KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN KESEPAKATAN KERJASAMA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN KESEPAKATAN KERJASAMA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015"

Transkripsi

1 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DALAM RANGKA PELAKSANAAN KESEPAKATAN KERJASAMA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Disampaikan pada Seminar Nasional Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI), Jakarta, 22 Maret 2014 Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Indonesia Investment Coordinating Board

2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional VISI: Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan PDB nominal : US$ B PDB nominal/kapital: $ ** 2030 * 2050 PDB nominal : US$ B PDB nominal/kapital: $ Kekuatan ekonomi 6 besar dunia Kondisi saat ini: Kepercayaan global yang mulai meningkat PDB nominal : US$ B PDB nominal/kapital: $ Kekuatan ekonomi 14 besar dunia PDB nominal : US$ B B PDB nominal/kapita: $ Kekuatan ekonomi 10 besar dunia Asumsi: Pertumbuhan riil antara 7 8 % ** Proyeksi Goldman Sachs * Proyeksi tidak resmi dari pemerintah Source: Masterplan percepatan & perluasan pembangunan ekonomi Indonesia , Bappenas. 22

3 Gambaran Perekonomian dan Rating Indonesia Target Pertumbuhan Ekonomi Dan Investasi RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Pemerintah menjadikan investasi sebagai pilar pokok pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 6,3 6,8% setiap tahun selama 5 tahun ( ). Pertumbuhan ekonomi (%) Pertumbuhan Investasi (%) Kebutuhan Investasi *) Peran Pemerintah (Rp Triliun) (Rp Triliun dan % dari total kebutuhan investasi) Peran Swasta (Rp Triliun dan % dari total kebutuhan investasi) Sumber: RPJMN Proyeksi ,5-5,6 6,0-6,3 6,4-6,9 6,7-7,4 7,0-7,7 7,2-7,3 7,9-10,9 8,4-11,5 10,2-12,0 11,7-12,1 1, , , , , , , , , (11,6%) 1,674.1 (88,4%) (12,8-12,9%) 1, ,870.0 (87,1-87,2%) (13,7-14%) 2, ,128.4 (86-86,3%) (15,5-15,9%) 2, ,355.3 (84,1-84,5%) (17,4-17,9%) 2, ,615.5 (82,1-82,6) Catatan: Total Kebutuhan Investasi: Rp Triliun Peran Investasi Pemerintah: Rp 1.816,7 Triliun (14,6%) Peran Investasi Swasta: Rp ,3 Triliun (85,4%) Investasi Swasta berasal dari PMA/PMDN Skala Besar, Investasi sektor Migas dan Pertambangan, Investasi Jasa Keuangan, serta Investasi UMKM dan Koperasi 3

4 Persentase (%) Pertumbuhan PDB 1 Kondisi Perekonomian dan Iklim Investasi Laju Pertumbuhan PDB Indonesia *) Source: IMF World Economic Outlook, October 2013 Note: 2013 *) as IMF projection; BPS report Indonesia GDP hit 5.62% in Q

5 Rp. Triliun 1 Kondisi Perekonomian dan Iklim Investasi Kinerja Investasi di Indonesia Realisasi Investasi di Indonesia (dalam Triliun Rupiah) Excl. migas dan sektor finansial Projek Baru dan Perluasan Realisasi PMDN Jan-Dec 2013: Rp T, naik39.0% dari periode yang sama di 2012 (Rp 92.2 T). Realisasi PMA Jan-Dec 2013: Rp T, naik 22.4% dari periode yang sama di 2012 (Rp 221 T). Dari , ada 53% projek investasi baru senilai Rp. 621,1 T, dan 47% projek perluasan senilai Rp. 550,5 T Baru Perluasan Source: BKPM 5

6 1 Kondisi Perekonomian dan Iklim Investasi Realisasi Investasi berdasarkan Koridor Ekonomi January December 2013 Sumatera Rp. 55 T (13.8%) PMA Java Rp. 230 T (58.7%) Kalimantan Rp. 55 T (13.8%) PMDN dan PMA (dalam Triliun Rupiah) Sulawesi Rp T (4.4%) Bali & Nusa Tenggara Rp T (3.2%) Papua & Maluku Rp T (7%) PMDN Berdasarkan Koridor Ekonomi pada January December 2013, realisasi tertinggi dari PMDN dan PMA adalah Koridor Jawa. Untuk realisasi PMA tertinggi selanjutnya Sumatera, Maluku dan Papua, Sulawesi, terakhir Koridor Bali dan Nusa Tenggara. Untuk realisasi PMDN tertinggi selanjutnya adalah Kalimantan, Sumatera, Bali and Nusa Tenggara, Sulawesi, terakhir Koridor Maluku dan Papua. Sumber:BKPM 6

7 Kebijakan Nasional Penanaman Modal UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal PERLAKUAN YANG SAMA Perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional JAMINAN HAK MELAKUKAN REPATRIASI INVESTASI DAN KEUNTUNGAN Investor diberikan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing PRINSIP DASAR UU NO. 25/2007 SEKTOR BISNIS Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan (Daftar Negatif) FASILITAS PENANAMAN MODAL Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal Fasilitas Fiskal dan Nonfiskal PELAYANAN PENANAMAN MODAL Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal, BKPM memiliki tugas dan fungsi, antara lain, mengkoordinasikan dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) 7

8 2 Daya Saing Indonesia Indonesia: Top 4 Prospective host economies for

9 2 Daya Saing Indonesia Indonesia rank 38 from 144 economies in Global Competitiveness Index (GCI) No. Countries Ranking Swiss USA Singapura Jepang Malaysia China Thailand Indonesia India Brazil Russia Vietnam Filipina s/d 148 Total Source: World Economic Forum 9

10 2 Daya Saing Indonesia Indonesia Rank with Other Countries in Ease of Doing Business 2014 Singapore 16 Indonesia Ranked 120 from 189 economies for Ease of Doing Business 2014 Malaysia 6 Thailand 18 Regional Average (East Asia & Pacific) 88 China 96 Vietnam 99 Philippine 108 Indonesia 120 India 134 Source: EODB, IFC report

11 2 Daya Saing Indonesia JBIC Survey : Ranking of Promising Countries For Overseas Business Rank China China China China China China China China Indonesia 2 India India India India India India India India India 3 Thailand Vietnam Vietnam Vietnam Vietnam Vietnam Thailand Indonesia Thailand 4 Vietnam Thailand Thailand Russia Thailand Thailand Vietnam Thailand China 5 USA USA Russia Thailand Rusia Brazil Indonesia & Brazil Viet Nam Vietnam 6 Russia Russia USA Brazil Brazil Indonesia - Brazil Brazil 7 Korea Brazil Brazil USA USA Russia Russia Mexico Mexico 8 Indonesia Korea Indonesia Indonesia Indonesia USA USA Rusia Myanmar 9 Brazil Indonesia Korea Korea Korea Korea Malaysia USA Rusia 10 Taiwan Taiwan Taiwan Taiwan Malaysia Malaysia/ Taiwan Taiwan Myanmar USA Source: Japan Bank for International Cooperation (JBIC) 11

12 2 Daya Saing Indonesia JBIC Survey : Ranking of Promising Countries For Overseas Business The Survey Report on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies 2013 launched on November 29 th Indonesia ranked in the FIRST place, above: (2) India, (3) Thailand, (4) China, (5) Vietnam, (6) Brazil, (7) Mexico, (8) Myanmar, (9) Russia, and (10) United States. Positive factors influenced Indonesia rank: 1. Future growth potential of local market 2. Inexpensive source of labor 3. Current size of local market 4. Supply base for assembler 5. Industrial cluster development However, negative issues still became concerned from Japanese investors, among others: 1. Rising labor costs 2. Underdeveloped infrastructures 3. Execution of legal system unclear (frequent changes) 4. Intents competition with other companies 5. Difficult to secure management-level staff. 12

13 3 Kebijakan Penanaman Modal UU NO25 TAHUN 2007 tentang Penanaman Modal Dalam Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi. Oleh karena itu, upaya Pemerintah untuk mendorong kegiatan penanaman modal hendaknya mampu menciptakan sinergi yang saling menguntungkan antara pelaku usaha besar, menengah, kecil dan koperasi. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal: 1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional 2. menciptakan lapangan kerja 3. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan 4. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional 5. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional 6. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan 7. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dan 8. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 13

14 3 Kebijakan Penanaman Modal UU NO25 TAHUN 2007 tentang Penanaman Modal Kebijakan Dasar Penanaman Modal (1) Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk: a. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan b. mempercepat peningkatan penanaman modal. (2) Dalam menetapkan kebijakan dasar, Pemerintah: a. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional; b. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. (3) Kebijakan dasar diwujudkan dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal. 14

15 Kebijakan Nasional Penanaman Modal UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal PERLAKUAN YANG SAMA Perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional JAMINAN HAK MELAKUKAN REPATRIASI INVESTASI DAN KEUNTUNGAN Investor diberikan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing PRINSIP DASAR UU NO. 25/2007 SEKTOR BISNIS Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan (Daftar Negatif) FASILITAS PENANAMAN MODAL Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal Fasilitas Fiskal dan Nonfiskal PELAYANAN PENANAMAN MODAL Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal, BKPM memiliki tugas dan fungsi, antara lain, mengkoordinasikan dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) 15

16 Kebijakan Nasional Penanaman Modal 7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL 1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal 2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal 3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi 4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment) 5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) 6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal 7. Promosi Penanaman Modal RUPM (Rencana Umum Penanaman Modal) Sampai dengan

17 Kebijakan Nasional Penanaman Modal Fokus Investasi Infrastructure Main Goals Diversifikasi Ekonomi Lebih banyak Nilai Tambah Daya Saing Food Energy Source: BKPM, 2011 Didukung oleh sektor manufaktur (melalui backward & forward linkages) Pendekatan klaster industri 17

18 3 Kebijakan Penanaman Modal PERPRES NOMOR 36 TAHUN 2010: Daftar Negatif Investasi 1. DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP (LAMPIRAN I): Dilarang bagi kegiatan penanaman modal baik untuk penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing. 2. DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN (LAMPIRAN II): a. Dicadangkan untuk UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi) b. Kemitraan c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu e. Perizinan khusus f. Modal dalam negeri 100% g. Kepemilikan modal asing serta lokasi h. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing i. Modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus j. Persyaratan kepemilikan modal asing dan/atau lokasi bagi penanam modal dari negara-negara ASEAN 18

19 3 Kebijakan Penanaman Modal Sedang dilakukan REVISI PERPRES 36 TAHUN 2010 LATAR BELAKANG PERUBAHAN: 1. Peningkatan kegiatan penanaman modal di Indonesia. 2. Pelaksanaan komitmen Indonesia dalam kaitannya dengan Association of Southeast Asian Nations/ ASEAN Economic Community (AEC). PRINSIP PERUBAHAN: 1. Mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing nasional. 2. Menjaga pertumbuhan perekonomian Indonesia dan mengantisipasi dampak perlambatan perekonomian global dengan mendorong peningkatan investasi PMDN dan PMA. 3. Kebijakan Penanaman Modal yang lebih terbuka, sederhana, dan memberikan kepastian kepada investor. 4. Menyesuaikan dengan Undang-Undang dan peraturan terkait sehingga memberikan kepastian hukum. 5. Harmonisasi dan penyederhanaan pengaturan bidang usaha. 19

20 4 Insentif Penanaman Modal IMPOR BARANG MODAL Pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 jo PMK Nomor 76/PMK.011/2012 Diberikan kepada industri yang menghasilkan barang dan industri yang menghasilkan jasa. Pembebasan bea masuk diberikan sepanjang mesin, barang dan bahan tersebut : a. Belum diproduksi di dalam negeri; b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri Daftar Industri Jasa yang mendapat Fasilitas Pembebasan Bea Masuk: 1. Pariwisata dan Kebudayaan 2. Transportasi/Perhubungan (untuk Jasa Transportasi Publik) 3. Pelayanan Kesehatan Publik 4. Pertambangan 5. Konstruksi 6. Industri Telekomunikasi 7. Kepelabuhan 20

21 4 Insentif Penanaman Modal Pajak Penghasilan Pribadi Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun Rentang Penghasilan Tarif (Rp. Juta) < 25 5% % % % % % > % Pengurangan Tarif PPh Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka. Pengurangan tarif pajak penghasilan 5% dari tingkat tertinggi (dari 25% menjadi 20%) apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh persen) atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) Pihak. Insentif Daerah Berbagai insentif investasi atau fasilitas yang akan disediakan oleh pemerintah daerah, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah. 21

22 4 Insentif Penanaman Modal Peraturan Pemerintah No 52 Tahun 2011 TAX ALLOWANCE Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2007 jo No. 62 Tahun 2008 jo No. 52 Tahun 2011 Fasilitas yang diberikan: Pengurangan pendapatan bersih 30% dari total investasi, dibebankan dalam 6 tahun dengan masing-masing 5% per tahun. Pembebanan biaya penyusutan dan amortisasi yang dipercepat (bangunan dan non-bangunan) Kompensasi kerugian diperpanjang dari 5 tahun menjadi paling lama 10 tahun. Ketentuan khusus dalam PP No. 52 Tahun 2011: Fasilitas ini juga dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang telah mendapat izin penanaman modal sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini sepanjang: a. Memiliki rencana penanaman modal paling sedikit Rp1 Triliun; dan b. Belum beroperasi secara komersial pada saat PP 52/2011 diundangkan. 22

23 4 Insentif Penanaman Modal Peraturan Pemerintah No 52 Tahun 2011 Perkembangan Jumlah Bidang Usaha dan Daerah Tertentu Penerima Fasilitas Tax Allowance Fasilitas PPh PP 1/2007 PP 62/2008 PP 52/2011 Lampiran I Lampiran II Jumlah Penyesuaian bidang usaha dan daerah tertentu dilakukan dengan memperhatikan: Mendukung hilirisasi; Mendukung Kebijakan Industri Nasional dan MP3EI; Pengembangan di wilayah Indonesia Bagian Timur, antara lain: Industri Garam di Nusa Tenggara Timur Industri Ingot Kuningan, Ingot Alumunium, Ingot Tembaga, dan Logam Dasar Bukan Besi Lainnya di Kalimantan, Papua, Maluku, dan Sulawesi. Pengembangan UMKM melalui usaha kemitraan dengan usaha yang mendapat fasilitas. 23

24 5 Langkah-langkah dalam Menghadapi Tantangan Asean Economy Community 2015 Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia dalam AEC 2015 DAYA SAING Penyebab : 1. Buruknya kinerja perekonomian nasional 2. lemahnya peningkatan produksi dan inovasi, dan nilai praktik manajerial yang belum profesional INFRASTRUKTUR TANTANGAN Keterbatasan infrastruktur, baik fisik maupun teknologi, dan infrastruktur dasar terkait kebutuhan kesehatan & pendidikan masyarakat SUMBER DAYA MANUSIA Penyebab : 1. Pasar tenaga kerja yang belum optimal 2. Rendahnya produktivitas tenaga kerja 3. Buruknya efisiensi kelembagaan pemerintah dalam mengembangkan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan kebijakan fiskal 24

25 5 Langkah-langkah dalam Menghadapi Tantangan Asean Economy Community 2015 Pengembangan sumber daya manusia Mengembangkan SDM Indonesia agar memiliki keahlian di atas keahlian SDM Asing (hard skill, soft skill, moral, dan etika) Peningkatan SDM berpengaruh terhadap peningkatan nilai jual produk, maupun nilai jual tenaga kerja Peningkatan daya saing industri Meningkatkan kualitas produk dan mengatasi persaingan pemasaran produk Memperbaiki nilai manajerial dalam kegiatan industri Pemanfaatan modal dan tenaga kerja secara optimal dalam perindustrian Penegakkan hukum yang tegas terhadap produk ilegal Penguatan pasar domestik Memberikan investasi yang memadai untuk para pengusaha kecil dan melakukan pendampingan dalam kegiatan produksi serta manajemen usaha Memberikan akses pemasaran dan modal yang luas untuk para pengusaha domestik Pengawasan terhadap ekspor dan impor untuk melindungi produk domestik 25

26 5 Langkah-langkah dalam Menghadapi Tantangan Asean Economy Community 2015 Pemanfaatan UKM terkait Ekspor Impor dalam Menghadapi tantangan AEC 2015 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) TAHUN

27 6 Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina 27

28 6 Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina Kekuatan UKM Indonesia Kementerian Koperasi dan UKM menganggarkan untuk bidang produksi terdiri dari bantuan sosial senilai Rp45,2 miliar, dan anggaran fasilitasi senilai Rp21,16 miliar pada tahun ,89 juta unit serta jumlah koperasi sebanyak , pada akhir Tahun 2013 memberikan peluang dan tantangan menunjukkan eksistensinya siap bersaing dengan UKM negara lain Keberhasilan UKM meningkatkan perekonomian negara bisa terlihat pada data akhir Tahun 2013 yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,8 %. Rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dari 2009 sampai 2013 naik signifikan, yakni sebesar 5,9% per tahun. Kementrian Koperasi dan UKM akan mengalokasikan dana sebesar Rp 60 miliar untuk pengembangan program kewirausahaan untuk meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia mencapai 2 & dari populasi penduduk. Kelemahan UKM Indonesia Belum meratanya usaha UKM untuk menjaga dan meningkatkan daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif. Kurangnya peningkatan standar, desain, dan kualitas produk yang sesuai dengan standar ASEAN. Belum optimalnya usaha diversifikasi output dan stabilitas UKM 28

29 6 Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina Perkembangan Perekonomian Filipina Tahun 2014 The Asian Development Bank (ADB) di Manila menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Filipina tahun 2014 menjadi 6 % Filipina mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat selama 2 tahun ke depan karena belanja konsumen yang besar & investasi yang meningkat Pemerintah Filipina yang reformis dan manajemen yang hati-hati telah menjadi dasar yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi negara Filipina 29

30 6 Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina UKM Indonesia Masih kualitas rendahnya SDM Struktur kemitraan yang belum stabil dengan usaha besar Keterbatasan pengolahan bahan baku Pengetahuan ekspor dan impor masih belum kuat Kesulitan akses permodalan Lemahnya quality control terhadap produk Lemahnya kemampuan pemasaran yang luas UKM Filipina Mempunyai export zone Mempunyai orientasi ekspor Bahan baku lokal Perubahan pola subkontrak menjadi original equipment manufacturing (OEM) Belum stabilnya industrui manufaktur masuk dalam persaingan pasar Infrastruktur yang belum memadai secara optimal 30

31 6 Kasus Perekonomian Indonesia dan Filipina * Dapat disimpulkan bahwa perkembangan perekonomian Filipina berdasarkan UKM yang ada sudah mulai stabil dibandingkan Indonesia walaupun masih terdapat kelemahan di bidang infrastruktur dan industri manufaktur. * Peran pemerintah yang begitu maksimal mendukung peran UKM dalam perekonomian dan manajemen yang baik menjadikan Filipina memiliki dasar kestabilan perekonomian yang kuat. Bila dikaitkan dengan kemampuan dalam menghadapi tantangan dan peluang ekspor&impor dalam AEC 2015 nanti, Indonesia harus banyak belajar dari negara Filipina karena negara ini dapat terus meningkatan peran UKM yang berdampak positif bagi perekonomian negara 31

32 Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) CONTACT US BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta P.O. Box 3186, Indonesia P : F : E : info@bkpm.go.id TERIMA KASIH Invest in by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAGIAN I PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2 PERINGKAT GLOBAL MEMBAIK Realisasi Investasi (Rp Triliun) 313 399 463 +12,4%2 016 (y/y) 545 613 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Lebih terperinci

PENGUATAN IKLIM INVESTASI DAERAH DALAM MENDORONG INVESTASI DAN DAYA SAING DAERAH

PENGUATAN IKLIM INVESTASI DAERAH DALAM MENDORONG INVESTASI DAN DAYA SAING DAERAH November 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013

PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013 PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013 TOPIK BAHASAN I. UNDANG UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 tentang Penanaman Modal II. PERATURAN PRESIDEN NO. 27

Lebih terperinci

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT. SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 1 PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEKTOR TRANSPORTASI MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest invest in Rencana Pembatalan Surat Persetujuan/Izin Prinsip Penanaman

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi

Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved Upaya Peningkatan Daya Saing Bidang Ketenagalistrikan di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi Disampaikan pada acara Coffee Morning,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS

Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KINERJA INDUSTRI NASIONAL 2 EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PROGRAM/KEGIATAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL INDONESIA

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL INDONESIA KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL INDONESIA Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia

Lebih terperinci

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)

Lebih terperinci

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp

Lebih terperinci

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insentif Pajak untuk Investasi Insentif pajak untuk investasi merupakan sebuah keringanan pajak yang diberikan oleh negara untuk meningkatkan investasi di

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun SIARAN PERS Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun Jakarta, 26 Juli 2017 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kinerja BKPM Tahun 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini menguraikan

Lebih terperinci

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Februari 2014 Tema Undang-undang Perindustrian Sebagai

Lebih terperinci

REFORMASI DAN REGULASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI

REFORMASI DAN REGULASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI REFORMASI DAN REGULASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMULIHAN EKONOMI M. M. Azhar Lubis Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Pada Acara Seminar Nasional Mewujudkan Kepastian Hukum Melalui Reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara maju di kawasan Eropa masih belum sepenuhnya mereda. Permasalahan mendasar seperti tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

invest in Jakarta 19 Maret, 2015 indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest Invest in remarkable indonesia Invest in

invest in Jakarta 19 Maret, 2015 indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi daerah maupun nasional serta mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia, diperlukan peningkatan penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT Selasa, 6 Mei 2008 Jam 09.00 WIB Di Hotel Orchard Pontianak Selamat

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Profil Lembaga Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia. Sebagai penghubung utama antara dunia usaha

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur

Lebih terperinci

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Bidang Kebijakan Pajak dan PNBP II, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara I. Pendahuluan Pemerintah

Lebih terperinci

INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN

INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN invest in Yuliot, Dirrektur Deregulasi Penanaman Modal Badan oordinasi Penanaman Modal 2015 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved 1. DEREGULASI

Lebih terperinci

Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah

Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah Strategi Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Rangka Peningkatan Investasi Daerah Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya Bandung, 8 Maret 2017 2016 by Indonesian Investment

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATACARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL

PEDOMAN DAN TATACARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL In-depth discussion Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional Hotel Aston 12 May 2010 Jatnika Legal Research and Training Centre PEDOMAN DAN TATACARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL SEKTOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

Beberapa permasalahan menghambat pertumbuhan produk[vitas Indonesia

Beberapa permasalahan menghambat pertumbuhan produk[vitas Indonesia Beberapa permasalahan menghambat pertumbuhan produk[vitas Indonesia Rigiditas Pasar Tenaga Kerja Employment Protection Legislation Stringency Index Protection of permanent workers against (individual)

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL invest in remarkable INDONESIA Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG

Lebih terperinci

INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN

INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN INVESTASI DAN KETENAGAKERJAAN invest in Yuliot, Dirrektur Deregulasi Penanaman Modal Badan oordinasi Penanaman Modal 2015 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved 1. DEREGULASI

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5783 EKONOMI. Perdagangan. Kawasan Ekonomi Khusus. Fasilitas. Kemudahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 309). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

PERKA BKPM No. 5 Tahun 2013

PERKA BKPM No. 5 Tahun 2013 PERKA BKPM No. 5 Tahun 2013 Follow-Up PEDOMAN DAN TATACARA PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PENANAMAN MODAL Hotel The Pade Banda Aceh, 21 November 2013 O U T L I N E I. DASAR HUKUM UU NO. 10 TAHUN

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. 1. Faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pendapatan negara memiliki dua komponen yakni penerimaan dalam negeri dan hibah. Sebagaimana tercantum di dalam Nota Keuangan 0 pendapatan negara selain menjadi sumber pembiayaan

Lebih terperinci

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50% BAB VII PERPAJAKAN PERPAJAKAN DI INDONESIA DIRASAKAN KURANG BERSAING UNTUK MENARIK INVESTASI. Pandangan ini umumnya diutarakan dalam 3 hal, yaitu: pelayanan pajak yang rendah, tarif pajak yang kurang bersaing

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2015, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh Rencana Umum Penanaman Modal Aceh Dr. Nazamuddin, SE, MA Universitas Syiah Kuala Salah Satu MISI PEMBANGUNAN ACEH RPJM 2012-2017 Mewujudkan Peningkatan Nilai Tambah Produksi Masyarakat dan Optimalisasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah

Lebih terperinci

LAYANAN CEPAT INVESTASI

LAYANAN CEPAT INVESTASI Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015

Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015 Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015 PENDAHULUAN : Mengapa Indonesia Negara kaya, Pertumbuhan Ekonomi Meningkat, Namun Kesejahterannya

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, 1 Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, a. bahwa dalam rangka memacu pertumbuhan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN

RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN 2017-2025 MENIMBANG Melaksanakan Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Rencana Umum Penanaman

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

2 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komer

2 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komer TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. Pajak Penghasilan. Penanaman Modal. Fasilitas. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 77) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Strategi UKM Indonesia

Strategi UKM Indonesia Strategi UKM Indonesia I WAYAN DIPTA Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ILO/OECD Workshop for Policy Makers on Productivity and Working Conditions in

Lebih terperinci

Indonesia Economy : Challenge and Opportunity

Indonesia Economy : Challenge and Opportunity Indonesia Economy : Challenge and Opportunity NUNUNG NURYARTONO Go-Live Round Table Discussion Adelaide 7 November Outline A Fact on Indonesia Economy Problem and Challenge Opportunity Discussion 1 Indonesia

Lebih terperinci