BAB IV REFLEKSI KRITIS TEOLOGIS TENTANG DENDA ADAT MASYARAKAT MOA. pemikiran kritis teologis tentang kedudukan perempuan secara Kristiani.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV REFLEKSI KRITIS TEOLOGIS TENTANG DENDA ADAT MASYARAKAT MOA. pemikiran kritis teologis tentang kedudukan perempuan secara Kristiani."

Transkripsi

1 BAB IV REFLEKSI KRITIS TEOLOGIS TENTANG DENDA ADAT MASYARAKAT MOA Bab ini merupakan bab refleksi teologis tentang kedudukan perempuan dalam denda adat hubungan di luar nikah. Mengingat masyarakat Moa adalah masyarakat adat yang seluruhnya beragama Kristen maka, penulis merasa perlu menampilkan pemikiran kritis teologis tentang kedudukan perempuan secara Kristiani. 4.1 Realitas Kedudukan Perempuan dalam masyarakat patriarkhi Dalam Alkitab dapat dilihat rendahnya kedudukan dan peran seorang perempuan. Para penulis Alkitab menempatkan perempuan pada posisi sentral dalam keluarga. Perempuan selalu ditempatkan pada pusat keluarga sebagai ibu yang melahirkan anak, membesarkan mereka, dan mengurusi segala kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Perempuan selalu melaksanakan keputusan-keputusan yang dibuat dan dirancang laki-laki sebab, hakekatnya mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat dipahami karena dunia di mana Alkitab ditulis sangat dipengaruhi cara berpikir yang patriarkhi. Pola pemikiran ini telah mendasari sistim kemasyarakatan, kebudayaan juga cara berteologi saat itu. 1 Dalam dunia Perjanjian Lama (PL), perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah dari pada laki-laki. Semasa anak-anak dan sebelum menikah perempuan 2005), 5. 1 Wilson Nadeak, Perempuan-perempuan Pemberani (Bandung, Lembaga Literatur Baptis,

2 berada di bawah ayahnya, ketika ayahnya meninggal ia tunduk kepada kakaknya yang laki-laki, sesudah dewasa dan menikah diserahkan kepada wibawa suaminya. 2 Dalam masa Perjanjian Lama seorang ayah memiliki kekuasaan kepada anak perempuannya secara mutlak (Kejadian 19: 8, Hakim-hakim. 19: 1-30). Terlahir sebagai perempuan dianggap sebagai kutukan Ilahi, dan terdapat doa pagi yahudi dimana pria mengucapkan syukur kepada Allah karena dilahirkan sebagai laki-laki Yahudi, merdeka bukan sebagai budak atau seorang perempuan. 3 Selain kedukan yang rendah bagi perempuan cerita-cerita Perjanjian Lama juga mengisahkan tentang pelecehan yang dialami perempuan. Diceritakan bagaimana perkosaan terhadap Dina, anak Yakub dengan Lea. Ia diperkosa Sikhem, putra raja Hemor dan kemudian dipinang Raja itu menjadi istri anaknnya. Permohonan ini diterima Yakub, tetapi para putranya membalaskan dendam dengan tipu muslihat (Kejadian 34: 1-31). Yehuda dengan Tamar menantu dari anak pertamanya Er. Yehuda menghukum menantunya karena kedapatan mengandung padahal suaminya telah meninggal (Kejadian 38: 1-30). Tamar Putri Daud dan Maakha diperkosa Amon saudara tirinya, lalu ia diusir dengan kasar, Absalom yang adalah kakak kandung Tamar membunuh Amon dua tahun kemudian (2 Samuel. 13:1-20). Cerita- cerita ini digambarkan berusaha melindungi perempuan sebaik-baiknya tanpa mengubah tatanan yang berlaku. 4 2 Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terjemahan), (Jakarta, BPK. Gunung Mulia, 2010), William Barclay, Letters to Timoty, Titus, Philemon dalam Kedudukan dan peranan wanita dalam pemerintahan gerejawi di Lingkungan gereja- gereja Kristen Jawa, Skripsi Sumiatiningsih, 8. 4 Marie Claire Barth Frommel, Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu: Pengantar Teologi Feminis (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2006),

3 Dalam konteks budaya Yahudi perempuan selalu berada di bawah atau bergantung pada laki-laki. Sehingga yang terjadi kebanyakan perempuan dan kepribadiannya tidak mempunyai inisiatif dan merasa rendah diri. Perempuan merasa aman jika bergantung pada laki-laki, sulit dengan tegas mengambil keputusan sendiri. Dalam Perjanjian Lama, ada hal-hal yang dibatasi bagi perempuan seperti, menjadi imam serta ada pemisahan tempat duduk dalam bait Allah dan sinagoge. Meskipun demikian ada juga terdapat gambaran perempuan dalam Perjanjian Lama yang mampu bertindak berbeda dari sikap tradisional saat itu. Beberapa perempuan ini antara lain: Debora (Hakim-hakim 4, 5), Sifra dan Pua (Keluaran 1: 15-21), Miryam kakak Musa (Keluaran 15:20, Bil. 13:2), Abigail (1 Samuel 25: 2-44), Hulda (2 Rajaraja. 22), dan Ester (Ester. 2:15-17). Jadi dapat dikatakan perempuan juga memiliki potensi dan kebebasan untuk bertindak di luar peran-peran tradisional yang diberikan kepadanya. 5 Kenyataan yang berlaku dalam kehidupan sosial dan denda adat di Moa, lakilaki memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada perempuan. Semua keputusan dalam keluarga juga masyarakat ditentukan oleh laki-laki, perempuan hanya menjalankannya saja. Realitas masyarakat Moa ini menunjukan mereka hidup dalam ketidakadilan jender, di kehidupan keluarga dan masyarakat, namun tidak menyadarinya. Keadaan yang terjadi ini bukan tanpa alasan mendasar, tetapi karena masyarakat Moa telah tertata dalam konsep patriarkhi, baik dalam pikiran maupun prakteknya. 5 Philip J. King dan Lawrence E. Stager., 58. Bnd. Marie Claire Barth Frommel,

4 Perempuan Moa dalam realitasnya seringkali harus memenuhi peran-peran stereotip yang dilekatkan pada mereka, seperti mengurus rumah tangga, mengurus anak-anak, di dapur, atau melakukan pekerjaan kasar lainnya. Semua pekerjaan yang dilakukan secara sukarela karena bagi mereka itu merupakan keharusan (kodrat) bagi seorang perempuan. Perempuan cenderung mempercayai bahwa apapun yang tak beres menyangkut relasi mereka adalah kesalahan dari pihak mereka, dan oleh karena itu menjadi tanggung jawabnya untuk mencari jalan keluar. 6 Perempuan dituntut harus sempurna, taat dan menanggung derita apapun demi kerukunan dan kebahagiaan kaum laki-laki. 7 Hal ini menunjukkan posisi subordinasi perempuan. Ia membuat orang lain selalu senang, sementara ia sendiri tetap tabah, apapun situasi dan harga yang mesti ditanggungnya secara pribadi. Margaretha Hendriks menyebut hal ini sebagai teologi kekerasan karena mendorong pelanggaran hak-hak perempuan, dan secara spiritual membunuh kaum perempuan. Teologi kekerasan juga mengubur potensi, talenta dan kreativitas perempuan melalui peran-peran stereotip domestik sehingga perempuan kehilangan kebebasannya untuk hidup sebagai citra Allah sebagaimana yang dimaksud oleh Allah (Kejadian 1:26-28). Teologi ini justru menempatkan perempuan sebagai makhluk subordinat dan karenanya hak-haknya bisa dilanggar. 8 Dalam Perjanjian Baru sikap Tuhan Yesus sangat menghargai perempuan, berbeda dengan masyarakat Yahudi yang merendahkan perempuan. Tuhan Yesus 6 Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis (Maumere: Ledalero, 2002), Ibid., 8. 8 Margaretha M. Ririmasse, Perempuan, Kekerasan dan Perdamaian - Sebuah Refleksi Teologis Feminis (Jakarta: Yakoma-PGI, PERSETIA, Dept. Perempuan dan Anak, Mission 21, 2009), 15.

