PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE"

Transkripsi

1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIE LEARNING TYPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS MI MA ARIF ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : SYARIFATUL UMAMI NIM JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 i

2 ii

3 PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SEJARAH MASA HINDU BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIE LEARNING TYPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS MI MA ARIF ROWOSARI TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : SYARIFATUL UMAMI NIM JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini Tak ada yang tak mungkin kalau kita yakin Masa lalu tidak menentukan masa sekarang, tapi masa sekarang menentukan masa depan PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dan aku takdhimi (Bapak Rokhimin (alm.) dan Ibu Umi Badriyah), karena dengan bimbingan, arahan, dan do a-do a beliaulah aku bisa menjadi yang terbaik dan berprestasi. Kakak laki-lakiku yang aku sayangi dan aku banggakan (Fuad Fakhruddin) yang telah membantuku menyelesaikan skripsiku Adikku yang aku sayangi dan aku banggakan (Ida Maskana Latifa) yang telah membantuku pula dalam menyelesaikan skripsiku, aku berdo a semoga cita-cita kalian tercapai dan menjadi orang yang dapat mengharumkan nama keluarga. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepadaku, memfasilitasiku, dan telah memberikan pelayanan dengan sebaikbaiknya sehingga menjadikanku seperti sekarang ini. Aku hanya bisa berucap jazakumullahu khairal jaza jaza an katsiron. Tak lupa kepada seluruh teman-temanku kelas PGMI B angkatan 2010, terimakasih atas semuanya dari awal sampai akhir. Juga aku persembahkan kepada pembaca yang budiman. vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw. yang senantiasa dinanti-nantikan syafa atnya di yaumul qiyamah nanti. Penyusunan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Sejarah Masa Hindu Budha Dan Islam di Indonesia Melalui Model Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 ini, adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik sarjana pendidikan dalam bidang Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusu menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag. selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik STAIN Salatiga. 3. Suwardi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah 4. Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Program Studi PGMI viii

9 5. Rasimin, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya guna memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan bimbinganya kepada penulis 7. Aris Triharyanto, M.Pd. selaku Kepala Sekolah MI Ma arif Rowosari yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 8. Kepada Isyami, S.Pdi. selaku wali kelas MI Ma arif Rowosari yang turut membantu dalam penelitian. 9. Kepada seluruh siswa kelas MI Ma arif Rowosari yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian. 10. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukunganya hingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Selanjutnya penyusun hanya dapat berdo a jazakumullahu khairal jaza jazaan katsiran. Penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun membuka tangan yang selebar-lebarnya terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Salatiga, Januari 2015 Penulis Syarifatul Umami ix

10 ABSTRAK Umami, Syarifatul Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia Melalui Model Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Rasimin, M.Pd. Kata kunci: Model Cooperative Learning Type Make A Match dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pembelajaran IPS umumnya membutuhkan kemampuan siswa untuk menghafal materi, sehingga guru sebagai pengajar haruslah lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan. Namun faktanya masih ada guru yang mengajar monoton. Hal itu membuat siswa kebosanan dan banyak yang berbicara sendiri akibatnya hasil belajar IPS rendah. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi sejarah masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia pada siswa kelas MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015? Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melaui tiga siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Tiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes post test, lembar pengamatan dan dokumentasi. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi sejarah masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia pada siswa kelas MI Ma arif Rowosari. Dapat dilihat dari hasil pembahasan yaitu Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 58,88 menjadi 62,77 pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 70,55. Dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 82,77. Jadi, dari pra siklus ke siklus III nilai rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 23,89. Untuk angka ketuntasan belajar siswa dari pra siklus ke siklus I naik menjadi 8 anak atau sebesar 44,4% dan menjadi 12 anak pada siklus II atau sebesar 66,7%. Dan angka ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 12 anak atau sebesar 66,7% menjadi 18 anak atau sebesar 100% pada siklus III atau naik sebanyak 6 anak atau 33.3%. Jadi angka ketuntasan belajar dari pra siklus ke siklus III meningkat sebesar 72,2% atau sebanyak 13 anak. x

11 DAFTAR ISI SAMPUL... i LEMBAR BERLOGO... ii HALAMAN JUDUL... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...vi HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii ABSTRAK... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan... 5 E. Manfaat Penelitian... 7 F. Definisi Operasional... 8 G. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Subjek Penelitian Langkah-langkah Penelitian Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Analisis Data H. Sistematika Penulisan xi

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar IPS Pengertian Hasil Belajar Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Penilaian Keberhasilan Belajar Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar B. IPS Pengertian IPS Fungsi dan Tujuan IPS Ruang Lingkup IPS Materi Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia Standar Kompetensi IPS Kelas SD/MI C. Model Cooperative Learning Pengertian Coopertaive Learning Coopeative Learning Type Make A Match BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma arif Rowosari Lokasi Penelitian Keadaan Guru dan Siswa MI Ma arif Rowosari Subyek Penelitian B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi xii

13 D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) B. Analisis Data Per Siklus Deskripsi Siklus I Deskripsi Siklus II Deskripsi Siklus III C. Pembahasan Analisis Siklus I Analisis Siklus II Analisis Siklus III Data Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III BAB PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xiii

14 DAFTAR TABEL 1 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas 38 2 Tabel 3.1 Data Nama Guru MI Ma arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/ Tabel.3.2 Data Seluruh Siswa MI Ma arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/ Tabel 3.3 Data Siswa Kelas di MI Ma arif Rowosari 51 5 Tabel 4.1 Daftar Nilai Pra Siklus IPS Kelas Tahun Pelajaran 2014/ Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I 53 7 Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II 54 8 Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III 55 9 Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus I Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I Tabel 4.8 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus II Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus I Tabel 4.11 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Guru Siklus III Tabel 4.13 Data Hasil Pengamatan Siswa Siklus III Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III 69 xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Lembar Pengamatan Guru Siklus I Lembar Pengamatan Siswa Siklus I Lembar Pengamatan Guru Siklus II Lembar Pengamatan Siswa Siklus II Lembar Pengamatan Guru Siklus III Lembar Pengamatan Siswa Siklus III Soal Post Tes Siklus I Soal Post Tes Siklus II Soal Post Tes Siklus III Dokumentasi Penelitian Contoh Kartu Make A Match Surat Permohonsn Ijin Penelitian Surat Balasan Ijin Penelitian Daftar Nilai SKK Daftar Riwayat Hidup xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan. Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas sumberdaya manusia didalamnya. Perkembangan kualitas sumber daya manusia tidak dapat lepas dari perkembangan dan kualitas sebuah pendidikan. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Haryanto, 2012). Seperti halnya pendapat Hamalik (1977:13) bahwa dengan adanya pendidikan diharapkan agar kelak anak menjadi manusia atau warga masyarakat yang terampil bekerja, mampu menyesuaikan diri dengan sekitarnya dan mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya pada masa sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan produktif seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 diperlukan perbaikan sistem pendidikan yang berkualitas. Sistem pendidikan di Indonesia masih sedikit tertinggal dibanding negara-negara lain. Sehingga perlu perbaikan-perbaikan yang sesuai dengan perkembangan 1

18 dan perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses belajar mengajar dikelas. Belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik (Rusyan dkk, 1989: 1). Proses belajar mengajar yang baik harus melibatkan keaktifan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, pendengaran, penglihatan, dan ketrampilan yang dimiliki. Rusyan dkk (1989: 8) juga menyebutkan bahwa tujuan setelah dilakukan proses belajar mengajar adalah berupa keberhasilan dalam pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan kemampuan atau kecakapan yang sebelumnya tidak dimiliki, kemudian muncul. Selain itu, adanya perubahan tingkah laku siswa menuju ke arah yang lebih baik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan psikologi. Dimana tujuannya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora) (Susanto, 2013: 139). Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. 2

19 Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, lebih kreatif dalam mengajar, dan bisa memanfaatkan media pembelajaran sehingga menjadikan siswa aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Namun, sampai saat ini sering guru sebagai pelaksana dalam proses belajar mengajar IPS memberikan penyajian yang bersifat monoton yaitu dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan menghafal yang justru membuat siswa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar IPS. Hal tersebut juga terjadi pada guru MI Ma arif Rowosari. Selama proses pembelajaran di kelas, model pembelajaran yang digunakan guru MI Ma arif masih didominasi metode ceramah dan penugasan. Guru sebagai penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar yang selesai mendengar kemudian mengerjakan latihan. Yang demikian itu membuat siswa kebosanan, apalagi materi IPS sebagian besar uraian panjang dan banyak hafalan. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti selama pra penelitian, hampir 65% siswa berbicara dengan teman sebangkunya. Mereka menganggap pembelajaran tidak penting, sehingga walaupun ikut pembelajaran mereka tidak memperhatikan dan sering membuat gaduh di kelas. Apalagi saat siswa diminta maju untuk mengerjakan tugas di papan tulis masih kesulitan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Hal itu berdampak pada hasil belajar IPS siswa yang menurun. 3

20 Berdasarkan hasil survei pada bulan Agustus di kelas MI Ma arif Rowosari, menunjukkan bahwa dari 18 siswa hanya 5 siswa atau 27,8% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum pada nilai ulangan harian. Berdasarkan permasalahan yang muncul, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan belajar siswa, salah satunya menggunakan cara, metode, dan media yang bervariasi. Pembelajaran IPS umumnya membutuhkan kemampuan siswa untuk menghafal materi, sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang membuat siswa menghafal tanpa ada rasa bosan. Salah satunya adalah model cooperative learning (pemebelajaran kooperatif). Menurut Rusman (2011:202) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen, disini penulis akan menerapkan model cooperative learning type make a match (membuat pasangan) untuk mata pelajaran IPS kelas. Model cooperative learning type maka a match (membuat pasangan) ini diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu meningkatkan hasil pembelajaran IPS. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia Melalui Model 4

21 Cooperative Learning Type Make A Match Pada Siswa Kelas MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia pada Siswa Kelas MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia melalui model cooperative learning type make a match pada siswa kelas MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015. D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah, suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010:71). Adapun menurut Hadi (2000:63), hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin 5

22 salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika faktafakta membenarkan. Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara mengenai jawaban atas rumusan masalah yang masih perlu dibuktikan di lapangan atau masih perlu diuji melalui penelitian. Dalam penelitian ini, dapat dirumuskan hipotesis melalui model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Sejarah Masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia pada siswa kelas MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/ Indikator Keberhasilan Adapun indikator keberhasilan yang dapat dicapai dalam materi sejarah hindu budha dan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Siswa mampu menceritakan sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia b. Siswa mampu menyebutkan sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia c. Siswa mampu mengelompokkan sejarah pada masa Hindu, Budha dan Islam di Indonesia E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu: 6

23 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi atau acuan yang dapat dijadikan pedoman guru dalam meningkatkan hasil belajar IPS dengan model cooperative learning type make a match. b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagi pelaksanaan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Secara praktis dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembinaan dan pengembangan dunia pendidikan serta bermanfaat bagi: a. Bagi Siswa Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa b. Bagi Guru 1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan penggunaan model pembelajaran. 2) Memberikan arahan dalam proses pembelajaran dan memberi solusi untuk mengajarkan mata pelajaran IPS yang menyenangkan dengan model cooperative learning type make a match. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi di sekolah. 7

24 2) Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di MI Ma arif Rowosari F. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok yang menjadi variabel penelitian. Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan Menurut Poerwadarminta (2006: 1281) peningkatan adalah proses, cara, perbuatan, meningkatkan usaha. Maksudnya adalah usaha sesorang untuk memperoleh nilai yang lebih dari sebelumnya, dengan berbagai cara sesuai dengan peraturan yang ada. 2. Hasil Belajar IPS Menurut Susanto (2013: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) sebagai hasil dari kegiatan belajar. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. 8

25 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial, dimana dalam kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Rasimin, 2012: 11). 3. Cooperative Learning Type Make A Match Cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif (Rusman, 2011: 202). Make a match merupakan salah satu type cooperative learning. Jadi, model cooperative learning type make a match adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa berpartisipasi aktif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat. G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PTK yaitu Classroom Action Research (CAR), yang berarti action research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Suyanto, 1997: 4). Pendapat lain mengemukakan PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya (Suhardjono, 2006: 58). 9

26 Pemilihan model penelitian ini, karena secara langsung peneliti ikut terlibat langsung dalam penelitian. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bisa dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti dimana peneliti mengamati kegiatan guru saat mengajar dan siswa saat menerima pelajaran. PTK juga bisa dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru dan bekerja sama dengan guru yang bersangkutan dimana guru yang bersangkutan tersebut mengamati kegiatan peneliti saat mengajar dan siswa menerima pelajaran (Suhardjono, 2008: 57). 2. Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di MI Ma arif Rowosari Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dan dilaksanakan pada siswa kelas yang berjumlah 18 siswa. Dasar pertimbangan pemilihan subjek adalah perlunya penerapan tindakan dalam penelitian ini terhadap pembelajaran IPS di MI tersebut mengingat masih rendahnya hasil belajar IPS terutama pada siswa kelas. Untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat memecahkan masalah tersebut sehingga hasil belajar siswa kelas MI Ma arif Rowosari dapat meningkat. Penelitian ini dilakukan tiga kali tahapan yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Siklus I sudah menerapkan model cooperative learning type make a match setelah itu dilakukan refleksi untuk perbaikan pada siklus ke II dan seterusnya. 10

27 3. Langkah-langkah Penelitian Tahapan-tahapan dalam melaksanakan PTK adalah perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflektion). a. Perencanaan (Planning) Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Membuat skenario pembelajaran dengan penerapan model cooperative learning type make a match (Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)). 2) Menyusun soal evaluasi/post test. 3) Menyusun lembar pengamatan untuk guru dan siswa. b. Tindakan (Action) Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula. c. Pengamatan (Observation) Pada tahap ini segala aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat, dinilai kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan 11

28 balik. Pengamatan tersebut meliputi keaktifan dan inisiatif siswa selama kegiatan pembelajaran. d. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan (Kunandar, 2011: 75). Pada tahap refleksi meliputi: 1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran, 2) Evaluasi hasil observasi, 3) Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I pada siklus II. Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya berikut adalah skema siklus penelitian PTK. Skema Siklus Penelitian SIKLUS I Refleksi Pengamatan Perencanaan Tindakan SIKLUS II Refleksi Pengamatan Perencanaan Tindakan SIKLUS III? Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian 12

29 4. Instrumen Penelitian Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah: a. Pedoman atau lembar pengamatan (observasi) yang digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. b. Soal tes/evaluasi teks/soal, digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi. c. Pedoman dokumentasi digunakan untuk mendapatkan keterangan atau data mengenai gambaran umum kegiatan penelitian. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2011: 84). Lebih jelasnya metode pengumpulan data akan diuraikan sebagai berikut: a. Metode Observasi (Pengamatan) Observasi (Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pengamatan secara sistematis (Arikunto, 1990: 27). Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan diterapkannya model cooperative learning type make a match. 13

30 b. Tes Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa nilai hasil post test. Post test adalah tes yang diberikan setelah pembelajaran berakhir. c. Metode Dokumentasi Metode ini dalam arti sempit adalah sebagai kumpulan data verbal yang berben tuk tulisan, dalam arti luas adalah dokumen, sertifikat, foto, tape dan lainnya (Arikunto, 2002: 64). Dokumentasi ini penulis gunakan untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana, dan keadaan siswa. 6. Analisis data Semua data yang telah kita peroleh dan kita kumpulkan pada dasarnya untuk menguji atau membuktikan kebenaran hipotesis. Benar tidaknya dugaan itu akan dibuktikan melalui data yang kita peroleh dari lapangan. Oleh sebab itu, pada tahap ini data sebagaimana adanya harus dianalisa, diolah, dan disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan analisis dengan: a. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus sebagai berikut: M = X N 14

31 Keterangan: M = Nilai rata-rata X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: 302) b. Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai berikut: P = f N 100% Keterangan: P = Presentase F = Frekuensi yang dicari presentasinya N = Jumlah siswa (Djamarah, 2005: ). H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, maka peneliti susun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian pustaka, terdiri dari hasil belajar ips, hakikat pembelajaran ips, model cooperative learning, model cooperative learning type make a match. 15

32 Bab III Pelaksanaan penelitian, terdiri dari gambaran umum MI Ma arif Rowosari, deskripsi pelaksanan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan deskripsi pelaksanaan siklus III. Bab I Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari deskripsi kondisi awal (pra-siklus), analisis data per siklus, dan pembahasan Bab Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran. 16

33 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar IPS 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah berusaha memperoleh suatu kepandaian (Poerwadarminta, 2006: 121). Menurut Yamin (2005: 97) belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, ketrampilan dan sikap. Belajar dapat diartikan dengan menuntut ilmu. Belajar dimulai dari masih kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasulullah SAW., bersabda dalam salah satu haditsnya yaitu sebagai berikut: أ ط ل ب ال ع ل م ن ال م ه د ا ىل ال ح د )رواه مس ل( Artinya: Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat (HR. Muslim) Dari hadits diatas, Rasulullah SAW. menyatakan bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga ke liang lahat. Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, 17

34 tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognifif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003: 160). 2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Hasil belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ (Intelligence Quotient). IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan hasil belajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat. IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan hasil belajar seseorang. Menurut Suryabrata, 2004 (dalam Sriyanti, 2009: 23), secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 18

35 a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal tediri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1) Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor ini antara lain tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan, dan lain sebagainya. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial. 1) Faktor nonsosial Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya. 19

36 2) Faktor sosial Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia. Faktor ini antara lain yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar. Pengaruhnya bisa bersifat positif (mendukung), namun bisa juga negatif (menghambat). 3. Penilaian Keberhasilan Belajar Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar. Menurut Yamin (2005: 146) penilaian keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan dengan: a. Pertanyaan Lisan di Kelas Dalam teknik ini guru memberikan pertanyaan yang dilemparkan kepada siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk berfikir kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Jika seorang siswa salah, maka pertanyaan dilemparkan ke siswa lain, dan berhenti pada siswa yang menjawab benar. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep, prinsip atau teori. Dengan pertanyaan lisan siswa dapat diberi kesempatan mengeluarkan gagasannya. b. Kuis Kuis adalah pertanyaan yang diajukan kepada siswa dalam waktu yang terbatas (kurang dari 15 menit). Pertanyaan dalam teknik 20

37 penilaian melalui kuis dapat berupa pilihan atau jawaban singkat. Waktu pelaksanaan kuis pada umumnya dilakukan diawal pembelajaran. Kuis digunakan untuk mendapatkan gambaran materi sebelumnya, yaitu apakah siswa sudah menguasai materi sebelumnya atau belum. Jika sebagian siswa ada yang belum menguasai, guru bisa menjelaskan kembali secara singkat. c. Ulangan Harian Ulangan harian merupakan ulangan periodik yang dapat dilakukan oleh guru setiap 1 atau 2 materi pokok selesai diajarkan. Dalam ulangan harian guru bisa membuat soal dalam bentuk objektif maupun non-objektif. Ulangan dalam bentuk objektif dapat berupa pilihan ganda, benar-salah, atau menjodohkan. Sedangkan ulangan dalam bentuk non-objektif dapat berupa jawaban singkat dan uraian. d. Ulangan Semester Ulangan semester merupakan ujian yang dilakukan pada akhir semester. Cakupan materi dalam ulangan ini lebih luas dari ulangan harian. Adapun bentuk soal dalam ujian semester ini bisa berupa pilihan ganda atau uraian. e. Tugas Individu Tugas individu adalah tugas yang diberikan pada setiap siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman materi pelajaran. Tugas individu ini dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas untuk kerja lapangan atau soal tertulis. Tugas individu dalam bentuk kerja bisa 21

38 berupa tugas membuat sesuatu atau tugas observasi lapangan. Sementara untuk tugas individu dalam bentuk soal tertulis, dapat berupa soal uraian objektif maupun non-objektif. f. Tugas Kelompok Tugas kelompok adalah tugas yang diberikan untuk menilai kemampuan kerja kelompok. Pola dasar tugas ini hampir mirip dengan tugas individu, bedanya dalam tugas ini pekerjaan dilakukan bersama dengan siswa lainnya dalam kelompok-kelompok tertentu, yaitu guru bisa membuat kelompok dan memberi tugas kepada mereka untuk dikerjakan bersama-sama. 4. Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar Arifin (2009: 123) dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran menyebutkan ada dua jenis instrumen yang dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu instrumen tes objektif dan non-objektif. a. Instrumen Penilaian secara Objektif 1) Pilihan Ganda Soal tes bentuk pilihan ganda dapat dipakai untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. Pilihan ganda merupakan jenis instrumen yang paling sering digunakan dalam evaluasi pendidikan. Bentuk soal terdiri dari item (pokok soal) dan opsi (pilihan jawaban). Soal terdiri dari pertanyaan yang tidak lengkap, kemungkinan jawaban atas 22

39 pertanyaan itu disebut pilihan. Dalam pilihan terdapat jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh (diktator). 2) Benar-Salah Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Contoh soal benar-salah seperti Gedung Monumen Nasional berada di Jakarta. 3) Menjodohkan Bentuk instrumen ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materinya bisa banyak namun tingkat berfikir yang terlibat cenderung rendah karena sudah terdapat pilihan jawaban tanpa mengecoh seperti yang ada pada pilihan ganda. Guru membuat konsep atau pernyataan dengan jumlah soal dan pilihan jawaban sama banyak. b. Instrumen Penilaian secara Non-Objektif 1) Jawaban Singkat atau Isian Singkat Soal tes jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan, namun ada juga yang berbentuk melengkapi atau isian. Tes bentuk jawaban singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. 23

40 2) Uraian Objektif Dalam uraian objektif pertanyaan yang biasa digunakan adalah urutkan, simpulkan, tafsirkan dan sebagainya. Langkah untuk membuat tes uraian objektif ini adalah guru membuat soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi. Adapun contoh soal uraian objektif adalah sebutkan lima sila dalam pancasila secara urut! 3) Uraian Bebas Instrumen uraian bebas menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan) gagasangagasan pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya sangat memungkinkan adanya unsur subjektifitas. B. IPS Materi Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia 1. Pengertian IPS IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara indonesia (Departemen Agama, 2004:77). Sedangkan menurut Ahmadi (1997:34) IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial untuk tujuantujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elemntary and secondary school). 24

41 Menurut Rasimin (2012:11) IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial, dimana dalam kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan pengertian IPS adalah suatu disiplin ilmu sosial atau bidang kajian sosial kemasyarakatan yang mempelajari manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang kajian IPS adalah mempelajari kehidupan manusia dan interaksinya dalam masyarakat. 2. Fungsi dan Tujuan IPS Mata pelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Secar umum tujuan IPS adalah sebagai berikut (Departemen Agama, 2004:78) : a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagodis dan psikologis. b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampailan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan. 25

42 d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. 3. Ruang Lingkup IPS Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek sebagai berikut : a. Sistem sosial dan budaya b. Manusia, tempat dan lingkungan c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan e. Sistem berbangsa dan bernegara 4. Materi Sejarah Masa Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia Materi ini difokuskan pada bab tentang Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia. Berikut uraian materinya: a. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu 1) Raja Aswawarman Aswawarman adalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan Kudungga sebagai raja. Sebelum masa pemerintahan Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan animisme. Ketika Asmawarman naik tahta, ajaran Hindu masuk ke Kutai. Kemudian kerajaan ini menganut agama Hindu. Aswawarman dipandang sebagai pembentuk dinasti raja yang beragama Hindu. Agama Hindu masuk ke dalam sendi kehidupan Kerajaan Kutai. Keturunan Aswawarman memakai nama-nama yang lazim 26

43 digunakan di India. Pengaruh Hindu juga tampak pada tatanan masyarakat, upacara keagamaan, dan pola pemerintahan Kerajaan Kutai. 2) Raja Mulawarman Raja Mulawarman adalah raja dari kerajaan Hindu pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai. Selama masa pemerintahannya, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Kutai berkembang pesat pada masa pemerintahannya. Raja Mulawarman pernah memberi bantuan berupa ribuan ekor lembu pada brahmana, atas bantuannya tersebut para brahmana mendirikan tugu peringatan. Raja Mulawarman adalah pemeluk agama Hindu yang taat dan ia menyembah Dewa Siwa. 3) Raja Purnawarman Raja Purnawarman merupakan raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara. Beliau juga dikenal sebagai raja yang bijaksana. Purnawarman memeluk agama Hindu dan menyembah DewaWisnu. 4) Jayabaya Raja Jayabaya adalah tokoh dari Kerajaan Kediri. Ia menggantikan Raja Bameswara. Jayabaya memiliki kemampuan meramal yang dikenal dengan nama Jangka Jayabaya. Bahkan ia diyakini pernah meramalkan masa depan bangsa Indonesia. 27

44 5) Gajah Mada Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih) Kerajaan Majapahit. Namanya mulai dikenal setelah beliau berhasil memadamkan pemberontakan Kuti. Gajah Mada muncul sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan Jayanegara ( ). Kariernya dimulai dengan menjadi anggota pasukan pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-mula, beliau menjadi Bekel Bahanyangkari (setingkat komandan pasukan). Kariernya terus menanjak pada masa Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti pemberontakan Ragga Lawe (1309), Lembu Sura (1311), Nambi (1316), dan Kuti (1319). Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat. Beliau digantikan oleh Tribhuanatunggadewi. Sadeng melakukan pemberontakan. Pemberontakan Sadeng dapat ditumpas oleh pasukan Gajah Mada. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Maha Patih Majapahit pada tahun Pada upacara pengangkatannya, beliau bersumpah untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa. Gajah Mada tetap menjadi Patih mangkubumi ketika Hayam Wuruk naik tahta. Beliau mendampingi Hayam Wuruk menjalankan pemerintahan. Pada masa inilah Majapahit mengalami masa Kejayaan. Wilayah Majapahit meliputi hampir 28

45 seluruh Jawa, sebagian besar Pulau Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga Papua. 6) Raja Hayam Wuruk Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit yang paling terkenal. Beliau bergelar Rajasanegara. Pada masa pemerintahannya dengan didampingi oleh Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai kejayaannya dan menguasai seluruh wilayah Nusantara, ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Malaya. b. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Budha 1) Balaputradewa Raja Balaputradewa merupakan raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya. Beliau adalah putra dari Raja Samaratungga dari Jawa. Beliau berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaannya dan dikenal sebagai kerajaan maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara. Beliau juga memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam agama Budha sehingga Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama buddha. 2) Sakyakirti Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Budha yang ada di Kerajaan Sriwijaya. Sakyakirti menjadi pendidik Budha yang paling disegani di Sriwijaya. 29

46 3) Kertanegara Kertanegara adalah raja terakhir dari kerajaan Singasari. Beliau adalah cicit Ken Arok. Kertanegara adalah raja yang sangat terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam bidang politik, Kertanegara dikenal sebagai raja yang menguasai ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayah kerajaannya. Kertanegara menganut agama Budha Tantrayana. Tahun 1275 M Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara memerintah, Kerajaan Singosari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dsn Gurun (bagian Indonesia Timur). Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh Jayakatwang. Setelah Kertanegara gugur, seluruh Kerajaan Singosari dikuasai oleh Jayakatwang. c. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Islam 1) Sultan Malik Al-Saleh Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergear Merah Selu. Beliau adalah putra Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau 30

47 berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudera Pasai. Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M. 2) Sultan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh pada tahun Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya dan memiliki wilayah kekuasaan hingga ke Semenanjung Malaya. Tata pemerintahan masyarakat Aceh yang dikembangkan oleh Sultan Iskandar Muda masih berlaku hingga sekarang. Beliau wafat pada tahun ) Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng Tirtayasa dilahirkan di Banten pada tahun Pada waktu kecil, ia bernamaabdul Fath Abdulfatah. Rakyat Banten diperintahkan untuk menyerang Belanda secara gerilya. Padatahun 1655, dua buah kapal dagang Belanda berhasil dirusak oleh rakyat Banten. Akibatnya, hubungan antara Banten dan Belanda menjadi tegang. Belanda mulai menjalankan politik adu domba. Pada tahun1680 M, pecahlah perang antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Belanda yang dibantu Sultan Haji. Pada tahun 1683 M, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Jakarta. 31

48 Pada tahun 1692 M, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia dalam penjara. Jasadnya dimakamkan di dekat Masjid Agung Banten. 4) Raden Fatah Raden Fatah merupakan raja pertama sekaligus pendiri Kesultanan Demak. Dalam kepemimpinannya, Demak berkembang pesat karena ia mendapat dukungan dari para ulama yang bergelar Walisongo. Para wali ini juga bertugas membantu dan menjadi penasihat sultan. 5) Sultan Hasanudin Sultan Hasanudin adalah raja Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar). Beliau dilahirkan di Makasar pada tahun 1631dengan nama Muhammad Bakir. Pada masa pemerintahannya, ia berusaha merangkul raja-raja kecil di Indonesia Timur untuk menentang Belanda. Pada tahun 1660, terjadi perang antara Gowa dengan Belanda. Karena penghianatan Raja Aru Palaka dari Bone, Sultan Hasanudin kalah dari Belanda, ia dijuluki Ayam Jantan dari Timur. 6) Sultan Zainal Abidin Sultan Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate ( ). Beliau pernah pergi ke Giri, untuk belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha memasukkan ajaran Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha memperluas pengajaran Islam untuk rakyat. Beliau mendirikan pesantren dan 32

49 mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Sultan Zainal Abidin juga berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya. 7) Walisongo Berkembangnya Islam di Pulau Jawa tidak lepas dari peran walisongo. Walisongo yang membantu penyebaran agama Islam di Pulau Jawa antara lain: (1) Sunan Gresik (Raden Maulana Malik Ibrahim) (2) Sunan Gunung Jati (Fatahillah atau Raden Syarif Hidayatullah) (3) Sunan Kudus (Raden Ja far Sadiq) (4) Sunan Drajat (Raden Kosim Syarifudin) (5) Sunan Giri (Raden Paku) (6) Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim) (7) Sunan Ampel (Raden Rahmat) (8) Sunan Muria (Raden Umar Syaid) (9) Sunan Kalijaga (Raden Syahid) 5. Standar Kompetensi IPS Kelas SD/MI Dalam silabus kelas Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI Departemen Pendidikan Nasional terdapat standar kompetensi untuk mata pelajaran IPS. Standar kompetensi yaitu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Standar kompetensi IPS untuk kelas SD/MI adalah sebagai berikut: 33

50 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar I (Satu) II (Dua) 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu, Budha, dan Islam, keragaman, kenampakan alam, dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 1.1 Mengenal makna peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia. 1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya. 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 34

51 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. C. Model Cooperative Learning 1. Pengertian Cooperative Learning Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2011: 202). Lebih lanjut Etin Solihatin menjelaskan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Menurut Sanjaya (2006: 239) model cooperative learning adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pendapat lain datang dari Nurulhayati, 2002 (dalam Rusman, 2011: 203) cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. 35

52 Cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubunganhubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok. (Slavin, 1983; Stahl, 1994). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning adalah model pembelajaran dengan cara berkelompok dimana siswa aktif bekerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan atau mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Model cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena untuk mendorong siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi, serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dalam cooperative learning ini peran guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses cooperative learning. Menurut Siswoyo (2013), peran guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sebagai berikut. a. Fasilitator Guru harus memiliki sikap sebagai berikut: 1) mampu menciptakan suasana kelompok yang nyaman dan menyenangkan, 2) mendorong siswa mengungkapkan gagasannya, 3) menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka, 4) 36

53 membina siswa, 5) menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat. b. Mediator Guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani materi pelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan serta menyediakan sarana pembelajaran agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan. c. Direktor-motivator Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi dan membantu kelancaran diskusi. Guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. d. Evaluator Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung tidak hanya pada hasil, namun lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam model cooperative learning, yaitu sebagai berikut: a. Prinsip saling ketergantungan positif Dalam sistem pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. b. Tanggung jawab perseorangan 37

54 Keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. c. Interaksi tatap muka Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. d. Partisipasi dan komunikasi Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. e. Evaluasi proses kelompok Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 2. Cooperative Learning Type Make A Match a. Pengertian Cooperative Learning Type Make A Match Menurut Rusman (2011: 202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. 38

55 Make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Jadi, model cooperative learning type make a match (membuat pasangan) adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat poin (Rusman, 2011: 223). Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban dan dibacakan di depan kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). b. Langkah-langkah Cooperative Learning Type Make A Match 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satu bagian kartu berisi soal dan bagian lainnya berisi jawaban. 2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. 4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 5) Setetelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 6) Kesimpulan. 39

56 c. Kelebihan dan Kekurangan Coperative Learning Type Make A Match 1) Kelebihan Coperative Learning Type Make A Match Kelebihan dari model cooperative learning type make a match adalah : a) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan; b) Materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa lebih menarik perhatian; c) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal; d) Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis. 2) Kekurangan Coperative Learning Type Make A Match Sedangkan kekurangan model cooperative learning type make a match adalah a) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan; b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa bermain-main dalam pembelajaran; c) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai; d) Pada kelas yang gemuk (lebih dari 30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar di kelas kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara (Widyatun, 2012). 40

57 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma arif Rowosari 1. Lokasi Penelitian Tempat Penelitian : MI Ma arif Rowosari Alamat Lengkap : Ds. Rowosari Kec. Tuntang Kab. Semarang Mata Pelajaran Materi Pokok : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Sejarah Masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia Kelas/Semester : (Lima)/I (Ganjil) 2. Keadaan Guru dan Siswa MI Ma arif Rowosari a. Keadaan Guru MI Ma arif Rowosari Jumlah guru atau staf pengajar pada MI Ma arif Rowosari Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 berjumlah 10 orang yang terdiri dari S1 dan S2. Adapun nama-nama pengajar atau guru pada MI Ma arif Rowosari Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 41

58 Tabel 3.1 Data Nama Guru MI Ma arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/2015 No Nama Jenjang Pendidikan Jabatan 1 Aris Trihariyanto, S.Ag, M.Pd.I S2 Kepala Sekolah 2 Budi Ambar Siswati, S.Ag S1 Guru Kelas I 3 Isyami, S.Pd.I S1 Guru Kelas 4 Muchammad Immamudin, S.Pd.I S1 Guru Kelas III 5 Ranindya Candra Kartika, S.Pd.I S1 Guru Kelas I 6 Fuad Fakhruddin, S.Pd.I S1 Agama 7 Afidatul Hasanah, S.Pd S1 Guru Kelas I 8 Diah Ari Istanti, S.Pd.I S1 Guru Kelas II 9 Ulul Azmi, S.Pd.I S1 Penjasorkes 10 Ana Supriyanti, S.Pd.I S1 Agama b. Keadaan Siswa MI Ma arif Rowosari Secara keseluruhan jumlah siswa MI Ma arif Rowosari pada tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 111 siswa. Di bawah ini adalah data siswa MI Ma arif Rowosari tahun pelajaran 2014/2015: Tabel 3.2 Data Siswa MI Ma arif Rowosari Tahun Pelajaran 2014/2015 No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah 1 I II III I I Jumlah siswa 42

59 3. Subyek Penelitian Siswa kelas MI Ma arif Rowosari berjumlah 18 orang, terdiri dari 10 laki-laki dan 8 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 Tabel 3.3 Data Siswa Kelas di MI Ma arif Rowosari No Nama Siswa Jenis Kelamin No Nama Siswa Jenis Kelamin 1 M. Ridho Abadi L 10 Riska Nur Widayati P 2 Atika Masruhatin P 11 Salfa Febrian M. L 3 Aqual Sidiqin L 12 Sauma Handoko L 4 Fika Fatmawati P 13 M. Imam Muttadien L 5 Ilham Mynto L 14 Fina Takulyatul Ulya P 6 Danang Nikolas S. L 15 Ahamad Nurul Irvani L 7 M. Syukron Ni am L 16 Adinda Rahmatika P 8 M. Fauzan Aris M. L 17 ita Rahmawati P 9 Nur Azmi Khasanah P 18 Fina Nur Asiah P B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Menyusun alat observasi berupa lembar pengamatan guru dan siswa dan alat evaluasi berupa lembar soal c. Merancang dan membuat kartu sesuai dengan jumlah siswa. Sebagian kartu berisi pertanyaan sebagian berisi jawaban. 43

60 2. Tindakan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 September 2014 jam ke 4-5 selama 70 menit, dengan materi tentang sejarah pada masa Hindu di Indonesia. Dalam siklus ini peneliti sudah menggunakan model cooperative learning type make a match. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Guru memberikan salam kemudian berdoa bersama. 2) Guru menanyakan keadaan siswa dan melakukan presensi. 3) Guru memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas b. Kegiatan Inti 1) Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari 2) Guru menjelaskan sekilas mengenai sejarah masa Hindu di Indonesia. 3) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan memberi materi pada setiap kelompok untuk mendiskusikannya. 4) Guru membimbing jalannya diskusi. 5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya 6) Guru mengarahkan siswa untuk menanggapi tentang materi yang dipresentasikan setiap kelompok. 44

61 7) Guru menyiapkan kartu yang digunakan dalam model cooperative learning type make a match 8) Guru menjelaskan aturan permainan dari model cooperative learning type make a match 9) Guru membagikan kartu kepada siswa dan setiap siswa mendapat satu kartu. 10) Siswa diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 11) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 12) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 13) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. 14) Guru memberikan soal evaluasi/post test kepada siswa. 15) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari pelajaran hari ini. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memotivasi siswa untuk lebih sungguh-sungguh dalam belajar dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Guru menutup pelajaran dengan salam. 3. Observasi Setelah tahap pelaksanaan, tahap selanjutnya adalah tahap observasi atau pengamatan. Pengamatan dilakukan secara langsung 45

62 dengan menggunakan format observasi yang telah disusun sebelumnya. Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai guru dalam proses pembelajarannya. Dari hasil observasi menunjukkan adanya faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan tindakan kelas dengan model cooperative learning type make a match pada mata pelajaran IPS. 4. Refleksi Pengamat mencatat hal-hal yang mendukung dan menghambat proses pelaksanaan pembelajaran untuk dianalisis dan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Berikut penjelasannya: a. Hal-hal yang mendukung 1) Guru sudah cukup jelas dalam mengucapkan salam. 2) Guru sudah cukup jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Media cukup bagus dan membuat siswa tertarik 4) Penguasaan materi dari guru cukup baik. 5) Model cooperative learning type make a match dapat diterapkan dalam mata pelajaran 6) Soal evaluasi yang diberikan guru jelas. 7) Siswa mengerjakan soal dengan tertib. b. Hal-hal yang menghambat 1) Guru belum bisa mengondisikan kelas 2) Guru kurang pandai menarik perhatian siswa 3) Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat 46

63 4) Guru kurang jelas dalam memberi instruksi penggunaan model cooperative learning type make a match 5) Guru belum optimal dalam membimbing siswa mencari pasangan 6) Guru belum bisa memancing keingintahuan siswa 7) Pengelolaan kelas yang masih kurang sehingga kelas kurang kondusif.. 8) Siswa kurang dalam merespon panggilan dari guru. 9) Siswa berbicara sendiri sehingga kurang memperhatikan penjelasan materi dari guru. 10) Siswa kurang dalam memanfaatkan bertanya kepada guru tentang materi terkait. 11) Siswa masih belumpaham dengan instruksi dari guru 12) Siswa kurang dalam menyimpulkan materi yang diajarkan. c. Ide perbaikan 1) Guru harus mengkondisikan kelas terlebih dahulu. 2) Melakukan presensi kehadiran dengan jelas. 3) Dalam penguasaan materi dan penjelasan harus ditingkatkan. 4) Instruksi guru harus lebih jelas lagi 5) Guru lebih meningkatkan dalam membimbing siswa 6) Guru harus membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 7) Pengelolaan kelas lebih ditingkatkan. 8) Guru harus lebih tegas kepada siswa yang berbicara atau bermain sendiri 47

64 C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Dalam pelaksanaan siklus II, peneliti mengarahkan siswa untuk lebih aktif ketika pembelajaran berlangsung dan lebih mengoptimalkan pembelajaran IPS dengan model cooperative learning type make a match agar indikator pembelajaran tercapai. Peneliti melakukan tahapan di bawah ini 1. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada tanggal 11 September b. Menyusun RPP dilakukan setelah adanya pertimbangan dan evaluasi yang dilakukan siklus I. c. Menyusun alat observasi berupa lembar pengamatan guru dan siswa dan alat evaluasi berupa lembar soal d. Merancang dan membuat kartu sesuai dengan jumlah siswa. Sebagian kartu berisi pertanyaan sebagian berisi jawaban. 2. Tindakan Tindakan pada siklus II ini dilaksanakan lebih optimal dari siklus I, yang secara rinci dijelaskan sebagai beikut: a. Kegiatan Awal 1) Guru mengucapkan salam dengan jelas. 2) Guru mengondisikan kelas dengan tepuk diam. 3) Guru menanyakan keadaan siswa dilanjutkan dengan melakukan presensi. 48

65 4) Guru memperlihatkan sebuah gambar candi Borobudur dan siswa mengamatinya 5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas b. Kegiatan Inti 1) Siswa mengamati media yang dibawa guru. 2) Siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait. 3) Guru menjelaskan sekilas materi tentang sejarah pada masa Budha di Indonesia. 4) Guru menyuruh salah satu siswa membaca dengan keras dan yang lain mendengarkan 5) Guru menegur siswa dan memotivasi siswa yang bermain/bergurau dengan teman 6) Guru menyuruh siswa secara bergantian untuk menceritakan di depan kelas tentang salah satu tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia 7) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari. 8) Guru menyiapkan kartu yang digunakan dalam model cooperative learning type make a match. 9) Guru menjelaskan aturan permainan dari model cooperative learning type make a match denga jelas dan memberikan contoh permainan tersebut sampai siswa benar-benar paham 49

66 10) Guru membagikan kartu kepada siswa dan setiap siswa mendapat satu kartu. 11) Siswa diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. 12) Guru membimbing dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan mencari pasangan. 13) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 14) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya sehingga siswa lebih tahu dan paham tentang materi yang sedang dipelajari. 15) Guru mengondisikan kelas dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. 16) Guru melaksanakan evaluasi. 17) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar 2) Guru dan siswa berdoa bersama dan guru menutup pelajaran dengan salam. 50

67 3. Observasi Hasil observasi menunjukkan adanya faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan tindakan kelas dengan model cooperative learning type make a match pada mata pelajaran IPS. 4. Refleksi Pengamat mencatat hal-hal yang mendukung dan menghambat proses pelaksanaan pembelajaran untuk dianalisis dan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Berikut penjelasannya: a. Hal-hal yang mendukung 1) Guru sudah cukup jelas dalam mengucapkan salam. 2) Pengondisian kelas sudah cukup baik 3) Guru dalam menjelaskan materi sudah cukup baik dan tenang 4) Guru sudah cukup jelas memberikan instruksi dalam penggunaan model cooperative learning type make a match 5) Sudah cukup optimal dalam membimbing siswa 6) Soal dari guru sudah jelas 7) Guru sudah cukup baik dalam memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. 8) Pengelolaan kelas yang cukup baik. 9) Siswa sudah baik dalam menjawab salam dari guru. 10) Siswa sudah cukup dalam merespon panggilan guru. 11) Siswa sudah cukup antusias dalam menanggapi pertanyaan dari guru. 51

68 12) Siswa cukup memperhatikan penjelasan materi dari guru. 13) Siswa sudah mulai berani bertanya tentang materi yang diajarkan. 14) Siswa sudah mulai percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. 15) Siswa tertib dalam mengerjakan soal evaluasi. 16) Siswa mulai paham instruksi yang diberikan guru b. Hal-hal yang menghambat 1) Penjelasan materi perlu ditingkatkan atau guru harus lebih kreatif dalam menjelaskan materi. 2) Guru harus membuat siswa lebih percaya diri saat pembelajaran berlangsung. 3) Pengelolaan kelas perlu ditingkatkan agar kelas lebih kondusif. 4) Siswa masih belum bisa menyimpulkan materi 5) Masih ada beberapa siswa yang tidak merespon panggilan dari guru. 6) Masih ada beberapa siswa yang bermain saat pembelajaran berlangsung. 7) Interaksi dengan siswa masih kurang maksimal 8) Ada beberapa siswa yang masih malu dan tidak menjawab saat ditanya oleh guru c. Ide perbaikan 1) Pengelolaan kelas lebih ditingkatkan. 2) Guru harus menguasai materi pembelajaran dengan baik. 3) Instruksi harus lebih ditingkatkan lagi 52

69 4) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan 5) Guru harus membuat siswa lebih semangat dan percaya diri saat mengikuti pembelajaran. 6) Guru harus membuat siswa lebih aktif dan mengur siswa yang belum memperhatikan D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III 1. Perencanaan Tahap perencanaan siklus III meliputi: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu pada tanggal 16 September b. Menyusun RPP c. Merancang dan membuat kartu untuk model cooperative learning type make a match. d. Menyusun alat evaluasi dan lembar observasi. 2. Tindakan a. Kegiatan Awal 1) Guru mengondisikan kelas dengan tepuk tenang. 2) Guru mengucapkan salam dengan jelas. 3) Guru menanyakan keadaan siswa dilanjutkan dengan melakukan presensi. 4) Guru memperlihatkan beberapa gambar tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia dan siswa mengamatinya. 53

70 5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas b. Kegiatan Inti 1) Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari 2) Guru menjelaskan materi materi tentang sejarah pada masa. Islam di Indonesia. 3) Guru menegur dengan tegas siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan memberikan motivasi. 4) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan memberi materi pada setiap kelompok untuk mendiskusikannya. 5) Guru membimbing jalannya diskusi. 6) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya 7) Guru mengarahkan siswa untuk saling bertanya jawab tentang materi yang dipresentasikan setiap kelompok dan juga meluruskan jika terjadi kesalahpahaman. 8) Guru menyiapkan kartu yang digunakan dalam model cooperative learning type make a match 9) Guru menjelaskan aturan permainan dari model cooperative learning type make a match dengan tenang dan jelas agar siswa benar-benar paham. 10) Guru memberikan kesempatan siswa bertanya mengenai aturan permainan model cooperative learning type make a match. 54

71 11) Guru membagikan kartu kepada siswa dan setiap siswa mendapat satu kartu. 12) Siswa diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 13) Dalam kegiatan mencari pasangan, guru membimbing dan mengarahkan siswa yang kesulitan dalam mencari pasangan. 14) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 15) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya sehingga siswa lebih tahu dan paham tentang materi yang sedang dipelajari. 16) Guru melaksanakan evaluasi. 17) Guru mengondisikan kelas dengan tepuk tenang dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. 18) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama. c. Kegiata Akhir 1) Guru memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar dan mengucapkan terimakasih sudah berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Guru menutup pelajaran dengan salam. 55

72 3. Observasi Hasil observasi menunjukkan adanya faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan kelas pada kelas, sedangkan faktor penghambat berkurang pada siklus III ini. 4. Refleksi Refleksi siklus III yaitu didapatkan satu konsep model pembelajaran yang baru untuk pembelajaran IPS materi tentang sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia. Pada siklus III semua siswa telah aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Dari segi evaluasi pun menunjukkan peningkatan yang nyata (lihat bab I). 56

73 BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Dalam pengelolaan pembelajaran di kelas MI Ma arif Rowosari Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, guru umumnya menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru sebagai penyampaian materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar yang selesai mendengar kemudian mengerjakan latihan. Yang demikian itu membuat siswa kebosanan, apalagi materi IPS sebagian besar uraian panjang dan banyak hafalan sehingga pembelajaran kurang efektif. Dari hasil penelitian pra siklus yang diambil dari nilai harian siswa, masih terdapat banyak siswa yang kesulitan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial khususnya pada materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. Dari 18 siswa di kelas hanya 5 siswa yang berhasil memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran IPS adalah 70. Artinya masih ada 13 siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan belum mencapai 50% dari jumlah siswa, sehingga perlu untuk memperbaiki keadaan tersebut. Berikut data hasil dari penelitian pada kondisi awal atau pra siklus. 57

74 Tabel 4.1 Daftar Nilai Pra Siklus IPS Kelas Tahun Pelajaran 2014/2015 Nilai Keterangan No Nama Siswa KKM Kondisi Belum Awal Tuntas Tuntas 1 M. Ridho Abadi Atika Masruhatin Aqual Sidiqin Fika Fatmawati Ilham Mynto Danang Nikolas S M. Syukron Ni am M. Fauzan Aris M Nur Azmi Khasanah Riska Nur Widayati Salfa Febrian M Sauma Handoko M. Imam Muttadien Fina Takulyatul Ulya Ahamad Nurul Irvani Adinda Rahmatika ita Rahmawati Fina Nur Asiah Jumlah Nilai Rata-rata 58, % 72,2% Berdasarkan tabel 4.1 di atas didapat bahwa nilai rata-rata kelas baru mencapai 58,8 dengan jumlah siswa yang telah tuntas sebanyak 5 anak, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 13 anak dengan presentase ketuntasan sebesar 27,8%. Hasil ini membuktikan bahwa masih rendahnya nilai ketuntasan yang tidak sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang diharapkan. Semenara yang diharapkan guru adalah nilai rata-rata lebih dari 80 dan angka ketuntasan siswa lebih dari 80%. Dengan hasil pengamatan kondisi awal siswa terhadap pembelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di 58

75 Indonesia tersebut, maka peneliti menyusun dan melaksanakan serangkaian perencanaan tindakan guna mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yang diakhiri pada sebuah kegiatan analisis atau refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini menekankan pada penggunaan model cooperative learning type make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang diupayakan dan dikondisikan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah disiapkan sebelumnya dalam tahap perencanaan dengan mengimplementasikan rencana tersebut yang telah dirumuskan oleh peneliti. B. Analisis Data Per Siklus 1. Deskripsi Siklus I Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 September 2014 di kelas dengan jumlah 18 siswa. Adapun proses pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan dan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa. Sebagai nilai patokan ketuntasan digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas pada mata pelajaran IPS yaitu 70. Berikut data hasil belajar siswa pada siklus I. Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I Keterangan Nilai No Nama Siswa KKM Siklus I Belum Tuntas Tuntas 1 M. Ridho Abadi Atika Masruhatin Aqual Sidiqin

76 4 Fika Fatmawati Ilham Mynto Danang Nikolas S M. Syukron Ni am M. Fauzan Aris Muafa Nur Azmi Khasanah Riska Nur Widayati Salfa Febrian Maulana Sauma Handoko M. Imam Muttadien Fina Takulyatul Ulya Ahamad Nurul Irvani Adinda Rahmatika ita Rahmawati Fina Nur Asiah Jumlah Deskripsi Siklus II Siklus II dilaksanaakn pada tanggal 16 September 2014 di kelas dengan jumlah 18 siswa. Adapun proses pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan dan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa. Berikut data hasil belajar siswa pada siklus II. Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II Keterangan Nilai No Nama Siswa KKM Siklus II Belum Tuntas Tuntas 1 M. Ridho Abadi Atika Masruhatin Aqual Sidiqin Fika Fatmawati Ilham Mynto Danang Nikolas S M. Syukron Ni am M. Fauzan Aris M

77 9 Nur Azmi Khasanah Riska Nur Widayati Salfa Febrian Maulana Sauma Handoko M. Imam Muttadien Fina Takulyatul Ulya Ahamad Nurul Irvani Adinda Rahmatika ita Rahmawati Fina Nur Asiah Jumlah Deskripsi Siklus III Siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 September 2014 di kelas dengan jumlah 18 siswa. Adapun proses pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan dan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan guru dan siswa. Berikut data hasil belajar siswa pada siklus III. Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III Keterangan Nilai No Nama Siswa KKM Post Test Belum Tuntas Tuntas 1 M. Ridho Abadi Atika Masruhatin Aqual Sidiqin Fika Fatmawati Ilham Mynto Danang Nikolas S M. Syukron Ni am M. Fauzan Aris Muafa Nur Azmi Khasanah Riska Nur Widayati Salfa Febrian Maulana Sauma Handoko

78 13 M. Imam Muttadien Fina Takulyatul Ulya Ahamad Nurul Irvani Adinda Rahmatika ita Rahmawati Fina Nur Asiah Jumlah C. Pembahasan Setelah melakukan berbagai kegiatan mulai dari kegiatan siklus I, siklus II, dan siklus III diperoleh data hasil belajar IPS. Berikut ini data hasil penelitian pada siklus I, siklus II, dan siklus III: 1. Analisis Siklus I Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I Keterangan Nilai No Nama Siswa KKM Siklus I Belum Tuntas Tuntas 1 M. Ridho Abadi Atika Masruhatin Aqual Sidiqin Fika Fatmawati Ilham Mynto Danang Nikolas S M. Syukron Ni am M. Fauzan Aris Muafa Nur Azmi Khasanah Riska Nur Widayati Salfa Febrian Maulana Sauma Handoko M. Imam Muttadien Fina Takulyatul Ulya Ahamad Nurul Irvani Adinda Rahmatika ita Rahmawati

79 18 Fina Nur Asiah Jumlah Nilai Rata-rata 62,77 44,4% 55,6% Refleksi hasil tindakan siklus I Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa pada siklus I presentase siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 70 dari KKM atau nilai di atas 70 adalah 44,4%. Dari 18 siswa, baru ada 8 siswa atau sebesar 44,4% yang mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata kelas 62,77 dan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 10 siswa atau sebesar 55,6%. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran pada siklus selanjutnya. Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I ini, terdapat faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa beserta ide perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Berikut ini tabel hasil pengamatan guru dan siswa: a. Hasil Pengamatan Guru Siklus I Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru Siklus I Kegiatan Mengucapkan Salam Melakukan presensi kehadiran siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Hasil B C K Hal yang mendukung Suaranya guru jelas Guru sudah cukup jelas dalam menyampai- Hal yang menghambat Guru belum bisa mengondisikan kelas Rencana Perbaikan Kelas harus dikondisikan terlebih dahulu 63

80 kan tujuan pembelajaran Melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait Guru kurang pandai menarik perhatian siswa Buat suasana yang menarik Penggunaan media pembelajaran Menyajikan materi pembelajaran Menguasai materi pembelajaran Menjelaskan aturan penggunaan model cooperative learning type make a match Penerapan model cooperative learning type make a match Guru membimbing siswa mencari pasangan Memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya Guru dan siswa membuat kesimpulan materi Media sudah cukup bagus, siswa dapat mengamati Penguasaan materi sudah cukup baik perlu ditingkatkan Dapat diterapkan dalam materi pelajaran Penjelasan materi terlalu cepat, Guru kurang jelas dalam memberi instruksi penggunaan model cooperative learning type make a match Lebih tenang dalam menjelaskan materi sehingga siswa tidak bingung Instruksi harus lebih jelas (memberikan contoh) Belum optimal Lebih ditingkatkan dalam membimbing siswa Guru belum bisa memancing keingintahuan siswa Guru kurang berinteraksi dengan siswa Harus bisa memancing keingintahuan siswa Membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan 64

81 Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Mengucapkan salam penutup Mengelola kelas saat pembelajaran Keterangan: Perintah dan isi soal jelas Suara guru sudah jelas dalam menutup pelajaran Ada beberapa siswa bermain sendiri Pengelolaan kelas harus ditingkatkan B = Baik C = Cukup K = Kurang b. Hasil Pengamatan Siswa Siklus I Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I Kegiatan Hasil B C K Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Siswa menjawab salam Siswa menjawab presensi yang dilakukan guru Siswa bertanya tentang materi yang terkait Siswa mengamati media yang dibawa guru Siswa tertarik dengan media yang dibawa guru Ada siswa yang tidak menjawab salam karena ramai sendiri Ada beberapa siswa yang ramai Ada beberapa siswa yang bicara sendiri Guru menegur/mem berikan pertanyaan kepada siswa yang ramai agar mereka memperhatikan Siswa memperhatikan penjelasan guru Ada beberapa siswa yang bermain/bergu rau dengan teman Guru harus lebih tegas dengan menegur siswa yang tidak memperhatikan 65

82 Siswa menanggapi/me njawab pertanyaan Siswa aktif dalam kegiatan mencari pasangan Siswa ikut menyimpulkan materi Siswa mengerjakan soal evaluasi Siswa menjawab salam Keterangan: Siswa paham dengan soal yang diberikan Siswa kurang antusias dalam menanggapi pertanyaan Siswa masih kesulitan/seba gian siswa belum paham dengan intruksi guru Siswa tidak tertarik menyimpulkan materi Ada beberapa siswa yang belum menjawab salam Guru harus bisa membangkitkan antusias siswa Guru harus terampil dalam mengarahkan dan membimbing siswa Guru harus lebih semangat membimbing siswa/lebih menarik perhatian siswa Guru mengulang sampai semua siswa menjawab B = Baik C = Cukup K = Kurang 2. Analisis Siklus II Tabel 4.8 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II Keterangan Nilai No Nama Siswa KKM Siklus II Belum Tuntas Tuntas 1 M. Ridho Abadi Atika Masruhatin Aqual Sidiqin Fika Fatmawati Ilham Mynto Danang Nikolas S M. Syukron Ni am M. Fauzan Aris M Nur Azmi Khasanah Riska Nur Widayati

83 11 Salfa Febrian Maulana Sauma Handoko M. Imam Muttadien Fina Takulyatul Ulya Ahamad Nurul Irvani Adinda Rahmatika ita Rahmawati Fina Nur Asiah Jumlah Nilai Rata-rata 70,55 66,7% 33,3% Refleksi Hasil Tindakan Siklus II Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa nilai ratarata hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,78 dari siklus I sebesar 62,77 menjadi 70,55. Dari 18 siswa, sudah terdapat 12 siswa atau sebesar 66,7% yang mencapai ketuntasan dan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 6 siswa atau sebesar 33,3%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan penerapan model cooperative learning type make a match pada pembelajaran IPS kelas materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa walaupun belum sempurna. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini belum mencapai indikator yang diharapkan, maka masih perlu dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus III. Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus II ini, terdapat faktor pendukung dan masih ada faktor penghambat dari guru dan 67

84 siswa beserta ide perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Berikut ini tabel hasil pengamatan guru dan siswa: a. Hasil pengamatan guru siklus II Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus II Kegiatan Mengucapkan Salam Melakukan presensi kehadiran siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait Penggunaan media pembelajaran (miniatur candi prambanan) Menyajikan materi pembelajaran Menguasai materi pembelajaran Hasil B C K Hal yang mendukung Suaranya guru jelas Guru sudah mulai hafal nama siswa Guru sudah jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran Guru mulai menarik perhatian siswa untuk bertanya Media sudah bagus, siswa dapat mengamati dengan jelas Guru sudah cukup baik dan tenang dalam menjelaskan materi Penguasaan materi sudah baik lebih ditingkatkan lagi Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Menjelaskan aturan penggunaan model cooperative learning type make a match Guru sudah lebih jelas dalam memberi instruksi penggunaan model cooperative learning type make a match Masih ada siswa yang belum paham karena bicara sendiri Instruksi harus lebih jelas lagi (memberikan contoh)agar semua siswa paham, siswa yang bicara ditegur 68

85 Penerapan model cooperative learning type make a match Guru membimbing siswa mencari pasangan Memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya Guru dan siswa membuat kesimpulan materi Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Mengucapkan salam penutup Mengelola kelas saat pembelajaran Keterangan: Dapat diterapkan dalam materi pelajaran Sudah cukup optimal dalam membimbing siswa perlu lebih ditingkatkan Guru sudah bisa menarik siswa untuk bertanya Perintah dan isi soal jelas Suara guru sudah jelas dalam menutup pelajaran Interaksi dengan siswa msih kurang maksimal Masih ada siswa yang bermain sendiri Membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan Pengelolaan kelas harus ditingkatkan lagi dan guru harus belajar memahami masingmasing karakter siswa B = Baik C = Cukup K = Kurang b. Hasil pengamatan siswa siklus II Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II Kegiatan Hasil B C K Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Siswa menjawab salam Semua siswa menjawab salam 69

86 Siswa menjawab presensi yang dilakukan guru Siswa bertanya tentang materi yang terkait Siswa mengamati media yang dibawa guru Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa menanggapi/me njawab pertanyaan Siswa aktif dalam kegiatan mencari pasangan Siswa ikut menyimpulkan materi Siswa mengerjakan soal evaluasi Siswa menjawab salam dari guru Siswa merasa takut jika ketika bicara namanya dipanggil Siswa tertarik dengan media yang dibawa guru Siswa sudah cukup antusias dalam menaggapi pertanyaan dari guru Siswa sudah banyak memahami arahan dari guru dalam mencari pasangan Siswa ingin mendapat nilai bagus Semua siswa menjawab salam dari guru dengan semangatnya Ada beberapa siswa yang bicara sendiri, ada yang masih malumalu untuk bertanya Masih ada juga siswa yang belum paham Ada siswa yang masih sibuk bermain sehingga tidak ikut menyimpulkan materi Guru menegur/mem berikan pertanyaan kepada siswa yang ramai agar mereka memperhatikan dan juga mengarahkan/ membimbing agar siswa berani bertanya Guru harus lebih giat lagi dalam mengarahkan dan membimbing siswa Guru menegur dan mengarahkan siswa agar ikut menyimpulkan materi 70

87 Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang 3. Analisis Siklus III Tabel 4.11 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III Keterangan Nilai No Nama Siswa KKM Post Test Belum Tuntas Tuntas 1 M. Ridho Abadi Atika Masruhatin Aqual Sidiqin Fika Fatmawati Ilham Mynto Danang Nikolas S M. Syukron Ni am M. Fauzan Aris Muafa Nur Azmi Khasanah Riska Nur Widayati Salfa Febrian Maulana Sauma Handoko M. Imam Muttadien Fina Takulyatul Ulya Ahamad Nurul Irvani Adinda Rahmatika ita Rahmawati Fina Nur Asiah Jumlah Nilai Rata-rata 82,77 100% 0% Refleksi Hasil Tindakan Siklus III Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa nilai ratarata hasil belajar pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 12,22 dari siklus II sebesar 70,55 menjadi 82,77. Dan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 12 71

88 anak menjadi 18 anak pada siklus III, berarti terdapat kenaikan sebanyak 6 anak. Melihat hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa menunjukkan hasil rata-rata 82,77 dan ketuntasan belajar sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tersebut telah memenuhi indikator yang diharapkan yaitu nilai rata-rata 80 dan ketuntasan 80% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus III. Berdasarkan pengamatan terdapat faktor pendukung, sedangkan faktor penghambat berkurang pada pelaksanaan siklus III ini. Berikut ini tabel hasil pengamatan guru dan siswa: a. Hasil pengamatan guru siklus III Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Guru Siklus III Kegiatan Mengucapkan Salam Melakukan presensi kehadiran siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait Penggunaan media pembelajaran (miniatur candi prambanan) Hasil B C K Hal yang mendukung Suara guru jelas Guru sudah mulai hafal nama siswa Guru sudah jelas dalam menyampaika n tujuan pembelajaran Guru mulai bisa menarik perhatian Media sudah bagus dan lengkap sehingga siswa dapat mengamati dengan jelas Hal yang menghambat Rencana Perbaikan 72

89 Menyajikan materi pembelajaran Menguasai materi pembelajaran Menjelaskan aturan penggunaan model cooperative learning type make a match Penerapan model cooperative learning type make a match Guru membimbing siswa mencari pasangan Memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya Guru dan siswa membuat kesimpulan materi Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Mengucapkan salam penutup Mengelola kelas saat pembelajaran Keterangan: Penjelasan guru sudah jelas Penguasaan materi sudah baik Guru sudah bisa menginstruksi penggunaan model cooperative learning dengan jelas Dapat diterapkan dalam materi pelajaran Guru sudah optimal dalam membimbing siswa mencari pasangan Guru sudah bisa memancing keingintahuan siswa Guru sudah bisa membimbing siswa untuk merumuskan kesimpulan bersama-sama Perintah dan isi soal jelas Suara guru sudah jelas dalam menutup pelajaran Guru sudah bisa mengelola kelas dan sudah banyak mengetahui karakter siswa B = Baik C = Cukup K = Kurang 73

90 b. Hasil pengamatan siswa siklus III Tabel 4.13 Hasil pengamatan siswa siklus III Kegiatan Hasil B C K Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Siswa menjawab salam Siswa sudah terbiasa menjawab salam Siswa menanggapi presensi dari guru Siswa bertanya tentang materi yang terkait Siswa mengamati media yang dibawa guru Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa merasa takut jika ketika berbicara namanya dipanggil Siswa bersemangat untuk tahu dan tidak malumalu lagi bertanya Siswa tertarik dengan media yang dibawa guru Siswa sudah menyadari untuk memperhatikan penjelasan dari guru Siswa menanggapi/menjawab pertanyaan Siswa antusias menanggapi pertanyaan Siswa aktif dalam kegiatan mencari pasangan Siswa sudah paham arahan guru untuk mencari pasangan Siswa ikut menyimpulkan materi Siswa paham dengan materi yang diajarkan Siswa mengerjakan soal evaluasi Siswa ingin mendapat nilai bagus 74

91 Siswa menjawab salam Keterangan: Siswa antusias dengan materi yang telah dipelajari sehingga bersemangat menjawab salam dari guru B = Baik C = Cukup K = Kurang Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus III ini, guru telah menerapkan model cooperative learning type make a match dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa, dalam silus III ini sebagian besar siswa telah aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, dari segi evaluasipun menunjukkan peningkatan. Untuk itu peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Hal ini memberikan pengertian bahwa dengan menerapkan model cooperative learning type make a match dalam kegiatan pembelajaran IPS dapat meningkatan hasil belajar siswa. 4. Data Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Data ini diperoleh dari hasil belajar siswa kelas pada Kondisi Awal,siklus I, II, dan III. Berikut data rekapitulasi hasil belajar siswa antar siklus: 75

92 Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Tahap Nilai Tuntas Hasil Belajar Presen tase Belum Tuntas Presen tase 1 Pra Siklus 58, ,8% 13 72,2% 2 Siklus I 62, ,4% 10 55,6% 3 Siklus II 70, ,7% 6 33,3% 4 Siklus III 82, % 0 0% Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut: 1) Pada siklus I, angka ketuntasan belajar naik menjadi 44,4% (bertambah 3 anak atau sebesar 16,67% dari kondisi awal/pra siklus) 2) Pada siklus II, angka ketuntasan belajar naik menjadi 66,7% (bertambah 4 anak atau sebesar 22,2% dari siklus I) 3) Pada siklus III, angka ketuntasan belajar naik menjadi 100% (bertambah 6 anak atau sebesar 33,3% dari siklus II) 4) Pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan sebesar 3,89 menjadi 62,77. 5) Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan sebesar 7,78 menjadi 70,55. 6) Pada siklus III, nilai rata-rata hasil belajar mengalami kenaikan sebesar 12,22 menjadi 82,77. 76

93 Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I, II hingga ke siklus III. Dari pra siklus ke siklus III nilai rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 23,89 dan angka ketuntasannya naik sebesar 72,2% atau sebanyak 13 anak. 77

94 BAB PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning type make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi sejarah masa Hindu, Budha, dan, Islam di Indonesia pada siswa kelas MI Ma arif Rowosari Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 58,88 menjadi 62,77 pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 70,55. Dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 82,77. Jadi, dari pra siklus ke siklus III nilai rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 23,89. Untuk angka ketuntasan belajar siswa dari pra siklus ke siklus I naik menjadi 8 anak atau sebesar 44,4% dan menjadi 12 anak pada siklus II atau sebesar 66,7%. Dan angka ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 12 anak atau sebesar 66,7% menjadi 18 anak atau sebesar 100% pada siklus III atau naik sebanyak 6 anak atau 33.3%. Jadi angka ketuntasan belajar dari pra siklus ke siklus III meningkat sebesar72,2% atau sebanyak 13 anak. B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 78

95 1. Bagi Guru Dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan guru menjadikan model cooperative learning type make a match sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran IPS, sehingga situasi pembelajaran dapat menyenangkan, inovatif dan kreatif 2. Bagi Siswa Siswa hendaknya meningkatkan kesadaran untuk selalu brepartispasi aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Siswa juga hendaknya tidak takut atau malu untuk menanyakan tentang materi pelajaran yang belum dipahami. 3. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya selalu mendorong para guru yang berusaha menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan kreatif dengan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan selain itu juga melatih para guru agar kompetensinya meningkat. 4. Bagi Peneliti Kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dalam bidang yang sama, agar dapat menindak lanjuti penelitian ini dalam kancah yang lebih luas, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik yang nantinya akan dapat berguna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 79

96 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arifin, Zainal Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan Islam. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Agama Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Derektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Dimyati & Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno Metodologi Research. Yogyakarta: Andy Offset. Haryanto Pengertian Pendidikan Menurut Ahli, (Online), ( diakses pada tanggal 5 November 2014). Hamalik, Oemar Media Pendidikan. Bandung: Alumni. Kunandar Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajawali Pers. Poerwadarminta, WJS Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rasimin Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Trust Media Publishing. Rusman Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Rusyan, A. Tabrani dkk Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya. Siswoyo Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif, (Online), ( diakses pada tanggal 5 September 2014)

97 Slameto Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Solihatin, Etin & Raharjo COOPERATIE LEARNING Analisi Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara Sriyanti, Lilik dkk Teori-teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cet. XI. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Susanto, Ahmadi Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Susilaningsih, Endang & Linda S. Limbong Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Untuk SD/MI Kelas. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Suwandi & M. Basrowi Prosedure Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia. Suyadi Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogjakarta: DIA Press. Widyatun, Diah Metode Make A Match, (Online), ( #ixzz2simsbh8p, diakses pada tanggal 5 September 2014). Yamin, Martinis Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press. Yuliati, Reny & Ade Munajat Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Yunita, Ika Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Penggolongan Hewan melalui Metode Index Card Match pada Siswa Kelas I MI Sruwen I Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi Tidak Diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

98 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS I Madrasah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu : MI Ma arif Rowosari : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : /I : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 1. Menghargai berbagal peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia B. Kompetensi Dasar 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia C. Indikator Menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia D. Tujuan Pembelajaran Melalui penjelasan guru siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia Melalui diskusi siswa mampu menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia 2

99 Karakter siswa yang diharapkan : Cinta Tanah Air, Gemar Membaca dan Rasa Ingin Tahu, Teliti, Berani dan Percaya diri, Toleransi dan Komunikatif E. Materi Pokok Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu 1. Raja Aswawarman Aswawarmanadalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan Kudungga sebagai raja. Sebelum masa pemerintahan Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan animisme. Ketika Asmawarman naik tahta, ajaran Hindu masuk ke Kutai. Kemudian kerajaan ini menganut agama Hindu. Aswawarman dipandang sebagai pembentuk dinasti raja yang beragama Hindu. Agama Hindu masuk de dalam sendi kehidupan Kerajaan Kutai. Keturunan Aswawarman memakai nama-nama yang lazim digunakan di India. Pengaruh Hindu juga tampak pada tatanan masyarakat, upacara keagamaan, dan pola pemerintahan Kerajaan Kutai. 2. Raja Mulawarman Raja Mulawarman adalah raja dari kerajaan Hindu pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai. Selama masa pemerintahannya, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Kutai berkembang pesat pada masa pemerintahannya. Raja Mulawarman pernah memberi bantuan berupa ribuan ekor lembu pada brahmana, atas bantuannya tersebut para brahmana mendirikan tugu peringatan. Raja Mulawarman adalah pemeluk agama Hindu yang taat dan ia menyembah Dewa Siwa. 3. Raja Purnawarman Raja Purnawarman merupakan raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara. Beliau juga dikenal sebagai raja yang bijaksana. Purnawarman memeluk agama Hindu dan menyembah DewaWisnu. 4. Raja Jayabaya Raja Jayabaya adalah tokoh dari Kerajaan Kediri. Ia menggantikan Raja Bameswara. Jayabaya memiliki kemampuan meramal yang dikenal 3

100 dengan nama Jangka Jayabaya. Bahkan ia diyakini pernah meramalkan masa depan bangsa Indonesia. 5. Gajah Mada Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih) Kerajaan Majapahit. Namanya mulai dikenal setelah beliau berhasil memadamkan pemberontakan Kuti. Gajah Mada muncul sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan Jayanegara ( ). Kariernya dimulai dengan menjadi anggota pasukan pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-mula, beliau menjadi Bekel Bahanyangkari (setingkat komandan pasukan). Kariernya terus menanjak pada masa Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti pemberontakan Ragga Lawe (1309), Lembu Sura (1311), Nambi (1316), dan Kuti (1319). 6. Raja Hayam Wuruk Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit yang paling terkenal. Beliau bergelar Rajasanegara. Pada masa pemerintahannya dengan didampingi oleh Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai kejayaannya dan menguasai seluruh wilayah Nusantara, ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Malaya. F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Penugasan 5. Model cooperatve learning type make a match G. Langkah-Langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan Penyiapan siswa: a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo a Waktu 10 menit 4

101 No. Kegiatan bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat; b. Guru bertanya : apa kabar anak-anak, bagaimana kabar kalian hari ini? c. Guru melakukan presensi d. Motivasi Peserta diminta dengan seksama mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran pada pertemuan ini. Menjelaskan tujuan a. Anak-anak nanti setelah selesai belajar diharapkan bisa menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia b. Anak-anak nanti setelah selesai belajar diharapkan bisa menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia Menjelaskan cakupan materi Hari ini kita akan belajar tentang tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia 2 Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru melakukan tanya jawab tentang materi tokohtokoh pada masa Hindu di Indonesia. 2) Guru menjelaskan sekilas mengenai materi tokohtokoh pada masa Hindu di Indonesia. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan memberi materi pada setiap kelompok untuk mendiskusikannya. 2) Guru membimbing jalannya diskusi. 3) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk Waktu 50 menit 5

102 No. Kegiatan mempresentasikan hasil diskusinya 4) Guru mengarahkan siswa untuk menanggapi tentang materi yang dipresentasikan setiap kelompok. 5) Guru menyiapkan kartu yang digunakan dalam model cooperative learning type make a match 6) Guru menjelaskan aturan permainan dari model cooperative learning type make a match 7) Guru membagikan kartu kepada siswa dan setiap siswa mendapat satu kartu. 8) Siswa diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 9) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 10) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 11) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. 12) Guru memberikan soal evaluasi/post test kepada siswa. 13) Siswa mengerjakan soal dengan batasan waktu tertentu 14) Guru membiasakan siswa untuk membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas yang bermakna 15) Guru memfaslitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif c. Konfirmasi 1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik 2) Guru memberikan umpan balik positif penguatan Waktu 6

103 No. Kegiatan dalam betuk lisan, tulisan, isarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa 3) Guru membantu siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kesulitan atau kendala yang dialami selama proses pembelajaran. c. Guru memotivasi siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. e. Siswa dan guru berdoa bersama dan mengucapkan salam. Waktu 10 Menit H. Alat Dan Sumber Belajar Alat Peraga : Gambar / foto tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia Sumber : Buku IPS BSE kelas LKS kelas I. Penilaian 1. Jenis Penilaian : Tertulis 2. Bentuk Instrumen : Uraian 3. Instrumen/ Soal Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Raja Kutai yang pertama kali memeluk agama Hindu adalah adalah raja Hindu yang membawa Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaan. 7

104 3. Raja Kediri yang terkenal dengan ramalannya adalah Raja Jayabaya terkenal dengan ramalannya tentang nasib pulau jawa yang disebut dengan ramalan Raja Purnawarman adalah raja yang terkenal yang berasal dari Kerajaan Salah bukti keberhasilan Raja Purnawarman dalam memerintah Kerajaan Tarumanegara adalah Gajah Mada dan pasukannya dapat menumpas pemberontakan Sadeng. Dan atas jasanya Gajah Mada diangkat menjadi Patih Gajah Mada terkenal dengan supahnya yaitu Sri Rajasanegara adalah gelar raja Majapahit terbesar yaitu Hayam Wuruk terkenal dalam sejarah Indonesia karena dikisahkan dalam kitab Negarakertagama yang disusun oleh.... Kunci Jawaban 1. Aswawarman 2. Raja Mulawarman 3. Raja Jayabaya 4. Jangka Jayabaya 5. Tarumanegara 6. Membuat saluran air untuk mengairi lahan pertanian dan mencegah banjir 7. Maha Patih Majapahit 8. Sumpah palapa 9. Hayam Wuruk 10. Empu Prapanca Skor penilaian: Nilai = Jumlah Benar x 10 = 10x10 =100 8

105 9

106 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS II Madrasah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu : MI Ma arif Rowosari : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : /I : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 1. Menghargai berbagal peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia B. Kompetensi Dasar 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia C. Indikator Menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia D. Tujuan Pembelajaran Melalui penjelasan guru siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia Melalui diskusi siswa mampu menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia 10

107 Karakter siswa yang diharapkan : Cinta Tanah Air, Gemar Membaca dan Rasa Ingin Tahu, Teliti, Berani dan Percaya diri, Toleransi dan Komunikatif E. Materi Pokok Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Budha 1. Balaputradewa Raja Balaputradewa merupakan raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya. Beliau adalah putra dari Raja Samaratungga dari Jawa. Beliau berhasil membawa Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaannya dan dikenal sebagai kerajaan maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara. Beliau juga memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam agama Budha sehingga Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama buddha. 2. Sakyakirti Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Budha yang ada di Kerajaan Sriwijaya. Sakyakirti menjadi pendeta Budha yang paling disegani di Sriwijaya. Menurut kesaksian I-Tsing Sriwijaya telah menjadi pusat agama Buddha. Di sana ada lebih dari seribu pendeta yang belajar agama Buddha. Diperkirakan di Sriwijaya sudah berdiri sebuah perguruan Buddha. Perguruan ini mempunyai hubungan baik dengan perguruan Buddha yang ada di Nalanda, India. 3. Kertanegara Kertanegara adalah raja terakhir dari kerajaan Singasari. Kertanegara adalah raja yang sangat terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam bidang politik, Kertanegara dikenal sebagai raja yang menguasai ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayah kerajaannya. Kertanegara menganut agama Budha Tantrayana. Tahun 1275 M Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara memerintah, Kerajaan 11

108 Singosari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dsn Gurun (bagian Indonesia Timur). Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh Jayakatwang. Setelah Kertanegara gugur, seluruh Kerajaan Singosari dikuasai oleh Jayakatwang. F. Metode Pembelajaran 6. Ceramah 7. Tanya Jawab 8. Penugasan 9. Reading Aloud 10. Model cooperatve learning type make a match G. Langkah-Langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan Penyiapan siswa: e. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo a bersama dengan penuh khidmat; f. Guru bertanya : apa kabar anak-anak, bagaimana kabar kalian hari ini? g. Guru melakukan presensi h. Guru mengondisikan kelas dengan tepuk diam. Waktu 10 Menit Menjelaskan tujuan i. Anak-anak nanti setelah selesai belajar diharapkan bisa menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia j. Anak-anak nanti setelah selesai belajar diharapkan bisa menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia 12

109 No. Kegiatan Menjelaskan cakupan materi k. Hari ini kita akan belajar tentang tokoh-tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia 2 Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru memperlihatkan sebuah miniatur stupa dan gambar candi Borobudur 2) Siswa mengamati media yang dibawa guru. Waktu 50 Menit 3) Siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait. 4) Guru menjelaskan sekilas materi tentang tokohtokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia. 5) Guru menyuruh salah satu siswa membaca dengan keras dan yang lain mendengarkan 6) Guru menegur siswa dan memotivasi siswa yang bermain/bergurau dengan teman b. Elaborasi 1) Guru menyuruh siswa secara bergantian untuk menceritakan di depan kelas tentang salah satu tokoh sejarah pada masa Budha di Indonesia 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari. 3) Guru menyiapkan kartu yang digunakan dalam model cooperative learning type make a match. 13

110 No. Kegiatan 4) Guru menjelaskan aturan permainan dari model Waktu cooperative learning type make a match denga jelas dan memberikan contoh permainan tersebut sampai siswa benar-benar paham 5) Guru membagikan kartu kepada siswa dan setiap siswa mendapat satu kartu. 6) Siswa diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. 7) Guru membimbing dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan mencari pasangan. 8) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 9) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya sehingga siswa lebih tahu dan paham tentang materi yang sedang dipelajari. 10) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. 11) Guru memberikan soal evaluasi/post test kepada siswa. 12) Siswa mengerjakan soal dengan batasan waktu tertentu 13) Guru membiasakan siswa untuk membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas yang bermakna 14

111 No. Kegiatan 14) Guru memfaslitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif 15) Konfirmasi 16) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik 17) Guru memberikan umpan balik positif penguatan dalam betuk lisan, tulisan, isarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa 18) Guru membantu siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kesulitan atau kendala yang dialami selama proses pembelajaran. c. Guru memotivasi siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. e. Siswa dan guru berdoa bersama dan mengucapkan salam. Waktu 10 Menit H. Alat Dan Sumber Belajar Alat Peraga : Gambar Candi Borobudur Miniatur Stupa Sumber : Buku paket BSE IPS kelas LKS Kelas Buku Paket IPS Kelas 15

112 I. Penilaian a. Jenis Penilaian : Tertulis b. Bentuk Instrumen : Uraian c. Instrumen/ Soal Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa adalah putra dari raja yang membangun candi Budha terkenal yaitu candi Borobudur. Beliau bernama Pada masa pemerintahannya, Balaputradewa sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam agama Budha sehingga Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai merupakan gelar dari salah satu raja Sriwijaya yang bernama Balaputradewa. 5. Prasati yang menjadi bukti kerjasama Sriwijaya dengan salah satu kerajaan di India adalah Mahaguru agama Budha yang ada di Kerajaan Sriwijaya adalah Raja Singasari yang terkenal karena menguasai ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayahnya adalah Kertanegara adalah Raja Singasari yang menganut agama Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal dengan Kertanegara bercita-cita ingin memperluas wilayahnya. Namun, sebelum cita-citanya tercapai beliau terbunuh ketika diserang oleh.... Kunci Jawaban 1. Raja Balaputradewa 2. Raja Samaratungga 3. Pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha. 4. Sri Wirawairimathana 5. Nalanda 16

113 17

114 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS III Madrasah Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu : MI Ma arif Rowosari : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : /I : 12 x 35 menit A. Standar Kompetensi 1. Menghargai berbagal peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia B. Kompetensi Dasar 1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia C. Indikator Menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia D. Tujuan Pembelajaran Melalui penjelasan guru siswa mampu menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia Melalui diskusi siswa mampu menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia 18

115 Karakter siswa yang diharapkan : Cinta Tanah Air, Gemar Membaca dan Rasa Ingin Tahu, Teliti, Berani dan Percaya diri, Toleransi dan Komunikatif E. Materi Pokok 1. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Islam a. Sultan Malik Al-Saleh Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergear Merah Selu. Beliau adalah putra Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudera Pasai. Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M. b. Sultan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh pada tahun Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya dan memiliki wilayah kekuasaan hingga ke Semenanjung Malaya. Tata pemerintahan masyarakat Aceh yang dikembangkan oleh Sultan Iskandar Muda masih berlaku hingga sekarang. Beliau wafat pada tahun c. Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng Tirtayasa dilahirkan di Banten pada tahun Pada waktu kecil, ia bernamaabdul Fath Abdulfatah. Rakyat Banten diperintahkan untuk menyerang Belanda secara gerilya. Padatahun 1655, dua buah kapal dagang Belanda berhasil dirusak oleh rakyat Banten. Akibatnya, hubungan antara Banten dan Belanda menjadi tegang. Belanda mulai menjalankan politik adu domba. Pada tahun1680 M, pecahlah perang antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan 19

116 Belanda yang dibantu Sultan Haji. Pada tahun 1683 M, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Pada tahun 1692 M, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia dalam penjara. Jasadnya dimakamkan di dekat Masjid Agung Banten. d. Raden Fatah Raden Fatah merupakan raja pertama sekaligus pendiri Kesultanan Demak. Dalam kepemimpinannya, Demak berkembang pesat karena ia mendapat dukungan dari para ulama yang bergelar Walisongo. Para wali ini juga bertugas membantu dan menjadi penasihat sultan. e. Sultan Hasanuddin Sultan Hasanudin adalah raja Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar). Beliau dilahirkan di Makasar pada tahun 1631dengan nama Muhammad Bakir. Pada masa pemerintahannya, ia berusaha merangkul raja-raja kecil di Indonesia Timur untuk menentang Belanda. Pada tahun 1660, terjadi perang antara Gowa dengan Belanda. Karena penghianatan Raja Aru Palaka dari Bone, Sultan Hasanudin kalah dari Belanda, ia dijuluki Ayam Jantan dari Timur. f. Sultan Zainal Abidin Sultan Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate ( ). Beliau pernah pergi ke pesantren Sunan Giri di Gresik untuk belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha memasukkan ajaran Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha memperluas pengajaran Islam untuk rakyat. Beliau mendirikan pesantren dan mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Sultan Zainal Abidin juga berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya. g. Walisongo Berkembangnya Islam di Pulau Jawa tidak lepas dari peran walisongo. Walisongo yang membantu penyebaran agama Islam di Pulau Jawa antara lain: 20

117 (1) Sunan Gresik (Raden Maulana Malik Ibrahim) (2) Sunan Gunung Jati (Fatahillah atau Raden Syarif Hidayatullah) (3) Sunan Kudus (Raden Ja far Sadiq) (4) Sunan Drajat (Raden Kosim Syarifudin) (5) Sunan Giri (Raden Paku) (6) Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim) (7) Sunan Ampel (Raden Rahmat) (8) Sunan Muria (Raden Umar Syaid) (9) Sunan Kalijaga (Raden Syahid). F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Penugasan 4. Diskusi 5. Model cooperatve learning type make a match G. Langkah-Langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan Penyiapan siswa: l. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo a bersama dengan penuh khidmat; m. Guru bertanya : apa kabar anak-anak, bagaimana kabar kalian hari ini? n. Guru melakukan presensi o. Guru mengondisikan kelas dengan tepuk tenang. Waktu 10 Menit Menjelaskan tujuan a. Anak-anak nanti setelah selesai belajar diharapkan bisa menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia b. Anak-anak nanti setelah selesai belajar diharapkan 21

118 No. Kegiatan bisa menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia Menjelaskan cakupan materi Hari ini kita akan belajar tentang tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia 2 Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru melakukan tanya jawab tentang materi Waktu 50 Menit yang akan dipelajari 2) Guru menjelaskan materi materi tentang tokohtokoh sejarah pada masa. Islam di Indonesia. 3) Guru menegur dengan tegas siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan memberikan motivasi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan memberi materi pada setiap kelompok untuk mendiskusikannya. 2) Guru membimbing jalannya diskusi. 3) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya 4) Guru mengarahkan siswa untuk menanggapi tentang materi yang dipresentasikan setiap kelompok. 5) Guru menyiapkan kartu yang digunakan dalam 22

119 No. Kegiatan model cooperative learning type make a match Waktu 6) Guru menjelaskan aturan permainan dari model cooperative learning type make a match dengan tenang dan jelas agar siswa benar-benar paham. 7) Guru memberikan kesempatan siswa bertanya mengenai aturan permainan model cooperative learning type make a match. 8) Guru membagikan kartu kepada siswa dan setiap siswa mendapat satu kartu. 9) Siswa diminta untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 10) Dalam kegiatan mencari pasangan, guru membimbing dan mengarahkan siswa yang kesulitan dalam mencari pasangan. 11) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 12) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya sehingga siswa lebih tahu dan paham tentang materi yang sedang dipelajariguru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. 13) Guru memberikan soal evaluasi/post test kepada siswa. 23

120 No. Kegiatan 14) Siswa mengerjakan soal dengan batasan waktu tertentu 15) Guru membiasakan siswa untuk membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas yang bermakna 16) Guru memfaslitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif c. Konfirmasi 1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik 2) Guru memberikan umpan balik positif penguatan dalam betuk lisan, tulisan, isarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa 3) Guru membantu siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kesulitan atau kendala yang dialami selama proses pembelajaran. c. Guru memotivasi siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. e. Siswa dan guru berdoa bersama dan mengucapkan salam. Waktu 10 Menit H. Media Dan Sumber Belajar Media : Gambar tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam diindonesia 24

121 Sumber : Buku paket BSE IPS kelas Endang Susilaningsih Buku paket BSE IPS kelas Reni Yuliati LKS Kelas Buku Paket IPS Kelas I. Penilaian a. Jenis Penilaian : Tertulis b. Bentuk Instrumen : Uraian c. Instrumen/ Soal Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Pendiri dan raja pertama kerajaan samudra pasai adalah Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, perkembangan agama Islam di Aceh sangat pesat. Hal itu membuat Aceh dijuluki sebagai Karena keberanian dan sikap tegasnya yang tidak mau tunduk dengan OC, Sultan Hasanudin dijuluki sebagai Perjanjian antara Belanda dengan Sultan Hasanudin dikenal dengan Perjanjian adalah sultan yang paling terkenal dari Kesultanan Banten. 7. Raja pertama sekaligus pendiri Kesultanan Demak adalah Penyebaran Islam di Jawa dilakukan oleh Raja pertama dari Kerajaan Ternate yang menganut agama Islam adalah Sultan Zainal Abidin merupakan raja dari Kerajaan Ternate yang pernah belajar agama Islam di pesantren.... Kunci Jawaban 1. Sultan Malik Al-Saleh 25

122 26

123 Lampiran 4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I Kegiatan Mengucapkan Salam Melakukan presensi kehadiran siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait Hasil B C K Hal yang mendukung Suaranya guru jelas Guru sudah cukup jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran Hal yang menghambat Guru belum bisa mengondisikan kelas Guru kurang pandai menarik perhatian siswa Rencana Perbaikan Kelas harus dikondisikan terlebih dahulu Buat suasana yang menarik Penggunaan media pembelajaran Menyajikan materi pembelajaran Menguasai materi pembelajaran Menjelaskan aturan penggunaan model cooperative learning type make a match Penerapan model cooperative learning type make a match Media sudah cukup bagus, siswa dapat mengamati Penguasaan materi sudah cukup baik perlu ditingkatkan Dapat diterapkan dalam materi pelajaran Penjelasan materi terlalu cepat, Guru kurang jelas dalam memberi instruksi penggunaan model cooperative learning type make a match Lebih tenang dalam menjelaskan materi sehingga siswa tidak bingung Instruksi harus lebih jelas (memberikan contoh) 27

124 28

125 Lampiran 5 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I Kegiatan Hasil B C K Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Siswa menjawab salam Siswa menjawab presensi yang dilakukan guru Siswa bertanya tentang materi yang terkait Siswa mengamati media yang dibawa guru Siswa tertarik dengan media yang dibawa guru Ada siswa yang tidak menjawab salam karena ramai sendiri Ada beberapa siswa yang ramai Ada beberapa siswa yang bicara sendiri Guru menegur/mem berikan pertanyaan kepada siswa yang ramai agar mereka memperhatikan Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa menanggapi/me njawab pertanyaan Siswa aktif dalam kegiatan mencari pasangan Ada beberapa siswa yang bermain/bergu rau dengan teman Siswa kurang antusias dalam menanggapi pertanyaan Siswa masih kesulitan/seba gian siswa belum paham dengan intruksi guru Guru harus lebih tegas dengan menegur siswa yang tidak memperhatikan Guru harus bisa membangkitkan antusias siswa Guru harus terampil dalam mengarahkan dan membimbing siswa 29

126 30

127 Lampiran 6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II Kegiatan Mengucapkan Salam Melakukan presensi kehadiran siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait Penggunaan media pembelajaran (miniatur candi prambanan) Menyajikan materi pembelajaran Menguasai materi pembelajaran Hasil B C K Hal yang mendukung Suaranya guru jelas Guru sudah mulai hafal nama siswa Guru sudah jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran Guru mulai menarik perhatian siswa untuk bertanya Media sudah bagus, siswa dapat mengamati dengan jelas Guru sudah cukup baik dan tenang dalam menjelaskan materi Penguasaan materi sudah baik lebih ditingkatkan lagi Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Menjelaskan aturan penggunaan model cooperative learning type make a match Penerapan model cooperative learning type make a match Guru sudah lebih jelas dalam memberi instruksi penggunaan model cooperative learning type make a match Dapat diterapkan dalam materi pelajaran Masih ada siswa yang belum paham karena bicara sendiri Instruksi harus lebih jelas lagi (memberikan contoh)agar semua siswa paham, siswa yang bicara ditegur 31

128 32

129 Lampiran 7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II Kegiatan Hasil B C K Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Siswa menjawab salam Siswa menjawab presensi yang dilakukan guru Siswa bertanya tentang materi yang terkait Siswa mengamati media yang dibawa guru Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa menanggapi/me njawab pertanyaan Siswa aktif dalam kegiatan mencari pasangan Semua siswa menjawab salam Siswa merasa takut jika ketika bicara namanya dipanggil Siswa tertarik dengan media yang dibawa guru Ada siswa yang ramai sendiri Siswa sudah cukup antusias dalam menaggapi pertanyaan dari guru Siswa sudah banyak memahami arahan dari guru dalam mencari pasangan Ada beberapa siswa yang bicara sendiri, ada yang masih malumalu untuk bertanya Masih ada juga siswa yang belum paham Guru menegur/mem berikan pertanyaan kepada siswa yang ramai agar mereka memperhatikan dan juga mengarahkan/ membimbing agar siswa berani bertanya Guru menegur siswa yangramai sendiri Guru harus lebih giat lagi dalam mengarahkan dan membimbing siswa 33

130 34

131 Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru Siklus III Kegiatan Mengucapkan Salam Melakukan presensi kehadiran siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Melakukan tanya jawab tentang materi yang terkait Penggunaan media pembelajaran (miniatur candi prambanan) Menyajikan materi pembelajaran Menguasai materi pembelajaran Menjelaskan aturan penggunaan model cooperative learning type make a match Penerapan model cooperative learning type make a match Guru membimbing siswa mencari pasangan Memberi kesempatan Hasil B C K Hal yang mendukung Suara guru jelas Guru sudah mulai hafal nama siswa Guru sudah jelas dalam menyampaika n tujuan pembelajaran Guru mulai bisa menarik perhatian Media sudah bagus dan lengkap sehingga siswa dapat mengamati dengan jelas Penjelasan guru sudah jelas Penguasaan materi sudah baik Guru sudah bisa menginstruksi penggunaan model cooperative learning dengan jelas Dapat diterapkan dalam materi pelajaran Guru sudah optimal dalam membimbing siswa mencari pasangan Hal yang menghambat Rencana Perbaikan 35

132 36

133 Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III Kegiatan Hasil B C K Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana Perbaikan Siswa menjawab salam Siswa sudah terbiasa menjawab salam Siswa menanggapi presensi dari guru Siswa bertanya tentang materi yang terkait Siswa mengamati media yang dibawa guru Siswa merasa takut jika ketika berbicara namanya dipanggil Siswa bersemangat untuk tahu dan tidak malumalu lagi bertanya Siswa tertarik dengan media yang dibawa guru Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa menanggapi/menjawab pertanyaan Siswa sudah menyadari untuk memperhatikan penjelasan dari guru Siswa antusias menanggapi pertanyaan Siswa aktif dalam kegiatan mencari pasangan Siswa sudah paham arahan guru untuk mencari pasangan Siswa ikut menyimpulkan materi Siswa paham dengan materi yang diajarkan 37

134 38

135 Lampiran 10 Soal Post Tes Siklus I Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Raja Kutai yang pertama kali memeluk agama Hindu adalah adalah raja Hindu yang membawa Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaan. 3. Raja Kediri yang terkenal dengan ramalannya adalah Raja Jayabaya terkenal dengan ramalannya tentang nasib pulau jawa yang disebut dengan ramalan Raja Purnawarman adalah raja yang terkenal yang berasal dari Kerajaan Salah bukti keberhasilan Raja Purnawarman dalam memerintah Kerajaan Tarumanegara adalah Gajah Mada dan pasukannya dapat menumpas pemberontakan Sadeng. Dan atas jasanya Gajah Mada diangkat menjadi Patih Gajah Mada terkenal dengan supahnya yaitu Sri Rajasanegara adalah gelar raja Majapahit terbesar yaitu Hayam Wuruk terkenal dalam sejarah Indonesia karena dikisahkan dalam kitab Negarakertagama yang disusun oleh

136 Lampiran 11 Soal Post Tes Siklus II Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa adalah putra dari raja yang membangun candi Budha terkenal yaitu candi Borobudur. Beliau bernama Pada masa pemerintahannya, Balaputradewa sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam agama Budha sehingga Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai merupakan gelar dari salah satu raja Sriwijaya yang bernama Balaputradewa. 5. Prasati yang menjadi bukti kerjasama Sriwijaya dengan salah satu kerajaan di India adalah Mahaguru agama Budha yang ada di Kerajaan Sriwijaya adalah Raja Singasari yang terkenal karena menguasai ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayahnya adalah Kertanegara adalah Raja Singasari yang menganut agama Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal dengan Kertanegara bercita-cita ingin memperluas wilayahnya. Namun, sebelum cita-citanya tercapai beliau terbunuh ketika diserang oleh

137 Lampiran 12 Soal Post Tes Siklus III Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Pendiri dan raja pertama kerajaan samudra pasai adalah Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, perkembangan agama Islam di Aceh sangat pesat. Hal itu membuat Aceh dijuluki sebagai Karena keberanian dan sikap tegasnya yang tidak mau tunduk dengan OC, Sultan Hasanudin dijuluki sebagai Perjanjian antara Belanda dengan Sultan Hasanudin dikenal dengan Perjanjian adalah sultan yang paling terkenal dari Kesultanan Banten. 7. Raja pertama sekaligus pendiri Kesultanan Demak adalah Penyebaran Islam di Jawa dilakukan oleh Raja pertama dari Kerajaan Ternate yang menganut agama Islam adalah Sultan Zainal Abidin merupakan raja dari Kerajaan Ternate yang pernah belajar agama Islam di pesantren

138 Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian 42

139 43

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Oleh Evy Astuti NIM

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Oleh Evy Astuti NIM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Oleh Evy Astuti NIM. 13108241071 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 Rencana Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kenconorejo 03 dan berjalan dalam 2 siklus. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA DARUL ULUM PEKAUMAN BANJARMASIN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA DARUL ULUM PEKAUMAN BANJARMASIN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA DARUL ULUM PEKAUMAN BANJARMASIN OLEH AHMAD BAKIR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1438 H iii PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR KELAS III DI MI SINAR ISLAM KECAMATAN KELUA KABUPATEN TABALONG

PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR KELAS III DI MI SINAR ISLAM KECAMATAN KELUA KABUPATEN TABALONG PENGGUNAAN MEDIA TANGRAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR KELAS III DI MI SINAR ISLAM KECAMATAN KELUA KABUPATEN TABALONG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H KONTRIBUSI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI MOTIVASI DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI MATRIKS SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI SOSIAL PADA DIRI SISWA KELAS III PADA PEMBELAJARAN IPS DI MIN ANDAMAN II KECAMATAN ANJIR PASAR KABUPATEN BARITO KUALA

PENANAMAN NILAI-NILAI SOSIAL PADA DIRI SISWA KELAS III PADA PEMBELAJARAN IPS DI MIN ANDAMAN II KECAMATAN ANJIR PASAR KABUPATEN BARITO KUALA PENANAMAN NILAI-NILAI SOSIAL PADA DIRI SISWA KELAS III PADA PEMBELAJARAN IPS DI MIN ANDAMAN II KECAMATAN ANJIR PASAR KABUPATEN BARITO KUALA OLEH YUDI YUSTIADI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDEKATAN SALINGTEMAS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SDN KEBUN BUNGA 5 KOTA BANJARMASIN OLEH SALMAN FAUZI

PELAKSANAAN PENDEKATAN SALINGTEMAS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SDN KEBUN BUNGA 5 KOTA BANJARMASIN OLEH SALMAN FAUZI PELAKSANAAN PENDEKATAN SALINGTEMAS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SDN KEBUN BUNGA 5 KOTA BANJARMASIN OLEH SALMAN FAUZI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH NI MATUR ROHMAH NIM

SKRIPSI OLEH NI MATUR ROHMAH NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISWA KELAS VB DI MIN REJOTANGAN TULUNGAGUNG SKRIPSI OLEH NI MATUR ROHMAH NIM. 327113077

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

OLEH MUNAZZIFAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M/1438 H

OLEH MUNAZZIFAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M/1438 H PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MANTEL SANG AHLI DAN EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 9 BANJAR

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V DI MI MIFTAHUL HUDA PAKISAJI KALIDAWIR TULUNGAGUNG SKRIPSI Disusun Oleh: RISKA NUR KHOIR NIM.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT KELAS V SDN MUNCAR 02 SUSUKAN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. i UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BRUNER DENGAN ALAT PERAGA JARING-JARING BANGUN RUANG DI KELAS V C SD NEGERI AJIBARANG WETAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

أ ط ل ب ال ع ل م م ن ال م ھ د إ ل ى ال لح د

أ ط ل ب ال ع ل م م ن ال م ھ د إ ل ى ال لح د BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai muslim dituntut untuk menjadi orang yang berilmu, karena dengan ilmu kita menjadi tahu. Supaya kita tergolong orang yang berilmu, islam telah memerintahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tangung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak bagi

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah dasar

PROPOSAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah dasar PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS IV SD NEGERI 1 MANDURAGA PROPOSAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB ӏ PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan siswa tidak hanya sekedar memperoleh pengetahuan, tetapi siswa juga ikut serta memperoleh sendiri pengetahuannya. Siswa menemukan sendiri hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI BERBASIS METODE PEMBIASAAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA ARIF PANJENG JENANGAN PONOROGO

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI BERBASIS METODE PEMBIASAAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA ARIF PANJENG JENANGAN PONOROGO PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI BERBASIS METODE PEMBIASAAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA ARIF PANJENG JENANGAN PONOROGO SKRIPSI Diajukan kepada: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) 589 49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 9 BANJARMASIN

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 9 BANJARMASIN PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 9 BANJARMASIN Oleh UTAMI NING TYAS TUTI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1 PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY DI KELAS IV SD NEGERI 3 PLIKEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANAK NORMAL DENGAN BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SDN INKLUSIF BENUA ANYAR 4 BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

INTERAKSI SOSIAL ANAK NORMAL DENGAN BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SDN INKLUSIF BENUA ANYAR 4 BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN INTERAKSI SOSIAL ANAK NORMAL DENGAN BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SDN INKLUSIF BENUA ANYAR 4 BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN OLEH RINY SUGIARTI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV DI MI KHADIJAH BANJARMASIN OLEH MAHDIATI UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA MAPEL BAHASA INDONESIA KELAS V DI MI AL ISLAM DEMPET KEC. DEMPET KAB. DEMAK TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Prayitno (2009:37) menyatakan bahwa Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA PEMBELAJARAN PAI MATERI POKOK PUASA WAJIB KELAS V SEMESTER GENAP DI SD NURUL

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA NAPIER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS III DI MI ABI MANAP KECAMATAN BATAGUH KABUPATEN KUALA KAPUAS

PENGGUNAAN MEDIA NAPIER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS III DI MI ABI MANAP KECAMATAN BATAGUH KABUPATEN KUALA KAPUAS PENGGUNAAN MEDIA NAPIER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS III DI MI ABI MANAP KECAMATAN BATAGUH KABUPATEN KUALA KAPUAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan manusia sejak dari kelahirannya terus mengalami perubahan-perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Manusia yang merupakan makhluk hidup dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM KEGIATAN REMEDIAL MEMBACA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ISLAM BANJARMASIN

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM KEGIATAN REMEDIAL MEMBACA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ISLAM BANJARMASIN PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM KEGIATAN REMEDIAL MEMBACA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ISLAM BANJARMASIN OLEH RABIATUL ADAWIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MUFRADAT BAHASA ARAB DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI WHAT S MY LINE DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ISLAM BANJARMASIN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MUFRADAT BAHASA ARAB DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI WHAT S MY LINE DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ISLAM BANJARMASIN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MUFRADAT BAHASA ARAB DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI WHAT S MY LINE DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL ISLAM BANJARMASIN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III DI MIN PANDAK DAUN KECAMATAN DAHA UTARA OLEH SITI KHADIJAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) BARUH JAYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN (HSS)

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) BARUH JAYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN (HSS) PENERAPAN METODE SOSIODRAMA PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) BARUH JAYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN (HSS) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Lebih terperinci

C. Masa Kerajaan Islam

C. Masa Kerajaan Islam C. Masa Kerajaan Islam 1. Kerajaan Samudera Pasai Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang didirikan oleh Sultan Malikus Shaleh pada abad ke-13. Kerajaan ini terletak di pesisir timur

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI TENTANG TATA CARA SALAT DI SDN PEMURUS 2 KABUPATEN BANJAR OLEH ROSIDAH

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI TENTANG TATA CARA SALAT DI SDN PEMURUS 2 KABUPATEN BANJAR OLEH ROSIDAH PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI TENTANG TATA CARA SALAT DI SDN PEMURUS 2 KABUPATEN BANJAR OLEH ROSIDAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1438 H PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI TENTANG TATA

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS POKOK BAHASAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS POKOK BAHASAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS POKOK BAHASAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN BANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN KENCONG 01 KABUPATEN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Guru Mardasah Ibtidaiyah.

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Guru Mardasah Ibtidaiyah. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK SUMBER DAYA ALAM DAN TEKNOLOGI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV MI NU

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: TSALIS HIDAYATI NIM 11507020. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

SKRIPSI. Oleh: TSALIS HIDAYATI NIM 11507020. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PERKALIAN DENGAN METODE BERMAIN KARTU PADA SISWA KELAS III MI DADAPAYAM II KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING KELAS X DI MAN DEMAK TAHUN AJARAN 2009/ 2010 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MELALUI METODE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MELALUI METODE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MELALUI METODE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PPKn MATERI ARTI SUMPAH PEMUDA KELAS III SEMESTER I di MI RAUDLATUL WILDAN WEDUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN. bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan sosial sangat di perlukan siswa dalam kehidupan seharihari karena perubahan yang serba cepat sebagai dampak dari globalisasi dan pasar bebas serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SATUAN WAKTU PANJANG DAN BERAT MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI KELAS IV SD N 03 SIKASUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI POSTER COMMENT PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA MI TPI KERAMAT BANJARMASIN OLEH NIDAWATI

PENGGUNAAN STRATEGI POSTER COMMENT PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA MI TPI KERAMAT BANJARMASIN OLEH NIDAWATI PENGGUNAAN STRATEGI POSTER COMMENT PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA MI TPI KERAMAT BANJARMASIN OLEH NIDAWATI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1438 H i PENGGUNAAN STRATEGI

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan aktivitas pembelajaran peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara kedua pihak diharapkan dapat menciptakan atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA SUB-POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII C SMP NEGERI 2 ARJASA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMAN 1 Singosari : Sejarah Peminatan : XI IPS/Ganjil : Kerajaan-Kerajaan Besar Indonesia pada Masa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS IV

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS IV PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI THE POWER OF TWO PADA SISWA KELAS IV DI MI IHYAUL ISLAM UJUNGPANGKAH GRESIK SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Frandika Feri Budianto NIM

SKRIPSI. Oleh : Frandika Feri Budianto NIM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN IDENTITAS BENUA DI KELAS VI SDN JARIT 02 CANDIPURO

Lebih terperinci

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGHITUNG LUAS SEGI BANYAK KELAS VI MI RAUDLATUSSIBYAN SAMPANG DEMAK TAHUN PELAJARAN

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGHITUNG LUAS SEGI BANYAK KELAS VI MI RAUDLATUSSIBYAN SAMPANG DEMAK TAHUN PELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGHITUNG LUAS SEGI BANYAK KELAS VI MI RAUDLATUSSIBYAN SAMPANG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada: Program Studi pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo

SKRIPSI Diajukan Kepada: Program Studi pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH PADA SISWA KELAS III MI MA ARIF MANGUNSUMAN 2 SIMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Kepada: Program Studi pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PATIHAN SIDOHARJO SRAGEN PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai masalah yang diteliti. Berikut ini penulis akan mengkaji pendapat para ahli sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan proses pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV DI MIS NURUL ISLAM JALAN A. YANI KM 5 BANJARMASIN

PENGGUNAAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV DI MIS NURUL ISLAM JALAN A. YANI KM 5 BANJARMASIN PENGGUNAAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV DI MIS NURUL ISLAM JALAN A. YANI KM 5 BANJARMASIN OLEH SITI NADIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M/1438 H i

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN TRIOMINO PADA PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV SDN KEBUN BUNGA 5 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN TRIOMINO PADA PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV SDN KEBUN BUNGA 5 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGGUNAAN METODE PERMAINAN TRIOMINO PADA PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV SDN KEBUN BUNGA 5 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 OLEH SHOLIHAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA PELAJARAN IPA KELAS III MI ISLAMIYAH DINOYO LAMONGAN SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA PELAJARAN IPA KELAS III MI ISLAMIYAH DINOYO LAMONGAN SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA PELAJARAN IPA KELAS III MI ISLAMIYAH DINOYO LAMONGAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah. Disusun Oleh: SITI SYARIFATU ZULFA ALMAHIRO

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah. Disusun Oleh: SITI SYARIFATU ZULFA ALMAHIRO PELAKSANAAN SUPERVISI PENDEKATAN KOLABORATIF KEPALA MADRASAH DALAM MEMBINA KEMAMPUAN PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU PAI DI MI MIFTAHUL HUDA JLEPER MIJEN DEMAK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM :

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM : SKRIPSI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) MATERI CINTA TANAH AIR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING SISWA KELAS IV SDN 3 BADEGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BERMAIN, CERITA, DAN MENYANYI PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MI SULLAMUT TAUFIQ BANJARMASIN TIMUR

PENGGUNAAN METODE BERMAIN, CERITA, DAN MENYANYI PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MI SULLAMUT TAUFIQ BANJARMASIN TIMUR PENGGUNAAN METODE BERMAIN, CERITA, DAN MENYANYI PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MI SULLAMUT TAUFIQ BANJARMASIN TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah

Lebih terperinci

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung 100 Sulastri, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI DISKUSI DAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS V SDN 02 SEMBON KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MIM-MEM (MIMICRY-MEMORIZATION)

PENGGUNAAN METODE MIM-MEM (MIMICRY-MEMORIZATION) PENGGUNAAN METODE MIM-MEM (MIMICRY-MEMORIZATION) DALAM PENGUASAAN MUFRADAT PADA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MI AL-ISTIQAMAH KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN OLEH AMALIA SHOLEHA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE WORD SQUARE PADA SISWA KELAS III SDN GADINGKULON 01 MALANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE WORD SQUARE PADA SISWA KELAS III SDN GADINGKULON 01 MALANG PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE WORD SQUARE PADA SISWA KELAS III SDN GADINGKULON 01 MALANG SKRIPSI OLEH : OLEH: PENI SYAFINATIN NAJAH NIM : 201110430311325

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA DENGAN STRATEGI MAKE A MATCH KELAS V

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA DENGAN STRATEGI MAKE A MATCH KELAS V UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA DENGAN STRATEGI MAKE A MATCH KELAS V SD NEGERI 2 NGARGOSARI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

Pendahuluan. Asyiyah et al., Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural dengan Model Kooperatif Time Token...

Pendahuluan. Asyiyah et al., Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural dengan Model Kooperatif Time Token... 5 Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural dengan Model Kooperatif Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial Peserta Didik pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XII IPS 1 SMAN

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H PELAKSANAAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK DALAM KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS I MI NURUL ISLAM BANJARMASIN Oleh RAIHANAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DAN TEAM QUIZ PADA KELAS V DI MI RIYADLOTUTH THOLIBIN PANUNGGALAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS POKOK BAHASAN PETA LINGKUNGAN SETEMPAT DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS POKOK BAHASAN PETA LINGKUNGAN SETEMPAT DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS POKOK BAHASAN PETA LINGKUNGAN SETEMPAT DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS IVB SDN MANGLI 01 JEMBER TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPAYA MENINGKATKAN SIKAP KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI KOPERASI DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA KARTU KATA DI KELAS IVA SD NEGERI

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKITAR DENGAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKITAR DENGAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKITAR DENGAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PADA SISWA KELAS IV SDN AJUNG 06 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH SD Negeri 01 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan,

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci