BUKTI MATEMATIKAMENURUTWITTGENSTEIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKTI MATEMATIKAMENURUTWITTGENSTEIN"

Transkripsi

1 158 Suyitno, Bukti Matematika Menurut Wittgenstein BUKTI MATEMATIKAMENURUTWITTGENSTEIN Hardi Suyitno Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang ABSTRAK Bukti menunjukkanjenis kebenaran ilmu pengetahuan. Masalahjenis kebenaran suatu ilmu adalah masalah filsafat. Dalam artikel ini, bukti matematika dikaji berdasarkan pemikiran Wittgenstein. Hasil pembahasan menyatakan bahwa bukti merupakan konsep, penjamin kebenaran proposisi, dan memberi kepastian matematis. Hubungan proposisi matematika dengan bukti seperti hubungan permukaan tubuh dengan tubuh itu sendiri. Kesahihan suatu bukti matematika, diuji dengan logika formal. Hakikat matematika berlandaskan pada bukti kebenaran logis yang bersifat gramatik dan tidak berlandaskan pada basil eksperimen. Proses belajar matematika harus menekankan pembuktian. Kata kunci: bukti, proposisi, teorema. PENDAHULUAN Matematikawan tidak akan mempercayai apapun sebelum ada bukti, tetapi fisikawan akan mempercayai segalanya sebelum di buktikan salah. Joke itu menggambarkan perbedaan peran bukti dalam matematika dan peran bukti dalam fisika. Perbedaan peran bukti menunjukkan perbedaan hakikat kedua ilmu pengetahuan tersebut. Pembahasan tentang bukti dalam suatu ilmu merupakan pembahasan filsafat. Fakta menunjukkan bahwa banyak matematikawan yang tidak berminat pada filsafat (Soehakso, 1992). Menurut Suhakso banyak masalah filsafati dibalik matematika. Matematikawan banyak menggunakan konsep ketakterhinggaan, tetapi para matematikawan bel urn pernah berada di ketakterhinggan. Tidak ada matematikawan yang berani menjamin kebenaran pernyataan "Dua buah garis yang sejajar tidak berpotongan" yang berbeda dengan pernyataan "Dua buah garis yang sejajar berpotongan di tak terhingga". Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang hakikat kebenaran matematika. Akibat dari kekacauan atas pemahaman terhadap hakikat kebenaran suatu ilmu pengetahuan dapat menimbulkan kerancuan dalam penggunaan ilmu tersebut dalam kehidupan manusia. Bahaya mempelajari suatu pengetahuan tanpa memperhatikan persoalan-persoalan filsafati dapat menimbulkan kesalahan, kekacauan, atau kebingungan dalam penerapannya. Berikut adalah contoh pemikiran logikawan yang tidak mempertimbangkan aspek aksiologis suatu pengetahuan: proposisi "Suti melahirkan kemudian nikah" dalam logika dapat ditulis secm a simbolik "p 1\ q" dan proposisi "Suti nikah kemudian melahirkan" dalam logika dapat ditulis secara simbolik "q 1\ p". Menurut hukum logika, proposisi majemuk "p 1\ q" ekuivalen dengan "q 1\ p" untuk p dan q proposisi elementer sembarang. Logiwan tersebut berkesimpulan bahwa "Suti melahirkan kemudian nikah" bernilai sama dengan "Suti nikah kemudian

2 Jurna/ MIPA Vol. 30 No. 3, Desember KARAKTERISTIKHABITATRAYAPTANAH Macrotermes gilvus Hagen DITAMANNASIONAL UJUNG KULON Niken SubektP, Dedy DuryadP, Dodi Nandika 3, Surjono Surjokusumo4, dan Syaiful Anwar 1 >Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang,Kampus Sekaran Gunungpati Semarang >Departemen Biologi,Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga Bogor 3 l.4ldepartemen Teknologi Hasil Hutan,IPB, Kampus IPB Darmaga Bogor 5)Departemen Tanah danan Sumberdaya Lahan,IPB, Kampus IPB Darmaga Bogor ABSTRAK Macrotermes gilvus Hagen merupakan rayap dari famili Termitidae yang tinggal di dalam tanah. Pada habitatnya di dalam tanah, M gilvus dapat berperan sebagai konsumen, dekomposer dan hama bagi bahan yang berselulosa. Melalui peranannya sebagai konsumen dan dekomposer, M gilvus dapat mempercepat pengembalian unsur hara ke dalam tanah. Penelitian dilakukan di taman nasional ujung kulon dengan ketinggian (1 00 mdpl). Penelitian bertujuan mengetahui sebagian dari karakteristik tanah yang merupakan habitat rayap macrotermes gilvus Hagen, sehingga diperoleh gambaran mengenai kondisi habitat rayap terse but. Dalam hal ini habitat rayap M gilvus dibatasi pada sarang dan tanah sekitar sarang. Parameter yang diamati meliputi tekstur, bobot isi, porositas, kadar air, kandungan karbon organik, kandungan nitrogen total, nisbah C/ N, ph tanah serta suhu sarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tanah pada sarang M gilvus berbeda nyata dengan tanah disekitar sarang dalam hal bobot isi, porositas tanah, dan kandungan N total, sementara persamaannya terdapat dalam tekstur tanah, kadar air, kandungan C organik, suhu dan ph tanah. Kata Kunci: habitat, macrotermes, karakteristik tanah. PENDAHULUAN Rayap merupakan komponen biotik suatu ekosistem yang ada di alam. Rayap dalam ekosistem tersebut secara keseluruhan mempakan pengguna energi, konsumen tingkat pertama dan dekomposer bahan organik. Rayap mampu menghancurkan dan mengkonsumsi bagian-bagian tumbuhan mati atau hid up dan sekaligus menguraikannya menjadi bahan anorganik dengan memanfaatkan simbiosis dengan organisme lain di dalam sistem pencernaannya. Akibat perilakunya terse but, rayap dapat mengubah sifat fisik dan sifat kimia tanah daerah yang ditempatinya (Nandika et al., 2003). Macrotermes gilvus Hagen merupakan salah satu jenis rayap dengan bukit sarang yang tinggi. Di Asia Tenggara biasanya tinggal pada ketinggian 800 mdpl (Tarumingkeng, 2000). Keberadaan di daerah DKI Jakarta, Bogar, Cikampek dan daerah lainnya telah menimbulkan kerusakan yang besar, baik pada bangunan maupun pada tanaman pertanian dan perkebunan. Tanah bagi rayap berguna sebagai tempat hidup dan dapat mengisolasi dari tempertatur dan kehilangan kelembaban ekstrim. Tanah bagi rayap berguna sebagai tempat hidup dan dapat mengisolasi rayap dari suhu serta kelem-

3 228 baban yang sangat ekstrim. Keberadaanjenis rayap tertentu dapat meningkatan kesuburan tanah, karena aktivitas rayap dapat mengubah profil tanah, mem-pengaruhi tekstur tanah dan pendistribusian bahan organik (Meyer et a/., 2003). Rayap hidup pada tipe tanah tertentu. Namun seeara umum rayap tanah lebih menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat. Serangga ini tidak menyukai tanah berpasir karena tipe tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang rendah (Traun & Perry, 2000). Setiap spesies rayap tanah, pada setiap tipe tanah umumnya berbeda, akan tetapi sebagian besar rayap menyukai tipe tanah yang mengandung liat. Hal ini dikarenakan liang kembara yang dibuat oleh rayap baik didalam tanah atau pada saat menyerang benda yang terdapat diatas tanah akan lebih stabiljika menggunakan tanah liat (Evans, 2003 ). Penelitian ini meneoba mengung-kapkan sebagian dari karakteristik tanah yang merupakan habitat M gilvus. Habitat yang diteliti dibatasi pada sarang dan tanah tempat sarang terse but berada. Diharapkan penelitian ini memberi masukan data yang bermanfaat bagi pengelola rayap M. gilvus Hagen. Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui sebagian dari karakteristik tanah habitat rayap tanah M gilvus yang meliputi tekstur, bobot isi, porositas, kadar air, suhu sarang, karbon organik, nitrogen total, nisbah C/N dan ph tanah serta membandingkannya dengan karakteristik tanah di sekitamya. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada komunitas hutan alam, Taman Nasional Ujung Kulon Sementara itu, untuk pengujian, dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Laban, Institut Pertanian Bogor. Penentuan luas area dengan menggunakan petak eontoh (sampling plot) dibuat pada dua lokasi yaitu sarang rayap macrotermes gilvus Hagen dan tanah disekitar sarang. Klasifikasi Subekti dkk., Karakteristik Habitat Rayap Tanah koloni menggunakan metode Meyer (2001) yaitu ukuran sarang keeil (0-1 meter), sedang(l- 1,99 meter) dan besar ( e" 2 meter). Contoh tanah diambil dengan membenamkan ring sampler pada kedalaman 0-20 em (zona luar), em (zona tengah ) dan em (zona dalam). Parameter yang diukur adalah suhu, ph, Profil Tanah, dan Tekstur Tanah, Kandungan Bahan Organik, Kadar C Organik dan Nitrogen Total. HASIL DAN PEMBAHASAN Tekstur Tanah Berdasarkan pengujian dengan menggunakan ANOVA, perbandingan fraksi liat antara tanah dalam sarang dan tanah sekitar sarang tidak berbeda nyata. Kisaran fraksi pasir, debu dan liat pada tanah dalam sarang ditunjukkan dalam Tabel 1. Perubahan dalam tekstur, bobot isi dan porositas menyebabkan perubahan dalam kepadatan tanah, struktur tanah, drainase dan aerasi tanah. Pada sarang M gilvus tanah terlihat lebih padat, struktur lebih pejal dan kompak, aerasi lebih baik, dan draineasenya menjadi lebih buruk. Adanya kondisi tanah yang buruk seperti diatas dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Long et al., 2001). Oleh karena itu perlu adanya pengolahan tanah hutan yang intensif untuk menanggulangi kondisi tanah tersebut. Bobot lsi dan Porositas Tanah Pada Tabel 2 terlihat bobot isi tanah terkecil adalah tanah sarang M gilvus dan bobot isi tanah terbesar terletak pada tanah sekitar sarang. Bobot isi tanah antara tanah pada sarang dan tanah sekitar sarang pada lokasi penelitian berbeda nyata. Keeilnya bobot isi tanah pada sarang ini disebabkan banyaknya liang kembara, terdapatnya ruangan-ruangan dalam sarang dan meningkatnya porositas tanah. Pada tanah sekitar sarang, bobot isi tanah terlihat sangat besar, hal ini karena kandungan bahan organiknya relatif lebih sedikit. Tanah yang mengandung bahan organik sedikit akan

4 Jurnal MIPA Vol. 30 No. 3, Desember Tabel 1. Kandungan Fraksi Pasir, Debu dan Liat pada Sarang Rayap Macrotermes Tanah dalam Sarang dan Tanah Sekitar Sarang pada Taman Nasional Ujung Kulon LO:KASI Sekitar Sekitar Sekitar TEKSTUR Pasir (%) Debu (%) Liat (%) 30.77± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±61.78 memiliki bobot isi tanah yang tinggi. Jika dilihat kisaran dan keragaman bobot isi tanah masingmasing lokasi terlihat bahwa tanah sarang rayap M. gilvus keragaman lebih besar dibanding tanah disekitar sarang. Adanya liang kembara dan ruangan-ruangan dalam sarang yang tidak merata serta keberadaan tumbuhan telah meningkatkan keragaman bobot isi tanah pada lokasi penelitian. Porositas tanah merupakan jumlah menyebabkan tingginya porositas tanah sarang rayap M gilvus. Kandungan bahan organik yang lebih tinggi diduga menyebabkan porositas pada tanah sekitar sarang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah pada sarang. Kadar Air Seperti terlihat pada Tabel 3, kadar air tanah pada sarang dan tanah sekitar sarang pada lokasi penelitian relatif sama dan tidak Tabel 2. Kandungan Bobot lsi dan Porositas pada Sarang Rayap Macrotermes Tanah di dalam Sarang dan Tanah Sekitar Sarang pada Taman Nasional Ujung Kulon. Sekitar Sekitar Sekitar Sarang_ Macrotermes (S) Bobot lsi(%) Porositas (%) ruang pori total dalam tanah. Banyaknya ruang pori dengan dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tinggi hila bahan organiknya tinggi (Anwar & Sudadi, 2007). Tanah berstruktur remah dan granuler memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan tanah yang berstruktur massive (pej a!) dan tanah berstruktur pasir memiliki porositas lebih rendah dibanding tanah yang berstruktur liat. Banyaknya lubang kembara, ruangan-ruangan dalam sarang, kandungan liat yang tinggi menunjukkan adanya perbedaan nyata. Keadaan tersebut disebabkan kandungan tekstur tanah dan karbon organik pada lokasi penelitian sama atau tidak berbeda nyata. Tekstur tanah dan C organik mempengaruhi besar kecilnya ruang pori yang dapat ditempati air dan mempengaruhi kemampuan menahan air dalam tanah sehingga menentukanjumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Karena kandungan tekstur dan C organiknya sama, maka kadar air tanahnya juga sama. Dilihat dari keragamannya, tanah sekitar

5 230 Subekti dkk., Karakteristik Habitat Rayap Tanah sarang memiliki keragaman paling kecil, sehingga kadar air tanah pada lokasi tersebut dikatakan lebih homogen di setiap titik. Hal ini karena pada setiap titik memiliki karakteristik dan kondisi yang relatif sama. bahan organik pada daerah tertentu seperti kebun cendawan menyebabkan terjadinya fluktuasi C organik yang besar (Hyodo et al., 2000). Besarnya N total dalam sarang ini diduga Tabel 3. Kandungan Kadar Air pada Sarang Rayap Macrotermes Tanah di dalam Sarang dan Tanah Sekitar Sarang pada Taman Nasional Ujung Kulon. Sekitar Sekitar Sekitar Rata-rata(%) Karbon Organik, Nitrogen Total dan Nisbah C/N Karbon organik pada tanah dalam sarang M gilvus, dan tanah disekitar sarang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Terlihat pada Tabel rata-rata C organik tersebut berdekatan pada lokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan bahwa kandungan C organik dalam sarang rata-rata sama dengan tanah berasal dari bahan makanan dan tanahnya yang mengandung N yang tinggi. Akumulasi nitrogen melalui proses pengangkutan air dan tanah serta bahan organik telah meningkatkan N total dalam tanah. Senyawa nitrogen dalam fraksi organik tanah terdapat dalam tanah untuk waktu yang cukup lama. Ketahanannya dalam tanah sangat kuat sehingga hanya sebagian kecil dari cadangan nitrogen tanah Tabel 4. Kandungan Karbon Organik, Nitrogen Total dan Nisbah C/N pada Sarang Rayap Macrotermes Tanah dalam Sarang dan Tanah Sekitar Sarang pada Taman Nasional Ujung Kulon. Karbon Organik Nitrogen Total %) 0.68± 0.89 Sekitar 0.56± ±1.69 Sekitar 1.79± ± 1.73 Sekitar 2.21±2.66 (%) Nisbah C/N 0.07± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±13 sekitar sarang. Dilihat keragamanannya, terlihat bahwa tanah padas arang memiliki keragaman lebih kecil. Diduga kondisi vegetasi dan bahan organik yang merata di seluruh areal menyebabkan kandungan karbon organik dalam tanah relatif lebih stabil. Sedangkan pada tanah sarang rayap adanya penumpukan yang mengalami demineralisasi setiap musim tumbuh. Ketahanan nitrogen ini diduga telah meningkatkan jumlah N total dalam tanah (Hernandez, 2001 ). Ditinjau dari kesuburan tanah, pengaruh keberadaan rayap terhadap kandungan N total ini sangat merugikan. Koloni rayap mengang-

6 Jurnal MIPA Vol. 30 No. 3, Desember 2007 kut bahan organik dari sisa-sisa tanaman ke dalam sarang dan sekaligus menguraikannya, sehingga terjadi akumulasi unsur hara di dalam sarang (seperti N dan P) dan terjadi kekurangan unsur hara diluar sarang. Hal ini terbukti dari basil penelitian ini dimana kandungan N dalam sarang lebih besar dibanding di luar sarang. Kekurangan unsur 231 Derajat Keasaman (ph) J ika dilihat keragamannya ternyata keragaman ph tanah disekitar sarang paling kecil. Jenis vegetasi yang relatif sama pada tanah disekitar sarang diduga menyebabkan ph tanahnya relatif homogen. Berdasarkan kisaran ph tanah, maka ph tanah pada lokasi penelitian terletak antara 5,2-6,3 sehingga Tabel 5. Kandungan ph pada Sarang Rayap Macrotermes Tanah di dalam Sarang dan Tanah Sekitar Sarang di Taman Nasional Ujung Kulon. Zona Luar Zona Tengah Zona Dalam Sekitar Sekitar Sarang Macrotermes(M) Sekitar hara diluar sarang ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. J ika dilihat kisaran dan keragamannya, terlihat bahwa sarang rayap memiliki kisaran N total yang kebar dan keragaman yang besar. Adanya proses kanibalisme dan bahan organik pada tempat tertentu (misalnya pada kebunjamur) diduga menimbulkan fluktuasi N yang besar. Nisbah C/N tanah sarang, tanah disekitar sarang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel memperlihatkan nisbah C/N yang tidak berbedajauh dari lokasi penelitian diatas bahkan antara tanah sekitar sarang memiliki nisbah C/N yang sama. Kebersamaan nisbah C/N pada lokasi penelitian disebabkan kandungan karbon organik dan N totalnya dapat dikatakan sama. lokasi penelitian ini termasuk daerah asam. Selisih ph tanah sarang rayap M gilvus dengan tanah disekitar sarang terlihat kecil sekali (0,07), hal ini sesuai bahwa perbedaan ph tanah an tara sarang dengan tanah disekitar sarang adalah kecil. Perbedaan ph yang kecil dalam penelitian ini disebabkan sarang rayap tanah disekitar sarang berada pada lingkungan dengan vegetasi yang sama. Suhu Suhu sarang rayap dijelaskan oleh. Bahwa suhu rata-rata dalam sarang sekitar.dan tidak bervariasi melebihi 0,5 oc dalam setahun. Sedangkan menurut (Wood, 1988) menyatakan bahwa suhu 30 C merupakan suhu yang optimal bagi aktivitas rayap tanah. Tabel 6. Kandungan Suhu pada Masing-Masing Zona Sarang Rayap Macrotermes Tanah di Taman Nasional Ujung Kulon Zona Luar Zona Tengah ZonaDalam

7 232 Jika dilihat rata-rata suhu antar zona, maka zona luar 30,3 o C zona tengah 30,1 oc dan zona dalam 29,3 C. Keragaman yang lebih kecil pada zona dalam menunjukkan suhu dipusat sarang lebih konstan. Perbedaan keragaman suhu anatar zona diduga sebagai cara untuk mempertahankan kestabilan suhu dipusat sarang. PENUTUP Karakteristik tanah pada sarang M gilvus, tanah dalam sarang dan tanah sekitar sarang memiliki persamaan dan perbedaan. Per-samaan karakteristik tanah antara sarang rayap M gilvus dan tanah di sekitar sarang dalam hal kandungan fraksi pasir, debu dan liat; kadar air tanah, C organik, nisbah C/N dan ph tanah. Sementara perbedaannya dalam hal bobot isi tanah, porositas dan kandungan N total. Berdasarkan komposisi kandungan tekstur tanahnya, maka keempat lokasi diatas memiliki kelas tekstur tanah liat dan termasuk daerah asam. Suhu sarang M gilvus secara keseluruhan sebesar 28,03 oc, dengan zona dalam sebagai zona yang paling konstan suhunya. DAFTAR RUJUKAN Anwar, S. dan U. Sudadi Kimia Tanah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Laban, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Evans, T.A The Influence of Soil Heterogeneity on Exploratory Tunneling by the Subterranean Termite Coptotermes frenchi (Isoptera : Rhinotermitidae ). Bull of Entomological Research. 93: Hernandez, D.L Nutrient Dynamics (C,N, and P) in Termite Mounds of Nasutitermes Ephratae From Savannas of The Orinoco Llanos. Soil Biology & Biochemistry. 33: Subekti dkk., Karakteristik Habitat Rayap Tanah Hyodo, F., T. Inoue, J.I. Azuma, I. Tayasu, and T. Abe Role ofthe Mutualistic Fungus in Lignin Degradation in The Fungus Growing Termite macrotermes gilvus (Isoptera:Macrotennitidae ). Soil Biology and Biochemistry. 32: Long, C.E., B.L. Thorne, N.L. Breisch, and L. W. Douglass Effect of Organic and Inorganic Landscape Mulches on Subterranean Termite (Jsoptera: Rhinotermitidae) Foraging Activity. Entomological Society of America. 46: Meyer, V. W. 200 I. Intracolonial Demography, Biomass and Food Consumption of macrotermes natalensis (Haviland)(Isoptera: Termitidae) Colonies in The Northern Kruger National Park, South Africa. Petoria: Department of Zoology and Entomology University of Petoria. Meyer, V.W., R.M. Crewe, and L.E.O. Braack Estimates of Food Consumtion by the Fungus-Growing Termite macrotermes natalensis in South African Savanna-Woodland. South African Journal of Science. 99. Nandika, D., Y. Rismayadi, dan F. Diba Rayap, Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Tarumingkeng, R.C Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan. Jakarta: UKRIDA Press. Traun, M.A. and D.H. Perry Distribution and Characteristics of Mound Building Termites (Isoptera) in Western Australia. Journal of the Royal Society of Western Australia. 81: Wood, T.G. and K.E. Lee Termites and Soils. London and New York: Academic Press.

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG Shofi Annisa, Retno Hestiningsih, Mochamad Hadi Bagian Entomologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4.1. Karakteristik Fisik Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori 4.1.1. Bobot Isi Tanah Hantaran hidrolik merupakan parameter sifat fisik tanah yang berperan dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG Physical Characterization and Soil Moisture at Different Reclamation s Age of Mined Land Rahmat Hidayatullah Sofyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat potensial. Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas Comosus) Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurun waktu 30 tahun terakhir, negara-negara industri mulai berpendapat bahwa pertanian modern yang memberikan hasil panen tinggi ternyata menimbulkan dampak terhadap

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Annisa Savitri* ), Ir. Martini**), Sri Yuliawati** ) * ) Mahasiswa Peminatan Entomologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah Volume 5 No. 3 Oktober 2017 ISSN 2302-6944, e-issn 2581-1649 PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR St. Chadijah chwdijah@gmail.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanah merupakan faktor produksi yang penting. Keseimbangan tanah dengan kandungan bahan organik, mikroorganisme dan aktivitas biologi serta keberadaaan unsur-unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya 110 Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya (Characteristic of Population Subterranean Termites Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae)

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan. 3. METODOLOGI 3.1. Rancangan penelitian Penelitian yang dilakukan berupa percobaan lapangan dan laboratorium yang dirancang sesuai tujuan penelitian, yaitu mengkaji struktur komunitas makrozoobenthos yang

Lebih terperinci

KOMPOSISI RAYAP DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT DI KANAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

KOMPOSISI RAYAP DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT DI KANAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL KOMPOSISI RAYAP DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT DI KANAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL RIDO AIDI NIM: 09010186 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City *) **) Thyar Deby Yuhara *), Sri Yuliawati **), Praba Ginandjar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia (Rahmawaty,

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Sukagalih terletak di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Desa tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil budidaya sayuran organik

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang 21 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Kegiatan penambangan menyebabkan perubahan sifat morfologi tanah seperti tekstur, konsistensi, struktur, batas antar lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gulma siam (Chromolaena odorata) tercatat sebagai salah satu dari gulma tropis. Gulma tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (dapat mencapai 20 mm per

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan air di dalam tanah merupakan salah satu aspek penting yang diperhitungkan dalam pengelolaan lahan diantaranya pada bidang pertanian, konstruksi bangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor pertanian. Perkebunan juga berperan dalam membangun perekonomian nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA 5 Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari kelas Artropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

TULISAN PENDEK. Beberapa Catatan Tentang Aspek Ekologi Cacing Tanah Metaphire javanica (Kinberg, 1867) di Gunung Ciremai, Jawa Barat.

TULISAN PENDEK. Beberapa Catatan Tentang Aspek Ekologi Cacing Tanah Metaphire javanica (Kinberg, 1867) di Gunung Ciremai, Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia 4(5):417-421 (2008) TULISAN PENDEK Beberapa Catatan Tentang Aspek Ekologi Cacing Tanah Metaphire javanica (Kinberg, 1867) di Gunung Ciremai, Jawa Barat Hari Nugroho Bidang Zoologi,

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

SEBARAN DAN KARAKTER MORFOLOGI RAYAP TANAH

SEBARAN DAN KARAKTER MORFOLOGI RAYAP TANAH 27 SEBARAN DAN KARAKTER MORFOLOGI RAYAP TANAH Macrotermes gilvus Hagen DI HABITAT HUTAN ALAM (Distribution and Morphology Characteristic of Macrotermes gilvus Hagen in The Natural Habitat) Niken SUBEKTI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing sutra (Tubifex. sp) merupakan pakan alami yang rata-rata berukuran panjang 1-3 cm. Ukurannya yang kecil membuat pembudidaya memilih cacing sutra sebagai pakan ikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

III. KELIMPAHAN DAN SEBARAN SARANG Macrotermes gilvus Hagen

III. KELIMPAHAN DAN SEBARAN SARANG Macrotermes gilvus Hagen III. KELIMPAHAN DAN SEBARAN SARANG Macrotermes gilvus Hagen Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan sebaran sarang rayap M. gilvus di Cagar Alam Yanlappa, Jawa Barat. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

2) Komponen Penyusun Ekosistem

2) Komponen Penyusun Ekosistem EKOSISTEM 1) Pengertian Habitat dan Relung Ekologi Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut ekologi. Ekologi berasal

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan DASAR EKOLOGI Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan oleh Ernst Haeckel (1869; German), dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol tergolong tanah yang subur. Tanah Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropika basah sehingga dapat digunakan untuk pertanian

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xi xv

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003). PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang kompleks untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTOSIL TERHADAP TOTAL MIKROORGANISME TANAH DAN AKTIVITAS MIKROORGANISME (RESPIRASI) TANAH PADA

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 7 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kebun percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT USE OF LUBRICANT OIL AND INSECTICIDE TO CONTROL TERMITE IN OIL PALM FARM Angga Pramana Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Prediksi sifat-sifat tanah dan tanggapannya terhadap pengelolaan sangat diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta tanggapannya terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisme Tanah dan Bahan Organik Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme yang dapat dibedakan menjadi jenis hewan (fauna)

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT USE OF LUBRICANT OIL AND INSECTICIDE TO CONTROL TERMITE IN OIL PALM FARM Angga Pramana Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati flora dan fauna. Kondisi iklim tropis dan berbagai jenis tanah, termasuk banyaknya ragam tumbuhan Indonesia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E24100090 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas

Lebih terperinci

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI 1 PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI Rina Maharany Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPAP Medan. Jalan Willem Iskandar, Pancing Medan

Lebih terperinci

Aplikasi campuran serbuk kayu pinus dan fipronil sebagai umpan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung

Aplikasi campuran serbuk kayu pinus dan fipronil sebagai umpan rayap tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 Juli 215, Vol. 12 No. 2, 73 79 Online version: http://jurnal.pei-pusat.org DOI: 1.5994/jei.12.2.73 Aplikasi campuran serbuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang komplek untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada kondisi

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAPI Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun dari feses,

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAPI Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun dari feses, POTENSI DAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAM Entang Suganda Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor, 16002 PENDAHULUAN Ketersediaan unsur hara dalam tanah sangat penting artinya bagi usaha

Lebih terperinci