STUDI KOMPARATIF KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK DI NEGARA BERKEMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KOMPARATIF KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK DI NEGARA BERKEMBANG"

Transkripsi

1 STUDI KOMPARATIF KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK DI NEGARA BERKEMBANG Sudaryanto, Kiayati Yusriyah, Erry T. Andesta Universitas Gunadarma I. Pendahuluan Istilah sampah elektronik (e-waste) secara umum didefinisikan barang atau peralatan elektrik dan elektronik yang sudah usang, telah berakhir daur hidupnya dan tidak lagi memberikan nilai atau manfaat bagi pemiliknya (UNEP web, 2010). Sampah elektronik dunia bertambah sekitar 40 juta ton per tahun (UNEP, 2005). dimana Amerika Serikat adalah produsen sampah elektronik terbanyak mencapai 3 juta ton, diikuti Cina dengan jumlah 2,3 juta ton. Sampah Peralatan Listrik dan Elektronik adalah salah satu jenis sampah yang paling cepat pertumbuhannya di dunia. Di negara maju, jumlahnya mencapai sekitar 1% dari total sampah dan diperkirakan tumbuh rata-rata 2% per tahun. Di wilayah Uni Eropa jumlah produksi sampah elektronik diperkirakan antara 5 sampai 7 juta ton per tahun yang setara dengan 14 sampai 15 kg per kapita dengan pertumbuhan 3% -5% per tahun jauh di atas peningkatan sampah rumah tangga. Di negara berkembang seperti China dan India, meskipun tingkat sampah elektronik per kapita kurang dari 1 kg per tahun, namun jenis sampah ini tumbuh secara pada eksponensial seiiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan penetrasi pasar elektronik di negara berkembang. Meningkatnya penggunaan perangkat teknologi terutama dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi, harga produk yang menjadi lebih terjangkau, dan dan cepat usangnya produk elekronik telah berakibat meningkatnya laju pertumbuhan sampah elektronik di Negara berkembang. Tingkat akumulasi sampah elektronik yang tinggi sebenarnya tidak hanya terjadi di Negara-negara maju saja, namun juga terjadi di Negara-negara berkembang. Jumlah sampah komputer bekas pada tahun 2008 melonjak dari 200% pada tahun 2007 menjadi 400% persen di Afrika Selatan dan Cina, bahkan di India mencapai 500%. Hal tersebut diperparah dengan meningkatnya aliran produk elektronik bekas yang sudah hampir habis umurnya dari Negara-negara maju ke Negara-negara berkembang. Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan 1

2 semakin pendeknya daur hidup produk elektronik, sehingga memacu peningkatan jumlah sampah elektronik yang paling pesat, jauh di atas jenis sampah lainnya. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah Negara-negara berkembang mulai menyadari perlunya pengelolaan sampah elektronik dengan menerbitkan kerangka peraturan dalam rangka untuk melindungi masyarakat dari ancaman sampah elektronik. Kebijakan dalam pengelolaan sampah elektronik antara lain mencakup penggunaan kembali (reuse), pengurangan jumlah (reduce), dan daur ulang (recycle) atau pembuangan akhir. Konvensi Basel menegaskan bahwa Negara penandatangan harus memastikan adanya pengelolaan yang baik terhadap limbah berbahaya, termasuk menguranginya jumlah dan dampaknya pada kesehatan dan lingkungan menjadi menjadi minimum, dengan mempertimbangkan aspek sosial, teknologi dan ekonomi. Termasuk dalam hal ini adalah dengan membuang sampah tersebut dengan cara yang ramah lingkungan dan efisien, sehingga meminimalkan polusi dan konsekuensi kesehatan dan kerusakan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan komparasi manajemen pengelolaan sampah elektronik yang dilakukan oleh Negara-negara berkembang, antara lain mencakup penentuan dasar kebijakan dan kerangka peraturan pengelolaan sampah elektronik, kesadaran lingkungan, kategori sampah elektronik, penentuan kelompok sasaran, dan prosedur pengelolaan dan pembuangan. 2. Permasalahan Sampah Elektronik Sampah elektronik mengandung berbagai jenis zat, mulai dari yang masuk kategori tidak berbahaya sampai dengan yang sangat berbahaya dan memberikan potensi ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Secara umum sampah elektronik terdiri dari logam, kayu, plastik, keramik, karet, gas dsb. Uni Eropa melakukan pemilahan jenis sampah elektronik menjadi 10 jenis, yang secara lengkap disajikan pada Tabel 1. Berbeda dengan sampah rumah tangga yang biasanya bersifat dapat diuraikan (degradable), sampah elektronik memiliki potensi bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan karena kandungan racun, bahkan beberapa diantaranya bersifat karsinogenik yang dapat memicu penyakit kanker. Jenis sampah ini apabila tidak ditangani dan dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Berbeda dengan negara maju yang secara 2

3 finansial sangat mampu untuk menggunakan dan menerapkan sistem penghancuran atau sistem kelola sampah modern berteknologi tinggi, Negara negara berkembang kekurangan sumberdaya teknologi dan biaya untuk mengelola sampah elektronik tersebut secara benar. Tabel 1. Jenis-jenis Sampah Elektronik sesuai Arahan Uni Eropa No. Kategori Label Contoh jenis produk 1. Peralatan rumah tangga Large HH C, Refrigerators, Freezers, cold storage, besar mesin cuci, pengering pakaian, pemanas, 2. Peralatan rumah tangga kecil 3. Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Small HH ICT radiator Vacuum cleaner, penghisap debu, mesin jahit, setrika, toaster, pengering rambut, pemotong rambut, alat cukur, mesin pembuat kopi, mesin pemijat, CPU, mainframes, komputer mini, komputer desktop, laptop, printer, ipad, mesin fotokopi, mesin ketik elektronik, kalkulator, mesin telpon, mesin fax, telpon selular, akses point, 4. Peralatan Konsumen CE Radio, TV, Kamera Video, Video recorders, Hifi recorders, Audio amplifiers, peralatan musik elektronik 5. Lampu penerangan Lighting Lampu fluorescence, lampu pijar, lampu lainnya kecuali bola lampu filamen 6. Peralatan listrik dan elektronik (dengan pengecualian peralatan industri skala besar) 7. Mainan, peralatan hiburan dan olahraga 8. Peralatan medis (dengan pengecualian seluruh peralatan tertanam dan produk terinfeksi) 9. Instrumen Monitoring dan kontrol I E & E Tools Toys Medical Equipment M & C Bor, gergaji, mesin jahit, peralatan pemotong kayu atau besi, pembengkok, pelubang, alat pemasang paku rivet, alat ulir, peralatan penyiram, dan kegiatan pertamanan Mainan kereta listrik, mainan mobil listrik, konsol video game, komputer untuk bersepeda, menyelam, lari, dayung, peralatan olahraga dengan komponen listrik dan elektronik, Peralatan radioterapi, kardiologi, dialisis, ventilator, pengobatan nuklir, alat diagnosis laboratorium in vitro, analyser, freezer, alat uji fertilisasi, peralatan untuk deteksi, monitor, penanganan, peringan sakit. Detektor asap, regulator panas, termostat, alat ukur, alat timbang dan pengatur peralatan rumah tangga dan laboratorium, alat monitoring dan kontrol dalam instalasi industri seperti panel control 10. Dispenser Otomatis Dispenser Dispenser otomatis untuk minuman panas, dingin, atau kaleng, dispenser untuk produk padat, dispenser untuk uang Sumber (Unep, 2007) 3

4 Sampah elektonik tersebut mengandung berbagai komponen, baik yang memiliki nilai ekonomis maupun potensi ancaman bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Logam besi merupakan komponen utama dari sampah elektronik peralatan rumah tangga dan peralatan TIK, yang berkisar antara 29 % - 43% dari bobot sampah elektronik, diikuti plastik (12-37%) tembaga (4-17%), dan aluminium (5-14%). Logam bukan besi yang bisa ditemukan pada sampah elektronik antara lain tembaga, aluminium dan logam mulia seperti perak, emas, platinum, paladium. Komposisi sampah elektronik tersebut menunjukkan adanya potensi yang sangat besar untuk dapat mengambil kembali (recover) bahan-bahan berharga tersebut dari sampah elektronik. Selain bahan-bahan yang bermanfaat, samaph elektronik mengandung komponen yang dikategorikan sebagai bahan beracun dan berbahaya (B3) seperti timbal, merkuri, arsenik, kadmium, selenium, dan retardan api yang apabila melampaui jumlah ambang batas akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan mencemari lingkungan, baik tanah, udara dan air. Ancaman terhadap kesehatan dari bahan beracun dan berbahaya yang dikandung dalam sampah elektronik antara lain dapat meracuni manusia dan merusak sistem saraf, menganggu sistem peredaran darah, ginjal, perkembangan otak anak, alergi, kerusakan DNA serta menyebabkan cacat bawaan, mengganggu sistem peredaran darah, ginjal dan kanker. Bahan Logam besi Tabel 2. Komposisi Beberapa Jenis Sampah Elektronik (%) Peralatan rumah tangga besar Peralatan rumah tangga kecil Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Lampu Aluminium Tembaga Timbal Kadmium Air raksa Emas Perak Palladium Indium plastik brom Plastik Timbal gelas Gelas Lainnya Total Sumber: E waste composition, http: diakses 20 Desember

5 Pembuangan sampah elektronik tanpa melalui prosedur yang benar menimbulkan masalah baru karena banyaknya potensi ancaman terhadap kesehatan dan permasalahan lingkungan yang serius di masa depan. Pembuangan sampah elektronik dengan cara penimbunan bukan merupakan solusi yang baik, oleh karena itu diperlukan suatu cara terbaik untuk menangani masalah tersebut adalah dengan untuk mendaur ulang sampah elektronik. Salah satu masalah spesifik yang dihadapi oleh Negara-negara berkembang adalah kurangnya ketersediaan kebijakan atau kerangka legal terkait sistem pengelolaan sampah elektronik yang belum tersedia atau kurang memadai yang digunakan untuk mengatasi sampah elektronik yang terus bertambah. 3. Metodologi Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan melakukan studi pustaka terhadap kebijakan pengelolaan sampah eletronik di Negara-negara berkembang, antara lain mencakup ketersediaan kerangka legal kebijakan pengelolaan sampah elektronik, kebijakan inventori, pengumpulan, teknologi daur ulang, prosedur pengelolaan dan pembuangan. Dari hasil studi pustaka dilakukan analisis secara mendalam tentang kesiapan Negara dalam pengelolaan sampah elektronik dan kemudian dilakukan pengelompokkan masing-masing Negara yang disurvai ke dalam satu dari 5 (lima) tingkatan, yaitu level 1 untuk ketiadaan kebijakan sampai dengan level 5 untuk ketersediaan yang sangat memadai terkait dengan kebijakan pengelolaan sampah elektronik di Negara yang bersangkutan. Selain itu dilakukan pula studi terhadap manajemen pengelolaan sampah elektronik di Negara maju yang telah melakukan praktek baik dalam manajemen pengelolaan sampah elektronik sebagai standar baku. Pada bagian akhir akan dibahas tentang implikasi kebijakan pengelolaan sebagai bentuk respon dan antisipasi dari potensi permasalahan yang ditimbulkan sebagai akibat terus meningkatnya jumlah sampah elektronik. 4. Hasil Studi Kebijakan pengelolaan sampah elektronik di Negara berkembang Badan PBB untuk lingkungan hidup (UNEP), pada tahun 2007 melakukan studi pengelolaan sampah elektronik di beberapa Negara berkembang yaitu Indonesia, Kamboja, China, India, Malaysia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand, Argentina dan Filipina. Hasil studi memfokuskan pada ketersediaan kerangka legal pengelolaan sampah elektronik, inventori sampah elektronik, pengumpulan dan teknologi daur ulang yang digunakan. Hasil studi menunjukkan adanya variasi yang besar diantara Negaranegara yang disurvai. Sacara umum, hasil studi tersebut dirangkum pada Tabel 3. 5

6 Dari aspek kebijakan pengelolaan sampah elektronik, Kamboja dan Filipina sama sekali belum memiliki kerangka legal sedangkan Afrika Selatan, Argentina dan Indonesia sudah memiliki rencana untuk menyusun kerangka legal formal. Indonesia saat ini sudah memiliki Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah, namun belum secara eksplisit mengatur tentang sampah elektonik, dimana sampah elektronik dapat dimasukkan dalam kategori jenis sampah spesifik. Sri Lanka dan India sedang menyusun kerangka legal formal dan berencana untuk memberlakukannya dalam waktu dekat. China, Malaysia dan Thailand sudah mulai memberlakukan kerangka legal/formal, namun ketersediaan kerangka legalnya masih dirasakan belum memadai. Tidak ada satupun Negara-negara berkembang yang disurvai tersebut yang telah memiliki dan memberlakukan secara penuh kerangka legal pengelolaan sampah elektronik sebagaimana yang telah dilakukan oleh Negara-negara maju seperti Jepang, Singapura dan Jerman. Kebijakan pengelolaan sampah elektronik yang belum memadai di Negara-negara berkembang secara intuitif bisa dipahami mengingat latar belakang legislatif yang yang sebagian masih menganggap sampah elektronik belum merupakan prioritas untuk ditangani. Tabel 3. Kerangka kebijakan/regulasi pengelolaan sampah elektronik di berbagai negara Praktek Kerangka legal (legal framework) Level kebijakan Rendah (1) (Tinggi (5) Hanya ada rencana untuk membuat kerangka legal Tidak ada kerangka legal atau norma Kamboja, Filipina Afrika Selatan, Argentina, Indonesia Inventory Tidak ada inventori Ada inventori untuk sampah padat, namun tidak ada inventori yang secara khusus ditujukan untuk sampah elektronik Malaysia, Sri Lanka, Afrika Selatan Pengumpulan terpisah secara Teknologi Daur Ulang/ pemanfaatan kembali Sumber: UNEP, Tidak ada pengumpulan secara terpisah Indonesia, Argentina, Filipina Tidak ada mekanisme pemanfaatan kembali /daur ulang Kamboja Sampah elektonik dikumpulkan pada tingkat lokal oleh pendaur ulang lokal, tanpa ada kerangka legal. Hanya yang bisa didaur ulang yang dikumpulkan dengan baik Kamboja, China, Sri Langka Hanya sampah elektronik yang bisa di pergunakan kembali / di daur ulang yang dioproses oleh pemangku kepentingan lokal Sri Lanka, Argentina, Indonesia, Philippines, Kerangka legal sedang disusun dan akan dikeluarkan /diberlakukan dalam waktu dekat Diberlakukan, namun kerangka legalnya kurang memadai Pemberlakuan penuh dg menggunakan model kerangka legal Negara lain Sri Lanka, India China, Malaysia,Thailand Jepang, Korea, Taiwan, Jerman Inventori untuk sampah Inventori untuk sampah Inventori sampah elektronik sedang elektronik dilakukan, elektronik dilakukan dan dipersiapkan namun kekurangan data informasinya tersedia di dan informasi website China, Thailand, Indonesia, Argentina, Filipina Sampah elektronik dikumpulkan dengan mekanisme baik pada tingkat lokal. Contoh sistem pengumpulan dan pemisahan telah dibangun Kamboja Sistem pengumpulan sampah elektronik telah berjalan dengan baik termasuk pembuangan yang berwawasan lingkungan Malaysia, Afrika Selatan Jepang, Korea, Taiwan Jerman Terdapat rencana untuk membangun fasilitas pengolahan sampah elektronik Malaysia, Afrika Selatan Terdapat fasilitas daur ulang sampah elektronik namun belum beroperasi penuh untuk seluruh sampah elektronik di Negara ybs. India, Jepang, Korea, Taiwan, Jerman Sistem pengumpulan sampah elektronik telah telah sepenuhnya berjalan dengan baik. Sistem pengumpulan telah diakui oleh Negara lain. Fasilitas daur ulang sampah elektronik telah sepenuhnya beroperasi untuk seluruh sampah elektronik di Negara ybs.dan menjadi model untuk pengolahan sampah elektronik Jepang, Korea, Taiwan, Jerman Terkait dengan pendataan/inventori untuk sampah elektronik, Kamboja telah melakukan inventori untuk sampah elektronik, namun dalam implementasinya masih kekurangan 6

7 data atau informasi yang diperlukan. Malaysia, Afrika Selatan dan Sri Lanka sudah melaksanakan inventori sampah padat, namun belum melakukannya secara khusus untuk sampah elektronik. China, Thailand, Indonesia, Argentina dan Filipina sedang mempersiapkan inventori untuk sampah elektronik, meskipun masih belum memberikan fokus yang jelas. Hal ini menunjukkan dengan jelas masih belum adanya kesiapan dalam inventori sampah elekronik di Negara-negara berkembang yang disurvai. Malaysia dan Afrika Selatan telah melakukan pengumpulan Sampah elektronik dengan mekanisme yang cukup baik pada tingkat lokal, bahkan telah membangun suatu percontohan sistem pengumpulan dan pemisahan sampah elektronik. Indonesia, Argentina dan Filipina sampai saat ini belum melaksanakan pengumpulan sampah secara terpisah, karena masih memfokuskan pada sampah padat dari rumah tangga. Kamboja, China dan Sri Lanka telah melakukan pengumpulan sampah elektronik pada tingkat lokal oleh para pendaur ulang, meskipun hal ini tidak didasari pada adanya kerangka legal. Akibatnya, hanya sampah elektronik yang bisa di daeur ulang saja yang dikumpulkan dengan baik. Tidak ada satupun dari Negara-negara berkembang yang disurvai telah memiliki Sistem pengumpulan sampah elektronik yang baik, termasuk pembuangan dan daur ulang yang berwawasan lingkungan sebagimana yang telah dilakukan di Jepang dan Jerman. Terkait dengan teknologi daur ulang, tidak ada satupun dari Negara-negara berkembang tersebut yang telah memiliki fasilitas daur ulang sampah elektronik yang lengkap dan telah sepenuhnya beroperasi untuk seluruh Negara. Hal ini menunjukkan ketidaksiapan Negara-negara berkembang untuk mengolah sampah elektronik, yang mungkin disebabkan oleh tidak terpenuhinya aspek kelayakan ekonomi dan mahalnya teknologi daur ulang. 5. Implikasi Kebijakan Pengelolaan sampah elektronik di Negara berkembang Di antara negara-negara berkembang Asia, Cina dan Thailand adalah yang paling siap mengimplementasikan peraturan baru terkait dengan perspektif perluasan tangungjawab produsen (extended producers responsibility EPR). Negara-negara tersebut telah memasukkan bahwa adanya tanggungjawab ekonomi (biaya) produsen untuk pengelolaan sampah elektronik, dimana produsen harus memiliki kontribusi untuk membayar biaya daur ulang sampah elektronik yang dihasilkan. Implementasi kebijakan ini dirasakan masih sulit di Negara berkembang pada umumnya, karena tanggungjawab fisik untuk daur ulang sampah elektronik tidak jelas diatur dengan baik dalam rancangan peraturan yang dibuat. Sebagai jalan keluar, produsen peralatan elektronik dapat membayar pihak ketiga untuk melakukan daur ulang sampah elektronik, sehingga hal ini akan berfungsi sebagai insentif bagi perusahaan daur ulang komersial untuk melaksanakan daur ulang sampah elektronik. 7

8 Jepang, Korea Selatan dan Taiwan telah melakukan pengelolaan sampah elektronik menangani sampah elektronik sejak sekitar Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir beberapa negara Asia berkembang termasuk China dan Thailand telah mempersiapkan diri untuk menerapkan peraturan baru pada manajemen sampah elektronik. Meningkatnya kelangkaan tempat pembuangan sampah dan peningkatan biaya untuk pembuangan sampah. Jepang mengelola sampah elektronik dalam dua cara, yang pertama berfokus pada peningkatan langkah-langkah untuk daur ulang barang dan yang kedua dengan cara mengurangi sampah elektronik. Untuk jenis sampah elektronik kecil seperti komputer pribadi, baterai termasuk dalam kelompok sampah yang dapat menimbulkan masalah, sehingga pemerintah mendorong produsen untuk melakukan daur ulang secara sukarela. Sementara untuk empat jenis produk televisi, lemari es, mesin cuci dan AC ada kewajiban produsen untuk melakukan daur ulang. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar Negra-negara berkembang belum memiliki kerangka legal yang memadai untuk menangani sampah elektronik ditengah ancaman jumlah sampah elektronik yang terus meningkat dan berpotensi menjadi ancaman bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Hal ini jelas menunjukkan adanya kerentanan yang tinggi, terutama dengan adanya aliran impor barang elektronik bekas dari Negara-negara maju, yang mungkin salah sayu motifnya adalah membuang elektronik dengan cara yang murah. Negara-negara berkembang sebagian besar telah meratifikasi kerangka hukum internasional pengelolaan sampah seperti Konvensi Basel, namun masih diperlukan upaya lebih aktual dengan menyediakan kerangka peraturan legal yang dibutuhkan terkait dengan langkah-langkah dalam pengelolaan sampah elektronik. Beberapa permasalahan yang mungkin timbul terkait dengan pengelolaan sampah elektronik perlu mendapat perhatian yang serius, antara lain terkait dengan aspek teknologi daur ulang, aspek ekonomi, politik dan maslah social yang menyertainya. Sampah elektonik dapat didaur ulang secara ekonomis bila mampu menghasilkan bahan-bahan yang berharga dalam jumlah yang memadai melalui proses daur ulang. Dalam banyak hal, alasan ekonomis tidak dapat digunakan sebagai justifikasi pengelolaan sampah elektronik karena kandungan bahan yang rendah, sehingga secara ekonomis tidak layak dilakukan, sehingga membuangya ketempat pembuangan akhir (TPA) dianggap sebagai alternatif yang layak. Alasan lain adalah mahalnya biaya teknologi yang diperlukan untuk mendapatkan kembali bahan dengan tingkat kemurnian tinggi, dan hal ini mustahil dilakukan oleh sebagian besar Negara-negara berkembang. Biaya daur ulang Sampah Listrik dan Elektronika juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang meliputi pengumpulan dan pengangkutan peralatan ini untuk industri daur ulang. Terlepas dari biaya, ada juga pengolahan biaya di industri daur ulang yang melibatkan pemilahan, pembongkaran, pengecilan ukuran, pemisahan sampah, pembakaran, pembuangan di TPA. Hal ini bahkan menjadi lebih semakin mahal dengan produk yang terus menerus diproduksi dengan kompleksitas yang lebih. Produk kompleks diindikasikan oleh banyaknya jenis bahan atau komponen yang digunakan dalam 8

9 produk. Semakin kompleks produk yang didaur ulang, semakin besar biaya yang diperlukan untuk mendaur ulang, sehingga kadang-kadang tidak ekonomis untuk dilakukan. Permasalahan teknis dan praktis masalah pengelolaan sampah elektronik harus diatasi, terutama terkait dengan pengumpulan dan transportasi sampah elektronik perlu didesain sehingga secara teknik dan ekonomis layak untuk dilaksanakan. Pemerintah di Negara-negara berkembang hendaknya mampu menemukan cara terbaik untuk mengurangi sampah elektronik dan mendorong penggunaan kembali serta daur ulang produkusak atau usang. Untuk itu diperlukan adanya kerangka formal yang mengatur hal tersebut dalam upaya menerapkan peraturan ketat dan memberikan kewajiban bagi produsen untuk mendaur ulang sampah elektronik yang diakibatkan oleh produk mereka. Proses daur ulang sampah elektronik saat ini telah menjadi industri baru, namun dalam banyak kasus bukanlah merupakan industri yang menguntungkan untuk dilaksanakan. Akibatnya, banyak pihak yang mengelola industri ini, terutama di Negara-negara berkembang tidak banyak yang tertarik untuk melakukan proses pengumpulan dan pengolahan sampah elektronik. Hal lain adalah ada kecenderungan industri ini menggunakan tenaga kerja murah dalam kegiatannya., sehingga manfaat dari industri daur ulang sampah elektronik ini belum sepenuhnya memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat. Sampah Elektronik mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sehingga memerlukan penanganan khusus dan hati-hati selama proses daur ulang. Dampak kesehatan negatif bagi kesehatan dan lingkungan bilamana proses daur ulang tidak dilakukan secara hati-hati dan memperhatikan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut disebabkan karena adanya kontak yang menyebabkan akumulasi bahan-bahan beracun dan berbahaya yang diduga dapat menjadi pemicu kasus kanker. Di beberapa negara lain seperti Jepang dan Amerika Serikat, pengguna peralatan listrik dan elektronik dikenakan biaya minimal untuk mensubsidi biaya industri daur ulang sehingga efektif. Pola ini diterapkan pada saat pembelian atau pada saat konsumen melakukan pembuangan sampah elektronik yang pada akhirnya dirasakan memberikan beban tambahan biaya bagi konsumen. 6. Kesimpulan Volume sampah elektronik di Negara-negara berkembang terus mengalami peningkatan baik jumlah maupun jenisnya sehingga memberikan potensi ancaman terhadap kesehatan dan lingkungan hidup. Negara-negara berkembang secara umum belum memiliki kesiapan yang memadai terutama dalam hal penyediaan kerangka formal legal pengelolaan sampah elektronik, inventori sampah elektronik, pengumpulan dan kepemilikan teknologi daur ulang yang memadai. Negara-negara berkembang saat ini masih belum memiliki fasilitas daur ulang sampah elektronik yang memadai 9

10 atau mampu menampung semua sampah elektronik yang terus meningkat jumlahnya. Selain itu, teknologi yang digunakan masih relatif sederhana berupa pemisahan mekanis tanpa ada penanganan khusus untuk bahan beracun dan berbahaya. Sementara untuk mendapatkan teknologi yang lebih baru yang lebih maju masih terkendala masalah ketersediaan dana. Di antara negara-negara berkembang Asia, Cina dan Thailand adalah yang paling siap mengimplementasikan peraturan baru terkait dengan perspektif perluasan tangungjawab produsen (extended producers responsibility) yang sudah diadopsi dan diterapkan, terutama untuk alat elektronik besar. Daftar Pustaka Anonimous. E waste composition, http: diakses 20 Desember 2011 Meidiana, Christia, Development of Waste Management Practices in Indonesia, European Journal of Scientific Research, ISSN X Vol.40 No.2 (2010), pp Pilane, Tshepo Skuuman, 2006, Recycling Consumer Electrical and Electronic Equipment, Dissertation for Bachelor of Engineering, Faculty of Engineering and Surveying, University of Southern Queensland. Stanley, Tan Heng Tsin, 2007, Recycling of Used Electronics in Singapore, Dissertation for Bachelor of Engineering, Faculty of Engineering and Surveying, University of Southern Queensland. UNEP, 2007, E-waste Volume I: Inventory Assessment Manual, United Nations Environment Programme, Osaka/Shiga UNEP, 2007, E-waste Volume II: E-waste Management Manual, United Nations Environment Programme, Osaka/Shiga 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah merambah dihampir semua bidang kehidupan, hal ini ditandai dengan berkembangnya penggunaan komputer hampir diberbagai bidang

Lebih terperinci

Kajian tentang Pengelolaan Limbah Elektronik

Kajian tentang Pengelolaan Limbah Elektronik Kajian tentang Pengelolaan Limbah Elektronik Nama Mahasiswa: Ayu Nindyapuspa 3309 100 017 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum., MAppSc Latar Belakang Populasi Penduduk Daya Beli Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan kota. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang semakin meningkat secara

Lebih terperinci

POTENSI TIMBULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK RUMAH TANGGA DI WILAYAH SURABAYA BARAT

POTENSI TIMBULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK RUMAH TANGGA DI WILAYAH SURABAYA BARAT POTENSI TIMBULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK RUMAH TANGGA DI WILAYAH SURABAYA BARAT Ira Indrihastuti dan Ellina S. Pandebesie Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Limbah komputer telah menjadi salah satu isu lingkungan penting pada dekade ini, seiring dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

E-WASTE MANAGEMENT. Prepared by Hanna Lestari, M.Eng

E-WASTE MANAGEMENT. Prepared by Hanna Lestari, M.Eng E-WASTE MANAGEMENT Prepared by Hanna Lestari, M.Eng MASALAH Sampah elektronik merupakan kumpulan barangbarang elektronik yang sudah rusak atau tidak dipakai lagi oleh pemiliknya Hampir semua aktivitas

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang

Lebih terperinci

FAKTOR PENENTU KETERLANJUTAN PEMBANGUNAN : 1. FAKTOR BIOFISIK 2. FAKTOR SOSIAL BUDAYA

FAKTOR PENENTU KETERLANJUTAN PEMBANGUNAN : 1. FAKTOR BIOFISIK 2. FAKTOR SOSIAL BUDAYA INDUSTRIALISASI & E-WASTE Dosen pengampu : Ratih Setyaningrum, MT Hanna Lestari, M.Eng IMPLIKASI Peningkatan yang cukup besar dalam pembangunan dan bahan baku (yang didapat dari sumber daya alam) Resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global sebagai salah satu masalah lingkungan yang serius baik sekarang maupun masa depan. Banyak negara memperdebatkan masalah ini dan negara berkembang dituding

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi

BAB I PENDAHULUAN. dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang terjual dan dibeli

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap-tahap kegiatan penelitian Langkah penelitian identifikasi komposisi dan karakteristik sampah lampu listrik untuk menilai potensi daur ulang dan bahayanya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan peralatan elektronik akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan teknologi peralatan elektronik. Selama 10 tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di bumi. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah penggunaan emisi di

BAB 1 PENDAHULUAN. di bumi. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah penggunaan emisi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini, isu lingkungan merupakan masalah utama di dunia. Isu lingkungan ini muncul karena semakin banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Istilah keberlanjutan (sustainability)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 16,07 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 13,21

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,37 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,76

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 14,70 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,31

Lebih terperinci

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN 1 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Kinerja lingkungan dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan perusahan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya lingkungan yang memadai. Bagi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2012

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2012 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,67 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,68

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan gabungan dari Kecamatan Tanjungkarang dan Kecamatan Telukbetung. Bandar Lampung merupakan daerah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,35 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,88

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik adalah material sintetis yang berupa senyawa polimer yang unsur utamanya adalah karbon dan hidrogen atau hidrokarbon. Sejak ditemukan material plastik maka

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc P E NE RAPAN P E NG E L O L AAN S AM PAH B E RB AS I S 3 R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 50/11/31/Th.XIX, 1 November EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan tember mencapai 4.479,47 juta dollar Amerika. Nilai ekspor produk-produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang membuat negaranegara di dunia seolah tanpa batas. Globalisasi telah membawa perubahan yang sangat cepat dan memberikan

Lebih terperinci

Sekretariat PROPER. LIMBAH B3 dan LIMBAH NON B3

Sekretariat PROPER. LIMBAH B3 dan LIMBAH NON B3 Sekretariat PROPER PENGURANGAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 dan LIMBAH NON B3 2017 PENILAIAN Beyond Compliance PROPER 150 100 DOKUMEN RINGKASAN KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Screening SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Juli 2012

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Juli 2012 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 16,15 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 13,17

Lebih terperinci

Regulasi PCB di Indonesia

Regulasi PCB di Indonesia Regulasi PCB di Indonesia Dan Perbandingan di Beberapa Negara Mohamad Mova Al Afghani Dyah Paramita Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. R.E. Martadinata No. 2, Bogor 16162 +62 251 8328 203 www.crpg.info

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT INJEKSI PLASTIK UNTUK GAGANG PISAU PADA UKM PENGRAJIN PISAU DI DESA HADIPOLO KUDUS

PERANCANGAN ALAT INJEKSI PLASTIK UNTUK GAGANG PISAU PADA UKM PENGRAJIN PISAU DI DESA HADIPOLO KUDUS PERANCANGAN ALAT INJEKSI PLASTIK UNTUK GAGANG PISAU PADA UKM PENGRAJIN PISAU DI DESA HADIPOLO KUDUS Taufiq Hidayat 1*, Fajar Nugraha 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Reduce, Reuse, Recycling

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isu berkurangnya lahan yang digunakan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah bukan lagi masalah baru. Terutama di negara berkembang, pengolahan sampah seringkali masih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama sampah yang berupa kantong plastik. seperti di Kenya dan Uganda malah sudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Kajian Tentang Pengelolaan Limbah Elektronik

Kajian Tentang Pengelolaan Limbah Elektronik 1 Kajian Tentang Pengelolaan Limbah Elektronik Ayu Nindyapuspa, Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum., MAppSc Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Masalah sampah sebagai hasil aktivitas manusia di daerah perkotaan memberikan tekanan yang besar terhadap lingkungan, terutama

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 33/07/31/Th.XIX, 3 Juli EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan mencapai 4.536,64 juta dollar Amerika. Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK (E-WASTE) DOMESTIK DI KOTA SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA ABSTRAK

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK (E-WASTE) DOMESTIK DI KOTA SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN SAMPAH ELEKTRONIK (E-WASTE) DOMESTIK DI KOTA SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA Syahiq Mahzuz Umar 1, Irwan Ridwan Rahim 2, Rusdi Usman Latief 3 1 Mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Ekspor dan Impor Provinsi DKI Jakarta No. 30/06/31/Th.XIX, 2 Juni EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan April mencapai 3.830,69 juta dollar Amerika, turun 10,45 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton) A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK MELALUI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR RAMAH LINGKUNGAN

STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK MELALUI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR RAMAH LINGKUNGAN Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 3 No. 1, April 2016: 78-86 ISSN : 2355-6226 E-ISSN 2477-0299 DOI: http://dx.doi.org/10.20957/jkebijakan.v3i1.15238 STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini banyak menggunakan peralatan sehari-hari yang terbuat dari plastik. Plastik dipilih karena memiliki banyak keunggulan yaitu kuat, ringan,

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 47/10/31/Th.XIX, 2 Oktober EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS NAIK 20,05 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN SEBELUMNYA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PRODUK KOMPUTER GENGGAM JAMINAN TERBATAS DAN DUKUNGAN TEKNIS DI SELURUH DUNIA

PRODUK KOMPUTER GENGGAM JAMINAN TERBATAS DAN DUKUNGAN TEKNIS DI SELURUH DUNIA PRODUK KOMPUTER GENGGAM JAMINAN TERBATAS DAN DUKUNGAN TEKNIS DI SELURUH DUNIA Ketentuan Umum Jaminan Terbatas ini berlaku bagi produk-produk bermerek HP yang dijual atau disewa-gunakan (lease) dengan Pernyataan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik MAKALAH PROGRAM PPM Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2016*

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2016* No.45/08/94/Th. XVII, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN JULI 2016* EKSPOR Nilai ekspor Papua pada Juli 2016 mencapai US$101,15 juta atau mengalami penurunan sebesar 45,46

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan mencapai 10,4 miliar di tahun 2100 (Andrady, 2003). Meningkatnya populasi menuntut peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 37/07/72/Th.XVIII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2015, Nilai Ekspor US$ 24,44 Juta dan Impor US$ 17,34 Juta Selama Mei 2015, total ekspor senilai US$ 24,44 juta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam aktivitas sehari-hari tentunya manusia pasti memiliki rasa penat akan hal-hal yang mereka kerjaan setiap harinya, manusia membutuhkan relaksasi atas kepenatan

Lebih terperinci

KuliaH KiNGKuNGN bisnis Kerajinan barang bekas

KuliaH KiNGKuNGN bisnis Kerajinan barang bekas KuliaH KiNGKuNGN bisnis Kerajinan barang bekas NAMA Kelas : afif imam madda : 11-s1si-10 Nim : 11.12.6073 Alamat blog : afifmadda.wordpress.com Stmik amikom YogYakarta SemeSter genab tahun akademi 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

Polyvinyl chloride (PVC) merupakan termasuk salah jenis plastik yang paling

Polyvinyl chloride (PVC) merupakan termasuk salah jenis plastik yang paling 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hampir dapat dipastikan bahwa abad 21 merupakan abad polimer. Plastik, serat, elastomer, bahan perekat (adhesive), protein, sellulosa semuanya merupakan istilah umum

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 16/03/35/Th. XII, 3 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JANUARI NAIK 9,35 PERSEN Nilai Ekspor JawaTimur bulan mencapai US $ 1.643,66

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 20/04/31/Th. XIX, 17 April NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN MARET NAIK 11,42 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN SEBELUMNYA Nilai ekspor melalui DKI

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2012

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2012 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan sebesar US$ 15,98 miliar (non migas US$ 12,62 miliar dan migas US$ 3,36

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015 No. 25/ 06 / 94 / Th. XVII, 16 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015 EKSPOR Nilai ekspor Papua pada Oktober 2015 sebesar US$45,23 juta atau turun 80,88 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Laboratorium Terpadu. Pedoman ini juga disediakan untuk menjaga

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 No. 70/12/72/Th.XX, 15 Desember 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 Selama Oktober 2017, Nilai Ekspor US$ 285,57 Juta dan Impor

Lebih terperinci