BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
|
|
- Yohanes Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja Remaja adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, ada yang memberi istilah: puberty (Inggris), peberteit (Belanda), pubertas (Latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelakilakian. Adapula yang menggunakan istilah Adulescentio (Latin) yaitu masa muda (Rumini & Sundari, 2004). Remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menunjukan tanda-tanda dewasa (Razak & Sayuti, 2006). Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurangkurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 2004). Menurut Soetjiningsih (2004) remaja dilihat dari kematangan psikososisl dan seksual terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: a. Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur tahun b. Masa remaja pertengahan (Middle Adolescence): umur tahun c. Masa remaja lanjut (Late Adolescence): umur tahun. 2. Perkembangan Remaja Perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadian (Hurlock, 2004). a. Perkembangan fisik remaja 8
2 9 Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan seks sanagat jelas. Meskipun anak laki-laki melalui pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebih lebar daripada anak yang lebih matang lebih awal (Hurlock, 2004). b. Perkembangan sosial Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan dengan orang lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah (Hurlock, 2004). Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilainilai baru dalam seleksi persahabatan nilai-nilai baru dalam dukungan dab penolakan sosial, nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2004). c. Perkembangan emosi Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelanjar. Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Pada masa ini remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah.
3 10 d. Perkembangan moral Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak (Hurlock, 2004). Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya (Hurlock, 2004). e. Perkembangan kepribadian Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka (Hurlock, 2004) Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian ideal. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka (Hurlock, 2004). 3. Remaja dibagi menjadi tiga fase (Sunaryo, 2004) a. Fase pra remaja Fase ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan dengan sahabat yang akan dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik sehingga tidak kesepian. Fase ini menandakan awal hubungan manusiawi sejati dengan orang lain.
4 11 Tugas perkembangan dalam fase ini adalah belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara competition, compromise, dan kooperatif. b. Fase awal remaja Fase ini berawal dari berakhirnya fase pra remaja sampai individu menemukan suatu pola perbuatan stabil yang memuaskan dorongandorongan genitalnya. Hal penting dalam fase ini adalah: 1) Tantangan utama yang dihadapi adalah mengembangkan pola aktivitas heteroseksual. 2) Terdapat perubahan fisiologis, antara lain perasaan birahi pertama menyangkut daerah genital dan daerah lain, seperti tangan dan mulut. 3) Terdapat pemisahan kebutuhan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan sasaran jenis kelamin yan gsama. 4) Apabila kebutuhan erotik dan keintiman sejak dini tidak terpisahkan akan terjadi penampilan homoseksual bukan heteroseksual. 5) Timbulnya banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan, keakraban. 6) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenid kelamin yang berbeda. c. Fase akhir remaja Pada fase ini sudah mulai terlupakan aktivitas seksual melalui langkah pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antara pribadi yang sungguhsungguh matang sesuai dengan kesempatan yang ada. Fase ini merupakan inisiasi kearah hak, kewajiban, kepuasan dan tanggung jawab kehidupan sebagai warga masyarakat dan warga negara. Tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually, dan emotionally self sufficent. Setelah individu enam fase perkembangan
5 12 kepribadian, ia mencapai taraf kedewasaan, yaitu menjadi pribadi manusia yang matang dan setelah itu memasuki usia lanjut. B. NAPZA 1. Defenisi NAPZA NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (BNN, 2011). a. Narkotika Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan : 1) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja. 2) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi da/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin. 3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
6 13 b. Psikotropika Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan : 1) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi. 2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine. 3) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital. 4) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM). c. Zat Adiktif Lainnya Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi : 1) Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari - hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
7 14 Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol : a) Golongan A : kadar etanol 1 5 % (Bir). b) Golongan B : kadar etanol 5 20 % (Berbagai minuman anggur) c) Golongan C : kadar etanol % (Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker). 2) Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin. 3) Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya (BNN,2011). 2. Penyalahgunaan NAPZA Penyalahguanaan adalah: penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial (BNN, 2011). a. Penyebab penyalahgunaan napza : Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : 1) Faktor individual menurut BNN (2011) : Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri - ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA : a) Cenderung memberontak b) Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
8 15 c) Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada d) Kurang percaya diri e) Mudah kecewa, agresif dan destruktif f) Murung, pemalu, pendiam g) Merasa bosan dan jenuh h) Keinginan untuk bersenang senang yang berlebihan i) Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode j) Identitas diri kabur k) Kemampuan komunikasi yang rendah l) Putus sekolah m) Kurang menghayati iman dan kepercayaan. 2) Faktor Lingkungan menurut Suhanda (2006): a) Hubungan keluarga Biasanya keluarga yang tidak harmonis mempunyai masalah dengan penyalahgunaan obat/zat, misalnya ibu terlalu dominan, overprotektif, ayah yang oteriter atau yang acuh tak acuh dengan keluarga. Atau orangtua yang memaksakan kehendak pada anak yang mendorong anak melarikan diri ke alam impian melalui obat (Suhanda, 2006). b) Pengaruh teman Pengaruh teman terjadinya penyalahgunaan obat/zat terlarang ini sangat besar. Hukuman untuk kelompok teman sebaya, terutama pengucilan bagi mereka yang mencoba berhenti, didasarkan lebih berat dari penggunaan obat sendiri (Suhanda, 2006). 3) Pengaruh media terhadap penyalahgunaan NAPZA Para remaja di kelilingi oleh berbagai media. Remaja menjadi sasaran penyampaian pesan-pesan negatif tentang narkoba. Media mengajarkan mereka bahwa penggunaan narkoba itu normal dan
9 16 bebas dari risiko. Mereka diajarkan bahwa mereka dapat menggunakan obat-obatan terlarang ke dalam tubuh mereka tidak ada konsekuensi nyata. Studi terbaru menunjukkan bahwa pengaruh media terhadap remaja dalam hal penggunaan narkoba sangat fenomenal. a) Musik, 63% dari semua lagu Rap memperlihatkan obat-obatan terlarang dan cara penggunaan. b) Acara TV dan video musik memperlihatkan gagasan bahwa obat dingin, obat yang menyenangkan, dan obat tidak berbahaya. c) Peran model-rock Stars, Aktor Film, Model, dan Atlet Profesional yang terus-menerus ditangkap karena penggunaan narkoba, dan karena kekayaan mereka yang luar biasa, mereka menderita konsekuensi yang sangat kecil atas tindakan mereka (drugtestingnetwork.com). 3. NAPZA / NARKOBA yang sering disalahgunakan menurun BNN (2011): a. Opiada, terdapat 3 golonagan besar 1) Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein. 2) Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin. 3) Opioda sintetik : Metadon. Nama pasaran dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar. Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
10 17 Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh. b. Kokain Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut. Nama pasaran : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju. Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah. c. Kanabis Nama pasaran : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang. Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica. Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan (euphoria), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan. d. Amphetamine Nama pasaran : seed, meth, crystal, whiz. Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet. Cara penggunaan : dengan
11 18 cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air. Ada 2 jenis Amphetamine : 1) MDMA ( methylene dioxy methamphetamine ) Nama pasaran : Inex, xtc. Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul. 2) Metamphetamine ice Nama pasaran : shabu, SS, ice. Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus ( boong ). e. LSD ( Lysergic Acid ). Termasuk dalam golongan halusinogen. Nama pasaran : acid, trips, tabs, kertas. Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul. Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah menit kemudian, menghilang setelah 8-12 jam. Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama-lama menjadikan penggunaanya paranoid. f. Sedatif Hipnotik (Benzodiazepin) Termasuk golongan zat sedative (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur). Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus. Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur. g. Solvent / Inhalasi Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.
12 19 Biasanya digunakan dengan cara coba coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu. Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati. h. Alkohol Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %. Nama jalanan : booze, drink. Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran. 4. Gejala klinis penyalahgunaan NAPZA a. Perubahan Fisik : 1) Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. 2) Bila terjadi kelebihan dosis (Overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal. 3) Saat sedang ketagihan (Sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. 4) Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan. b. Perubahan sikap dan perilaku : 1) Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. 2) Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.
13 20 3) Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin. 4) Sering mengurung diri, berlama - lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain. 5) Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain. 6) Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi. 7) Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan, pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia. 5. Pengaruh penyalahgunaan NAPZA NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya : a. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya pada (BNN, 2011) : 1) Otak dan susunan saraf pusat : a) gangguan daya ingat b) gangguan perhatian / konsentrasi c) gangguan bertindak rasional d) gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi e) gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja f) gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik/buruk. 2) Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia). pembengkakan paru (Oedema Paru) 3) Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung. 4) Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
14 21 5) Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS. Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan zat atau uang untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah (GO), raja singa (Siphilis) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama - sama membuat angka penularan HIV/AIDS semakin meningkat. Penyakit HIV/AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin. 6) Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan. 7) Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang. 8) Komplikasi pada kehamilan : a) Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS. b) Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati c) Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah. b. Dampak Sosial (BNN, 2011) 1) Di Lingkungan Keluarga : a) Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi pertengkaran, mudah tersinggung. b) Orang tua resah karena barang berharga sering hilang. c) Perilaku menyimpang/asosial anak (berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga. d) Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan. e) Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi.
15 22 2) Di Lingkungan Sekolah : a) Merusak disiplin dan motivasi belajar. b) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar. c) Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman sebaya. 3) Di Lingkungan Masyarakat : a) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna / mangsanya. b) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah menjadi ketergantungan. Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian, pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah. c) Meningkatnya kecelakaan. c. Mempengaruhi nafsu sex Pengguna NAPZA mengalami nafsu sex yang tidak normal. Seringkali nafsu sex menjadi turun drastis, atau bahkan ada juga yang berlebihlebihan (Sofyan, 2007). d. Merusak lingkungan sosial masyarakat Satu hal yang sangat buruk dalam NARKOBA, yaitu setiap pecandunya selalu mengajak orang lain untuk mengikuti langkah sesatnya (Sofyan, 2007) e. Kematian tidak wajar Beribu-ribu bahkan jutaan orang setiap tahun tewas akibat penyalahgunaan Narkoba. Ada yang mati karena OD(Over Dosis) dan ada juga yang bunuh diri karena tidak kuat lagi menahan tekanan obat-obatan berbahaya tersebut (Sofyan, 2007).
16 23 C. Persepsi 1. Definisi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraaan, yaitu proses diterimanya stimulan oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004). Rachmat (2005) mendefinisakan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesannya. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi (Walgito, 2010). Persepsi adalah daya pikir dan daya pemahaman individu terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Daya tafsir dan daya tafkir beada didalam otak, dan diolah sedemikian rupa dalam merespon brbagai stimulus (Marliany, 2010). a. Faktor-faktor persepsi Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi, ada beberapa faktor yang dapat dikemukakan, (Walgito, 2010) yaitu : 1) Objek yang dipersepsi
17 24 Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf yang penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu. b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf Reseptor atau alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga haus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. c. Perhatian Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari selluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. 2. Macam-macam persepsi menurut Sunaryo (2004) Ada dua macam persepsi, yaitu : a. External perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu. b. Self-perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyrk adalah dirinya sendiri. 3. Proses Persepsi Salah satu pandangan yang di anut secara luas menyatakan bahwa psikologi, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara ransangan di luar organisme dengan tanggapan fisikorganisme yang
18 25 dapat diamati terhadap ransangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan ( stimulus-respons / SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tangapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan kadang-kadang di sebut variabel psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan. Sudah tentu, ada pula cara lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologi, namun rumus S-R di kemukakan disini karena telah diterima secara luas oleh para psikolog dan karena unsur-unsur dasarnya mudah dipahami dan digunakan oleh ilmu sosial lainnya (Sobur, 2003). Proses persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, dimana proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologi kemudian terjadi suatu proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang sesuatu yang diterima melalui alat indera atau reseptor (Rakhmat, 2005; Sunaryo, 2004). Menurut Walgito (2010) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu: a. Proses fisik : Obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. b. Proses fisiologis : Stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak. c. Proses psikologis : Proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus yang diterima.
19 26 4. Sifat Persepsi Secara umum terdapat beberapa sifat persepsi menurut Baihaqi dkk (2007), antara lain; a. Bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsang. Indera manusia menerima rangsang kurang lebih 3 milyar per detik, 2 milyar diantaranya diterima oleh mata. b. Persepsi merupakan sifat paling asli, merupakan titik tolak perbuatan kesadaran manusia. c. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan keseluruhan, mungkin hanya sebagian, sedangkan yang lain cukup dibayangkan. d. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetap dipengaruhi atau tergantung pada konteks dan pemahaman. Konteks berarti ciri dan objek yang dipersepsi, sedangkan pengalaman berarti pengalaman-pengalaman yang dimiliki dalam kehidupan sebelumnya. e. Manusia sering tidak teliti sehingga sering keliru. Ini terjadi karena sering ada penipuan dalam bidang persepsi. Suatu tampak nyata padahal hanya bayangan misalnya, fatamorgana atau pembiasan cahaya ketika melihat pensil dimasukkan kedalam gelas. Selain itu ada juga yang disebut ilusi persepsi yaitu persepsi yang salah sehingga keadaannya berbeda dengan yang sebenarnya. f. Persepsi sebagian ada yang dipelajari dan sebagian ada yang bawaan. Yang sifatnya dipelajari dibuktikan dengan kuatnya pengaruh pengalaman terhadap persepsi misal, kita sulit membedakan sesuatu dengan melihat bentuk, ukuran, atau permukaannya saja. Sedangkan yang sifatnya bawaan dibuktikan dengan dimilikinya persepsi ketinggian. g. Dalam persepsi sifat benda yang dihayati biasanya bersifat permanen dan stabil, tidak dipengaruhi oleh penerangan, posisi, dan jarak (permanent shade). h. Persepsi bersifat, prospektif artinya mengandung harapan.
20 27 i. Kesalahan persepsi bagi orang normal, ada cukup waktu untuk mengoreksi, berbeda dengan terganggu jiwanya. 5. Syarat terjadinya persepsi Agar individu dapat mengadakan persepsi diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : (Walgito, 2010 dan Sunaryo, 2004). a. Adanya obyek yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. c. Adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus. d. Saraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak kemudian dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respon. D. Persepsi remaja terhadap penyalahgunaan NAPZA Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Jalaludin Rachmad (2005), sebagai berikut: 1. Faktor internal a. Alat indra Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. b. Perhatian Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlakukan adanya pertahian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
21 28 c. Pengalaman Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalau lewat proses belajar formal. Pengalaman bisa bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. 2. Faktor eksternal a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indara atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang,mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu. b. Informasi Era teknologi sekarang ini lebih dari kata maju, banyak sekali cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber yang terpercaya. Baik dari media cetak seperti koran, majalah, tabloid dll. Serta dari media elektronik seperti TV, internet acara yang kita bisa langsung ikut dalam interaktif dibidangnya. c. Budaya/lingkungan Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan yang dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
22 29 E. Fokus Penelitian Persepsi remaja tentang penyalahgunaan NAPZA Gambar 2.1 F. Variabel Penilitian Variabel penilitian ini adalah variabel tunggal, yaitu persepsi remaja tentang penyalahgunaan NAPZA.
III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan
Lebih terperinciLEMBAR TUGAS SISWA IPA TERPADU KELAS 8 SEMESTER 1 (UNTUK KELAS 8C / 8D / 8F / 8G) Paraf Guru N i l a i
Nama Kelas Hari/Tanggal A. RANGKUMAN......... MATERI ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA LEMBAR TUGAS SISWA IPA TERPADU KELAS 8 SEMESTER 1 (UNTUK KELAS 8C / 8D / 8F / 8G) Paraf Guru N i l a i PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN
Lebih terperinciLEMBAR TUGAS SISWA IPA TERPADU KELAS 8 SEMESTER 1 (UNTUK KELAS 8A / 8B) Nama Kelas Hari/Tanggal
LEMBAR TUGAS SISWA IPA TERPADU KELAS 8 SEMESTER 1 (UNTUK KELAS 8A / 8B) Nama Kelas Hari/Tanggal A. RANGKUMAN......... MATERI ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Paraf Guru N i l a i PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia pada umumnya, bahkan khususnya masyarakat Indonesia. Narkoba namanya sangat dikenal baik dikalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA
BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN
LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN PEMBINAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DAN SEX BEBAS DIKALANGAN REMAJA DI KECAMATAN PRAMBANAN KLATEN Tim Pengabdi: Erwin Setyo Kriswanto,
Lebih terperinciNARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif
NARKOBA Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Narkotika Obat atau zat dari bahan alami, sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam
Lebih terperinciIDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN PERILAKU PENCEGAHAN NARKOBA PADA MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Saya adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif
Lebih terperinciPenggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal
PENYALAHGUNAAN ZAT Penyalahgunaan zat adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori,
Lebih terperinciSAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi
SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : 15061143 Prodi Akuntansi Tugas Aplikom 1 Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 SAY NO TO DRUGS SEJAK Anak bisa berkomunikasi, mereka mulai menyerap
Lebih terperinciRISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH
PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk
Lebih terperinciBAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan
Lebih terperinciNAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito
NAPZA Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito POST TEST Apa yang dimaksud dengan Napza? Apa kerugian yang disebabkan oleh pemakaian Napza? Bagaimana cara pencegahan penyalahgunaan narkoba? SAY NO TO NAPZA!
Lebih terperinciB. Kegiatan Ceramah tentang Narkoba Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media & Alat
Lampiran 1 Judul : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI SMU NEGRI5 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013 Topik : Pendidikan Kesehatan Tentang Narkoba Waktu : 90
Lebih terperinciNAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.
NAPZA Priya PKBI Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA. Berdasarkan proses pembuatannya di bagi ke dalam 3 Golongan : 1. Alami yaitu jenis ata zat yang diambil langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk
Lebih terperinciBab 31 Mengenal narkoba
Banyak pengguna obat terlarang, dalam keingintahuan, mencari sensasi, melarikan diri dari tekanan dan frustasi, ditindas oleh orang lain dan penyebab lainnya mulai mencoba obat terlarang. Jika menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong
Lebih terperinciSMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2
1. Amfetamin bagi tubuh manusia berfungsi sebagai... SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 Sebagai zat adikitif Sebagai stimulan Pencegah rasa sakit Sebagai obat penenang
Lebih terperinciZat Adiktif dan Psikotropika
Bab 11 Zat Adiktif dan Psikotropika Sumber: image.google.com Gambar 11.1 Berbagai jenis zat adiktif dan psikotropika Di era modern ini banyak sekali kasus penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Para
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian
Lebih terperinciSTUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA
C.02 STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA Rilla Sovitriana Fakultas Psikologi, UPI YAI rilla.sovitriana@gmail.com Abstraksi. Subjek (A) adalah seorang remaja putri
Lebih terperinciMANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS
MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)
Lebih terperinciMenggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan
Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba 2.1.1. Sejarah Umum tentang Narkoba Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria ditemukan sari bunga opion atau kemudian lebih dikenal dengan nama opium (candu = papavor somniferitum).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini
Lebih terperinciANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H
ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua
Lebih terperinciPENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Standar Kompetensi: Memahami masalah penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 pasal 46 dan 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
Lebih terperinciAspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)
Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) GOLONGAN NARKOTIKA 1. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika
Lebih terperinciPENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
Lebih terperinciKUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON
KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
Lebih terperinciBAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009
40 BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 A. Faktor-faktor Terjadinya Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
Lebih terperinciMENGENAL BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA. Oleh : Rosita Endang Kusmaryani
MENGENAL BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA Oleh : Rosita Endang Kusmaryani Permasalahan Narkoba Saat ini masalah narkoba atau napza sudah menjadi masalah yang menggejala di lingkungan kita, terutama remaja. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN BAHAYA NARKOBA OLEH Dedy Sambahtera, S.Kep., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciHubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya
Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Remaja, Orang tua, dan Keluarga Remaja dan Orang tua pada masa remaja, sering terjadi ketegangan / tekanan dalam diri remaja karena ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTA
HUBUNGAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTA Soetrisno 1, Didon Muhammad Trimulya 2, Slamet Riyanto 3 ABSTRACT Background: Narcotics, psychotropic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Jumlah pengguna dan pecandu narkoba dari tahun ke tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupkan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupkan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indera
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan
Lebih terperinciMAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D
MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) atau yang populer diistilahkan dengan narkoba di kalangan sekelompok masyarakat kita menunjukkan gejala
Lebih terperinciPENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan permasalahan
Lebih terperinciAddiction.
Addiction imanf_dr@yahoo.com Iman Firmansyah National Narcotic Board ( Head of Medical Rehabilitation ) Psychiatrist, University of Indonesia Faculty of Law Trainer Of Trainer Education and Training Leadership
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Pendahuluan
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat
Lebih terperinciKasus penyalahgunaan narkoba
Narkoba Perusak Generasi Bangsa # Humas Poltekkes Kemenkes Bengkulu # A. PENDAHULUAN Didorong pula oleh rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba, mereka mnerima bujukan tersebut. Selanjutnya akan dengan
Lebih terperinciBahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35
Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global. Hasil dari laporan perkembangan situasi
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok
MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Rahmi Sofah, Harlina, Rani Mega Putri, Vira Afriyanti Universitas Sriwijaya E-mail: rani@konselor.org ABSTRAK Narkoba adalah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum. Masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dunia saat ini semua barang kebutuhan sehari-hari dapat ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun dari media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
Lebih terperinciPENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA
PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,
Lebih terperinciLampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010
Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data dari WHO tercatat 91 juta orang yang terjejas karena penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya kecelakaan dan tindak kriminal di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau kemudian asapnya dihisap. Kecanduan rokok banyak terjadi pada usia remaja. Remaja adalah masa transisi antara masa
Lebih terperinciUPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR
UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id Bahaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NARKOBA) dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukan kecenderungan peningkatan yang
Lebih terperinciINTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN
INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN By Zulkarnain Masalah Kesehatan Mental Kecemasan Depresi Kecemasan Kecemasan merupakan suatu gangguan yang biasa didapati pada pekerja. Dilaporkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara normal dan wajar. Program rehabilitasi merupakan serangkaian upaya yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rehabilitasi Rehabilitasi adalah usaha pemulihan korban narkotika sehingga kembali dapat melaksanakan fungsionalitas sosialnya yaitu dapat melaksanakan tugas hidupnya
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan
Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode peralihan, dimana status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, remaja tidak lagi seorang anak
Lebih terperinciBAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA
BAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA 2.1 Pengertian Narkoba Narkoba berasal dari kata narcotic yang berarti obat bius. Kata narcotic tersebut merupakan turunan dari kata narkan (bahasa yunani)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 21 tahun (Potter,
Lebih terperinci01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.
Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 01FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta
Lebih terperinciRio Jamaludin F
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA SKRIPSI Disusun guna memenuhi syarat kelulusan S-1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh Rio Jamaludin F
Lebih terperinciPERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOTIKA DI DESA PASAR JUJUN KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI
PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOTIKA DI DESA PASAR JUJUN KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI Haryadi dan A Zarkasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jambi email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak menuju masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan
Lebih terperinciPERSEPSI REMAJA TENTANG PENYALAHGUNAAN NAPZA. Muju Siti Samak¹, Eni Hidayati². Abstrak
1 PERSEPSI REMAJA TENTANG PENYALAHGUNAAN NAPZA Muju Siti Samak¹, Eni Hidayati² Abstrak Napza merupakan masalah global yang harus ditanggulangi bersama elemen masyarakat. Di Indonesia prevalensi penyalahgunaan
Lebih terperinci2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Korban dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau yang biasa dikenal sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat berbahaya)
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Harm Reduction (pengurangan dampak buruk narkoba) di Indonesia telah lahir sejak 1999 pertamakali di Bali dan telah digunakan dalam berbagai cara untuk mengatasi persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL
SMK MUHAMMADIYAH 1 SENTOLO RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL Tugas Perkembangan 3 : Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat Sekolah : SMK Muhammadiyah 1 Sentolo Kelas/Semester
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkoba (Narkotika dan obat-obat terlarang) atau Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang penggunaannya di
Lebih terperinciStudi Identifikasi Faktor-Faktor yang Meminimalkan Ketergantungan (Adiktif) pada Pengguna Narkoba Suntik di Galatea
1 Studi Identifikasi Faktor-Faktor yang Meminimalkan Ketergantungan (Adiktif) pada Pengguna Narkoba Suntik di Galatea Mulia Siregar Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Jaka Lukman Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perlindungan korban tindak pidana dalam sistem hukum nasional nampaknya belum memperoleh perhatian serius. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya hak-hak
Lebih terperinci