LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA"

Transkripsi

1 KODE JUDUL : Baru LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN UNTUK OPTIMALISASI POTENSI PISANG DI KATINGAN, KALIMANTAN TENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Peneliti/Perekayasa: 1 Ir. Agusto W. Martosudirjo 2 Ir. Takijah Salim, M.Eng.Sc, 3 Hendarwin M. Astro, SP, 4 Taufik Rahman, S.TP; 5 Nurhaidar Rahman, SP INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI L aporan Akhir 2012

2 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Penelitian : PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN UNTUK OPTIMALISASI POTENSI PISANG DI KATINGAN, KALIMANTAN TENGAH 2. Kode : Baru 3. Koridor : 3 (KALIMANTAN TENGAH) 4. Fokus : Pisang 5. Lokus : Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah 6. Biaya Penelitian : Rp ,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah) 7. Peneliti Pengusul : 1. Ir.Agusto W. Martosudirjo 8. Peneliti Anggota : 2. Ir. Takijah Salim, M.Eng.Sc, 3. Hendarwin M. Astro, SP, 4. Taufik Rahman, S.TP; 5. Nurhaidar Rahman, SP Subang, 20 September 2012 Kepala B2P TTG - LIPI Peneliti Utama Ir. Adil Jamali. M.Sc. NIP Ir. Agusto W. Martosudirjo NIP L aporan Akhir 2012

3 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN. 4 A. Latar Belakang. 4 B. Pokok Permasalahan.. 9 C. Maksud dan Tujuan Kegiatan 9 D. Metodologi Pelaksanaan Lokus Kegiatan Fokus Kegiatan Ruang Lingkup Bentuk Kegiatan.. 12 BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN 14 A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Perkembangan Kegiatan Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan 16 B. Pengelolaan Administrasi Manajerial Perencanaan Anggaran Mekanisme Pengelolaan Anggaran Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial 17 BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA.. 18 A. Metode Pencapaian Target Kinerja Kerangka-Rancangan Metode Penelitian Indikator Keberhasilan Pencapaian Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian 19 B. Potensi Pengembangan Ke Depan Kerangka Pengembangan Ke Depan Strategi Pengembangan Ke Depan L aporan Akhir 2012

4 BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN. 21 A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka Sinergi Koordinasi Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Perkembangan Sinergi Koordinasi 22 B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Perkembangan Pemanfaatan 23 BAB V PENUTUP 24 A. Kesimpulan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Metode Pencapaian Target Kinerja Potensi Pengembangan Ke Depan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 26 B. Saran Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Keberlanjutan Dukungan Program Ristek L aporan Akhir 2012

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Katingan dengan ibu kota Kasongan memiliki luas areal km². berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur yang terdiri dari 13 kecamatan. Letak geografis Kabupaten Katingan adalah antara 1 14'4.9"- 3 11'14.72" LS dan '59" '47" BT. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Utara Selatan Barat Timur Kabupaten Sintang Laut Jawa Kabupaten Kotawaringin Timur Kabupaten Gunung Mas. Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya Perkembangan jumlah penduduk yang mendiami wilayah Kabupaten Katingan adalah sebagai berikut: Tahun 2000 sebanyak jiwa Tahun 2004 sebanyak jiwa Tahun 2010 sebanyak jiwa Karakteristik daerah-daerah di Pulau Kalimantan pada umumnya adalah keberadaan sungai dan hutan yang terbesar di seluruh wilayah. Seperti itu juga yang tampak pada Kabupaten Katingan. Kabupaten yang pada tahun 2002 masih menjadi bagian dari Kabupaten Kotawaringin Timur. Namun salah satu yang menonjol dari wilayah yang dialiri Sungai Katingan. sungai terbesar kedua di Kalimantan Tengah adalah kekayaan hasil hutan ikutan berupa rotan. Katingan merupakan salah satu daerah penghasil rotan terbesar di Indonesia. 5 L aporan Akhir 2012

6 Hingga tahun pemanfaatan lahan utama di Kabupaten Katingan terdiri dari perkampungan. industri. sawah. tanah kering. kebun campuran. perkebunan. hutan. hutan kosong dan rusak. perairan dan lainnya. Sekitar 60% wilayah Kabupaten Katingan masih berupa hutan belukar dan hutan lebat. Perkebunan menempati porsi terbesar nomor 2 (dua). yaitu sekitar 11% sehingga penggunaan lahan lainnya tidak sampai 10%. Lokasi pengembangan tambak seluas ha di Kabupaten Katingan. yaitu di Kecamatan Katingan Kuala. termasuk dalam wilayah lahan hutan belukar (mangrove). Secara keseluruhan tata guna lahan di wilayah ini adalah sebagai berikut: Kampung/permukiman: Industri: Sawah: Tanah kering: Kebun campuran: Perkebunan: Hutan: Semak padang rumput: Hutan kosong. rusak: Perairan dan lainnya: ha ha ha ha 0.00 ha ha ha 0.00 ha ha ha Struktur ekonomi dan laju pertumbuhan Kabupaten Katingan dijadikan salah satu indikator karena memberikan implikasi pada gambaran perekonomian. Sektor pertanian masih berada diperingkat utama Tahun 2010 sebagai penyumbang terbesar peranannya dalam struktur perekonomian Kabupaten Katingan dengan sumbangan sebesar % diikuti oleh sektor Perdagangan %. Pengangkutan dan Komunikasi %. Jasa jasa %. Industri pengolahan 7.88 %. Pertambangan dan Penggalian 3.17 %. Bangunan 3.14 %. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.91 %. Listrik. Gas dan Air Bersih 0.20 % Laju pertumbuhan perekonomian Kab. Katingan Tahun 2010 naik positif sebesar 5.78 % 6 Laporan Akhir 2012

7 artinya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun 2010 di Kabupaten Katingan naik sebesar 5.78 % dari tahun sebelumnya yaitu tahun PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Katingan Tahun 2010 (juta rupiah) sebesar sedangkan PDRB per Kapita *) Tahun 2010 sebesar Rp atau naik sebesar % dari tahun sebelumnya. yaitu tahun NO. Sektor ( Tahun 2010 ) Struktur Ekonomi Laju Pertumbuhan 1. Pertanian 40,06 % 4,89 2. Pertambangan dan Penggalian 3,17 % -2,28 3. Industri Pengolahan 7,88 % 4,85 4. Listrik. Gas dan Air Bersih 0,20 % 8,84 5. Bangunan 3,14 % 18,35 6. Perdaganan. Hotel dan Restoran 18,43 % 9,36 7. Pengangkutan dan Komunikasi 13,21 5 3,16 8. Keu. Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,91 % 10,18 9. Jasa-jasa 12,01 % 6,14 Produksi listrik tahun 2009 Kabupaten Katingan produksi yang dijual. volume (kwh) ; output : dan output Perkapita Rp / kapita Implementasi Otonomi Daerah dan Desentralisasi menuntut perencanaan yang terpadu antara sektor yang satu dengan sektor lain. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah yang terintegrasi antar sektor diharapkan mampu memberi pedoman bagi arah pembangunan daerah. Sebagai Kabupaten pemekaran Kabupaten Katingan masih memiliki potensi untuk tumbuh dengan pengelolaan sumber daya yang tersedia Perkebunan. Kehutanan. Pertambangan. Energi dan Jasa. Pencapaian hasil pembangunan daerah merupakan isu utama bagi masyarakat. perubahan keadaan yang lebih baik karena adanya pembangunan daerah akan meningkatkan apresiasi masyarakat pada pemerintah daerah yang selanjutnya akan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam peran pembangunan daerah. 7 L aporan Akhir 2012

8 Pisang merupakan produk unggulan sektor tanaman pangan dan sebagai sumber mata pencaharian lainnya bagi penduduk di Kabupaten Katingan. Hampir semua kepala keluarga memiliki tanaman pisang. paling tidak ditanam di halaman pekarangan rumah. Jenis pisang yang banyak ditanam masyarakat meliputi pisang pulau pinang. pisang mahuli. pisang ambon dan pisang pulau laut. Berdasarkan produksi keempat jenis pisang tersebut. pisang mahuli memiliki persentase terbesar (44.58 %) setelah itu diikuti oleh pisang pulau pinang (33.13 %). pisang ambon (18.20 %) dan pisang pulau laut (4.09 %). Produk Unggulan Pisang Per Kecamatan No. Kecamatan Potensi Per Bulan Jumlah Luas Produksi KK Lahan (Ha) (Ton) Pengumpul 1. Pulau Malan , Tewang Sanggalang Garing 46 39, Tasik Payawan 15 16, Jumlah , Sumber : Buku Panduan Produk Unggulan dan Potensi Daerah Katingan (2011) Lahan yang digunakan oleh petani sebagai tempat menanam tanaman pisang merupakan lahan bekas penanaman padi ladang atau ditanam di sela-sela tanaman karet. Pisang di daerah ini masih dibudidayakan secara tradisi atau belum dibudidayakan secara intensif. Hanya sedikit yang membudidayakannya secara intensif dan besar-besaran dalam perkebunan monokultur dan biasanya hanya ditanam berkelompok dipekarangan. tepi-tepi tanaman lain atau di tepi sungai. Tanaman pisang di Kabupaten Katingan sangat berpotensi untuk dikembangkan dengan teknik budi daya secara lebih intensif. sehingga produksinya bisa lebih maksimal. Pascapanen yang dilakukan meliputi pengangkutan dan pemasaran. Pengangkutan dari lahan perkebunan dapat dilakukan melalui transportasi air dan darat. Alat transportasi air biasanya menggunakan perahu bermotor berupa kelotok atau alkon/ces. Sedangkan alat transportasi darat berupa gerobak. sepeda motor dan mobil truk atau pick up. Buah pisang yang akan dijual atau dipasarkan.diangkut ke lokasi penampungan yang ditentukan atau dikumpulkan sendiri oleh pedagang pengumpul. sesuai kesepakatan antara petani dan pedagang pengumpul. Untuk 8 L aporan Akhir 2012

9 mempermudah pengangkutan berikutnya. sebagian besar buah pisang dikumpulkan/ditumpuk di tepi sungai. jalan ataupun pelabuhan sungai. B. Pokok Permasalahan Pisang merupakan salah satu potensi unggulan Kabupaten Katingan yang menjadi sumber mata pencaharian bagi penduduk di Kabupaten Katingan. Walaupun begitu tanaman pisang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Katingan. Pada umumnya buah pisang di Kabupaten Katingan masih dijual dalam bentuk segar. belum dimanfaatkan menjadi produk olahan. Pisang dapat diolah menjadi aneka macam olahan seperti keripik pisang. dodol pisang. sale pisang. sari buah pisang dan tepung pisang. Keanekaragaman olahan pangan berbasis pisang dapat dijadikan suatu peluang untuk pengembangan usaha produktif. Dengan demikian diharapkan akan dapat menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pangan. menciptakan nilai tambah. menciptakan lapangan kerja. serta membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu. tanaman pisang di daerah Katingan masih dibudidayakan secara tradisional belum dibudidayakan secara intensif. Hanya sedikit yang dibudidayakan secara intensif. Dengan demikian tanaman pisang di Kabupaten Katingan sangat berpotensi untuk dikembangkan dengan teknik budi daya yang lebih intensif Salah satu alternatif teknologi budi daya tanaman yang bisa dilakukan yaitu dengan teknologi kultur jaringan. Dengan demikian diharapkan produktivitas dan kualitas tanaman pisang bisa lebih meningkat. C. Maksud dan Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut. a. Memberikan alternatif dalam upaya untuk meningkatkan nilai tambah buah pisang; 9 L aporan Akhir 2012

10 b. Meningkatkan kemampuan teknologi sumber daya manusia setempat dan membangun jaringan informasi yang berkelanjutan dalam mengolah potensi unggulan buah pisang menuju terbangunnya industri pengolahan tepung pisang sebagai bagian dari ketahanan pangan. Sasaran pokok adalah a. Peningkatan nilai tambah buah pisang menjadi aneka produk olahan pisang b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) di Katingan dalam teknologi pengolahan pisang D. Metodologi Pelaksanaan Metodologi yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini meliputi: (1) Koordinasi dan persiapan kegiatan; (2) Koordinasi dengan mitra calon pengguna teknologi; (3) Perancangan daftar isian dan pengumpulan data ; (4) Perancangan teknis kegiatan pelatihan dan pemilihan jenis teknologi ; (5) Perancangan unjuk kerja.; (6) Pelaksanaan kegiatan di lokasi sasaran.; (7) Evaluasi. 1. Lokus Kegiatan Kegiatan dilakukan di Kecamatan Pulau Malan,Kabupaten Katingan 2. Fokus Kegiatan Pengolahan pisang dari berbagai tahapan menuju pembuatan tepung pisang 10 L aporan Akhir 2012

11 3. Ruang Lingkup Pembuatan Tepung Pisang dan Produk Turunannya Pada tahun B2PTTG-LIPI telah memulai mengembangkan pisang untuk dibuat tepung pisang dan produk turunannya. Alasan pemilihan tepung pisang karena produk ini cenderung lebih tahan lama dan pemanfaatannya luas. Beberapa produk turunan pisang yang dikembangkan di B2PTTG yaitu pada tahun 2007 dilakukan penelitian pembuatan biskuit pisang untuk penderita autis. Selain itu pada tahun 2011 dilakukan pengembangan tepung pisang menjadi salah satu bahan untuk pembuatan food bar yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan sehat kaya nutrisi serta juga dapat dimanfaatkan menjadi pangan darurat (emergency food) pada saat terjadi bencana alam. 1) Pengenalan proses pengolahan 2) Pengenalan sarana-prasarana pendukung proses pengolahan 11 L aporan Akhir 2012

12 4. Bentuk Kegiatan Rancangan kegiatan ini adalah analisa pemilihan teknologi pengolahan pisang yang optimal. Pemilihan jenis teknologi ini dilakukan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada. baik dari bahan baku. teknologi pengolahan pisang yang optimal. maupun peningkatan kemampuan teknologi bagi sumber daya manusia yang ditujukan supaya menguasai teknologi yang diimplementasikan sehingga dapat berkesinambungan. Eksperimental kaji lapangan meliputi pengamatan. perancangan. penerapan dan evaluasi. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data primer dan sekunder melalui wawancara dan tinjauan lapangan. Perancangan meliputi perancangan proses. perancangan tata letak. perancangan peralatan dan perancangan penanganan perawatan. Penerapan 12 L aporan Akhir 2012

13 dilakukan dengan cara uji coba hasil perancangan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan. Evaluasi menggunakan langkah seperti diagram di bawah ini. A: Kondisi Sebelum penerapan B: Rancangan Penerapan Teknologi Pengolahan. Pisang C: Kondisi Setelah penerapan 13 L aporan Akhir 2012

14 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A.Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan 1) Persiapan Dari hasil penentuan materi kegiatan pelatihan di lokasi, maka dilaksanakan kegiatan di Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) LIPI Subang (a) Pengadaan bahan-bahan pelatihan; (b) Penyiapan/pembuatan prototipe sarana pendukung; (c) Pengiriman seluruh bahan-bahan pendukung pelatihan dari Subang ke lokasi (d) Penyusunan naskah materi kegiatan ke dalam buku saku sebagai pegangan peserta pelatihan; (e) Percobaan pengolahan di laboratorium pengolahan Pasca Panen Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) LIPI Subang (f) Pengiriman 2) Pelaksanaan Pelatihan (a) Set-up seluruh prototipe sarana penunjang:meliputi (1) pisau perajang: bagaimana menyetel besar/kecil celah pisau agar dapat diperoleh ketebalan irisan yang dirancang (2) Kamar Pengering Energi Surya (KPES) dirangkai dari bahan-bahan knocked down) yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk mengeringkan, (3) penutup plastik diset besar arus yang digunakan untuk dapat berfungsi sesuai dengan ketebalan plastik kemasan, lama pengeleman;, ketinggian plastik sesuai dengan berat kemasan yang dirqancang: gram (4) Penepung dirangkai mulai dari penyetelan dudukan penepung, motor listrik (penggerak mula) yang digunakan, penyetelan tali penghubung (v-belt), 14 Laporan Akhir 2012

15 pemilihan saringan yang digunakan sesuai dengan ukutan butiran yang direncanakan (mesh) tepung yang dihasilkan, (b) Tahap Pelaksanaan Pelatihan Dari hasil penjaringan peserta yang dilakukan oleh pihak Kecamatan, khususnya Ketua Tim Penggerak Usaha dari PKK Kecamatan Pulau Malan ditetapkansebanyak 30 (tiga puluh) orang terdiri dari : (a) 24 orang dan kader-kader dari Desa Buntut Bali dan Kuluk Bali, (b) 1 orang utusan penggerak Kader dari Kantor Kecamatan Pulau Malan; (c) 2 orang dari Puskesmas Pulau Malan yaitu: Dokter dan Ahli Madya Gizi; (d) 3 orang peserta utusan dari Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (PSP3) Kabupaten Katingan, merupakan kegiatan yang dikelola oleh Kementerian Pemuda dan Olah Raga RI yang dikoordinir oleh Dinas Perindagkop dan UMKM Kabupaten Katingan Pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari secara maraton dengan mengambil tempat di Rumah Jabatan Camat Pulau Malan Materi meliputi: (a) PENDAHULUAN (b) PENGOLAHAN BUAH PISANG (c) Pengenalan sarana pengolahan Pisang meliputi sebagai berikut. 1) pisau perajang: bagaimana menyetel besar/kecil celah pisau agar dapat diperoleh ketebalan irisan yang dirancang 2) Kamar Pengering Energi Surya (KPES) dirangkai dari bahan-bahan (knocked down) yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk mengeringkan, 3) penutup plastik diset besar arus yang digunakan untuk dapat berfungsi sesuai dengan ketebalan plastik kemasan, lama pengeleman;, ketinggian plastik sesuai dengan berat kemasan yang dirqancang: gram 4) Penepung dirangkai mulai dari penyetelan dudukan penepung, motor listrik (penggerak mula) yang digunakan, penyetelan tali penghubung (v-belt), 15 Laporan Akhir 2012

16 pemilihan saringan yang digunakan sesuai dengan ukutan butiran yang direncanakan (mesh) tepung yang dihasilkan, (1) Keripik Pisang a. Pembuatan Keripik Pisang Asin b. Pembuatan Keripik Pisang Manis c. Pembuatan Keripik Pisang Aneka Rasa (2) Dodol Pisang (3) Selai Pisang (4) Tepung Pisang (5) Biskuit Tepung Pisang (6) Cake Tepung Pisang (7) Cake Pisang (8) Sirup Pisang 1. Perkembangan Kegiatan 1) Pendistribusian pisau perajang ke sejumlah desa di Kecamatan Pulau Malan 2) Pengembangan kelompok baru di desa Dahian Tunggal dan Buntut Bali 3) Mengikuti pameran/penjualan pada Expo Kabupaten Katingan pada tanggal 5 sd. 10 September 2012 bertempat di GOR Kabupaten Katingan di Kasongan. Tema: Pembangunan Kabupaten Katingan memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat, sub tema: Dengan mencintai produk lokal Kita dorong pertumbuhan Ekonomi Rakyat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat kabupaten Katingan. 2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Secara keseluruhan kegiatan masih memenuhi rancangan jadwal kegiatan, walaupun harus dilaksanakan dalam bulan Puasa.. 16 L aporan Akhir 2012

17 B.Pengelolaan Administrasi Manajerial Penggunaan anggaran tidak ada masalah. Seluruh cash-flow diatur oleh bendahara Kantgor 1. Perencanaan Anggaran Perencanaan anggaran dilakukan sesuai dengan SOP Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI, Subang 2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Setiap ajuan dituliskan dalam form yang diberlakukan, ditandatangani oleh pengusul dan disketaahui/disetujui oleh Penanggung jawab diserahkan ke Urusan Pengadaan Urusan Pengadaan meminta perseetujuan Kepala Balai Besar dan diteruskan kepada bendahara. Selanjutnya pengadaan melakukan pengadaan Penyerahan sesuai ajuan Pengiriman ke lokasi mellui jasa kiriman Pos/lainnya 3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Aset berupa bahan-bahan pelatihan dan sarana penunjang yang diadakan sudah diserah terimakan antara LIPI dan Camat Pulau Malan Kabupaten Katingan 4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial -tidak ada 17 L aporan Akhir 2012

18 BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA A. Metode Pencapaian Target Kinerja Kegiatan ini melibatkan secara langsung masyarakat, secara awal adalah membangun jaringan koordinasi dengan Pemerintah Daerah melalui Sekretaris Daerah dan Bappeda. Selanjutnya untuk koordinasi ke dalam jajaran Badan/Dinas vertikal dilaksanakan oleh Bappeda sehingga dapat dihasilkan kinerja yang optimal. 1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian 1) Tim Aju untuk pertama kali masuk ke daerah untuk melakukan koordinasi dan membangun sinergi dengan program daerah eksisting, Menetapkan kesesuaian fokus dan lokus 2) Analisis Kebutuhan dan penyesuaian rancangan 3) Uji Laboratorium 4) Pelaksanaan Pelatihan 5) Evaluasi hasil kegiatan pelatihan 6) Monitoring 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Setelah melalui kegiatan pelatihan, maka dimonitor kegiatan yang berlangsung pasca pelatihan: 1) Kegiatan tetap berlangsung 2) Terjadi pemekaran kelompok 3) Tersedianya produk di pasaran/pengedaran keluar 4) Respons dari masyarakat 18 L aporan Akhir 2012

19 3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Dari pasca kegiatan pelatihan, selanjutnya dapat dikembangkan ke desa-desa sekitar, meliputi desa Dahian Tunggal dan desa Buntut Bali. Hasil-hasil kegiatan telah dipamerkan pada acara Expo Kabupaten Katingan dalam ranmgka Ulang Tahun ke 10 Kabupaten Katingan dan HUT Kemerdekaan RI. Diselenggarakan di kompleks Perkantoran Pemda Katingan di Kasongan. Penyelenggaraan dilakukan tanggal 5 sd. 10 September B. Potensi Pengembangan Ke Depan (1) Dirumuskan dalam bentuk Laporan Eksekutif sebagai masukan Pemerintah Daerah (2) Rancangan kegiatan lanjutan dan Tersedianya Dana pendamping (counterpart fund) oleh Pemerintah Daerah 1. Kerangka Pengembangan Ke Depan Secara sinergi dibentuk suatu tim task force yang secara bersama antara PKPP (SiDa) dengan Pemda Katingan: (1) menindaklanjuti rancangan, dalam hal ini adalah issue pemanfaatan potensi unggulan untuk memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat, secara spesifik adalah menuju sentra produksi yang mendukung ketahanan pangan daerah/nasional (2) Terjadinya peningkatan aktivitas masyarakat untuk melakukan produk lokal Kita dorong pertumbuhan Ekonomi Rakyat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat kabupaten Katingan. 2. Strategi Pengembangan Ke Depan 1) Keputusan Pemerintah Daerah (Kabupaten Katingan) dalam merumuskan kebijakan berupa rancangan tindak pengembangan unggulan Daerah menjadi bagian dari SiDa berbasis pisang dengan a. menetapkan dinas/instansi setempat sebagai penanggung jawab 19 Laporan Akhir 2012

20 b. Tersedianya alokasi anggaran yang terkait guna c. Penyusunan Master Plan, pola yang dirujuk (disarankan adalah sistem inti plasma), d. Tersedianya perluasan lahan inti yang dibuka oleh Pemda e. Tersedianya investor untuk pendirian pabrik (dapat juga Perusahaan Daerah) 2) Infrastruktur: tersedianya lahan Pemda yang dapat mendukung perkembangan hasil implementasi yang sudah dilakukan oleh pihak LIPI 20 L aporan Akhir 2012

21 BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Koordinasi kelembagaan dilakukan antara Tim PKPP dengan 1) Sekretaris Daerah Kabupaten Katingan 2) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (Bappeda). Kabupaten Katingan Secara lintas dinas/instansi teknis pihak Bappeda memfasiliasi sehingga secara kegiatan dapat lebih baik, hal ini mengingat bahwa kegiatan PKPP akan menyusun suatu masukan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Deminikan juga untuk menetapkan lokus 1. Kerangka Sinergi Koordinasi Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Klimantan Tengah Dalam kerangka koordinasi tingkat Propinsi Kalimantan Tengah, pada tanggal 9 Mei 2012, telah dilakukan presentasi tentang kegiatan ini dan mendapat tanggapan dari Provinsi Kalimantan Tengah cq. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Klimantan Tengah; Tingkat Kabupaten Katingan Telah dilakukan koordinasi secara intens dengan: 1) Pemda Katingan: Sekretaris Daerah Kabupaten Katingan 2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (Bappeda) Kab.Katingan Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa 3) Dinas Pekerjaan Umum up. Bidang Cipta Karya Tingkat Kecamatan Pulau Malan Telah dilaksanakan pelatihan tingkat kader pelatih (ToT) terdiri dari unsur: 21 L aporan Akhir 2012

22 1) Perwakilan Kelompok UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga pra Sejahtera), program dari Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Kabupaten Katingan; 2) Perwakilan Puskesmas Kecamatan Pulau Malan; 3) Penghubung Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Kabupaten Katingan; 4) Kader dari peserta PSP3 (Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan) Kecamatan Pulau Malan merupakan program yang dikembangkan oleh Kemenpora RI. 2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Secara eksplisit dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RKPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada RKP Nasional dan RKPD Provinsi Kalimantan Tengah.telah disiapkan anggaran (sampai dengan tahap pagu indikatif) RKPD memuat kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun bersama partisipasi masyarakat. Sebagai suatu dokumen resmi rencana pembangunan daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran tahunan. 3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Tahun 2013 Kabupaten Katingan SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (Bappeda) Kab.Katingan Jenis Baru Judul Kegiatan : Program Difusi Pemanfaatan Iptek Sub Kegiatan : Penyusunan Sistem Inovasi Daerah kerja sama dengan LIPI dan BPPT Lokasi : Kasongan Pagu Indikatif : ada Prakiraan Maju 2014 ada Sumber: RKPD Kabupaten Katingan Tahun L aporan Akhir 2012

23 B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Masyarakat secara langsung dapat mengetahui dan memahami tentang proses dan penerapan teknologi pengolahan untuk optimalisasi potensi pisang. Secara kelompok terbangun satu usaha pengolahan komoditas pisang 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Penguasaan teknologi dan budi daya (eksisting) serta rantai proses telah dapat menumbuhkan usaha masyarakat yang selanjutnya kesiapan untuk ditingkatkan menjadi satu sentra industri pengolahan pisang (tepungm pisang) sebagai bagian dari ketahanan pangan dalam arti luas. 2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Tumbuhnya industri kecil dan rumah tangga dari masyarakat yang memberi ciri khas produk dari unggulan daerah yang ditopang oleh Pemerintah Daerah 3. Perkembangan Pemanfaatan Produk kelompok masyarakat telah mulai masuk ke pasar dengan adanya permintaan tanpa kemasan memberikan peluang meningkatnya kapasitas produksi. 23 L aporan Akhir 2012

24 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1) Secara eksplisit pemerintah daerah Kabupaten Katingan telah mengalokasikan sejumlah anggaran tahun 2013 (pagu indikatif) guna mendukung pelaksanaan lanjutan dari kegiatan SiDa; 2) Dukungan dari Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah secara terbuka disampaikan dalam Rapat Koordinasi Koridor 3: Kalimantan Tengah tentang kegiatan PKPP khususnya Penerapan Teknologi Pengolahan Untuk Optimalisasi Potensi Pisang Di Katingan, Kalimantan Tengah 3) Dengan telah dilaksanakannya pelatihan kader ToT bagi kader di Kecamatan Pulau Malan telah terjadi alih pengetahuan/keterampilan dari Tim PKPP kepada masyarakat; 4) Pasca pelatihan telah berhasil tumbuhnya industri masyarakat berbasis komoditas unggulan Kabupaten Katingan, yaitu pisang, yang secara hari-ke-hari dipantau dan mendapat pendampingan dari personil Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP3) dan Tim Penggerak Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Pra Sejahtera (UPPKS) Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB; Dinas Perindagkop & UMKM Kabupaten Katingan 5) Telah berhasil meluasnya kelompok usaha dari Desa Buntut Bali, Kuluk Bali dan Dahian Tunggal 24 L aporan Akhir 2012

25 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Sesuai dengan ketentuan dan alokasi yang diatur tersendiri oleh Subbagian Keuangan Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) LIPI 2. Metode Pencapaian Target Kinerja 1) Studi literatur; 2) Perjalanan Tim Aju ke lokasi dan Rapat Koordinasi Tingkat Koridor 3 Kalimantan Tengah di Palangka Raya; 3) koordinasi dengan stakeholder; 4) Pengolahan data Sekunder dan analisis data lapangan serta menetapkan lokus kegiatan, menetapkan materi pelatihan, menyiapkan modul pelatihan; 5) Uji coba ulang sesuai dengan materi pelatihan di laboratorium Pengolahan Pasca Panen Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI, Subang; 6) Pelatihan kader ToT di lokus kegiatan, menjalin jaringan dengan PSP3 dan Tim Penggerak UPPKS untuk mendapat informasi terkini; 7) Monitoring dan evaluasi terhadap pertumbuhan kelompok pasca pelatihan 3. Potensi Pengembangan Ke Depan 1) Tersedianya Sumber daya manusia yang sudah terlatih (eksisting) dalam budi daya perkebunan pisang; 2) Pengembangan sarana ketersediaan bibit dengan cara Teknik Kultur Jaringan yang kemudian link dengan pengembangan Kebun Raya Katingan; 3) Pembukaan lahan untuk perkebunan pisang milik Pemerintah Daerah untuk dikembangkan sebagai pola Inti-Plasma; 4) Pendirian pabrik tepung pisang dengan mendirikan perusahaan daerah atau menarik investor 25 L aporan Akhir 2012

26 4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Telah dimulai dengan counterpart fund oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan dengan adanya alokasi anggaran tahun 2012 (masih pagu indikatif) di Bappeda Kabupaten Katingan Peningkatan Jaringan Koordinasi menjadi: 1) Pemda Katingan: Sekretaris Daerah Kabupaten Katingan 2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (Bappeda) Kab.Katingan Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa 3) Dinas Pekerjaan Umum up. Bidang Cipta Karya 4) Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Kabupaten Katingan 5) Dinas Perindagkop dan UMKM Kabupaten Katingan 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Secara bertingkat dan bertahap pemahaman terhadap hasil litbangyasa telah dimulai dan ada kecenderungan positf (adaptasi teknologi dapat diterima oleh masyarakat dengan indikator: tumbuhnya industri UMKM B. Saran Mengingat bahwa implementasi hasil litbangyasa tidak cukup diselenggarakan dalam waktu 1 tahun anggaran, sehingga diperlukan program lanjutan sekurangkurangnya 2 tahun anggaran 1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Perlunya dilakukan penyusunan grand desain dari upaya menuju berdirinya industri pengolahan pisang (tepung) prioritas unggulan daerah (SiDa) sebagai upaya ketahanan pangan regional/nasional 26 L aporan Akhir 2012

27 2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Dengan sudah dimulainya dukungan Pemda Kabupaten Katingan mengindikasikan Keberhasilan dari program SiDa dapat ditingkatkan menjadi program SiNas yang mendukung MP3EI, 27 L aporan Akhir 2012

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012 [kode kegiatan : Baru] PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN UNTUK OPTIMALISASI POTENSI PISANG DI KABUPATEN KATINGAN, KALIMANTAN TENGAH Ir. Agusto W. Martosudirjo Ir. Takijah Salim, M.Eng.Sc Hendarwin M. Astro,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012 [ SIDa.F53 ] PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERTANIAN BERBASIS LAHAN GAMBUT DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KAB. KATINGAN Ir. Suhandojo, MSi Ir. Abd. Aziz Wasil; Prof. Ir, Maryadi, MA; Dimas Januar,

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

JUDUL LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

JUDUL LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA JUDUL KODE : SIDA X 8 LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOFARMAKA UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS BIOFARMAKA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK PEMERINTAH KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 Kata Pengantar Rencana Kerja ( Renja ) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tahun 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN 8 III. AKUNTABILITAS KEUANGAN Total alokasi dana Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan yang tercantum dalam Perubahan Anggaran Tahun 205 adalah.44.987.2 dengan realisasi 4.33.59.7,00..

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH NAMA SKPD : DINAS PERKEBUNAN, PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RISET UNGGULAN DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2017 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SIDa. F.10 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Pemanfaatan Penjernih Air Siap Minum di Kabupaten Kotawaringin Timur Kota Sampit-Propinsi Kalimantan Timur KEMENTERIAN/LEMBAGA:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU SIDa.F.47 PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU Ramos Hutapea, MEng BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012 LATAR BELAKANG Kab. Kapuas Hulu memiliki berbagai

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012 SIDa F.52 Pengembangan Budidaya Lele Sistem Terpal Dalam Kerangka Sistem Inovasi di Kabupaten Gunungkidul Nimas Maninggar, ST., MT Ir. Ati Widiati, MT Drs. Hamid, Msi Drs. Supratikno, Msi Binuko Dani,

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Sasaran RKPD yang akan dicapai dalam Renja SKPD : Meningkatkan Perekonomian Daerah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR Disusun oleh: Kelompok 8 Akuntansi Pemerintahan 1. Annisa Fitri (03) 2. Lily Radhiya Ulfa (18) 3. Wisnu Noor Fahmi (37)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

B2TE-BPPT LAPORAN KEMAJUAN I. Mei Adjat Sudradjat 5/24/2012 PROGRAM KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

B2TE-BPPT LAPORAN KEMAJUAN I. Mei Adjat Sudradjat 5/24/2012 PROGRAM KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI B2TE-BPPT LAPORAN KEMAJUAN I Mei 2012 Adjat Sudradjat 5/24/2012 PROGRAM KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Penerangan Rumah Perdesaan Surya Sistem

Lebih terperinci

Oleh: LIES FAHIMAH. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah

Oleh: LIES FAHIMAH. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah Oleh: LIES FAHIMAH Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah Yogyakarta, 05 April 2018 inas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan Tengah 3 1. KOPERASI a. Jumlah Koperasi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014 PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci