamaan seperti Persamaan 19 adalah kj/detik ± kj/detik dengan SDR 0.859%, hal ini menunjukkan kinerja

82 57 pendinginan tidak terpengaruh oleh laju kipas kondensor AC yang digunakan untuk pengeringan. Estimasi Biaya Alat Pengering dan Kelayakannya Estimasi biaya alat pengering dengan memanfaatkan panas kondensor AC 1 hp meliputi biaya infestasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan yaitu biaya pengadaan ruang pengering dan perlengkapan penunjang proses pengeringan (Tabel 12) dengan asumsi unit pendingin (AC) sudah ada terlebih dahulu dan akan dimanfaatkan panas keluarannya. Tabel 12 Biaya investasi pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang Bahan Investasi Jumlah Nilai (Rp) Umur ekonomis Ruang pengering tahun Kompor gas tahun Termometer tahun Alat perlengkapan tahun Biaya operasional pengeringan chips kentang dengan memanfaatkan panas kondensor AC meliputi biaya pembelian bahan baku kentang, biaya listrik, biaya pekerja dan biaya bahan bakar gas untuk keperluan blansing serta biaya lain dengan asumsi operasional pengeringannya adalah 26 hari per bulan. Biaya operasional pengeringan disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Biaya operasional pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang Jenis Biaya Kebutuhan Harga satuan (Rp) Nilai per tahun (Rp) Pembelian bahan kentang 8 kg/hari Rp 3000/kg Pekerja 1 pekerja /hari Rp 25000/hari Listrik 6.3 kwh/hari Rp 916/kwh Gas LPG kg/hari Rp 6250/kg Perawatan alat 3 bulan sekali Rp 50000/perawatan Hasil perhitungan nilai sekarang kelayakan pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang selama 2 tahun menggunakan Persamaan 8

83 58 dengan asumsi kentang kering yang dihasilkan 1.3 kg per hari dengan harga jual Rp 55, per kg dan tingkat bunga 18% per tahun disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Analisis kelayakan pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang Tahun ke Pendapatan Biaya Faktor P pendapatan P Biaya (Rp) (Rp) (P/F,i,n) (Rp) (Rp) Jumlah Berdasarkan hasil pada Tabel 14, NPV (nilai sekarang bersih) dapat dihitung menggunakan persamaan 9 dan diperoleh nilai Rp5,364,002.92, sedangkan nilai BCR (Benefit Cost Ratio) berdasarkan persamaan 10 adalah NPV yang dihasilkan bernilai positif dan BCR bernilai lebih dari satu menunjukkan bahwa pemanfaatan panas kondensor AC untuk mengeringkan chips kentang layak untuk diaplikasikan, akan tetapi nilai pendapatannya masih kecil. Hal ini disebabkan karena alat pengering yang digunakan adalah dalam skala kecil. Jika alat pengering digunakan dalam skala besar maka nilai pendapatannya akan menjadi lebih besar juga.

84 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Rancang bangun alat pengering menghasilkan alat pengering berukuran cm dengan 7 rak pengering yang masing-masing berukuran cm yang dapat mengeringkan chips kentang dengan jumlah bahan 1.1 kg untuk masing-masing rak. 2. Semakin tinggi kecepatan kipas kondensor, suhu keluaran kondensor semakin rendah dengan suhu keluaran selama pengujian pengeringan berkisar sampai o C. Kecepatan kipas kondensor tidak mempengaruhi kapasitas pendinginan AC dengan nilai rata-rata ± kj/detik. 3. Efisiensi alat pengering untuk mengeringkan chips kentang berkisar % terhadap panas kondensor AC dan % terhadap energi listrik AC. Rancangan pengeringan menggunakan kipas kondensor pengganti yang dikombinasi dengan perlakuan pembalikan rak menghasilkan kadar air akhir pengeringan yang paling seragam pada waktu pengujian dengan hasil rata-rata 8.20 ± 1.04% bb. 4. Pemanfaatan panas kondensor AC untuk pengeringan chips kentang secara ekonomi layak untuk dijalankan dengan nilai perhitungan NPV Rp5,364, dan BCR untuk waktu 2 tahun. Saran Kecepatan kipas kondensor perlu dikurangi untuk mendapatkan suhu udara yang tinggi dan waktu kontak udara yang lebih lama bila suhu lingkungan kondensor rendah pada pemanfaatan panas kondensor untuk pengeringan. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai optimasi jumlah bahan dan kecepatan aliran udara kondensor untuk mendapatkan efisiensi pengeringan yang lebih tinggi serta aplikasi alat pengering untuk pengeringan bahan pangan yang lain.

85

86 DAFTAR PUSTAKA Agarry SE, AO Durojaiye, TJ Afolabi Effects of pretreatment on the drying rate and drying time of potato. Journal of Food Technology 3 (3): AOAC Official Methods of Analysis of the Association Analytical Chemist. Inc., Washington D.C. Araullo EV Rice Post Harvest Technology. International Development Research Centre. Ottawa. Canada Ashby MF Materials Selection in Mechanical Design. Elsevier. Amsterdam Brooker DB, FW Bakker-Arkema, CW Hall Drying and Storage of Grains and Oilseeds. Van Nostrand Reinhold. New York. Earle RL Unit Operation in Food Procesing. Pergamon Press. Oxford Effendi M Pengaruh kecepatan udara pendingin kondensor terhadap koefisien prestasi air conditioning. J Teknik Gelagar. Vol. 16, No [FAO] Food and Agriculture Organization Crop evapotranspiration - guidelines for computing crop water requirements. FAO Irrigation and drainage paper 56. Rome Gross D, W Hauger, J Schröder, W A. Wall, J Bonet Engineering Mechanics 2: Mechanics of Materials. Springer. London Heldman DR, DB Lund Handbook of Food Engineering. CRC Press. London Hui YH Encyclopedia of Food and Technology, John Wiley & Sons. New York Humphreys KK Jelen s Cost and Optimization Engineering. MCGraw-Hill. New York Kastaman R Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Modul Bimbingan Teknis IKM kota Tasikmalaya Mahlia TMI, CG Hor, HH Masjuki, M Husnawan, M Varman, S Mekhilef Clothes drying from room air conditioning waste heat: thermodynamics investigation. The Arabian J Science and Engineering, 35,(1B): Mattjik AA, M Sumertajaya Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. IPB Press. Bogor

87 62 Mujumdar AS Handbook of Industrial Drying. Taylor & Francis Group, LLC. Singapore Richey CB Agricultural Engineer s Hand Book. McGraw Hill Book Company. New York Sherwin K Introduction to Thermodynamics. Chapman & Hall. London Simson SP, MC Straus Post-harvest Technology of Horticultural Crops. Oxford Book company. Jaipur. India Singh J, L Kaur Advances in Potato Chemistry and Technology. Academic Press. Amsterdam Singh RP, DR Heldman Introduction to Food Engineering. Academic Press. USA Singley JE, CR Mischke Mechanical Engineering Design. McGraw-Hill. Boston Smith PG Introduction to Food Process Engineering. Springer. New York. Sugiyatno, I Haen, Mamat, Waluyo Pemanfaatan limbah panas dengan menggunaan heat pump untuk menunjang konservasi energi. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses ISSN : Suntivarakorn P, S Satmarong, C Benjapiyaporn, S Theerakulpisut An experimental study on clothes drying using waste heat from split type air conditioner. World Academic of science. Engineering and Technology 53. Taib G, G Said, S Wiraatmadja Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Teknik Dasar AC. Modul Peserta Diklat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Trott AR, T Welch Refrigeration and Air-Conditioning. Butterworth- Heinemann. Oxford

88 LAMPIRAN Lampiran 1 Kecepatan udara dalam ruang pengering Perlakuan Kecepatan udara dalam ruang pengering (m/detik) Standar deviasi KTA KTB KRA KRB KPA KPB Lampiran 2 Data kenaikan suhu udara setelah melewati kondensor pada beberapa perlakuan laju udara Laju udara (m 3 /menit) kenaikan suhu ( C) standar deviasi ( C) SDR (%) o o Lampiran 3 Suhu udara rata-rata pada rak bagian depan Perlakuan Suhu udara rata-rata ( o C) Rak depan Stdev Lingkungan Stdev KT KT KR KR KP KP Lampiran 4 Suhu udara rata-rata pada rak bagian tengah Suhu udara rata-rata ( o C) Perlakuan Rak tengah Stdev Lingkungan Stdev KT KT KR KR KP KP

89 64 Lampiran 5 Suhu udara rata-rata pada rak bagian belakang Perlakuan Suhu udara rata-rata (oc) Rak belakang Stdev Lingkungan Stdev KT KT KR KR KP KP Lampiran 6 Data suhu rata-rata selama pengeringan Udara Lingkungan Udara Kondensor Udara Evaporator Perlakuan Suhu (oc) Standart deviasi Suhu (oc) Standart deviasi Suhu (oc) Standart deviasi KTA KTB KRA KRB KPA KPB Lampiran 7 Data suhu Lingkungan rata-rata dari waktu ke waktu selama pengeringan Waktu Suhu udara lingkungan pada perlakuan ( o C) (menit ke) KTA KTB KRA KRB KPA KPB

90 65 Lampiran 8 Data suhu udara kondensor rata-rata dari waktu ke waktu selama pengeringan Waktu Suhu udara kondensor pada perlakuan ( o C) (menit ke) KTA KTB KRA KRB KPA KPB Lampiran 9 Laju pengeringan chips kentang Waktu pengeringan Laju pengeringan (kg. kg berat kering -1. jam -1 ) pada perlakuan (menit) KTA KTB KRA KRB KPA KPB

91 66 Lampiran 10 Penyerapan uap air rata-rata oleh udara pengering Waktu Penyerapan uap air (g/kg udara kering) pada perlakuan (menit ke-) KTA KTB KRA KRB KPA KPB Lampiran 11 Kadar air selama pengeringan tanpa pembalikan rak Waktu Kadar air pada perlakuan (menit) KTA Stdev KR A Stdev KPA Stdev

92 67 Lampiran 12 Kadar air selama pengeringan dengan pembalikan rak Waktu Kadar air pada perlakuan (menit) KTB Stdev KRB Stdev KPB Stdev Lampiran 13 Driving force selama pengujian pengeringan chips kentang Waktu Driving force pada perlakuan (kg. kg -1 ) (menit ke) KTA KTB KRA KRB KPA KPB

93 Lampiran 14 Gambar teknik alat pengering No Bagian Bahan Keterangan Penyanggah Ruang Pengering Ruang Pengering Rak Pengering Dudukan Rak Pengering Penyalur Udara Panas Besi siku 34 mm tebal 2 mm Kayu lapis tebal 18 mm Aluminium siku 13 mm tebal 1 mm Aluminium siku 13 mm tebal 1 mm Kayu lapis tebal 18 mm Instalasi menggunakan baut M12 Instalasi menggunakan paku Instalasi menggunakan paku rivet Instalasi menggunakan sekrup Instalasi menggunakan paku Skala : 1: 15 Satuan : milimeter Tgl : Digambar : Dedy Eko R. Diperiksa : Dr. Ir. Sutrisno, MAgr Peringatan Departemen GAMBAR ISOMETRI ALAT PENGERING DENGAN Hal: TMB - IPB SUMBER PANAS KONDENSOR AC 1HP 1 A-4

94 No Bagian Bahan Keterangan Penyanggah Ruang Pengering Ruang Pengering Rak Pengering Dudukan Rak Pengering Penyalur Udara Panas Besi siku 34 mm tebal 2 mm Kayu lapis tebal 18 mm Aluminium siku 13 mm tebal 1 mm Aluminium siku 13 mm tebal 1 mm Kayu lapis tebal 18 mm Instalasi menggunakan baut M12 Instalasi menggunakan paku Instalasi menggunakan rivet Instalasi menggunakan sekrup Instalasi menggunakan paku 13 Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr

95 cm No Bagian Bahan Keterangan Rangka Rak Pengering Plat Strip Kawat Net Aluminium Rivet Aluminium siku 13 mm tebal 1 mm Aluminium 12 mm tebal 1 mm Aluminium Aluminium 4 Instalasi menggunakan rivet Instalasi menggunakan rivet Tipe J1010 Rivet Code No Tampak Atas 1 2 A Gambar detail B Skala 1:1 Tampak Depan 13 B Tampak Samping Gambar detail A Skala 1:1 Skala : 1: 10 Satuan : milimeter Tgl : Digambar : Dedy Eko R. Diperiksa : Dr. Ir. Sutrisno, MAgr Peringatan Departemen Hal: TMB - IPB GAMBAR ISOMETRI RAK PENGERING 1 A-4

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal METODOLOGI Lokasi dan Waktu Desain dan pembuatan alat pengering dilakukan di Laboratorium Lapangan Siswadi Supardjo. Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknik Energi Terbarukan Departemen Tenik Mesin

Lebih terperinci

Pemanfaatan Panas Kondensor Ac Untuk Pengeringan Bahan Pangan: Studi Pengeringan Chips Kentang

Pemanfaatan Panas Kondensor Ac Untuk Pengeringan Bahan Pangan: Studi Pengeringan Chips Kentang Pemanfaatan Panas Kondensor Ac Untuk Pengeringan Bahan Pangan: Studi Pengeringan Chips Kentang Dedy Eko Rahmanto 1, I Dewa Made Subrata 1, Sutrisno 1 1 Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kecepatan udara dalam ruang pengering. Kecepatan udara dalam ruang pengering (m/detik)

Lampiran 1 Kecepatan udara dalam ruang pengering. Kecepatan udara dalam ruang pengering (m/detik) LAMPIRAN Lampiran Kecepatan udara dalam ruang pengering Perlakuan Kecepatan udara dalam ruang pengering (m/detik) Standar deviasi KTA.68 0. KTB.6 0.8 KRA. 0.8 KRB.07 0.7 KPA.0 0. KPB.0 0.5 Lampiran 2 Data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR Budi Kristiawan 1, Wibowo 1, Rendy AR 1 Abstract : The aim of this research is to analyze of rice heat pump dryer model performance by determining

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) Oleh : PERI PERMANA F14102083 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Technical Paper Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Performance of Cassava Chip Drying Sandi Asmara 1 dan Warji 2 Abstract Lampung Province is the largest producer of cassava in Indonesia. Cassava has a

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA Tio Vani Nesri 1, Azridjal Aziz 1 dan Rahmat Iman Mainil 1 1 Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Pengambilan data pada kondensor disistem spray drying ini telah dilaksanakan pada bulan desember 2013 - maret 2014 di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM Oleh: ASEP SUPRIATNA F14101008 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI PERFORMANSI DAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6) Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6) Studi eksperimental performansi pendingin ice bunker menggunakan media ice dengan variasi massa berbeda Richardus I G.N. Dima D.,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS EKSERGI PENGGUNAAN REFRIGERAN PADA SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP. Oleh : SANTI ROSELINDA SILALAHI F

ANALISIS EKSERGI PENGGUNAAN REFRIGERAN PADA SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP. Oleh : SANTI ROSELINDA SILALAHI F ANALISIS EKSERGI PENGGUNAAN REFRIGERAN PADA SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP Oleh : SANTI ROSELINDA SILALAHI F14101107 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas uantuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39 BAB IV PEMBAHASAN Pada pengujian ini dilakukan untuk membandingkan kerja sistem refrigerasi tanpa metode cooled energy storage dengan sistem refrigerasi yang menggunakan metode cooled energy storage. Pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perancangan Dan Pembuatan Alat Peraga Praktikum AC (Air Conditioner) Mobil. Disusun Oleh : : Salim Agung Musofan NIM :

TUGAS AKHIR. Perancangan Dan Pembuatan Alat Peraga Praktikum AC (Air Conditioner) Mobil. Disusun Oleh : : Salim Agung Musofan NIM : TUGAS AKHIR Perancangan Dan Pembuatan Alat Peraga Praktikum AC (Air Conditioner) Mobil Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MESIN PENDINGIN UDARA UNTUK MULTI RUANG ALI RIDHO

OPTIMALISASI MESIN PENDINGIN UDARA UNTUK MULTI RUANG ALI RIDHO OPTIMALISASI MESIN PENDINGIN UDARA UNTUK MULTI RUANG ALI RIDHO 6307030004 LATAR BELAKANG Udara sejuk dalam ruangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu di jaman pemanasan global saat ini. Daya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Volume Nomor September MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Kurniandy Wijaya PK Purwadi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia Email : kurniandywijaya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta

KATA PENGANTAR. langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-nya kepada penulis sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT PK Imron Rosadi, Agus Wibowo, Ahmad Farid. Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Pancasakti, Tegal,. Dosen Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING Perancangan yang akan dilakukan meliputi penentuan dimensi atau ukuran ukuran utama dari alat pengering berdasarkan spesifikasi kopra yang akan dikeringkan. Alat pengering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan pembuatan alat,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ELWINSYAH SITOMPUL

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA Sidra Ahmed Muntaha (0906605340) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Rangkaian proses pengeringan secara garis besar merupakan metoda penguapan yang dapat dilakukan untuk melepas air dalam fasa uapnya dari dalam objek yang dikeringkan.

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ENERGI

KESETIMBANGAN ENERGI KESETIMBANGAN ENERGI Landasan: Hukum I Termodinamika Energi total masuk sistem - Energi total = keluar sistem Perubahan energi total pada sistem E in E out = E system Ė in Ė out = Ė system per unit waktu

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENGGANTIAN REFRIGERAN R-12 MENJADI R-22 PADA PERFORMANSI MESIN PEMBEKU

SKRIPSI PENGARUH PENGGANTIAN REFRIGERAN R-12 MENJADI R-22 PADA PERFORMANSI MESIN PEMBEKU SKRIPSI PENGARUH PENGGANTIAN REFRIGERAN R-12 MENJADI R-22 PADA PERFORMANSI MESIN PEMBEKU Oleh AMNA CITRA FARHANI F14103018 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH PENGGANTIAN

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL Oleh : DEWI RUBAEATUL ADAWIYAH F14103089 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. KAJIAN EKSPERIMEN ENERGI KALOR, LAJU KONVEKSI, dan PENGURANGAN KADAR AIR PADA ALAT PENGERING KERIPIK SINGKONG Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A413749 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik JUNIUS MANURUNG NIM.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Ade Suryatman Margana, Doni Oktaviana Refrigeration And Air Conditioning Department Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk memberikan udara

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci