LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN. Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang Tanggal 7 s.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN. Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang Tanggal 7 s."

Transkripsi

1 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI KE PROVINSI SULAWESI SELATAN Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang Tanggal 7 s.d 9 Desember 2014 I. PENDAHULUAN A. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; padaperubahan Pertama Pasal 20, Pasal 20 A, Pasal 23; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor... Tahun... tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 3. Peraturan DPR RI Nomor 1 tahun 2014 tentang Tata Tertib; 4. Keputusan Rapat Intern Komisi V DPR-RI tanggal 4 Desember 2014 tentang Persiapan Pelaksanaan Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI pada reses Masa Persidangan I Tahun Sidang Ke Provinsi Sulawesi Selatan. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI adalah: a. Untuk melakukan pengawasan dengan melihat secara langsung hasil-hasil pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan khususnya Bidang Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, Bidang Perhubungan, Bidang Pembangunan Daerah Tertinggal, serta Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang menjadi tanggung jawab Komisi V DPR RI. b. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan di Provinsi Sulawesi Selatan, utamanya terkait pembangunan Infrastruktur dan pembiayaannya yang didanai APBN tahun berjalan dan tahuntahun sebelumnya.

2 c. Untuk menyerap aspirasi di masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan terkait pembangunaninfrastruktur dan pembiayaannya melalui APBN di tahun-tahun mendatang. 2. Tujuan dilaksanakannya Kunjungan Kerja adalah dalam rangka melaksanakan Fungsi dantugas Dewan. Berdasarkan Keputusan DPR RI Nomor 1/DPR-RI/ 2014 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI, pada Pasal 58 ayat ( 3 ) tentang Tugas Komisi, disebutkan bahwa Tugas Komisi antara lain adalah : a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, termasuk anggaran pendapatan dan belanja negara serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya; b. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah. Selain itu, terkait dengan Tata Tertib DPR RI Pasal 53 ayat (3) tentang Tugas Komisi antara lain pada: butir a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, termasuk anggaran pendapatan dan belanja negara serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya; butir c. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah. Selain itu, terkait pula dalam Tata Tertib DPR RI Pasal 54 ayat (3) huruf f tentang Komisi dalam menjalankan tugas sebagaimana dalam pasal 53 ayat (3), dan tindak lanjut pengaduan masyarakat, dapat : Mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses, atau apabila dipandang perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan pimpinan DPR yang hasilnya dilaporkan dalam rapat komisi untuk ditentukan tindak lanjutnya. C. Susunan : Daftar nama anggota Komisi V DPR RI peserta kunjungan spesifik ke Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: NO. NO. ANGG. N A M A FRAKSI JABATAN 1. A-271 H. MUHIDIN M. SAID, SE, MBA FPG KETUA 2. A-225 IR. RENDY M.AFFANDI LAMADJIDO, MBA FPDIP ANGGOTA 3. A-158 SUKUR H. NABABAN, ST FPDIP ANGGOTA

3 4. A-198 IR. BUDI YUWONO, Dipl, SE FPDIP ANGGOTA 5. A-314 DR. IR. MARKUS NARI, M.SI FPG ANGGOTA 6. A-303 Hj. AGATI SULIE MAHYUDIN, SE FPG ANGGOTA 7. A-318 DRS. H. ROEMKONO FPG ANGGOTA 8. A-374 H. MOH. NIZAR ZAHRO, SH, MPD F-GERINDRA ANGGOTA 9. A-331 ADE REZKI PRATAMA, SE F-GERINDRA ANGGOTA 10. A-453 DRS. H. UMAR ARSAL FPD ANGGOTA 11. A-417 ANTON SUKARTONO SURATTO FPD ANGGOTA 12. A-452 DR. IR. H BAHRUM DAIDO, M.SI FPD ANGGOTA 13. A-466 Hj. HANNA GAYATRI, SH FPAN ANGGOTA 14. A-502 IR. H. ANDI TAUFAN TIRO FPAN ANGGOTA 15. A-54 DRS H. MOHAMMAD TOHA, S.SOS. M.SI FKB ANGGOTA 16. A-94 IR. KH. ABDUL HAKIM, MM FPKS ANGGOTA 17. A-543 HJ. FATMAWATI RUSDI, SE FPPP ANGGOTA 18 A-04 SAHAT SILABAN, SE F-NASDEM ANGGOTA 19. A-553 MIRYAM S. HARYANI, SE, M.SI F-HANURA ANGGOTA SEKRETARIAT 20. NUNIK PRIHATIN BUDIASTUTI, SH SEKRETRIAT 21. AAN YULIANINGSIH, S.SOS SEKRETARIAT 22. MUHAMMAD SODIK, SE SEKRETARIAT 23. ACHMAD WIRABRATA, ST, MM PENELITI 24. AANG NUGROHO PEMBERITAAN Mitra dari berbagai Departemen dan Lembaga yang mendampingi adalah dari: - Departemen Pekerjaan UmumPerumahan Rakyat - Departemen Perhubungan - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika - Badan SAR Nasional,

4 D. Jadwal Kegiatan. Dalam Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang , Komisi V DPR RI melakukan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 7 s.d. 9 Desember Dalam masa kunjungan tersebut, Komisi V DPR RImelakukan peninjauan, pertemuan, penyerapan aspirasi,dialog, dan melakukan komunikasi intensif dengan pemerintah daerah, serta masyarakat luas. II. ISI LAPORAN A. Sejarah Pada abad ke XVI terdapat 3 kerajaan besar yang berpengaruh luas di Sulawesi Selatan yaitu kerajaan Luwu, Gowa dan Bone. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan, Sulawesi Selatan terdiri atas beberapa wilayah kerajaan yang terdiri dan didiami 4 etnis, yaitu: Makasar, Toraja, Bugis, dan Mandar. Setelah kemerdekaan Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomer 21 Tahun 1950 dimana Sulawesi Selatan menjadi provinsi administratif Sulawesi.Kemudian di tahun 1960 menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 tahun 1960.Provinsi Sulawesi Selatan secara resmi terpisah dengan Sulawesi Tenggara sejak tahun 1964

5 berdasarkan UU nomor 13 Tahun Pada tahun 2004 berdasarkan UU nomor 26 Tahun 2004, Pemerintah Pusat mengeluarkan 5 kabupaten di sulawesi selatan (Kabupaten Majene, Kab. Mamasa, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, dan Kabupaten Polewali Mandar) dan membentuknya menjadi provinsi baru yaitu Provinsi Sulawesi Barat. Pada tahun 1971 ibukota Sulawesi Selatan ditetapkan berganti nama menjadi kota Ujungpandang, berdasarkan PP Nomor 51 tahun Kemudian pada tahun 1999 nama ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan kembali menjadi kota Makassar berdasarkan PP Nomor 86 tahun B. Kondisi Fisik dan Geografis. Letak geografis Prov. sulawesi selatan adalah di antara Lintang selatan dan Bujur Timur. Batas wilayah Prov. selawesi selatan adalah bagian utara berbatasan dengan sulawesi Tengah dan sulawesi Barat, di bagian timur berbatasan dengan Teluk Bone dan sulawesi Tenggara, sedangkan di bagian barat berbatasan dengan selat Makasar, dan bagian selatan berbatasan dengan Laut Flores. Luas wilayah sulawesi selatan mencapai ,53 km2 yang terbagi menjadi 21 kabupaten dan 3 kotamadya dan terdiri dari 304 kecamatan dan desa/kelurahan. Kab. Luwu Utara merupakan kabupaten terluas di sulawesi selatan. Wilayah provinsi ini dilalui oleh 67 sungai, dan juga terdapat 7 gunung, serta 4 danau. Letak geografis Prov. sulawesi selatan adalah di antara Lintang selatan dan Bujur Timur. Batas wilayah Prov. selawesi selatan adalah bagian utara berbatasan dengan sulawesi Tengah dan sulawesi Barat, di bagian timur berbatasan dengan Teluk Bone dan sulawesi Tenggara, sedangkan di bagian barat berbatasan dengan selat Makasar, dan bagian selatan berbatasan dengan Laut Flores. Luas wilayah sulawesi selatan mencapai ,53 km2 yang terbagi menjadi 21 kabupaten dan 3 kotamadya dan terdiri dari 304 kecamatan dan desa/kelurahan. Kab. Luwu Utara merupakan kabupaten terluas di sulawesi selatan. Tabel Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan

6 No. Kabupaten/Kota Ibu kota 1 Kabupaten Bantaeng Bantaeng 2 Kabupaten Barru Barru 3 Kabupaten Bone Watampone 4 Kabupaten Bulukumba Bulukumba 5 Kabupaten Enrekang Enrekang 6 Kabupaten Gowa Sungguminasa 7 Kabupaten Jeneponto Bontosunggu 8 Kabupaten Kepulauan Selayar Benteng 9 Kabupaten Luwu Belopa 10 Kabupaten Luwu Timur Malili 11 Kabupaten Luwu Utara Masamba 12 Kabupaten Maros Turikale 13 Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkajene 14 Kabupaten Pinrang Pinrang 15 Kabupaten Sidenreng Rappang Watang Sidenreng 16 Kabupaten Sinjai Sinjai 17 Kabupaten Soppeng Watansoppeng 18 Kabupaten Takalar Pattallassang 19 Kabupaten Tana Toraja Makale 20 Kabupaten Toraja Utara Rantepao 21 Kabupaten Wajo Sengkang 22 Kota Makassar Makassar 23 Kota Palopo Palopo 24 Kota Parepare Parepare BAB III GAMBARAN SINGKAT OBYEK YANG DIKUNJUNGI Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Selatan, Komisi V DPR RI mengagendakan 4 kegiatan kunjungan dan 1 kunjungan ke Gubernur Sulawesi Selatan, yaitu: A. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Pada tanggal 3 Maret 1987, pengelolaan Bandara Hasanuddin dipindahkan dari Direktorat Jenderal Transportasi Udara ke Perum Angkasa

7 Pura I, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1/1987 tanggal 9 Januari Pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi PT (Persero) Angkasa Pura I. Pada tanggal 30 Oktober 1994, Bandara Hasanuddin berubah menjadi Bandar Udara Internasional sesuai dengan keputusan Menteri Perhubungan, KM Nomor 61/1994 tanggal 7 Januari 1995, dan diresmikan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan yang ditandai dengan penerbangan oleh Malaysia Airlines langsung dari Kuala Lumpur ke Bandara Hasanuddin Makassar, kemudian diikuti dengan Silk Air penerbangan yang menghubungkan Singapura dengan Hasanuddin. Sejak tahun 1990, Bandara Hasanuddin juga digunakan sebagai embarkasi / debarkasi langsung dari ziarah ke Jeddah pp. Bandar Udara Internasional Hasanuddin sejak tahun 2006 juga melayani pengendalian lalu lintas penerbangan wilayah Timur Indonesia, yang meliputi wilayah udara bagian barat Kalimantan sampai ke perbatasan negara Papua Nugini di timur, dan dari perbatasan wilayah Udara Australia ke selatan ke perbatasan wilayah Filipina. Bandar Udara Internasional Hasanuddin sejak tahun 2006 juga melayani pengendalian lalu lintas penerbangan wilayah Timur Indonesia, yang meliputi wilayah udara bagian barat Kalimantan sampai ke perbatasan negara Papua Nugini di timur, dan dari perbatasan wilayah Udara Australia ke selatan ke perbatasan wilayah Filipina. Pada tanggal 20 Agustus 2008 terminal baru Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar beroperasi.memiliki luas terminal 5 kali lebih besar dari yang lama dan dapat menampung sebagian besar jenis pesawat dari pesawat kecil sampai kelas Boeing 747. Bandara baru ini dilengkapi dengan fasilitas terbaik diantaranya landasan pacu 3100 m, 6 buah garbarata, terminal penumpang yang dapat menampung 7 juta penumpang pertahun dan parkir kendaraan bermotor untuk 1100 mobil dan 400 motor. Bandara Hasanuddin mengalami peningkatan kapasitas yang segnifikan dari tahun ke tahun. Data peningkatan yang terjadi sebagai berikut: - Peningkatan jumlah pergerakan penumpang sebesar 18 persen pertahun atau 9,634 juta penumpang sampai dengan tahun Peningkatan jumlah pergerakan pesawat sebesar 17 persen pertahun atau pergerakan sampai dengan tahun 2013.

8 - Peningkatan jumlah pergerakan pengiriman barang sebesar 22 persen pertahun atau tonkargo sampai dengan tahun Saat ini, kapasitas bandara hanya sekitar 7,5 juta penumpang per tahun. Rencana ekspansi ultimate Bandara Hasanuddin sebenarnya ditargetkan mampu menampung 20 juta penumpang per tahun hingga tahun 2023 dengan penambahan runway dan terminal baru. Pembangunan dibagi beberapa fase, yaitu: - Rencana pembangunan fase pertama ( ) dapat menampung kapasitas pergerakan 15 juta orang penumpang. - Rencana pembangunan fase kedua ( ) dapat menampung kapasitas pergerakan 20 juta orang penumpang. Detail rencana pengembangan bandara adalah sebagai berikut: Terminal a. Domestic b. International Parking Stand a. Domestic Code C Code E b. International Code C Code E Runway03-21 L Runway R (Runway Baru) Tabel Rencana Pengembangan Bandara. Phase I (2019) 126,684 m2 17,800 m2 Phase II (2024) 159,377 m2 44,187 m2 Phase III (2034) 196,022 m2 65,702 m2 Sebagai bandara yang berada ditengah-tengah Indonesia, maka sangat potensial menjadi hub utama. Hub utama yang menghubungkan Wilayah Indonesia Timur dan Wilayah Indonesia Barat.Estimasi pendanaan ekspansi Bandara Hasanuddin yang mencapai Rp2,4 triliun itu mengadopsi konsep airport city, dengan rincian Rp2 triliun untuk konstruksi fisik, sedangkan Rp478 miliar untuk pembebasan lahan. Saat ini untuk pembebasan 60 Ha lahan untuk Kabupaten Maros sudah selesai di akhir Desember 2014, tetapi untuk Makassar belum dibebaskan. Phase IV (2044) 233,603 m2 85,322 m2 Total 144,484 m2 203,564 m2 261,724 m2 318,925 m Terdapat rencana pembangunan fly over dan underpass dari bandara ke akses jalan utama Trans-Sulawesi. Rencananya akan dibangaun akses jalan dan transportasi yang memadai bagi masyarakat dari dan ke bandara Total ,500 m - 3,500 m ,500 m 3,500 m ,500 m 3,500 m

9 Rencananya bandara akan diintegrasikan dengan kereta api. Ini bagian dari skema pengembangan Bandara Hasanuddin. Gambar Skema Pengembangan Bandara Hasanuddin Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI menilai bahwa pengembangan Bandara Hasanuddin adalah sudah merupakan suatu kebutuhan yang wajar mengingat bahwa saat ini jumlah penumpang yang melalui Bandara Hasanuddin telah melampaui kapasitas terminal penumpang yang ada saat ini yaitu sebesar 7,5 juta penumpang. B. Basarnas, Kantor SAR Makassar Basarnas berpartisipasi untuk melaksanakan operasi SAR pada saatkejadian dari suatu bencana dlm pencarian, pertolongan dan evakuasi korban.kantor SAR merupakan unit pelaksana teknis di bidang menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya. Wilayah kerja Kantor SAR Makassar memiliki luas wilayah ,93 Km 2, meliputi Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan PK 06 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Tugas Pos SAR, Kantor SAR Makassar terbagi dalam 3 pos SAR yaitu Pos SAR Mamuju, Bone dan Selayar.

10 Gambar Lokasi Pos SAR Data musibah yang ditangani oleh Kantor SAR Makassar dari bulan Januari sampai dengan September 2014, yaitu: Saat ini sumberdaya manusia yang dimiliki adalah 107 orang yang terdiri dari 53 orang rescuer, 8 orang operator radio, 18 orang ABK, Pos SAR Bone 12 orang, Pos SAR Selayar 9 orang, dan Pos SAR Mamuju 7 orang. Kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh pegawai adalah sebagai berikut:

11 Daftar sarana yang dimiliki oleh SAR adalah: Tabel Sarana Milik SAR Daftar peralatan yang dimiliki oleh SAR adalah Tabel Peralatan Milik SAR Permasalahan yang saat ini dihadapi dan harapan yang disampaikan Kantor SAR Makassar antara lain:

12 - Wilayah operasi yang besar, tetapi hanya memiliki 3 pos saja, sehingga memiliki hambatan waktu penanganan. - Belum memiliki personil yang cukup, sehingga masih memerlukan penambahan personil mengingat wilayah kerja yang luas yang meliputi daratan dan lautan. - Dari segi kuantitas Sumber Daya Manusia/ Personil, maupun sarana dan prasarana, Kantor SAR Makassar masih terbatas. - Belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untukmendukung operasi sar, diantaranya : a. Rescue boat 20 m sangat tidak layak utk menjangkaudaerah perairan yg pd saat-saat tertentu dgn cuaca ygsangat ekstrim (idealnya min. 40 m terbuat dari logam), b. Belum tersedia hellycopter, untuk mempercepat proses pencarian dan pertolongan. C. BMKG Provinsi Sulawesi Selatan BBMKG ini melakukan pengamatan, pengumpulan dan penyebarandata, pengolahan, analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama dibidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yangbertanggungjawab atas: Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, Stasiun Geofisika, dan Sensor Seiscom 2. Stasiun/Poskerja Sama 3. Stasiun Geofisika Internasional Stasiun BMKG yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan adalah: 1. Stamet Kelas I di Bandara Hasanuddin. 2. Staklim Kelas I di Maros. 3. Stageof Kelas II di Gowa. 4. Stamar Kelas II di Paotere. 5. Stamet Kelas III di Majene dan Masamba 6. Stamet Kelas IV di Tanah Toraja. Jaringan pengamat otomatis Provinsi Selatan, terdiri dari: 1. AWS 5 unit. 2. AAWS 4 unit.

13 3. ARG 9 unit. Permasalahan: - Peringatan cuaca yang kurang optimal, karena terdapat perbedaan iklim antara daerah barat dan timur. - Informasi warning cuaca masih lambat, saat ini masih menggunakan SMS. - Terdapat tumpang tindih penggunaan lahan oleh Pelindo. D. AirNav Indonesia, Makassar Air Traffic Service Center Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2012: Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia adalah badan usaha yang menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia serta tidak berorientasi mencari keuntungan, berbentuk Badan Usaha Milik Negara yang seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Perum LPPNPI atau lebih dikenal sebagai AirNav Indonesia bertekad untuk menjadi Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan dengan standar Internasional yang mengedepankan Keamanan dan Kenyamanan. Ujung Pandang Flight Information Region and Adjasment: Fasilitas yang disediakan: 1. Communication. VHR-ER 23 lokasi HF CPDLC

14 2. Navigation. ILS, DVOR/DME, NDB 3. Surveillance Raddar MSSR 17 lokasi. ADS-B 21 lokasi. Total data lalu lintas pergerakan dari 2008 sampai dengan 2013 selalu mengalami peningkatan, pada tahun 2012 sebesar menjadi di tahun Tabel Data Total Traffic Movement Setiap tahun selalu terjadi peningkatan presentase lalu lintas udara: Permasalahan: - Navigasi Negara Singapura akan dialihkan ke Indonesia, infrastruktur yang ada masih belum modern dan mendukung navigasi internasional. - Masih terbatasnya SDM yang tersedia. E. Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar Fasilitas yang dimiliki pelabuhan adalah:

15 Fasilitas terminal peti kemas yang dimiliki pelabuhan: 1. Container crane 7 unit. 2. RTG 14 unit 3. Headtrucj 30 unit. 4. Reach stacker 2 unit. 5. Side loader 1 unit 6. Reefer plug 64 plugging. Rencana Pengembangan 1. Pengembangan Makasar New Port: Reklamasi sekitar m 3 New Terminal - Dermaga : 320 m 2 - Lapangan Penumpukan : 13 Ha. Peralatan bongkar / muat - CC : 2 unit - RTG : 4 unit - HT dan Chasis : 8 set 2. Revitalisasi Dermaga dan Lapangan ( ) Perluasan lapangan penumpukan sekitar 19 Ha. Penambahan alat bongkar / muat. - CC : 2 unit - MHC : 4 unit - RTG : 4 unit - HT dan Chasis : 4 set Penataan zoning. Permasalahan: - Back up area terbatas. - Kapasitas fasilitas sudah mendekati kapasitas optimal.

16 - Imbalance cargo - Daya dukung struktur rendah. - Kegiatan diluar pelabuhan belum mendukung optimalisasi 24 jam. F. Pelabuhan Garongkong, Kabupaten Barru Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 414 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional, maka pelabuhan Garongkong ditetapkan sebagai pelabuhan pengumpul. Pelabuhan Garongkong diproyeksikan sebagai pelabuhan curah kering non pangan, sebelumnya berada di Pelabuhan Soekarno, Makassar. Kegiatan bongkar muat curah kering non pangan dipindah dari Pelabuhan Soekarno agar, kegiatan bongkar muat curah kering pangan dan non pangan terpisah Kabupaten Barru merupakan salah satu dari 24 kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan berada pada pesisir pantai barat Selat Makassar dengan panjang garis pantai 78 Km. Secara geografis terletak diantara Koordinat 4º º47 35 Lintang Selatan dan 199º º49 1 Bujur Timur, berada ± 102 Km disebelah 6Utara Kota Makassar Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah 1.174,72 Km² ( Ha) dengan jumlah penduduk Jiwa. Secara administratif Kabupaten Barru terbagi atas 7 (tujuh) kecamatan yang terdiri dari 15 kelurahan dan 40 desa. Pertumbuhan ekonomi dari 7,41 persen pada tahun 2011 menjadi 7,72 persen pada tahun Pendapatan per kapita dari Rp tahun 2011 menjadi Rp pada tahun 2013 dan diperkirakan mencapai Rp pada tahun Pelabuhan laut Garongkong dengan panjang dermaga 250 meter, kedalaman kolam labuh meter dan kapasitas labuh sampai DWT; Memiliki breadwater alami berupa Pulau Panikiang sehingga aman di layari selama 12 bulan setahun. Pelabuhan penyeberangan (Fery); Pembangunan terminal Semen Bosowa yang terpadu dengan Pelabuhan Khusus dengan panjang dermaga 1000 meter;

17 Pembangunan Pabrik Semen Bosowa Barru; yang saat ini sudah pada proses pembuatan dokumen Amdal dan jalan akses masuk ke pabrik semen. Pembangunan pengantongan dan pergudangan pupuk PT. Petrokimia; yang saat ini pada proses pematangan lahan. Pembangunan terminal bahan bakar minyak dan pelabuhan curah khusus kapal tanker serta rencana pembangunan kilang minyak Kondisi prasarana dan sarana pelabuhan saat ini: Causeway : m X 15 m. Trestel I : 135 m X 8 m Trestel II : 129 m X 8 m Dermaga : 250 m X 20 m System Dermaga : Multi Purpose Reklamasi seluas 1,47 Ha untuk lahan petikemas dan 0,5 Ha untuk lokasi pembangunan sarana dan prasarana perkantoran. Dapat disandari Kapal Barang (General Cargo) sampai dengan DWT untuk sisi dalam dan Kapal Curah (Bulk Carries) sampai dengan DWT sisi luar. G. Proyek Kereta Api Trans Sulawesi, Makassar Parepare Profil: - Panjang jalur KA: 145 km - Jumlah jalur yang dibangun: 1 (single track) - Lebar jalan rel: mm - Kelas jalan rel: Kelas I - Tipe rel: R 60 - Beban gandar (axle load): 25 ton - Kecepatan maks prasarana KA: 200 km/jam - Jumlah stasiun: 23 stasiun - 31 buah perlintasan jalan dan 26 buah jembatan. Anggaran yang dibutuhkan dalam pembangunan kereta api Makassar- Parepare, adalah:

18 Groundbreaking Kereta Api untuk tahap I, berhasil dilaksanakan di Desa Siawung, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Selasa, 12 Agustus Merupakan wilayah pertama yang proses pembebasan lahannya sepanjang 30 hektar tengah dirampungkan oleh Pemprov Sulsel. Sulsel sebagai pilar utama pembangunan di Indonesia.Energi Kawasan Timur Indonesia (KTI) juga ada di Sulsel.Karena itu, kehadiran KA sangat strategis, karena tidak hanya mengangkut orang, tapi juga barang. Keberadaaan kereta api di Sulsel tentunya akan memberi kontribusi bagi provinsi lainnya di Kawasan Timur Indonesia, karena kedepannya semua akan terkoneksi dari Sulawesi, Maluku hingga Papua. Groundbreaking KA tersebut merupakan impian masyarakat Sulsel yang menjadi kenyataan.beberapa puluh tahun lalu, Pemerintah Belanda sempat menjanjikan pembangunan KA di Sulsel, bahkan relnya pernah ada di Kabupaten Takalar. Di Barru ada dua pabrik semen, yang dibangun yakni Fajar dan Bosowa serta marmer, komoditi pertanian, karena itu modal transportasi ini sangat penting. Adapun, kereta api Trans Sulawesi direncanakan bakal dibagi menjadi tiga jalur utama, yakni jalur lintas barat, jalur lintas utara dan jalur lintas selatan. Sementara itu, untuk pembangunan tahap I proyek tersebut akan dimulai pada jalur lintas Makassar-Parepare yang merupakan bagian dari jalur utama lintas barat Trans Sulawesi dengan panjang trase sekitar 145 kilometer. Khusus pembangunan lintas Makassar-Parepare diperkirakan bakal menelan anggaran Rp 9,65 triliun, yang dialokasikan untuk pembebasan lahan, prasarana KA, fasilitas penunjang, serta pengadaan sarana berupa lokomotif, kereta dan gerbong. Pada jalur ini, akan dibangun dengan pola single track yang dipersiapkan untuk kebutuhan jalur ganda angkutan barang maupun penumpang.

19 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil Kunjungan Kerja ke Provinsi Sulawesi Selatan adalah: 1. Komisi V memberikan apresiasi terhadap pembangunan infrastruktur yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, terutama akan dibangunnya jalur kereta api Makassar-Parepare, yang dapat meningkatkan aksesibilitas dan memudahkan dalam pendistribusian barang. 2. Komisi V memberikan dukungan pengajuan anggaran oleh mitra kerja untuk kemajuan Provinsi Sulawesi Selatan khususnya dan Indonesia Timur pada umumnya. 3. Komisi V sangat mendukung dibangunnya jalur kereta api Trans Sulawesi sebagai kebutuhan transportasi yang menghubungkan daerah-daerah industri. B. Rekomendasi 1. Angkasa Pura. - Pelayanan kepada masyarakat perlu ditingkatkan. Dengan meningkatnya jumlah penumpang dan penerbangan, diharapkan tidak terjadi keterlambatan. Manajemen pelayanan penerbangan tetap harus prima, instrumen yang mendukung keselamatan konsumen perlu disediakan secara optimal. - Pembangunan Airport City tetap harus memperhatikan unsur pelayanan, tidak hanya unsur bisnis. - Perenacanaan pengembangan bandara harus diperhatikan baikbaik, sebaiknya perencanaan pembangunan minimal untuk 20 tahun, dan perhatikan pertumbuhan kapasitas penumpang, kapasitas terminal, dan kapasitas kargo serta landasan. - Segera diajukan anggaran pembangunan bandara baru. - Kerjasama yang sinergi dengan BMKG dan AirNav, untuk menghindari terjadinya kecelakaan pesawat.

20 2. Basarnas. - Penambahan fasilitas SAR harus diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM. - Segera ajukan standar sebagai acuan penggunaan alat, sehingga tidak terjadi over kapasitas. 3. BMKG. - Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Stasiun BBMKG dalam rangka peningkatan pelayanan bagi sektor penerbangan, pelayaran, harian dan informasi cuaca lainnya. - Meningkatkan System komunikasi agar produk yang dihasilkan BMKG dapat dirasakan oleh seluruh sektor, wilayah serta lapisan masyarakat yang membutuhkan 4. AirNav - Segera lakukan evaluasi terhadap kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung navigasi internasional. - Sebagai otoritas pengatur navigasi, semakin diperkuat kedaulatan otoritas. 5. Pelabuhan Soekarno-Hatta - Tingkatkan pelayanan kapal penumpang yang menuju utara dan selatan yang masih kurang, dan pertahankan pelayanan menuju barat dan timur. 6. Pelabuhan Garongkong - Memprioritaskan pengembangan pelabuhan Garongkong untuk mengatasi ketidakmampuan pelabuhan lainnya dalam melayani angkutan kapal. - Pendanaan 2015 sudah diberhentikan, karena sudah beroperasi tetapi masih membutuhkan anggaran untuk pembangunan yang masih berjalan. Segera lakukan evaluasi kebutuhan anggaran dan daya serap pembangunan pelabuhan agar bisa diajukan permintaan kembali. - Evaluasi terhadap kontraktor yang menghambat percepatan pembangunan pelabuhan. - Memperkuat peran pelabuhan sebagai hub internasional di Kawasan Timur Industri.

21 7. Proyek Kereta Api Trans Sulawesi. - Pemerintah harus mendukung program kereta api trans sulawesi yang sudah groundbreaking. - Pembebasan lahan pembangunan prasarana kereta bisa diselesaikan secepatnya. Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR-RI ke Provinsi Sulawesi Selatan pada Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang yang dilaksanakan dari tanggal 7 s.d 9 Desember Semoga berbagai temuan yang telah dituangkan didalam laporan ini dapat menjadi masukan bagi peningkatan kualitas kerja komisi V DPR-RIterutama dalam bidang pengawasan, dan semoga temuan-temuan tersebut dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah dengan melakukan perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana bagi kesejahteraaan rakyat khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya. Jakarta, Desember 2014 KETUA TIM KUNKER KOMISI V DPR-RI KE SULAWESI SELATAN H. Muhidin Mohamad Said, SE.,MBA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI PADA RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR, TRANSPORTASI DAN

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI PADA RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR, TRANSPORTASI DAN LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR RI PADA RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN 2016-2017 DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR, TRANSPORTASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KE PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

H. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI

H. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN KE-2 DILUAR MASA RESES DAN DILUAR MASA PERSIDANGAN TAHUN SIDANG 2014 2015 DAERAH PEMILIHAN NUSA TENGGARA TIMUR I H. SYAHRULAN

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun BAB I PENDAHULUAN LKPJ Tahun 2011 ini merupakan LKPJ tahun keempat dari pelaksanaan RPJMD Sulawesi Selatan tahun 2008-2013. Berangkat dari keinginan Pemerintah agar Sulawesi Selatan sebagai Provinsi sepuluh

Lebih terperinci

LAPORAN TANGGAL MEI 2016

LAPORAN TANGGAL MEI 2016 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH DALAM RANGKA PENINJAUAN PENYEDIAAN STANDARD KESELAMATAN DAN KEAMANAN DALAM PROSES PERAKITAN BUS RAPID TRANSIT (BRT)

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015 STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015 Disampaikan Oleh DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, MSi, MH (GUBERNUR SULAWESI SELATAN) Biro Bina Perekonomian Setda

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS (BPKS) SABANG DI PROVINSI ACEH

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS (BPKS) SABANG DI PROVINSI ACEH LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS (BPKS) SABANG DI PROVINSI ACEH Pada Masa Persidangan I Tahun Sidang 2014-2015 Tanggal 30

Lebih terperinci

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN rektur RS. Kab/Kota Se-Sulsel (daftar terlampir) dalam kegiatan Akreditasi Pelayanan RS dan khususnya yang Pelayanan Kesehatan, : Gedung Fajar, Graha Pena Makassar Narasumber : 1. DR. Minarto, MPS ( DPP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 98 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA BARU DI KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia 04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BANDARA SOEKARNO-HATTA, PROVINSI BANTEN DALAM RANGKA PENINJAUAN TERBAKARNYA TERMINAL 2E

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BANDARA SOEKARNO-HATTA, PROVINSI BANTEN DALAM RANGKA PENINJAUAN TERBAKARNYA TERMINAL 2E LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BANDARA SOEKARNO-HATTA, PROVINSI BANTEN DALAM RANGKA PENINJAUAN TERBAKARNYA TERMINAL 2E TANGGAL 6 JULI 2015 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan merupakan daerah bagian paling selatan dari pulau Sulawesi yang terhampar luas di sepanjang koordinat 0 o 12 8 o Lintang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1388,2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. Organisasi. Kantor SAR. Klasifikasi. Kriteria. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 19 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI ORGANISASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

A. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN

A. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN 1 BAB. I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN Secara geografis, Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makassar memiliki posisi yang sangat strategis, karena terletak di tengah-tengah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS) TERKAIT KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ 8501 TANGGAL 5 JANUARI 2015

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS) TERKAIT KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ 8501 TANGGAL 5 JANUARI 2015 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS) TERKAIT KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ 8501 TANGGAL 5 JANUARI 2015 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2015 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 Peta - 1 LOKASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA BARU DI KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN PENDAHULUAN Dalam mendorong ekonomi kerakyatan, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mengembangkan Gerakan Pembangunan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya tuntutan manusia terhadap sarana transportasi. Untuk menunjang kelancaran pergerakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semula Bandara Adisucipto

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL, DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 697, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Ketersediaan Waktu Terbang. Alokasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 57 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI KE KABUPATEN TANA TORAJA DAN KABUPATEN TORAJA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI KE KABUPATEN TANA TORAJA DAN KABUPATEN TORAJA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI KE KABUPATEN TANA TORAJA DAN KABUPATEN TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN TGL. 02-04 FEBRUARI

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 634 /KPTS/013/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 634 /KPTS/013/2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 634 /KPTS/013/2013 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA PERINGATAN HARI PERHUBUNGAN NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.89, 2015 KEMENHUB. Alokasi. Ketersediaan Waktu Terbang. Bandar Udara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 431, 2016 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Penyeberangan. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 28 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PENUMPANG

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum. 1 LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 16/02/73/Th. I, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 s. bp uk ab. am uj m :// ht tp id go. STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014 ISSN : - No. Publikasi : 76044.1502 Katalog BPS : 830.1002.7604 Ukuran Buku : 18 cm x 24 cm Jumlah Halaman : v + 26 Halaman

Lebih terperinci

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT DAN PENGERUKAN HIERARKI BATAM, 26 JANUARI 2012 BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEAN

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1996 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 1984 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DEPARTEMEN SEBAGAIMANA TELAH DUA PULUH TUJUH KALI DIUBAH,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB. Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB. Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB 4.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi NTB terdiri atas dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Berdasarkan analisis rasio ketergantungan daerah, semua pemerintah daerah di Pulau Sulawesi, memiliki

Lebih terperinci

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) NOMOR : SK.2652/AJ.201/DRJD/2006 TENTANG PEMBENTUKAN POSKO TINGKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT. 1. Ketua Rapat membuka rapat pada pukul WIB setelah kuorum terpenuhi, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum. 1 LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA I. UMUM Kegiatan penerbangan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandar udara, 1. kebandarudaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api; PP 81/1998, LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 81 TAHUN 1998 (81/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 41 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.Profil Umum Provinsi Sulawesi Selatan 4.1.1 Keadaan Fisik Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak antara 0 0 12 8 0 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE KAB. TORAJA UTARA PROV. SULAWESI SELATAN APRIL 2010

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE KAB. TORAJA UTARA PROV. SULAWESI SELATAN APRIL 2010 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE KAB. TORAJA UTARA PROV. SULAWESI SELATAN 23 25 APRIL 2010 I. PENDAHULUAN A. Dasar Hukum 1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan Pertama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat yang berkembang

Lebih terperinci

SU Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara

SU Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara SU 2014 03 Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan Perubungan, 2014. 468 Hlm.

Lebih terperinci

PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Disampaikan dalam RATAS Presiden RI, 21 Februari 2017 bappeda.ntbprov.go.id NUSA TENGGARA BARAT Kemajuan Nyata,Tantangan

Lebih terperinci

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI 2015 TRANSPORTASI KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/06/73/Th. I, 15Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR KE KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL FEBRUARI 2017

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR KE KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL FEBRUARI 2017 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR KE KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL 20-22 FEBRUARI 2017 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2017 Laporan Kunjungan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN RUANG LINGKUP TUGAS INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH I, II, III, DAN IV PADA INSPEKTORAT PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI DAN MEKANISME PENETAPAN BIAYA PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGAH DAN DAERAH TINGKAT I SULAWESI TENGGARA DENGAN MENGUBAH UNDANG- UNDANG NO 47 PRP TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini, ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Adisutjipto Andi G Wirson mengatakan tren penumpang angkutan udara di DIY pada tahun 2015 cenderung dikisaran rata-rata

Lebih terperinci

: PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA ORGANISASI : DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Halaman. 92.

: PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA ORGANISASI : DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Halaman. 92. URUSAN PEMERINTAHAN : 1.07. - PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA ORGANISASI : 1.07.01. - DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Halaman. 92 Jumlah 1.07.1.07.01.00.00.4. PENDAPATAN 1.07.1.07.01.00.00.4.1.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.561, 2014 KEMENHUB. Penetapan. Biaya. Navigasi Penerbangan. Formulasi. Mekanisme. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT TGL.

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT TGL. LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT TGL. 6 7 APRIL 2017 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2017 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci