BAB II BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN PENGALAMAN MASYARAKAT KELURAHAN POLONIA DALAM MENGHADAPI BANJIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN PENGALAMAN MASYARAKAT KELURAHAN POLONIA DALAM MENGHADAPI BANJIR"

Transkripsi

1 BAB II BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN PENGALAMAN MASYARAKAT KELURAHAN POLONIA DALAM MENGHADAPI BANJIR 2.1. Solidaritas Sosial Gambaran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Majemuk. Indonesia terdiri dari masyarakat majemuk yang multikultural yaitu masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang budaya. Kemajemukan tersebut ditandai oleh adanya suku-suku bangsa yang mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara etnik yang satu dengan etnik lainnya. Dalam kajiannya Suparlan menyebutkan bahwa perbedaan tersebut pada hakekatnya adalah perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh sejarah perkembangan kebudayaan masing-masing. Corak kemajemukan masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika menjadi lebih kompleks karena adanya sejumlah masyarakat Indonesia yang tergolong sebagai keturunan asing yang hidup dan menjadi sebagian dari masyarakat Indonesia. Keturunan asing yang paling kuat kedudukannya dalam masyarakat Indonesia antara lain adalah orang Cina. Telah menjadi ciri khas bahwa hampir di semua tempat di Indonesia terdapat WNI keturunan Cina yang telah bermukim secara turun temurun. Durkheim membedakan masyarakat menjadi dua tipe dasar yaitu masyarakat dengan pertumbuhan mekanis (kelompok- kelompok kekerabatan) dan masyarakat yang diorganisir didasarkan pada pembagian kerja dengan spesialisasi fungsi. Teori ini dapat dilihat dalam penelitian Susiyanto yang membahas mengenai solidaritas sosial yang terjadi di antara Cina Muslim dan non- Muslim yang ada di Bengkulu. Di dalam kehidupan sosialnya sehari- hari, 33

2 masyarakat etnis Cina ini cenderung hidup berkelompok dan hubungan dengan etnis lain yang ada di kota tersebut sangat terbatas. Hal ini juga terlihat dari kebanyakan masyarakat Cina yang menggunakan bahasa Cina di dalam percakapan sehari- hari meskipun ada tetangga yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka merupakan warga pribumi. Kondisi masyarakat Bengkulu ini menggambarkan bahwa masyarakatnya lebih membangun hubungan solidaritas dengan satu etnisnya saja. Melalui proses asimilasi dan akulturasi yang diharapkan dapat membuat proses pembauran dapat terjadi juga tidak menjamin adanya solidaritas antar etnis karena hal tersebut kembali lagi pada kesadaran setiap individu. Susiyanto juga menyebutkan dalam kajiannya bahwa berdasarkan data BPS tahun 2000,etnis Cina ada sekitar (0,06%) jiwa dari jiwa penduduk yang ada di kota Bengkulu. Dari jumlah etnis Cina tersebut ada sekitar seribu (1,2%) yang beragama Islam. Meskipun terdapat perbedaan keyakinan di antara masyaraka Cina yang ada di Bengkulu tidak membuat solidaritas yang ada di antara mereka menurun. Struktur kehidupan sosial masyarakat etnis Cina sangat terikat oleh marga dan sistem sosial yang diterapkan bersifat tradisional, tertutup, serta tidak berlaku pada etnis yang lain. Solidaritas yang kuat antara etnis Cina Muslim dan non Muslim yang ada di kota Bengkulu dipengaruhi oleh faktor keluarga. Menurut teori solidaritas mekanik Durkheim, solidaritas yang terjadi di antara masyarakat Cina terjadi karena adanya kesamaan dalam masyarakat yang homogen. Persamaan yang ada tersebut merupakan ikatan kepercayaan bersama, cita- cita, serta komitmen moral. Selain itu, kesamaan persepsi oleh budaya yang dimiliki, persamaan etnis, kegiatan keagamaan yaitu pemujaan terhadap leluhur, dan kongsi dalam dalam kegiatan ekonomi yang memperkuat solidaritas yang terjadi di antara masyarakat Cina di kota Bengkulu. Peranan keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi etnis Cina sehingga mereka memiliki kepekaaan sosial terhadap keluarga satu klan yang sangat tinggi. 34

3 Sistem kekerabatan masyarakat Cina muslim yaitu pada saat menggunakan sistem kekerabatan masyarakat Cina dan pada saat lain menggunakan sistem kekerabatan etnik lain sesuai situasi yang sedang dihadapi. Hubungan keterikatan yang terjadi di antara masyarakat Cina masih sangat dekat dengan pihak keluarga maupun orang Cina yang lainnya karena mereka merasa masih sebagai orang Cina. Orang Cina Muslim menempatkan dirinya yang masih terikat dengan tradisi dan ikatan kekerabatannya, tetapi di sisi yang lain mereka menyesuaikan pola sikap mereka dengan ajaran agama Islam yang telah mereka anut dan mereka membina hubungan serta pergaulan yang baik dengan masyarakat Muslim lainnya di Kota Bengkulu tersebut. Selain faktor keluarga, agama sangat berperan penting dalam ikatan solidaritas. Fungsi sosial agama dapat memperkuat struktur sosial dan prinsip- prinsip moral masyarakat. Demikian pula Khaldun dalam penelitian Susiyanto menyatakan bahwa agama berperan untuk menetralisasi sifat jahat manusia. Oleh karena itu, nilai- nilai agama berperan untuk memperbaiki akhlak manusia (Khaldun, 1962:28). Rumah tangga yang dijalani oleh masyarakat etnis Cina dijadikan sebagai wadah untuk melakukan aktivitas upacara- upacara religi yaitu pemujaan terhadap leluhur bagi anggota keluarga atau keluarga yang lebih besar dalam satu garis keturunan. Melalui ajaran agama masyarakat Cina diajarkan untuk tidak membedakan satu agama dengan agama lainnya. Orangtua memberikan kebebasan kepada anak- anaknya untuk memilih agama yang diyakini karena agama- agama yang dianut tersebut diyakini tidak menjadi penghalang untuk tetap melaksanakan ajaran- ajaran leluhur yang telah mereka yakini. Seperti masyarakat Cina yang menganut agama Islam sebagian besar bukan karena faktor keluarga, namun karena faktor pergaulan di lingkungan tempat tinggal yang merupakan bentuk kesadaran kehidupan religiusnya yang telah melalui proses yang panjang. Meskipun ada perbedaan agama di antara masyarakat Cina yang berada di kota Bengkulu tidak membuat ikatan solidaritas di 35

4 antara mereka memudar karena cara hidup, tempat tinggal, bahasa, adat istiadat menghormati leluhur masih menampakkan identitas ke-cinaannya. Selain Cina, salah satu bangsa asing yang datang ke Indonesia yaitu masyarakat India. Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, Gujarat. Suku bangsa Punjabi merupakan kelompok suku bangsa Indo-Arya dari Asia Selatan. Kelompok ini berasal dari wilayah Punjab yang juga menjadi tempat beberapa peradaban tertua di dunia termasuk peradaban pertama dan tertua dunia yaitu Peradaban Lembah Indus. Di Indonesia, suku bangsa Punjabi tidak hanya terpaku dalam satu wilayah saja melainkan menyebar ke berbagai wilayah. Umumnya suku bangsa Punjabi tersebar di wilayah Jawa seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan di wilayah Sumatera Utara seperti Medan, Binjai, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, maupun Kisaran. Persebaran tersebut disebabkan kedatangan mereka tidak dengan cara berkelompok melainkan dengan cara sendiri-sendiri, sehingga pola pemukiman mereka tersebar di berbagai sudut kota. Walaupun suku bangsa Punjabi datang tidak secara berkelompok, hal ini tidak membuat mereka terpecah belah melainkan membentuk hubungan yang baik guna mempererat atau memperkuat hubungan antarsesama suku seperti halnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan. Suku bangsa Punjabi mempunyai solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tetap eksis dalam berbagai kegiatan di Kota Medan seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan dan keagamaan. Hal tersebut nampak dari berbagai bisnis yang mereka lakukan, seperti membuka toko yang menjual peralatan musik, dimana pemilik toko mempekerjakan orang yang beretnis India dengan maksud membantu orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya sehari- hari. 36

5 Selain pada masyarakat etnis Cina dan India yang berbaur dengan lingkungan sekitarnya, masyarakat Karo juga melakukan hal yang sama. Masyarakat Karo mengenal atau mempunyai adat istiadat sendiri yang berbeda dengan adat yang lain. Masyarakat Karo mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki suku lain. Adat istiadat ini yang mengatur pergaulan hidup masyarakat Karo sehari-hari. Karena adat itu merupakan norma-norma sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan mengatur tindak tanduk para warga masyarakat. Dasar hidup masyarakat Karo adalah Daliken sitelu (tiga tungku perapian) yang terdiri dari kalimbubu, sembuyak/ sukut dan anak bani yang merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat Karo dalam kehidupannya, maka adat istiadat Karo yang terkenal dengan merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, benar-benar masyarakat dalam kebudayaan dan adat istiadat Karo. Ketiga kelompok ini merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan masyarakat Karo dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat. Akibatnya mulailah terjadi pengelompokan dalam kehidupan bersama tersebut sesuai dengan fungsinya dalam masyarakat, khususnya masyarakat Karo. Daliken sitelu merupakan sistem sosial bagi anggota masyarakat. Dalam setiap pelaksanaan adat istiadat, ketiga kelompok masyarakat ini memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kehidupan sosial masyarakat Karo. Masing-masing sudah memiliki fungsi dan batasan-batasan hubungan dalam berinteraksi dengan sesama atau kelompok lainnya. Fungsi sosial dalam masyarakat Karo ini dapat dilihat dalam wujud solidaritas dengan sesama warga masyarakat yang merasa senasib dan sepenanggungan untuk bekerja bersamasama (gotong royong) dalam mengerjakan dan melaksanakan sesuatu. Bentuk kepercayaan dalam masyarakat Karo dapat dilihat dalam bentuk saling percaya antar sesama masyarakat. Jaringan sosial dalam masyarakat Karo didasari oleh hubungan antar sosial antar individu yang diikat oleh rasa kepercayaan yang kuat mampu memperkuat kerja sama dan rasa senasib 37

6 sepenanggungan diantara masyarakat. Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Pada masyarakat Karo norma dan nilai yang menyangkut aturan dalam masyarakat Karo yang harus dipatuhi. Salah satu variabel pendukung dan penggerak adat istiadat dalam masyarakat Karo adalah daliken si telu. Nilai-nilai yang dominan yang terdapat di dalam daliken si telu ini adalah nilai gotong royong dan kekerabatan. Daliken si telu ini merupakan alat pemersatu masyarakat Karo, sekaligus dapat mengikat atau terikat kepada hubungan perkerabatan yang sekaligus pula sebagai dasar gotong royong, dan saling hormat menghormati. Kerja tahun yang terjadi di kampung tempat masyarakat Karo tinggal setiap tahunnya merupakan kegiatan yang dinantikan oleh setiap warga. Pada kegiatan tersebut setiap orang merayakan kerja tahun yang berarti pesta atas panen yang mereka hasilkan dari kerja keras selama setahun. Kerja tahun itu juga ditandai dengan berkunjungnya setiap warga ke rumah warga lain sehingga meningkatkan solidaritas diantara masyarakat karo Keberagaman (pluralitas) di Indonesia Indonesia merupakan salah satu bangsa yang paling plural didunia dengan lebih dari 500 etnik dan menggunakan lebih dari 250 bahasa. Dalam kajiannya Subkhan menyatakan pluralisme tidak hanya menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan, tetapi juga mengenai keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralisme etnik merupakan pengakuan terhadap kesetaraan sosial dan budaya antara beragam kelompok etnik yang ada dalam suatu masyarakat. Pluralisme etnik dianggap sebagai pandangan yang mengatakan bahwa semua kebudayaan manusia harus dihargai dan diperhatikan. Dalam kenyataannya sering ditemukan ada kebudayaan dari komunitas atau masyarakat tertentu yang tidak kita ketahui secara pasti. Pluralisme mengklaim bahwa dalam masyarakat tempat kita hidup bersama, tidak 38

7 ada kebudayaan yang tidak setara. Karena itu, setiap kebudayaan harus diakui, dihargai secara sosial oleh penduduk yang beragam. Sama seperti masyarakat yang tinggal di Pulau Punjung yang merupakan salah satu kecamatan dari empat kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Dharmasraya. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, masyarakat Pulau Punjung menunjukan rasa kebangsaan mereka dengan nilai-nilai nasionalisme melalui penggunaan bahasa nasional dalam setiap pertemuan resmi dan menghargai pluralitas dalam kehidupan sosial budaya dan beragama. Potensi rukun juga dikembangkan dari sikap keterbukaan masyarakat lokal disana. Sebagaimana yang diyakini secara umum oleh masyarakat Minang, bahwa sikap keterbukaan merupakan bagian dari jati diri. Selanjutnya pluralitas juga terjadi pada masyarakat yang tinggal di kawasan Kecamatan Lunang Silaut. Meski secara budaya terdapat banyak perbedaan antara etnis Jawa dan Minang, namun pada prinsipnya terdapat persamaan nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh, budaya kolektivisme yang dimiliki oleh kedua etnis. Pada masyarakat Minang, budaya kolektif disimbolkan dengan rumah gadang sedangkan pada orang Jawa nilai kolektivisme disimbolkan dengan falsafah hidup mangan ora mangan ngumpul. Kesamaan nilai budaya lainnya yang mejadi potensi rukun adalah budaya santun yang dimiliki kedua kelompok. Dalam budaya Minang sikap sopan santun dan rasa hormat merupakan etika penting dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Ajaran adat Minangkabau yang lain tentang sopan santun ini adalah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Artinya seseorang harus bisa menyesuaikan diri dan menghormati kebiasaan masyarakat setempat dimana dia tinggal. Potensi rukun lainnya adalah kesamaan agama, kebetulan agama yang dianut oleh pendatang pada umumnya adalah Islam sebagaimana agama yang diyakini oleh penduduk setempat (Wanda Fitri, 2009). 39

8 Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Polonia juga merupakan masyarakat yang terdiri dari beberapa etnis dan agama. Masyarakat ini mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia yang multietnis dan memiliki keanekaragaman budaya. Namun meskipun dengan adanya perbedaan dapat memperbesar terjadinya pertentangan diantara warga masyarakat tersebut, mereka tetap lebih memilih untuk hidup dengan berbaur dengan warga yang lain meskipun berbeda etnis. Mereka hidup sama seperti masyarakat lainnya yaitu saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, saling menghargai dan menghormati, serta saling menjaga keharmonisan antara satu dengan yang lain. Begitulah cara yang diharapkan dan dilakukan oleh warga masyarakat tersebut dalam menghadapi pluralitas yang terjadi di sekitar mereka Konsep Perilaku Masyarakat Coping Behaviour dalam Menghadapi Banjir Masyarakat banjir yang mengalami kondisi banjir di sekitar lingkungan mereka memiliki perilaku yang berbeda- beda dalam menghadapi banjir yang terjadi di lingkungan mereka. Banjir yang terus menerus terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat membuat masyarakat mempunyai cara atau srategi sendiri untuk mengatasi bencana banjir, salah satu tindakan yang dilakukan masyarakat adalah coping behaviour. Dalam kajiannya mengenai Coping Behaviour, Pramadi (dalam Wardani,2009), menyatakan bahwa coping behaviour secara bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk menghadapi masalah, tekanan, atau tantangan. Selain itu merupakan respon perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan masalah. Strategi Coping Behaviour berfokus pada emosi seperti (a) Positive reappraisal (memberi penilaian positif) yaitu bereaksi dengan menciptakan makna positif yang bertujuan untuk mengembangkan diri termasuk melibatkan diri dalam hal-hal yang religius. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping 40

9 positive reappraisal akan selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya atas segala sesuatu yang terjadi dan tidak pernah menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan apa yang masih dimilikinya. (b) Accepting responbility (penekanan pada tanggung jawab), yaitu bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi dan berusaha meendudukkan segala sesuatu sebagaimana mestinya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping accepting responbility akan menerima segala sesuatu yang sedang terjadi sebagaimana mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialaminya. (c) Self controlling (pengendalian diri) yaitu bereaksi dengan melakukan regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan. Contohnya adalah seseorang yang melakukan tindakan ini dalam menyelesaikan masalah akan selalu berfikir sebelum berbuat sesuatu dan menghindari untuk melakukan sesuatu tindakan secara tergesa-gesa. 4. Distancing (menjaga jarak) yaitu tindakan yang dilakukan agar tidak terbelenggu oleh permasalahannya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping ini dalam penyelesaian masalah, hal ini tampak dari sikapnya yang kurang peduli terhadap persoalan yang sedang dihadapi, bahkan mencoba melupakannya seolah- olah tidak pernah terjadi apa- apa (Mohammad Khasan dan Mochamad Widjanarko, 2011). Sikap yang diambil masyarakat dalam menghadapi bencana secara umum merupakan upaya menuju penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Sikap masyarakat berkaitan erat dengan persepsi masyarakat terhadap kejadian bencana. Partisipasi masyarakat merupakan proses teknis untuk memberi kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar masyarakat mampu memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan lebih baik 41

10 dalam suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. Beberapa tindakan juga harus dilakukan masyarakat untuk siap siaga dalam menghadapi terjadinya banjir, yaitu (a) Persiapan dalam pencegahan kemungkinan banjir. Untuk menghindari risiko banjir, sebaiknyamembuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi dan melakukan tindakan-tindakan pencegahan. (b)mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir. (c)melakukan persiapan untuk mengungsi dan melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui tempat evakuasi sehingga mengetahui tempat mana yang aman apabila terjadi banjir. (d)mengembangkan program penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman banjir dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperhitungkan ancaman banjir dalam perkembangan masa depan. (e)memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui orang pada saat banjir dan tentunya melakukan perbaikan pada kondisi jembatan yang kurang baik. (f) Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor tetap bekerja pada saat terjadi banjir. (g) Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir atau petunjuk kedalaman genangan air (Yayasan IDEP,2007) Peristiwa banjir di Kota Medan Akibat hujan deras yang melanda Medan, ribuan rumah yang ada di lima daerah Kecamatan kota Medan terendam banjir. Debit air di pemukiman warga, terutama di bantaran Sungai Deli cenderung naik. Warga dihimbau mengungsi dan tidak bertahan di rumah mengantisipasi hal 42

11 yang tidak diinginkan. Imbauan untuk mengungsi telah disampaikan kepada warga di lokasi banjir di Kecamatan Medan Polonia sejak Kamis (4/1/2011) siang. Sebagai antisipasi, pihak kecamatan mendirikan tenda penampungan di sejumlah titik, termasuk di samping kantor Camat Medan Polonia. Pihak kecamatan juga mendirikan dapur umum karena peralatan masak warga ikut terendam banjir. Wilayah Kecamatan Medan Maimun menjadi kawasan terparah akibat bencana banjir besar yang melanda Kota Medan dan sekitar di Sumatera Utara. Enam kelurahan di kecamatan ini ikut diterjang luapan air Sunga Deli yang mengalir di tengah Kota Medan. Enam kelurahan tersebut adalah Kelurahan Aur, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Jati, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Sei Mati. Totalnya, hampir sekitar rumah warga yang terendam banjir di wilayah ini. Kecamatan ini sebenarnya berada di tengah kota, namun dalam bencana banjir kali ini, wilayah Kecamatan Medan Maimun terkena dampak paling buruk. Sebelumnya, di akhir tahun 2010, Kelurahan Aur juga sempat terendam banjir. Saat itu, Sungai Deli yang meluap juga sempat mencapai ketinggian hingga satu meter dan merendam ratusan rumah di kawasan itu. Bahkan, Dinas Kesehatan Medan juga sempat menurunkan tim medis untuk mengantisipasi munculnya berbagai penyakit. Pada saat banjir tahun 2011 lalu terjadi puluhan posko sudah didirikan di sekitar Kecamatan Medan Maimun tersebut untuk menampung para korban banjir. Selain itu, sejumlah dapur umum juga dibuat untuk menyediakan makanan bagi para korban. Dapur umum yang terdapat di Jalan Brigjen Katamso menjadi yang terbanyak. Kota Medan dilanda banjir terbesar dalam satu dekade terakhir. Ribuan rumah warga terendam akibat luapan sungai yang tak mampu menampung debit air dari hulu. Pada peristiwa tahun lalu tersebut semua pihak diimbau lebih waspada karena potensi banjir masih 43

12 mengancam, menyusul tingginya tingkat curah hujan. Pemerintah pun diharapkan menyiapkan sistem peringatan dini. Peringatan yang diberikan terhadap seluruh sungai yang melintasi Kota Medan, seperti Sungai Deli,Sungai Babura, dan Sungai Belawan,meluap menggenangi sejumlah rumah dan sejumlah badan jalan. Bahkan di Kelurahan Aur dan Sei Mati,Medan Maimon, ada rumah warga yang hanya terlihat atapnya.sebab,ketinggian air mencapai 6 meter. Banjir terparah memang terjadi di Medan Maimon. Enam kelurahan di kawasan ini digenangi air. Diperkirakan rumah terendam air. Di Medan Polonia, yaitu Kelurahan Suka Damai, 85 rumah yang tergenang air, Kelurahan Polonia 300 rumah, dan Kelurahan Anggrung 33 rumah, Kelurahan Sari Rejo 19 rumah. Selanjutnya, di Kecamatan Medan Sunggal, banjir terparah terjadi di Kelurahan Kampung Lalang. Di kawasan ini 460 rumah terendam, sedangkan di Kelurahan Sunggal 180 rumah.kemudian di Kecamatan Medan Helvetia, 400 rumah terendam di Kelurahan Cinta Damai,dan 250 rumah di Kelurahan Tanjung Gusta. Namun, tidak ada laporan korban jiwa akibat bencana banjir ini. Foto 5. Banjir besar yang terjadi pada 01 April 2011 yang menggenangi rumah warga di Kawasan Aur 44

13 Sementara itu, 86 rumah warga di Kompleks Flamboyan, Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan diterjang banjir. Rumah warga terendam karena tanggul yang membatasi perumahan dengan Sungai Tuntungan jebol pada pukul WIB dini hari. Berdasarkan pantauan wartawan sekitar pukul WIB, jejeran mobil warga yang berhasil diselamatkan berjejer di sepanjang Jalan Flamboyan Raya.Teriakan histeris korban yang lebih dulu menyelamatkan diri turut mewarnai suasana pagi di wilayah Tuntungan tersebut. Air meluap hingga ke pintu masuk perumahan. Jembatan, tembok pembatas, dan sebagian rumah hancur dihantam arus sungai. Akibatnya, warga yang menempati kompleks terjebak di dalam rumah hingga hampir 7 jam. Berdasarkan data yang dihimpun dari Bagian Administrasi Pemerintahan Umum Setda Kota Medan tercatat, berikut keterangan mengenai kecamatan di Kota Medan yang terkena banjir pada 14 April 2011 : Kecamatan Lingkungan / Kelurahan Korban Banjir Medan Petisah I 40 KK (160 jiwa) dan 35 rumah III 32 KK (133 jiwa) dan 30 rumah VII 95 KK (300 jiwa) dan 60 rumah X 11 KK (20 jiwa) dan 9 rumah Medan Tuntungan III 75 rumah Medan Belawan I 243 jiwa II 85 jiwa III 353 jiwa VI 550 jiwa Medan Sunggal I 46 KK IV 185 KK X 40 KK XI 19 KK Medan Maimun Kelurahan Sukaraja 138 KK 45

14 Kelurahan Jati 20 KK Kelurahan Sei Mati 624 KK Kelurahan Aur 656 KK Kelurahan Hamdan 485 KK Kelurahan Kampung Baru 920 KK Medan Barat I 29 KK (291 jiwa) dan 31 rumah II 180 jiwa dan 35 rumah Medan Selayang Kelurahan Beringin 105 KK Medan Polonia Kelurahan Suka Damai 145 KK (725 jiwa) dan 85 rumah Kelurahan Sari Rejo 19 KK (79 jiwa) dan 19 rumah Kelurahan Polonia 416 KK (1.125 jiwa) dan 312 rumah Kelurahan Anggrung 34 KK (186 jiwa) dan 33 rumah Kelurahan Madras Hulu 3 KK (15 jiwa) dan 3 rumah Medan Baru Kelurahan Padang Bulan 417 KK Kelurahan Merdeka 187 KK Kelurahan Petisah Hulu 219 KK Kelurahan Darat Lingkungan 100 KK Kelurahan Titi Rantai 103 KK Lingkungan Medan Helvetia IV 120 KK V 115 KK VI 158 KK Kelurahan Tanjung Gusta 1989 KK Medan Johor Kelurahan Titi Kuning 8 KK Kelurahan Pangkalan Mansyur 45 KK Kelurahan Johor 157 KK Kelurahan Kwala Bekala 228 KK Medan Marelan Kelurahan Renggas Pulau 50 KK Kelurahan Labuhan Deli 136 KK Medan Deli Kelurahan Titi Papan 463 KK Medan Labuhan Kelurahan Pekan Labuhan 1624 KK Kelurahan Martubung 1038 KK Kelurahan Sei Mati 358 KK 46

15 2.3. Kejadian banjir di Kelurahan Polonia Banjir merupakan keadaan dimana beberapa wilayah tergenang air dengan ketinggian tertentu. Banjir dapat disebabkan karena beberapa faktor penyebab yaitu karena curah hujan yang sangat tinggi pada wilayah tertentu dan banjir juga dapat disebabkan karena banjir tersebut merupakan banjir kiriman dari wilayah yang telah terkena banjir sebelumnya.di daerah Kelurahan Polonia sendiri banjir sudah sering terjadi beberapa waktu terakhir ini. Namun banjir yang paling besar yang terjadi di Kelurahan Polonia tersebut adalah banjir yang terjadi pada bulan April tahun Hujan yang terjadi malam Kamis (31/3/2011) sampai dengan Jumat (1/4/2011) pagi menyebabkan air sungai Babura meluap yang mengakibatkan berbagai daerah terendam banjir, seperti di kawasan jalan Mongonsidi- Kecamatan Polonia Medan terutama di Jalan Karya Bersama dan Karya Utama tergenang air setinggi lutut orang dewasa. Pantauan di lapangan air terus semakin meninggi menggenangi permukiman penduduk di mana sejak pukul 4.00 WIB dinihari air terus membanjiri permukiman warga dan banjir kali ini merupakan banjir terparah yang sebelumnya pada 2002 pernah mengalami banjir seperti ini. Pada tahun 2002 banjir juga menggenangi kelurahan Polonia. Akibat air yang sangat tinggi, jembatan penghubung antara pajak sore ke lingkungan 3, Kelurahan polonia, pun terputus sehingga warga di sekitar sempat menggunakan rakit yang terbuat dari bambu sehingga mereka tetap bisa beraktivitas dari satu daerah ke daerah lain. Setelah kejadian banjir 2002 tersebut, banjir yang terparah terjadi adalah banjir pada tahun 2011 seperti yang telah dipaparkan di atas. Air mulai menggenangi tempat tinggal warga 47

16 sejak pukul 4.00 dinihari. Dan, dalam waktu 20 menit debit air terus memasuki rumah warga. Hujan lebat yang terjadi pada malam sebelumnya dan banjir kiriman dari gunung membuat air sungai terus meluap. Pemukiman yang berada di sekitar sungai pun sudah mulai tenggelam dan pemukiman yang berada agak jauh dari sungai mulai ditinggalkan oleh para penghuninya karena mereka takut kalau air akan merendam rumah mereka. Pada saat air semakin menggenangi wilayah Kelurahan Polonia tersebut, berbagai peringatan pun dilakukan dengan cara memukul tiang listrik yang ada di daerah tersebut untuk mengingatkan warga agar segera menyelamatkan jiwa dan harta bendanya karena banjir yang terjadi pada saat itu sangat dahsyat dan diperkirakan akan merendam kawasan Medan Polonia dan sekitarnya. Selain merusak sebagian rumah, di mana barang-barang yang menjadi korban seperti kasur, berkas-berkas, lemari, kereta, mobil, peralatan rumah tangga, peralatan elektronik (televisi dan kulkas) dan barang-barang pecah belah, binatang ternak telah terbawa arus banjir. Selain itu pembangunan Hermes Palace Medan yang berada di wilayah tersebut yang paling besar mengalami kerugian karena bahan-bahan material bangunan banyak yang terbawa arus air dan kerugian secara dari korban banjir besar di daerah ini tercatat mencapai miliaran rupiah. (wawancara dengan S.I. Ginting, tanggal 18 juni 2012 jam wib di rumah informan) 2.4. Tingkah laku penduduk Kelurahan Polonia dalam menghadapi banjir Bencana dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat, yang dipengaruhi oleh faktor pemicu dan tingkat keterpaparan dari kejadian tersebut. Oleh karena banjir yang terus menerus terjadi, tentunya masyarakat mempunyai cara atau srategi sendiri untuk mengatasi bencana banjir. Hal tersebut dikenal dengan nama coping, secara teoritis coping merupakan 48

17 upaya seseorang baik secara kognitif, afektif, dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal secara spesifik (Croker,dkk, 1999). Pramadi (dalam Wardani, 2009) mengatakan bahwa coping behaviour secara bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk menghadapi masalah, tekanan, atau tantangan, selain itu merupakan respon perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Chaplin (dalam Wardani, 2009). Jika individu dapat menggunakan perilaku copingnya dengan baik maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula. Perilaku penduduk Kelurahan Polonia hampir sama dengan perilaku yang telah dipaparkan di atas. Di dalam menghadapi banjir yang terjadi tentu setiap individu, setiap kelompok mempunya perasaan was- was atau khawatir dengan bencana yang mereka sedang lewati. Pada saat banjir besar yang melanda penduduk Kelurahan Polonia pada bulan April tahun 2011 lalu, masyarakat sekitar berusaha untuk tidak terlalu panik karena mereka sadar apabila mereka berlaku seperti itu akan semakin membuat keadaan menjadi kacau. Perlahan- lahan warga masyarakat yang terkena musibah banjir tersebut mengamankan barang- barang berharga milik mereka lalu mencari tempat yang aman untuk keluarganya sementara waktu. Selain itu warga masyarakat Kelurahan Polonia juga berinteraksi dengan sesama warga lainnya yang tentunya terkena musibah tersebut. Interaksi itu dilakukan karena persamaan masalah yang mereka sedang hadapi, yaitu banjir. Selain itu melalui interaksi yang dilakukan masyarakat Kelurahan Polonia yang sedang mengalami musibah banjir pada saat itu adalah untuk mengurangi perasaan penat yang mereka alami saat itu. Dengan berinteraksi dengan orang lain warga masyarakat Kecamatan Polonia akan merasa lebih sabar dan tabah dalam menghadapi banjir yang terjadi pada saat itu (01/04/2011). 49

18 2.5. Karakteristik banjir Sungai Deli di Kecamatan Medan Polonia Pembuangan limbah langsung ke sungai sudah merupakan hal yang sangat sering terjadi di dalam kehidupan sehari- hari, terutama di kota Medan. Akibat dari pencemaran sungai ini menyebabkan sungai tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya yang justru menimbulkan penyakit apabila digunakan, dan dapat berakibat lebih jauh bila ternyata limbah yang dibuang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Disamping itu banyaknya limbah dan sampah di sungai dapat membuat sungai berbau busuk dan terjadinya banjir. Sungai-sungai utama yang berada di kota Medan yaitu sungai Deli, sungai Percut, dan sungai Belawan. Seiring berjalannya waktu dari hari ke hari jumlah debit air yang ada di sungai Deli semakin lama semakin bertambah, dengan begitu diperlukan adanya normalisasi pada sungai Deli tersebut. Namun dikarenakan sungai Deli berada atau melintasi pusat pemerintahan dan melintasi pusat pemukiman kota Medan, maka sangat sulit dilakukannya normalisasi sungai. Pada banjir yang terjadi pada April tahun 2011 lalu, sungai Deli pun meluap ke lingkungan yang ada di sekitarnya serta membanjiri rumah- rumah disekitarnya tersebut. Berikut gambar Sungai Deli yang meluap tahun lalu (01/04/2011). Foto 6. Gambar warga yang berusaha mengungsi di tengah luapan air dari Sungai Deli yang mengalir sangat deras 50

19 2.6. Aktivitas Masyarakat Pluralis Dalam Menghadapi Bencana Alam Masyarakat Cina Istilah Cina berasal dari nama dinasti Chin (abad ketiga sebelum Masehi) yang berkuasa di Cina selama lebih dari dua ribu tahun sampai pada tahun Bencana banjir, kelaparan, dan peperangan memaksa orang-orang bangsa Chin ini merantau ke seluruh dunia. Kira-kira pada abad ke tujuh orang-orang ini mulai masuk ke Indonesia. Pada abad ke sebelas, ratusan ribu bangsa Chin mulai berdiam di kawasan Indonesia, terutama di pesisir timur Sumatera dan di Kalimantan Barat. Bangsa Chin yang merantau dari Cina ini di Indonesia lalu disebut dengan cina perantauan. Orang-orang Cina perantauan ini mudah bergaul dengan penduduk lokal sehingga mereka bisa diterima dengan baik. Para perantau yang membawa keluarga mereka kemudian membentuk perkampungan yang disebut dengan "Kampung Cina." Cina menganut Confucianism menjadi maju karena ajarannya yang tidak menyukai kekerasan. Salah satu hal penting yang diajarkan ialah "Janganlah berbuat sesuatu yang kau tak inginkan orang berbuat kepadamu". Ajaran penting lainnya ialah "Selalu hormatilah orang yang lebih tua, lebih-lebih orang tuamu". Prinsip lainnya adalah "Kalau kamu hidup mampu, jangan sampai saudarasaudaramu hidup berkekurangan". Itulah salah satu prinsip yang menyebabkan keluarga keturunan Cina selalu memperhatikan saudara-saudara, jadi kalau yang satu kaya akan membantu yang kekurangan: memberikan pekerjaan, membantu secara moral dan finansial. Hal- hal yang telah dipaparkan di atas dilakukan masyarakat Cina dalam menghadapi berbagai bencana alam yang terjadi di sekitar lingkungannya termasuk dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina biasa tidak panik di dalam menghadapi bencana alam seperti pula bencana banjir yang terjadi yang sering terjadi beberapa kurun waktu terakhir. Masyarakat Cina pun 51

20 cenderung bersikap ulet di dalam menghadapi bencana banjir. Mereka menghadapi bencana yang banjir dengan segera bertindak dibanding mengeluh. Seperti pada kejadian banjir besar yang terjadi pada tahun 2011 lalu (01/04) di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III,Kelurahan Polonia, masyarakat Cina yang mengetahui bahwa air mulai masuk ke dalam rumah segera mengambil tindakan agar tidak terjebak di dalam banjir yang bisa dikatakan merupakan banjir yang paling parah dalam beberapa kurun waktu terakhir. Mereka cenderung segera melakukan berbagai tindakan penyelamatan terhadap anggota keluarga. Mereka langsung mengingatkan dan juga mempersiapkan hal- hal lain yang berhubungan dengan dampak yang bisa ditimbulkan dalam menghadapi bencana banjir. Selain itu, mereka cenderung tidak mengeluh karena mereka menyadari bahwa dengan mengeluh hanya akan memperlambat proses berjalannya penyelamatan diri dan keluarganya dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina juga tidak segan membantu orang lain di luar dari lingkungan keluarga mereka. Alasannya adalah masyarakat Cina percaya bahwa apa yang mereka lakukan terhadap orang lain juga akan mereka terima di dalam perlakuan masyarakat di dalam kehidupan sehari- hari. Sikap yang mau menolong tidak hanya pada keluarga sendiri yang membuat masyarakat ini juga akan mendapat bantuan apabila ada bencana yang datang secara tidak terduga. Jadi masyarakat Cina yang terkenal ahli di dalam perdagangan pun memiliki keahlian tertentu di dalam kehidupan sehari- hari. Setiap manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, karena masyarakat ini juga menerapkan prinsip tersebut di dalam kehidupan sehari- hari, termasuk di dalam menghadapi berbagai bencana alam yang bisa dating sewaktu- waktu tanpa bisa diperkirakan Masyarakat India 52

21 Ada beberapa kelompok suku India-Indonesia yang telah lama menetap di Indonesia. Kelompok suku masyarakat Tamil dari India Selatan banyak terdapat di daerah Sumatera Utara (Medan, Pematang Siantar, dll). Masyarakat India adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai- nilai kebudayaan. Mereka tidak pernah melupakan kebudayaannya, walaupun kebudayaan di India bersifat mencampurkan berbagai macam elemen yang bertentangan, namun hal tersebut yang membuat masyarakatnya semakin bangga terhadap kebudayaan yang mereka miliki. Di dalam kehidupan bermasyarakat, India mengenal sistem kasta yaitu sistem dimana ada pembagian masyarakat secara bertingkat di dalam sistem kasta tersebut. Di dalam kehidupan sosial masyarakat India memang mengenal adanya tingkatan di dalam sistem sosial mereka, tetapi karena adanya pembauran antara budaya India dengan budaya yang lain dan tidak meninggalkan budaya yang lama sehingga kebudayaan mereka semakin lengkap. Hal tersebut pula yang mendasari terjadinya interaksi yang baik di dalam masyarakat India dalam menghadapi bencana alam, seperti banjir. Semenjak masyarakat India menyebar di dalam berbagai lingkungan, mereka berbaur antara satu dengan yang lain. Sama halnya dengan masyarakat India yang berada di Medan yang mengalami banjir besar pada tahun 2011 lalu (01/04). Mereka sangat menjunjung tinggi komunikasi antara satu dengan yang lain.pada saat bencana banjir mulai datangm masyarakat India akan saling bekerjasama untuk menanggulangi segala dampak yang timbul dari bencana alam yang terjadi. Masyarakat India yang disatu sisi sangat tegas di dalam mempertahankan kebudayaannya pun akan saling membantu apabila bencana alam terjadi. Seperti yang terjadi tahun lalu, sebuah keluarga India yang rumahnya terendam banjir diminta oleh masyarakat India yang lain, yang pada saat terjadi bencana alam tidak mengalami dampak yang terlalu parah pada saat terjadi banjir, untuk tinggal sementara sampai air surut dengan keluarga mereka. Padahal pada kenyataannya kedua keluarga tersebut 53

22 hanya sekedar mempunyai persamaan sebagai masyarakat etnis India dan tidak memiliki hubungan keluarga. Dari hal di atas dapat kita lihat bahwa di dalam menghadapi bencana alam masyarakat India memiliki tingkat solidaritas yang tinggi diantara sesama mereka. Meskipun tidak memiliki hubungan keluarga, antara masyarakat India bisa memberikan bantuan di dalam menghadapi bencana alam secara luar biasa yakni dengan memberikan tumpangan sementara bagi mereka yang mengalami kerugian dari dampak bencana alam yang terjadi. Walaupun tidak memiliki dasar hubungan yang erat, persamaan sebagai masyarat India yang membuat adanya hubungan interaksi diantara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Dalam menghadapi bencana banjir juga masyarakat India cenderung tertutup dan tidak banyak mengemukakan segala keluhan yang berkaitan dengan bencana alam, seperti banjir, yang mereka alami. Biasanya masyarakat India lebih suka bertindak pada saat menghadapi bencana alam yang terjadi. Begitu ada bencana alam yang terjadi mereka langsung memikirkan hal- hal mana yang pertama harus dilakukan agar apabila bencana alam tersebut selesai tidak akan mengganggu kelangsungan kehidupan mereka selanjutnya. Selain itu juga dapat meminimalisir segala bentuk kerugian yang bisa terjadi di dalam menghadapi bencana alam di sekitar mereka dan tidak dapat diperkirakan waktu dari bencana alam tersebut Masyarakat Karo Masyarakat Karo merupakan kelompok masyarakat pribumi yang banyak menempati wilayah di Sumatera Utara dan sekitarnya. Di setiap wilayah yang berada di Medan hampir di setiap daerah ditempati oleh masyarakat Karo. Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau 54

23 adat yang cukup kental. Di dalam kehidupan bekerja sehari- hari, suku Karo ini terkenal dengan kegigihan dan pantang menyerahnya. Hal tersebut apabila dikaitkan dengan bagaimana cara mereka menghadapi banjir tentu akan berpengaruh juga. Apabila bencana alam tiba, seperti misalkan meletusnya gunung dan banjir, biasanya suku Karo akan bertindak cepat dalam menghadapi bencana alam tersebut. Mereka menggunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi di saat bencana alam terjadi. Pada umumnya juga masyarakat Karo akan saling melengkapi dengan satu yang lain di antara masyarakat yang mengalami bencana alam. Misalnya pada saat terjadi bencana alam, masyarakat karo yang tidak mengalami bencana alam akan membantu membuat makanan bagi masyarakat yang mengalami bencana banjir. Kebutuhan akan makanan tentu sangadat diperlukan bagi setiap orang terutama disaat terjadi bencana seperti bencana banjir. Makanan yang dibuat pun dapat dibuat dalam jumlah yang banyak agar bisa dikonsumsi oleh banyak orang yang sedang mengalami banjir. Sekalipun tidak terlalu dekat hubungan kekerabatan diantara mereka namun pada umumnya antara masyarat Karo yang satu dengan yang lain akan terjalin hubungan yang erat dikarenakan budaya masyarakat Karo yang sangat menjunjung tinggi persamaan suku diantara sesamanya. 55

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah bencana alam. Data dari Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN Mbina Pinem 1 Abstrak Permukiman kumuh sampai sekarang masih merupakan permasalahan penting bagi kota-kota di Indonesia, karena jumlah dan luasnya semakin meningkat.penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang setiap tahunnya dilanda banjir, fenomena tersebut merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan, sebab telah menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta terletak di tengah kota atau kabupaten di karesidenan Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri

Lebih terperinci

Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan

Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan 1. Kecamatan Medan Amplas : Kelurahan/Desa Harjosari I Kelurahan/Desa Harjosari II Kelurahan/Desa Timbang Deli Kelurahan/Desa Bangun Mulia Kelurahan/Desa

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin

Lebih terperinci

Lampiran I Skematik Proses Perijinan. Universitas Sumatera Utara

Lampiran I Skematik Proses Perijinan. Universitas Sumatera Utara 61 Lampiran I Skematik Proses Perijinan 62 1. SISTEM PENGAGENDAAN PADA BUKU IJIN LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN TANGGAL : 25 JANUARI 2010 No. Urut Tanggal Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah Negara yang berada di bawah garis khatulistiwa. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya akan berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan di Daerah Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam banjir bandang yang terjadi di daerah Batu Busuk Kelurahan Lambuang Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang pada Bulan Ramadhan tanggal Selasa, 24 Juli 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

FOTO DOKUMENTASI PDAM TIRTANADI SUNGGAL BENDUNGAN SUNGAI BELAWAN. RAW WATER TANK (Bak Pengendap) BANGUNAN INTAKE. RAW WATER PUMP ( Pompa Air)

FOTO DOKUMENTASI PDAM TIRTANADI SUNGGAL BENDUNGAN SUNGAI BELAWAN. RAW WATER TANK (Bak Pengendap) BANGUNAN INTAKE. RAW WATER PUMP ( Pompa Air) FOTO DOKUMENTASI PDAM TIRTANADI SUNGGAL BENDUNGAN SUNGAI BELAWAN BANGUNAN INTAKE RAW WATER TANK (Bak Pengendap) RAW WATER PUMP ( Pompa Air) BANGUNAN CLEARATOR FILTER FINISH WATER PUMP (Pompa Distribusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam merupakan suatu fenomena alam yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal ini, bencana alam dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup tinggi, dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Air merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda di daerah batu busuk kelurahan lambuang bukit kecamatan pauh kota padang pada hari selasa, 24 Juli 2012 tepatnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

SOLIDARITAS SOSIAL PADA MASYARAKAT PLURALIS YANG SERING MENGALAMI BENCANA BANJIR

SOLIDARITAS SOSIAL PADA MASYARAKAT PLURALIS YANG SERING MENGALAMI BENCANA BANJIR SOLIDARITAS SOSIAL PADA MASYARAKAT PLURALIS YANG SERING MENGALAMI BENCANA BANJIR (Studi Kasus Pada Masyarakat etnis Cina, India, dan Karo di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya

Lebih terperinci

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) Delapan kecamatan di Kota Cilegon dilanda banjir, Rabu (25/4). Banjir kali ini merupakan yang terparah karena merata di seluruh kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga bagimanusia dan semua makhluk hidup. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.

Lebih terperinci

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR Cetakan ke-1, 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang IAARD Press, 2012 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini tentu saja dikarenakan banyak wilayah di Indonesia pada saat musim hujan sering dilanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

2015 DAMPAK BANJIR CILEUNCANG TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN BANDUNG

2015 DAMPAK BANJIR CILEUNCANG TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah salah satu bencana yang cukup populer di Indonesia pada musim hujan karena beberapa wilayah di Indonesia sering mengalami bencana banjir. Dibanding dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi (Sandy, 1988: 6). Persamaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atmosfer bumi selalu mengalami perubahan dari waktu - kewaktu. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika intensitasnya terlalu besar dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia sendiri yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara Administratif Indonesia terletak di antara dua Benua yaitu Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu Samudra Pasifik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh Bersama Ke-5, Jakarta, 8 Februari 2012 Rabu, 08 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh Bersama Ke-5, Jakarta, 8 Februari 2012 Rabu, 08 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh Bersama Ke-5, Jakarta, 8 Februari 2012 Rabu, 08 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN CAP GO MEH BERSAMA KE-5 DI JIEXPO KEMAYORAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana sebagai peristiwa/kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan, atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR REALISASI PEMANTAUAN DEBIT AIR DAN PENANGANAN BENCANA BANJIR BADAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

DAFTAR REALISASI PEMANTAUAN DEBIT AIR DAN PENANGANAN BENCANA BANJIR BADAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Koordinat Titik KAWASAN YANG TERENDAM JENIS NO TANGGAL LOKASI Bujur Timur Lintang Selatan JUMLAH KAWASAN KETINGGIAN KET BENCANA PEMUKIMAN ' " ' " KK/JIWA PERKEBUNAN DEBIT AIR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat majemuk. Geertz (dalam Suparlan, 1999), menjelaskan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan yang menyandang status sebagai Pusat Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang menuntut kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota padang adalah Kota terbesar dipantai barat Pulau Sumatera sekaligus Ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki luas wilayah 694,96 km 2 dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola curah hujan. Kedua samudera ini merupakan sumber udara lembab

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola curah hujan. Kedua samudera ini merupakan sumber udara lembab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang dilalui garis katulistiwa dan mempunyai iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi secara tiba-tiba dalam tempo relatif singkat dalam hubungan antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bencana merupakan sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional semangat persatuan dan kesatuan. Buatlah kesimpulan berkaitan dengan arti penting persatuan dan kesatuan, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika. d. Tulislah hasil pengamatan dan diskusi dalam tabel berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

ANALISA BANJIR KAB. ACEH SELATAN

ANALISA BANJIR KAB. ACEH SELATAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SULTAN ISKANDAR MUDA Alamat : Bandara Sultan Iskandar Muda Telp. 0651-24217 Blang Bintang Aceh Besar Fax. 0651-31774 Email: stamet.blangbintang@bmkg.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan fenomena atau kejadian yang tidak dapat dihindari, dari tahun ke tahun kejadiannya dapat meningkat dengan pesat. Bencana alam sendiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti 231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Lebih terperinci

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI TSUNAMI ADALAH... Ÿ Serangkaian gelombang laut yang sangat besar, akibat dari gempa bumi yang sangat kuat bersumber di laut. Ÿ Gempa bumi membuat perubahan mendadak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci