BAB I PENDAHULUAN I. 1. Permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I. 1. Permasalahan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Permasalahan Perempuan sudah lama menjadi sorotan meski baru dalam tahun-tahun terakhir lebih gencar diperhatikan, khususnya di Indonesia. Pandangan perempuan sebagai yang lain atau manusia yang ke dua membuat perempuan dalam banyak masyarakat mengalami berbagai ketidakadilan, baik dalam lingkup publik maupun domestik. Ketidakadilan dalam ranah publik bisa terjadi di tempat kerja seperti perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik maupun institusi pemerintah yang menerima mereka sebagai karyawan, sedangkan ketidakadilan dalam ranah domestik bisa diterima perempuan dari kalangan keluarga mereka sendiri dan dari majikan yang menggaji mereka, jika mereka bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT). Sayangnya, ketidakadilan-ketidakadilan termasuk kekerasan demi kekerasan yang dialami para perempuan, khususnya para PRT seringkali belum begitu dilihat sebagai sesuatu yang sangat memprihatinkan dan merupakan pelanggaran berat hak asasi manusia. Hal ini makin langgeng karena dalam pekerjaan ini, para PRT dibuat seolah-olah tidak berhak atas tubuhnya dan menjadi milik majikan mereka. Tempat terjadinya ketidakadilan yang berada di wilayah private dan tersembunyi juga mempersulit pengungkapan kasus-kasus kekerasan tersebut. Kecuali kekerasan yang terjadi benar-benar parah dan memberikan bukti yang tak terelakkan, seperti bekas-bekas penyiksaan hingga kematian. Dalam banyak wacana feminis, para feminis ini banyak yang yakin bahwa ketidakadilan yang dialami perempuan sangat dimungkinkan terjadi dalam sebuah budaya patriarkh. Dalam budaya ini laki-laki menjadi manusia yang senantiasa diperhatikan dan yang utama, menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan dapat dieksploitasi untuk kepentingan para laki-laki. Laki-laki sebagai penguasa memberinya ruang untuk bertindak sesuai dengan keinginannya, bahkan dalam menentukan nasib yang lain atau yang ke dua tersebut 1. Pemerkosaan para PRT oleh majikan laki-laki mereka memperlihatkan kekuasaan laki-laki yang sangat besar, sebab jika PRT melaporkan perbuatan majikan laki-laki mereka kepada nyonyanya, mereka bukannya mendapatkan pembelaan, malah disalahkan dan dipulangkan ke tanah air tanpa tindakan hukum terhadap laki-laki yang telah menidurinya dengan paksa. Masyarakat Indonesia maupun Malaysia (sebagai negara yang banyak dituju para PRT) seolah-olah sepakat bahwa yang utama dalam kehidupan manusia adalah laki-laki dan segala kepentingannya, sehingga 1 Goenawan Moh, catatan pinggir Gandhari, Tempo, 7 Januari 2007, p

2 mengorbankan para PRT demi menyelamatkan laki-laki di rumah mereka tampaknya bukan sesuatu yang janggal. Harus diakui bahwa perempuan memang masih menjadi manusia yang tidak beruntung di dalam masyarakat. Ketidakberuntungan perempuan, terlebih perempuan miskin dijelaskan oleh Loekman Soetrisno sebagai berikut: pada umumnya orang miskin saja sudah memiliki 5 ketidakberuntungan yang membuat mereka mudah mendapatkan ketidakadilan. Ketidakberuntungan tersebut adalah: (1) kemiskinan (poverty); (2) kelemahan secara fisik (physical weakness); (3) kerentanan (vulnerability); (4) keterisolasian (isolation); dan (5) ketidakberdayaan (powerlessness) 2. Kelima ketidakberuntungan yang dimiliki oleh orang miskin itu, bagi para perempuan masih harus bertambah dengan masalah ketidakadilan gender yang diterima dari masyarakat yaitu karena dia berjenis kelamin perempuan. Dalam masyarakatpun ini dapat dengan mudah dilihat, bahwa seorang laki-laki sekalipun miskin masih lebih beruntung dan masih lebih berharga daripada perempuan dari keluarga yang sama. Paling tidak di rumah tangganya, dia masih lebih dihargai sebagai kepala keluarga, sehingga jarang sekali mengalami kekerasan fisik maupun psikis dari masyarakat dan keluarga. Tetapi apakah kekerasan atau ketidakadilan yang dialami para perempuan ini selalu saja pelakunya laki-laki? Pertanyaan ini penting, mengingat seringkali laki-laki dijadikan biang keladi penderitaan para perempuan. Dalam banyak kasus yang terjadi pada para pekerja rumah tangga, ironisnya, perempuan yang memiliki kuasa lebih dibandingkan dengan perempuan lain, turut di dalam memperbanyak jumlah ketidakadilan dan kekerasan yang diterima sesamanya perempuan. Penyusun melihat bahwa dalam budaya yang sangat tidak menguntungkan bagi perempuan, sekalipun sama-sama perempuan, perempuan miskin yang secara ekonomi tergantung kepada seseorang lebih banyak memiliki kemungkinan mengalami kekerasan dibandingkan para perempuan yang memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu di dalam hidupnya. Tetapi kecurigaan penyusun adalah hal-hal sosial yang ada di balik penindasan perempuan, baik yang dilakukan laki-laki maupun perempuan, tampaknya memiliki muatan ketidakadilan gender yang menjadi faktor pendorong terjadinya berbagai kekerasan dan penindasan ini. Indonesia sendiri sebagai negara yang memiliki tingkat kemiskinan yang parah memperlihatkan dalam kehidupan bermasyarakat masih sangat banyak berbagai bentuk penindasan yang dialami perempuan. Terlebih-lebih perempuan yang bekerja dalam ranah domestik, dimana kebanyakan dari mereka datang dari keluarga miskin. Dalam banyak kasus yang dimiliki oleh para PRT, para PRT ini seringkali mengalami nasib yang sangat mengenaskan. Kekerasan yang dialami mereka tidak hanya dalam bentuk kekerasan fisik dan 2 Loekman Soetrisno, Kemiskinan, Perempuan & Pemberdayaan. Yogyakarta: Kanisius, p. 18 2

3 psikis secara umum tetapi juga banyak di antara mereka mengalami kekerasan seksual dari majikannya yang membuat PRT ini kemudian merasa malu dan jijik pada tubuhnya sendiri. Hal seperti ini beberapa kali diungkap oleh media massa atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), namun kemudian sangat jarang menjadi perhatian khusus berbagai kalangan. Gereja sebagai bagian dari masyarakat sepertinya juga tidak menunjukkan reaksi yang signifikan melihat ketidakadilan yang terjadi pada PRT ini. Keadaan para PRT Indonesia yang berada di luar negeri dan mengalami banyak ketidakadilan hingga pengusiran tanpa hak-hak yang seharusnya mereka terima, mengingatkan penyusun pada kisah Hagar yang ada dalam Kejadian 16:1-16 dan 21:8-21. Cerita tentang Hagar dan Sarai di dalam kedua teks tersebut merupakan bagian dari cerita tentang janji TUHAN kepada Abram tentang berkat dan keturunan, yang pertama kali dimaklumkan kepada Abram di dalam Kej. 12:1-3. Pembaca tahu bahwa Sarai mandul (Kej. 11:30) tetapi janji itu berulang kali disampaikan TUHAN kepada Abram membuat Sarai yang mandul mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah keluarganya. Sesuai dengan adat istiadat dan hukum keluarga yang berlaku saat itu, Hagar sebagai hamba perempuan yang berada di bawah kekuasaan Sarai, dijadikan jawaban atas persoalan Abram dan Sarai yaitu dengan memberikan Hagar kepada Abram untuk membangun keibuan Sarai. Kedua teks ini memang cukup banyak ditafsirkan, tetapi penafsiran yang memakai perspektif laki-laki tentu kurang melihat suara dari perempuan-perempuan yang diceritakan di dalam teks, sehingga pengalaman Hagar yang tampaknya mengalami pemanfaatan, kekejaman, dan penolakan 3 diabaikan, bahkan dianggap nada minor dalam keluarga Abram. Bahkan terkadang, Hagar didudukkan sebagai perempuan yang memiliki karakter negatif, karena memandang rendah nyonyanya setelah dia mengandung tanpa memperhatikan faktor-faktor sosial masyarakat di balik sikap Hagar yang berubah sikap dan memandang nyonyanya rendah. Padahal jika memperhatikan kehidupan Hagar sebagai perempuan yang tidak hanya miskin, bahkan juga tidak memiliki kemerdekaan karena kedudukannya sebagai seorang hamba perempuan Sarai sangatlah memprihatinkan. Hagar yang di dalam masyarakat merupakan perempuan yang tidak diperhitungkan, banyak mengalami kesulitan, kekerasan, dan ketidakadilan dari Sarai, nyonyanya. Menurut hemat penyusun, meski Hagar bukan siapa-siapa di dalam masyarakatnya, tetapi dia tidak sepatutnya mengalami perlakuan seburuk seperti yang diterimanya dari Sarai, TUHAN dan Abram. Penyimpangan hukum masyarakat yang dilakukan oleh Sarai, Allah dan Abram pada akhirnya mengantar Hagar dan Ismael ke ambang kematian di padang gurun (Kej. 21:15,16). 3 John L. Thompson, Hagar, Victim or Villain? dalam The Catholic Biblical Quarterly no. 59, 1997, p

4 Penindasan yang dialami oleh Hagar bermula dari pandangan masyarakat tentang keturunan (Toledot) yang sangat erat hubungannya dengan hak kesulungan (bekhorah) dan Berkat (berakhah). 4 Meskipun J. P. Fokkelman melihatnya dari sudut pandang sastra, tetapi jelas terlihat bahwa keberadaan seorang anak sangat penting dalam kehidupan masyarakat Israel kuno. Berkat dan janji TUHAN pada suatu keluarga akan sia-sia jika tidak ada prokreasi yang terjadi. Hal ini secara langsung memiliki keterkaitan dengan perempuan sebagai makhluk yang memiliki kodrat untuk melahirkan. Perempuan menjadi manusia yang sangat penting peranannya di dalam kelangsungan keturunan dalam suatu keluarga. Ketidakmampuan berprokreasi bagi seorang perempuan menjadi masalah yang sangat besar karena dua alasan yaitu bahwa memiliki anak, khususnya anak laki-laki, merupakan pokok penting dalam kebudayaan Israel 5 dan tidak memiliki anak dalam masyarakat patriakal sama saja dengan kehilangan status 6. Status bagi seorang perempuan Israel kuno seperti Sara, dapat datang dari dua hal yang istimewa yang dia miliki. Keistimewaan ini terkait dengan segala urusan di dalam rumah tangganya. Pertama adalah statusnya sebagai seorang istri dari seorang yang kaya, Sarai menjadi kepala dari istri-istri yang lain, namun kemungkinan Sarai adalah satu-satunya istri legal Abram. Dan yang ke dua adalah sesuatu yang merupakan konsekuensi dari yang pertama, bahwa anak laki-lakinya akan menjadi ahli waris Abraham. Tetapi Sarai tidak memiliki anak, apalagi anak laki-laki, dan oleh karena itu statusnya menjadi lemah dan masyarakat bisa saja menekannya dan menghilangkan status itu sampai dia dapat melahirkan seorang anak laki-laki, 7 atau memberikan perempuan lain kepada Abram, sehingga Abram memiliki ahli waris hasil hubungannya dengan seorang perempuan. Sangat mungkin pola budaya inilah yang membuat Sarai memberikan Hagar kepada Abram. Sebagai seorang budak, Hagar tinggal di rumah Abraham untuk melayani Sarai, sehingga status Hagar bergantung kepada Sarai, nyonyanya, istri Abram 8. Diceritakan, setelah mereka tinggal bersama-sama di Kanaan selama 10 tahun, Abram dan Sarai telah lanjut usia. Meskipun telah lanjut usia, tetapi Sarai tidak beranak (16:1) dan tampak putus asa karena fungsi terpentingnya sebagai istri yaitu melahirkan seorang anak tidak dapat dia lakukan 9 sehingga dia memutuskan untuk memberikan Hagar kepada Abraham dan berharap supaya melalui Hagar dia 4 J. P. Fokkelman, Genesis dalam Robert Alter dan Frank Kermode (eds.), The Literary Guide to the Bible. Chambridge: Harvard University, 1987, p Katharine Doob Sakenfeld, Just Wives: Stories of Power and Survival in the Old Testament and Today, Louisville: Westminster John Knox Press, p.7 6 J. Cheryl Exum, Mother in Israel: A Familiar Figure Reconsidered, dalam Lettv M. Russel (ed.), Feminist Interpretation of the Bible, NewYork: Page Bross Ltd, 1985, p Jo Ann Hackett, Rehabilitating Hagar: Fragments of An Epic Pattern, dalam Peggy L. Day ( ed.), Gender and Difference in Ancient Israel, Minneapolis: Fortress Press, 1989, p Susan Niditch, Genesis dalam Carol A. Newson dan Sharon H. Ringe (eds.), The Women Bible Commentary, Louisville: Westminster John Knox Press, 1992, p Rulon Miller, Hagar: A Woman with an Attitude dalam Philips R. Davis dan David J. A. Clines (eds.), The World of Genesis, England: Sheffield Academic Press ltd, 1998, p.72 4

5 dapat memperoleh seorang anak (16:2). 10 Sarai di masa tuanya akhirnya menyuruh Abram untuk menghampiri Hagar supaya Hagar memberikan keturunan bagi Abram. Keturunan yang dipahami Sarai dan Abram sebagai penggenapan janji TUHAN kepada Abraham yang kelak menjadi Bapa segala bangsa. Sarai berpendapat bahwa garis keturunan Abram mungkin tidak lahir melalui dirinya. Abram ternyata mendengar, menyetujui rencana Sara. Ia menghampiri Hagar dan membuatnya mengandung seorang anak. Tidur dengan tuan rumah dan kemudian mengandung, bagi seorang hamba seperti Hagar bisa jadi merupakan suatu kehormatan yang besar yang untuk pertama kalinya akan membuat Hagar memiliki status di dalam masyarakat karena anak laki-lakinya akan menjadi ahli waris Abram 11. Kemungkinan besar pandangan masyarakat tentang anak inilah yang kemudian membuat Hagar memandang rendah Sarai dan Sarai tidak terima dengan perlakuan Hagar itu kepadanya. Kemudian penindasan berikutnya dialami Hagar ketika Sarai melihat anaknya, Ishak bermain dengan Ismael. Lalu, persoalan itu merembet pada masalah hak ahli waris yang juga seperti masalah keturunan tadi, merupakan hal yang sangat penting juga di dalam masyarakat. Kedua alasan itu menjadi dasar penindasan yang dialami Hagar sebagai perempuan yang posisinya lemah di dalam keluarga dan masyarakat. Kedudukan Hagar yang tidak sejajar dengan Sarai sangat mungkin membuat Hagar tidak bisa mengadakan perlawanan. Apalagi setelah Abram menyerahkannya di bawah kekuasaan Sarai. Di sini terjadi pola Polycoity yakni istri sah memiliki kekuasaan lebih dibandingkan istri ke dua. 12 Sarai mendapatkan kekuasaan domestiknya dari Abram, sehingga ia leluasa menindas Hagar. Dengan posisi yang lebih rendah, Hagar dikembalikan ke posisinya (Kej. 16:6) bahkan menjadi wanita tuna wisma, teraniaya dan orangtua tunggal bagi anaknya (Kej. 21:14). 13 Miller mengungkapkan ini sebagai sesuatu yang sangat menyedihkan dimana Hagar mengalami pengasingan karena ditindas oleh Sarai dan lebih dari itu, TUHAN berada di pihak Sarai dan turut mendukung penindasan yang dialami Hagar. Dari uraian di atas, penyusun merumuskan permasalahan dalam teks Kejadian 16:1-16 dan 21:8-21 ini sebagai berikut: Faktor-faktor sosial masyarakat seperti apakah yang mendorong terjadinya penindasan terhadap Hagar? Adakah hukum masyarakat yang dilanggar oleh Sarai, Abram dan TUHAN yang memperparah keadaan Hagar sebagai seorang hamba perempuan? Apakah makna teks ini bagi kehidupan penyusun saat ini? 10 J. Cheryl Exum, Mother in Israel: A Familiar Figure Reconsidered, p Jo Ann Hackett, Rehabilitating Hagar: Fragments of An Epic Pattern, p Katharine Doob Sakenfeld, Just Wives: Stories of Power and Survival in the Old Testament and Today, p Rulon Miller, Hagar: A Woman with an Attitude, p.60 5

6 I. 2. Judul Skripsi Judul yang dipilih penyusun untuk skripsi ini adalah: TAFSIR SOSIOLOGIS-FEMINIS PENINDASAN HAGAR Penjelasan Judul: Tafsir sosiologis-feminis adalah pendekatan yang dipakai penyusun untuk menafsirkan perihal penindasan yang terjadi di dalam kehidupan Hagar. Pendekatan ini dipilih karena dapat menolong penyusun dalam menemukan gambaran kehidupan sosial teks ini. 14 Gambaran sosial ini terutama terkait dengan kehidupan masyarakat saat itu. Pandangan-pandangan mereka tentang sesuatu termasuk juga pandangan mereka tentang TUHAN. Selain itu, dengan ilmu sosiologi dapat diketahui bahwa seseorang di dalam masyarakat memiliki pandangan dan sikap tertentu bukan tanpa sebab musabab tetapi karena adanya nilai-nilai tertentu yang berkembang di dalam masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi pola pikir dan sikap orang tersebut. Sosiologi sangat membantu seorang penafsir teks di dalam mengetahui alasan-alasan seseorang atau suatu kelompok memiliki sikap dan tindakan tertentu terhadap sesuatu atau seseorang. Tidak hanya itu, dengan bantuan sosiologi penyusun juga dapat tertolong di dalam menafsirkan kata-kata khas 15 yang dipakai di dalam cerita tersebut. Pendekatan ini juga akan sangat membantu penyusun menemukan perspektif baru tentang kehidupan Hagar, sebagai perempuan yang digambarkan hidup di masa lampau dalam satu masa dan tempat. Hal ini penting, menyadari bahwa gambaran perempuan di dalam teks Alkitab hanyalah merupakan sebuah gambaran yang terlalu sedikit untuk mendengarkan suara perempuan hanya melalui yang diberikan teks kepada kita. Sedangkan perspektif feminis akan menolong penyusun menemukan adanya ketidakadilan gender di dalam kisah yang dituliskan dalam teks. Perspektif ini memperlihatkan bahwa tindakan-tindakan Sarai, Abram dan TUHAN sarat dengan budaya patriakh yang sangat mengutamakan laki-laki dan menomorduakan perempuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan perempuan diukur dengan nilai dan kepentingan laki-laki. Penggunaan pendekatan sosiologis bersamaan dengan sudut pandang feminis ini dimanfaatkan penyusun karena penemuan-penemuan penelitian sosial yang menolong melihat Israel kuno, memiliki implikasi yang membuat studi gender menjadi lebih efektif. 16 Rekontruksi konteks sosial saat itu yang dapat dilihat dari kehidupan Israel kuno dan daerah sekitarnya dapat menjadi pertimbangan 14 N. Steinberg, Social-Scientific Criticism, dalam R. J. Loggins dan J. L. Houlden, (Eds.), A Dictionary of Biblical Interpretation, SCM Press, 1990, p Robert R. Wilson, Sociological Approaches to the Old Testament, Philadelphia: Fortress Press, 1984, p Carol Meyers, Discovering Eve : Ancient Israelite Women in Context, New York : Oxford University Press, 1998 p

7 tersendiri yang menuntuin penyusun melihat bahwa teks ini tidak polos seperti apa adanya tetapi perlu dicurigai sebagai teks yang mengandung budaya patriarkh yang merendahkan perempuan. Sedangkan kata penindasan yang dimaksud di sini adalah semua bentuk kekerasan yang dialami Hagar yang dilakukan aktor dalam Kej. 16 :1-16 da 21 :8-21. Kata penindasan di sini tidak hanya mengandung makna kekerasan secara fisik, tetapi juga psikis. I. 3. Tujuan Penyusunan Tujuan penyusunan ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor sosial yang berkembang di masyarakat Kejadian 16 :1-16 dan 21 :8-21 yang mendorong terjadinya penindasan terhadap Hagar, juga untuk mengetahui bentuk penyimpangan hukum masyarakat yang ada yang dilakukan oleh Sarai, Abram dan TUHAN sebagai penindas Hagar. Setelah itu, pada akhirnya penyusun berharap dapat memperoleh makna baru dari teks yang sesuai dengan konteks penyusun saat ini. I. 4. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai penyusun adalah metode penelitian pustaka. I. 5. Sistematika Penyusunan Skripsi Bab I: Pendahuluan Bab ini memaparkan secara umum mengenai permasalahan, rumusan masalah, judul skripsi, metode penelitian, serta sistematika penyusunan skripsi. Bab II: Perempuan-perempuan di dalam kehidupan Abraham, Ishak dan Yakub Bab ini berisi sekilas kisah para perempuan di dalam kehidupan Abraham, yaitu: Sara, Hagar, Ketura dan gundik-gundiknya yang dia ambil setelah Sara meninggal. Kemudian perempuan dalam kehidupan Ishak, yaitu Ribka, dan perempuan dalam kehidupan Yakub, yaitu lea dan Rahel beserta budak perempuan mereka, Zilpa dan Bilha. Para perempuan ini menjadi konteks luas kehidupan Hagar. Bab III: Konteks sosial dan tafsiran Kejadian 16:1-16 dan 21:8-21 Bab ini berisi gambaran kehidupan sosial Hagar beserta Sara dan Abraham, dan tafsiran Kej. 16:1-16 dan 21:8-21 sebagai perikop yang dipilih penyusun sebagai bahan untuk melihat kehidupan Hagar. 7

8 Bab IV: Konteks masa kini Bab ini berisi makna baru dari hasil tafsiran yang terdapat di bab III yang ditarik penyusun ke dalam konteks hidup penyusun di masa kini. Bab V: Kesimpulan dan penutup Bab ini berisi kesimpulan dan penutup skripsi ini. 8

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah mencatat bahwa hampir semua bangsa di dunia ini mempunyai riwayat yang sama dalam satu hal yakni bertatanan patriarkhal. Marjinalisasi terhadap kaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Ide dari penulisan skripsi ini muncul saat penulis sedang menjalani masa stage tahun 2005 di GPIB Magelang, saat penulis mendapatkan kesempatan untuk menelaah

Lebih terperinci

Lesson 10 for September 2, 2017

Lesson 10 for September 2, 2017 Lesson 10 for September 2, 2017 DUA PERJANJIAN Dalam Galatia 4: 21-31, Paulus menggunakan sebuah kiasan untuk membandingkan keselamatan oleh iman dengan keselamatan melalui perbuatan: Anak dari perempuan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini, tema kekerasan sepertinya sudah menjadi suatu hal yang biasa dalam masyarakat. Banyak sekali kasus kekerasan yang terjadi dan kebanyakan yang

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki

Lebih terperinci

UKDW. 1.2.Permasalahan Pandangan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap perempuan yang tidak bisa

UKDW. 1.2.Permasalahan Pandangan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap perempuan yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku dan budaya. Karena itu adat istiadat setempat haruslah dijunjung tinggi. Kita tidak bisa menyamaratakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup dalam perekonomian terpuruk merupakan gambaran keseharian

BAB I PENDAHULUAN. Hidup dalam perekonomian terpuruk merupakan gambaran keseharian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hidup dalam perekonomian terpuruk merupakan gambaran keseharian sebagian masyarakat Yogyakarta ketika gempa terjadi. Banyak dari mereka yang kehilangan keluarga serta

Lebih terperinci

KEJADIAN 12:1-3, 13:14-17

KEJADIAN 12:1-3, 13:14-17 BAB 2: ABRAHAM 22 ADA SEORANG LAKI-LAKI YANG BERNAMA ABRAHAM YANG TINGGAL DI ANTARA ORANG-ORANG PENYEMBAH BERHALA. ABRAHAM TIDAK PERCAYA BAHWA BERHALA ADALAH TUHAN. ABRAHAM TAHU BAHWA TUHAN ADALAH SANG

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Hidup bersama dalam masyarakat merupakan hakikat manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Hidup bersama dalam masyarakat merupakan hakikat manusia sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Hidup bersama dalam masyarakat merupakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dan bekerja sama dengan

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012

Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012 Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012 DOAKAN PARA IBU Bagi para ibu yang tinggal di lokasi yang kurang aman, dalam kemiskinan atau tanpa pertolongan dari pasangan yang penuh kasih, tanggungjawab terasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB IV PENGAKUAN TERHADAP DEBORA. hakim. Perempuan menjadi nabiah bukan suatu hal yang asing dalam kehidupan bangsa

BAB IV PENGAKUAN TERHADAP DEBORA. hakim. Perempuan menjadi nabiah bukan suatu hal yang asing dalam kehidupan bangsa BAB IV PENGAKUAN TERHADAP DEBORA 4.1. Pengakuan di Lingkup Sosial dan Agama Fakta bahwa Debora bisa sedemikian besarnya menarik perhatian dari bangsa Israel menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div.

Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div. Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div. Mulai dari 1 Ptr. 2:11, Petrus berbicara mengenai hal yang praktis yaitu etika bagaimana manusia harus hidup dengan sesamanya. Pertama,

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si Penipu

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si Penipu Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si Penipu Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

10: Sepuluh Kisah tentang Kemurahan Tuhan oleh Jadi S. Lima

10: Sepuluh Kisah tentang Kemurahan Tuhan oleh Jadi S. Lima 10: Sepuluh Kisah tentang Kemurahan Tuhan oleh Jadi S. Lima Lima, Jadi S. 10 Kisah tentang Kemurahan Tuhan / oleh Jadi S. Lima; Jakarta: FiatLux!, 2016 100 hlm; 19 cm DAFTAR ISI SEKAPUR SIRIH...3 YAKUB...6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yakub si Penipu

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yakub si Penipu Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si Penipu Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Diterjemahkan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Cerita 6 dari 60.

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Cerita 6 dari 60. Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si Penipu Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Cerita 6 dari 60 www.m1914.org

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB IV. Refleksi Teologis BAB IV Refleksi Teologis Budaya patriarki berkembang dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia dan mengakibatkan adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan ini, manusia tercipta sebagai laki-laki dan perempuan. Mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Seorang laki-laki membutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si Penipu

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si Penipu Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si Penipu Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Diterjemahkan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si penipu

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si penipu Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si penipu Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Diterjemahkan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yakub si penipu

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yakub si penipu Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si penipu Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR BAB I PENDAHULUAN "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan

Lebih terperinci

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Nama Kursus   : Pernikahan Kristen yang Sejati Nama Pelajaran : Memilih Pasangan Kode Pelajaran : PKS-P02                    Pelajaran 02 - MEMILIH

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

IMAN YANG HIDUP (Yakobus 2:14-26) Hendro Lim

IMAN YANG HIDUP (Yakobus 2:14-26) Hendro Lim Naskah Khotbah IMAN YANG HIDUP (Yakobus 2:14-26) Hendro Lim Yakobus 2:14-26 merupakan bagian surat Yakobus yang dipandang paling penting secara teologis, tetapi juga paling kontroversial. Ketika membaca

Lebih terperinci

Mengapa Sarai menjadi Israel?

Mengapa Sarai menjadi Israel? Mengapa Sarai menjadi Israel? Judith G. Lim Abstract: The history of Israel is written as the offspring of Jacob, in order to support the Davidic state. Though the court scribes had inserted Abram as Sarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Manusia selalu memerlukan bahasa di setiap geraknya, hampir dapat dipastikan semua

Lebih terperinci

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA Oleh: Arrista Trimaya * Naskah diterima: 30 Januari 2015; disetujui: 12 Februari 2015 Menteri

Lebih terperinci

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Perempuan bekerja bukan lagi pemandangan langka. Ada yang bergaji tinggi sebagaimana karyawan kantoran yang berbekal titel, ada pula pegawai rendahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penulis Injil Yohanes memulai dan menutup pelayanan Yesus di muka umum (Yoh. 2-12) dengan kisah mengenai seorang perempuan: dimulai dengan kisah ibu Yesus dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP PEMAHAMAN NILAI KRISTIANI MURID SEKOLAH MINGGU GBI VILLA CITRA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP PEMAHAMAN NILAI KRISTIANI MURID SEKOLAH MINGGU GBI VILLA CITRA KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP PEMAHAMAN NILAI KRISTIANI MURID SEKOLAH MINGGU GBI VILLA CITRA Kepada Adik-adik Murid Sekolah Minggu GBI Villa Citra di Tempat Pertama-tama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online, dimana

Lebih terperinci

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel.

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel. Lesson 10 for December 9, 2017 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. (Roma 9:1-2)

Lebih terperinci

KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Jumat, 23 Desember :17 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 23 Desember :20

KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Jumat, 23 Desember :17 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 23 Desember :20 KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Pada saat ini kondisi kaum perempuan di negeri ini memang telah mengalami perbaikan di bandingkan dengan masa-masa dahulu. Kita dapat melihat bagaimana

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

MENGAMPUNI ORANG LAIN

MENGAMPUNI ORANG LAIN Level 2 Pelajaran 9 MENGAMPUNI ORANG LAIN Oleh Don Krow Hari ini kita akan membahas mengenai pengampunan yang di ambil dari Matius 18:21-22: Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus:"Tuhan, sampai

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

Janji Tuhan untuk Abraham

Janji Tuhan untuk Abraham Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Janji Tuhan untuk Abraham Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Byron Unger dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot dan Tammy

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita

Lebih terperinci

Studi Psiko Feminis Terhadap Peran Hawa Sebagai Penolong dalam Kejadian 2: 18. Oleh. Selfisina Tetelepta NIM TUGAS AKHIR

Studi Psiko Feminis Terhadap Peran Hawa Sebagai Penolong dalam Kejadian 2: 18. Oleh. Selfisina Tetelepta NIM TUGAS AKHIR Studi Psiko Feminis Terhadap Peran Hawa Sebagai Penolong dalam Kejadian 2: 18 Oleh Selfisina Tetelepta NIM 71 2011 016 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program studi Teologi, Fakultas Teologi Guna memenuhi

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Janji Tuhan untuk Abraham

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Janji Tuhan untuk Abraham Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Janji Tuhan untuk Abraham Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Byron Unger dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot dan Tammy

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Janji Tuhan untuk Abraham

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Janji Tuhan untuk Abraham Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Janji Tuhan untuk Abraham Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Byron Unger dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot dan Tammy

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB SATU P E N D A H U L U A N. memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara

BAB SATU P E N D A H U L U A N. memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara BAB SATU P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu elemen yang penting bagi hidup manusia. Setiap manusia akan memaknai tanah bagi dirinya sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakter. Karakter yang dimiliki seseorang berbeda dengan karakter yang dimiliki orang lain. Karakter, didefinisikan oleh Robby I. Chandra, sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu

I. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kekerasan terhadap perempuan berdasarkan wilayah terjadinya kekerasan terbagi dalam tiga ranah, pertama privat yaitu kekerasan yang terjadi dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia 1) Rendahnya tingkat kualitas hidup perempuan Sejumlah penelitian mengungkapkan, ada banyak faktor penyebab kematian ibu melahirkan, namun penyebab utama adalah

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini. Salah satu bentuk kekerasan yang ada justru dekat dan berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

Analisa Media Edisi Agustus 2013

Analisa Media Edisi Agustus 2013 Tes Keperawanan: Bentuk Kegagalan Negara Dalam budaya patriarkhal, tubuh perempuan menjadi objek utama untuk dimasalahkan. Dalam budaya ini selalu dicari cara untuk mengaturnya, mulai dari bagaimana perempuan

Lebih terperinci

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU Pada dasarnya kesepakatan yang dimaksudkan dalam bagian

Lebih terperinci

STUDI SPIRITUAL-FEMINIS TERHADAP TAMAR DALAM II SAMUEL 13:1-22

STUDI SPIRITUAL-FEMINIS TERHADAP TAMAR DALAM II SAMUEL 13:1-22 STUDI SPIRITUAL-FEMINIS TERHADAP TAMAR DALAM II SAMUEL 13:1-22 Abstrak Diskriminasi terhadap perempuan telah terjadi disepanjang sejarah peradaban manusia bahkan terjadi juga dalam cerita-cerita yang dimuat

Lebih terperinci

Janji Tuhan untuk Abraham

Janji Tuhan untuk Abraham Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Janji Tuhan untuk Abraham Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Byron Unger dan Lazarus Disadur oleh: M. Maillot dan Tammy

Lebih terperinci

PEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PEKERJAAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Aulia Hadi 1 Judul Buku : Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial) Pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : ARHAM

Lebih terperinci

Rahasia Nikah & Rahasia Ibadah (Bagian I)

Rahasia Nikah & Rahasia Ibadah (Bagian I) Rahasia Nikah & Rahasia Ibadah (Bagian I) Setelah Allah selesai menciptakan langit, bumi dan segala isinya maka pada hari ke 6 Allah menciptakan manusia supaya berkuasa atas segala ciptaannya (Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Hidup bersama dalam masyarakat merupakan hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada bulan Juli 2010 Indonesia kembali dilanda bencana alam. Beberapa tempat di Indonesia yang dilanda gempa diantaranya Palangkaraya, Labuhan Batu, dan kota

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa Kota

Lebih terperinci

Janji Tuhan untuk Abraham

Janji Tuhan untuk Abraham Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Janji Tuhan untuk Abraham Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Byron Unger dan Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: M. Maillot dan Tammy S. Cerita

Lebih terperinci