ACCEPTANCE MOTHER WHO OWNS DEAF CHILDREN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ACCEPTANCE MOTHER WHO OWNS DEAF CHILDREN"

Transkripsi

1 ACCEPTANCE MOTHER WHO OWNS DEAF CHILDREN Nuria Khotimah, Ni Made Taganing, SPsi., MPsi. Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2009 Gunadarma University Key Word : Admission Process, Deaf ABSTRACT : Deaf is a term that describes the state of hearing ability is lacking or not functioning normally so reliable is no longer possible to learn language and speech without assisted by special methods and equipment. Deaf influenced the entire development of the child as an individual. Circumstances that affect mental development, personality, emotional and social development of the child. Admission is the attitude of someone who accepts others as it is in its entirety, without any requirements or assessments. If the family especially the mother is receiving, it can assist in the care and will support the development of children. But not easy for a mother to be able to simply accept her condition but the mother will go through some process until finally a mother to accept her condition. Admission processes that include shock, denial, grief and depression, ambivalence, guilt, anger, shame and embrassment, bargaining, adaptation and Reorganization, acceptance and adjustment. This study aims to obtain a receipt mothers to their children who have hearing impairment, the factors that lead to acceptance and the description of the processes that experienced revenue. In this study researchers used a qualitative approach in the form of case studies. The subject of this research is a mother who has children with hearing and amounted to one person. This study used structured interview techniques and nonparticipant observation. Based on the results of research in general, the revenue picture is shown by the subject that is the realistic expectation of the state, certain of the standards themselves, have the calculation will be limitations on himself, realizing self-owned assets, and realize the shortcomings. The factors that caused revenues experienced by the subject consisted of self-understanding, the meaning of life, changing attitudes, self commitment, directed activities, and social support while the admissions process through which the subject consists of several processes, they are shocked (shocked), grief and depression (feelings of grief and depression), the guilt (feeling guilty), anger (anger), and embrassment shame (shame), adaptation and Reorganization (adaptation), acceptance and adjustment (to receive).

2 PENERIMAAN IBU YANG MEMPUNYAI ANAK TUNARUNGU NPM : Nama : Nuria Khotimah Pembimbing : Ni Made Taganing, SPsi., MPsi. Tahun Sidang : 2009 Subjek : Proses Penerimaan, Tunarungu Judul PENERIMAAN IBU YANG MEMPUNYAI ANAK TUNARUNGU Abstraksi Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus. Tunarungu berpengaruh terhadap seluruh perkembangan anak sebagai individu. Keadaan itu mempengaruhi perkembangan mental, kepribadian, emosi dan sosial si anak. Penerimaan merupakan sikap seseorang yang menerima orang lain apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan ataupun penilaian. Apabila dalam keluarga terutama pada ibu ada penerimaan, maka dapat membantu dalam pengasuhan dan akan mendukung perkembangan anak. Namun tidak mudah bagi seorang ibu untuk dapat menerima begitu saja kondisi anaknya tetapi ibu akan melalui beberapa proses hingga akhirnya seorang ibu dapat menerima kondisi anaknya. Proses-proses penerimaan itu antara lain shock, denial, grief and depression, ambivalence, guilt, anger, shame and embrassment, bargaining, adaptation and reorganization, acceptance and adjustment. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu, faktor-faktor yang menyebabkan penerimaan serta gambaran proses-proses penerimaan yang dialami. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang ibu yang memiliki anak tunarungu dan berjumlah satu orang. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terstruktur dan observasi non partisipan. Berdasarkan hasil penelitian secara umum, gambaran penerimaan yang ditunjukkan oleh subjek yaitu adanya harapan realistis terhadap keadaan, yakin akan standar dirinya, memiliki perhitungan akan keterbatasan pada dirinya, menyadari asset diri yang dimiliki, serta menyadari kekurangannya. Faktor-faktor yang menyebabkan penerimaan yang dialami oleh subjek terdiri dari pemahaman diri, makna hidup, pengubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah, dan dukungan sosial sedangkan proses penerimaan yang dilalui oleh subjek terdiri dari beberapa proses, yaitu shock (kaget), grief and depression (perasaan duka dan depresi), guilt (perasaan bersalah), anger (perasaan marah), shame and embrassment (perasaan malu), adaptation and reorganization (adaptasi), acceptance and adjustment (menerima).

3 Judul Nama/NPM Pembimbing : Penerimaan Ibu Yang Memiliki Anak Tunarungu : Nuria Khotimah/ : Ni Made Taganing, SPsi., MPsi. A B S T R A K S I Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus. Tunarungu berpengaruh terhadap seluruh perkembangan anak sebagai individu. Keadaan itu mempengaruhi perkembangan mental, kepribadian, emosi dan sosial si anak. Penerimaan merupakan sikap seseorang yang menerima orang lain apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan ataupun penilaian. Apabila dalam keluarga terutama pada ibu ada penerimaan, maka dapat membantu dalam pengasuhan dan akan mendukung perkembangan anak. Namun tidak mudah bagi seorang ibu untuk dapat menerima begitu saja kondisi anaknya tetapi ibu akan melalui beberapa proses hingga akhirnya seorang ibu dapat menerima kondisi anaknya. Proses-proses penerimaan itu antara lain shock, denial, grief and depression, ambivalence, guilt, anger, shame and embrassment, bargaining, adaptation and reorganization, acceptance and adjustment. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu, faktor-faktor yang menyebabkan penerimaan serta gambaran proses-proses penerimaan yang dialami. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang ibu yang memiliki anak tunarungu dan berjumlah satu orang. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terstruktur dan observasi non partisipan. Berdasarkan hasil penelitian secara umum, gambaran penerimaan yang ditunjukkan oleh subjek yaitu adanya harapan realistis terhadap keadaan, yakin akan standar dirinya, memiliki perhitungan akan keterbatasan pada dirinya, menyadari asset diri yang dimiliki, serta menyadari kekurangannya. Faktor-faktor yang menyebabkan penerimaan yang dialami oleh subjek terdiri dari pemahaman diri, makna hidup, pengubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah, dan dukungan sosial sedangkan proses penerimaan yang dilalui oleh subjek terdiri dari beberapa proses, yaitu shock (kaget), grief and depression (perasaan duka dan depresi), guilt (perasaan bersalah), anger (perasaan marah), shame and embrassment (perasaan malu), adaptation and reorganization (adaptasi), acceptance and adjustment (menerima). Kata Kunci : Proses Penerimaan, Tunarungu.

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia yang berpendengaran normal memiliki latar belakang bunyi-bunyian. Dimana bunyi-bunyian memberikan arti yang amat penting bagi kejiwaan manusia untuk terusmenerus mempunyai kontak dengan orang dan alam di sekelilingnya. Keadaan seperti ini membawa rasa aman bagi manusia dan memperkaya penghayatan terhadap segala sesuatu yang dialaminya. Namun lain halnya dengan anak tunarungu. Menurut Dudung & Sugiarto (1999), tunarungu merupakan suatu istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus. Ketunarunguan mengakibatkan anak tidak mendengar bunyi secara umum sehingga berakibat pada kehidupan perasaan yang kurang berkembang dan tidak berjenjang. Jalan pikirannya terlalu konkret dan sukar berpikir secara abstrak. Sukar masuk ke dalam situasi perasaan orang lain. Semuanya disebabkan oleh bunyi-bunyi di lingkungannya tidak memberi pengaruh kepadanya. Menurut Safaria (2005) kebanyakan orang tua akan mengalami shock bercampur perasaan sedih, khawatir, cemas, takut, dan marah ketika pertama kali mendengar diagnosis mengenai gangguan yang dialami oleh anaknya. Begitu pula dengan ibu yang anaknya mengalami gangguan tunarungu. Perasaan tak percaya bahwa anaknya mengalami tunarungu kadang-kadang menyebabkan ibu mencari dokter lain untuk menyangkal diagnosis dokter sebelumnya, bahkan sampai beberapa kali berganti dokter. Hal ini sangat memukul perasaan ibu. Bagaimana tidak, anak yang sangat dicintainya harus menderita suatu gangguan yang menyebabkannya tidak berkembang sebagaimana anak-anak lainnya. Kata-kata seperti, Hancur-luluh, seperti disambar petir di siang bolong, pilu dan memilukan, shock berat, ini tidak mingkin saya alami, ah, betapa menderitanya, apa salah saya Tuhan hingga Engkau menimpakan cobaan berat ini pada keluarga kami menggambarkan betapa beratnya masalah yang sedang dihadapi oleh seorang ibu dari anak dengan gangguan tunarungu. Banyak sekali dampak negatif yang akan dirasakan oleh ibu, baik secara fisik maupun psikologi.. Pemahaman awal akan dampak negatif yang akan banyak timbul merupakan langkah yang sangat penting yang bertujuan agar ibu mampu secara cepat menyadarinya sehingga mampu mengendalikannya agar dampak tersebut tidak bertambah berat. Bahkan mungkin saja berakibat anak akan menjadi korban karena kekurangan kasih sayang dan perhatian. Untuk itulah diperlukan penerimaan dari seorang ibu terhadap anaknya yang mengalami gangguan tunarungu. Menurut Rogers, (1979) penerimaan merupakan sikap seseorang yang menerima orang lain apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan ataupun penilaian. Apabila dalam keluarga terutama pada ibu ada penerimaan, maka akan dapat membantu dalam pengasuhan dan akan mendukung perkembangan anak. Besar kecil penerimaan oleh keluarga akan mempengaruhi pada kualitas hubungan keluarga. Terlebih penerimaan ibu, semakin kuat perasaan keibuan pada seorang wanita, maka semakin besar kemampuan untuk mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepada anaknya, (Ibrahim, 2002). Jika dilihat berdasarkan teori penerimaan dari Kubler-Ross, (dalam Gargiulo, 1985) seseorang akan mengalami beberapa proses dalam menerima suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya, sampai-sampai pada tahap dimana seseorang tersebut benarbenar menerima keadaan yang terjadi. Maka pada ibu yang memiliki anak tunarungu akan mengalami beberapa proses dalam menerima ketunarunguan pada anaknya, sampai-sampai pada tahap dimana ibu benar-benar menerima keadaan anaknya yang mengalami tunarungu. Tahap-tahapnya yaitu pada primary phase: 1). Shock (kaget), 2). Denial (menyangkal), 3). Grief and depression (duka dan depresi), Kemudian pada secondary phase: 1). Ambivalence (dua perasaan yang bertentangan), 2). Guilt (perasaan bersalah), 3). Anger (perasaan marah), 4). Shame and embrassment (perasaan malu dan memalukan), Dan yang terakhir yaitu pada tertiary phase: 1). Bargaining (tawar-menawar),. 2). Adaptation & reorganization (adaptasi dan reorganisasi), 3). Acceptance & adjustment (menerima dan memahami), Menurut Safaria (2005) faktorfaktor yang menyebabkan cepat atau tidaknya seseorang menerima suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya pada dasarnya tidak

5 lepas dari penafsiran orang tersebut terhadap peristiwa yang dialaminya. Seringkali kita cenderung melihat suatu peristiwa dari sisi yang negatif dan jarang sekali kita melihatnya dari sisi positif.. Ada dua faktor yang berpengaruh dalam proses penerimaan, faktor yang pertama yaitu faktor keluarga yaitu adanya hubungan yang relatif harmonis antara ibu dengan ayah. Jika hubungan antara ibu dengan ayah relatif harmonis, maka keduanya akan lebih mampu saling bekerja sama dalam merawat, mendidik dan membimbing anaknya sehingga proses penerimaan pun akan lebih cepat terjadi. Sebaliknya jika hubungan antara ibu dengan ayah buruk, maka beban psikis yang dipikul keduanya akan bertambah berat. Kemudian yang kedua yaitu faktor lingkungan sosial, didalam lingkungan sosial mengembangkan sikap perhatian, dukungan, penerimaan, dan sikap empatik kepada sesama. Jika kita bersikap penuh pengertian, mau membantu dengan tulus, maka kita pun akan mendapatkan dukungan, perhatian dari orang lain. Mengembangkan hubungan yang suportif merupakan situasi yang timbal-balik, dua arah, dan saling mempengaruhi. Sehingga proses penerimaan pada anak tunarungu akan lebih cepat terjadi. Ciri-ciri orang yang menerima orang lain juga dijelaskan oleh Sheerer (dalam Cronbach, 1963) yaitu mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kehidupan, menganggap orang lain berharga, berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya, menerima pujian atau celaan secara objektif, dan tidak menyalahkan atas keterbatasan dan tidak pula mengingkari kelebihan orang lain. Adanya masalah-masalah psikologis yang berhubungan dengan penerimaan ibu yang memiliki anak tunarungu inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini, mulai dari respon awal terhadap diagnosis sampai pada proses penerimaan. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu? 3. Bagaimanakah proses penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu, faktor-faktor yang menyebabkan penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu, dan bagaimana proses penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini terutama dalam faktor yang menyebabkan penerimaan terhadap anak tunarungu dapat memberikan masukan yang bermanfaat pada ibu agar dapat melakukan perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi hidup bermakna sehingga ibu dapat lebih cepat dan lebih mudah untuk menerima dan memahami kondisi anak. Serta untuk anak dapat memberi semangat hidup, motivasi dan menimbulkan kepercayaan dirinya kembali. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya dari Safaria (2005), Bastaman (1996), Kubler-Ross, (dalam Gargiulo, 1985)dan terutama mengenai faktorfaktor yang menyebabkan penerimaan serta proses-proses penerimaan. Selain itu penelitian ini di harapakan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan penerimaan ibu yang mempunyaianaktunarungu. 2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan penerimaaan ibu terhadap anaknya yang mengalami tunarungu?

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Penerimaan Dari berbagai definisi tersebut di atas, pada dasarnya memiliki kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Yakni dapat dilihat bahwa penerimaan berkaitan dengan proses seseorang dalam menerima kenyataan yang ada. Yakni dengan menerima orang lain apa adanya secara keseluruhan, memiliki sikap yang positif terhadap orang lain, mengakui dan menerima berbagai aspek dari orang lain termasuk kualitas baik dan buruknya. 2. Karakteristik Penerimaan Dalam hal ini Jersild, (1974) menjelaskan beberapa karakteristik penerimaan yakni, spontan dan bertanggung jawab, tidak menyalahkan kondisi yang ada, memiliki keinginan, gagasan, dan aspirasi. Kemudian individu yang dapat menerima orang lain akan memiliki penilaian yang realistis mengenai kemampuan dan pengertian akan arti orang lain. Beberapa ciri penerimaan diri untuk dapat membedakan antara orang yang dapat menerima keadaan dirinya atau orang yang telah mengembangkan sikap penerimaan dalam dirinya dengan seseorang yang menolak keadaan dirinya atau tidak dapat bersifat realistis, yaitu: a) Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaan dan menghargai dirinya. b) Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaksa pada pendapat orang lain. c) Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irrasional. d) Menyadari asset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau menolak keinginannya. e) Seseorang yang menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan orang lain. 3. Reaksi-reaksi Awal Penerimaan Menurut Selikowitz, (2001) setiap ibu mengalami reaksi dalam penerimaan anaknya, antara lain : a). Syok Semua ibu melewati fase ini, walaupun mungkin hanya sejenak setelah mendengar bahwa anaknya menderita tunarungu. Banyak dari perasaan syok itu dialami secara fisik misalnya tubuh berkeringat dan menjadi dingin setelah mengetahui bahwa anaknya menderita tunarungu. b). Rasa tidak percaya Manakala dihadapkan pada berita buruk, salah satu mekanisme perlindungan diri individu yang efektif adalah penyangkalan. Namun ketidakpercayaan ini sering kali total pada taraf awal. Pada saat diberitahukan, kadang penyangkalan dapat terus berlangsung dan menyebabkan para ibu mencari pendapat lain atau terlibat dalam cara pengobatan yang kontroversial bagi anak mereka. c). Perasaan sedih Reaksi terhadap derita bahwa seorang anak menderita tunarungu seringkali menyerupai kesedihan yang dirasakan setelah kehilangan orang yang dicintai. d). Perasaan menolak Walaupun banyak ibu merasa malu untuk mengungkapkannya, perasaan menolak merupakan hal yang umum pada taraf dini. Hal ini juga merupakan respon naluriah dan mungkin sekali muncul, manakala seorang anak yang dalam suatu hal berbeda dari yang lainnya dan tidak dapat diasuh dengan baik di dalam lingkungannya. e). Perasaan tidak mampu dan malu Bagi banyak ibu, lahirnya seorang anak dengan tunarungu merupakan sebuah pukulan dahsyat bagi jati diri mereka. Mereka merasa bahwa lahirnya seorang anak yang cacat mencerminkan kebutuhan mereka sendiri, terlebih bagi bila mereka belum memiliki anak lain. f). Perasaan marah Banyak ibu mengalami kemarahan sewaktu mereka mendapatkan dirinya berada dalam situasi yang tidak dapat mereka ubah. Banyak ibu mengalami ini sebagai perasaan putus asa dan pesimis. Mereka mudah menangis, sulit

7 tidur dan makan serta tidak ada tenaga, antusiasme menghadapi segala sesuatu. g). Perasaan bersalah Para ibu sering kali merasa bersalah memiliki anak yang menderita tunarungu karena mereka yang mengandung sang anak. (Selikowitz, 2001). 4. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Penerimaan Jika dilihat dari teori yang dikemukakan oleh Bastaman (1996) mengenai beberapa komponen yang menentukan berhasilnya seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi hidup bermakna maka pada ibu yang memiliki anak tunarungu untuk mempercepat proses penerimaan terhadap anaknya yang memiliki gangguan tunarungu yaitu dengan melakukan perubahan dari menghayati hidup dengan tidak bermakna menjadi hidup lebih bermakna. Komponenkomponennya yaitu: a) Pemahaman-diri (self-insight) Yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik. b) Makna hidup (the meaning of life) Yaitu nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatankegiatannya. Perluas makna hidup yang kita cari, buka pemikiran kita, buka mata hati kita, lihatlah halhal yang kita anggap sepele, namun sebenarnya mengandung makna yang luar biasa. c) Pengubahan sikap (changing attitude) Yakni dari yang semula bersikap negatif dan tidak tepat menjadi mampu bersikap positif dan lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang tak terelakkan. d) Keikatan-diri (self-commitment) Yakni komitmen individu terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. Kuatkan komitmen kita untuk bertindak positif, konsisten dalam berusaha, tidak mengenal kata menyerah dan putus asa, apalagi hanya berpangku tangan. Komitmen yang kuat akan membawa diri kita pada pencapaian makna hidup yang lebih mendalam. e) Kegiatan terarah (directed activities) yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. Hiasi hidup kita dengan aktivitasaktivitas positif seperti mengikuti ceramah keagamaan, ikut dalam badan amal, mengembangkan keterampilan dan usaha, serta aktivitas-aktivitas positif lainnya yang bisa kita lakukan. f) Dukungan sosial (social support) Yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantuan pada saat-saat diperlukan. Kembangkan relasi sosial kita dengan orang-orang disekitar, cari dan temukan lingkungan sosial yang kondusif, silaturahmi keberbagai pihak, jangan mengisolasi diri 5. Proses-proses Penerimaan Menurut Kubler-Ross, (dalam Gargiulo, 1985) seseorang akan mengalami beberapa proses dalam menerima suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya, sampai-sampai pada tahap dimana seseorang tersebut benar-benar menerima keadaan yang terjadi, yaitu: a). Primary phase (1). Shock (kaget) Ibu merasa terguncang, tidak percaya atas apa yang telah terjadi. Biasanya ditandai dengan menangis terus-menerus dan perasaan tidak berdaya. Ibu sama sekali tidak siap untuk menghadapi kelainan pada anak. (2). Denial (menyangkal) Ibu menolak untuk mengenali kecacatan anak dengan merasionalisasikan kekurangan yang ada, atau dengan mencari penegasan dari ahli bahwa tidak ada kecacatan pada anak. (3). Grief and depression (perasaan duka dan depresi)

8 Merupakan reaksi yang alami dan tidak perlu dihindari, Karena dengan adanya perasaan ini ibu mengalami transisi dimana harapan masa lalu mengenai anak sempurna disesuaikan dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Dalam fase ini rasa duka disebabkan oleh perasaan kecewa karena memiliki anak yang menderita tunarungu. Sedangkan depresi merupakan perasaan marah pada diri sendiri karena telah gagal melahirkan anak yang normal. Salah satu perilaku yang mungkin muncul pada fase ini adalah penarikan diri dari lingkungan. b). Secondary phase (1). Ambivalence (dua perasaan yang bertentangan) Kecacatan anak dapat meningkatkan intensitas perasaan kasih sekaligus perasaan benci pada ibu. Perasaan negative umumnya diiringi dengan perasaan bersalah, sehingga beberapa ibu mendedikasikan sebagaian besar waktunya untuk anak, sedangkan sebagian lagi menolak untuk memberikan kasih sayang pada anak dan menganggap anak tidak berguna. (2). Guilt (perasaan bersalah) Pada fase ini ibu mungkin saja merasa bersalah dengan kecacatan anaknya, karena menganggap bahwa dialah yang menyebabkan kecacatan tersebut atau dihukum karena dosanya dimasa lalu. Pada fase ini biasanya ibu memiliki pemikiran kalau saja. Pada saat bersalah ibu juga menjadi obsesif dan emosional serta secara berkala bertanya mengapa hal ini dapat terjadi. (3). Anger (perasaan marah) Perasaan ini dapat ditunjukkan dengan dua cara. Pertama timbulnya pertanyaan mengapa saya, lalu yang kedua yaitu displacement, dimana rasa bersalah ditunjukkan pada orang lain seperti dokter, terapis, pasangan, atau anak kandungnya yang lain. (4). Shame and embrassment (perasaan malu dan memalukan) Perasaan ini timbul saat ibu menghadapi lingkungan sosial yang menolak, mengasihani, atau mengejek kecacatan anak. Sikap lingkungan yang terus-menerus seperti ini dapat menurunkan harga diri karena beberapa ibu menganggap anak merupakan penerus dirinya. Kehadiran anak yang cacat dapat mengancam harga dirinya. c). Tertiary phase (1). Bargaining (tawar-menawar) Suatu strategi dimana ibu mulai membuat perjanjian dengan Tuhan, ilmu pengetahuan, atau pihak manapun yang mampu membuat anaknya kembali normal. Misalnya: ibu yang membuat pernyataan seperti jika engkau dapat menyembuhkan anakku, maka aku akan mengabdikan diriku padamu. (2). Adaptation & reorganization (adaptasi dan reorganisasi) Adaptasi merupakan proses bertahap yang membutuhkan waktu dan berkurangnya rasa cemas serta reaksi emosional lainnya. Reorganisasi merupakan suatu kondisi dimana ibu merasa nyaman dengan situasi yang ada dan menunjukkan rasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk merawat dan mengasuh anak, sehingga untuk bertanggung jawab atas masalah anak. (3). Acceptance & adjustment (menerima dan memahami) Merupakan proses yang aktif dimana ibu secara sadar berusaha untuk mengenali, memahami, dan memecahkan masalah, namun tetap saja perasaan negatif yang sebelumnya terbentuk tidak pernah hilang. Pada fase ini ibu menyadari kondisi anak dan menerimanya.

9 B. Tunarungu 1. Pengertian Tunarungu Menurut Dudung & Sugiarto (1999) tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus. Tunarungu berpengaruh terhadap seluruh perkembangan anak sebagai individu. Keadaan itu mempengaruhi perkembangan mental, kepribadian, emosi dan sosial si anak Ada beberapa pengaruh yang terjadi terhadap perkembangan anak tunarungu, yaitu: 1. Ketunarunguan mengakibatkan anak tidak mendengar bunyi secara umum, sehingga menyebabkan: a). Kehidupan perasaan kurang berkembang dan tidak berjenjang, di satu pihak sukar dirangsang, tetapi di pihak lain dengan mudah menjadi berkelebihan. b). Jalan pikirannya terlalu konkret dan sukar berpikir secara abstrak. c). Sukar masuk ke dalam situasi perasaan orang lain. Semuanya disebabkan oleh bunyi-bunyi di lingkungannya tidak memberi pengaruh kepadanya. 2. Ketunarunguan mengakibatkan anak tidak mendengar bunyi bahasa, sehingga menyebabkan anak tunarungu yang dididik, terutama secara visual kinestesis tanpa mengikutsertakan unsure auditif akan mengalami kemiskinan dalam perkembangan bahasanya. Intonasi dan bunyi bahasa yang tidak dapat ditangkap lewat pendengaran sangat menghambat perkembangan bahasanya sebab hakikat bahasa adalah bunyi, nada, dan irama, bukan gerak bibir atau gerak lidah. 2. Kriteria Tunarungu Menurut Dudung & Sugiarto, (1999) terdapat beberapa kriteria tunarungu, yaitu : 1). Berdasarkan Tingkat Kehilangan Kemampuan Dasar Tunarungu dapat dibagi atas tulis dan kurang dengar atau pekak. Golongan tuli adalah mereka yang kehilangan kemampuan dengar 90 decibel (db) atau lebih, sedangkan golongan kurang dengar adalah mereka yang kehilangan kemampuan dengar kurang dari 90 db. Golongan kurang dengar ini masih dapat dibedakan atas kurang dengar ringan (kehilangan kemampuan dengar antara 30 sampai 50 db), kurang dengar sedang kehilangan kemampuan dengar antara 50 sampai 70 db), dan kurang dengar berat (kehilangan kemampuan dengar antara 70 sampai 90 db). 2). Berdasarkan Letak Kerusakan Ditinjau dari letak atau lokasi kerusakan dapat dibedakan atas tunarungu konduktif dan tunarungu perspektif. Tunarungu konduktif adalah jenis ketunarunguan sebagai akibat dari kerusakan telinga bagian luar dan bagian tengah, sedangkan jenis ketunarunguan perspektif akibat kerusakan telinga bagian dalam sampai syaraf-syaraf indra pendengaran. 3). Berdasarkan Saat Terjadinya Kehilangan Pendengaran Tunarungu dapat terjadi pada seseorang sebelum orang itu memiliki bahasa, dan di antara kedua masa itu. Bila tunarungu itu terjadi pada saat seseorang belum memiliki bahasa disebut tunarungu pralingual dan bila tunarungu terjadi pada sesorang yang telah berbahasa disebut tunarungu postlingual, dan bila terjadi di antara kedua hal itu disebut tunarungu interlingual 4). Berdasarkan Penyebabnya Ditinjau dari faktor penyebabnya dapat dibedakan atas tunarungu genetis (bawaan), prenatal (sejak dalam kandungan), natal (pada saat kelahiran), dan postnatal (setelah kelahiran). 3. Karakteristik Tunarungu Menurut Prabowo & Puspitawati (1997) karakteristik dapat ditinjau dari perkembangan sosial, intelegensi, pendidikan, bahasa, dan bicaranya. 1). Perkembangan Sosial Umumnya mengalami hambatan komunikasi dan juga hambatan belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan intelektual, hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan untuk mengatasi dorongan/impuls karena ada

10 kesulitan dalam melakukan interaksi sosial (yang umumnya dilakukan melalui kemampuan berkomunikasi), kurang mandiri, toleransi terhadap frustasi rendah, sangat egosentris karena komunikasi umumnya hanya dapat dilakukan dengan diri sendiri, menjadi penuntut dan bersikap actingout(melebih-lebihkan) 2). Perkembangan Intelegensi Populasi pada umumnya mengikuti kurve normal tetapi sebagian besar tetap normal selama tidak mengalami kerusakan otak 3). Perkembangan Pendidikan Pendidikan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing (misalnya ada yang dapat ditolong dengan menggunakan hearing aid) 4). Perkembangan Bahasa Nampak pada penguasaan perbendaharaan kata (umumnya lebih menguasai yang konkrit dan produksi kalimatnya pendek) 5). Perkembangan Bicara Umumnya cara bicara tidak jelas (baik artikulasi, intonasi maupun katakata sengau, contohnya m, n, ng) Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dapat dilakukan dengan cara: 1. Sign language, dengan gesture tangan; 2. Speech reading, belajar mengucapkan atau melafalkan kata-kata dan membaca gerakan bibir; 3. Taction dan Kinaesthetic Feedback, dengan melatih indera peraba (misalnya dengan mengenal getaran-getaran di leher yang dihasilkan saat melafalkan suatu kata); 4. Formal Speech Training Untuk penderita yang memiliki kemungkinan belajar bicara C. Penerimaan Ibu Yang Memiliki Anak Tunarungu Penerimaan adalah pengasuhan dengan penekanan pada interaksi yang berdasarkan pada hubungan yang hangat dan saling menguntungkan, sehingga akan meningkatkan perkembangan kesadaran dan pemikiran moral pada anak. Lebih jauh hal ini dihubungkan dengan terpenuhinya kebutuhan akan kedekatan (attachment) dan penghargaan diri (self-esteem). Salah satu pengaruh pengasuhan yang hangat dan responsif adalah tersampaikannya ide pada anak bahwa ia sangat berharga dan pantas mendapatkan perlakuan yang sebaik-baiknya. Menurut Dudung & Sugiarto (1999) tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan kemampuan dengar yang kurang atau tidak berfungsi secara normal sehingga tidak mungkin lagi diandalkan untuk belajar bahasa dan wicara tanpa dibantu dengan metode dan peralatan khusus.. Tunarungu berpengaruh terhadap seluruh perkembangan anak sebagai individu. Keadaan itu mempengaruhi perkembangan mental, kepribadian, emosi dan sosial si anak. Ini tidak terlalu mudah untuk kita pahami karena kita mempunyai pancaindra yang sempurna. Apabila dalam keluarga terutama pada ibu ada penerimaan, maka akan dapat membantu dalam pengasuhan dan akan mendukung perkembangan anak. Terlebih penerimaan ibu, semakin kuat perasaan keibuan pada seorang wanita, maka semakin besar kemampuan untuk mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepada anaknya, (Ibrahim, dalam Basri 2002). Pada ibu yang memiliki anak tunarungu untuk mempercepat proses penerimaan terhadap anaknya yang memiliki gangguan tunarungu yaitu dengan melakukan perubahan dari menghayati hidup dengan tidak bermakna menjadi hidup lebih bermakna. Komponenkomponennya yaitu: pemahaman-diri (selfinsight), makna hidup (the meaning of life), pengubahan sikap (changing attitude), keikatandiri (self-commitment), kegiatan terarah (directed activities), dukungan sosial (social support). Bastaman (1996) BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan penelitian : metode kualitatif dalam bentuk studi kasus. B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Subjek penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak tunarungu. 2. Jumlah Subjek subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang. C. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian : Peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan beberapa teori-teori yang relevan dengan masalah. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian : Dalam penelitian ini, peneliti bertemu langsung dengan subjek yang bersangkutan untuk

11 menanyakan perihal subjek yang sekiranya bersedia diwawancarai. D. Teknik Pengumpulan Data : wawancara dan observasi. E. Alat Bantu Pengumpul Data : Pedoman Wawancara, pedoman observasi, alat perekam, dan alat tulis F. Keakuratan Penelitian a. Triangulasi Data Peneliti menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen hasil wawancara dan hasil observasi dari subjek dan significant other b. Triangulasi Pengamat Dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. c. Triangulasi Teori Yaitu penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. berbagai teori tentang gejal-gejala stress, sumbersumber stress, dan strategi coping yang telah dijelaskan pada bab II untuk digunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. d. Triangulasi Metode Yaitu metode wawancara, metode observasi. G. Teknik Analisis Data : Mengorganisasikan Data, Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban, Menguji Asumsi atau Permasalahan yang Ada Terhadap Data, Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data, Menulis Hasil Penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dan Pembahasan Dalam membahas hasil penelitian ditemukan hasil sebagai berikut : a). Karakteristik Penerimaan Menurut Jersild, (1974). beberapa ciri penerimaan diri untuk dapat membedakan antara orang yang dapat menerima keadaan dirinya atau orang yang telah mengembangkan sikap penerimaan dalam dirinya dengan seseorang yang menolak keadaan dirinya atau tidak dapat bersifat realistis, yaitu: f) Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaan dan menghargai dirinya. g) Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaksa pada pendapat orang lain h) Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irrasional. i) Menyadari asset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau menolak keinginannya. j) Seseorang yang menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan orang lain Dari hasi penelitian karakteristik penerimaan dimana orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaan dan menghargai dirinya yang terjadi adalah : subjek merasa optimis bahwa anaknya akan terus berprestasi meskipun mengalami tunarungu, subjek tidak pernah memaksakan setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak, disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan anak, selalu mendukung dan menyemangati anak, subjek menghargai dirinya sendiri dengan selalu menjaga kesehatan dan tingkat stress. Dari hasil penelitian karakteristik penerimaan dimana seseorang yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaksa pada pendapat orang lain yang terjadi adalah: anak merupakan motivasi terbesar subjek setiap melakukan kegiatannya, subjek sangat giat mengumpulkan uang demi anakanaknya, subjek percaya diri dengan kemampuannya dalam hal memasarkan barang dagangannya. Dari hasil penelitian karakteristik penerimaan dimana seseorang akan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat

12 pada dirinya sendiri secara irrasional, yang terjadi adalah: subjek saling mengisi dan bekerjasama dengan suami dalam hal anak dan dalam hal pemenuhan kebutuhan atau masalah ekonomi. Dari hasil penelitian karakteristik penerimaan dimana seseorang menyadari asset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau menolak keinginannya, yang terjadi adalah: subjek memiliki penyesuaian sosial yang baik, subjek memiliki potensi dalam berbisnis, subjek memanfaatkan kelebihan yang dimiliki dengan banyak bersosialisasi dengan lingkungan, subjek menggunakan atau menerapkan kelebihan yang dimilikinya ketika subjek menghadapi lingkungan sosial baru dan ketika subjek memasarkan barang dagangannya. Dari hasil penelitian karakteristik penerimaan dimana seseorang yang menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan orang lain, yang terjadi adalah: subjek menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, subjek menerima kritikan dari orang lain, subjek tidak menyalahkan kekurangan yang ada pada dirinya kepada orang lain. 2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Penerimaan Menurut Safaria (2005) pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau tidaknya proses penerimaan tidak lepas dari penafsiran kita terhadap peristiwa yang kita alami. Seringkali kita cenderung melihat suatu peristiwa dari sisi yang negatif dan jarang sekali kita melihatnya dari sisi positif. Jika dilihat dari teori yang dikemukakan oleh Bastaman (1996) mengenai beberapa komponen yang menentukan berhasilnya seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi hidup bermakna maka pada ibu yang memiliki anak tunarungu untuk mempercepat proses penerimaan terhadap anaknya yang memiliki gangguan tunarungu yaitu dengan melakukan perubahan dari menghayati hidup dengan tidak bermakna menjadi hidup lebih bermakna. Komponenkomponennya yaitu: a). Pemahaman-diri (self-insight) Yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik. b). Makna hidup (the meaning of life) Yaitu nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yangberfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya. Perluas makna hidup yang kita cari, buka pemikiran kita, buka mata hati kita, lihatlah hal-hal yang kita anggap sepele, namun sebenarnya mengandung makna yang luar biasa. c). Pengubahan sikap (changing attitude) Yakni dari yang semula bersikap negatif dan tidak tepat menjadi mampu bersikap positif dan lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang tak terelakkan. d). Keikatan-diri (self-commitment) Yakni komitmen individu terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. Kuatkan komitmen kita untuk bertindak positif, konsisten dalam berusaha, tidak mengenal kata menyerah dan putus asa, apalagi hanya berpangku tangan. Komitmen yang kuat akan membawa diri kita pada pencapaian makna hidup yang lebih mendalam. Teguhkan hati untuk berjuang membimbing anak kita, apa pun yang nantinya akan kita hadapi. Percayalah Tuhan YME pasti akan memberikan jalan yang lapang untuk kita, dan ingatlah sesungguhnya akhir itu lebih baik dari permulaan. e). Kegiatan terarah (directed activities) Yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. Hiasi hidup kita dengan aktivitasaktivitas positif seperti mengikuti ceramah keagamaan, ikut dalam badan amal, mengembangkan keterampilan

13 dan usaha, serta aktivitas-aktivitas positif lainnya yang bisa kita lakukan. Jangan hanya berputar pada aktivitas yang negatif seperti bergosip, melamun, berkeluh kesah, berpangku tangan, hanya mengumbar kesedihan, jika ini dapat kita hindari maka niscaya kita akan mencapai kebermaknaan hidup lebih baik di masa depan. f). Dukungan sosial (social support) Yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantuan pada saat-saat diperlukan. Kembangkan relasi sosial kita dengan orang-orang disekitar, cari dan temukan lingkungan sosial yang kondusif, silaturahmi keberbagai pihak, jangan mengisolasi diri hanya karena kita memiliki anak yang mengalami gangguan tunarungu. Jika I tu yang kita lakukan, berarti kita menyatakan kalah pada tunarungu. Jangan berputus asa, berjuanglah terus dan melalui dukungan sosial orangorang terdekat di sekitar kita, kemenangan pasti akan kita raih. Berdasarkan faktor pemahaman-diri (self-insight) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek memiliki kesadaran atas kondisi diri subjek sendiri ketika mengalami kondisi yang buruk (baik secara fisik maupun secara mental), subjek memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik, terutama bagi anaknya, subjek memiliki tujuan hidup yang harus dipenuhi yaitu anak-anaknya, semua kegiatan yang subjek lakukan adalah untuk masa depan anak-anaknya. Berdasarkan faktor makna hidup (the meaning of life) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek memaknai hidupnya selama ini adalah selalu bersikap sabar dalam hal apapun. Berdasarkan faktor pengubahan sikap (changing attitude) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek mampu bersikap positif dalam menghadapi masalah. Berdasarkan faktor keikatan-diri (selfcommitment) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek berusaha untuk bisa konsisten dalam berusaha. Berdasarkan faktor kegiatan terarah (directed activities) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek rutin mengikuti aktivitasaktivitas yang positif. Berdasarkan faktor dukungan sosial (social support) ditemukan hasil sebagai berikut: memiliki teman yang akrab dan selalu hadir memberi bantuan pada saat-saat yang diperlukan, subjek selalu menjaga silaturahmi dengan berbagai pihak. 3. Proses-proses Penerimaan Menurut Kubler-Ross, (dalam Gargiulo, 1985) seseorang akan mengalami beberapa proses dalam menerima suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya, sampai-sampai pada tahap dimana seseorang tersebut benar-benar menerima keadaan yang terjadi, yaitu: a). Primary phase (1). Shock (kaget) Ibu merasa terguncang, tidak percaya atas apa yang telah terjadi. Biasanya ditandai dengan menangis terus-menerus dan perasaan tidak berdaya. Ibu sama sekali tidak siap untuk menghadapi kelainan pada anak. (2). Denial (menyangkal) Ibu menolak untuk mengenali kecacatan anak dengan merasionalisasikan kekurangan yang ada, atau dengan mencari penegasan dari ahli bahwa tidak ada kecacatan pada anak. (3). Grief and depression (perasaan duka dan depresi) Merupakan reaksi yang alami dan tidak perlu dihindari, Karena dengan adanya perasaan ini ibu mengalami transisi dimana harapan masa lalu mengenai anak sempurna disesuaikan dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Dalam fase ini rasa duka disebabkan oleh perasaan kecewa karena memiliki anak yang menderita tunarungu. Sedangkan depresi merupakan perasaan marah pada diri sendiri karena telah gagal melahirkan anak yang normal. Salah satu perilaku yang mungkin muncul pada fase ini adalah penarikan diri dari lingkungan.

14 b). Secondary phase (1). Ambivalence (dua perasaan yang bertentangan) Kecacatan anak dapat meningkatkan intensitas perasaan kasih sekaligus perasaan benci pada ibu. Perasaan negatif umumnya diiringi dengan perasaan bersalah, sehingga beberapa ibu mendedikasikan sebagaian besar waktunya untuk anak, sedangkan sebagian lagi menolak untuk memberikan kasih sayang pada anak dan menganggap anak tidak berguna. (2). Guilt (perasaan bersalah) Pada fase ini ibu mungkin saja merasa bersalah dengan kecacatan anaknya, karena menganggap bahwa dialah yang menyebabkan kecacatan tersebut atau dihukum karena dosanya dimasa lalu. Pada fase ini biasanya ibu memiliki pemikiran kalau saja. Pada saat bersalah ibu juga menjadi obsesif dan emosional serta secara berkala bertanya mengapa hal ini dapat terjadi. (3). Anger (perasaan marah) Perasaan ini dapat ditunjukkan dengan dua cara. Pertama timbulnya pertanyaan mengapa saya, lalu yang kedua yaitu displacement, dimana rasa bersalah ditunjukkan pada orang lain seperti dokter, terapis, pasangan, atau anak kandungnya yang lain. (4). Shame and embrassment (perasaan malu dan memalukan) Perasaan ini timbul saat ibu menghadapi lingkungan sosial yang menolak, mengasihani, atau mengejek kecacatan anak. Sikap lingkungan yang terus-menerus seperti ini dapat menurunkan harga diri karena beberapa ibu menganggap anak merupakan penerus dirinya. Kehadiran anak yang cacat dapat mengancam harga dirinya. c). Tertiary phase (1). Bargaining (tawar-menawar) Suatu strategi dimana ibu mulai membuat perjanjian dengan Tuhan, ilmu pengetahuan, atau pihak manapun yang mampu membuat anaknya kembali normal. Misalnya: ibu yang membuat pernyataan seperti jika engkau dapat menyembuhkan anakku, maka aku akan mengabdikan diriku padamu. (2). Adaptation & reorganization (adaptasi dan reorganisasi) Adaptasi merupakan proses bertahap yang membutuhkan waktu dan berkurangnya rasa cemas serta reaksi emosional lainnya. Reorganisasi merupakan suatu kondisi dimana ibu merasa nyaman dengan situasi yang ada dan menunjukkan rasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk merawat dan mengasuh anak, sehingga untuk bertanggung jawab atas masalah anak. (3). Acceptance & adjustment (menerima dan memahami) Merupakan proses yang aktif dimana ibu secara sadar berusaha untuk mengenali, memahami, dan memecahkan masalah, namun tetap saja perasaan negatif yang sebelumnya terbentuk tidak pernah hilang. Pada fase ini ibu menyadari kondisi anak dan menerimanya. Berdasarkan hasil penelitian, subjek hanya mengalami beberapa proses dalam penerimaan, yaitu shock (kaget), grief and depression (perasaan duka dan depresi), guilt (perasaan bersalah), anger (perasaan marah), shame and embrassment (perasaan malu), adaptation and reorganization (adaptasi), acceptance and adjustment (menerima). Pada proses shock (kaget) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek sempat merasa terguncang pada saat pertama kali mengetahui diagnosis pada anaknya, subjek merasakan tubuhnya menjadi lemas, subjek merasa tidak berdaya, dan subjek hanya bisa menangis Pada proses grief and depression (perasaan duka dan depresi) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek sempat

15 merasa kecewa memiliki anak yang menderita tunarungu, karena menurut subjek, ia mengharapkan seorang anak yang terlahir normal seperti anak normal pada umumnya, subjek sempat merasa pesimis terhadap masa depan anaknya, subjek merasa khawatir ketunarunguan pada anaknya dapat mempengaruhi masa depannya nanti. Pada proses guilt (perasaan bersalah) ditemukan hasil sebagai berikut: Subjek sempat merasa bahwa kecacatan yang dialami oleh anaknya merupakan hukuman baginya atau suaminya akibat dosa dimasa lalu, Subjek sempat menjadi sangat obsesif terhadap perkembangan anaknya pada saat itu, Subjek selalu mencari banyak informasi mengenai ketunarunguan anaknya, Subjek sering membawa anaknya ke tempat-tempat pengobatan alternatif, berharap anaknya masih dapat disembuhkan, Subjek banyak bertukar informasi dengan para orang tua murid di SLB, yang anaknya mengalami tunarungu juga. Pada proses anger (perasaan marah) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek sempat berpikir bahwa ketunarunguan ini merupakan kesalahan dari suaminya. Pada proses shame and embrassement (perasaan malu) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek sempat merasa malu sewaktu pertama kali membawa anaknya jalanjalan keluar rumah, subjek merasa sedih dan kesal ketika orang lain memandang aneh anak subjek Pada proses adaptation and reorganization (adaptasi dan reorganisasi) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek sempat mengalami kecemasan yang berlebihan, subjek merasa khawatir sesuatu yang tidak diharapkan akan terjadi pada anaknya, subjek selalu mengontrol aktifitas bermainnya anak, atau hanya sekedar mengamati dari jauh ketika anak bermain dengan temannya, subjek sudah merasa nyaman dengan situasi yang ada pada saat ini, terlebih ketika subjek mulai menyekolahkan anaknya di SLB, subjek mampu menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan anaknya, saat ini subjek sudah BAB V PENUTUP A. Simpulan merasa percaya diri untuk merawat dan mengasuh anaknya. bahkan terkadang subjek juga suka memberikan masukan pada ibu-ibu yang lainnya dalam hal merawat dan mengasuh anak tunarungu, subjek membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyesuaikan dengan situasi yang ada saat ini dan semuanya merupakan proses yang panjang. Pada proses aceptance & adjustment (menerima dan memahami) ditemukan hasil sebagai berikut: subjek sudah sangat memahami mengenai ketunarunguan pada anaknya, saat ini tidak pernah muncul perasaan-perasaan negatif pada diri subjek, subjek telah menerima kondisi anaknya saat ini, subjek memberikan perhatian yang berbeda dengan anaknya yang lain. Berdasarkan hasil penelitian, secara garis besar dapat dilihat gambaran penerimaan pada ibu yang memiliki anak tunarungu dalam hal ini terlihat bahwa ibu memiliki harapan yang realistis, ibu merasa yakin akan standar-standar dirinya, memiliki perhitungan akan keterbatasan pada dirinya, menyadari asset diri yang dimiliki, dan menyadari kekurangannya. Ini semua tidak lepas dari faktor-faktor yang menyebabkan penerimaan, yang mana semua faktor-faktor ini sangat membantu mempercepat proses penerimaan subjek terhadap anaknya yang mengalami tunarungu. Faktor-faktor tersebut adalah faktor penghayatan hidup, yang terdiri dari pemahaman diri, makna hidup, pengubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah, dan dukungan sosial. Sedangkan gambaran proses penerimaan pada ibu yang memiliki anak tunarungu, dalam hal ini terlihat bahwa subjek mengalami beberapa proses penerimaan berupa shock (kaget), grief & depression (perasaan duka dan depresi), guilt (perasaan bersalah), anger (perasaan marah), shame & embrassment (perasaan malu), adaptation & reorganization (adaptasi dan reorganisasi), acceptance & adjustment (menerima dan memahami).

16 B. Saran 1. Bagi ibu yang memiliki anak tunarungu Agar menjaga tingkat stress, karena bagaimanapun sebagai ibu dari anak yang mengalami tunarungu akan banyak terbebani oleh persoalan ini, hal ini berarti ibu akan mengalami banyak ketegangan dan stress. Untuk itulah pada waktu tertentu ibu perlu menghibur diri bersama pasangan, sejenak lepas dari anak dan menikmati kegiatan tanpa adanya interupsi. Hal ini akan sangat bermanfaat agar ibu mampu mengembalikan semangat juang dan mengembalikan kondisi psikologis agar menjadi segar kembali. 2. Kepada SLB Mekar Sari Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak informasi kepada para orang tua yang memiliki anak tunarungu mengenai hal yang menyangkut tunarungu, agar para orang tua dapat lebih mengerti dan memahami mengenai tunarungu. 3. Kepada seluruh masyarakat, hendaknya memberikan sikap perhatian, dukungan, penerimaan, dan sikap empatik kepada ibu yang mempunyai anak tunarungu dan anak yang mengalami tunarungu, agar tetap merasa nyaman dan percaya diri untuk tetap dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. 4. Untuk Peneliti Selanjutnya Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari hasil yang memuaskan untuk itu bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan topik yang sama hendaknya memperbanyak subjek penelitian agar lebih bervariasi dan penelitian dilakukan dengan waktu yang lebih lama sehingga dapat melakukan observasi dan wawancara secara lebih cermat. DAFTAR PUSTAKA penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Basri, A. S. (2002). Problematika perkawinan. Majalah AyahBunda. No. 15. Jakarta: Yayasan Aspirasi Pemuda Bastaman, Dj Hanna. (1996). Meraih hidup bermakna. Jakarta: Paramadina. Cronbach, Lee J. (1963). Educational psychology. New York: Harcourt Brace & World Inc. Dudung & Sugiharto. (1999). Pedoman guru pengajaran wicara untuk anak tunarungu. Jakarta. Gargiulo. (1985). Working with parents of exceptional children. A guide for professional Hendro, P. & Ira, P. (1997). Psikologi pendidikan: Seri diktat kuliah. Jakarta: Gunadarma. Heru Basuki, A. M. (2006). Penelitian kualitatif: untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta : Universitas Gunadarma. J. Donald. Walters. (2006). Rahasia penerimaan diri. Kanisius: Yogyakarta. Jersild, A. T. (1974). Psychology of adolescence. New York: McGraw-Hill Book. Maria, S. Y. (1999). Pedoman guru pengajaran bina persepsi bunyi dan irama untuk anak tunarungu. Jakarta. Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Alsa, Asmadi. (2003). Pendekatan kuantitatif & kualitatif serta kombinasinya dalam Moleong, L. J. (2005). Metode pendekatan kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

: Penerimaan Ibu Yang Memiliki Anak Tunarungu : Nuria Khotimah/ : Ni Made Taganing, M. Psi., Psi A B S T R A K S I

: Penerimaan Ibu Yang Memiliki Anak Tunarungu : Nuria Khotimah/ : Ni Made Taganing, M. Psi., Psi A B S T R A K S I Judul Nama/NPM Pembimbing : Penerimaan Ibu Yang Memiliki Anak Tunarungu : Nuria Khotimah/10503129 : Ni Made Taganing, M. Psi., Psi A B S T R A K S I Tunarungu adalah istilah yang menggambarkan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh orang tua. Anak merupakan harta berharga dan anugerah dari Tuhan. Anak juga merupakan pemacu harapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. cerebral palsy, maka peneliti dapat memberi kesimpulan dari ketiga subjek terkait

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. cerebral palsy, maka peneliti dapat memberi kesimpulan dari ketiga subjek terkait BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai bagaimana gambaran proses penerimaan ibu dengan anak yang mengalami cerebral palsy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Salah satunya cara yang digunakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Salah satunya cara yang digunakan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk itu diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Salah satunya cara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan suami istri. Kehadiran seorang anak sangat dinantikan karena anak merupakan generasi penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis 14 BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis merupakan harapan bagi semua orangtua yang sudah menantikan kehadiran anak dalam kehidupan perkawinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Terlampir B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki Anak Autis Tingkat kebersyukuran orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran seorang anak dalam keluarga merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran seorang anak dalam keluarga merupakan suatu peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehadiran seorang anak dalam keluarga merupakan suatu peristiwa yang selalu didambakan. Kelahiran anak juga dapat membawa hubungan suami istri menjadi lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,

Lebih terperinci

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Judul Skripsi : Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Pembimbing: Dr. Hendro Prabowo, S.Psi Oleh : Monica Lutfy Setyawan 14511602 Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada kekurangan baik fisik maupun mentalnya. Akan tetapi, terkadang terjadi keadaan dimana

Lebih terperinci

Penerimaan Diri Pada Remaja Yang Memiliki Orang Tua Berpoligami RIDIAFISHA ANASTRI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penerimaan diri bisa

Penerimaan Diri Pada Remaja Yang Memiliki Orang Tua Berpoligami RIDIAFISHA ANASTRI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penerimaan diri bisa SELF ACCEPTANCE IN ADOLESCENCE WHO HAVE PARENTS POLYGAMY Ridiafisha Anastri Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: self-acceptance, polygamy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun

BAB I PENDAHULUAN. masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan hidup manusia dewasa, pada umumnya akan masuk masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun mulai tumbuh saat orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap orangtua pasti menginginkan memiliki anak yang normal dan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss). BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

Lebih terperinci

Gambaran Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Autisme Serta Peranannya Dalam Terapi Autisme. Sri Rachmayanti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Gambaran Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Autisme Serta Peranannya Dalam Terapi Autisme. Sri Rachmayanti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Gambaran Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Autisme Serta Peranannya Dalam Terapi Autisme Sri Rachmayanti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma JURNAL BAB 1 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga BAB II LANDASAN TEORI II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai self esteem pada wanita yang menderita infertilitas, maka peneliti dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini, tentunya seseorang pasti pernah mengalami beberapa masalah. Sesuatu dirasakan atau dinilai sebagai suatu masalah ketika kenyataan

Lebih terperinci

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Oleh: HALDILA LINTANG PALUPI 802008039 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diuraikan mengenai pengertian penerimaan diri, aspek-aspek penerimaan diri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diuraikan mengenai pengertian penerimaan diri, aspek-aspek penerimaan diri yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini menjelaskan mengenai teori penerimaan diri ibu tiri yang sejalan dengan fokus penelitian yaitu penerimaan diri ibu tiri yang memiliki anak tunarungu. Menjawab rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dinamika parental reactions pada orangtua anak multihandicap di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Jakarta. Sesuai dengan maksud, tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACK

PERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACK PERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Rafiqal Sadli * Fitria Kasih** Zulkifli** *Mahasiswa Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Seluruh Subjek Untuk hasil penelitian diketahui bahwa untuk tahapan pertama yaitu subjek I, II, dan III kurang memiliki pengingkaran saat pertama munculnya payudara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, jumlah anak-anak yang berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, jumlah anak-anak yang berkebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, jumlah anak-anak yang berkebutuhan khusus semakin meningkat di Indonesia dan bahkan di dunia. Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, mereka

BAB I PENDAHULUAN. istri. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memiliki anak merupakan suatu anugerah bagi setiap pasangan suami istri. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, mereka berkomitmen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang wanita yang suaminya meninggal dunia, tentu tidak mudah menjalanikehidupan seorang diri tanpa pendamping. Wanita yang kehilangan pasangan merasa sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Tiri Istilah ibu tiri secara harfiyah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Ibu merupakan panggilan yang takzim kepada wanita, sedangkan tiri berarti bukan darah daging

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap keluarga tentunya akan mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka. Setiap pasangan

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 105 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan ketiga subjek penelitian telah mencapai tahap tertinggi dari lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani kehidupan yang bahagia dalam membina suatu keluarga. Anak merupakan suatu anugerah yang

Lebih terperinci

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan ketidakseimbangan regulasi proliferasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya orangtua beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah merawat dan menjaga kesehatan anak, menyedia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya orangtua beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah merawat dan menjaga kesehatan anak, menyedia Judul : Penerimaan Orangtua Pada Anak Mental Retardation Nama : INDAH MONINGSIH NPM : 10502112 Pembimbing : Ursa Majorsy, S.Psi.,MSi ABSTRAK Setiap orangtua menginginkan kelahiran anaknya sempurna tanpa

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Kematian terlihat sebagai konsep sederhana untuk dijelaskan yaitu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, saling berhubungan atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Yogyakarta, 11 Februari 2017 Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Diskusi Jika kita mengalami situasi sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com / 0813 140 23 148 Tim Pengembang Dukungan Psikologis Awal Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Outline

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika seorang ibu sedang mengandung, tentunya ia mengharapkan anak yang ada dalam kandungannya itu akan lahir dengan sehat dan sempurna. Biasanya para orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kehadiran anak memberikan kebahagiaan yang lebih di tengah tengah keluarga dan membawa berbagai perubahan yang berdampak positif pada keluarga. Perubahan yang mendasar

Lebih terperinci