SINOPSIS PROPOSAL TESIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MELAKUKAN STUDI LANJUTAN PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN SEMESTER AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINOPSIS PROPOSAL TESIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MELAKUKAN STUDI LANJUTAN PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN SEMESTER AKHIR"

Transkripsi

1 SINOPSIS PROPOSAL TESIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MELAKUKAN STUDI LANJUTAN PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN SEMESTER AKHIR OLEH : RATIH MEGA SEPTIASARI PROGRAM MAGISTER KEBIDANAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional Masa depan dan keungggulan bangsa kita ditentukan oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya (Departemen Kesehatan RI, 2005). Bidan dalam melakanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan, dimana wewenang yang diberikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Permenkes 900, 2002). Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas (Hidayat, 2009). Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1), pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syah, 2005). Tujuan pendidikan nasional itu sendiri menurut TAP MPR No. II Tahun 1998, adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, sehat jasmani dan

3 rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan sektor yang sangat strategis. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Sisdiknas, 2003) Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pada tahun 1902 bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi dan lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang kurang mampu secara cuma-cuma. Pada tahun 1911 sampai 1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun. Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun institusi pendidikan ditutup, sehingga 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Pada tahun 1989 dibuka kursus program pendidikan bidan secara nasional, program ini dikenal sebagai program Pendidikan Kebidanan Bidan A (PPB/A). Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan

4 Program B dan C. Selain program pendidikan bidan diatas, sejak tahun pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (distance learning), kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pengembangan pendidikan kebidanan seyogianya dirancang secara berkesinambungan, berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah-tengah masyarakatnya. Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan formal. Dikatakan professional apabila memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dihasilkan pendidikan yang cukup untuk memenuhi kompetensi profesionalnya. Sejak dibukanya pendidikan DIII kebidanan pada tahun 1996, pendidikan kebidanan semakin berkembang pesat. Pada tahun 1999 dibuka DIV kebidanan pendidik demi memenuhi pendidik program DIII, diikuti tahun 2006 dibuka S2 kebidanan dan tahun 2008 dibuka S1 kebidanan (AIPKIND, 2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mahasiswa DIII kebidanan dalam menentukan keputusan dan pilihan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Penelitian sebelumnya menyatakan alasan mahasiswa melanjutkan studi DIV kebidanan yaitu karena tuntutan pekerjaan yang telah mereka geluti sebelumnya. Dengan kata lain, mereka tidak sepenuhnya tulus dari hati nurani untuk mengikuti Program D-IV Bidan Pendidik, melainkan karena keterpaksaan (tuntutan pekerjaan). Ada beberapa pendapat tentang keuntungan dan kerugian antara akademisi dan

5 praktisi. Keuntungan akademisi antara lain ilmu kebidanan selalu update dan peluang mengembangkan karir lebih besar. Kekurangan menjadi akademisi antara lain yang dipelajari teori sehingga skill di lapangan kurang. Keuntungan menjadi praktisi antara lain skill terus diasah ditempat kerja dan bisa mengabdi sepenuhnya ke masyarakat sedangkan kerugian menjadi praktisi adalah ilmu kurang update, istirahat berkurang karena harus melayani 24 jam dan peluang mengembangkan karir lebih kecil (Rhey, 2010). Beberapa pendapat tersebut dapat mempengaruhi seorang mahasiswa D III kebidanan untuk mengambil keputusan dan pemilihan studi lanjutan yang akan diambil. Uraian latar belakang di atas menginspirasi penelitian tentang faktor yang mempengaruhi minat melakukan studi lanjutan pada mahasiswa DIII kebidanan semester akhir. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi minat melakukan studi lanjutan pada mahasiswa DIII kebidanan semester akhir 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat melakukan studi lanjutan pada mahasiswa DIII kebidanan Tujuan Khusus Mengetahui gambaran minat, motivasi, persepsi, fasilitas pendidikan, pengaruh lingkungan terhadap studi lanjutan kebidanan

6 Mengetahui hubungan antara motivasi dengan minat mahasiswa DIII kebidanan melakukan studi lanjutan Mengetahui hubungan antara persepsi dengan minat mahasiswa DIII kebidanan melakukan studi lanjutan Mengetahui hubungan antara fasilitas pendidikan dengan minat mahasiswa DIII kebidanan melakukan studi lanjutan Mengetahui hubungan antara lingkungan (pengaruh orang lain) dengan minat mahasiswa DIII kebidanan melakukan studi lanjutan 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sistem dan kualitas pendidikan bidan di Indonesia, meningkatkan sistem pembelajaran instansi pendidikan bidan serta diharapkan dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi generasi penerus bidan untuk melanjutkan studi guna mengembangkan kemampuan akademik dan praktik.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Minat Pengertian Minat Dalam kamus Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai niat atau kehendak. Menurut Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut (Suparyanto, 2011). Menurut Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan beralasan) dari Fishbein dan Ajzen, perilaku manusia dipengaruhi oleh kehendak/niat/minat. Minat merupakan keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu sebelum perilaku tersebut dilaksanakan. Adanya niat / minat untuk melakukan suatu tindakan akan menentukan apakah kegiatan tersebut akhirnya akan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan inilah yang disebut dengan perilaku. Dengan demikian perilaku merupakan niat/minat yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak. Dalam teori Tindakan Beralasan diuraikan bahwa kehendak/minat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Teori ini menghubungkan keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak/ niat/minat (intention) dan perilaku. Keyakinan terhadap manfaat suatu kegiatan atau hal tertentu akan menimbulkan sikap positip terhadap kegiatan atau hal tersebut. Sikap positif akan mempengaruhi niat/minat seseorang untuk melakukan kegiatan tersebut. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcomes of the behavior). Di samping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang

8 akan terjadi bagi individu (evaluation regarding the outcome). Komponen berikutnya mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif. Norma sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent-person) dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Model Theory of Reasoned Action dapat digunakan sebagai alat evaluasi mengenai sikap dan perilaku secara ilmiah, yaitu untuk memperoleh konsistensi antara sikap, minat berperilaku dan perilaku. Model ini mengacu pada nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial, sebagai indikator penting untuk memprediksikan perilaku yang akan diukur, sehingga pengetahuan awal mengenai aspek sosial dan antropologis merupakan aspek penting, karena cara budaya menghubungkan sikap, minat dan perilaku sangat penting. Menurut teori ini, persepsi yang terbentuk akan menjembatani perilaku hanya jika (a) hal ini menghubungkan pertimbangan sikap dan norma subyektif dan (b) hubungan komponen ini merupakan penentu penting dari intensi/ niat/minat. Menurut Fishbein dan Ajzen, hubungan keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak/ niat/minat (intention) dan perilaku dapat digambarkan seperti skema berikut ini : Keyakinan akan akibat perilaku Keyakinan normatif akan akibat perilaku Sikap terhadap perilaku Norma subjektif tentang perilaku Niat/keyakinan untuk melakukan perilaku Perilaku Gambar 2.1. Teori Tindakan Beralasan dari Fishbein dan Ajzen 21

9 Ajzen memodifikasi teori tindakan beralasan menjadi teori perilaku terencana. Dalam teori perilaku terencana, keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, norma-norma subyektif dan kontrol perilaku. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi kehendak/minat yang menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak. Sikap terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Norma subyektif ditentukan oleh keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk berperilaku sesuai harapan normatif. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu tentang kemudahan dan kesulitan untuk berperilaku tertentu. Gambar 2.2. Teori Perilaku Berencana dari Ajzen Keyakinan terhadap evaluasi terhadap perilaku Keyakinan normatif dan motivasi untuk berperilaku Keyakinan tentang kemudahan dan kesulitan untuk berperilaku Sikap terhadap perilaku Norma subjektif tentang perilaku Kontrol terhadap perilaku Niat/keyakinan untuk melakukan perilaku Perilaku

10 2.1.2 Aspek Minat Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: 1. Aspek Kognitif Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa. 2. Aspek Afektif Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting. yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu. 3. Aspek Psikomotor Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat (Suparyanto, 2011) Faktor Timbulnya Minat Faktor timbulnya minat menurut Crow and Crow (1982) dalam Purwanto (2004) terdiri dari faktor internal dan eksternal Faktor internal 1. Faktor Dorongan Dari Dalam Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.faktor dorongan dalam adalah : persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan, prestasi yang diharapkan (Sudrajat, 2007).

11 2. Faktor Motivasi Sosial Yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat unutk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperolah penghargaan dari keluarga atau teman. Motivasi sosial adalah suatu dorongan untuk bertindak yang tidak kita pelajari, namun kita pelajari dalam kelompok sosial di mana kita hidup. Motivasi sosial ini mencerminkan pula karakteristik dari seseorang dan merupakan komponen yang penting dari kepribadiannya. Karena motivasi sosial ini dipelajari, maka kuatnya kebutuhan berbeda dari satu orang kepada orang lain. Semua ini bergantung pada pengalaman hidup yang dipelajarinya dan hal ini akan mencerminkan keunikan kepribadian individu (Notoatmodjo, 2003). 3. Faktor Emosional Yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. Kata emosi adalah kata serapan dari bahasa inggris, yakni emotion. Dalam kamus, kata emotion digunakan untuk menggambarkan perasaan yang sangat mnyenangkan atau sangat mengganggu. Misalnya anda merasakan perasaan yang kuat akan sesuatu dan menyanangkan saat bersama seseorang, mungkin anada menganggap diri anda sedang dalam keadaan emosi. Jenisnya, emosi cinta (Mendatu, 2007) Faktor eksternal terdiri 1. Sosial Budaya Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur, yaitu yang berarti interaksi antara manusia dan unsur budaya yaitu bentuk kelakuan yang sama terdapat di keluarga. Manusia mempelajari kelakuannya dari orang lain di lingkungan sosialnya. Budaya

12 ini diterima dalam keluarga meliputi bahasa dan nilai-nilai kelakuan adaptasi kebiasaan dan sebagainya yang nantinya berpengaruh pada pendidikan seseorang. 2. Lingkungan Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan berpendidikan tinggi akan cenderung mengikuti lingkungannya Kondisi Yang Mempengaruhi Minat 1. Status ekonomi Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka. Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang, ada dua konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu pendapatan dan kekayaan. Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial (Suparyanto, 2011). 2. Pendidikan Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo dari L.W. Green mengatakan bahwa Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten

13 atau lebih aman baginya. Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal mepunyai sumbangan yang sangat berharga bagi perubahan dalam masyarakat, dapat memajukan masyarakat dan pembangunan. Sedangkan pendidikan nonformal dapat diperoleh anggota keluarga dan masyarakat sepanjang hayat baik di lingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat sekitar. Kaitan proses pendidikan dengan pembangunan khususnya pembangunan manusia, dijelaskan bahwa pendidikan dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan yaitu pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. lebih lanjut, jenjang (tingkat) pendidikan terdiri atas pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Suparyanto, 2011). 3. Situasional (Orang dan Lingkungan) Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang lain. 4. Keadaan Psikis Keadaan psikis yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap minat adalah kecemasan. Kecemasan merupakan suatu respon terhadap stres, seperti putusnya suatu hubungan yang penting atau bencana yang mengancam jiwa. Kecemasan juga bisa merupakan suatu reaksi terhadap dorongan seksual atau dorongan agresif yang tertekan, yang bisa mengancam pertahanan psikis yang secara normal mengendalikan dorongan tersebut. Pada keadaan ini, kecemasan menunjukkan adanya pertentangan psikis. Kecemasan bisa timbul secara mendadak atau secara bertahap selama beberapa

14 menit, jam atau hari. Kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa tahun. Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak sampai letupan kepanikan (Suparyanto, 2011). 2.2 Konsep Dasar Pendidikan Bidan Pengertian pendidikan tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselengggarakan oleh perguruan tinggi.(pasal 19) (Sisdiknas, 2003). Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas (pasal 20) (Sisdiknas, 2003) Sejarah perkembangan pendidikan bidan di Indonesia Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia dan sempat ditutup. Pada tahun 1902 bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi dan lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang kurang mampu secara cuma-cuma. Pada tahun 1911 sampai 1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun. Pada tahun 1920 pendidikan ada 2 jalur yaitu calon peserta didik dari Mulo dengan lama pendidikan 3 tahun dan lulusan mantra juru rawat perempuan dengan lama pendidikan 2 tahun. Pada tahun 1950 dibuka sekolah pembantu bidan lulusan dari SMP ditambah 2 tahun untuk menjadi bidan. Pada

15 tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun institusi pendidikan ditutup, sehingga 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Pada tahun 1989 dibuka kursus program pendidikan bidan secara nasional, program ini dikenal sebagai program Pendidikan Kebidanan Bidan A (PPB/A). Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B dan C. Selain program pendidikan bidan diatas, sejak tahun pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (distance learning), kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pada tahun 1996 berdasarkan SK Mendikbud No. 009/U/1996 dibuka program pendidikan DIII Kebidanan dan di lingkungan Depkes No. 4118/1997. Untuk memenuhi tenaga pendidik program DIII dibuka DIV Bidan pendidik pada tahun 1999 di UGM dan UNPAD (2001). Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pada tahun 2006 Dibuka S2 di UNPAD untuk memenuhi kebutuhan dosen, tahun 2008 dibuka S1/ Profesi pendidikan kebidanan di FK UNAIR, tahun 2010 dibuka S1 di Universitas Brawijaya dan pada tahun 2012 di UNAND Padang, tahun 2011 dibuka program S2 kebidanan di UNAND dan tahun 2012 dibuka program S2 di UNHAS (AIPKIND, 2011) Pendidikan DIV dan S1 Kebidanan Gelar program pendidikan diploma IV dan sarjana (S1) adalah sama, yaitu sarjana. Untuk pendidikan akademik program sarjana, gelar ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan huruf S diikuti inisial bidang studi, dan untuk

16 pendidikan vokasi program diploma 4, gelar ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan huruf SST(Sarjana Sains Terapan). Beban studi program pendidikan diploma IV dan sarjana (S1) adalah sama. Sarjana (dari bahasa Sanskerta "penciptaan", dalam bahasa Inggris: undergraduate) adalah gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program pendidikan sarjana (S-1). Untuk mendapatkan gelar sarjana. Secara normatif dibutuhkan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun, tapi ada juga yang menyelesaikannya dalam 3,5 (tiga setengah) tahun ataupun lebih dari 6 (enam) tahun. Hal tersebut tergantung dari kebijakan dari perguruan tinggi yang ditetapkan. Karya ilmiah yang diwajibkan dan merupakan persyaratan untuk memperolah gelar sarjana dinamakan dengan skripsi. Dibawah ini adalah beberapa regulasi pemerintah yang telah mengatur keberadaan program Sarjana Sains Terapan D4 Politeknik, serta Program Sarjana dari jalur Akademik: 1. Keputusan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor234/u/2000 tentang pedoman pendirian perguruan tinggi. Pasal 1 ayat 16. Program Diploma IV selanjutnya disebut Program D IV adalah jenjang pendidikan profesional yang mempunyai beban studi minimal 144 satuan kredit semester (sks) dan maksimal 160 sks dengan kurikulum 8 semester dan lama program antara 8 sampai 14 semester setelah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pasal 1 ayat 17. Program Sarjana selanjutnya disebut Program S1 adalah jenjang pendidikan akademik yang mempunyai beban studi antara minimal 144 satuan kredit semester(sks) dan maksimal 160 sks dengan kurikulum 8 semester dan lama program antara 8 sampai 14 semester setelah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

17 2. Keputusan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor232/u/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggidan penilaian hasil belajar mahasiswa Pasal 3 ayat 2: Program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki sebagai berikut: a. menguasai dasar-dasar ilmiah dan ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; b. mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; c. mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat d. mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang merupakan keahliannya. Pasal 4 1. Pendidikan profesional terdiri atas program diploma I, diploma II, diploma III, dan diploma IV. 2. Program diploma I diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau memecahkan masalah yang sudah akrab sifat-sifat maupun kontekstualnya di bawah bimbingan. 3. Program diploma II diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau memecahkan masalah yang sudah akrab sifat-sifat maupun kontekstualnya secara mandiri, baik dalam bentuk pelaksanaan maupun tanggungjawab pekerjaannya. 4. Program diploma III diarahkan pada lulusan yang menguasai kemampuan dalam

18 bidang kerja yang bersifat rutin maupun yang belum akrab dengan sifat-sifat maupun kontekstualnya, secara mandiri dalam pelaksanaan maupun tanggungjawab pekerjaannya, serta mampu melaksanakan pengawasan dan bimbingan atas dasar ketrampilan manajerial yang dimilikinya. 5. Program diploma IV diarahkan pada hasil lulusan yang menguasai kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu, termasuk ketrampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial, serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang keahliannva. Pasal 5 ayat 1 : Beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan) semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dan 8 (delapan) semester dan selama- lamanya 14 (empat belas) semester setelah pendidikan menengah. Pasal 6 ayat 4: Beban studi program diploma IV sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS dan sebanyakbanyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan) semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 8 (delapan) semester dan selama-lamanya 14 (empat belas) semester setelah pendidikan menengah. 3. Peraturan pemerintah no:60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi Pasal 22 (Perihal Gelar lulusan Politeknik) 1. Gelar akademik Sarjana dan Magister ditempatkan di belakang nama pemilik hak atas penggunaan gelar yang bersangkutan dengan mencantumkan huruf S. untuk Sarjana dan huruf M. untuk Magister disertai singkatan nama kelompok bidang ilmu. 2. Gelar akademik Doktor ditempatkan di depan nama pemilik hak

19 atas penggunaan gelar yang bersangkutan dengan mencantumkan huruf Dr. 3. Sebutan profesional Ahli Pratama bagi lulusan Program Diploma I, Ahli Muda bagi lulusan Program Diploma II, Ahli Madya bagi lulusan Program Diploma III dan Sarjana Sains Terapan bagi lulusan Program Diploma IVditempatkan di belakang nama pemilik hak atas penggunaan sebutan yang bersangkutan.

20 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Faktor Internal : a. Dorongan dari dalam: - Persepsi - Harga diri - Harapan Melanjutkan pendidikan - Kebutuhan Faktor-faktor terbentuknya minat - Keinginan - Kepuasan - Prestasi yang diharapkan b. Motivasi c. Emosional Mempengaruhi minat mahasiswa D-III kebidanan Tidak melanjutkan pendidikan Faktor Eksternal - Sosio-budaya - Lingkungan - Fasilitas Gambar 3.1 Keterangan : Kerangka konseptual penelitian = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti

21 Penjelasan kerangka konseptual Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Faktor yang mempengaruhi minat seseorang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor dorongan dari dalam yaitu persepsi, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan, prestasi yang diharapkan, faktor motivasi dan faktor emosional. Faktor eksternal meliputi sosial budaya, lingkungan dan fasilitas. Beberapa faktor tersebut juga mempengaruhi minat mahasiswa D-III kebidanan dalam menentukan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jenjang pendidikan tinggi di Indonesia setelah D-III kebidanan yaitu D-IV kebidanan yang terdiri dari jurusan DIV kebidanan klinik, pendidik dan komunitas, kemudian S1 kebidanan dan S2 kebidanan. Pada penelitian ini hanya meneliti faktor persepsi, motivasi, fasilitas, dan lingkungan (pengaruh orang lain) yang mempengaruhi minat mahasiswa DIII kebidanan dalam menentukan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan penentuan memilih DIV atau S1 kebidanan sebagai pilihan pendidikan selanjutnya. 3.2 Hipotesis penelitian Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada hubungan persepsi dengan minat mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi 2. Ada hubungan motivasi dengan minat mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi

22 3. Ada hubungan fasilitas dengan minat mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi 4. Ada hubungan lingkungan dengan minat mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi

23 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan pada penelitian ini adalah studi deskriptif analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi, kemudian dilakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara variabel bebas dan variabel terikat sehingga dapat diketahui seberapa jauh kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatdan bersifat penjelasan (Explanatory atau Confirmatory). Di dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sejelas mungkin faktor persepsi dan motivasi yang berpengaruh dalam minat dan pemilihan jenjang pendidikan DIV dan S1 kebidanan. Ditinjau dari pendekatannya penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross-sectional yaitu dengan menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel hanya satu kali pada satu saat. (Nursalam, 2008) Total populasi Populasi Sampel Persepsi Motivasi Fasilitas Lingkungan Minat Melanjutkan pendidikan lebih tinggi Gambar 4.1 Rancang bangun penelitian cross sectional 4.1 Populasi, Sampel dan Sampling Populasi Pada penelitian ini sebagai populasi adalah seluruh mahasiswa DIII Kebidanan semester akhir Politeknik Kemenkes Malang.

24 4.1.2 Sampel Sampel untuk penelitian ini adalah seluruh mahasiswa DIII Kebidanan semester akhir Politeknik Kemenkes Malang. dengan kriteria inklusi yaitu mahasiswa yang bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusinya adalah mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden Sampling Sampel penelitian ini diambil dari populasi dengan teknik total populasi merupakan teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel didapat dari semua anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes Malang program studi kebidanan Malang yang merupakan pendidikan tinggi negeri jenjang DIII kebidanan di Malang dan mempunyai akreditasi A menurut BAN-PT. 4.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto,dkk, dalam Nursalam, 2008). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi, motivasi, fasilitas dan lingkungan terhadap studi lanjutan kebidanan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat mahasiswa melanjutkan pendidikan lebih tinggi.

25 4.3.2 Definisi operasional Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel penelitian menjadi bersifat operasional. Definisi dari operasional menjadikan konsep bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut (Wasis, 2008). 1. Variabel persepsi Definisi operasional : pendapat mahasiswa tentang studi lanjutan dari DIII kebidanan Parameter : Jawaban responden terhadap pertanyaan mengenai persepsi Alat ukur Skala Kriteria hasil : kuesioner : Ordinal : Terdiri dari 4 item pertanyaa positif jawaban: Sangat setuju skor 5 Setuju skor 4 Ragu-ragu skor 3 Tidak setuju skor 2 Sangat tidak setuju skor 1 pertanyaan negatif, jawaban: Sangat setuju skor 1 Setuju skor 2 Ragu-ragu skor 3 Tidak setuju skor 4 Sangat tidak setuju skor 5 Nilai maksimum = 50 Nilai minimum = 10

26 Kriteria: Positif jika Skor T > Mean T (50) Negatif jika Skor T Mean T (50) (Azwar, 2011) 2. Variabel motivasi Definisi operasional : Dorongan dari dalam diri bidan yang berupa keinginan dan kemauan mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi Parameter : Jawaban responden terhadap pertanyaan mengenai keinginan dan kemauan untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi Alat ukur Skala Kriteria hasil : kuesioner : Ordinal : Terdiri dari pertanyaan positif, jawaban: Sangat setuju skor 5 Setuju skor 4 Ragu-ragu skor 3 Tidak setuju skor 2 Sangat tidak setuju skor 1 pertanyaan negatif, jawaban: Sangat setuju skor 1 Setuju skor 2 Ragu-ragu skor 3 Tidak setuju skor 4 Sangat tidak setuju skor 5

27 Nilai maksimum = 60 Nilai mimimum = 12 Kriteria : Tinggi Sedang Rendah : x M + 1SD : (M - 1SD) < x > (M +1SD) : x M - 1SD 3. Variabel fasilitas Definisi operasional : Tersedianya instansi pendidikan yang membuka progran studi lanjutan dari DIII kebidanan Parameter : Hasil jawaban responden tentang adanya fasilitas untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi Alat ukur Skala : kuesioner : nominal Kriteria hasil : Tersedia : skor 1 4. Variabel lingkungan Tidak tersedia : skor 0 Definisi operasional : kondisi yang ada disekitar dan pengaruhnya yg dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa Parameter : Hasil jawaban responden tentang adanya pengaruh dari orang lain yang menimbulkan minat untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi Alat ukur Skala : kuesioner : Ordinal Kriteria hasil : pertanyaan positif, jawaban : Benar = 1

28 Salah = 0 Pertanyaan negatif, jawaban : Benar = 1 Salah = 0 5. Variabel minat Definisi operasional : keinginan responen untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi Parameter : Hasil jawaban responden tentang minat untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi Alat ukur Skala : kuesioner : nominal Kriteria hasil : pertanyaan positif, jawaban : ya = 1 tidak = 0 Pertanyaan negatif, jawaban : Ya = 0 Tidak = 0 Kriteria hasil : Tinggi : % Sedang : 34-66% Rendah : 0-33%

29 4.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat, A., 2010) Instrumen pengumpulan data Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih cermat (Notoatmodjo, 2010). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan checklist yang terstruktur, berupa : 1) Pertanyaan terbuka untuk identitas responden meliputi inisial nama, umur, semester 2) Pertanyaan tertutup untuk pengukuran minat, persepsi, motivasi, fasilitas dan lingkungan melakukan studi lanjutan. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, harus dilakukan uji coba kuesioner dengan pengukuran validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Pada awalnya peneliti berencana untuk melakukan uji coba kuesioner kepada 10 orang mahasiswa semester akhir DIII kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang yang mempunyai krakteristik yang sama dengan responden yang akan diteliti. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan setelah semua kuesioner diisi dan terkumpul. Dalam penelitian ini uji validitas dan reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan SPSS Prosedur pengumpulan data Prosedur pengumpulan data dimulai dengan mengajukan surat ijin penelitian dari institusi peneliti kepada kepala Poltekkes Kemenkes Malang. Setelah mendapatkan ijin peneliti meminta ijin pada mahasiswa untuk menjadi responden penelitian. Selanjutnya responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent, kemudian responden

30 tersebut diberikan pertanyaan berupa kuesioner mengenai factor yang mempengaruhi minat dan pemilihan jenjang studi lanjutan kebidanan. Data yang diambil disini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner terstruktur yang telah disediakan. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Sebelum diisi oleh responden peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang cara pengisian kuesioner untuk menyamakan persepsi peneliti dengan responden. 4.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Metode pengolahan data Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut: 1) Editing Editing adalah memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui pembagian kuesioner, dengan tujuan mengecek kembali apakah hasilnya sudah sesuai dengan rencana atau tujuan yang hendak dicapai. Editing dilakukan langsung di lapangan agar dapat mempermudah dalam proses melengkapi atau menyempurnakan data yang kurang atau tidak sesuai. 2) Coding Coding adalah pemberiaan kode untuk mempermudah pemasukan data dalam tabulasi data. Misal, R : Responden, M0 : Tidak minat, M1 : minat, D : DIV kebidanan, S1 : S1 kebidanan. 3) Skoring Yaitu memberikan skor/nilai pada setiap jawaban yang diberikan responden dalam menjawab pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner. Untuk variabel

31 minat menggunakan skor 1 untuk jawaban minat dan skor 0 untuk jawaban tidak minat. 4) Data Entry Data Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi. (Hidayat, A., 2007) Analisa data Analisis data kuantitatif dimaksudkan untuk mengolah dan mengorganisasikan data, serta menemukan hasil yang dapat dibaca dan dapat diintepretasikan, meliputi : 1. Analisis Univariat Menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui karakteristik dari subyek penelitian. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan tabel silang dan uji statistik Pearson Product Moment. Penghitungan uji statistik Pearson Product Moment bertujuan untuk melihat adanya hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Apabila korelasi yang terbentuk antara variabel bebas dan variabel terikat memiliki nilai yang signifikan atau nilai signifikansi di bawah 5% maka terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya apabila korelasi yang terbentuk antara variabel bebas dan variabel terikat tidak signifikan atau nilai signifikansi di atas 5% maka tidak ada hubungan antara variabel tersebut.

32 4.7 Kerangka Kerja Sampling : Total sampling Populasi Semua mahasiswa semester akhir DIII kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang Sampel : Bagian populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa yang bersedia menjadi responden Pengumpulan data dengan kuesioner Variabel : Persepsi, motivasi, minat Pengolahan data Analisa data : Deskriptif kuantitatif Hasil penyajian data Gambar 4.7 Kerangka Kerja Penelitian Faktor Yang Mempengaruhi minat dan pemilihan jenjang studi lanjutan pada mahasiswa DIII kebidanan

33 4.8 Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kepala prodi kebidanan Malang Poltekkes Kemenkes Malang untuk mendapatkan persetujuan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian, antara lain: Informed consent Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dan mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden Anonymity (Tanpa nama) Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data dan cukup memberikan kode Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan responden dijamin peneliti. (Nursalam, 2008) Keterbatasan penelitian Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri dan bukan merupakan kuesioner baku. Hal ini memungkinkan adanya pertanyaan dan pernyataan yang belum mencakup secara detail aspek yang menyangkut variabel. 4.9 Jadual Penelitian Terlampir

34 DAFTAR PUSTAKA AIPKIND, Sejarah Pendidikan Bidan. Diakses 6 Maret 2015 dari Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta Fauza, R, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Belajar mahasiswa Semester IV di Akademi Kebidanan Imelda Medan T.A.2008/2009. Diakses pada 6 Maret 2015 dari Hayati, R.N, Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Terhadap Minat Bidan Mengikuti Uji KompetensiDi Kota Semarang Tahun Diakses Pada 6 Maret 2015 dari. Notoatmodjo, S, Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi 2012). Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, Konsep dan Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Putri, L.A., Widayati,2012. Studi Fenomenologis Persepsi Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Ngudi Waluyo tentang S2 Kebidanan Tahun 2010 Diakses pada 6 Maret 2015 dari &tab=opac Rakhmawati,N., Widodo, A Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Mahasiswa Sarjana Keperawatan Untuk Melanjutkan Pendidikan Profesi Ners Di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 6 Maret 2015 dari WATI%20-%20ARIF%20WIDODO%20Fix%20bgt.pdf?sequence=1. Sudrajat, A, Teori-Teori Motivasi. Diakses pada Maret 2015 dari Suparyanto, Konsep Dasar Minat. Diakses pada 6 Maret 2015 dari Susilawati, E, Karya Tulis Ilmiah (KTI) Motivasi Mahasiswa Mengikuti Program Pendidikan D-Iv Bidan Pendidik. Diakses pada 6 Maret 2015 dari

35 Uma, H, Persepsi: Pengertian, Definisi dan Faktor yang mempengaruhi. Diakses pada 6 Maret 2015 dari Wikipedia Indonesia, Sarjana Sains Terapan di Indonesia. Diakses pada 6 Maret 2015 dari Wikipedia Indonesia, Sarjana. Diakses pada 6 Maret 2015 dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 Peraturan Dikti Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 12 Februari 2006, 23:34:08 KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian yang bertujuan menyajikan secara teliti (accurately

III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian yang bertujuan menyajikan secara teliti (accurately III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, Penelitian ini merupakan penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian adalah keseluruhan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

Smart, Innovative, Professional

Smart, Innovative, Professional email : politeknik@polije.ac.id Smart, Innovative, Professional 8 >> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> 7 >> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> 6 >> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> 5 >> 0 >> 1 >> 2 >> 3 >> 4 >> 4 >> 0 >> 1 >> 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat penjelasan (Explanatory), yaitu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis rancangan survey yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independent dan dependent, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang BAB I METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian yang data-datanya berhubungan dengan angka-angka baik yang diperoleh dari pengukuran maupun dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah diskriptif korelasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah diskriptif korelasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada pengukuran data variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu untuk mengetahui peranan antara variabel independent dengan variabel dependent yaitu peranan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berorientasi pada masa sekarang atau saat ini dan didesain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor penyebab dan hubungan antara dua variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional ialah suatu penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan landasan berfikir dalam melakukan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori. 40 Variabel yang akan diteliti adalah faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (umur, status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional,

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian. Hal-hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain penelitian yang digunakan, subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey analitik atau. eksplanatori dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey analitik atau. eksplanatori dengan pendekatan cross sectional. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey analitik atau eksplanatori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelasional atau penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menjelaskan hubungan variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis atau rancangan penelitian ini adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kuantitatif yang diarahkan untuk mendeskripsikan peran perawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi majunya sumber daya manusia, agar terbentuk generasi generasi masa depan yang lebih baik. Proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana diteliti hubungan variabel dengan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode korelasional dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive comparative dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar variabel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab, dalam pembangunan bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (tingkat pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi diskriptif. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif, yaitu rancangan penelitian yang menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik Comparative Study dengan pendekatan

Lebih terperinci