5 selalu memiliki sikap positif terhadap perempuan yang datang kepada-nya. Dalam setiap tindakan yang dilakukan Ia tidak pernah membedakan laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki martabat yang sama. Tuhan Yesus dalam karyanya banyak melibatkan perempuan dan banyak tindakannya yang berhubungan dengan perempuan. Tindakan-Nya dapat dilihat dalam Lukas 7: (Yesus membangkitkan anak muda dari Nain), Lukas 7:36-50 (Yesus diurapi perempuan berdosa), Markus 5: (Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan), Yohanes 4: 1-42 (Yesus berbicara dengan perempuan Samaria). Apa yang dilakukan Tuhan Yesus ini selalu menjadi hal yang tidak biasa dalam masyarakat Yahudi. Tindakan yang dilakukan-nya sebenarnya ingin menunjukan kepada masyarakat suatu model kehidupan yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Dengan melibatkan perempuan Tuhan Yesus menunjukan bagaimana Ia menghormati perempuan, memperlakukan mereka sebagai setaraf dengan laki-laki, menuntut norma yang sama dan menawarkan jalan keselamatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin bukan lagi bersifat dominasi dan subordinasi tetapi menekankan identitas sebagai ciptaan Allah. Dalam sikap perkembangan gereja awal mereka tidak meneruskan apa yang dilakukan Tuhan Yesus dan perlakuannya kepada perempuan. Kita dapat melihat dalam surat-surat pastoral Paulus kepada jemaat-jemaat mulamula khususnya dalam partisipasi perempuan dalam kehidupan beragama. Hal ini dapat dilihat dalam I Korintus 11:2-16 (laki-laki sebagai kepala atas perempuan), I Timotius 2:12 (perempuan hendaknya berdiam diri), Titus 2:3-5 (kewajiban seorang perempuan). Budaya Patriarkhi dalam masyarakat saat itu membiasakan perempuan

6 untuk diam. Perempuan tidak berhak menyampaikan pendapat, apalagi mengambil keputusan. Masyarakat yang terbentuk pola pikirnya berdasarkan budaya ini menganggap bahwa mengeluarkan pendapat dan peran pengambil keputusan bukan merupakan peran perempuan tetapi laki-laki. Laki-laki mendapat keutamaan pada posisi superior dan mendominasi, sementara perempuan diposisikan inferior dan termarginalkan. Budaya patriarkhi menghendaki perempuan tunduk dan bergantung pada lakilaki. Perempuan hanya ditampilkan sebagai tokoh yang diam, patuh, tunduk pada laki-laki. Ia tidak boleh mengajar atau berkuasa atas laki-laki, sebab kegiatan itu dipandang sebagai suatu bentuk memerintah, oleh karena itu yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dan fungsi mengajar dalam jemaat adalah laki-laki dan bukan perempuan. Paham androsentris dilihat sangat kuat berakar dalam masyarakat, sehingga perempuan merasa dirinya tidak mampu dan tidak berhak atas pilihan hidupnya. Inti dari patriarkhi menurut Elizabeth Fiorenza, adalah ketergantungan pada kontrol kekuasaan laki-laki. Kepatuhan menjadi esensi utama patriarkhi. 9 Dalam kehidupan beragama saat ini pandangan patriarkhi ini lalu dibenarkan. Padahal dalam Galatia 3: 27-28, dikemukan bahwa di dalam Kristus semua memiliki kedudukan yang sama, tidak ada lagi diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Kekristenan memandang semua manusia mempunyai kedudukan yang sama. 10 Kedudukan perempuan dalam denda adat sangat lemah. Perempuan menjalankan semua keputusan adat tanpa dapat memperjuangkan hak-haknya, semua 9 Elisabeth S. Fiorenza, Discipleship of Equals, A Critical Feminist Ekklesiologi of Liberation (London: SCM Press, 1993), Retnowati, Perempuan-perempuan dalam Alkitab (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2002), 81.

7 ini dipandang sebagai upaya menjaga keutuhan tatanan adat yang ada dalam masyarakat Moa. Konsep adil dalam pemikiran masyarakat dimana keduanya saling membayarkan denda, belum merupakan keadilan sesungguhnya, sebab lebih banyak kerugian yang dialami perempuan. Pelaksanaan denda boleh selesai saat dilaksanakan. Laki-laki dengan mudah bebas dari semua tanggungjawab, tetapi dampak yang diterima perempuan secara fisik, psikis, religius dan material masih akan berlanjut dalam jangka waktu yang panjang. Keadilan bukan soal kesamaan atau ketidaksamaan manusia dan bukan soal rasionil yang dapat diselesaikan dengan akal saja. 11 Berbicara pandangan Kristen tentang kedudukan perempuan, kita bertolak dari hakekat manusia yang diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan (Kejadian 1: 27). Citra Allah digambarkan secara penuh dalam diri manusia, tidak ada indikasi bahwa hanya salah satu jenis kelamin yang menggambarkan citra Allah. Karena itu dapat dikatakan Allah memiliki karakter dengan ciri maskulin dan feminin. Walter Lempp mengatakan bahwa sebenarnya seorang manusia terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan, keduanya adalah ciptaan yang sempurna. Jenis kelamin adalah ciptaan Allah yang baik dan harus diterima sebagai karunia Allah, sebab itu diantara keduanya tidak ada pertentangan. 12 Berdasarkan apa yang dikemukakan Lempp dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan hakekat yang sama, gambaran Allah tercermin bukan pada salah satu tetapi dalam keduanya. Kedudukan perempuan dalam denda adat sebagai sebuah 11 O. Notohamidjojo, Masalah Keadilan (Semarang: Tirta Amerta, 1971), W. Lempp, Tafsir Kejadian 1: 1-4 : 26 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 37.

8 penghargaan mesti ditinjau kembali berdasarakan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan berdasarkan terang iman. Kedudukan perempuan bukan dinilai berdasarkan jumlah materi yang diberikan tetapi sejauh mana masyarakat menerapkan kehidupan yang saling menghormati dan menghargai sebagai ciptaan Allah. Denda adat pada dasarnya dimaksudkan untuk menjaga masyarakat tetap ada pada tatanan nilai dan norma. Hal ini mengisyararatkan bahwa leluhur telah mewariskan kepada kita sebuah kehidupan yang benar-benar saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain dalam kehidupan bersama. Namun, perlu disadari bahwa denda adat juga berkembang dalam dominasi budaya patriarkhi saat itu sehingga tidak mengherankan jika keputusan-keputusan yang diambil juga berdasarkan idiologi tersebut. Adat merupakan hasil pemikiran manusia karena itu dapat diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia karena adat diciptakan manusia untuk menjawab kebutuhan manusia. Pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk membuat sesuatu perubahan dalam dirinya yang berguna untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. 13 Namun kenyataannya manusia tidak ingin melakukan perubahan bila hidupnya sudah mapan dan cenderung untuk mempertahankan status quo. Perubahan merupakan suatu hal yang menakutkan bagi orang yang ingin mempertahankan status quo tetapi, bagi orang-orang yang ingin maju dan memiliki pemikiran demokratis akan selalu ingin membuat perubahan yang berguna untuk dirinya dan orang lain Roberth H. Lauer, Perspektif tentang perubahan sosial ( Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 180-

9 Denda adat adalah bagian masyarakat Moa menghargai dan menghormati leluhur, tetapi terlepas dari pada itu mereka tidak bisa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, untuk perkembangan masyarakat ke depan. 4.2 Mengembangkan pola kehidupan adatis yang Injili. Sebagai masyarakat adat, masyarakat Moa juga adalah pemberita firman. Keduanya harus berjalan beriringan dan tidak bisa dipisahkan. Tanpa adat-istiadat (budaya) firman tidak memiliki jalan masuk ke dalam hati manusia. Sebaliknya tanpa firman adat kehilangan tujuan dan makna sebenarnya. 14 Adat-istiadat bukan sesuatu yang tanpa makna. Adat-istiadat dikaruniakan Allah dalam rangka tujuan yang dikehendaki, tujuan itu dinyatakan dalam Kristus (Kolose 2: 16-17). Kristus adalah pembaharu budaya. 15 Banyak referensi dalam Alkitab yang menunjukan Kristus tetap menjalankan tata sosial bermasyarakat orang Yahudi tetapi juga tidak melepaskan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan dalam masyarakat (Markus 7:1-23). Yesus dalam keseharian tetap merayakan sabat sebagaimana layaknya seorang Yahudi, tetapi Ia melakukan tindakan penyembuhan pada hari sabat. Ia mengatakan bahwa hari sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat (Markus 2:7). Yesus mengampuni perempuan bersinah (Yohanes 7:53-8:11), itu jelas-jelas bertentangan Eben Nuban Timo, Pembaca Firman Pencinta Budaya (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2006), 15 Richard H. Niebuhr, Kristus dan Kebudayaan (Jakarta: Petra Jaya),

10 dengan adat istiadat dan tata sosial orang Yahudi tetapi, Yesus melakukannya. Ia peduli dengan keselamatan manusia, tidak peduli siapa orang itu dan seberapa besar dosa yang dilakukannya. Perempuan yang sebelumnya dipandang sebagai yang tidak memiliki tempat dalam masyarakat, ternyata mendapatkan kemerdekaan sebagai pribadi yang utuh. 16 Tindakan yang dilakukan Yesus ini mengisyaratkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan keadilan dan pengampunan. Yesus dalam pelayanannya sangat menghargai nilai-nilai keadilan serta kemanusiaan. Keduanya tidak dipertentangkan satu sama lain. Yesus tidak meniadakan adat-istiadat Yahudi, namun juga tidak menerimanya begitu saja. Ia memberikan makna yang benar, mentransformasikan adat Yahudi untuk mendapatkan terang dalam Injil penyelamatan Allah. 17 Realitas masyarakat Moa dan denda adat menunjukan adanya ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam aktifitas sehari-hari pekerjaan perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Persoalan kepemimpinan dan adat selalu didominasi pihak laki-laki. Denda adat lebih menguntungkan laki-laki, ia bebas setelah melakukan denda sedangkan, perempuan selain membayar denda, ia juga harus menerima serangkaian dampak dari kesalahan yang dilakukan. Kenyataannya masyarakat selalu menyalahkan perempuan atas semua yang dilakukan, apabila ia menyimpang dari tatanan masyarakat yang diciptakan. Mencermati kenyataan sosial masyarakat Moa terkait denda adat hubungan di luar nikah, kesetaraan jender masih merupakan pergumulan yang mesti terus disikapi 16 Retnowati, Eben Nuban Timo, 81.

11 secara baik berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan juga terang injili. Kehadiran umat Kristen di tengah masyarakat adalah kehadiran yang menggumuli serta menjawab dan menghasilkan transformasi nilai bagi upaya visi dan misi Kristiani yang menegakan nilai nilai kemanusiaan yang pro hidup, sekaligus memberikan muatan Injili terhadap berbagai perubahan yang tidak mungkin dihindari. Masyarakat Moa adalah bagian dari adat-istiadat dan juga adalah bagian dari masyarakat iman, selaku orang-orang Kristen. Adat adalah jati diri masyarakat tetapi perlu dikomonikasikan dengan baik oleh pelaku-pelakunya, dalam hal ini ada pertimbangan yang mendalam dan hati hati yang perlu dilakukan bagi kehidupan bersama. Niebuhr 18 mengemukakan bahwa manusia memiliki kebebasan dalam ketergantungan. Ini bukanlah apakah manusia memilih sesuai dengan nalar atau memilih dengan iman; apakah manusia akan memilih penalaran tanpa iman ataukah penalaran iman. Apa yang dikemukakan Niebuhr ini mengisyaratkan bagi masyarakat Moa, Adat tidak dimutlakkan namun juga tidak dapat diabaikan. Bagaimana setiap simbol, aturan, dan tindakan yang dilakukan masyarakat dalam melestarikan adat istiadat haruslah mempertimbangkan kemanusian dan sikap rasional berdasarkan terang iman. Dengan demikian masyarakat tidak kehilangan identitas sebagai masyarakat adat yang melestarikan warisan leluhur dan juga tidak kehilangan identitas sebagai masyarakat beriman. Kristus telah memberikan teladan bagaimana adat istiadat itu tetap dipertahankan tanpa mengabaikan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Masyarakat 18 Ibid., 287.

12 Moa selaku umat yang dipanggil dan diutus melanjutkan karya pelayanan Kristus haruslah menyikapi realitas kehidupan bersama secara sosial dan adat berdasarkan teladan yang dilakukan Kristus. Masyarakat Moa harus berani keluar dari kenyamanan yang justru menindas kehidupan mereka sendiri. Sebab di dalam Kristus tidak ada laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, kuat atau lemah, semuanya sama. Kekristenan tidak hidup di luar kebudayaan tetapi kekristenan berinteraksi dengan kebudayaan di mana manusia itu ada. Sostenes Sumihe 19 berpendapat injil bukan saja menginkarnasi ke dalam tradisi dan kebudayaan, tetapi sekaligus menerangi kebudayaan, sehingga kebudayaan bermakna bagi kehidupan, kebahagiaan, keadilan, kebenaran, pendamaian, dan persatuan. Kristus adalah pembaru budaya. 20 Kenyataannya perjuangan demi kesetaraan kedudukan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat Moa membutuhkan perjuangan keras. Perjuangan bukan saja dari perempuan itu sendiri tetapi juga didukung oleh kalangan tertentu, dalam hal ini pemerintah desa dan adat juga masyarakat secara utuh. Perubahan pola pemikiran dan struktur masyarakat yang patriarkhi kepada kesetaraan jender harus dilakukan, sehingga keadilan benar-benar dirasakan oleh perempuan dan laki-laki di dalam keluarga dan masyarakat. Dengan demikian denda adat sebagai hukum adat bukan saja menolong manusia untuk mengembangkan kepribadian dalam hubungan manusia dengan sesama, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan. 19 Sostenes Sumihe dalam Eben Nuban Timo, Pembaca Firman Pencinta Budaya (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2006), Ibid.,

13 Kesimpulan: Gereja sebagai salah satu pembentuk kehidupan masyarakat diharapkan mampu memberikan angin segar dalam masyarakat Moa. Adat tidak dapat diabaikan ataupun dibuang, antara adat dan nilai-nilai religius tidak juga saling dipertentangkan. Keduanya mesti di transformasikan sesuai dengan perkembangan situasi saat ini. Tindakan gereja melalui peningkatan kesadaran jender perlu semakin ditingkatkan. Gereja bukan berada diluar pergumulan masyarakat ini, tetapi terlibat didalamnya dalam menjembatani kesetaraan kedudukan perempuan dalam masyarakat adat Moa. Keteladanan Kristus menjadi dasar gereja dan masyarakat selaku komonitas beriman untuk mentransformasi nilai-nilai yang tidak adil dalam masyarakat. Adat bukanlah hal mutlak yang tidak dapat diubah, sebab adat adalah hasil pemikiran manusia yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Adat diciptakan manusia untuk menjawab kebutuhan manusia. Di dalam adat ada otoritas manusia untuk memikirkan dan meninjau kembali untuk kebaikan manusia secara totalitas. Denda adat di Moa menunjukan adanya ketidakadilan jender, oleh sebab itu perlu ditinjau kembali. Dengan demikian dapat dikembangkan sebuah konsep baru yang mengedepankan kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuaan. Perkembangan pergumulan masyarakat Moa untuk membangun kehidupan yang memiliki dimensi keadilan dan kebenaran demi tegaknya hak hak asasi manusia, yang diharapkan bermuara pada kedamaian dan kesejahteraan adalah sesuatu yang mungkin terlalu ideal, namun tidak berarti tidak mungkin bila dimulai

14 dari sendi kehidupan yang paling mendasar dalam hal ini adat sebab adat merupakan pembentuk identitas. Tidak mudah memang untuk memperbaiki suatu kebiasaan dan adat istiadat yang sudah sekian lama mengakar dalam kehidupan masyarakat. Namun perlu diingat bahwa untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, kita bukan saja menerima dan menjalankan adat istiadat tetapi juga bersikap terbuka terhadap setiap perubahan yang terjadi. Akhirnya apa yang perlu dilakukan dan diperjuangkan oleh masyarakat adalah sebuah kesadaran jender dalam artian, usaha penyadaran mitra sejajar bukanlah tanggung jawab perempuan semata, tetapi juga laki laki, dengan sendirinya memiliki kewajiban yang sama demi sempurnanya nilai kemanusian dan keadilan. Jika bukan masyarakat sendiri yang memulainya, maka perubahan apapun tidak akan pernah dicapai.

15

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan sudah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah mencatat bahwa hampir semua bangsa di dunia ini mempunyai riwayat yang sama dalam satu hal yakni bertatanan patriarkhal. Marjinalisasi terhadap kaum

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat BAB IV Refleksi Teologis Salah satu perbedaan yang dihadapi baik didalam gereja, masyarakat, maupun didalam sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat tertanam

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB IV. Refleksi Teologis BAB IV Refleksi Teologis Budaya patriarki berkembang dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia dan mengakibatkan adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA PENDAHULUAN Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa setiap orang baik laki-laki dan perempuan dipanggil untuk bergabung dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek budaya dalam hal ini adat-istiadat. Setiap bangsa di dunia memiliki adat istiadat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Pekerja Dalam Gereja Tuhan Pekerja Dalam Gereja Tuhan Kim, seorang yang baru beberapa bulan menjadi Kristen, senang sekali dengan kebenaran-kebenaran indah yang ditemukannya ketika ia mempelajari Firman Tuhan. Ia membaca bagaimana

Lebih terperinci

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya Yesus Kristus "Ya, tentu saja saya percaya kepada Yesus Kristus," kata teman baru saya. "Ia seorang nabi besar, seorang utusan Allah yang memberi banyak ajaran yang harus kita ikuti." "Baik sekali," jawab

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Seksualitas merupakan pemberian dari Allah. Artinya bahwa Allah yang membuat manusia bersifat seksual. Masing-masing pribadi merupakan makhluk seksual

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #33 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #33 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #33 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #33 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Nama Kursus   : Pernikahan Kristen yang Sejati Nama Pelajaran : Memilih Pasangan Kode Pelajaran : PKS-P02                    Pelajaran 02 - MEMILIH

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban) EDISI KEDUA VERSI 2.0 Kata Pengantar Selama bertahun-tahun, umat Allah telah menggunakan sekumpulan pertanyaan dan jawaban untuk membantu

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Galilea. Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa murid Yesus berjumlah dua belas orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Galilea. Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa murid Yesus berjumlah dua belas orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yesus memulai pelayanannya dari sebuah tempat di kawasan utara Palestina. Di daerah inilah Yesus memilih murid-muridnya yang pertama, tepatnya di tepi danau Galilea.

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Dikutip dari buku: UCAPAN PAULUS YANG SULIT Oleh : Manfred T. Brauch Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara - Malang - 1997 Halaman 161-168 BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Sama

Lebih terperinci

Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum?

Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum? Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum? Setan disebut bapa segala dusta. Yahushua sendiri menyatakan bahwa Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula, dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS. diperbudak. Budak tidak hanya diartikan sebagai seorang pekerja, namun menjadi budak berarti

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS. diperbudak. Budak tidak hanya diartikan sebagai seorang pekerja, namun menjadi budak berarti BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Sistem perbudakan merupakan fenomena universal yang terjadi hampir di seluruh bagian dunia. Perbudakan pada umumnya berbicara perihal tuan yang memperbudak dan hamba yang diperbudak.

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. Beberapa ahli yang bekecimpung di dalam gerakan teologi feminis mendefenisikan teologi feminis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 11

Level 2 Pelajaran 11 Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

Tugas Seorang. Istri

Tugas Seorang. Istri Tugas Seorang Istri Seorang wanita yang mengetahui bahwa peranannya sebagai istri merupakan suatu tanggung jawab besar, adalah orang yang bijaksana. Ia sudah siap untuk menerima petunjuk dari Allah bagaimana

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

o Menerangkan bagaimana sikap anak-anak terhadap kekuasaan mempunyai akibat yang luas di luar rumah.

o Menerangkan bagaimana sikap anak-anak terhadap kekuasaan mempunyai akibat yang luas di luar rumah. Tugas Anak- Anak Apabila kita memikirkan bahwa Firman Allah sangat mementingkan ketaatan, tidaklah aneh bahwa satu-satunya hukum kepada anak-anak dalam Alkitab ialah "Hormatilah ayahmu dan ibumu". Salah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities)

Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities) Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities) Di seluruh suratan-suratan dalam Perjanjian Baru, kita temukan frase-frase seperti dalam Kristus, bersama Kristus, melalui

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. BAB 4 PENUTUP Pada bab ini akan di tulis kesimpulan dan saran untuk Gereja, para Medis, pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. 4.1 KESIMPULAN 1. Sterilisasi dipilih oleh kebanyakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. PENDAHULUAN Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan analisa yang berkaitan antara Bab II dan Bab III dengan menjawab 1 tujuan

Lebih terperinci

Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div.

Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div. Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div. Mulai dari 1 Ptr. 2:11, Petrus berbicara mengenai hal yang praktis yaitu etika bagaimana manusia harus hidup dengan sesamanya. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota

Lebih terperinci

Rahasia Nikah & Rahasia Ibadah (Bagian I)

Rahasia Nikah & Rahasia Ibadah (Bagian I) Rahasia Nikah & Rahasia Ibadah (Bagian I) Setelah Allah selesai menciptakan langit, bumi dan segala isinya maka pada hari ke 6 Allah menciptakan manusia supaya berkuasa atas segala ciptaannya (Kejadian

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

ANAK-ANAK ALLAH DAN AHLI WARIS (Galatia 3: 26-29) ALLAH MENGUTUS ANAKNYA (Galatia 4: 4)

ANAK-ANAK ALLAH DAN AHLI WARIS (Galatia 3: 26-29) ALLAH MENGUTUS ANAKNYA (Galatia 4: 4) Lesson 8 for August 19, 2017 ANAK-ANAK ALLAH DAN AHLI WARIS (Galatia 3: 26-29) ALLAH MENGUTUS ANAKNYA (Galatia 4: 4) AHLI WARIS SEBELUM KRISTUS: HAMBA (Galatia 4: 1-3) AHLI WARIS SETELAH KRISTUS: DIADOPSI

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Kita telah menyelesaikan penelaahan mengenai keempat karunia yang kita sebut karunia pelayanan. Walaupun daftar karunia-dalam Efesus 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam masyarakat Indonesia adalah mutlak adanya dan merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan Bangsa seperti Indonesia

Lebih terperinci

DOSA MENURUT TEOLOGI PAULUS

DOSA MENURUT TEOLOGI PAULUS DOSA MENURUT TEOLOGI PAULUS Ir. Eben Munthe, S.Th I. PENGANTAR Dari semua tulisan dalam Perjanjian Baru, pendekatan Paulus dalam surat-suratnya merupakan suatu uraian yang paling dekat dengan apa yang

Lebih terperinci

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Paulus merupakan seorang tokoh Alkitab yang mempunyai peranan cukup penting dalam sejarah kekristenan. Tulisan-tulisan (surat-surat) Paulus bisa dikatakan

Lebih terperinci

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar Beberapa berkat yang terbesar dalam hidup ini datang kepada orang Kristen yang mengajar. Ketika saudara melihat sukacita yang dialami seseorang karena menerima Yesus

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

Pelajaran Tiga. Yesus Adalah Mesias. Dari kitab Injil Yohanes, kita membaca, " Andreas mula-mula bertemu dengan

Pelajaran Tiga. Yesus Adalah Mesias. Dari kitab Injil Yohanes, kita membaca,  Andreas mula-mula bertemu dengan Pelajaran Tiga Yesus Adalah Mesias Dari kitab Injil Yohanes, kita membaca, " Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya, "Kami telah menemukan Mesias" (artinya Kristus).

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan Keselamatan Saya sedang duduk di rumahnya yang kecil, ketika Amelia, yang berusia 95 tahun, menceritakan apa sebabnya ia menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Bertahun-tahun yang lalu ia berdiri di depan

Lebih terperinci

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018 BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN MING- 07 Januari 14 Januari 21 Januari 28 Januari 04 Februari Keluaran 3:10-15 Mazmur 8:1-10 Yohanes 21:1-11 1Samuel 9:1-10 Markus 5:22-34 Mengenal

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tradisi penjualan anak adalah suatu tradisi masyarakat di pulau Timor dengan tujuan

BAB V PENUTUP. Tradisi penjualan anak adalah suatu tradisi masyarakat di pulau Timor dengan tujuan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Tradisi penjualan anak adalah suatu tradisi masyarakat di pulau Timor dengan tujuan memperoleh kesehatan dan keselamatan bagi anak dan orang tua yang memiliki kemiripan wajah

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Hari Raya Korban? (Idul Adha) Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.

Lebih terperinci

Status Rohani Seorang Anak

Status Rohani Seorang Anak Status Rohani Seorang Anak PENDAHULUAN Kita yang melayani anak-anak di gereja atau di yayasan gerejawi perlu memiliki keyakinan tentang status rohani seorang anak di hadapan Tuhan, berdasarkan Firman Tuhan.

Lebih terperinci

Hukum Allah. Hormatilah ayahmu dan ibumu. Jangan membunuh. Jangan Berzinah. Jangan Mencuri.

Hukum Allah. Hormatilah ayahmu dan ibumu. Jangan membunuh. Jangan Berzinah. Jangan Mencuri. Hukum Allah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan. Ingatlah dan kuduskanlah Hormatilah

Lebih terperinci

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan: Yesus menyatakan: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata

Lebih terperinci

Lisa Hulda Lessil

Lisa Hulda Lessil PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ADAT (SuatuKajian dari Perspektif KeadilanJender terhadapdendaadat di Moa Barat-Maluku

Lebih terperinci

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan. DOA Pengantar Apakah Anda pernah kagum akan sesuatu yang dikatakan oleh seorang anak kecil? Mungkin caranya menerangkan bagaimana cara kerja sebuah mainan. Atau mungkin ia menceriterakan tentang suatu

Lebih terperinci

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa masyarakat Indonesia sejak dulu telah mewarisi sebuah sistem kehidupan

Lebih terperinci

NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar

NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar NABI DAN FUNGSINYA NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar belakang, kehidupan, dan kepribadian

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan

Lebih terperinci

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya.

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya. TUBUH KRISTUS Pengantar Apakah Tubuh Kristus itu? Apakah sama dengan Gereja? Mungkin definisi yang sangat sederhana ini akan dapat menjelaskannya. Tubuh Kristus terdiri dari orang-orang percaya dalam semua

Lebih terperinci

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di BAB 2 Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di hadapan ALLAH? Alkitab menggunakan berbagai ungkapan

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

God s Divine Favor #1 Anugerah Tuhan yang Ajaib #1 DIVINE PROMOTION - PROMOSI ILAHI

God s Divine Favor #1 Anugerah Tuhan yang Ajaib #1 DIVINE PROMOTION - PROMOSI ILAHI God s Divine Favor #1 Anugerah Tuhan yang Ajaib #1 DIVINE PROMOTION - PROMOSI ILAHI PEMBUKAAN: Hari ini kita akan masuk dalam sebuah seri kotbah Natal berjudul God s Divine Favor atau Anugerah Tuhan yang

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci