BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penuturnya, masyarakat suku
|
|
- Hendri Sudomo Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penuturnya, masyarakat suku bangsa Jawa, untuk berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasikan diri. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah (Halim, 1980). Bahasa Jawa memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahasa daerah (Jawa) akan dihormati dan dipelihara oleh negara termasuk pemerintah pusat atau pun daerah (Hasan Alwi, 1996). Dengan memperhatikan fungsi bahasa daerah di dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, dapat dipahami bahwa bahasa Jawa dan bahasa-bahasa daerah lainnya perlu dilindungi menyangkut sejarah nilai budaya, dikembangkan menyangkut tatabahasanya, dan dibina menyangkut masyarakatnya. Hal tersebut memerlukan koordinasi dan kerjasama antara lembaga pemerintah, kalangan akademisi, bahkan masyarakat internal itu sendiri. Dalam wikipedia bahasa menurut jumlah penutur asli, jumlah penutur asli bahasa Jawa menduduki peringkat ke-15, yaitu 77,75 juta jiwa, dari seluruh penutur asli bahasa lain di seluruh dunia. Jumlah ini dihitung dari nilai rata-rata (mean) data 1
2 jumlah penutur asli bahasa Jawa dari Ethnologue (ETH) berjumlah 75,5 juta jiwa dan The World s 10 Most Influential Languages in Language Today (WEB) berjumlah 80 juta jiwa. Penutur asli bahasa Jawa tersebut terkonsentrasi di pulau Jawa, Sumatera, dan sekitarnya. Selebihnya tersebar ke berbagai penjuru di seluruh dunia, dengan berbagai dialek geografisnya, seperti di Malaysia, orang Jawa eksis dengan bahasa dan kebudayaan Jawa di Malaysia. Di sana terdapat kawasan pemukiman orang Jawa yang dikenal dengan nama Kampung Jawa dan Padang Jawa. Di Suriname, masyarakat Jawa juga berdomisili dalam jumlah besar mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan. Kemudian, orang Jawa juga tinggal di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba, Curacao, Belanda, dan sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Di pulau Jawa, Bahasa Jawa dipakai di Jawa Tengah, Jawa Timur, beberapa bagian Banten terutama di kabupaten Serang dan Tangerang, dan Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Klasifikasi bahasa Jawa berdasarkan dialek geografis mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck, (1964) di dalam bukunya : A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura. Bahasa Jawa terdiri atas kelompok Bahasa Jawa Bagian Barat meliputi: dialek Banten, dialek Cirebon, dialek Tegal, dialek Banyumas, dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas). Kelompok pertama ini sering disebut bahasa Jawa Ngapak. Selanjutnya, kelompok Bahasa Jawa Bagian Tengah meliputi: dialek Pekalongan, dialek Kedu, dialek Bagelen, dialek Semarang, dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati), dialek Blora,
3 dialek Surakarta, dialek Yogyakarta, dialek Madiun. Kelompok tengah ini sering disebut Bahasa Jawa Standar, khususnya dialek Surakarta dan Yogyakarta. Terakhir, kelompok Bahasa Jawa Bagian Timur meliputi: dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro), dialek Surabaya, dialek Malang, dialek Jombang, dialek Tengger, dialek Banyuwangi (atau disebut Bahasa Osing). Kelompok timur ini sering disebut Bahasa Jawa Timuran. Penutur Bahasa Jawa juga tersebar di wilayah luar pulau Jawa. Kawasankawasan luar Jawa yang didomisili penutur Jawa dengan persentase yang cukup signifikan adalah di pulau Sumatera, yang meliputi Lampung kira-kira 61%, Bengkulu kira-kira 25%, dan Sumatera Utara kira-kira antara 15%--25%. Hal ini dilatarbelakangi oleh faktor geografis dimana letak pulau Jawa dan Sumatera saling berdekatan yang mengindikasikan hubungan masyarakat antarpulau lebih mudah dilakukan dan proses perpindahan penduduk pun relatif mudah. Masyarakat Jawa di Sumatera Utara, orang Jawa masuk melalui beberapa tahapan. Berdasarkan sumber sejarah, tahapan pertama diawali sejak abad XII M pada masa kerajaan Singosari. Tahapan kedua, pada masa penjajahan Hindia Belanda, orang Jawa di pulau Jawa banyak direkrut melalui werk (agen pencari kuli) untuk dipekerjakan di perkebunan di Sumatera Utara. Sebagian besar dari mereka juga tidak kembali lagi ke pulau Jawa. Mereka menetap dan meneruskan generasi, hingga-- khususnya di wilayah Deli, orang Jawa kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Tahapan ketiga, orang Jawa di Sumatera Utara masuk melalui program transmigrasi yang diselenggarakan sejak
4 pemerintahan Hindia Belanda hingga masa orde baru pemerintahan Republik Indonesia. Tahapan keempat, orang Jawa masuk ke Sumatera Utara melalui perantauan, tugas belajar, tugas kerja, dan lain-lain. Selain dialek geografis, dalam bahasa Jawa juga dikenal dialek Sosial. Dialek sosial merupakan variasi bahasa yang dipakai oleh penutur berdasarkan perbedaan status, ragam (style), usia, dan gender. Dalam tata bahasa Jawa tingkatan-tingkatan berbahasa ini dikenal dengan istilah undha usuk. Secara umum, dialek sosial Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari terdiri atas tiga ragam utama, yaitu: ragam ngoko (kasar), ragam madya (tengah atau biasa), dan ragam kromo (halus). Namun, ragam tersebut, kalau dikaji lebih spesifik, masih dapat dibagi menjadi beberapa subragam. Ragam ngoko terdiri atas ngoko andhap (ngoko kasar) dan ngoko lugu (ngoko halus), ragam madya terdiri atas madya kasar dan madyatara (madya halus), dan ragam kromo terdiri atas ragam kromo kasar dan kromo inggil. Kemudian, ragam khusus yang dipakai di lingkungan keraton (kerajaan) adalah bagongan dan kedhaton. Ragam ini kurang difahami oleh masyarakat umum. Dengan kata lain, ragam bagongan dan kedhaton hanya difahami oleh kalangan khusus yang memiliki hubungan herarki dengan keraton. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa ragam bahasa Jawa terdiri atas Ngoko, Madya, Krama, Bagongan, dan Kedhaton. (Koentjaraningrat, 1984: ) Penggunaan variasi ngoko, madya, dan krama mengacu pada bentuk penghormatan (ngajengake, honorific) dan perendahan (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya tergantung pada bentuk penghormatan
5 atau perendahan status lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi dalam strata sosial, atau hal-hal lain. Contoh, seorang anak berbicara dengan sebayanya akan menggunakan ragam ngoko. Namun, ketika berbicara dengan orang tuanya atau orang yang usianya lebih tua darinya akan menggunakan ragam krama. Penggunaan tingkatan ragam krama seperti tersebut di atas sangat kentara diterapkan di wilayah Solo (Surakarta), Yogyakarta, dan sekitarnya. Wilayah tersebut merupakan pusat perkembangan kebudayaan Jawa, yaitu pada jaman kerajaan Mataram abad ke-19. Namun demikian, ragam krama langka digunakan oleh penutur bahasa Jawa, khususnya di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat kebudayaan Jawa, misalnya Sumatera Utara. Persentase penuturnya hanya sedikit, itu pun dari kalangan generasi tua. Selebihnya, penutur bahasa Jawa lebih dominan mengenal ragam ngoko. Kemudian, jumlah kosa kata ragam kromo pun relatif sedikit jika dibandingkan dengan ragam ngoko. Hal ini mengidikasikan bahwa ragam krama merupakan ragam yang rumit, kurang komunikatif, dan identik dengan feodalisme kekuasaan. Sebaliknya, ragam ngoko merupakan ragam bahasa Jawa yang lebih komunikatif dan menyumbang keberlangsungan eksistensi bahasa Jawa hingga saat ini. Selain itu, ragam ngoko juga penyumbang kosa kata terbesar dalam bahasa Jawa jika dibandingkan dengan ragam lainnya. Bahasa Jawa eksis di Medan, yang notabene merupakan pusat kebudayaan Melayu Deli. Namun, dialek sosial ragam krama sangat langka ditemukan. Hanya sebagian kalangan generasi tua yang masih menggunakannya. Itu pun dipakai hanya dalam ranah upacara-upacara tradisi Jawa, seperti kenduri, khitananan, dan
6 pernikahan. Selebihnya, dalam kehidupan sehari-hari nyaris tidak ditemui. Penutur bahasa Jawa di Medan lebih dominan menggunakan ragam ngoko. Penggunaan ragam ngoko pun diindikasikan sudah mengalami pergeseran, terutama dalam hal kosa kata maupun intonasi. Hal ini disebabkan oleh adanya kontak dengan kebudayaan dan bahasa lokal, yaitu bahasa Melayu Deli dan bahasa-bahasa lokal lainnya. Kontak bahasa tersebut terjadi karena adanya pergaulan antarethnis yang mana bahasa yang dominan akan mempengaruh pada bahasa tidak dominan. Berdasarkan data statistik tahun 2000, kurang lebih 33,3% penduduk Medan adalah ethnis Jawa. Hal ini tentunya bahasa Jawa turut memberi nuansa kebahasaan di Medan. Namun, tidak berarti bahasa Jawa adalah bahasa yang dominan. Kenyataannya, masyarakat Jawa sebagai pewaris bahasa Jawa memiliki sikap yang cukup toleran terhadap bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Kenyataan ini berimplikasi pada semakin berkurangnya penutur bahasa Jawa di Medan. Apalagi penduduk Medan mempunyai ciri heterogenitas yang relatif tinggi yang menuntut penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi antar ethnis. Berdasarkan pernyataan di atas, perlu diadakan penelitian perbandingan tentang penutur bahasa Jawa di Medan dan penutur bahasa Jawa di Solo. Mengingat penutur bahasa Jawa di Medan berkembang dengan latar belakang sosio-budaya Melayu Deli dengan penutur bahasa Jawa di Solo yang berkembang dengan latar belakang sosiobudaya Jawa.
7 Selama ini, penelitian bahasa yang melibatkan dua wilayah geografis adalah dialektologi. Dialektologi memfokuskan pada sisi signifikansi perbedaan kosakata antar dua wilayah geografis. Dialek merupakan klasifikasi bahasa berdasarkan variasi dari segi penutur. Namun, penelitian ini tidak mengacu pada konsep dialektologi meskipun melibatkan segi penutur yang berada di dua wilayah geografis yang berbeda. Penelitian ini mengutamakan aspek suprasegmental dalam hal ini ciri-ciri akustik/prosodi tuturan pada penutur bahasa Jawa di Medan dan Solo. Alasannya, dalam menentukan identitas penutur, orang lebih dominan berasumsi pada tuturan yang dituturkan. Dengan kata lain, identitas penutur dapat dilihat dari asumsi logat intonasi bunyi/suara penutur. Seseorang dapat menebak seseorang menggunakan dialek atau logat bahasa Jawa hanya dengan mendengar dan menandai logat dan intonasinya, tanpa mengenal perbedaan kosa kata. Contoh, pola tuturan penutur bahasa Jawa dialek Surabaya sangat berbeda dengan pola tuturan penutur bahasa Jawa dialek Banyumas. Hal ini dapat diketahui hanya dengan mendengar tanpa harus melakukan kajian dialektologi. Hanya saja, identifikasi melalui proses mendengar pola tuturan tersebut tidak bisa dijadikan dasar dalam kajian ilmiah. Maka dari itu, diperlukan kajian perbedaan suatu tuturan dialek bahasa berdasarkan ciri-ciri akustiknya, yakni dengan mengukur frekuensi, durasi, dan intensitasnya dengan menggunakan program praat, yaitu program yang didesain khusus untuk mengidentifikasi ciri-ciri akustik suatu bunyi bahkan tuturan.
8 Penelitian ini akan mengkaji ciri-ciri akustik tuturan bahasa jawa yang dituturkan oleh penutur di Medan dan akan dibandingkannya dengan ciri-ciri akustik tuturan bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur di Solo. 1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah Penelitian ini akan mengidentifikasi ciri-ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa yang dituturkan berdasarkan klasifikasi gender, yaitu penutur bahasa Jawa laki-laki di Deli (Medan) dibandingkan dengan ciri-ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa laki-laki di Solo, yang selama ini sering disebut sebagai penutur dialek bahasa Jawa standar. Kemudian, penutur perempuannya juga dibandingkan. Kajian dibatasi pada ciri-ciri akustik tuturan modus deklaratif performatif ragam ngoko bahasa jawa. Hal ini didasari pada dua hal, yaitu (1) bahasa Jawa dialek Deli (Medan) hanya dikenal ragam ngoko, dan (2) modus deklaratif merupakan tuturan yang dituturkan dalam kondisi yang relatif netral jika dibandingkan dengan modus lainnya, seperti modus imperatif dan interogatif. Modus deklaratif performatif mengacu pada pendapat Austin (1962: ) dalam Abdul Chaer (1995), membagi kalimat performatif menjadi lima kategori, yaitu: 1) Kalimat verdiktif (verdictives), yaitu kalimat perlakuan yang menyatakan keputusan atau penilaian (judgement);
9 2) Kalimat eksersitif (exercitives), yaitu kalimat perlakuan yang menyatakan nasihat, peringatan, dan sebagainya; 3) Kalimat komisif (commissives), yaitu kalimat perlakuan yang mana penutur terikat (commited) dengan perjanjian; 4) Kalimat behatitif (behatitives), yaitu kalimat perlakuan yang berhubungan dengan tingkah laku sosial, baik keberuntungan maupun kemalangan. Seperti permintaan maaf, ucapan selamat, pernyataan penyesalan, atau tantangan; dan 5) Kalimat ekspositif (expositives), yaitu kalimat perlakuan yang memberi penjelasan, keterangan, perincian kepada seseorang. Dalam penelitian ini dipilih lima tuturan modus deklaratif performatif ragam ngoko bahasa jawa yang mengacu pada pengertian di atas. Tuturan tersebut antara lain: 1) Kalimat Verdiktif (Kal_Ver) aku mutuske kowe sing salah [aku mutʊske kowe siŋ salah] saya memutuskan kamu yang bersalah Pada tuturan ini tidak ada variasi gloss. 2) Kalimat Eksersitif (Kal_Exe) aku pingin kowe dadi dokter [aku piŋin kowe dadi ɖɔktər] saya ingin kamu menjadi dokter
10 Untuk gloss dadi ada satu pasang bunyi yang berkorespondensi, yaitu /d/~/j/ berada pada posisi awal, dengan berian dadi (penutur Solo) - jadi (penutur Medan). 3) Kalimat Komisif (Kal_Kom) aku janji sesuk tak bayar [aku janji sesʊʔ taʔ bayar] saya berjanji besok saya bayar Untuk gloss sesʊʔ ada satu pasang bunyi yang berkorespondensi, yaitu /s/~/b/ berada pada posisi awal, dengan berian sesʊʔ (penutur Solo) - besʊʔ (penutur Medan). 4) Kalimat Behatitif (Kal_Beh) aku sedih duitku ilang [aku sədih duitku ilaŋ] saya sedih uang saya hilang Pada tuturan ini tidak ada variasi gloss. 5) Kalimat Ekspositif (Kal_Eks) aku nerangke getuk iki digawe soko telo [aku nəraŋke gəʈuk iki digawe sɔkɔ telɔ] saya menerangkan getuk ini dibuat dari ketela Untuk gloss gəʈuk ada satu pasang bunyi yang berkorespondensi, yaitu /ʈ/~/t/ berada pada posisi tengah, dengan berian gəʈuk (penutur Solo) - gətuk (penutur Medan).
11 1.3 Perumusan Masalah Penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: 1) Berapa rerata intensitas, frekuensi/struktur melodik dan durasi bunyi silabis dalam tuturan modus deklaratif performatif bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa di Medan? 2) Berapa rerata intensitas, frekuensi/struktur melodik dan durasi bunyi silabis dalam tuturan modus deklaratif performatif bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa di Solo? 3) Berapa signifikansi perbedaan rerata intensitas, frekuensi/struktur melodik dan durasi bunyi silabis dalam tuturan modus deklaratif performatif bahasa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa di Medan dan Solo? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1) Penelitian ini mengukur rerata intensitas, frekuensi/struktur melodik dan durasi bunyi silabis dalam tuturan modus deklaratif performatif bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa di Medan; 2) Penelitian ini mengukur rerata intensitas, frekuensi/struktur melodik dan durasi bunyi silabis dalam tuturan modus deklaratif performatif bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa di Solo; dan 3) Penelitian ini mengukur signifikansi perbedaan rerata intensitas, frekuensi/struktur melodik dan durasi bunyi silabis antara tuturan modus
12 deklaratif performatif bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa di Medan dan Solo. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Penelitian ini merupakan implementasi kajian fonetik akustik berdasarkan pendekatan eksperimental dengan menggunakan program praat. Hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai referensi, rujukan, atau sekadar bahan bacaan terhadap kajian fonetik akustik Manfaat Praktis Penelitian ini merupakan dokumentasi tulisan pada masyarakat tutur bahasa Jawa. Hasilnya dapat dijadikan bahan referensi tulisan masyarakat tutur bahasa Jawa, khususnya di Sumatera Utara dalam mengidentifikasi tuturannya. Dengan kata lain, Penelitian ini menghasilkan data kontinum ciri-ciri akustik tuturan modus deklaratif performatif bahasa Jawa yang dituturkan oleh penutur bahasa Jawa di Medan dan Solo. Data ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam mengidentifikasi tuturan modus deklaratif bahasa Jawa dialek Deli (Medan) dan dialek standar. Identitas tuturan tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengenali domisili asal secara kelompok atau personalitas untuk berbagai kepentingan.
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki jumlah penutur yang cukup besar, bahkan dapat dikatakan paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki
Lebih terperinciSEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
CIRI AKUSTIK TUTURAN MODUS DEKLARATIF BAHASA JAWA PENUTUR DI MEDAN (PERBANDINGAN DENGAN CIRI AKUSTIK TUTURAN MODUS DEKLARATIF BAHASA JAWA PENUTUR DI SOLO) TESIS WAWAN PRIHARTONO NIM 107009006 SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciPEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI
PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. 1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian bahasa Jawa juga memiliki dialek yang tidak sedikit. dialek Banyuwangi, dialek Surabaya, dan dialek Jogjakarta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu dari lebih kurang 400 bahasa daerah dan dialek yang ada di Indonesia (Lembaga Bahasa Nasional dalam Skripsi Ginanjar, Widhi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer dan Agustina,2010:11). Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu
Lebih terperinciAHMAD KHOIRUL ANWAR NIM A
0 PERBEDAAN TINDAK TUTUR ILOKUSI ANTARA MASYARAKAT SUKU SAMIN DENGAN MASYARAKAT SUKU JAWA DI BLORA: KAJIAN SOSIOPRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam hidup ini. Bahasa merupakan sebuah lambang dalam berkomunikasi. Bahasa menjadi salah satu ciri pembeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciBAB II KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. menggambarkan dan menganalisis gelombang suara dengan menggunakan mesin dan
BAB II KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.4 Konsep 2.4.1 Fonetik Akustik Fonetik akustik merupakan daerah teknis linguistik. Para ahli fonetik akustik menggambarkan dan menganalisis gelombang
Lebih terperinciINFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012
INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan
Lebih terperinciKANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV
2012, 773 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN PITA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO ULTRA HIGH FREQUENCY (UHF) PADA ZONA LAYANAN IV,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah terlepas dari bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa bagaikan udara bagi manusia untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam bentuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan, baik melalui
Lebih terperinciPEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.
PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK Leli Triana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan serta pengalamannya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan lumpuh dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tanggal 28 Oktober 1928 segenap pemuda tanah air mendeklarasikan Sumpah Pemuda yang salah satu isinya menyatakan bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar sesama. Melalui bahasa manusia dapat mengekspresikan ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran. Di dunia ini terdapat
Lebih terperinciSummary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :
Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : 2011-2012 No. Provinces and Groups of Participants Training Dates and Places Number and Origins of Participants Remarks
Lebih terperinciPEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan
82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab IV telah dibahas mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan dan pembahasan penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat manusia dan kebudayaan yang dihasilkannya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang
Lebih terperinci2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh masyarakat Jawa, terutama masyarakat yang tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciStruktur Organisasi Dinas Kimrum
Struktur Organisasi Dinas Kimrum Strategi Pembangunan Sanitasi di Jawa Barat Air Minum PAMSIMAS (5 kab) SPAM - IKK Air Limbah Perumahan (SPPIP, PPKP), kawasan kumuh, rusunawa Lingkungan Hidup ( ICWRMIP,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu dari unsur kebudayaan yang juga sebagai alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh masyarakat, dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa
Lebih terperinciPEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.
PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON Oleh Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. Husen Muttaqin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSWAGATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan bahasa nasional. Fungsi dan peran tersebut di ataranya, yaitu: (a) sebagai lambang kebaggaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik lisan maupun tulisan. Sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa mempunyai peranan penting untuk menyampaikan
Lebih terperinciPERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI
PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciPROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat
PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat 13.000 Kota. Jakarta Pusat Jakarta Pusat 13.000 Tidak Ada Other Kota. Jakarta Selatan Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa, kota, tua, maupun muda menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi untuk pelbagai keperluan dan kepentingan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Demikian pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno berkembang menjadi bahasa Jawa tengahan,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Jalan Raya Pantura Jawa Tengah merupakan bagian dari sub sistem. Jalan Raya Pantai Utara Jawa yang menjadi tempat lintasan
BAB VI KESIMPULAN Jalan Raya Pantura Jawa Tengah merupakan bagian dari sub sistem Jalan Raya Pantai Utara Jawa yang menjadi tempat lintasan penghubung jaringan transportasi darat antara sentral di Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan
Lebih terperinciDewianti Khazanah. Abstract
KEDUDUKAN BAHASA JAWA RAGAM KRAMA PADA KALANGAN GENERASI MUDA: STUDI KASUS DI DESA RANDEGAN KECAMATAN DAWARBLANDONG, MOJOKERTO DAN DI DUSUN TUTUL KECAMATAN AMBULU, JEMBER Dewianti Khazanah Abstract Javanese
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA
BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai data setiap variabel yang diukur dalam penelitian ini didasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diberikan kepada responden, yaitu para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Peranan bahasa dalam kehidupan manusia sangat besar, karena semua kegiatan manusia memerlukan bahasa misalnya, kegiatan di rumah, di sekolah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih
Lebih terperinciPENGGUNAAN VARIASI BAHASA JAWA OLEH PARA MAHASISWA UNIPDU JOMBANG THE USE OF JAVANESE VARIATION BY THE STUDENTS OF UNIPDU JOMBANG
PENGGUNAAN VARIASI BAHASA JAWA OLEH PARA MAHASISWA UNIPDU JOMBANG THE USE OF JAVANESE VARIATION BY THE STUDENTS OF UNIPDU JOMBANG Afifa S. Zulfikar Universtitas Pesantren Tinggi Darul U lum Jombang afifa.zulfikar@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Kehidupan manusia tidak dapat di pisahkan dari kegiatan komunikasi,
Lebih terperinciLAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 1 - DAFTAR WILAYAH KERJA DAN ALAMAT KANTOR REGIONAL DAN KANTOR OTORITAS JASA KEUANGAN BERDASARKAN
Lebih terperinciVARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR. Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya
VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya Hasil kajian dialektologis dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan, begitupula
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi lisan merupakan warisan budaya nenek moyang yang merefleksikan karakter masyarakat pendukung tradisi tersebut. Signifikansi tradisi lisan dalam kehidupan manusia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
70 HASIL DAN PEMBAHASAN Dinamika Pertumbuhan Penduduk dan Ekonomi Pulau Jawa serta Share-nya dalam Konteks Nasional dari Waktu ke Waktu Dinamika Pertumbuhan Penduduk Pulau Jawa Pertumbuhan penduduk dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.
1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,
2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO Aris Hidayat, Gusti Surawening Pradanasiwi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Informan dan Lokasi Dalam penelitian ini, pengambilan struktur melodik dan struktur temporal bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur asli bahasa Korea dan penutur asli
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG STANDARISASI INDEKS BIAYA KEGIATAN, PEMELIHARAAN, PENGADAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO.
LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DAN BAGI HASIL PAJAK DAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2009 DAN TAHUN ANGGARAN 2010 YANG DIALOKASIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain
Lebih terperinciإحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو -
217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر STRUKTUR FREKUENSI DALAM BAHASA ARAB PADA MODUS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF, DAN IMPERATIF OLEH PEMBELAJAR BAHASA ARAB KOTA MEDAN Khoirul Jamil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam masyarakat pasti terjadi proses komunikasi dan interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam komunikasi dibutuhkan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk menghubungkan atau interaksi individu dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu berurusan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh
Lebih terperinciANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO
ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO Pramu Tri Kurniawan Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Pramukurniawan@yahoo.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat
1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai
Lebih terperinciVariasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi
Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi Satwiko Budiono, Sri Munawarah Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok satwiko.iko@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA KABUPATEN/KOTA PENERIMA PENGALIHAN PENGELOLAAN PBB-P2 SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN
LAMPIRAN 55 LAMPIRAN 1 DATA KABUPATEN/KOTA PENERIMA PENGALIHAN PENGELOLAAN PBB-P2 SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN No. 1. Kota Surabaya Daerah 2011 2012 2. Kota Depok 3. Kab. Bogor 4. Kota Palembang 5. Kota Bandar
Lebih terperinciSoftware Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin
Masjid 2000: Ensiklopedi Masjid Se-Indonesia Alif Muttaqin LISENSI DOKUMEN Copyleft: Digital Journal Al-Manar. Lisensi Publik. Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan maupun penyebarluasan
Lebih terperinciPENGUMUMAN Penerimaan Program Sarjana Membangun Desa (SMD) Tahun 2011
PENGUMUMAN Penerimaan Program Sarjana Membangun Desa (SMD) Tahun 2011 Diberitahukan kepada alumni/lulusan Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi dari disiplin Ilmu-ilmu Peternakan atau Kedokteran Hewan, bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.
Lebih terperinciPERANAN DAN FUNGSI Bahasa Indonesia. Karina Jayanti
PERANAN DAN FUNGSI Bahasa Indonesia Karina Jayanti BAHASA (Menurut Ahli) ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. (Depdiknas, 2005: 3) BAHASA (Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan fisik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Kemampuan fisik ini mempengaruh performa gerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna mewujudkan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bahasa sebagai perantara dan alat komunikasi masyarakat membuat pemakainya merasa terikat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai perantara dan alat komunikasi masyarakat membuat pemakainya merasa terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya. Bahasa mempersatukan manusia
Lebih terperinciPEMEROLEHAN BAHASA JAWA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus: TK Al-Hidayah 06 Candisari Semarang)
PEMEROLEHAN BAHASA JAWA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus: TK Al-Hidayah 06 Candisari Semarang) JURNAL Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: M u l y a
Lebih terperincidiperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat
Lebih terperinci