BAB II EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT. Kolombia merupakan negara penghasil sebagian besar kokain di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT. Kolombia merupakan negara penghasil sebagian besar kokain di"

Transkripsi

1 21 BAB II EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT Kolombia merupakan negara penghasil sebagian besar kokain di dunia.sebanyak 70% kokain yang beredar di dunia berasal dari negara tersebut (Global Illicit Drug Trends, 2001). Tercatat dalam arsip resmi United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC, 2001) bahwa pada tahun 1991 hingga tahun 2000, Kolombia mengalami perkembangan signifikan dalam potensi produksi kokain. II.1. Produksi Kokain di Kolombia Drugs Enforcement Agency (DEA, 2014), menyatakan bahwa kokain dikenal dengan beberapa sebutan antara lain; Coca, Coke, Crack, Flake, Snow, dan Soda Cot. Kokain memiliki bentuk padat berupa bubuk berwarna putih bersih. Pada umumnya penyalahguna narkoba menggunakan kokain dengan cara menghirup langsung, melarutkan dengan air lalu menyuntikkan ke pembuluh vena, maupun menghisap seperti cara menggunakan rokok. Salah satu efek yang ditimbulkan dari kokain adalah menimbulkan euforia bagi pengguna. Intensitas euforia yang ditimbulkan oleh kokain tergantung pada kecepatan kokain dalam menjangkau otak dan dosis kokain yang digunakan. Kokain dapat menimbulkan meningkatnya tekanan darah dan denyut

2 22 nadi, perubahan ukuran pupil, insomnia, dan kehilangan nafsu makan. Kemudian penggunaan kokain jangka panjang dapat berujung pada penyakit jantung kronis dan bahkan kematian (Drug Fact Sheet, 2014). Kokain dihasilkan melalui serangkaian pengolahan tanaman hasil ladang koka. Salah satu kumpulan ladang koka terbesar di dunia dimiliki oleh Kolombia dan tersebar di berbagai wilayah Kolombia dengan luas mencapai lebih dari 100 hektar di tahun Pesatnya perluasan ladang koka Kolombia tidak hanya menguntungkan bagi kartel narkoba, namun juga menguntungkan bagi masyarakat Kolombia yang memiliki mata pencaharian sebagai petani koka. Mata pencaharian sebagai petani koka di Kolombia pada umumnya sudah dilakukan secara turun-temurun atau berdasarkan pada tradisi keluarga. Pada masyarakat asli Kolombia (indigenous people), koka biasa digunakan untuk kegiatan atau keperluan sehari-hari seperti untuk dijadikan teh, obat-obatan tradisional, dan rokok. Kemudian ketika koka mulai disalahgunakan menjadi bahan dasar pembuatan narkoba, kartel-kartel narkoba mendorong para petani koka untuk lebih produktif dalam penanaman koka, dan bahkan bersedia membayar para petani koka sebanyak tiga kali lipat dari penghasilan mereka (Lusignan, 2004). Oleh karenanya, mayoritas dari masyarakat asli Kolombia yang bergantung pada koka sebagai sumber penghasilan mereka. Luas ladang koka di Kolombia mengalami peningkatan sejak tahun 1991, dapat dilihat pada Grafik 1 sebagai berikut.

3 23 Grafik 1. Penanaman Koka Kolombia (dalam satuan hektar) Sumber: Global Illicit Drug Trends, 2001 Pada tahun 1991 luas ladang koka Kolombia mencapai hektar, kemudian mengalami sedikit penurunan di tahun 1992 yaitu menjadi hektar. Berikutnya, yaitu di tahun 1993, ladang koka di Kolombia kembali bertambah luas mencapai hektar dan semakin bertambah luas hingga pada tahun Untuk lebih jelas, peningkatan tersebut adalah mencapai hektar pada tahun 1994, hektar pada tahun 1995, hektar pada tahun 1996, hektar pada tahun 1997, hektar pada tahun 1998, hektar pada tahun 1999, dan mencapai angka hektar pada tahun Tingkat pertumbuhan ladang koka di Kolombia yang terjadi sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 adalah sebanyak 13%.

4 24 Ladang koka terbesar di Kolombia terletak di wilayah Meta, Caquetá, Guaviare, dan Putumayo (Colombia Coca Survey, 2004). Meningkatnya luas ladang koka berbanding lurus dengan potensi produksi kokain di Kolombia. Kokain yang didapat dari hasil serangkaian proses berupa pemetikan, pengeringan, dan ekstraksi terhadap daun koka, akan siap diselundupkan oleh para kartel narkoba Kolombia ke pasar narkoba. Beberapa kartel besar di Kolombia antara lain adalah Kartel Medellin dan Kartel Cali. Penyelundupan kokain dilakukan oleh kartel-kartel tersebut baik lingkup dalam negeri maupun hingga mencapai lingkup global. Perkembangan potensi produksi kokain di Kolombia dapat dilihat pada Grafik 2. Grafik 2. Potensi Produksi Kokain di Kolombia Tahun (dalam satuan metrik ton) Sumber: Global Illicit Drug Trends, 2002

5 25 Potensi produksi kokain di Kolombia terus mengalami peningkatan dalam jangka waktu satu dekade. Pada tahun 1991 hingga tahun 1992 potensi produksi kokain di Kolombia hanya mengalami sedikit peningkatan, yaitu mencapai 88 metrik ton pada tahun 1991 dan 91 metrik ton pada tahun Kemudian terus meningkat cukup tajam di tahun-tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1993 mencapai 119 metrik ton, 201 metrik ton pada tahun 1994, 230 metrik ton pada tahun 1995, 300 metrik ton pada tahun 1996, 350 metrik ton pada tahun Peningkatan ini berlanjut hingga mencapai 435 metrik ton pada tahun 1998 dan 520 metrik ton pada tahun Puncaknya adalah pada tahun 2000 dimana potensi produksi kokain Kolombia mencapai 580 metrik ton atau setara dengan menyumbang 79% produksi kokain di dunia (Global Illicit Drug Trends, 2002). II. 2. Hasil Penyitaan Kokain di Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan target utama penyelundupan kokain bagi kartel narkoba Kolombia. Pada tahun 2000, Amerika Serikat termasuk negara kedua setelah Kolombia yang memiliki hasil sitaan kokain terbanyak di dunia. Penyelundupan kokain ke Amerika Serikat banyak dilakukan oleh kartel besar narkoba yang ada di Kolombia seperti Pablo Escobar yang memimpin Kartel Medellin dan Jose Santacruz Londono beserta Gilberto Orejuela yang memimpin Kartel Cali. Banyak dari petinggi kartel narkoba Kolombia tersebut memiliki hubungan dengan orang-orang

6 26 berpengaruh di Amerika Serikat. Masuknya kokain ke Amerika Serikat juga juga dipermudah dengan berkembangnya fasilitas komunikasi yang semakin canggih terutama dengan komputer berbasis internet demi melancarkan penjualan narkoba (Soedarsono, 2012: ). Untuk menyelundupkan kokain dari Kolombia menuju Amerika Serikat, para kartel narkoba Kolombia biasa menggunakan tiga jalur utama yaitu, melalui Meksiko atau melewati koridor Amerika Tengah, koridor Karibia, maupun langsung dari wilayah Andean menuju Amerika Serikat. Tercatat dalam laporan Office of National Drug Control Policy (ONDCP, 2001), disebutkan bahwasebanyak 54% dari kartel narkoba memilih untuk melakukan penyelundupan melalui koridor Meksiko atau Amerika Tengah, kemudian sebanyak 43% melalui koridor Karibia, dan yang terakhir adalah sebanyak 3% memilih untuk menggunakan jalur langsung dari wilayah Andean. Kemudian untuk transportasi yang digunakan juga terdapat beberapa alternatif, namun ada dua yang sangat umum digunakan oleh para mafia atau kartel narkoba Kolombia. Jika mengambil jalur langsung dari Kolombia, tranportasi ini dilakukan dengan menyelundupkan kokain menggunakan kapal selam langsung dari Kolombia ke Amerika Serikat. Namun jika melalui jalur darat, mereka memilih untuk menyelundupkan melalui jalur rahasia berupa jalur bawah tanah yang berlokasi di perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat maupun jalur-jalur serupa yang berlokasi di Amerika Tengah dan Karibia.

7 27 Drug enforcement Administration (DEA), sebagai lembaga milik Amerika Serikat yang secara spesifik mengurus tindak kejahatan terkait dengan penyalahgunaan narkoba, melakukan penyelidikan berikut penyitaan terhadap kokain di Amerika Serikat secara rutin. Kemudian dari hasil penyitaan tersebut didapatkan hasil bagaimana tingkat peredaran kokain yang terjadi di Amerika Serikat. Hasil yang didapatkan oleh DEA dijabarkan dalam Grafik 3. Grafik 3. Hasil Penyitaan Kokain di Amerika Serikat Tahun (dalam satuan kilogram) Sumber: DEA Factsheet, 2014 Grafik 3 menunjukkan bahwa Amerika Serikat turut menghadapi epidemi penyelundupan kokain yang cukup siginifikan. Pada tahun 1991 hingga tahun 1992, hasil penyitaan kokain di Amerika Serikat cukup tinggi dan mengalami peningkatan.

8 28 Pada tahun 1991 hasil sitaan kokain mencapai kilogram, kemudian kilogram pada tahun Hasil kokain sitaan ini sempat menurun di tahun 1993 yaitu ada pada angka kilogram, kemudian kembali meningkat tajam di tahun 1994 yaitu mencapai kilogram. Hasil sitaan ini kembali mengalami penurunan yaitu kilogram pada tahun 1995, lalu terus menurun hingga kilogram di tahun 1996, dan kilogram di tahun Pada tahun 1998, hasil kokain sitaan di Amerika Serikat kembali meningkat mencapai kilogram, selanjutnya terus meningkat hingga tahun 2000 dan pada tahun 1999 hasil sitaan kokain mencapai kilogram, serta meningkat cukup tajam pada tahun 2000, yaitu mencapai kilogram. Menurut laporan dari DEA (2014), hasil penyelundupan kokain di Amerika Serikat yang berhasil disita, sejumlah 90% dari kokain tersebut adalah hasil produksi manufaktur kokain Kolombia. Berikut dalam Grafik 4 adalah penjabaran terkait dengan produksi kokain dari Kolombia yang diselundupkan ke Amerika Serikat dari tahun 1991 hingga tahun 2000.

9 29 Grafik4. Penyelundupan Kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat Tahun Sumber: DEA Factsheet (2014) Menurut grafik diatas, tercatat pada tahun 1991 penyelundupan kokain di Amerika Serikat mencapai kasus, yang kemudian meningkat hingga mencapai kasus pada tahun Pada tahun 1993, penyelundupan kokain di Amerika Serikat mengalami penurunan yaitu menjadi kasus yang tercatat. Namun di tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1994 kasus penyelundupan kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat kembali mengalami peningkatan yang pada tahun tersebut mencapai angka kasus. Kemudian pada tahun 1995 penyelundupan kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat sempat mengalami penurunan signifikan sampai dengan tahun 1997, tepatnya tercatat kasus di tahun 1995, kasus di tahun 1996, dan di tahun Meskipun demikian, grafik kembali

10 30 menunjukkan adanya eskalasi penyelundupan kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2000, yaitu pada tahun 1997 tercatat kasus, kasus di tahun 1998, di tahun 1999, dan kasus di tahun Serikat II.3. Implikasi Penyelundupan Kokain dari Kolombia Terhadap Amerika Kerugian demi kerugian akibat penyelundupan kokain dari Kolombia terus dialami oleh Amerika Serikat. Penyelundupan kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat melalui kartel narkoba merupakan salah satu tindak kejahatan transnasional terorganisir. Perdagangan kokain secara global dapat menyebabkan berbagai macam masalah bagi Amerika Serikat. Federation of American Scientists (FAS, 2014) menyatakan bahwa penyelundupan narkoba, termasuk juga jenis kokain di dalamnya, Akibat penyalahgunaan narkoba, timbul berbagai masalah kesehatan. Sebanyak orang meninggal di Amerika Serikat pada tahun 1995, dan orang diantaranya meninggal akibat overdosis narkoba. Munculnya penyakit kronis seperti HIV/AIDS yang dapat dengan mudah tertular karena penggunaan alat-alat untuk menyalahgunakan narkoba, seperti alat suntik digunakan secara bergantian. Tercatat pada tahun 1998 sejumlah 33% pria, dan 42% wanita, terjangkit HIV/AIDS akibat penyalahgunaan narkoba di Amerika Serikat. Selain itu narkoba secara psikis juga

11 31 sangat merugikan manusia, karena akibat penyalahgunaan narkoba seorang individu dapat kehilangan akal sehatnya dan tidak lagi mengenal dirinya sendiri sehingga tidak lagi memiliki arah atau tujuan hidup yang jelas (DEA, 2014). Pada sisi ekonomi, Amerika Serikat mengalami kerugian sebanyak USD 110 juta pada tahun 1995 akibat hilangnya produktivitas dari para pengguna narkoba dan untuk memenuhi fasilitas rehabilitasi para pengguna narkoba. Masih pada kerugian di bidang ekonomi, penyelundupan narkoba juga sangat merugikan bagi hasil produksi industri di Amerika Serikat dimana tercatat 8,3 juta pekerja di Amerika Serikat adalah pengguna narkoba. Efek adiktif dan memabukkan yang ditimbulkan narkoba tentunya sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja mereka. Akibat hal tersebut, menurut laporan US National Institute for Drug Abuse (NIDA) pada tahun 1998, Amerika Serikat mengalami kerugian sebanyak USD 77 juta per tahun. Terlebih lagi, narkoba juga memiliki korelasi dengan tingkat kejahatan yang pada tahun yang sama, yaitu pada tahun 1998, sebagian besar dari narapidana di penjara federal tertangkap akibat kejahatan terkait dengan penyalahgunaan narkoba (NIDA, 2014). Pada tahun 1999 tercatat sejumlah USD 63 milyar dipergunakan oleh masyarakat pengguna narkoba untuk membeli narkoba. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi Amerika Serikat, dimana sejumlah dana tersebut bisa dipergunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat bagi perputaran ekonomi Amerika Serikat dibandingkan untuk konsumsi narkoba yang hanya akan menguntungkan bagi para

12 32 pengedarnya (FAS, 2014). Pada tahun 1999, Amerika Serikat menyita kokain dengan total berat 73 metrik ton di daerah-daerah perbatasan Amerika Serikat. Menurut aparat Amerika Serikat yang bertugas di daerah-daerah perbatasan, 90% dari kokain tersebut diselundupkan merupakan hasil produksi Kolombia. Untuk data pengguna kokain di Amerika Serikat, pada tahun 1999 pengguna kokain yang termasuk dalam golongan hard-core users 2 mencapai 3,3 juta orang, atau sedikitnya tiga kali lebih banyak jika dibandingkan dengan pengguna heroin di Amerika Serikat yang hanya mencapai orang. Penyelundupan kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat yang terus menerus berlangsung menimbulkan reaksi politik dari Pemerintah Amerika Serikat. Kerugian yang dialami oleh Amerika Serikat menyebabkan penyalahgunaan narkoba merupakan musuh utama masyarakat Amerika Serikat yang harus ditangani dengan lebih maksimal (Bagley, 1988). Beberapa kerugian yang telah disebutkan di atas memicu Pemerintah Amerika Serikat untuk mengupayakan tindakan lebih lanjut dalam hal pemberantasan narkoba. Salah satu upaya ini adalah dengan mengajak Kolombia untuk menjalin kerjasama dalam memberantas penyelundupan narkoba, terlebih karena posisi Kolombia yang merupakan salah satu negara produsen kokain terbesar di dunia. Di sisi lain, Kolombia juga memiliki visi dan misi yang dinilai sejalan dengan Amerika Serikat dalam hal pemberantasan narkoba. Kedua negara ini 2) Istilah hard-core users mengacu pada pengguna kokain dengan konsumsi kokain sedikitnya sekali dalam satu minggu (Federation of American Scientists, 2014).

13 33 kemudian sepakat untuk menjalankan kerjasama terkait dengan pemberantasan narkoba. Kerjasama ini diwujudkan melalui peningkatan berbagai lembaga kontrol dan pemberantasan terhadap penyelundupan narkoba khususnya yang terjadi antara Kolombia dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat dalam kerjasama bilateral ini memiliki peran sebagai negara pemberi bantuan asing dan Amerika Serikat menyediakan berbagai bentuk bantuan terhadap Kolombia agar Kolombia dapat mengatasi permasalahan narkoba, khususnya narkoba jenis kokain, dalam negaranya dengan lebih maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut

Lebih terperinci

KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM PLAN COLOMBIA SEBAGAI BENTUK PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOBA KOLOMBIA TAHUN

KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM PLAN COLOMBIA SEBAGAI BENTUK PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOBA KOLOMBIA TAHUN KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM PLAN COLOMBIA SEBAGAI BENTUK PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOBA KOLOMBIA TAHUN 1999 2005 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATNYA PEREDARAN NARKOBA DI NIGERIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN AMERIKA SERIKAT

BAB II MENINGKATNYA PEREDARAN NARKOBA DI NIGERIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN AMERIKA SERIKAT BAB II MENINGKATNYA PEREDARAN NARKOBA DI NIGERIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP STABILITAS KEAMANAN AMERIKA SERIKAT Pada bab ini, penulis menggambarkan Nigeria sebagai negara produsen narkoba dan negara transit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

Pola Patronasi Amerika Serikat Studi Kasus: Plan Colombia Tahun

Pola Patronasi Amerika Serikat Studi Kasus: Plan Colombia Tahun Pola Patronasi Amerika Serikat Studi Kasus: Plan Colombia Tahun 1999 2005 Putu Ayu Laksmi Gowindha Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat komplek dan urgent, permasalahan ini menjadi marak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AS-MEKSIKO DALAM UPAYA MEMBERANTAS DRUGS DI TAHUN 2007

KEBIJAKAN AS-MEKSIKO DALAM UPAYA MEMBERANTAS DRUGS DI TAHUN 2007 KEBIJAKAN AS-MEKSIKO DALAM UPAYA MEMBERANTAS DRUGS DI TAHUN 2007 Ni Luh Damaitri Nusa Bangsa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email: may.pooh8@gmail.com ABSTRAK Meksiko merupakan

Lebih terperinci

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA Penyunting Humphrey Wangke Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2011

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Globalisasi itu seperti dua sisi koin yang berbeda. Bukan hanya memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dunia saat ini semua barang kebutuhan sehari-hari dapat ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun dari media

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SINDIKAT NARKOBA DI NIGERIA SKRIPSI

KERJASAMA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SINDIKAT NARKOBA DI NIGERIA SKRIPSI KERJASAMA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SINDIKAT NARKOBA DI NIGERIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari segi medis maupun psikologi sosial. Peredaran narkoba pada saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kejahatan yang bernaung di dalam negeri ini. Kelompokkelompok

BAB I PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kejahatan yang bernaung di dalam negeri ini. Kelompokkelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik politik di Kolombia telah mengakar dan menjadi permasalahan yang sangat rumit. Perdagangan obat bius terbesar di dunia, dikendalikan oleh kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih

BAB I PENDAHULUAN. selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang permasalahan Kolombia merupakan negara dengan populasi ketiga terbesar di bagian selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang tercatat dalam sejarah manusia, NAPZA dipuja karena manfaatnya bagi manusia tetapi sekaligus dikutuk karena efek buruk yang diakibatkannya. NAPZA alami sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

Sejarah, Farmakologi, dan Masalah Napza. Pelatihan Organizer HR Puskesmas

Sejarah, Farmakologi, dan Masalah Napza. Pelatihan Organizer HR Puskesmas Sejarah, Farmakologi, dan Masalah Napza Pelatihan Organizer HR Puskesmas Alasan Tidak Pakai Narkoba (Drugs) Membuat tidak sehat, berbahaya Takut Karena seorang dokter Secara agama salah Takut mati Tidak

Lebih terperinci

UU NO.35 tahun 2009 tentang Narkotika PP 25 tahun 2010 Tentang Wajib Lapor. Abdul Azis T, SKep

UU NO.35 tahun 2009 tentang Narkotika PP 25 tahun 2010 Tentang Wajib Lapor. Abdul Azis T, SKep UU NO.35 tahun 2009 tentang Narkotika PP 25 tahun 2010 Tentang Wajib Lapor Abdul Azis T, SKep Perkembangan kasus narkoba telah m jadi p masalah dunia serta mengancam kehidupan individu, masy, bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOTIKA MELALUI JALUR LAUT ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOLOMBIA

KERJASAMA PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOTIKA MELALUI JALUR LAUT ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOLOMBIA Journal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (3): 723-736 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2014 KERJASAMA PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOTIKA MELALUI JALUR LAUT ANTARA AMERIKA SERIKAT

Lebih terperinci

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA Jakarta, 22 Desember 2016 Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang mengancam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang pesat dalam bidang tekhnologi, komunikasi dan sistem informasi di dunia ini sesungguhnya membawa dua dampak yang sangat besar yaitu dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, masalah penyalahgunaan narkoba meningkat luas, tidak hanya di kota besar namun juga di kota-kota kecil dan pedesaan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan bahan

Lebih terperinci

NARKOBA : ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA Oleh : Chandra Dewi Puspitasari, S.H.

NARKOBA : ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA Oleh : Chandra Dewi Puspitasari, S.H. NARKOBA : ANCAMAN BAGI GENERASI MUDA Oleh : Chandra Dewi Puspitasari, S.H. Laju peredaran narkoba akhir-akhir ini semakin marak. Menjamur, tidak hanya di perkotaan saja tetapi telah merambah pedesaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Salah satunya adalah penyalahgunaan

Lebih terperinci

UPAYA INDONESIA DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN NARKOBA LINTAS NEGARA

UPAYA INDONESIA DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN NARKOBA LINTAS NEGARA UPAYA INDONESIA DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN NARKOBA LINTAS NEGARA (THE EFFORTS OF INDONESIA IN HANDLING TRANSNATIONAL DRUG CRIMES) SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, sehingga segala aspek kehidupan manusia tidak memiliki batas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

Lebih terperinci

UU 22/1997, NARKOTIKA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 22 TAHUN 1997 (22/1997) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Tentang: NARKOTIKA

UU 22/1997, NARKOTIKA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 22 TAHUN 1997 (22/1997) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Tentang: NARKOTIKA UU 22/1997, NARKOTIKA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 22 TAHUN 1997 (22/1997) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Tentang: NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga BAB I PENDAHULUAN Permasalahan penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, dari sudut medik psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psiko sosial (ekonomi politik, sosial budaya, kriminalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum. Masalah

Lebih terperinci

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta 1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Bahaya narkotika di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung Abstrak Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung 1 Ega Kusmawati 2 Antonius Ngadiran 3 Tri Sulastri 1,2,3 Program Studi Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini seseorang cenderung mencari jati diri, memiliki rasa ingin tahu yang besar

Lebih terperinci

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB),

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB), Sambutan Y. M. Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Umum Interpol Ke-85 Dengan Tema Setting The Goals Strengthening The Foundations: A Global Roadmap for International Policing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelindung bagi para pelaku kejahatan tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. pelindung bagi para pelaku kejahatan tersebut. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, secara faktual batas antar negara semakin kabur meskipun secara yurisdiksi tetap tidak berubah. Namun para pelaku kejahatan tidak mengenal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di masa sekarang ini Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Penyalahgunaan Narkoba dan konsekuensinya terhadap kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. a. Penyalahgunaan Narkoba dan konsekuensinya terhadap kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1. Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tingkat Global. a. Penyalahgunaan Narkoba dan konsekuensinya terhadap kesehatan. Di tahun 2013, diperkirakan terdapat total 246 juta orang

Lebih terperinci

PELARANGAN ATAU REGULASI NAPZA?

PELARANGAN ATAU REGULASI NAPZA? PELARANGAN ATAU REGULASI NAPZA? Patri Handoyo Pertemuan Nasional Harm Reduction ke 2 Dari peningkatan tersebut menunjukkan seolah-olah negara sedang mengendalikan peredaran napza agar masyarakat tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) atau yang populer diistilahkan dengan narkoba di kalangan sekelompok masyarakat kita menunjukkan gejala

Lebih terperinci

Kasus penyalahgunaan narkoba

Kasus penyalahgunaan narkoba Narkoba Perusak Generasi Bangsa # Humas Poltekkes Kemenkes Bengkulu # A. PENDAHULUAN Didorong pula oleh rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba, mereka mnerima bujukan tersebut. Selanjutnya akan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama di negara maju maupun negara berkembang. Stroke mengakibatkan penderitaan pada penderitanya, beban sosial ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Narkoba sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan barang haram yang susah untuk didapat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

UPAYA DAN TANTANGAN THAILAND DALAM PENANGGULANGAN NARKOTIKA DAN OBAT TERLARANG MENUJU DRUG-FREE ASEAN Anggia Wulansari ABSTRAK

UPAYA DAN TANTANGAN THAILAND DALAM PENANGGULANGAN NARKOTIKA DAN OBAT TERLARANG MENUJU DRUG-FREE ASEAN Anggia Wulansari ABSTRAK UPAYA DAN TANTANGAN THAILAND DALAM PENANGGULANGAN NARKOTIKA DAN OBAT TERLARANG MENUJU DRUG-FREE ASEAN 2015 Anggia Wulansari ABSTRAK Permasalahan narkoba telah menjadi isu yang meresahkan banyak negara,

Lebih terperinci

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif NARKOBA Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Narkotika Obat atau zat dari bahan alami, sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan

Lebih terperinci

KOTA MATARAM BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

KOTA MATARAM BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM RENCANA STRATEGIS KOTA MATARAM BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM 215-219 KATA PENGANTAR Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal dari bab in akan dibahas tentang permasalahan narkoba dan mengenai ditetapkannya Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkoba (Narkotika dan obat-obat terlarang) atau Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang penggunaannya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang pengobatan dan studi ilmiah sehingga diperlukan suatu produksi narkotika yang terus menerus

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN

Lebih terperinci

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena penggunaan narkoba di kalangan generasi muda semakin mencemaskan. Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Alkohol adalah zat adiktif yang sering. disalahgunakan di masyarakat. Alkohol banyak terkandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Alkohol adalah zat adiktif yang sering. disalahgunakan di masyarakat. Alkohol banyak terkandung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol adalah zat adiktif yang sering disalahgunakan di masyarakat. Alkohol banyak terkandung dalam bentuk minuman keras seperti bir, whisky, rum, vodka, gin, brandy,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan obat-obatan. terlarang di seluruh dunia tidak pernah kunjung berkurang,

I. PENDAHULUAN. regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan obat-obatan. terlarang di seluruh dunia tidak pernah kunjung berkurang, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan obat-obatan terlarang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dewasa ini sudah menjadi permasalahan serius, dan dapat dikatakan sebagai suatu kejahatan yang luar biasa (Extra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena peredarannya melingkupi disemua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN MASALAH PEREDARAN NARKOTIKA DAN OBAT BIUS DI WILAYAH ASIA TENGGARA

BAB II PERKEMBANGAN MASALAH PEREDARAN NARKOTIKA DAN OBAT BIUS DI WILAYAH ASIA TENGGARA 23 BAB II PERKEMBANGAN MASALAH PEREDARAN NARKOTIKA DAN OBAT BIUS DI WILAYAH ASIA TENGGARA Dinamika keamanan internasional ternyata tidak hanya di dominasi oleh persoalan-persoalan tradisional, yaitu konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika dalam pengertian opium telah dikenal dan dipergunakan masyarakat Indonesia khususnya warga Tionghoa dan sejumlah besar orang Jawa sejak tahun 1617, 1 selanjutnya

Lebih terperinci

Pada waktu sekarang hampir setiap negara. perwakilan diplomatik di negara lain, hal ini. perwakilan dianggap sebagai cara yang paling baik dan

Pada waktu sekarang hampir setiap negara. perwakilan diplomatik di negara lain, hal ini. perwakilan dianggap sebagai cara yang paling baik dan 1 A. URAIAN FAKTA Pada waktu sekarang hampir setiap negara perwakilan diplomatik di negara lain, hal ini mempunyai dikarenakan perwakilan dianggap sebagai cara yang paling baik dan efektif dalam mengadakan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Deskripsi UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang 1. Sejarah Singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan untuk Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, penyalahgunaan narkotika dapat berdampak negatif, merusak dan mengancam berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global. Hasil dari laporan perkembangan situasi

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 MUHAMMAD AFIED HAMBALI Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PROCEDDING A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba

Lebih terperinci