LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Transkripsi

1 LAPORAN P2M LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENGEMBANGAN PRODUK BOLU KUKUS MEKAR BERBAHAN UMBI-UMBIAN SEBAGAI KONTRIBUSI PROGRAM DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI DESA PETANDAKAN BULELENG Ida Ayu Putu Hemy Ekayani, S.Pd., M.Pd Luh Masdarini, S.Pd., M.Pd Dr. Ida Bagus Nyoman Sudria, M.Sc Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No /2013 revisi 2 Tanggal 01 Mei 2013 JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2013 i

2 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul : Pelatihan Pengembangan Produk Bolu Kukus Mekar Berbahan Umbi-Umbian Sebagai Kontribusi Program Diversifikasi Konsumsi Pangan Di Desa Petandakan Buleleng 2. Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap : Ida Ayu Putu Hemy Ekayani, S.Pd., M.Pd b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIDN : d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Tata Boga e. Pangkat/Golongan : Penata/IIIc f. Jabatan : Lektor g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik dan Kejuruan/Jurusan PKK h. Alamat : Jalan Udayana No.11 Singaraja i. Telp/Faks/ (0362) j. Alamat Rumah : Jalan Mayor Metra 51 Singaraja k. Telp/Faks/ / hemydayu@yahoo.co.id 3. Jumlah Anggota Pelaksana : 2 orang 4. Lokasi Kegiatan a. Nama Desa : Petandakan b. Kecamatan : Buleleng c. Kabupaten : Buleleng d. Propinsi : Bali 5. Jumlah Biaya Kegiatan : Rp ,00 (Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah 6. Lama Kegiatan : 8 bulan Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik dan Kejuruan Singaraja, 6 Nopember 2013 Ketua Pelaksana, Dra. I Dewa Ayu Made Budhyani, M.Pd. Ida Ayu Putu Hemy Ekayani, S.Pd., M.Pd NIDN NIDN Menyetujui, Ketua LPM Undiksha Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIDN ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah yang diberikan, kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat dengan judul Pelatihan Pengembangan Produk Bolu Kukus Mekar Berbahan Umbi-Umbian Sebagai Kontribusi Program Diversifikasi Konsumsi Pangan di Desa Petandakan Buleleng dapat terlaksana baik dan lancar. Terlaksananya kegiatan ini berkat dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, antara lain: Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Undiksha, masyarakat Desa Petandakan Kecamatan Buleleng, khususnya ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri, tim pelaksana kegiatan pengabdian ini, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan kerjasamanya, sehingga kegiatan pengabdian ini terlaksana sesuai harapan. Semoga program Pengabdian Pada Masyarakat ini dapat bermanfaat dalam rangka pemberdayaan masyarakat khususnya di Desa Petandakan Kecamatan Buleleng. Singaraja, 6 Nopember 2013 Penulis, iii

4 DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ii iii iv v vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Analisis Situasi... 1 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan Kegiatan... 8 D. Manfaat Kegiatan... 8 BAB II METODE PELAKSANAAN... 9 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan B. Pembahasan BAB IV PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN iv

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kandungan Gizi Ubi Jalar Merah dan Ubi Jalar Ungu Tabel 2. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Tabel 3. Evaluasi Produk Bolu Kukus Mekar dari Umbi-Umbian v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pembekalan Materi Pelatihan Gambar 2. Peserta Pelatihan Mendengarkan Arahan Instruktur Gambar 3. Persiapan Pelatihan Membuat Bolu Kukus Mekar Umbi-Umbian Gambar 4. Peserta Praktik Membuat Bolu Kukus Mekar Umbi-Umbian Gambar 5. Antusiasme Peserta Mengikuti Pelatihan Gambar 6. Produk Bolu Kukus Mekar Umbi-Umbian Gambar 7. Pembekalan dan Persiapan Pelatihan Membuat Brownies Casava Gambar 8. Produk Brownies Casava vi

7 BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia tidak akan pernah berhenti, bahkan harus terus ditingkatkan dalam kehidupan bernegara untuk mensejahterakan rakyatnya. Ketahanan pangan merupakan pilar pembangunan sumber daya manusia berkualitas, prasyarat bagi pembangunan ekonomi, dan menjadi salah satu fokus pembangunan nasional. Masalah ketahanan pangan bukan hanya menyangkut ketersediaan namun juga keterjangkauan oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya suatu usaha pemberdayaan ekonomi rakyat dalam program ketahanan pangan dan penganekaragaman pangan. Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-31, dengan tema Peningkatan Diversifikasi Pangan untuk Memantapkan Ketahanan Pangan Nasional seyogianya dijadikan momentum mengangkat peran pangan lokal sebagai alternatif pangan nonberas dan nonterigu yang saat ini sudah mendarah daging dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang masih mengonsumsi pangan berbahan dasar singkong, jagung, ubi jalar, sagu dan sebagainya. Pemantapan ketahanan pangan tersebut dicirikan dengan setiap warga negara mengkonsumsi pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, bergizi, aman, beragam dan terjangkau. Untuk itu, pengembangan konsumsi pangan dilakukan dengan berbasis pada keanekaragaman baik sumber bahan pangan maupun kelembagaan dan budaya lokal. Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur, buah dan biji berminyak. Potensi sumberdaya pangan tersebut belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal sehingga pola konsumsi pangan rumah tangga masih didominasi beras dan tepung terigu. Keanekaragaman konsumsi pangan dan gizi yang sesuai dengan kaidah nutrisi yang seimbang, belum terwujud. Memperhatikan kondisi dan peluang pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan, maka pola konsumsi pangan penduduk perlu dirubah dengan 1

8 mempertimbangkan ketersediaan pangan, pengetahuan dan daya beli masyarakat. Pengembangan konsumsi pangan ini diprioritaskan pada kegiatan pokok, antara lain: pengembangan pola konsumsi pangan, pengembangan pemanfaatan pekarangan, pengembangan pangan lokal dan pengembangan makanan tradisional. Keempat pengembangan tersebut dalam operasionalnya, dapat disesuaikan dengan kondisi daerah serta dikombinasikan dengan program konsumsi pangan setempat. Melalui penganekaragaman pangan, masyarakat bisa mendapatkan variasi makanan yang beranekaragam sesuai hasil pertanian yang ada. Diversifikasi/Penganekaragaman Pangan, adalah proses pemilihan pangan yang tidak tergantung kepada satu jenis saja, tetapi terhadap macam-macam bahan pangan mulai dari aspek produksi, aspek pengolahan, aspek distribusi hingga aspek konsumsi pangan tingkat rumah tangga. Selama ini informasi tentang situasi pangan/pola konsumsi pangan baru mencakup pangan pokok saja, sehingga belum bisa memberikan gambaran lengkap tentang kualitas konsumsi pangan penduduk. Informasi ini merupakan cerminan kebiasaan makan dan sangat penting untuk memprediksi permintaan pangan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, seperti pendapatan, ketersediaan pangan di tingkat wilayah dan sosial budaya masyarakat. Setiap daerah mempunyai gambaran pola konsumsi dengan menu yang spesifik dan sudah membudaya serta tercermin di dalam tatanan menu sehari-hari. Akan tetapi menu yang tersedia biasanya kurang memenuhi norma kecukupan gizi, sehingga pelu ditingkatkan kualitasnya dengan tidak merubah karakteristiknya, agar tetap dapat diterima oleh masyarakat setempat. Pengembangan pangan lokal merupakan pengembangan pola konsumsi pada tingkat yang lebih luas dari keluarga. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi setempat sekaligus sebagai pondasi dalam pengembangan agribisnis pangan. Pengembangan pemanfaatan sumberdaya lokal ditujukan untuk peningkatan mutu dan penganekaragaman pangan. Sasaran yang ingin dicapai adalah tergalinya potensi pangan lokal dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang bermutu, beragam dan terjangkau di tingkat rumah tangga ( Pengembangan produk pada pengolahan makanan lokal penting dilakukan untuk meningkatkan penampilan dan kualitas agar bisa diterima oleh masyarakat secara luas. 2

9 Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi pada dasarnya merupakan fondasi ketahanan pangan. Bagi produsen, penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi akan memberi insentif pada produksi yang lebih beragam, termasuk produk pangan dengan nilai ekonomi tinggi dan pangan berbasis sumber daya lokal. Sedangkan jika ditinjau dari sisi konsumen, pangan yang dikonsumsi menjadi lebih beragam, bergizi, bermutu dan aman. Di samping itu, dilihat dari kepentingan kemandirian pangan, penganekaragaman konsumsi pangan juga dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis bahan pangan khususnya beras dan terigu. Citra pangan lokal akan terangkat secara otomatis dengan didahului beberapa hal seperti 1) meningkatnya pemahaman, pengetahuan dan keterampilan masyarakat terhadap penganekaragaman konsumsi pangan, teknologi pengolahan pangan lokal, menyusun menu yang beragam, bergizi seimbang dan aman; serta 2) meningkatnya jumlah dan jenis pemanfaatan pangan lokal sebagai bahan baku tepung-tepungan, produktivitas dan produksi tepung-tepungan, jumlah volume penjualan tepung, jumlah dan jenis usaha yang memanfaatkan tepung, jumlah dan produk akhir yang memanfaatkan tepung serta jumlah omzet dan pendapatan yang dihasilkan oleh usaha kecil bidang pangan. Salah satu pangan yang dapat didiversifikasikan adalah makanan jajanan. Dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1993) dijelaskan bahwa makanan jajanan sangat penting sebagai sumber zat gizi untuk sebagian besar masyarakat Indonesia. Sangatlah tepat kiranya jika memberi perhatian yang lebih pada mutu gizi makanan jajanan dan potensinya sebagai salah satu program penganekaragaman pangan dan perbaikan gizi. Makanan jajanan yang umum dijumpai adalah makanan jajanan dengan menggunakan bahan dasar tepung beras dan tepung gandum (terigu). Bali merupakan daerah yang terkenal akan adat dan kebudayaan daerah yang kental, penduduk wilayah Bali yang didominasi oleh penduduk beragama Hindu membuat Bali kaya akan penganan atau jajanan daerah yang banyak digunakan dalam kegiatan rituil keagamaan. Berbagai macam jajanan baik itu jajanan tradisional maupun modern sering digunakan selain sebagai sesajian upacara agama, juga jajanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu jenis jajan yang cukup populer adalah bolu kukus mekar di Bali dikenal dengan nama apem kukus atau roti kukus. Kue ini sangat diminati oleh masyarakat Bali pada umumnya, masyarakat Buleleng pada khususnya, sebagai jajanan untuk sarana upacara. Dengan banyaknya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Buleleng, jajanan bolu kukus ini hampir 3

10 selalu menjadi pilihan, karena memiliki bentuk yang menarik, tekstur yang lembut dan rasa yang enak. Selain itu bolu kukus juga sering disuguhkan dalam kegiatan-kegiatan sosial lainnya seperti arisan, rapat di kantor-kantor, dll. Seperti kue-kue lain pada umumnya, bolu kukus mekar terbuat dari tepung terigu. Pemanfaatan sumber pangan lokal seperti umbi-umbian belum banyak dilakukan, padahal bila dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar tidak kalah dengan tepung beras dan terigu. Tabel 1. Kandungan zat gizi ubi jalar merah dan ubi jalar ungu per 100 gram bahan Zat Gizi Ubi Jalar Merah Ubi Jalar Ungu Protein 1,8 g 1,8 g Lemak 0,7 g 0,7 g Karbohidrat 27,9 g 27,9 g Mineral 1,1 g 1,1 g Kalsium 49 mg 30 mg Vitamin A 2310 mcg 7700 SI Vitamin C 20 mg 22 mg Vitamin B1 0,09 mg 0,09 mg Energi 118 kkal 123 kkal Fosfor 49 mg 49 mg Zat Besi 0,7 g 0,7 g Air 70 g 70 g Serat 0,3 g 0,3 g Sumber : Sarwono (2005) dalam Subekti (2010) Kandungan gizi singkong yaitu karbohidrat 34,7 gr; protein 1,2 gr; lemak 0,3 gr; kalsium 33 mg; fosfor 40 mg; zat besi 0,7 mg; vitamin B1 0,06 mg; vitamin C 30 mg; dan air 62,5 gr. Tepung kasava merupakan produk singkong setengah jadi, sehingga dapat diolah menjadi produk kreatif kuliner boga. Kandungan gizi tepung kasaava adalah 140 kkal; 1,2 gram protein; 0,3 gram lemak; 34,7 gram karbohidrat; 333 mg kalsium; 40 mg fosfor; 0,7 mg zat besi; 0,06 mg vitamin B1; 30 mg vitamin C; dan 62,5 gram air (Soetanto, 2008). Sedangkan Kandungan gizi talas berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan meliputi protein 1,9 gr; lemak 0,2 gr; karbohidrat 23,7 gr; 28 mg kalsium; 61 mg fosfor; 1,0 mg zat besi; 20 SI vitamin A; 0,07 mg vitamin B1; 5 mg vitamin C; dan 82,0 mg air (Akademi Gizi Depkes RI, 1998 dalam KEHATI). Pemanfaatan umbi-umbian (baik dalam bentuk tepung maupun umbi segar) dalam pengembangan produk jajanan tidak akan mengurangi kualitas hasil yang 4

11 diperoleh, bahkan dengan penggunaan bahan umbi-umbian dapat memperkaya rasa, aroma, dan penampilan dari produk jajanan tersebut. Selain itu berbagai jenis umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat yang diolah menjadi makanan menarik dan enak diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada tepung beras dan terigu sebagai bahan baku dalam pembuatan jajanan. Berdasarkan fenomena tersebut maka perlunya sosialisasi dalam bentuk pelatihan kepada masyarakat untuk mulai memanfaatkan sumberdaya lokal (umbiumbian) sebagai pangan alternatif, selain untuk ikut mensukseskan program diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah, juga sebagai peluang untuk meningkatkan nilai ekonomi sumber pangan lokal (umbi-umbian). Teknologi pengolahan menjadi makanan bergengsi itu sebenarnya tidak begitu rumit dengan modal yang tidak begitu besar, namun memerlukan ketekunan dan keuletan serta mengutamakan faktor kebersihan dalam proses produksi. Dilihat dari potensi Sumber Daya Alam (SDA) Kabupaten Buleleng memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang cukup luas dan subur, yang terbentang dari timur sampai barat, yang berbatasan dengan Kabupaten Jembrana di sebelah barat dan Kabupaten Karangasem di sebelah timur. Saat ini lahan tersebut baru dimanfaatkan untuk kepentingan perkebunan dan lahan pertanian. Sementara disatu sisi hasil pertanian dan perkebunan belum dapat dinikmati secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat pedesaan, karena masyarakat pedesaan masih belum memahami kultur dan karakteristik lahan yang dimiliki. Kabupaten Buleleng sebagai daerah otonom yang selama ini mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan sebagai produk unggulan, masih dihadapkan pada persoalan kurangnya kemampuan dan keterampilan dalam mengelola hasil pertanian, sehingga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Sedangkan dilihat dari potensi SDM (sumber daya manusia) Kabupaten Buleleng dengan luas yang cukup, memiliki penduduk yang cukup padat yang merupakan salah satu faktor penunjang dalam pembangunan. Sumber Daya Manusia yang diharapkan adalah SDM yang kreatif serta produktif, sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri serta orang lain. Jumlah penduduk yang cukup padat merupakan masalah apabila lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menampung SDM yang siap bekerja. Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan baru untuk memberikan bekal ketrampilan dengan harapan kelak mampu menciptakan lapangan kerja sendiri (berwiraswasta). 5

12 Salah satu desa yang memiliki hasil pertanian dan perkebunan yang cukup beragam dan SDM yang potensial yaitu Desa Petandakan Kecamatan Buleleng. Berdasarkan data profil desa, Desa Petandakan dikategorikan desa produktif yang letaknya tidak jauh dari kota Singaraja. Letak dan Batas batas Desa : Sebelah Utara Kelurahan Banyuning; Sebelah Selatan Desa Pegadungan dan Desa Nagasepaha; Sebelah Timur Desa Alasangker; Sebelah Barat Desa Sari Mekar. Jarak desa Petandakan dengan kecamatan 7 km, jarak ke kabupaten 7 km, sedangkan jarak ke provinsi 87 km. Desa Petandakan terdiri dari 2 dusun/ banjar dinas yaitu banjar dinas Pondok dan banjar dinas Kawan. Jumlah Pedududuk : 2354 jiwa dengan mata pencaharian sebagai petani, buruh, tukang kayu, tukang bangunan, tukang ukir dll. Organisasi Desa yaitu LPM, BPD, PKK, Karang Taruna Teruna Teruni, Subak dll. Potensi Desa yang dikembangkan salah satunya bidang pertanian; penanaman bibit padi, tembakau ; dan palawija (jagung, umbi-umbian) Berdasarkan hasil observasi awal, ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok organisasi PKK di Desa Petandakan merupakan anggota organisasi PKK aktif. Banyak kegiatan yang dilaksanakan seperti kegiatan sosial dan kegiatan kesehatan (posyandu), kegiatan kesenian (sebagai sekaa gong wanita), dan juga kegiatan pelatihan keterampilan bidang pengolahan makanan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, organisasi PKK yang tergabung dalam kelompok kerja (POKJA) banyak membutuhkan keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan sebagai usaha untuk membuka usaha sampingan selain sebagai petani dan buruh. Beberapa masyarakat telah memiliki usaha skala rumah tangga terutama di bidang penjualan makanan seperti jajanan berbahan terigu dan beras seperti pembuatan dodol dari bahan beras ketan, dan jajanan untuk upacara keagamaan. Walaupun umbi-umbian bukan sumber hasil pertanian terbesar (tidak terdaftar di dinas pertanian Buleleng sebagai penghasil umbi-umbian) namun pada kenyataannya di desa Petandakan sangat banyak dan mudah ditemukan umbi-umbian, serta belum diolah secara optimal oleh masyarakat setempat. Sisa penjualan umbi-umbian yang tidak terjual, hanya diolah sederhana seperti direbus/dikukus, di buat keripik, dibuat jajanan tradisional seperti jajan lempog, jajan urab sele sawi, dan jajanan pasar lainnya. Secara ekonomi penggunaan umbi-umbian sebagai bahan dasar pembuatan jajanan dapat menekan biaya produksi karena bahan cukup tersedia di wilayah tersebut dan harganya murah karena membeli langsung dari petani atau hasil kebun sendiri atau 6

13 membeli dari desa tetangga. Selain itu pula dengan bahan dasar umbi-umbian akan memperkaya rasa dan penampilan kue bolu kukus mekar, sehingga dapat bersaing dengan bolu kukus mekar yang berbahan terigu dan tepung beras. B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi pada pendahuluan, seiring dengan terus meningkatnya harga beras dan terigu, pemanfaatan umbi-umbian merupakan solusi untuk mengurangi ketergantungan akan beras dan terigu terutama dalam pembuatan penganan jajanan. Selain itu umbi-umbian pada umumnya memiliki nilai jual yang tidak terlalu tinggi, apalagi umbi-umbian seperti singkong tidak memiliki daya simpan yang lama (mudah rusak) sehingga diperlukan usaha untuk mencarikan solusi pemanfaatannya dengan cara diolah menjadi produk bahan setengah jadi (tepung cassava) dengan teknik yang sederhana. Umbi-umbian juga mudah sekali ditemukan di pasar-pasar dan sering dijual dengan harga yang murah dibandingkan jenis sumber karbohidrat lainnya (beras, dan terigu). Pemanfaatan umbi-umbian sebagai hasil olah produk perkebunan belum banyak dilakukan. Salah satu faktor penyebabnya karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat tentang pemanfaatan umbi-umbian ini. Umbi-umbian yang diolah dengan baik dan benar, sebenarnya dapat memberikan nilai ekonomis atau nilai jual yang lebih tinggi kalau dapat diolah dengan teknik pengolahan yang bervariasi seperti dijadikan bahan dasar pembuatan bolu kukus mekar yang memiliki prospek penjualan yang sangat baik di kalangan masyarakat Buleleng. Hasil olahan umbi-umbian ini akan memberikan variasi rasa, warna, tekstur dan menambah nilai gizi dari produk yang dihasilkan. Dengan divariasikannya bahan dasar bolu kukus mekar, diharapkan masyarakat dapat mengkonsumsi umbi-umbian dalam bentuk lain sehingga hal ini memberikan kontribusi dalam program diversifikasi konsumsi pangan yang sejak lama dicanangkan oleh pemerintah. Bertolak dari identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu perlunya pemberian pelatihan pengolahan umbi-umbian sebagai bahan dasar pembuatan bolu kukus mekar seperti singkong, ubi jalar (merah dan ungu), serta talas dimulai dari masyarakat Desa Petandakan, khususnya para ibu rumah tangga yang tergabung dalam kegiatan PKK di desa setempat. Kemudian menerapkan teknik atau metode yang dapat digunakan untuk memberikan pelatihan membuat bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian kepada masyarakat agar mudah dipahami serta memiliki 7

14 kualitas yang setara dengan kualitas bolu kukus mekar berbahan beras dan terigu. baik dari segi rasa, tekstur dan warna, sehingga dapat layak dikonsumsi dan disukai oleh konsumen (masyarakat umum). C. Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk: 1. memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk pelatihan tentang diversifikasi/penganekaragaman pengolahan umbi-umbian seperti ubi jalar (merah & ungu), singkong, dan talas menjadi bolu kukus mekar bagi ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam organisasi PKK di Desa Petandakan Kecamatan Buleleng; dan 2. memberikan pelatihan penerapan teknik atau metode yang dapat digunakan dalam membuat bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian kepada masyarakat agar mudah dipahami serta memiliki kualitas yang setara dengan kualitas bolu kukus mekar berbahan beras dan terigu, baik dari segi rasa, tekstur dan warna, sehingga dapat layak dikonsumsi dan disukai oleh konsumen (masyarakat umum). D. Manfaat Kegiatan Jika tujuan di atas dapat tercapai diharapkan dapat bermanfaat pada: 1. Pemerintah yaitu pelatihan dalam bentuk pengabdian masyarakat ini dapat memberikan kontribusi dalam program diversifikasi konsumsi pangan yang sejak lama dicanangkan oleh pemerintah, terutama dapat mengurangi ketergantungan masyarakat akan beras dan terigu. 2. Lembaga Undiksha yaitu merupakan kegiatan pengabdian pada masyarakat sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. 3. Ibu rumah tangga yaitu menambah pengetahuan dan keterampilan terutama bidang boga (mengolah umbi-umbian) menjadi penganan bolu kukus mekar yang layak dikonsumsi dan bernilai ekonomis yang selama ini belum dilakukan, dan diharapkan nantinya berkembang menjadi sumber penghasilan keluarga dalam bentuk industri rumah tangga sehingga dapat membantu & meningkatkan penghasilan keluarga. 8

15 BAB II METODE PELAKSANAAN Untuk mencapai sasaran kegiatan perlunya dukungan dari berbagai pihak terkait, guna kelancaran jalannya kegiatan. Koordinasi yang baik antara masyarakat sasaran (kesiapan untuk mengikuti pelatihan) dengan pelaksana kegiatan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan pengabdian ini. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan yang meliputi: 1) pembekalan materi pelatihan tentang jenis-jenis umbi-umbian & nilai gizi yang terkandung didalamnya; 2) demonstrasi/pelatihan mengolah umbi-umbian menjadi tepung; 3) demonstrasi teknik dan metode pembuatan bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian (singkong, ubi jalar, dan talas) hingga tahap pengemasan produk; 4) evaluasi merupakan tahap akhir dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini. Evaluasi meliputi evaluasi pelaksanaan kegiatan, tanggapan peserta pelatihan, dan evaluasi khusus terhadap hasil pelatihan pembuatan bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian dari aspek rasa, penampilan (bentuk, warna, tekstur dan konsistensi), serta evaluasi atas kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan atau faktor yang menjadi penyebab kegagalan (bila ada) dalam proses pembuatan bolu kukus mekar. Adapun yang menjadi subjek sasaran dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para ibu rumah tangga yang tergabung dalam organisasi PKK dan remaja putri di Desa Petandakan Kecamatan Buleleng berjumlah 30 orang. Daftar hadir peserta terlampir. Kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) menggunakan metode dalam bentuk pelatihan keterampilan melalui ceramah, demontrasi dan tanya jawab dilaksanakan selama 8 bulan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya : 1. Ceramah digunakan untuk penyampaian pengetahuan secara umum tentang umbiumbian, yang meliputi jenis umbi-umbian, dan nilai gizi umbi-umbian 2. Demonstrasi digunakan untuk memberikan keterampilan secara langsung mengenai proses pengolahan umbi-umbian, peralatan yang diperlukan serta bahan tambahan makanan yang digunakan dalam pengolahan. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum terakomodasi oleh kedua metode di atas. 3. Pelatihan pengembangan produk makanan dari umbi-umbian menjadi bolu kukus mekar ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam organisasi PKK Desa Petandakan sebagai peserta pelatihan. 9

16 4. Evaluasi hasil pelatihan dilakukan selama proses dan setelah kegiatan pelatihan dilaksanakan. Rancangan evaluasi terdiri dari rancangan evaluasi terhadap pelaksanaan program (kegiatan P2M secara menyeluruh) dan rancangan evaluasi terhadap produk yang dihasilkan. Secara rinci rancangan yang dimaksud diuraikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Evaluasi pelaksanaan kegiatan No Indikator Kegiatan Tolak Ukur 1. Pelaksanaan pelatihan Sesuai jadwal yang telah disepakati bersama 2. Kehadiran peserta pelatihan Minimal peserta 70% hadir 3. Keaktifan peserta pelatihan (antusiasme peserta) Peserta terlihat antusias mengikuti pelatihan 4. Instruktur mempraktikkan cara membuat tepung Peserta secara berkelompok mampu umbi-umbian membuat tepung berbahan dasar umbiumbian 5. Instruktur mempraktikkan cara membuat bolu Peserta secara berkelompok mampu kukus mekar dari umbi-umbian dan cara membuat bolu kukus mekar dari umbiumbian sesuai kriteria yang diharapkan pengemasannya Diversifikasi produk olahan umbi-umbian (singkong, ubi jalar, dan talas) menjadi bolu kukus mekar dirancang berdasarkan beberapa kriteria yang pada akhirnya diharapkan menghasilkan produk makanan yang dapat diterima di masyarakat dan bernilai ekonomis. Tingkat keberhasilan pelatihan pembuatan bolu kukus mekar dilakukan melalui evaluasi hasil dengan menetapkan beberapa kriteria meliputi rasa, dan penampilan (bentuk, warna, dan tekstur). Secara lebih rinci evaluasi produk bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian meliputi : Tabel 3. Evaluasi Produk Bolu Kukus Mekar dari Umbi-Umbian No Indikator Tolak Ukur 1 Rasa Rasa manis dan beraroma khas 2 Warna Menarik dan cerah (tidak kusam) 3 Tekstur Halus dan lembut 4 Bentuk Sesuai cetakan dan kue mekar (merekah) Tingkat keberasilan pelatihan ini juga dilakukan melalui evaluasi pada tingkat kesukaan konsumen (peserta pelatihan) pada produk yang dihasilkan dengan meminta tanggapan peserta (tingkat kesukaan) sesuai dengan tolak ukur di atas dengan menggunakan format yang ditentukan. Sedangkan pedoman keberhasilan pelatihan secara umum dianalisis berdasarkan data- data yang diperoleh dilapangan dan disajikan secara deskriptif. 10

17 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Desa Petandakan Kecamatan Buleleng pelaksanaannya terjadwal, dan berjalan sesuai rencana awal. Pada tahap persiapan dilaksanakan observasi dan permohonan ijin ke desa tujuan (Desa Petandakan) guna mendapatkan ijin untuk melaksanakan kegiatan pelatihan, sekaligus mencari informasi jumlah peserta yang akan dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Setelah ijin diberikan ketua pelaksana menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan sesuai arahan dari kepala desa Petandakan, dimana waktu pelaksanaan diambil menyesuaikan dengan kesediaan ibu-ibu dan remaja putri untuk berkumpul mengikuti pelatihan (negosiasi) untuk mengisi waktu luang mereka. Kegiatan penerapan teknologi dalam bentuk pelatihan kepada warga masyarakat desa Petandakan Buleleng (khusus ibu-ibu PKK dan remaja putri) ini diberikan untuk meningkatkan keterampilan dan pendapatan peserta pelatihan. Pelatihan diberikan berupa pemberian keterampilan pembuatan tepung singkong (casava) dan pengembangan produk bolu kukus mekar berbahan dasar umbi-umbian (singkong, ubi jalar kuning, ubi jalar ungu, dan talas) yang merupakan hasil pertanian yang banyak dihasilkan di wilayah kecamatan Buleleng pada umumnya, tidak terkecuali desa Petandakan dan sekitarnya. Setelah dilakukan pelatihan, para peserta pelatihan dibimbing untuk menerapkan hasil pelatihan dalam mengembangkan usaha yang telah dilakukan atau juga memulai usaha baru bagi yang belum memiliki usaha sampingan. Adapun tahapan pelaksanaan pelatihan meliputi 1) tahap persiapan, yaitu survey tempat dilaksanakannya pelatihan, jumlah peserta dan membagi peserta menjadi beberapa kelompok kerja ketika pelatihan, penyusunan bahan dan alat pelatihan, merancang alat evaluasi produk terkait tanggapan peserta (tingkat kesukaan), menyiapkan materi praktik pembuatan tepung umbi-umbian terutama tepung singkong (casava) serta materi pembuatan bolu kukus mekar berbahan umbiumbian dengan jenis umbi singkong, ubi jalar (kuning dan ungu), dan talas. Persiapan media jadi berupa tepung casava dan kue bolu kukus mekar dengan bahan umbiumbian dilakukan untuk menarik minat dan antusiasme peserta dalam mengikuti 11

18 pelatihan; 2) tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan pelatihan dilaksanakan sesuai kesepakatan waktu yang telah ditentukan bersama yaitu pada tanggal 31 Agustus dan 1 September 2013 bertempat di kantor desa Petandakan Buleleng. Adapun tahapan pelatihan meliputi: (1) pelatihan yang menitik beratkan pada kemampuan kognitif peserta berupa pembekalan materi terkait jenis-jenis umbi-umbian, manfaat umbiumbian dalam seni kuliner terutama jajanan, serta kandungan gizinya dan juga dilakukan pengenalan alat dan bahan penunjang pembuatan bolu kukus mekar umbiumbian; dan (2) pelatihan keterampilan membuat tepung casava dan praktik membuat bolu kukus mekar berbahan singkong, ubi jalar (kuning dan ungu), dan talas. Contoh pengemasan produk juga menjadi materi pelatihan karena produk yang dikemas baik dan menarik akan berpengaruh pada penampilan produk serta merupakan daya tarik konsumen untuk membelinya. Pada pelatihan pertama, materi pelatihan diberikan kepada setiap peserta berupa uraian/langkah-langkah dalam pembuatan tepung singkong (casava) dan juga menyiapkan contoh produk jajanan yang dapat dihasilkan dari tepung tersebut. Pemberian resep dasar bolu kukus mekar dengan subtitusi umbi-umbian juga diberikan agar dapat dipelajari sebelum praktik membuat kue. Pelatihan dimulai dengan demonstrasi pembuatan tepung casava oleh instruktur, diikuti oleh peserta pelatihan. Arahan dan tanya jawab berlangsung selama kegiatan berlangsung. Kegiatan dilanjutkan pada pembuatan bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian. Instruktur menjelaskan langkah-langkah pembuatannya sambil mendemonstrasikan proses pembuatan bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian. Peserta yang telah terbagi menjadi 6 kelompok kerja mengikuti arahan instruktur dengan ikut praktik langsung membuat bolu kukus mekar sesuai bahan dan alat yang digunakan. Pelatihan berlangsung dari pukul wita. Evaluasi pada tahap pertama sesuai dengan indikator dan rancangan evaluasi diperoleh data sebagai berikut: 1) Jumlah peserta yang hadir sebanyak 30 orang dari 35 peserta yang diharapkan hadir sehingga >70%. 2) Keantusiasan peserta sangat terlihat jelas dimana hampir seluruh peserta aktif terlibat dalam proses pelatihan hingga pelatihan selesai. 3) Semua kelompok menyelesaikan pelatihan membuat bolu kukus mekar umbiumbian sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 12

19 4) Evaluasi terhadap produk sesuai dengan indikator dan tolak ukur, produk bolu kukus mekar yang dihasilkan memiliki rasa manis dan beraroma khas umbiumbian. Warna kue menarik, teksturnya lembut, bentuk sesuai dengan namanya yaitu sesuai cetakan dan kue mekar (merekah). 5) Evaluasi pada tingkat kesukaan konsumen (peserta pelatihan) hampir semua peserta >95% menyatakan suka dengan hasil bolu kukus mekar dari umbi-umbian. Beberapa peserta memberikan tanggapan bahwa bolu kukus mekar dari talas kurang khas aromanya dan dari segi warna juga kurang menarik. 6) Catatan: dalam pelatihan pembuatan produk bolu kukus mekar umbi-umbian tidak menggunakan tambahan pewarna, jadi warna kue asli/alami dari bahannya. Diakhir pelatihan beberapa mengusulkan untuk membuat produk kue dari tepung umbi-umbian. Usulan ini direspon baik oleh seluruh peserta pelatihan dan meminta pada pelatihan kedua diberikan pelatihan membuat kue berbahan tepung singkong (casava) masih dengan teknik dikukus. Sebagai akademisi yang telah beberapa kali melaksanakan pengabdian di masyarakat terutama masyarakat pedesaan, maka tim pelaksana menyanggupi permintaan peserta dengan memberikan pelatihan membuat kue brownies kukus dimana tepung casava sebagai bahan utamanya. Respon baik diberikan seluruh peserta dengan bersedia menuntaskan pelatihan membuat bolu kukus mekar di hari pertama walaupun harus pulang sore hari. Respon peserta juga terlihat beberapa peserta membawa sisa bahan pelatihan untuk dapat mencoba sendiri di rumahnya. Pelatihan kedua dimulai dengan pengenalan bahan dan alat untuk membuat brownies casava, diikuti penjelasan langkah-langkah dalam pembuatannya. Sama ketika pelatihan di hari pertama, seluruh peserta antusias mengikuti pelatihan hingga berakhir. Beberapa peserta menceritakan pengalaman membuat bolu kukus umbi-umbian yang dicoba kemarinnya dengan memperlihatkan foto hasil karyanya. Pelatihan hari ke dua berlangsung dari pukul wita. Metode pelaksanaan sama dengan pelatihan pertama dimana peserta dibagi menjadi 6 kelompok kerja. Evaluasi pada tahap kedua sesuai dengan indikator dan rancangan evaluasi diperoleh data sebagai berikut: 1) Jumlah peserta yang hadir sebanyak 26 orang dari 30 peserta yang diharapkan hadir sehingga >70%. Empat orang ijin tidak hadir karena ada upacara agama. 2) Keantusiasan peserta sangat terlihat jelas dimana hampir seluruh peserta aktif terlibat dalam proses pelatihan hingga pelatihan selesai. 13

20 3) Semua kelompok menyelesaikan pelatihan membuat brownies casava sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 4) Evaluasi terhadap produk sesuai dengan indikator dan tolak ukur, produk brownies casava yang dihasilkan memiliki rasa manis dan beraroma khas singkong. Warna kue menarik, teksturnya lembut, dan bentuk sesuai dengan cetakan. 5) Evaluasi pada tingkat kesukaan konsumen (peserta pelatihan) 100% menyatakan suka dengan brownies kukus casava dari umbi-umbian. Evaluasi kegiatan secara umum berhasil dengan baik dan memuaskan peserta maupun instruktur pelatihan. Peserta berharap ditahun-tahun berikutnya dapat diberikan kesempatan untuk mendapatkan pelatihan sejenis. B. Pembahasan Pemerintah melalui pencanangan Program Pelita telah mencanangkan tentang program penganekaragaman makanan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hasil alam Indonesia yang cukup kaya akan bahan-bahan makanan merupakan modal untuk pelaksanaan program tersebut. Melalui penganekaragaman makanan diharapkan masyarakat dapat meningkatkan taraf ekonomi keluarga serta mempertinggi kecukupan gizi keluarga. Penganekaragaman makanan merupakan suatu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Sumber daya alam Indonesia yang cukup kaya dengan hasil buminya merupakan modal dalam pencapaian tujuan tersebut. Namun kendala yang terjadi terutama dikalangan masyarakat pedesaan, kurangnya informasi/keterampilan tentang bagaimana cara mengolah suatu jenis bahan makanan menjadi penganan yang lebih bervariasi baik dari kandungan nilai gizi, rasa, warna, tekstur dan konsistensi dari makanan yang dihasilkan. Aternatif dari pemecahan masalah yang dapat diberikan melalui pemberian informasi seperti pemberian ceramah secara terpadu dan juga pemberian berbagai jenis pelatihan disesuaikan dengan sumber daya masyarakat yang ada diantaranya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Ketrampilan pengolahan umbi-umbian menjadi bolu kukus mekar ataupun menjadi penganan lainnya sebenarnya tidaklah terlalu sulit, hanya diperlukan latihan yang cukup sering seperti halnya mengolah bahan makanan lainnya. Dengan diolah yang baik dan lebih bervariasi nilai jual umbi-umbian akan lebih tinggi, paling tidak hasil olah umbi-umbian dapat digunakan untuk penganan keluarga sekaligus berguna untuk meningkatkan 14

21 kecukupan gizi keluarga. Hasil olah umbi-umbian menjadi makanan lain, kandungan bahan dalam makanan tersebut bukan hanya terdiri dari umbi-umbian tetapi juga bahan lain yang memiliki nilai gizi berbeda pula, sehingga makanan hasil olah umbi-umbian kaya akan unsur-unsur gizi. Seperti halnya kue bolu kukus mekar di mana proses pembuatannya selain umbi-umbian (talas, singkong, ubi jalar) juga menggunakan bahan lain seperti gula pasir, telur, air kelapa, santan, dan terigu. Seperti diketahui gula kandungan karbohidratnya tinggi, telur mengandung protein hewani, air kelapa mengandung beberapa mineral penting, santan mengandung lemak dan terigu sebagai sumber karbohidrat. Bolu kukus mekar dari bahan umbi-umbian memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan melihat kebutuhan masyarakat akan penganan jajanan cukup tinggi, bukan hanya ketika hari raya tetapi juga untuk kebutuhan harian. Produk olahan umbi-umbian diharapkan dapat berkembang kearah industri rumah tangga, melihat dari potensi desa Petandakan dengan SDM yang cukup kreatif. Hal ini terlihat dari antusias peserta pelatihan mengikuti pelatihan dan berusaha mencoba sendiri di rumah masing-masing. Pembentukan kelompok-kelompok usaha kecil mungkin diperlukan untuk memudahkan dalam proses pemasarannya, karena kendala yang selalu dihadapi masyarakat adalah sulitnya memasarkan produk. Dari evaluasi akhir kegiatan, secara umum pelaksanaan pelatihan mengolah Umbi- Umbian menjadi Bolu Kukus Mekar di Desa Petandakan Kecamatan Buleleng dalam kategori berhasil. Kepuasan peserta dilihat dari respon yang ditunjukkan, dan berharap adanya pelatihan sejenis merupakan kepuasan tersendiri bagi tim pelaksana. Hal ini juga berkat dukungan dan kerjasama masyarakat Petandakan, khususnya Ibu-Ibu PKK dan remaja putri setempat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan pelatihan guna menambah ketrampilan yang dapat digunakan sebagai pengisi waktu luang yang nantinya bisa dikembangkan sebagai industri rumah tangga. Sumber pangan lokal yang beragam jika diolah dengan baik akan memberikan prospek baik ke depan. Selain guna penganekaragaman pangan juga dapat digunakan sebagai pangan alternatif. Pada kegiatan ini produk pengembangan bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian diharapkan dapat berkembang kearah industri rumah tangga, melihat dari potensi desa Petandakan dengan SDM yang potensial. Selain itu pula umbiumbian di wilayah desa Petandakan dan sekitarnya sangat mudah ditemukan dan harganya relatif murah. 15

22 BAB IV PENUTUP A. Simpulan 1. Secara keseluruhan kegiatan pengembangan produk bolu kukus mekar berbahan umbi-umbian melalui pelatihan masyarakat berjalan baik dan lancar. Dampak pelatihan memberikan bekal keterampilan membuat tepung casava dan produk bolu kukus mekar umbi-umbian serta brownies casava yang disukai dan layak untuk dijual. Berbagai materi yang telah diberikan diharapkan akan membantu memudahkan proses produksi, dan diharapkan dapat berkelanjutan sebagai usaha rumah tangga 2. Dengan dikuasainya sejumlah ketrampilan oleh peserta pelatihan akan berdampak juga pada pertumbuhan industri rumah tangga guna peningkatan taraf ekonomi keluarga. Umbi-umbian yang telah diolah menjadi berbagai jenis hidangan secara ekonomi akan memiliki nilai tambah dari segi finansial. Selain itu kandungan nilai gizi yang dikandungnya akan lebih bervariasi karena telah dicampur dengan bahan lain yang memiliki kandungan gizi yang berbeda. B. Saran 1. Kepada peserta pelatihan disarankan untuk terus melatihkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki, karena dengan seringnya dilatihkan akan tumbuh ide-ide kreatif, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih bervariasi. 2. Kepada pemerintah kabupaten dan kecamatan diharapkan terus berupaya memberikan bantuan kegiatan semacam ini, baik itu berupa informasi atau pelatihan ketrampilan kepada desa-desa yang memiliki potensi sumber daya alam, terutama desa-desa terisolasi yang jauh dari perkotaan. Kegiatan pelatihan ketrampilan semacam ini sangat bermanfaat untuk life skill, yang nantinya dapat dikembangkan menjadi usaha kecil skala rumah tangga. 16

23 DAFTAR PUSTAKA Adrias S. dan Suradi Pengetahuan Bahan Makanan Jilid I: berdasarkan kurikulum Jakarta: OBOR. ( diakses 5 Desember diakses 24 Agustus 2012 KEHATI. Simpul Pangan Jogja. Tt. Kreasi Resep Umbi-Umbian. Jogjakarta. Muchtadi, T.R dan Sugiyono Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU. IPB. Bogor. Soetanto E Tepung kasava dan Olahannya. Yogyakarta: Kanisius. Subekti, Sri Pengembangan Kremes Snack Tradisional Khas Jawa Barat Bahan Dasar Umbi-Umbian Sebagai Kontribusi Program Diversifikasi Konsumsi Pangan. Makalah Prosiding ISBN Universitas Negeri Malang. Sudewi Yogha dan Nurani A.S Potensi Tepung Singkong Sebagai Bahan Industri Kreatif Kuliner Boga. Makalah Prosiding ISBN Universitas Negeri Malang. Suprapti, Lies Tepung Kasava, Pembuatan & Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisius. Winarno, F.G. dkk Kumpulan Makanan Tradisional I. PKMT. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. 17

24 Lampiran 1. Resep 1. Bolu Kukus Ubi Bahan I : Air kelapa 50 ml Tepung terigu 25 gram Ragi Instant ½ sdm Bahan II : Ketela ungu direbus lalu dihaluskan 200 gram Tepung Terigu 180 gram Gula Pasir 200 gram Santan kental matang yang sudah dingin 75 ml Telur ayam 1 butir Garam ¼ sdt Vanili ¼ sdt Cara membuat : a. Bahan I (biang) dicampur lalu didiamkan selama 20 menit. b. Ubi halus dicampur gula pasir, tambahkan sebagian tepung, lalu masukkan bahan I (biang) kemudian diaduk rata. c. Kocok telur hingga lembut, lalu masukkan sisa tepung terigu dan santan sambil diaduk perlahan. d. Tambahkan campuran adonan ubi tadi, lalu aduk rata kemudian didiamkan selama 45 menit (tutup dengan serbet). e. Bila adonan sudah mengembang, tuang adonan ke cetakan kue mangkok yang sudah diolesi minyak kelapa dan dipanaskan terlebih dahulu dalam risopan (alat pengukus). f. Kukus selama menit. Catatan: Ubi ungu dapat diganti dengan singkong, ubi kuning, ubi putih, dan talas 18

25 2. Brownies Kukus Casava Bahan: Tepung casava 100 gram Tepung terigu 20 gram Telur 5 butir Gula Pasir 200 gram Minyak Goreng 50 cc Margarin 50 gram Coklat bubuk 30 gram Coklat Baking/masak 50 gram (ditim hingga cair + margarin) Baking powder ½ sdt Garam ½ sdt Vanili bubuk ½ sdt Cara Membuat: 1. Campurkan coklat cair+margarin dan minyak goreng, lalu sisihkan. 2. Tepung casava, tepung terigu, baking powder, coklat bubuk, dan vanili bubuk dicampur menjadi satu. 3. Telur, garam, dan gula pasir dikocok hingga mengembang. 4. Masukkan campuran tepung ke dalam kocokan telur sambil dikocok hingga kental dan mengembang. 5. Terakhir masukkan adonan coklat, diaduk dengan spatula sampai rata. 6. Tuangkan adonan ke dalam cetakan yang telah diolesi margarin dan dialasi kertas roti. 7. Kukus selama 30 menit. Catatan : Tepung dapat diganti dengan tepung ubi jalar, tepung talas, atau tepung ubi ungu. 19

26 Lampiran 2. Pembuatan Tepung Umbi-Umbian Umbi talas, ubi jalar, dan singkong dapat diolah menjadi tepung agar memiliki daya simpan yang lebih lama dan mudah dalam penggunaanya. Beberapa teknik atau cara dalam pengolahan menjadi tepung, namun secara umum meliputi tahapan: a. Tahap pencucian, umbi-umbian dicuci hingga bersih agar kotoran yang menempel hilang. b. Tahap pengupasan, umbi-umbian dikupas kulitnya kemudian dicuci kembali hingga bersih. c. Tahap pengirisan dan perendaman, umbi-umbian diiris-iris tipis kemudian direndam dalam air garam atau air kapur agar tidak berubah warna. d. Tahap penirisan dan penjemuran, irisan umbi-umbian ditiriskan kemudian dijemur sampai kering di bawah terik matahari. e. Tahap penggilingan, umbi-umbian kering digiling sampai menjadi tepung. f. Tahap pengayakan, tepung umbi-umbian diayak dengan saringan tepung. g. Tepung siap digunakan. 20

27 Lampiran Gambar 1. Pembekalan Materi Pelatihan 21

28 Gambar 2. Peserta Pelatihan mendengarkan arahan instruktur 22

29 Gambar 3. Persiapan pelatihan pembuatan bolu kukus mekar umbi-umbian Gambar 4. Peserta Praktik Membuat Bolu Kukus Mekar Gambar 5. Antusiasme Peserta Mengikuti Pelatihan 23

30 Gambar 6. Produk Bolu Kukus Mekar Umbi-Umbian Gambar 7. Pembekalan dan Persiapan Pelatihan Membuat Brownies Casava 24

31 Gambar 8. Brownies Kukus Casava 25

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LAPORAN P2M LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENGEMBANGAN PRODUK JAJANAN CAKE BERBAHAN DASAR UMBI-UMBIAN SEBAGAI KONTRIBUSI PROGRAM DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI DESA PETANDAKAN BULELENG

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN SINGKONG DAN UBI JALAR MENJADI KUE MANGKOK DAN DONAT UBI SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN BAHAN PANGAN LOKAL DI DESA SAMBANGAN

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu

Teknologi Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu Teknologi Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu Sri Sudarwati, PENDAHULUAN Tanaman ubi-ubian merupakan tanaman yang menghasilkan karbohidrat atau pati dalam bentuk umbi batang dan umbi akar. Tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PADA PENGUSAHA TIWUL AYU BERBAHAN DASAR TEPUNG KETELA POHON DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN KABUPATEN WONOGIRI

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PADA PENGUSAHA TIWUL AYU BERBAHAN DASAR TEPUNG KETELA POHON DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN KABUPATEN WONOGIRI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PADA PENGUSAHA TIWUL AYU BERBAHAN DASAR TEPUNG KETELA POHON DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN KABUPATEN WONOGIRI Murni Sulistyowati, Winarna, Aris Tri Haryanto Sekolah Tinggi Ilmu

Lebih terperinci

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 18 SERI BACAAN ORANG TUA UBI JALAR Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN KETERAMPILAN MENGOLAH PEPAYA MENJADI PRODUK MAKANAN DAN KERAJINAN SULAM PITA PADA PARA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BAGIAN B SINGARAJA Oleh: Luh Masdarini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di indonesia kini telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu sumber pendapatan negara karena kekayaan indonesia dalam dunia wisata sangat

Lebih terperinci

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Untuk mengurangi ketergantungan terhadap terigu dan pengembangan pangan yang berbasis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA Oleh: Rizqie Auliana Disampaikan dalam kegiatan pelatihan kewirausahaan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Masyarakat Yogyakarta, 10 September 2013

Lebih terperinci

Namun diversifikasi pangan belum sepenuhnya menjawab atau mengimbangi. dalam bukunya An Essay on the Principle of Population, yang mengatakan bahwa

Namun diversifikasi pangan belum sepenuhnya menjawab atau mengimbangi. dalam bukunya An Essay on the Principle of Population, yang mengatakan bahwa Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk sehingga menuntut dipenuhinya kebutuhan pokok rakyat, terutama pangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini berbagai terobosan telah dilakukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Tuesday, 22 September 2009 21:05 Last Updated Tuesday, 22 September 2009 21:14 Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Berbagai macam hidangan disajikan di Hari Raya Lebaran, tidak ketinggalan

Lebih terperinci

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G Oleh Nama : Akhmad Noor NIM : 11.12.5525 Kelas : SI S1 03 Jurusan : Sistem Informasi SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah beras dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun relatif rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Dalam sejarah,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan bahan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi bahan makanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jajanan pasar adalah makanan tradisional Indonesia yang diperjual belikan di pasar, khususnya di pasar-pasar tradisional. Atau definisi lain dari jajanan pasar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tepung Terigu 2.1.1 Pengertian Tepung Terigu Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian

Lebih terperinci

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan Aneka Olahan Kue Tepung Kasava Tepung singkong dapat digunakan dalam pembuatan tepung campuran (composite flour), yakni tepung campuran antara tepung singkong dan tepung terigu. Tepung campuran tersebut

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

Resep kue lapis lengkap

Resep kue lapis lengkap Resep kue lapis lengkap Resep kue lapis kali ini komplit banget dari kue basah sampai kue kering. Kue lapis bisa dibilang jajanan pasar tradisional sampai jajanan mall. Kue lapis yang sering dijumpai sebagai

Lebih terperinci

RESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA

RESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA RESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA Kue talam memang biasanya diolah dari bahan ubi. Namun sebenarnya tidak harus seperti itu. Banyak sekali bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kue talam

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya beraneka ragam Jajanan Pasar merupakan kue tradisional beserta modifikasinya,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAN KETERAMPILAN MENGOLAH MANGGA MENJADI PRODUK MAKANAN DAN MERAJUT PADA PARA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BAGIAN B SINGARAJA Oleh: Luh Masdarini, S.Pd.,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melakukan beberapa pengamatan dan pengujian maka peneliti menghasilkan satu produk baru dengan melakukan inovasi terhadap jajanan pasar Indonesia yaitu lemper,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri yang berkembang sangat pesat saat ini. Selain menjadi sorotan dunia, pariwisata juga mampu menjadi andalan dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah umbi-umbian, salah satunya adalah singkong yang mempunyai potensi

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaannya termasuk kekayaan tentang makanan tradisional, banyak makanan tradisional yang tidak dijumpai di negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Pangan sebagai sumber gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

INOVASI PRODUK OLAHAN BERBASIS UBI JALAR

INOVASI PRODUK OLAHAN BERBASIS UBI JALAR INOVASI PRODUK OLAHAN BERBASIS UBI JALAR Oleh : Gusti Setiavani, STP. MP Ubi Jalar merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Provinsi Sumatera Utara. Ubi jalar merupakan salah satu jenis makanan yang mampu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran, Bab 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Pangan tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat, bahanbahannya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Lebih terperinci

MENU MAKAN PAGI. Talas dan ubi yang sudah digiling halus. Di aduk kemudian ditambahkan santan dan garam

MENU MAKAN PAGI. Talas dan ubi yang sudah digiling halus. Di aduk kemudian ditambahkan santan dan garam MENU MAKAN PAGI KETUPAT JALA TALAS KETUPAT JALA TALAS Bahan 225 gr Talas 100 gr Talas 100 gr Ubi 50 gr Ubi 200 gr Santan 60 gr Santan 5 gr Garam 5 gr Garam 3 gr Gula KETUPAT Talas dan ubi yang sudah digiling

Lebih terperinci

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur. Selain itu Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017 DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017 NUGGET SINGKONG, BAKSO SINGKONG OLEH MAHASISWA : NUTRISI DAN TEKNOLOGI KULINER FAKULTAS TEKONOLOGI PANGAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

KULIAH LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BUTELA BOLU KUKUS TEPUNG KETELA DISUSUN OLEH: DINA NAPITA 10.11.3721 S1 TI-2C SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2010 /2011 A. ABSTRAK

Lebih terperinci

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BERBISNIS DENGAN PISANG NAMA : ERMA WIDIYANTI NIM : 11.01.2948 STMIK Amikom Yogyakarta Jl. Ring Road Utara. Condong Catur, Sleman, Yogyakarta Indonesia Telp: (0274)884201-207

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

Resep kue basah : kue lumpur, tips dan variasinya

Resep kue basah : kue lumpur, tips dan variasinya Resep kue basah : kue lumpur, tips dan variasinya Kue lumpur merupakan salah satu jajanan pasar yang sangat populer. Jika anda berkunjung ke berbagai wilayah di Indonesia anda akan menemukan dengan mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang sering memerlukan makanan selingan di samping makanan pokok. Makanan selingan sangat bervariasi dari makanan ringan sampai makanan berat, atau makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan. MODUL 5 PIZZA IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat pizza ikan yang enak, bertekstur lembut dan rasa yang lezat. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dituntut harus selalu ambil bagian dan tanggap dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG Karya ilmiah peluang bisnis tentang bisnis kentang goreng ini bertujuan untuk memberi petunjuk atau referensi kepada pembaca, untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keberagaman budayanya, terutama dalam bidang makanan yang saat ini telah berkembang pesat. Banyaknya orang-orang yang bersaing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PEMBUATAN ROTI MANIS DARI TEPUNG UBI JALAR PUTIH

SEMINAR NASIONAL PEMBUATAN ROTI MANIS DARI TEPUNG UBI JALAR PUTIH PEMBUATAN ROTI MANIS DARI TEPUNG UBI JALAR PUTIH Haerani, dan Rusdi Alam Jurusan Pendidikan Keesejahteraan Keluarga, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan penanganan pascapanen yang serius

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

Resep Kastengel Bawang Merah

Resep Kastengel Bawang Merah MEMBUAT RANCANGAN DAN KARYA TEKNOLOGI DIVERSIVIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN BERBASIS BAWANG MERAH YANG TIDAK DIPATENKAN; TINGKAT INTERNASIONAL Resep Kastengel Bawang Merah Bahan Adonan: 1 kg Tepung

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS SINGKONG KEJU

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS SINGKONG KEJU KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS SINGKONG KEJU Nama : Arif Budiman Kelas : 11-S1SI-11 Nim : 11.12.6122 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Karya ilmiah ini dibuat dengan tujuan untuk memberi petunjuk

Lebih terperinci

BERBISNIS NUGGET SAYUR

BERBISNIS NUGGET SAYUR BERBISNIS NUGGET SAYUR KARIYA ILMIAH DISUSUN OLEH: NAMA : ANDI HARYANTO NIM : 10.12.4747 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MENEJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Chicken nugget

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program studi pendidikan biologi Disusun oleh: Arif Rachmad Hakim A420100085 PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuat dengan menambahkan santan, gula merah, daun pandan dan. pisang.menurut Veranita (2012), bolu kukus adalah bolu yang berbahan

BAB I PENDAHULUAN. dibuat dengan menambahkan santan, gula merah, daun pandan dan. pisang.menurut Veranita (2012), bolu kukus adalah bolu yang berbahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bolu merupakan salah satu makanan yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia.Bolu kukus sangat beranekaragam, ada yang dibuat dengan menambahkan santan, gula merah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM Disusun Oleh : Nama : AZHARI YOGA SAPUTRA NIM : 11.01.2920 Jurusan : D3-TI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012 ABSTRAKS Karya tulis

Lebih terperinci

23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR

23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR Kararnel Susu, Yoghurt Olahan Tepung Ubi Jalac Ebi (udang kering). Keju 23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR Tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kue dan roti gandum. Adapun proses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. Negara Indonesia ini mempunyai kekayaan alam yang melimpah terutama pada jenis tanaman pangan lokal

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN

DIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN Pendahuluan DIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN Indonesia sebagai negara tropis agraris mempunyai hasil pertanian yang sangat beragam. Tidak hanya padi, sayuran

Lebih terperinci

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim Ainun Mardhiah 1* dan Marlina Fitrika 2 1 Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci