BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia digolongkan kepada masyarakat yang bersifat majemuk. Geertz (dalam Suparlan, 1999), menjelaskan bahwa masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dalam masing-masing sub sistem yang terikat dalam satu ikatan primodial seperti suku-bangsa, agama, adat-istiadat, golongan atau kelompok dan sebagainya. Lebih lanjut, Rudito (1991) menjelaskan bahwa masyarakat majemuk terdiri dari berbagai golongan suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem politik yang terdapat pada masyarakat itu sendiri. Masing-masing suku bangsa tetap mempertahankan identitasinya, meskipun harus mengikuti aturan-aturan yang berkenaan dengan peranannya dalam masyarakat. Kemajemukan masyarakat Indonesia dicerminkan dari keberagaman suku bangsa yang dapat dilihat dari masyarakat pribumi seperti Jawa, Mandailing, Toba, Minangkabau, Madura, Melayu dan sebagainya. Selain itu, kehadiran bangsa asing dari Negara luar ke Indonesia seperti halnya Cina, India, Arab dan Eropa menambah keberagaman suku bangsa Indonesia. Kehadiran bangsa asing tersebut dikarenakan kepulauan Indonesia pernah menjadi salah satu tempat singgah perdagangan bangsa-bangsa Cina, India, Arab (Machmud dalam Fachruddin, 2005:131). Kehadiran tersebut lambat laun membuat pendatang tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga Negara Indonesia 1

2 seperti bangsa India dan Cina. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan mereka sampai di Indonesia, sehingga dalam suatu daerah yang semula hanya dihuni oleh suatu suku bangsa tertentu saja akhirnya daerah tersebut dihuni oleh beberapa suku bangsa yang hidup saling berdampingan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Soemardjan (1988) menjelaskan bahwa manusia dalam melakukan perpindahan mempunyai beberapa alasan-alasan tertentu yang pada dasarnya tidak akan terlepas dari alasan ekonomi. Alasan ekonomi merupakan alasan utama manusia dalam melakukan suatu perpindahan untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah asalnya. Salah satu bangsa asing yang datang ke Indonesia yaitu masyarakat India. Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, Gujarat. Suku bangsa 1 Punjabi adalah kelompok suku bangsa Indo-Arya dari Asia Selatan. Kelompok ini berasal dari wilayah Punjab yang juga menjadi tempat beberapa peradaban tertua di dunia termasuk peradaban pertama dan tertua dunia yaitu Peradaban Lembah Indus (htp://id.wikipedi.org/wiki/punjabi). Di Indonesia, suku bangsa Punjabi tidak hanya terpaku dalam satu wilayah saja melainkan menyebar ke berbagai wilayah. Umumnya suku bangsa Punjabi tersebar di wilayah Jawa seperti; Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan di wilayah Sumatera Utara seperti; Medan, Binjai, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, maupun Kisaran. Persebaran tersebut disebabkan kedatangan mereka tidak dengan cara berkelompok melainkan dengan cara sendiri-sendiri, sehingga pola 1 Etnik disebut suku bangsa, istilah yang digunakan dalam tulisan ini adalah suku bangsa, jika ada istilah lain itu hanya sekedar kutipan. 2

3 pemukiman mereka tersebar di berbagai sudut kota. Walaupun suku bangsa Punjabi datang tidak secara berkelompok, hal ini tidak membuat mereka terpecah belah melainkan membentuk hubungan yang baik guna mempererat atau memperkuat hubungan antarsesama suku seperti halnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan. Menurut Lubis (2005:140) suku bangsa Punjabi telah ada di Kota Medan sejak pertengahan abad ke 19. Lebih lanjut Lubis menjelaskan bahwa kebanyakan mereka datang dengan tujuan berdagang, ada juga yang bekerja sebagai penjaga rumah ataupun gudang dan pengawas bagi orang-orang belanda pada zaman perkebunan tembakau dibuka. Di Kota Medan suku bangsa Punjabi juga tersebar keberbagai wilayah seperti Marelan, Marendal, Polonia, Tengku Umar, dan Sari Rejo. Di Kota Medan suku bangsa Punjabi yang paling banyak berdomisili di wilayah Sari rejo. Penduduk suku bangsa Punjabi di Kota Medan sangat sedikit jika dibandingkan dengan suku bangsa Melayu, Minang, Batak, Tionghoa atau lainnya. Hal tersebut membuat suku bangsa Punjabi tinggal dan menetap secara mengelompok dan memperkuat identitasi maupun tradisi budaya mereka. Suku bangsa Punjabi mempunyai solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tetap eksis dalam berbagai kegiatan di Kota Medan seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan dan keagamaan (Veneta,1998:37). Dalam bidang ekonomi, suku bangsa Punjabi tergolong tekun dan sukses dalam menjalankan bisnis, sehingga secara ekonomi mereka terlihat mapan dibandingkan suku-suku India lainnya seperti Tamil yang menetap di Kota 3

4 Medan. Kesuksesan ini dapat dilihat dari berdirinya toko-toko sport yang sudah ditekuni sejak tahun 1930-an. Hingga saat ini telah ada kurang lebih 20 toko sport di Kota Medan yang pemiliknya berasal dari suku bangsa Punjabi. Dalam bidang pendidikan, suku bangsa Punjabi membuka tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang dibuka untuk umum. Sedangkan dalam bidang keagamaan suku bangsa Punjabi sangat taat terhadap ajaran yang dianutnya yaitu ajaran sikh (Veneta,1998:37). Secara harafiah sikh dapat diartikan sebagai murid atau pengikut. Orang sikh adalah murid dari pendiri mereka yaitu Guru Nanak dan para pengikut ajarannya. 2 Ajaran sikh merupakan bagian dari agama Hindu yang didirikan pada abad ke-16 di Punjab. Guru Nanak merupakan pembawa ajaran sikh. Guru Nanak mengambil yang terbaik dari agama Hindu dan Islam selanjutnya menggabungkan kedua agama tersebut, sehingga terbentuk ajaran sikh. Dari kedua agama tersebut, ajaran sikh mengikuti sisi teologi dari agama Islam yaitu tentang keyakinan satu Tuhan serta percaya kepada Allah Yang Maha Esa dan melarang penggunaan berhala. Selain itu, ajaran sikh mengikut i sisi ritual dari agama Hindu yaitu pengaruh tradisi Hindu yang sangat kental. Suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran sikh tidak menghilangkan jati dirinya. Hal ini disebabkan mudahnya mereka untuk dikenal melalui sorban 3 yang digunakan untuk menutup kepala pada kaum laki-laki, yang mana sorban tersebut 2 Guru Nanak seorang yang pada asalnya beragama Hindu tradisional, dia yang menggabungkan ciri-ciri agama Hindu dan Islam menjadikan ajaran sikh yang percaya kepada adanya satu Tuhan. Ada 9 pengikut ajaran Guru Nanak yaitu; Guru Angad Dev, Guru Amar Das, Guru Ram Das, Guru Arjun Dev, Guru Har Gobind, Guru Har Rai, Guru Har Krishan, Guru Tegh Bahadur dan Guru Gobind Singh. 3 Sorban merupakan Penutup kepala pada kaum laki-laki suku bangsa Punjabi. 4

5 ada yang berwarna biru 4, putih 5 dan hitam 6, sedangkan untuk warna-warna lain hanya sebagai selera saja. Sorban ini harus dipakai sebagai bagian praktek ajaran kepercayaan yang sangat penting. Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai suku bangsa, dimana semuanya dapat disebut sebagai suku bangsa minoritas. Kota Medan terletak di daerah Melayu, namun budaya Melayu tidak menjadi budaya dominan karena masing-masing suku bangsa lainnya mempertahankan identitasinya. Bahkan dalam memperkuat identitasi tersebut masing-masing suku bangsa mendirikan suatu organisasi yang bercirikan suku bangsanya. Sebagai contoh, dalam mempertahankan identitasi suku bangsa Punjab, mereka saling mempererat hubungannya di dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai aktivitas keagamaan atau aktivitas sosial. Umumnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan menganut ajaran sikh. Dalam ajaran sikh, suku bangsa Punjabi mempunyai sub organisasi sosial di dalam Gurdwara (sebagai organisasi sosial induk) yaitu sukhmani. Sukhmani memiliki berbagai kegiatan yang terkait dengan ajaran Sikh. Sukhmani merupakan kegiatan pembacaan ayat-ayat suci untuk mencapai kehidupan yang lebih baik yang diikuti kaum ibu-ibu. Adapun tujuan dari sukhmani ini untuk mempererat silaturahmi antar-anggota sesama suku bangsa Punjabi khususnya yang menganut ajaran sikh. Sukhmani dilakukan setiap hari jumat di Gurdwara. Kaum ibu-ibu 4 Sorban biru menggambarkan pikiran yang luas seperti langit, tidak ada tempat untuk prasangka. 5 Sorban putih menggambarkan orang suci yang menempuh kehidupan sebagai teladan. 6 Sorban hitam menggambarkan pengingatakan penindasan Inggris atas orang sikh pada tahun

6 sukhmani ini juga membahas keperluan-keperluan barang yang dibutuhkan dalam Gurdwara. Suku bangsa Punjabi juga mempunyai kegiatan-kegiatan yang menganut ajaran sikh, seperti memperingati hari guru dan samelan. Samelan merupakan suatu bentuk acara seperti kegiatan belajar guna memperdalam ajaran sikh yang ditujukan terhadap kaum muda-mudi. Samelan ini mempunyai bagi kelompok kelas yaitu Maitis dan Jetha serta dalam pelaksanaan kegiatan ini mempunyai kriteria anggota dari 5 tahun sampai belum menikah. Maitis terdiri dari satu kelas dan mereka mempelajari sekaligus mengenal para guru (pahlawan) melalui ceritacerita dan gambar, sedangkan jetha terdiri dari beberapa kelas yang ditentukan oleh guru mereka. Jetha mempelajari cara menggunakan benda-benda yang dianggap suci di dalam Gurdwara, contohnya cara menggunakan buku besar, cara mengucapkan doa sembahyang dan lain-lain. Biasanya setiap hari sabtu mudamudi kumpul jam 5 sore di Gurdwara 7 untuk memperdalam ajaran yang mereka anut. Hal ini dapat diketahui sebagai pendidikan di luar sekolah karena mereka tidak mendapatkan pendidikan agama di sekolah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penting untuk mengkaji pelaksanaan kegiatan samelan sebagai salah satu kegiatan keagamaan suku bangsa Punjab di Kota Medan. Kegiatan tersebut diperuntukkan bagi kaum muda-mudi untuk mewujudkan tanda eksistensi suku bangsa Punjabi dari heterogenitas masyarakat Kota Medan selain sebagai wujud eksistensi ajaran sikh kuil). 7 Gurdwara adalah sebutan tempat ibadah bagi yang menganut ajaran sikh (sering disebut 6

7 dihadapan ajaran-ajaran lainnya. Di samping itu, juga sebagai wujud pelestarian budaya suku bangsa Punjabi di luar daerah asalnya. 1.2 Ruang Lingkup Permasalahan Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahaman dan pelestarian ajaran sikh, serta menyatuhkan suku bangsa Punjabi dan mengespresikan kehadirannya di tengah-tengah heterogenitas masyarakat Kota Medan? Permasalahan ini dituangkan ke dalam 4 (empat) pertanyaan penelitian yakni: 1. Apa yang mendasari dilaksanakan samelan? 2. Siapa saja yang terlibat dan bagaimana syarat-syarat keterlibatan dalam kegiatan samelan? 3. Bagaimana proses pelaksanaan samelan? 4. Kepentingan apa saja yang dicerminkan dari kegiatan samelan tersebut? 1.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Kotamadya Medan. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas hasil pengamatan sementara yang menunjukkan bahwa adanya berdiri sebuah Gurdwara termewah di Asia Tenggara dan pelaksanaan kegiatan samelan di dalamnya. Di Kota Medan kegiatan samelan hanya terdapat di Gurdwara Sari Rejo. 7

8 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang kegiatan yang terkait dengan ajaran sikh, khususnya pada kaum muda-mudi yang disebut dengan samelan. Lebih rincinya menggambarkan tentang apa yang mendasari dilaksanakan samelan, siapa saja yang terlibat dan bagaimana syaratsyarat keterlibatan dalam kegiatan samelan, bagaimana proses pelaksanaan samelan, kepentingan apa saja yang dicerminkan dari kegiatan samelan tersebut. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis dapat menambah pemahaman tentang wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahamandan pelestarian ajaran sikh, khususnya pelaksanaan kegiatan samelan yang dilihat dari sudut pandang penelitian Antropologi. Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan suku bangsa Punjabi ataupun yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan samelan di Kota Medan. 1.5 Tinjauan Pustaka Menurut Koentjaraningrat (1990:248) perpindahan dapat menyebabkan pertemuan-pertemuan antarkelompok manusia dan kebudayaan yang berbeda, yang mengakibatkan individu-individu dalam kelompok dihadapkan dengan unsur kebudayaan yang lain. Seperti halnya suku bangsa Punjabi dihadapkan dengan suku bangsa yang berbeda dengan kebudayaannya. 8

9 Fenomena perpindahan penduduk sudah sejak dahulu kala dan bukan suatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Dari hasil penelitian Naim (1984:9) bahwa ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai mobilitas perpindahan yang cukup tinggi seperti halnya orang Minangkabau, Banjar, Bugis, dan Batak. Di tempat yang baru, orang pendatang akan beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak menghilangkan budayanya dengan sendirinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Ermansyah (2005:25) bahwa keberadaan seseorang atau sekelompok orang di tempat yang baru dengan latar sosial budaya yang berbeda mewujudkan 3 (tiga) proses sosial yang saling berkaitan yaitu: Pertama, pengelompokan kembali di dalam latar belakang sosial budaya yang baru. Proses ini merupakan proses penting dalam hubungannya dengan proses adaptasi atau adanya kecenderungan dari seseorang atau sekelompok orang untuk tetap berhubungan dan menetap bersama warga kelompok asalnya di tempat yang baru. Kedua, proses rekonstruksi sejarah kehidupan yang baru terbentuk. Hal ini memiliki arti yang sangat berbeda bagi seseorang atau sekelompok orang, karena latar belakang budaya yang berbeda dengan latar budaya dimana mereka menjadi bagian sebelumnya. Ketiga, proses rekonfigurasi proyekproyek etnik mereka. Seseorang atau sekelompok orang yang berbeda di tempat baru akan meyusun kembali dan menegaskan identitasi kelompok atau kebudayaannya. Perubahan konteks atau latar sosial budaya menimbulkan kesadaran seseorang atau sekelompok orang untuk menegaskan kembali asal usul dan identitasi kebudayaannya. Hal ini menunjukkan suatu proses reproduksi kebudayaan yang dapat dipahami dari 3 (tiga) aspek (Abdullah dalam Ermansyah, 2005:26), yaitu: Pertama, aspek kognitif, yang melihat kebudayaan sebagai sistem gagasan yang merupakan pedoman hidup manusia. Untuk itu, gagasan dan berbagai aspek kehidupan 9

10 seseorang atau sekelompok orang akan dikaji untuk melihat sistem kosmologis dalam rangka menjelaskan bentuk-bentuk reproduksi kebudayaan. Kedua, aspek evaluatif, yang merupakan standar nilai yang masih direproduksi dan digunakan untuk menilai kehidupan di tempat yang baru. Hal ini mengarah kepada analisis norma-norma dan nilai-nilai yang masih berperan di dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang, meskipun di dalam latar sosial budaya yang berbeda. Aspek evaluatif sangat penting diperhatikan karena berkaitan erat dengan pemberian makna terhadap suatu kehidupan. Ketiga, aspek simbolik, yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi kebudayaan yang dapat dilihat dari berbagai upacara dan kegiatan yang berlangsung. Keberadaan berbagai upacara dan kegiatan kebudayaan tersebut merupakan tanda penting dari pelestarian kebudayaan. Secara langsung, hal tersebut menjelaskan bentuk-bentuk reproduksi kebudayaan yang diwujudkan seseorang atau sekelompok orang di dalam latar sosial budaya yang berbeda. Demikian halnya dengan suku bangsa Punjabi, bentuk reproduksi kebudayaan dapat dilihat dari kegiatan samelan. Kegiatan samelan ini dibentuk khusus kepada kaum muda-mudi suku bangsa Punjabi. Samelan merupakan aktivitas yang terkait dengan ajaran/agama sikh. Ajaran/agama sikh dapat dihadapkan sebagai kebudayaan. Sebagaimana dijelaskan oleh Geertz (1992:5:49) bahwa agama adalah sebuah simbol-simbol yang berlaku untuk menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi dan tahan lama dalam diri manusia dengan merumuskan konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan membungkus konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas sehingga suasana hati dan motivasi-motivasi itu tampak khas realitis dan merupakan suatu operasi dua-tahap; pertama, suatu analisis atas sistem makna-makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang meliputi agama 10

11 tertentu, dan kedua, mengaitkan sistem-sistem itu pada struktur sosial dan prosesproses psikologis. Secara umum kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapat dari proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan yang berasal dari pengalaman individu atau masyarakat yang pada akhirnya terorganisir dalam pikiran individu atau masyarakat tersebut. Geertz (dalam Kuper, 1999:98) juga menjelaskan kebudayaan adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan mengembangkan pengetahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur prilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik. Sebagai sistem budaya, ajaran sikh merupakan jaringan makna-makna yang dirajut oleh suku bangsa Punjabi. Dalam hal ini, jaringan makna-makna yang dirajut suku bangsa Punjabi di luar daerah asalnya yakni di Kota Medan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti pelaksanaan kegiatan samelan. Berbagai aktivitas tersebut sesunggungnya merupakan simbol yang bermakna bagi suku bangsa Punjabi khususnya kaum muda-mudi di Kota Medan. Spradley (1990:121) menyebutkan bahwa simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjukkan pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga 11

12 unsur yakni simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar dari semua makna simbolik. Makna yang melibatkan simbolik dan rujukan tersebut makna referensial. Walaupun penting makna referensial, namun tidak terlalu jauh mengarahkan pada suatu makna kebudayaan. Makna referensial hanya mulai menggores permukaan makna yang disandikan dalam simbol-simbol yang digunakan masyarakat. Untuk lebih memahami makna dari suatu simbol, maka harus dilihat kontekstual yang menyertainya. Dengan demikian, kegiatan samelan yang dirajut di dalam Gurdwara merupakan salah satu simbol bagi ajaran sikh yang diekspresikan guna mewujudkan suatu identitasi yang membedakan dengan suku bangsa lainnya. Menurut kamus etimologi Van Dale (dalam Nainggolan 2006:7) identitasi berasal dari kata Latin identitasi yang artinya sama dengan dirinya sendiri. Identitasi mempunyai dua pengertian. Pengertian yang pertama adalah pengertian akan kesamaan absolut. Dengan demikian, orang dapat melihat kesamaan dalam mempersatukan diri mereka. Pengertian yang kedua adalah keunikan kelompok etnik tertentu yang membuat mereka berbeda dari kelompok lain. Keunikan kelompok merupakan unsur identitasi kelompok yang istimewa. Ekspresi identitasi melalui kegiatan samelan tersebut membuat hubungan kaum muda-mudi Punjabi tetap terjaga dengan baik. Sehingga mereka tetap menegaskan identitasinya di setiap tempat yang baru. Sebagaimana kegiatan samelan di Kelurahan Sari Rejo merupakan bentuk reproduksi budaya suku bangsa Punjabi yang berada di daerah lain. 12

13 Kegiatan samelan yang dilaksanakan oleh suku bangsa Punjabi di Kota Medan merupakan suatu identitasi yang dibawa oleh suku bangsa Punjabi yang berada di Malaysia. Hal tersebut direproduksi sesuai nilai yang masih dipertahankan sebagai aktivitas simbolik ajaran sikh. Sekaligus sebagai wujud pelestarian ajaran sikh maupun mempertahankan identitasi suku bangsa Punjabi di lingkungan yang baru, seperti halnya di Kota Medan. Adapun kegiatan-kegiatan kebudayaan yang masih dilakukan suku bangsa Punjabi antara lain; upacara kematian, kelahiran dan perkawinan serta sebagai sarana komunikasi suku bangsa Punjabi dengan Guru, leluhurnya. Selain itu suku bangsa Punjabi juga tetap mempertahankan tari-tarian dari daerah asalnya, pakaian yang digunakan di dalam Gurdwara sebagai bentuk identitasi sukunya. Dalam hal ini, kepercayaan dan kebudayaan suku bangsa Punjabi saling terkait dan saling mendukung. Kenyataan tersebut dikuatkan oleh pendapat Geertz (1992:4) bahwa simbol-simbol sakral berfungsi mensintesiskan suatu etos bangsa yaitu nada, ciri dan kualitas kehidupan, moral dan gaya estetis. 1.6 Metodologi Penelitian Tipe penelitian Penelitian ini bertipekan deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara mendalam tentang wujud samelan sebagai kegiatan dalam pemahaman dan pelestarian ajaran sikh. Dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis data yang akan dikumpulkan yaitu; data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Data 13

14 sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet yang berhubungan dengan masalah penelitian. Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi tanpa partisipasi. 8 Dalam observasi tanpa partisipasi, peneliti hanya mengamati dari luar tanpa melibatkan diri dalam segala kegiatan sosial suku bangsa Punjabi. Observasi tanpa partisipasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan pada saat samelan. Dapat dilihat benda-benda apa saja yang ada di dalam Gurdwara, cara berpakaian para anggota samelan, bendabenda apa yang digunakan pada saat kegiatan samelan, cara berkomunikasi antara anggota samelan dengan guru begitu juga dengan sesama anggota samelan dan memutar ulang video pasa saat acara samelan. Hasil pengamatan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diberikan informan di lapangan. Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Dalam wawancara mendalam peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang dibantu dengan alat perekam (tape recorder) dan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Wawancara tersebut dilakukan guna memperoleh keterangan sesuai masalah yang diteliti. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. 8 Observasi tanpa partisipasi adalah si peneliti atau si pengamat melakukan pemeriksaan tanpa melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini si peneliti bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamati tersebut dengan menggunakan kacamata atau referensi dengan standard tertentu (seorang peneliti/ahli ilmu social misalnya dengan menggunakan konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian). 14

15 Informan pangkal adalah orang yang pertama sekali ditemui di lapangan. Dalam hal ini, informan pangkal yakni pengurus Gurdwara. Informan kunci atau pokok adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai permasalahan yang diteliti yang dalam hal ini yakni Guru, pengurus Gurdwara, panitia samelan, dan orang tua dari kaum muda-mudi, sedangkan informan biasa adalah kaum muda-mudi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan samelan. Jumlah informan akan ditentukan di lapangan. Dalam penelitian, jika seluruh informasi yang dibutuhkan belum lengkap maka pencarian informan berlangsung dan jika informasi sudah lengkap maka pencarian informan dihentikan. Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan pangkal, dibutuhkan untuk memperoleh informasi tentang siapa orang-orang yang dapat memberikan informasi lebih dalam yang terkait dengan yang diteliti di lapangan dan juga sejarah suku bangsa Punjabi maupun keberadaan mereka. Wawancara yang ditujukan kepada informan kunci atau pokok dilakukan untuk memperoleh informasi sejarah kedatangan suku bangsa Punjabi di Kota Medan, alasan dibentuknya samelan dan berbagai kegiatan yang dilakukan, keanggotaan di dalam samelan, aturan-aturan apa saja yang berlaku pada saat samelan, kegiatankegiatan apa yang dilakukan pada saat samelan, siapa-siapa saja orang yang ikut berpartisipasi pada saat samelan, dan kepentingan yang didapat dalam kegiatan samelan, sedangkan wawancara yang ditujukan kepada informan biasa dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai alasan muda-mudi ikut bergabung dalam pelaksanaan kegiatan samelan yang dilakukan di lapangan, serta kepentingan apa yang didapat melalui pelaksanaan kegiatan samelan tersebut. Untuk 15

16 memperlancar proses wawancara, terlebih dahulu dibangun hubungan baik dengan informan. Dalam hal ini, peneliti membangun hubungan dengan informan dengan cara datang berkunjung ke rumah untuk menjalin hubungan yang lebih baik dan mengikuti beberapa kegiatan sehari-hari dari para informan Teknik Analisa data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara kualitatif yang menganalisis tentang pelaksanaan kegiatan samelan suku bangsa Punjabi khususnya pada muda-mudi. Data yang telah didapat dari hasil observasi, wawancara, dan sumber keperpustakan disusun berdasarkan pemahaman atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian hasil pencatatan tersebut, disusun dan berupaya menggabungkan dan menghubungkan atas jawaban dari informan sehingga mencapai tujuan penelitian, dan sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk bersikap objektif, data yang diperoleh tidak dikurangi, ditambah ataupun dirubah, sehingga tidak mengurangi keaslian data yang diperoleh dari di lapangan. 16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengakuan terhadap 6 agama resmi di Indonesia membawa dampak tersendiri bagi penganut agama yang tidak termasuk dalam kategori agama yang diakui tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga terlestari di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

India di perantauan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India di seluruh

India di perantauan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India di seluruh BAB I PENDAHULUAN Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sejak abad ke 19 kota Medan telah tumbuh sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memutuskan untuk menetap dan pada akhirnya memiliki keturunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memutuskan untuk menetap dan pada akhirnya memiliki keturunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gurdwara merupakan tempat ibadah bagi umat agama Sikh, dimana Sikh adalah suatu agama monoteistik yang berdiri pada abad ke-16. Kata Sikh berarti murid. Agama Sikh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkawinan akan mengungkapkan bahwa banyak keputusan menyeluruh, pilihan-pilihan, atau alternatif sedang dipertimbangkan, dan bahwa semua itu membentuk atau menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kedatangan etnis Tamil dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

Kata kunci : Sikh, Susu Lembu dan Ritual Keagamaan,

Kata kunci : Sikh, Susu Lembu dan Ritual Keagamaan, PENGARUH BUDAYA DAN AGAMA TERHADAP PENGGUNAAN SUSU LEMBU DALAM RITUAL KEAGAMAAN SUKU PUNJABI PENGANUT AGAMA SIKH DI KOTA MEDAN Oleh : Rosramadhana, Dedi Andriansyah Ayu Febryani dan Sonya Indri Sebayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan metabolisme tubuh, atau hanya sekadar untuk menyenangkan perut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makan merupakan kebutuhan paling dasar dan utama bagi setiap makhluk hidup yang sifatnya naluriah, tetapi jenis makanan apa yang layak dan tidak layak dimakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk berkreasi dan berkarya. Manusia berkarya melalui cara dan media yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat dan kepercayaan pada setiap etnik bangsa yang menjadikan sebuah daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan yang berbeda-beda. Saat ini, pemerintah Indonesia mengakui adanya

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan yang berbeda-beda. Saat ini, pemerintah Indonesia mengakui adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia terdiri dari masyarakat yang memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Saat ini, pemerintah Indonesia mengakui adanya enam agama, dan sisanya

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf mendefinisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman suku bangsa di

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman suku bangsa di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Masalah dan Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman suku bangsa di Indonesia, yaitu: dari Sabang sampai Marauke, dan di dalam setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang memiliki nilai estetika. Tari sebagai karya seni dapat dimaknai sebagai suatu ekspresi perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. terdengar istilah organisasi. Menurut Edgar H. Schein, organisasi adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. terdengar istilah organisasi. Menurut Edgar H. Schein, organisasi adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Konsep Organisasi Masyarakat adalah mahluk sosial yang hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono,

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Provinsi ini terdiri atas beberapa pulau, antara lain Pulau Flores,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan di Sumatera Utara adalah sebuah kota yang tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan tahun bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Proses mobilitas orang India ke Kota Medan dapat dibagi. dalam dua periode. Periode pertama, perpindahan orang India

BAB VI KESIMPULAN. Proses mobilitas orang India ke Kota Medan dapat dibagi. dalam dua periode. Periode pertama, perpindahan orang India BAB VI KESIMPULAN Proses mobilitas orang India ke Kota Medan dapat dibagi dalam dua periode. Periode pertama, perpindahan orang India sebelum Medan menjadi sebuah kota kolonial pada akhir abad ke- 19.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, Jawa, Batak Karo, India dan Cina. Di antara etnik tersebut terdapat dua kelompok etnik yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain. digilib.uns.ac.id 128 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Film PK merupakan film bertemakan agama yang memberikan gambaran tentang pluralitas elemen agama yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di negara India.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1. Sejarah Kota Medan Kota Medan sebagai Ibukota dari propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai keunikan yang berbeda dari ibu kota lainnya yang ada di Indonesia. Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional

Lebih terperinci

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON 100904024 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Peran Identitas Etnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan keturunan, baik dari keturunan Cina, India, Arab dan lain-lain. Setiap golongan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan bersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci