HUBUNGAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DAN SUCCESSFUL AGING PADA LANSIA. Yenny Marlina Nathalia Napitupulu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DAN SUCCESSFUL AGING PADA LANSIA. Yenny Marlina Nathalia Napitupulu"

Transkripsi

1 HUBUNGAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DAN SUCCESSFUL AGING PADA LANSIA Yenny Marlina Nathalia Napitupulu Mahasiswa: Psikologi/ FISIP Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur ABSTRACT This research was conducted to find out the relationship between daily activity and successful aging in the elderly. The X variable in this study is daily activity and the Y variable is successful aging. Research hypothesis there is a linear relationship between the daily activity of the elderly to age continued successful aging. The subject is used as many as 100 people overall are elderly, with an average age of years old. Sampling techniques used was purposive sampling or sampling aims. The collecting questionnaire data in the form of tools that use is Likert scale. The research results showed that test the assumptions are met. They are variable daily activity and variable of successful aging have normal data and have a linear relationship. Data analysis using statistical techniques Product Moment Correlation-Pearson with the help of statistical program SPSS 17.0 for Windows. Data analysis results obtained te value of the correlation between variable daily activity and variable of successful aging is 0,378 and ρ is 0,000. This indicates that there is a significant linear correlation between variable daily activity and variable of successful aging in the elderly. Keywords: Daily Activity, Successful Aging, Elderly ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas sehari-hari dan successful aging pada lansia. Variabel X penelitian adalah aktivitas sehari-hari dan variabel Y penelitian adalah successful aging. Hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan linear antara aktivitas sehari-hari lansia terhadap successful aging usia lanjutnya. Subjek yang digunakan sebanyak 100 orang yang keseluruhan merupakan lanjut usia (lansia) dengan rata-rata usia tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau sampel bertujuan. Alat pengumpul data berupa kuisioner yang menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji asumsi terpenuhi, yaitu variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful aging memiliki data yang berdistribusi normal dan memiliki hubungan linier. Analisis data menggunakan teknik statistik Korelasi Product Moment-Pearson dengan bantuan program statistik SPSS 17.0 for Windows. Hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful aging sebesar 0,378 dan ρ sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi linier yang signifikan antara variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful aging pada lansia. Kata Kunci: Aktivitas sehari-hari, Successful Aging, Lansia (Lanjut Usia) 1

2 2 PENDAHULUAN Pertumbuhan lanjut usia (lansia) pada abad ini sangat cepat, proses penuaan penduduk menjadi suatu gejala yang mendunia dan pesat. Suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindari akibat dari proses transisi demografi yaitu perubahan tingkat kelahiran, dari tingkat kelahiran tinggi menjadi angka kematian rendah (Suryani, 2007). Saat ini Indonesia memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) hal ini disebabkan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar jiwa atau sekitar 8% dari jumlah penduduk di kota Malang. (BKKBN, 2012) Masa lanjut usia (lansia) adalah dimana lansia mengalami suatu kehilangan yang bersifat, misalnya berkurangnya fungsi pendengaran, penglihatan, kekuatan fisik dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran sosial yang baru. Pada masa perkembangan manusia memiliki tahapan atau tugas perkembangannya tersendiri dan sesuai dengan fase pertumbuhannya, demikian halnya dengan lansia, ketika seseorang memasuki fase lansia, seseorang tersebut memiliki tugas perkembangan yang berbeda dengan sebelumnya (Papalia & Olds, 2001). Rata-rata menjelang usia 60 tahun, lansia mulai memikirkan alternatif-alternatif kegiatan baru yang akan dilakukan setelah lansia tidak lagi bekerja. Hal ini dikarenakan pada usia 60 tahunan seseorang tidak lagi dibebankan oleh pekerjaan pokoknya dengan kata lain lansia memasuki masa pensiun. Tak jarang lansia yang memasuki masa pensiun lebih banyak menyibukkan diri dengan aktivitas barunya, misalnya dengan berkebun, menjaga cucu bahkan mendatangi suatu perkumpulan sosial lansia. Aktivitas adalah suatu usaha energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, aktivitas

3 3 juga merupakan salah satu tanda kesehatan karena seseorang melakukan kegiatan seperti berjalan dan bekerja (Kusmana, 2006). Aktivitas merupakan salah satu penilaian dalam kehidupan sehari-hari orangtua dalam melakukan tindakan yang perlu dilakukan secara benar. Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap harinya. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. (Martika, 2012). Aktivitas sehari hari (Marthuranath, 2004) adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari dan sifatnya berulang. Menurut Stanley (2007) mengemukakan bahwa lansia mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun macammacam aktivitas sehari-hari adalah aktivitas fisik, aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga dimana sangat penting bagi kesehatan mental. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan lain-lain. Aktivitas fisik merupakan bagian dari aktivitas produktif hal ini dikarenakan aktivitas fisik pada lansia mengarah pada aktivitas lansia yang dilakukan menghasilkan keuntungan-keuntungannya tersendiri atau bernilai positif bagi daya tahan tubuh seorang lansia. Kemudian aktivitas mental, Banyak aktivitas yang dilakukan oleh lansia akan menolong pikiran lansia tetap aktif, mengembangkan hobi, dan menikmati aktivitas di waktu luang yang menyenangkan. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas mental pada lansia seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah mengelola keuangan secara baik, aktivitas keagamaan bersama sesama lansia, meluangkan waktu untuk melakukan satu hal yang digemari. Pada aktivitas mental cenderung

4 4 mengarah kepada aktivitas pribadi, hal ini dikarenakan sifatnya yang memiliki keleluasaan pribadi. Beberapa macam aktivitas sehari-hari yang terakhir adalah aktivitas sosial, aktivitas sosial pada lansia diperkirakan memberikan kontribusi paling besar terhadap masa tua yang sukses. Lansia mempertahankan aktivitas pada usia dewasa pertengahan selama mungkin kemudian menemukan pengganti aktivitas yang sudah tidak dapat dilakukan lagi. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi atau aktif dalam aktivitas kelompok. Aktivitas sosial adalah kemampuan lansia untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Successful aging atau optimal aging adalah istilah untuk usia lanjut berhasil. Banyak kriteria yang diusulkan untuk seorang lanjut usia (lansia) dapat dikatakan sebagai usia lanjut berhasil, hal ini dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitif, kesehatan mental dan adapula yang menyebutkan kriteria tersebut dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki arti penting bagi kondisi kesehatan lansia (Suardiman, 2011). Konsep successful aging sebagai perspektif yang berorientasi pada prosesnya merupakan mekanisme dengan modal selektif, optimalisasi, dan kompensasi. Dimana dimaksudkan selektif adalah membatasi aktivitas sehari-hari secara proaktif sesuai dengan motivasi dan kemampuan yang dimiliki. Model kedua kompensasi, model ini tidak hanya mengandung adaptasi terhadap aktivitas yang selama ini dilakukan tetapi juga menciptakan aktivitas baru sesuai dengan kondisi lansia. Agar hasilnya dapat maksimal di samping dua hal tersebut, perlu diimbangi dengan

5 5 optimalisasi, sebab dengan adanya optimalisasi secara tidak langsung memberikan kesempatan pada lansia untuk melakukan praktek dan latihan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif (Suryani, 2007). Successful Aging menurut Jones dan Rose dapat dilihat dari beberapa komponen yaitu autonomy (independence), financial and social status, sense of meaningful purpose in life, and self actualization atau otonomi (kemandirian), keuangan dan status sosial, kebermaknaan hidup dan aktualisasi diri (Suardiman, 2011). Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai masa keemasan atau kejayaannya dalam ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu (Suardiman, 2011). Dimana semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak selanjutnya menjadi tua dan akhirnya akan meninggal. Awal dari penuaan yang merupakan hasil pertukaran berurutan pada gen tertentu, periode yang ditandai dengan penurunan nyata pada fungsi tubuh yang terkadang diasosiasikan dengan usia dan amat bervariasi (Papalia & Olds, 2008). Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas. Secara garis besar Birren dan Shroots membedakan tiga proses sentral di dalam tahapan lansia, pertama, proses biologis yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam tubuh seseorang yang menua. Kedua, penuaan proses dalam masyarakat (social eldering) dan yang ketiga, penuaan psikologis subjektif (geronting) yang berkaitan dengan pengalaman batinnya (Widiasari & Nuryoto, 2010).

6 6 Santrock (2002) menyatakan bahwa masa dewasa akhir dimulai pada usia 60-an dan diperluas sampai sekitar usia 120 tahun. Akan tetapi, klasifikasi yang lebih berguna adalah usia fungsional, yaitu seberapa baik seseorang berfungsi dalam lingkungan fisik dan sosial dibandingkan orang lain yang seusianya. Seseorang yang berusia 90 tahun yang tetap merasa dalam kesehatan yang prima bisa jadi berfungsi lebih muda dibandingkan orang berusia 65 tahun yang tidak sehat (Papalia, dkk, 2008). Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro, masa lanjut usia (geriatric age) diatas 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan usia, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (> 80 tahun) (Fitriyanti, 2009). Secara psikologis yang didasarkan pada tahap perkembangan Erikson (Santrock, 2002), masa lanjut usia ini berada pada fase integritas versus keputusasaan. Pada fase ini, merupakan fase dimana individu melihat kembali apa yang telah dilakukan dalam kehidupannya. Melalui beberapa jalan yang berbeda, orang dewasa lanjut telah mengembangkan harapan yang positif di setiap periode sebelumnya. Pandangan tentang masa lalu (retrospective glances) dan kenangan akan menampakkan suatu gambaran dari kehidupan yang dilewatkan dengan baik, dan seorang dewasa lanjut akan merasa puas (integrity), namun jika seorang dewasa lanjut melalui satu atau lebih tahapan-tahapan yang awal dengan suatu cara yang negatif (terisolasi di dalam masa dewasa awal atau terhambat di masa dewasa tengah, misalnya), pandangan tentang masa lalu akan menampilkan keragu-raguan, kemurungan, dan keputusasaan terhadap keseluruhan nilai dari kehidupan seseorang (Santrock, 2002). Marthuranath (2004) pada penelitiannya terhadap aktivitas lansia dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People (IADL-E) atau aktivitas sehari-hari pada lansia mengemukakan bahwa aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dilihat dari akses untuk

7 7 melakukan aktivitas sehari-hari tersebut daripada melihat kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Misalnya yang berhubungan dengan aktivitas fisik, aktivitas mental, dan aktivitas sosial pada lanjut usia. Penelitian selanjutnya dikemukan oleh Vereena Menec (2003) yang menjelaskan bahwa successful aging atau keberhasilan usia lanjut dapat dilihat melalui aktivitas kesehariannya dan akan terus menunjukkan peningkatan apabila lansia melakukan peningkatan mutu dalam aktivitas keseharian yang dilakukan oleh para lansia. Berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini fokus pada hubungan aktivitas sehari-hari dan successful aging pada lansia tersebut sebagaimana untuk mengetahui hubungan aktivitas sehari-hari dengan struktur budaya dan kebiasaan lansia Indonesia terkait dengan successful aging. Ciri khas yang diambil oleh peneliti diantaranya adalah penelitian dilakukan pada lansia yang terdapat di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia dengan rentang usia tahun dan memiliki fungsi fisik yang baik. METODE Penelitian ini menggunakan 100 lansia (lanjut usia) di salah satu instansi yang menaungi para lansia dalam mengambil jatah pensiun yaitu BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional) yang berada di Kota Malang. Pengambilan data dilakukan atas seijin pihak yang memiliki kewenagan di BTPN Kota Malang dan observasi dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan subjek yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan dua skala penelitian kepada lansia, berhubung subjek penelitian merupakan lanjut usia (lansia) maka dalam pengisian skala penelitian dilakukan dengan cara membacakan satu per satu aitem yang terdapat dalam

8 8 skala. Selanjutnya setelah pengisian aitem berakhir, peneliti memberikan hadiah berupa makanan kepada subjek penelitian tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Pengukuran penelitian dengan memberikan dua skala yaitu skala aktivitas sehari-hari (AS) dan skala successful aging (SA). Skala AS merupakan skala yang mengukur aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dan skala SA merupakan skala yang digunakan untuk mengukur keberhasilan usia lanjut atau successful aging pada lansia. Kedua skala yang digunakan ini merupakan hasil dari pembuatan peneliti yang telah melewati masa uji coba penelitian. Uji coba tersebut diberikan perlakuan data yang sama seperti pada penelitian yang sebenarnya. HASIL Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasional dengan pemenuhan uji asumsi klasik. Sebelum dilakukan uji asumsi dan uji hipotesis, perlu menganalisis deskriptif yang terdapat dalam tabel 1: Tabel 1. Kategorisasi Skala Aktivitas Sehari-hari dan Skala Successful Aging Pada Lansia Kategori Daerah Keputusan (Aktivitas Seharihari) Jumlah Prosentase (Aktivitas Sehari-hari) Daerah Keputusan (Successful Aging) Jumlah Prosentase (Successful Aging) Tinggi Sedang Rendah 90% 10% 0% 97% 2% 1% Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah aktivitas sehari-hari pada lansia tergolong tinggi karena besar prosentase aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dengan prosentase sebesar 90% dari total jumlah sampel subjek dalam penelitian. Penyajian pada tabel 1

9 9 juga menjelaskan bahwa successful aging pada lanjut usia tergolong tinggi meskipun ada beberapa lansia dalam kategori sedang dan rendah. Berikutnya pencapaian pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan pemenuhan terlebih dahulu uji asumsi klasik (uji normalitas dan uji liniaritas) yang dijelaskan pada tabel dibawah ini: Tabel 2. Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas) Skala Aktivitas Sehari-Hari (X) dan Skala Sucessful Aging Pada Lansia (Y) Variabel Nilai Kolmogrov- Smirnov Nilai Signifikan Aktivitas Sehari-Hari (X) 1,059 0,212 Successful Aging (Y) 1,034 0,234 Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel aktivitas sehari-hari (X) memiliki nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 1,059 dengan nilai signifikan sebesar 0,212. Nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti distribusi data variabel aktivitas sehari-hari telah menyebar secara normal. Demikian halnya variabel successful aging (Y) memiliki nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 1,034 dengan nilai signifikan 0,234. Nilai signifikan variabel successful aging juga menunjukkan hasil yang lebih besar dari 0,05 yang berarti distribusi data variabel successful aging tersebar secara normal. Uji Linearitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Uji Asumsi Klasik (Uji Linearitas) Skala Aktivitas Sehari-Hari (X) dan Skala Sucessful Aging Pada Lansia (Y) Variabel Nilai F Nilai Signifikan Aktivitas Seharihari*Successful Aging 19,027 0,000 Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa uji linearitas skala aktivitas sehari-hari (X) dengan skala successful aging (Y) menghasilkan nilai F sebesar 19,027 dengan nilai signifikan sebesar

10 10 0,000 yang berarti lebih kecil nilainya dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel aktivitas sehari-hari memiliki hubungan yang linier dengan variabel successful aging. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara aktivitas sehari-hari dan successful aging pada lansia, akan diuji menggunakan teknik uji korelasi atau hubungan. Hasil korelasi dari kedua variabel dapat dilihat pada tabel 4, sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Product Moment-Pearson Variabel Korelasi (r) Nilai Signifikan (α) Aktivitas Seharihari*Successful Aging 0,378 0,000 Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh besarnya korelasi antara variabel aktivitas seharihari dan variabel successful aging adalah 0,378 dengan signifikan 0,000. Dapat dilihat bahwa nilai korelasi Product Moment-Pearson yang dihasilkan bernilai positif. Hal ini menunjukkan suatu hubungan lurus antara variabel aktivitas sehari-hari dengan variabel successful aging. Yang artinya semakin tinggi aktivitas sehari-harinya, maka semakin tinggi pula successful aging pada lansia. Begitu pula sebaliknya semakin rendah aktivitas sehari-hari pada lansia maka successful agingnya juga semakin rendah. DISKUSI Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan linier positif yang signifikan antara variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful aging pada lansia di BTPN Kota Malang. Hal tersebut ditunjukkan oleh angka statistik koefisien korelasi sebesar 0,378 dengan taraf signifikan 0,000.Skor korelasi yang bersifat positif dengan nilai signifikan dibawah 0,005 menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier positif secara signifikan diantara kedua variabel penelitian.

11 11 Dari skor tersebut diketahui bahwa semakin tinggi aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh seorang lansia maka successful aging pada lansia akan semakin tinggi, sebaliknya ketika aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia rendah (jarang) maka successful agingnya menurun atau rendah. Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas sehari-hari dan successful aging pada lansia di Kota Malang dapat diterima. Individu yang telah memasuki fase lanjut usia akan dengan sendirinya mengalami perubahan dalam hidupnya, misalnya lansia yang memiliki peranan baru dalam keluarga seperti menjadi kakek atau nenek, kemudian dalam lingkungan sosial menjadi seorang imam masjid atau penasehat warga dilingkungan setempat, dan perubahan lainnya seperti pensiun dari pekerjaan, dan lain-lain.menurut Potter (Fitriyanti, 2009) Aktivitas adalah suatu usaha energi atau keadaan bergerak dimana manusia atau seseorang melakukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.aktivitas juga sering didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan bergerak dan semua manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Perubahan peran sosial dan status fungsional individu juga memperlihatkan bahwa lansia akan merasakan kepuasannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting daripada kuantitas dari aktivitas yang dilakukan. Misalnya, mengunjungi saudara atau teman, melakukan aktivitas keagamaan, mengikuti aktivitas kelompok lansia, melakukan kegiatan membaca atau menulis, musik, seni, menjalankan hobi, berkebun, menanam tanaman, mengikuti kegiatan warga atau sosial, membersihkan halaman rumah, kerja bakti warga, dan lain-lain. Contoh-contoh aktivitas sehari-hari diatas mampu memberikan kesempatan pada lansia untuk terus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, terus bekerja memberikan kontribusi bagi kepuasan dan kebahagiaan hidup secara berarti bagi usia lanjut (Suardiman, 2011).

12 12 Successful aging adalah istilah untuk usia lanjut berhasil. Banyak kriteria yang diusulkan untuk seorang lanjut usia (lansia) dapat dikatakan sebagai usia lanjut berhasil, hal ini dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitif, kesehatan mental dan adapula yang menyebutkan kriteria tersebut dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki arti penting bagi kondisi kesehatan lansia (Suardiman, 2011). Keberhasilan hidup pada lanjut usia sangatlah penting bagi fase atau tahapan hidup manusia. Hal ini dikarenakan ketika lansia mampu melewati tantangan dalam fase kehidupannya hingga ia lanjut usia maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki kesejahteraan, kepuasan dan keberhasilan dalam hidupnya. Successful aging pada lanjut usia yang terpenuhi dapat dilihat dari faktor-faktor berikut: a) otonomi (kemandirian), b) keuangan dan status sosial, c) kebermaknaan hidup, dan d) aktualisasi diri. Dari keempat faktor tersebut diartikan bahwa hanya lansia yang tetap aktif pada masa tuanya sajalah yang akan merasakan keberhasilan usia lanjut. Jadi kriteria lansia yang mencapai successful aging dapat diketahui antara lain memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi, memiliki integritas pribadi yang tinggi, mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang masih berarti, memiliki kondisi fisik dan mental yang sehat, memiliki keamanan finansial, serta mampu mengendalikan kehidupannya sendiri sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri dan tidak banyak bergantung pada orang lain.(widiasari & Nuryoto. 2010). Lansia yang menjadi subjek penelitian ini rata-rata memiliki latar belakang yang berbedabeda setiap individu, mulai dari aktivitas sehari-hari yang dilakukan didalam rumah hingga aktivitas yang dilakukan diluar rumah atau yang terdapat dilingkungan sosial atau masyarakat.sebagaimana penelitian yang dlakukan oleh Marthuranath (2004) mengenai instrumen skala aktivitas sehari-hari pada lansia demensia, dimana intsurmen ini tidak hanya

13 13 ditujukan pada lansia penderita demensia saja melainkan masyarakat lanjut usia. Dimana dikatakan bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia adalah sama tanpa memandang jenis kelamin ataupun jenis kegiatannya namun yang membedakan adalah akses untuk melakukan aktivitas sehari-hari tesebut diantara setiap individu lansia daripada kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas keseharian tersebut. Oleh karena itu aktivitas sehari-hari pada lansia dinilai memiliki kesamaan kegiatan seperti menelepon teman, berkunjung kerumah tetangga, dan lain-lain. Penelitian selanjutnya dikemukan Menec (2003) yang menjelaskan bahwa kebahagian lansia dilihat melalui aktivitas kesehariannya tersebut dan akan terus menunjukkan peningkatannya ketika lansia melakukan peningkatan mutu dalam aktivitas yang dilakukan lansia dalam keseharian. Dari beberapa penelitian diatas dapat diketahui bahwa penelitian yang dilakukan peneliti memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian diatas dalam hal ragam aktivitas sehari-hari yang dikemukan peneliti dari aktivitas sosial, aktivitas pribadi dan aktivitas produktif memiliki penilaian tersendiri pada setiap lansia yang menjadi subjek dari penelitian.beberapa hal yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian diatas adalah keadaan sosial masyarakat yang berbeda, tingkat pendidikan masyarakat yang berbeda dan kemampuan kognitif yang berbeda.dimana dilihat bahwa masyarakat lansia yang menjadi subjek penelitian cenderung lebih aktif dalam dalam aktivitas yang mengutamakan kebersamaan dengan oranglain.hasil yang terlihat pada setiap subjek juga berbeda-beda untuk aktivitas sehari-hari dan tingkat successful aging dari masing-masing lansia yang menjadi subjek penelitian. Dari faktor-faktor yang dilihat pada setiap variabel yaitu variabel aktivitas sehari-hari dan successful aging menunjukkan bahwa keduanya memiliki keterkaitan hubungan. Keterkaitan hubungan antara aktivitas sehari-hari dengansuccessful aging ditunjukkan oleh hasil penghitungan yang menunjukkan bahwa prosentase hubungan variabel aktivitas sehari-hari dan

14 14 variabel successful aging adalah sebesar 14,2% sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,8% berhubungan dengan faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, status sosial ekonomi, latar belakang keluarga atau lingkungan, budaya, kondisi psikologis dan lain-lain. Berdasarkan hasil uji korelasi antara kedua variabel dengan merujuk pada tabel 15 mengenai interval korelasi (Riduwan, 2009), maka diketahui bahwa hasil korelasi menghasilkan tingkat hubungan yang rendah dengan tingkat koefisiensi 0,378.Hal ini berarti variabel aktivitas sehari-hari memiliki hubungan linier dengan variabel successful aging dengan taraf yang rendah, dimana variabel successful aging tidak hanya memiliki hubungan dengan variabel aktivitas sehari-hari saja, melainkan dengan variabel-variabel lainnya yang tidak diukur pada penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai koefisien determinasi variabel aktivitas sehari-hari kepada variabel successful aging yang mencapai 14,2% artinya tidak sedikit banyak faktor pembentuk variabel successful aging berhubungan dengan variabel aktivitas sehari-hari. Faktor lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian, seperti: a) hubungan sosial, b) fisik dan emosional, c) kesehatan, d) dukungan sosial, e) keterlibatan dalam berbagai aktivitas, dan f) self image pada lansia (Suadirman, 2011). Suadirman (2011) menjelaskan bahwa kegiatan adalah esensi hidup sepanjang hidup dan sepanjang umur. Dimana seseorang yang tetap aktif, baik secara fisik, mampu membina hubungan sosial dengan lingkungan secara baik, individu mampu menjaga kesehatan fisiknya dihari tua, mendapatkan dukungan untuk dirinya baik dari keluarga maupun dari lingkungan, serta dapat memposisikan dirinya dengan baik dalam menghadapi fase lanjut usianya dan terlibat aktif dalam berbagai macam aktivitas sehingga memberikan kontribusi dan kepuasaan bagi dirinya, akan membawa individu tersebut menuju usia lanjut berhasil (successful aging).

15 15 Selain itu terdapat nilai korelasi yang signifikan antara variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful aging, sehingga apabila penelitian ini dilakukan ulang terhadap subjek yang memiliki kriteria serupa pada waktu dan tempat yang berbeda maka akan didapatkan tingkat korelasi yang serupa atau sama, dengan kata lain penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi. Sebagaimana tingkat korelasi yang rendah pada hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas sehari-hari dan successful aging pada lansia, sehingga ketika subjek memiliki aktivitas sehari-hari yang tinggi, maka akan diikuti dengan meningkatnya successful aging atau keberhasilan dimasa tuanya. Begitu juga sebaliknya, apabila aktivitas sehari-harinya rendah maka akan diikuti dengan menurunnya tingkat successful agingnya. Berdasarkan uji statistik atau uji hipotesis dan penjabaran diatas, maka dapat diketahui bahwa aktivitas sehari-hari memiliki hubungan dengan tingkat successful aging atau tingkat keberhasilan masa tua lansia, sehingga dapat diketahui bahwa pentingnya melakukan berbagai aktivitas sehari-hari disela-sela rutinitas menghadapi fase akhir dari kehidupan membuat lansia mampu terus berpikir positif menghadapi ketuaannya dan melakukan rutinitas positif akan membawa lansia pada successful aging yang diinginkan (Suryani, 2007). Diharapkan setelah mengetahui hasil dari penelitian ini, akan memudahkan subjek untuk mengetahui pentingnya melakukan aktivitas sehari-hari yang bermanfaat bagi kesehariannya dan tetap semangat serta memiliki kesehatan mental yang baik dalam menjalani fase kehidupan usia lanjutnya. KESIMPULAN Analisa hasil perhitungan korelasi Product Moment Pearson menunjukkan adanya korelasi positif antara variabel X1 (Aktivitas Sehari-hari) dengan variabel X2 (Successful aging)

16 16 dan hipotesis peneliti diterima, artinya penelitian ini memiliki hubungan antara kedua variabel yaitu variabel aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dengan successful aging pada lansia di BTPN Kota Malang yang dimana semakin tinggi aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia maka successful agingnya akan semakin tinggi pula, demikian sebaliknya semakin rendah aktivitas sehari-hari pada lansia maka semakin rendah pula successful agingnya. Sumbangan efektif sebesar 0,378 menunjukkan bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia memberikan sumbangsih sebesar 14,2% dalam mengkategorikan successful aging pada lansia yang masuk kriteria penelitian sebagai sampel, sedangkan sisanya sebesar 85,8% berhubungan dengan faktorfaktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi successful aging pada lansia seperti perbedaan karakter personal, kebiasaan hidup, dan kondisi kesehatan yang berbeda-beda pada setiap lansia. SARAN Saran peneliti terhadap lansia, diharapkan setelah mengetahui hasil penelitian ini, lansia atau lanjut usia dapat lebih meningkatkan aktivitas sehari-hari dimasa tuanya agar terhindar dari rasa kesepian menghadapi masa tua, dengan banyaknya aktivitas sehari-hari yang dilakukan misalnya dengan mengerakkan badan sembari membersihkan rumah atau mendengarkan musik dipagi hari mampu meningkatkan successful aging atau keberhasilan usia lanjutnya. Sehingga nantinya akan tercipta masa tua yang bahagia dan sejahtera. Saran peneliti terhadap peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memilih subjek dengan latar belakang yang lebih spesifik dan khas lagi, contohnya berdasarkan gaya hidup, jenis kelamin, atau latar belakang pendidikan, hubungan sosial, fisik dan emosional, kesehatan, sehingga dapat memberikan variasi hasil penelitian yang serupa. Peneliti selanjutnya juga dapat

17 17 menambahkan jumlah sampel penelitian sehingga akan lebih representative dan memperkaya hasil penelitian. Selain itu juga disarankan mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi aktivitas dan successful aging pada lansia. DAFTAR PUSTAKA Achirawati Perbedaan Persepsi Lansia Terhadap Peran Panti Werdha dalam Memberikan Pelayanan pada Penghuni Panti Berdasarkan Latar Belakang Ekonomi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang Adrianisah, Maulia Nur Pencapaian Successful Aging pada Lanjut Usia, Khususnya pada Lanjut Usia yang Anak dan Keluarganya Tinggal Bersama. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ( diunduh pada tanggal 20 februari 2013 pukul WIB Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Rineka Cipta Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Azwar, Saifudin Metode Penelitian (edisi ke 4). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (Edisi ke 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Allen, M. J & Yen, W. M Introduction to Measurement Theory. Monterey: Brooks/ Cole Berk, Laura E. D Development Through the Life Span. Fourth Edition. Boston: Pearson Allyn & Bacon BKKBN.Co.Id Tahun 2012 sebanyak 2,7 Lansia Terlantar Memperoleh JLSU. ( diunduh pada tanggal 1 Februari 2013 pukul WIB

18 18 Dep. Kes. RI Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat Fitriyanti Hubungan antara Motivasi dengan Kemampuan Aktivitas Sehari-hari pada Lanjut Usia di Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah ( diunduh pada tanggal 20 Februari 2013 pukul WIB Hikmawati dan Purnama, Kondisi Kepuasan Hidup Lanjut Usia. Jurnal PKS Vol. VII, No. 26, Bali: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial ( diunduh pada tanggal 20 Februari 2013 pukul WIB Hariwijaya, M dan Triton P. B Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Jakarta: Oriza Kerlinger, F, N Asas Asas Penelitian Behavioral. Edisi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Kusmana, D Olahraga untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Martika, Ayu Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Aktivitas Dasar Lansia di Puskesmas Kedungkati Kabupaten Grobogan. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Marthuranath, P. S Instrumental Activities of Daily Living Scale for Dementia Screening in Elderly People. Journal International Psyhogeriatrics. India: Department of Neurology, SCTIMST, Trivandrum India Menec, Verena H The Relation Between Everyday Activities and Successful Aging: A 6- Year Longitudinal Study. Journal of Gerontology, Vol 58B, S74-S82. Canada: Department of Community Health Sciences University of Manitoba( diunduh pada tanggal 22 Februari 2013 pukul WIB

19 19 Miller Marriage and Family Development. Sixth Edition. New York: Harper & Row Publ Papalia, Diane E, Sally Wendkos Olds, Ruth Duskin Feldman and Dana Gross Human Development (Eight edition). Boston: Mc Graw Hill, Diane E, Sally Wendkos Old, Ruth Duskin Feldman Human Development (Psikologi Perkembangan) (Nine edition). Jakarta: Kencana Riduwan Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta Santrock, Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga Stanley, M, Blair Gerontological nursing: Promoting Successful Aging with Older Adults. Philadelphia: FA. Davis Company Suardiman, Siti Partini Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Suryani, Gibthi Ihda Partisipasi Lansia dalam Kelembagaan Politik Desa. Skripsi. Bogor: Fakultas Agrikultur Institut Pertanian Bogor ( diunduh pada tanggal 20 Februari 2013 pukul WIB Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Soejono Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri untuk Dokter dan Perawat. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI Umar, H Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Widiasari, Yuki Dinamika Psikologis Pencapaian Successful Aging pada Lansia yang Mengikuti Program Yandu Lansia. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun keatas. Batasan

Lebih terperinci

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU 1 Siti Nazhifah 1, Jimmi Copriady, Herdini fhazhivnue@gmail.com 081372751632 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian dan sifat masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian

Lebih terperinci

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO) Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara religiusitas dengan

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR Nova Devisanti Titik Muti ah Nova_dikson@yahoo.com tmutiah2000@yahoo.com Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG Ridlawati Romadlani*, Tri Nurhidayati**,Agustin Syamsianah** Prodi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA SYUKUR DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA

HUBUNGAN ANTARA RASA SYUKUR DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA HUBUNGAN ANTARA RASA SYUKUR DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA Fivin Fadhliyah J. S. Ishak Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang fivinishak@rocketmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING 144 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 2, (2) Agustus 2016 ISSN. 2407-7232 PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING APPLICATION AFFECTIVE FUNCTION ON ELDERLY FAMILY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan

Lebih terperinci

KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU

KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU KESEPIAN DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA USIA LANJUT YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU RIAU Mulya Sasmita & Alma Yulianti Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB 3. Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1

Lebih terperinci

Key words: reading interest, motivation to choose Study Program. Kata kunci: minat baca, motivasi memilih Program Studi.

Key words: reading interest, motivation to choose Study Program. Kata kunci: minat baca, motivasi memilih Program Studi. HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN MOTIVASI MEMILIH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH MAHASISWA TINGKAT I UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2011 Budi Seyarini 1 Widodo Hs 2 Musthofa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Mutiara Ayu Annisa, Achmad M. Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Nasution dan Usman (2007, h.2) mengatakan penelitian adalah sebuah proses untuk mendapatkan solusi dari permasalahan setelah melakukan studi dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Efi Oktawidiyanti Santosa, Imam Setyawan*

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : SANTI SULANDARI F 100 050 265 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN: MOTIVASI MEMBELI PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REMAJA PEREMPUAN Maria Sriyani Langoday Flora Grace Putrianti, S.Psi., M.Si Abstract The purpose of this study is to determine the relationship of self-concept

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Santrock, orang yang telah lanjut usia dimulai ketika seseorang mulai memasuki usia 60 tahun. Seringkali usia yang telah lanjut dianggap sebagai masa

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAH LAKU SOSIAL REMAJA DI NAGARI SUNGAI JANIAH KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAH LAKU SOSIAL REMAJA DI NAGARI SUNGAI JANIAH KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK. HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAH LAKU SOSIAL REMAJA DI NAGARI SUNGAI JANIAH KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Oleh: Idrawati* Fitria Kasih** Yusnetti** *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO Oleh SRI OKTAVIANTI ISMAIL NIM. 841 411 028 Telah diperiksa dan disetujui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dengan judul pengaruh kegiatan usaha mahasiswa, pengetahuan produk tabungan, dan nisbah bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan cara atau metode yang benar dalam penelitian tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan cara atau metode yang benar dalam penelitian tersebut. 70 BAB III METODE PENELITIAN Agar memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka seorang peneliti harus dapat memahami dan menggunakan cara atau metode yang benar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000 diperoleh data bahwa jumlah lansia (kaum lanjut usia) mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%. Sementara itu populasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN RELASI BERSAMA PEER GROUP PADA LANSIA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN RELASI BERSAMA PEER GROUP PADA LANSIA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN RELASI BERSAMA PEER GROUP PADA LANSIA Oleh : Allif Rahmi Hani Qurotul Uyun FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 NASKAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan strategi yang mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan karakteristik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow meliputi kebutuhan fisiologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI KRADENAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI KRADENAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI KRADENAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Perbedaan Kemnadirian Belajar (Fitri Sulistyowati) 1 PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fitri Sulistyowati NIM 08104244024

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proyeksi dan data-data

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

KORELASI MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS 4 WATES KULON PROGO ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

KORELASI MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS 4 WATES KULON PROGO ARTIKEL JURNAL SKRIPSI KORELASI MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS 4 WATES KULON PROGO ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI MASUK PG-PAUD BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD FKIP UMS

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI MASUK PG-PAUD BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD FKIP UMS NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI MASUK PG-PAUD BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD FKIP UMS Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR Suci Melati Puspitasari 16510707 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Guru

Lebih terperinci

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Wahyu Pranoto Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to empirically examine the relationship

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 SLEMAN Oleh: Yundhi Arfianto Email: yundiarfi7@gmail.com ABSTRAK Seiring masuknya globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND ELDERLY DAILY LIVING ACTIVITIES INDEPENDENCES Endang Mei Yunalia,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Maret, 2015

Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Maret, 2015 PENGARUH MINAT BACA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI PRINGSURAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI. Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02

Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI. Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02 Jadwal Perkuliahan Psikologi Perkembangan KKNI Pertemuan ke- Materi Kegiatan A 16/02 B 15/02 C 17/02 D 16/02 E 16/02 1 Pengantar & Kontrak Perkuliahan Penjelasan tugas dan pembagian kelompok A 17/02 B

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) 2. Variabel bebas : Dukungan sosial dari pengasuh panti asuhan B. Definisi

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul Jurnal yang berjudul Jurnal yang berjudul ABSTRAK Irmawati Nur.. Pengaruh Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Activities Daily Living sterhadap Kualitas Hidup Lansia di Desa Raharja Kecamatan Wonosari Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH NGASEM TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014

PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH NGASEM TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH NGASEM TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini peneliti mengajukan metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA Flora Grace Putrianti Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ABSTRACT

Lebih terperinci

Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang Abstrak

Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang Abstrak HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERNIKAHAN DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA PENSIUNAN PRIA PEGAWAI NEGERI SIPIL ANGGOTA PERSATUAN WREDATAMA REPUBLIK INDONESIA (PWRI) KECAMATAN PURWAREJA KLAMPOK,

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan Fatwa Tentama Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Abstract : The purpose

Lebih terperinci

oleh: niken kusdayanti fakultas ekonomi, universitas negeri yogyakarta Pembimbing: Tejo Nurseto, M.Pd.

oleh: niken kusdayanti fakultas ekonomi, universitas negeri yogyakarta Pembimbing: Tejo Nurseto, M.Pd. Pengaruh Citra Koperasi (Niken Kusdayanti) 124 PENGARUH CITRA KOPERASI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA SETIA KECAMATAN MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

AGING. Psikologi Dewasa dan Lansia Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

AGING. Psikologi Dewasa dan Lansia Unita Werdi Rahajeng, M.Psi AGING Psikologi Dewasa dan Lansia Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Bayangkan nenek / kakek anda, apa yang bisa anda deskripsikan dengan melihat mereka? Anda ingin seperti mereka ketika

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang relevan. 1 Metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang relevan. 1 Metode yang akan digunakan dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field ressearch) yakni pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan.

Lebih terperinci

MOTIVASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TATA HIDANG DI JURUSAN PKK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MANADO

MOTIVASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TATA HIDANG DI JURUSAN PKK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MANADO ISSN 2087-3581 MOTIVASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TATA HIDANG DI JURUSAN PKK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MANADO Louisa Nicolina Kandoli 1 ABSTRACT This study

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi.

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. i HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KEBAHAGIAAN PADA LANSIA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: AYU PUSPITA 111301078 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi: HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GENAP 2016/2017

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GENAP 2016/2017 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GENAP 2016/2017 PROGRAM STUDI : PSIKOLOGI A. IDENTITAS MATA KULIAH 1. an 2. Kode Kuliah PSI1205 3. Beban

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh setiap manusia, meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desian penelitian korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK YPLP PGRI 1 MAKASSAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK YPLP PGRI 1 MAKASSAR PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK YPLP PGRI 1 MAKASSAR Hardianti, Abd. Hafid Amirullah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar

Lebih terperinci