Potensi Penggunaan Lahan Gambut untuk Pertanian Di Kawasan Hutan Produksi Muara Bedak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin
|
|
- Suparman Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Potensi Penggunaan Lahan Gambut untuk Pertanian Di Kawasan Hutan Produksi Muara Bedak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin Potency using of Peat Landscape for Agriculture at Muara Medak Production Forest Area Bayung Lincir Subdistrict,Musi Banyuasin Regency Nova Tri Buyana 1), Muharnawan Jumadi 1), Muh. Bambang Prayitno 1), Bakri 1) Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya *) Corresponding author: ABSTRACT This study aims to determine the potential of peat lands for agriculture which can be seen through the characteristic landscape of peat in production forests and peat depth, physical and chemical properties of peat, hydrology and vegetation conditions in the village of Muara Medak Bayung Musi Banyuasin slippy. The survey method used is survey method with the observation point based on GPS coordinates with boring observation distance is 1 kilometer, then do grouping based on the uniformity of peat in order to get some point representation. The results showed peat with a depth of 0-3 meters potential as agricultural land, while the depth of more than 3 meters recommended as forest conservation. Maturity peat on the top layer is dominated by fibric and at deeper depths is very diverse (fibric, hemik and sapric). High pool of river Lalan and its tributaries which reach 1 meter, affect the hydrological conditions at the location of the dominant vegetation on the site is an annual tree like meranti (Shorea sp), mangosteen (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), Varnish, durian payo (Durio sp), and also some lower plants such as red nut. Key words : Peat, forest ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lahan gambut untuk pertanian yang dapat diketahui melalui karakteristik gambut pada bentang lahan hutan produksi yang meliputi kedalaman gambut, sifat fisik dan kimia gambut, kondisi hidrologi dan kondisi vegetasi di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin. Metode survai yang digunakan adalah metode survai dengan titik pengamatan berdasarkan koordinat GPS dengan jarak pengamatan boring adalah 1 kilometer, kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan keseragaman gambut sehingga didapat beberapa titik pewakil. Hasil penelitian menunjukkan gambut dengan kedalaman 0 3 meter berpotensi sebagai lahan pertanian, sedangkan kedalaman lebih dari 3 meter di rekomendasikan sebagai hutan konservasi. Kematangan gambut pada lapisan atas didominasi oleh fibrik dan pada kedalaman lebih dalam sangat beragam (fibrik, hemik dan saprik). Tinggi genangan Sungai Lalan dan anak sungainya yang mencapai 1 meter, mempengaruhi kondisi hidrologi pada lokasi dengan vegetasi dominan pada lokasi tersebut merupakan pohon tahunan seperti meranti (Shorea sp), manggis (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), rengas, durian payo (Durio sp), dan juga beberapa tanaman lebih rendah seperti pinang merah. Kata kunci : Gambut, hutan PENDAHULUAN Hutan memiliki banyak manfaat untuk manusia, merupakan paru-paru dunia sehingga perlu dijaga agar tidak membawa dampak yang buruk di masa kini dan masa datang. Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lan sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas.
2 Negara kita Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat kebakaran hutan, penebangan liar dan lain sebagainya. Menurut Resosudarmo (2003) Luas hutan di Sumatera selama tahun telah hilang sekitar 30 %, dan hampir 100% dari kawasan tersebut aslinya tertutup hutan, pada tahun 1997 hanya sekitar 35 % Pulau Sumatera yang ditutupi hutan. Hutan gambut merupakan hutan hujan tropis berdaun lebar dimana tanah yang terendam air mencegah dedaunan dan kayu terdekomposisi sepenuhnya. Seiring waktu berlalu, terbentuk lapisan gambut yang bersifat asam. Menurut Radjagukguk (1990) Gambut terbentuk dari bahan organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi dari laju dekomposisinya. Daerah dataran rendah dan dataran pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukkan seresah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukkan hamparan gambut ombrogen yang berbentuk kubah (dome), akibat akumulasi seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaan rendah dan mempunyai kandungan kayu tinggi. Tanah gambut merupakan tanah dengan lapisan bahan organik lebih dari 50 cm, dan tanah bergambut adalah tanah dengan kedalaman lapisan organik kurang dari 50 cm. Dalam padanan tatanama klasifikasi tanah dinyatakan tanah gambut sama dengan Organosol (sistem Dudal-Soepraptoharjo) ; Organosol (Pusat Penelitian anah dan Agroklimat) ; Histosol (FAO/UNESCO) ; Histosol (USDA Soil Taxonomi) (Hardjowigeno, 1992). Jumlah areal gambut di dunia diperkirakan lebih dari 500 juta Ha, sedangkan di Indonesia penyebarannya cukup luas, diperkirakan mempunyai cadangan gambut seluas 17 juta ha. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang mempunyai cadangan gambut terbesar keempat di dunia setelah Kanada, Rusia dan Amerika Serikat (Soepraptohardjo dan Drieesen, 1976). Data yang tersedia menyebutkan kira-kira 6,6 juta ha lahan gambut masih terdapat di Sumatera dan sekitar 1,5 juta ha berada di Sumatera Selatan, namun demikian hampir seluruh lahan tersebut tidak lagi berhutan. Hasil survai dan kajian dari Wetlands International Indonesia Programme (WIIP) telah mengidentifikasi adanya sistem hutan rawa gambut yang cukup luas di Kabupaten Musi Banyuasin (Wetlands. 2005) Hutan rawa gambut di muara medak merupakan sumberdaya utama bagi perekonomian masyarakat setempat yang pemanfaatannya perlu diperhatikan karena merupakan habitat dan koridor satwa liar antara Taman Nasional Berbak di Jambi dan Taman Nasional Sembilang di Sumatera Selatan.perlu dikelola dengan baik sehingga terjamin pemanfaatan yang berkelanjutan dan berfungsi sebagai penyangga air dan udara, selain tempat hidup beberapa hewan asli Sumatera Selatan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lahan gambut untuk pertanian yang dapat diketahui melalui karakteristik gambut pada bentang lahan hutan produksi yang meliputi kedalaman gambut, sifat fisik dan kimia gambut, kondisi hidrologi dan kondisi vegetasi di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Peta wilayah penelitian daerah Kecamatan Bayung Lincir, 2) Sampel tanah, 3) Peta kerja (Foto Citra) skala 1 : , sedangkan alat yang digunakan adalah : 1) GPS, 2) Meteran, 3) Bor gambut, 4) Munsell Soil Color Charts, 5) Ring sampel, 6) Kompas, 7) Alat-alat yang dipergunakan untuk analisis tanah di laboratorium dan 8) Alat tulis.
3 Gambar 1. Lokasi Penelitian di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian menggunakan metode survai dengan titik pengamatan telah ditentukan berdasarkan koordinat GPS dengan jarak pengamatan boring adalah 1 kilometer (Gambar 1). Pengamatan meliputi : 1. Pengeboran setiap titik dengan awal pengeboran 50 cm sampai pada lapisan mineral. 2. Sampel tanah gambut diambil pada kedalaman - 1 meter pertama (di bawah permukaan tanah) - 1 meter terakhir (diatas batas kedalaman gambut atau diatas tanah) - Masing-masing sampel diambil 1 kg. 3. Kematangan tanah di lapangan ditentukan melalui sidik cepat, yaitu : a. Bahan Fibrik bila kandungan bahan organik kasar lebih dari 2/3 bagian b. Bahan Hemik bila bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar 1/3 2/3 bagian. c. Bahan Safriks bila kandungan bahan yaitu : organik kasar kurang dari 1/3 bagian. Hasil pengamatan dan pengambilan sampel kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan keseragaman gambut sehingga didapat beberapa titik pewakil. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Air dan Tanaman Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Kimia Gambut Kondisi yang sama untuk sifat kimia pada lokasi penelitian yang dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kimia Gambut Pada Kawasan Hutan Produksi Muara Medak (%) ph H2O No Kode C-Organik (%) N Nisbah C/N. Sampel tanah tanah tanah tanah 1 1A 4,88 m 27,75 St 1,13 St 25 St 2 2A 4,70 m 26,25 St 1,19 St 22 T 3 3A 4,90 m 20,25 St 0,96 St 21 T 4 5A 4,78 m 29,06 St 1,33 St 22 T 5 5B 4,48 m 39,56 St 0,84 St 47 St 6 7A 4,64 m 39,56 St 1,33 St 30 St 7 7B 4,54 m 38,63 St 0,79 St 49 St 8 9A 4,71 m 42,94 St 1,52 St 28 St 9 9B 4,51 m 43,31 St 0,83 St 52 St 10 11A 4,78 m 40,88 St 1,11 St 37 St 11 11B 4,67 m 42,56 St 0,75 St 57 St 12 13A 4,61 m 40,69 St 1,41 St 29 St
4 13 13B 4,59 m 40,69 St 0,69 St 59 St 14 15A 4,51 m 43,88 St 1,00 St 44 St 15 15B 4,64 m 41,81 St 0,94 St 44 St 16 17A 4,59 m 43,88 St 1,47 St 30 St 17 17B 4,57 m 42,38 St 0,64 St 66 St 18 19A 4,70 m 39,00 St 1,27 St 31 St 19 19B 4,98 m 44,25 St 0,95 St 47 St 20 21A 4,67 m 38,06 St 1,15 St 33 St 21 21B 4,72 m 38,44 St 0,88 St 44 St 22 23A 4,54 m 43,50 St 1,47 St 30 St 23 23B 4,61 m 41,44 St 0,90 St 46 St Keterangan : Sm = Sangat masam, m=masam St= Sangat tinggi, T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah Penilaian sifat tanah didasarkan atas kreteria menurut Pusat Penelitian Tanah (1982) A = Lapisan atas B = Lapisan Bawah a. Reaksi Tanah (ph) Hasil analisis laboratorium, menunjukkan, reaksi tanah (ph) sangat rendah (masam) (Tabel 1). Pada tanah-tanah masam umumnya dijumpai di daerah beriklim basah dengan curah hujan tinggi, dalam tanah tersebut konsentrasi ion H melebihi konsentrasi ion hidroksil (OH - ) dan banyak mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut. (Tan, 1982). Reaksi tanah (ph) hasil analisis pada lokasi penelitian ini tergolong masam dengan kisaran ph 4,48 pada titik pengamatan 5B dan yang tertinggi ph 4,98 pada titik pengamatan 19B. b. Kandungan C Organik (%) C-organik merupakan hara utama yang banyak terdapat pada bahan organik termasuk gambut, dengan demikian semakin tinggi kandungan bahan organik pada suatu media akan mempunyai potensi ketersediaan hara C juga tinggi. Berdasarkan hasil analisis tanah di laboratorium (Tabel 1) dan kriteria penilaian sifat kimia tanah PPT (1983) ternyata kandungan C-organik pada lahan gambut di kawasan Hutan Produksi Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin tergolong sangat tinggi dengan kisaran nilai 20,25% pada titik 3A hingga 43,88% pada titik 15A dan 17A. c. Kandungan N Total (%) Kandungan nitrogen yang dianalisis sebagai nitrogen-total pada lokasi survai Dusun 1, Muara Medak atau pada titik pengamatan 1 hingga 26, disajikan pada Tabel 1. kandungan N pada seluruh sampel gambut dikategorikan sangat tinggi, kecuali pada titik pengamatan 13 lapisan bawah dan 17 lapisan bawah pada kategori tinggi. Kandungan N pada kategori sangat tinggi, mempunyai nilai persentase N pada kisaran 0,75% (terendah pada 11B) hingga 1,52% (tertinggi pada 9A), sedangkan persentase N pada kategori tinggi dengan nilai 0,64% (titik 17B) dan 0,69% (titik 13B). Kandungan N-total ini tentunya sangat dipengaruhi oleh lingkungan setempat. nitrogen merupakan unsur yang mudah hilang sebagai gas. Kondisi reduksi (tergenang) dapat mempertahankan kandungan N di dalam tanah. Unsur N-total dialam bersumber pada bahan organik, dan juga di udara dalam bentuk N tersedia. Jumlah N total ini merupakan salah satu sumber hara N di alam yang dapat berubah menjadi nitrogen tersedia setelah mengalami proses pelapukan sempurna (Najiyati, 2005). d. Nisbah C dan N
5 Hasil analisis dari C/N (Tabel 1)maka didapatkan nilai yang terendah untuk lapisan atas dari pengamatan survai gambut ini terdapat pada titik pengamatan 3A dengan nilai C/N 21 dan yang tertinggi untuk lapisan atas terdapat pada titik 15A dengan nilai C/N, sedangkan untuk lapisan bawah yang mempunyai nilai terendah yaitu pada titik pengamatan 15B dan 21B dengan nilai C/N 44 dan nilai yang tertinggi pada lapisan bawah terdapat pada titik pengamatan 17B dengan nilai C/N 66. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa tingkat pelapukan yang terjadi belum lanjut. Dekomposisi yang lambat disebabkan kondisi lahan yang jenuh bahkan tergenang air mengakibatkan mikroba perombak bahan organik menjadi tidak aktif. Tingkat dekomposisi yang lambat ini tidak diimbangi dengan laju penumpukkan bahan organik. e. Kalium Dapat Dipertukarkan Kalium tergolong unsur yang bersifat mobil, artinya mudah larut dan hilang dari tanah sehingga ketersediaannya juga sangat dipengaruhi jumlah kalium yang hilang dari tanah, gambut yang berasal dari Kawasan Hutan Produksi Muara Medak tergolong rendah dan sedang. Untuk kategori rendah yang mempunyai nilai hasil analisis yaitu 0,19 sampai 0,26 yang terdapat pada hampir semua titik pengamatan. Untuk kategori sedang mempunyai nilai kisaran 0,32 sampai 0,45 (Tabel 2). Menurut Nyakpa et al., (1986), tanah-tanah organik mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi, tetapi daya ikat kation seperti kalium adalah rendah, sehingga K-dd cepat hilang tercuci dari tanah akibat hujan. Tabel 2. Lanjutan Kimia Gambut Pada Kawasan Hutan Produksi Muara Medak No. Kode Sampe l K-dd (me/100g) Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) tanah tanah tanah tanah 1 1A 0,38 S 0,55 S 0,73 Sr 0,07 Sr 2 2A 0,45 S 0,65 S 0,88 Sr 0,17 Sr 3 3A 0,26 R 0,44 S 0,77 Sr 0,14 Sr 4 5A 0,45 S 0,65 S 1,34 Sr 0,22 Sr 5 5B 0,32 S 0,44 S 0,50 Sr 0,08 Sr 6 7A 0,38 S 0,55 S 0,86 Sr 0,28 Sr 7 7B 0,32 S 0,55 S 0,45 Sr 0,06 Sr 8 9A 0,45 S 0,65 S 1,25 Sr 0,30 Sr 9 9B 0,26 R 0,44 S 0,63 Sr 0,12 Sr 10 11A 0,38 S 0,55 S 0,97 Sr 0,16 Sr 11 11B 0,26 R 0,44 S 0,90 Sr 0,25 Sr 12 13A 0,26 R 0,44 S 1,33 Sr 0,22 Sr 13 13B 0,32 S 0,55 S 0,63 Sr 0,16 Sr 14 15A 0,38 S 0,55 S 0,66 Sr 0,20 Sr 15 15B 0,26 R 0,44 S 0,84 Sr 0,11 Sr 16 17A 0,32 S 0,44 S 1,42 Sr 0,29 Sr 17 17B 0,26 R 0,33 S 0,84 Sr 0,20 Sr 18 19A 0,19 R 0,44 S 1,49 Sr 0,34 Sr 19 19B 0,26 R 0,44 S 0,96 Sr 0,33 Sr 20 21A 0,26 R 0,55 S 2,05 Sr 0,34 Sr 21 21B 0,38 R 0,55 S 0,83 Sr 0,17 Sr 22 23A 0,26 R 0,44 S 1,08 Sr 0,25 Sr 23 23B 0,19 R 0,65 S 0,73 Sr 0,20 Sr Keterangan : S = Sedang, R = Rendah, Sr = Sangat Rendah, T = Tinggi, St = Sangat Tinggi Penilaian sifat tanah didasarkan atas kreteria menurut Pusat Penelitian Tanah (1982) A = Lapisan atas B = Lapisan Bawah f. Mg Tanah
6 Kandungan unsur Mg pada lampiran 1, baik di tanah ataupun pada media lain biasanya mempunyai hubungan erat dengan unsur Ca, karena kedua unsur ini di alam terdapat pada mineral tanah yang sama, seperti dolomit, calsit dan gibs. Ketersediaan hara Mg pada bentang lahan gambut lokasi survai Dusun 1 Muara Medak, seperti disajikan pada lampiran 1, semua sampel tergolong sangat rendah, dengan nilai kisaran 0,06 pada titik pengamatan 7B sampai 0,34 pada titik 19A dan titik 21A. g. Ca Tanah Kandungan unsur Ca pada lahan gambut di lokasi survai Dusun 1 Muara Medak, disajikan pada lampiran 1, terlihat bahwa unsur Ca pada kategori sangat rendah. Kandungan Ca pada kategori sangat rendah mempunyai nilai pada kisaran 0,45 me/100g (7B) hingga 1,49 me/100g (titik 19A). Untuk kategori rendah nilai Ca adalah 2,05 me/100g pada titik 21A. h. Na Tanah Natrium adalah salah satu unsur hara yang banyak dijumpai di laut dalam bentuk Na- Cl, dan biasanya pada bentang lahan di dekat atau pesisir laut mempunyai kandungan Na cukup tinggi. Kondisi pasang dan surut air laut akan menyebarkan unsur Na hingga terjauh dan berarti pula potensi pengendapan Na di lahan tersebut. Kandungan Na pada bentang lahan gambut di lokasi ini terlihat bahwa Na dapat dikategorikan pada sedang, dengan kisaran nilai 0,33 me/100gr (titik 17 lapisan bawah) hingga 0,65 me/100gr (titik 3 lapisan atas, 9 lapisan atas, 23 lapisan bawah dan 12 pada kedalaman 150 cm). 2. Karakteristik Fisik Gambut Kondisi hutan rawa gambut di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan telah mengalami perubahan yang sangat nyata dari kondisi semula, yang artinya bahwa baik secara fisik, kimia, biologi dan ekosistem telah mengalami degradasi pada tingkatan yang berbeda. a. Kematangan Gambut Penentuan tingkat kematangan di lapangan dilakukan dengan metode peras (squeezing test) dan hasil tingkat kematangan dilihat dari hasil perasan. Hasil uji dilapangan menunjukkan tingkat kematangan gambut pada lokasi survai berkisar hemik hingga saprik. Pada kedalaman 0,5 meter hingga 1 meter kematangan fibrik terdapat hampir dari setiap titik pengamatan, hal ini disebabkan pada lokasi penelitian mengalami tergenang air, sehingga mengakibatkan laju dekomposisi terhambat dan semakin banyaknya penumpukan sisa dari tumbuhan. Kematangan hemik pada lapisan 0,5 meter sampai 1 meter terdapat pada titik 1, 15, 17, dan 20. Secara umum proses dekomposisi berlangsung lambat karena kondisi fisik lahan yang tergenang sehingga aktivitas mikro organisme pengurai menjadi terhambat. Selain itu bahan organik yang berasal dari jaringan tumbuhan yang banyak mengandung selulosa dan lignin sukar dilapuk. b. Ketebalan Gambut Ketebalan gambut pada lokasi penelitian ini sangat beragam (Gambar 2), mulai dari terdangkal sampai dengan terdalam. Gambut dangkal terdapat pada titik pengamatan 3 dengan kedalaman 0,5 meter dan gambut terdalam dijumpai pada titik pengamatan 12 dengan kedalaman 5 meter. Perbedaan kedalaman gambut ini dimungkinkan karena adanya perbedaan permukaan tanah mineral, disisi lain kondisi permukaan air yang rata akan membuat potensi permukaan gambut rata pada saat ini. Kedalaman gambut yang beragam ini akibat dari permukaan tanah yang tidak sama. diduga, sebagai hasil proses erosi dan sedimetasi serta geologi yang terjadi pada masa lampau. Semakin jauh dari sungai, ketebalan gambut semakin dalam. Titik Pengamatan 0,00-0,50-1,00-1,50-2,
7 Kedalaman Gambut (meter) Gambar 2. Grafik Kedalalam Gambut Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin. Pada titik pengamatan 9 sampai 12 kedalam gambut cukup dalam, lokasi ini diduga sebagai kuba gambut, karena lokasi ini merupakan lokasi yang terdalam dari beberapa titik pengamatan, lokasi ini juga cukup jauh dari sungai dan kondisinya selalu tergenang air sehingga dekomposisi bahan organik lambat dan semakin banyaknya bahan organik diatasnya yang menumpuk. c. Bobot Isi Hasil analisis sifat fisik gambut, maka didapat nilai bobot isi gambut lokasi desa Medak Kecamatan Bayung Lincir berkisar paling rendah pada titik pengamatan 6 dengan nilai bobot isi 0,06 gram/cm 3 dan yang tertinggi pada titik pengamatan 5 dan 7 dengan nilai bobot isi 0,28 gram/cm 3 (Tabel 3). Tabel 3. Bobot Isi Tanah Gambut Muara Medak Kode Sampel Bobot Isi Kode Sampel Bobot Isi (gram/cm 3 ) (gram/cm 3 ) 1 0, ,12 2 0, ,13 3 0, ,12 4 0, ,13 5 0, ,10 6 0, ,11 7 0, ,13 8 0, ,18 9 0, , , , , , ,15 Bobot isi yang rendah karena gambut terdiri dari bahan organik dengan kadar air yang tinggi akibat kemampuan memegang air yang tinggi. Ada kecenderungan semakin lanjut tingkat pelapukan maka bobot isi akan semakin meningkat pula. Gambut memiliki sifat kering tak balik bila kering menjadi sangat ringan dan mudah lepas. d. Kadar Air Tabel 4. Kandungan Air Tanah Gambut Muara Medak Kode Sampel Kadar air Kode Sampel Kadar Air ( % ) ( % ) 1 565, , , , , , , , , , , ,68
8 7 334, , , , , , , , , , ,30 Berdasarkan hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang untuk hutan rawa gambut desa Medak Kecamatan Bayung lincir cukup bervariasi (Tabel 4) dimana nilai terendah untuk kadar air tersebut terdapat pada titik 5 dengan nilai kadar air 334,07 % dan yang tertinggi terdapat pada titik 6 dengan nilai kadar air 1531,55 %. Ini disebabkan karena gambut memiliki kemampuan memegang air yang tinggi sehingga kadar air sangat tinggi juga. Subagyo (2002), mengatakan gambut mempunyai pori-pori dan kapiler yang tinggi sehingga mempunyai daya menahan air yang besar. Pada keadaan jenuh kandungan air gambut mencapai 4,5 30 kali bobot keringnya. Kondisi tanah tetap lembab dengan kadar air tinggi meskipun musim kemarau. e. Warna Warna berkisar coklat gelap hingga hitam (Lampiran 2). Perubahan warna sangat jelas untuk gambut dengan tingkat kematangan yang berbeda, gambut Fibrik berwarna merah coklat hingga colat gelap, hemik memiliki warna peralihan dan saprik berwarna sangat jelas yaitu hitam. Tabel 5. Warna Gambut di Lokasi Penelitian Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin Kode sampel Warna Gambut Keterangan 1 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap 2 10 YR 3/2 Coklat sangat gelap keabu-abuan 3 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap 4 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap 5 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap 6 10 YR 2/1 Hitam 7 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap 8 10 YR 2/2 Coklat sangat gelap 9 10 YR 3/1 Abu-abu sangat hitam YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 3/2 Coklat sangat gelap keabu-abuan YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/1 Hitam YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap YR 2/2 Coklat sangat gelap Hasil dari pengamatan di lokasi warna gambut di lokasi Desa Medak kecamatan Bayung Lincir di dominasi oleh warna coklat sangat gelap, hanya beberapa lokasi saja yang warnanya sedikit berbeda. Warna gelap akibat dari kandungan bahan organik yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmawijaya (1992), bahwa bahan organik memberi warna kelam pada tanah. 3. Vegetasi Vegetasi yang tumbuh di lahan gambut pada umumnya adalah vegetasi khas, dan banyak ditemukan pada lokasi lahan gambut lainnya. Namun demikian dengan adanya penebangan hutan baik legal dan illegal dan kegiatan hanya akan mampu mengurangi populasi dan jenis vegetasi yang tumbuh pada suatu bentang lahan gambut.
9 Vegetasi dominan pada lokasi tersebut merupakan pohon tahunan seperti meranti (Shorea sp), manggris (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), rengas, durian payo (durio sp), dan juga beberapa tanaman lebih rendah seperti pinang merah. Pohon meranti dan durian payo banyak ditemukan dengan diameter cukup besar (sekitar 50 cm) dan sangat tinggi Kondisi vegetasi ini cukup baik, karena areal survai ini merupakan hutan produksi, namun demikian di lapangan telah banyak pohon yang roboh dan ditebang oleh masyarakat sekitar, sehingga populasinya jaun berkurang. Hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik, kaya akan keanekaragaman hayati, memiliki atau dapat memberikan jasa kepada lingkungan seperti pengaturan tata air, penyerapan dan penyimpanan karbon agar perubahan iklim lokal maupun global dapat terkendali. 4. Hidrologi Kondisi hidrologi pada daerah survai Dusun 1, Muara Medak yang pada umumnya merupakan perbatasan darat dan rawa gambut ketinggian air tidak begitu dalam, namun demikian semakin kea rah hutan atau mendekati sungai ketinggian air cukup dalam. Gambut merupakan media yang sangat bagus dalam pengikatan air, dengan demikian meskipun air sangat dangkal atau hanya mempunyai ketinggian sekitar 10 cm, namun untuk melewatinya masuk cukup sulit, terutama pada kondisi gambut yang telah matang. Tabel 6. Tinggi Genangan Pada Lokasi Gambut Muara Medak. Kode Tinggi Muka Air Kode Tinggi Muka Air Sampel (cm) Sampel (cm) Di Lokasi penelitian ini semuanya tergenang air, dengan ketinggian bervariasi antara 4 30 cm, dan ada satu lokasi yaitu pada titik 1 yang tinggi genangannnya mencapai 1 meter. kondisi ini di karenakan berada di dekat sungai sehingga air sungai dengan mudah masuk ke hutan rawa gambut ini. Kondisi yang selalu tergenang ini menyebabkan dekomposisi bahan organik menjadi lambat, sehingga banyaknya bahan organik yang bereda diatas permukaan dan mengakibatkan tebalnya gambut di lokasi penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengamatan dan analisis di lapangan maka dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Kedalaman gambut pada lokasi penelitian terdalam pada titik 11 dan 13 yakni 5 meter dan menurun hingga menuju tanah mineral (titik 25). 2. Kematangan gambut pada lapisan atas didominasi oleh fibrik pada lokasi penelitian, dan pada kedalaman lebih dalam sangat beragam (fibrik, hemik dan saprik). 3. kimia gambut pada lokasi penelitian ini yaitu reaksi tanah (ph) tanah tergolong masam, C-Organik, N-total serta kandungan C/N tergolong sangat tinggi, K-dd tergolong rendah hingga sedang, Na tergolong sedang, Ca dan Mg tergolong sangat rendah.
10 4. fisik gambut pada lokasi penelitian ini yaitu bobot isi berkisar antara 0,06 gram/cm 3 hingga 0,28 gram/cm 3, kadar airnya mempunyai nilai kisaran 334,07 % hingga1531,55 % dan warna gambut pada lokasi penelitian ini berwarna coklat sangat gelap. 5. Gambut dengan kedalaman 0 3 meter berpotensi sebagai lahan pertanian, sedangkan kedalaman lebih dari 3 meter di rekomendasikan sebagai hutan konservasi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan pada pihak yang memberikan dukungan dalam penelitian dan penulisan makalah, baik sebagai mitra konsultasi dan/atau penyandang dana. DAFTAR PUSTAKA Hakim, N, M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, Go Ban Hong, H.H. Bailey Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung Isa Darmawijaya, M Klasifikasi Tanah. Dasar-dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Gajah Mada Universty Press. Yogyakarta. Notohadiprawiro Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Yogyakarta. Radjagukguk, A Pertanian Berkelanjutan di Lahan Gambut dalam Alami Pengolahan Gambut Berwawasan Lingkungan Volume 2 Nomor 1 Tahun Rismundar, T Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Menciptakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Makalah Falsafah Sains. Juni Institut pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana (S 3 ). Resosudarmo, I.A.P Kemana harus Melangkah? Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Subagjo, H Penyebaran dan Potensi Tanah Gambut di Indonesia untuk Pengembangan Pertanian. Technical Report Wetlands International-Indonesia Programme, Wildlie Habitat Canada, Bogor. Soepraptohardjo, M. and P.M. Driessen The Lowland Peat of Indonesia, a challenge for the future. In : Peat and Podzolic Soils and their Potensial for Agriculture in Indonesia. Soil Res. Institute Bogor. Tan, Kim H Principles of Soil Chemistry. Diterjemahkan oleh Goenadi, D.H Dasar-Dasar Kimia Tanah Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Wahyu, C. A., I Nyoman N. Suryadiputra, Bambang Hero Saharjo dan Labueni Sibora Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Wetlands Internasional- IP. Bogor Wahyunto, S. Rintung, Suparto, H. Subagjo Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan. Wetlands Internasional-IP. Bogor. Wetlands International Draft Rencana Tata Ruang dan Pengelolahan Kawasan Hutan rawa Gambut Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera selatan. Palembang.
BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
22 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Luas dan Lokasi Wilayah Merang Peat Dome Forest (MPDF) memiliki luas sekitar 150.000 ha yang terletak dalam kawasan Hutan Produksi (HP) Lalan di Kecamatan
Lebih terperinciIII KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3. 1 Luas dan Lokasi Hutan Gambut Merang terletak dalam kawasan Hutan Produksi Lalan di Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan dengan
Lebih terperinciPENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT. Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor
PENGARUH PENURUNAN MUKA AIR TANAH TERHADAP KARAKTERISTIK GAMBUT Teguh Nugroho dan Budi Mulyanto Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor Indonesia memiliki lahan rawa yang cukup luas dan sebagian besar
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut Tanah gambut adalah tanah yang berbahan induk organik atau berasal dari sisa-sisa tanaman masa lampau dan berdasarkan kriteria USDA (2006) digolongkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, Menimbang : a. bahwa gambut merupakan tipe ekosistem lahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,
Lebih terperinciKEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT
KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri
Lebih terperinciPengelolaan lahan gambut
Pengelolaan lahan gambut Kurniatun Hairiah Sifat dan potensi lahan gambut untuk pertanian Sumber: I.G.M. Subiksa, Fahmuddin Agus dan Wahyunto BBSLDP, Bogor Bacaan Sanchez P A, 1976. Properties and Management
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengertian Lahan Rawa Pengertian Tanah Gambut
3 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Lahan Rawa Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun selalu jenuh air atau tergenang air dangkal. Swamp adalah istilah umum untuk rawa yang menyatakan wilayah lahan atau
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Definisi Tanah Pengertian Gambut
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Tanah Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan yang bercampur dengan sisa-sisa bahan
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel
Lebih terperinciKeberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan
Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia
Lebih terperinciKata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam
Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi
Lebih terperinciPERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 6885 PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION Zulkarnain 1 1 Fakultas
Lebih terperinciLampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi
Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor
II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut 2.1.1 Pengertian Tanah Gambut Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam bahasa asing, antara lain peat, bog, moor, mire, atau fen. Gambut diartikan sebagai material
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Bahan Gambut Riau
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Umum Bahan Gambut Riau Bahan gambut dari Riau dianalisis berdasarkan karakteristik ekosistem atau fisiografi gambut yaitu gambut marine (coastal peat swamp),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebaran luas lahan gambut di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 20,6 juta hektar, yang berarti sekitar 50% luas gambut tropika atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciLAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA PENYEBAB Kebakaran hutan penebangan kayu (illegal logging, over logging), perambahan hutan, dan konversi lahan Salah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha atau 10.8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001).
TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sedikit mengalami
Lebih terperinciPengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan
Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan Taryono Darusman 1, Asep Mulyana 2 dan Rachmat Budiono 3 Pendahuluan Lahan gambut merupakan ekosistem lahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.
Lebih terperinciEVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI Ansar ancha.soil@yahoo.com (Mahasiswa Program Studi Magister
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan mempunyai banyak manfaat (multiple use) yang merupakan. untuk semua bentuk pemanfaatan (Suparmoko, 1989).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam hayati didefinisikan sebagai unsur-unsur di alam yang terdiri dari sumber-sumber alam nabati dan hewani yang bersama dengan unsur non hayati disekitarnya
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan April tahun 2011 di lahan gambut yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi
Lebih terperinciKAJIAN KIMIA TANAH DI HUTAN PENDIDIKAN (KHDTK) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
169 KAJIAN KIMIA TANAH DI HUTAN PENDIDIKAN (KHDTK) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA (Chemical Study Of Soil In The Forest Of Education In Muhammadiyah Palangkaraya University) Nurul Hidayati 1, Siti
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia
KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia ABSTRACT This study is aimed at identifyimg the characteristics
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
Lebih terperinciThe Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest to Industrial Forest Acacia Crassicarpa on Physical and Chemical Properties of Peat Soil
Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) Acacia Crassicarpa Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut The Effect of Lands Use Change From Peat Bog Forest
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan
18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan
Lebih terperinciANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU
ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang pertanian, sebab tanah merupakan media tumbuh dan penyedia unsur hara bagi tanaman.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal penggunaan dan pengelolaan suatu lahan, maka hal pokok yang perlu diperhatikan adalah tersedianya informasi faktor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Lebih terperinciMetode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015
Lebih terperinciCurah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah
Diskusi selanjutnya dibatasi pada wilayah tropika Indonesia, yaitu negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau dan terbagi menjadi 34 wilayah provinsi dengan jumlah penduduk 251.857.940 jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove
Lebih terperinciPemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa
Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Organik Asal Hasil analisis ph, KTK, kadar air, padatan terlarut (TSS), C-organik, N- total dan C/N pada bahan serasah pinus (SP), gambut kering (GK),
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan
Lebih terperinci3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa
3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT DI BAWAH TEGAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU
ANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT DI BAWAH TEGAKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU Oksariwan Fahrozi, Besri Nasrul, Idwar (Fakultas Pertanian Universitas Riau) HP : 0852-7179-6699, E-mail :
Lebih terperinciPEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT
Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan
Lebih terperinciNo baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5460 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 180) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu
Lebih terperinciANALISIS UNSUR HARA MIKRO TANAH GAMBUT SETELAH SETAHUN KEBAKARAN PADA HUTAN KONSERVASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN
SKRIPSI ANALISIS UNSUR HARA MIKRO TANAH GAMBUT SETELAH SETAHUN KEBAKARAN PADA HUTAN KONSERVASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN Oleh : Bayu Saputra 11182102126 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional
PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2 Rasional Penambahan pupuk N pada lahan gambut dapat mempengaruhi emisi GRK. Urea merupakan pupuk N inorganik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan KTK yang tergolong sedang sampai tinggi menjadikan tanah ini memunyai
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu gambut topogen dan ombrogen. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Tengah termasuk wilayah yang berada di daerah dataran rendah dan banyak terdapat rawa-rawa. 1 Lahan gambut dengan vegetasi alami berupa hutan rawa gambut
Lebih terperinciGambar 1. Lahan pertanian intensif
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis
Lebih terperinci