FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG"

Transkripsi

1 STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF EFFICACY TERHADAP PEKERJAAN PADA PEGAWAI STAF BIDANG STATISTIK SOSIAL DI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti sidang Sarjana Psikologi Oleh : Aprilia Putri Rahmadini FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG 2011

2 ABSTRAK APRILIA PUTRI RAHMADINI ( ). Studi Deskriptif mengenai Self Efficacy Terhadap Pekerjaan Pada Pegawai Staf Bidang Statistik Sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tujuan didirikannya BPS oleh Pemerintah adalah untuk menyediakan data statistik guna memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan Negara. Permasalahan yang terjadi BPS Provinsi Jawa Barat tidak dapat mencapai tujuan tersebut, karena BPS Provinsi Jawa Barat tidak mampu menyediakan data statistik sesuai kebutuhan. Data yang diberikan kepada unit kerja atau masyarakat yang membutuhkan adalah data yang lalu (tidak up to date) atau data yang tersedia saat itu saja. Ini mengakibatkan pengguna data bekerja dengan menggunakan data yang tidak akurat. Bidang Statistik Sosial memiliki waktu kerja yang relatif lebih lama dibandingkan dengan Bidang Statistik lainnya, namun memberikan data paling terlambat dengan alasan pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya yang semakin meningkat sehingga pengolahan data penduduk secara tidak langsung membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini berkenaan dengan kinerja pegawai yang kurang optimal, ditandai dengan menyelesaikan tugas tidak tepat waktu, waktu kerja kurang efektif sehingga membutuhkan lembur untuk menyelesaikan tugas, kurang mau mengikuti pelatihan yang diselenggarakan BPS, kemudian merasa yakin bahwa mereka kurang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas karena merasa pekerjaan yang dilakukan selalu salah, keterbatasan kemampuan pada usia mereka saat ini (rata-rata usia masih produktif), sehingga dalam rapat pegawai menjadi kurang aspiratif. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu kejelasan mengenai self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang Statistik Sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Subjek penelitian ini adalah pegawai staf bidang Statistik Sosial yang berjumlah 11 orang. Alat ukur self efficacy adalah kuesioner yang dikembangkan dari teori Albert Bandura. Pengolahan data menggunakan metode statistik deskriptif. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh hasil bahwa secara rata-rata pegawai memiliki self efficacy yang tinggi. Dari ketiga dimensi self efficacy, dimensi yang paling menonjol adalah strength, kemudian yang kedua adalah generality, dan yang terakhir adalah level. Keyword: BPS, Self Efficacy i

3 4 3 ( `ÉààÉ!$tΡõ Ï{#xσè? Ÿω $oψ /u ômt6 tfø.$# $tβ $pκö n=tãuρ ômt6 x. $tβ $yγs9 $yγyèó ãρ ωî) $² ø tρ ª!$# ß#Ïk=s3ムŸω ÏΒ š Ï%!$# n?tã çμtfù=yϑym $yϑx. #\ ô¹î)!$uζøšn=tã ö Ïϑó s? Ÿωuρ $oψ /u $tρù'sü zr& ρr&!$uζšå Σ βî) MΡr&!$uΖôϑymö $#uρ $oψs9 ö Ï øî$#uρ $ Ψtã ß#ôã$#uρ ÏμÎ/ $oψs9 sπs%$sû Ÿω $tβ $oψù=ïdϑysè? Ÿωuρ $uζ /u $uζî=ö6s% Artinya: š Í Ï x6ø9$# ÏΘöθs)ø9$# n?tã $tρö ÝÁΡ$sù $uζ9s9öθtβ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (Q.S. Al Baqarah; 286) ii

4 ^âñxüáxåut{~tç áxutzt Ütát {ÉÜÅtà wtç átçtçz~â? ^xñtwt `tåt wtç ctñt? çtçz áxätäâ t~â utçzzt~tç? gxåtç wtç ft{tutà? fxüàt tätåtåtàxü çtçz àxät{ ÅxÇxÅÑt~â? fxåézt ~tüçt ~xv Ä Ç ÅxÇ}tw tãtä wtü ~xáâ~áxátç wtç ~x}tçttç iii

5 KATAA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan perjalanan hidup yang luar biasa indah dan berkesan. Atas segala rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF EFFICACY TERHADAP PEKERJAAN PADA PEGAWAI STAF BIDANG STATISTIK SOSIAL DI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT, guna melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian sarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa skripsi ini sangatlah sederhana dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi meskipun demikian penulis mengharapkan skripsi ini dapat dimanfaatkan oleh pembaca, dapat menjadi pengingat dalam khilaf, dan dapat menjadi teman dalam menyusun kerangka penambah wawasan bagi penulis serta pembaca pada umumnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati tidak mampu mengungkapkann kata-kata yang baik dan pantas untuk ditujukan pada pihak-pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya. Kesempurnaan dan kebaikan hanya milik Dzat yang Maha Kuasa sehingga penulis sadar akan segala kekurangan serta kekhilafan yang menyertai skripsi ini, oleh karena itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak agar dapat dijadikan landasan bagi penulis untuk memperbaiki kesalahan di masa mendatang. Penulis, Aprilia Putri Rahmadini iv

6 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rasa tulus dan ikhlas penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, AKBP (Purn.) H. Amiruddin Mahmud, SMHK. & Hj. Salamah, yang merupakan sumber kehidupan, kasih sayang, teladan, motivator terbesar dalam kehidupan penulis yang selalu sabar dan tak henti-hentinya berdo a untuk keberhasilan penulis. Terima kasih karena selalu memberikan kesempatan untuk membuktikan rasa cinta dan kasih sayang penulis. Selalu mendo akan ananda. Engkau adalah damai, engkau adalah cinta, engkau adalah harapan yang selalu menghiasi keindahan langit penulis. Semoga Mama dan Papa selalu dalam perlindungan Allah SWT. 2. Saudaraku tersayang, Desy Arisandi, S.Psi.Psi, Apriansyah Putra, M.Kom, Novitri Handayani drg., juga kepada kakak ipar dan keponakanku tersayang, terima kasih atas perhatian dan pengertian yang selalu diberikan kepada penulis selama ini, sampai akhirnya penulis sampai pada skripsi ini dan menyelesaikannya. 3. Ibu Hj. Yuli Aslamawati, Dra., M.Pd. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, pengetahuan, pemikiran dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir, yang dengan sabar dan tidak pernah bosan ataupun menyerah untuk v

7 terus memberi semangat dan bimbingan yang begitu berarti. Terima kasih untuk segala yang telah ibu berikan, tak ternilai harganya bagi penulis. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memudahkan segala urusan Ibu, serta membalas semua kebaikan Ibu kepada penulis. 4. Kang Ali Mubarak, M.Psi. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membantu membukakan jalan pikir penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah akang berikan. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan segala urusan akang. 5. Bapak DR. H. Umar Yusuf, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung 6. Kang Oki Mardiawan, M.Psi. selaku dosen wali penulis yang telah memberi banyak arahan, nasihat, serta semangat kepada penulis selama menjalankan perkuliahan di Universitas Islam Bandung hingga akhir skripsi. 7. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung, yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan ilmu serta pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis. 8. Bapak Drs. H. Lukman Ismail, M.A., selaku Kepala BPS Provinsi Jawa Barat yang telah berkenan memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di BPS Provinsi Jawa Barat. 9. Ibu Ir. Hj. Sri Daty, selaku Kepala Bagian Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di bidang yang beliau pimpin. vi

8 10. Bapak Drs. H. Agus Praptono, M.Si., selaku Kepala Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian. 11. Bapak Judiharto Trisnadi, S.ST, selaku Kepala Seksi Statistik Ketahanan Sosial yang telah bersedia membantu peneliti selama melaksanakan penelitian. 12. Bapak Adang Sutedja, S.Si, selaku Kepala Seksi Statistik Kependudukan, dan segenap pegawai staf BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial yang telah berkenan meluangkan waktu, memberi informasi yang dibutuhkan penulis selama melaksanakan penelitian, serta berbagi pengalaman dan pengetahuan di dunia kerja kepada penulis 13. Kak Dedy Fahlevi, M.Si., terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat yang diberikan kepada penulis, terutama dalam perhitungan statistik. 14. Lianda Marta, Duan Andela Prisilla Ardi, dan Marissa Yudiasti, sahabat yang selalu setia memberi semangat, menghibur, bersedia mendengar keluh kesah penulis dari awal duduk di bangku perkuliahan hingga saat ini, hingga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih banyak sahabat-sahabatku tersayang. 15. Ikram Reza, A.Md., yang setia dan sabar menghadapi perubahan suasana hati penulis, yang banyak berkorban untuk penulis menempuh jarak Jogja- Bandung, maaf dan terima kasih banyak atas segala sesuatunya yang tak vii

9 dapat penulis ungkapkan dan tak ternilai harganya oleh penulis. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat kita. 16. Rista Puspita, Titin Kartini, Dian Ratnasari, Nyi R. Asri Wihani, Iznarita, dan semua teman-teman Psikologi 07 yang telah memberi petuah-petuahnya kepada penulis, memberi semangat, menghibur dan telah banyak membantu selama perkuliahan penulis. Terima kasih banyak. Semoga Allah kelak membalas kebaikan kalian semua. 17. Teman-teman Sanggar Bungong Jeumpa dan Asrama Aceh, yang bersedia menghibur penulis disaat penulis jenuh dan sedih, berbagi pengalaman dan pengetahuan. Terima kasih banyak atas segala sesuatunya, meskipun kita baru berkenalan tapi kalian mampu menghibur penulis. 18. Teh Azizah dan Teh Tami, yang selalu setia menghibur penulis, memberi nasihat, dan berbagi pengalaman kepada penulis. Terima kasih banyak. Semoga Allah memudahkan segala urusan kalian. 19. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan do a, dorongan, dan dukungan kepada penulis, yang jauh secara fisik tetapi semangatnya selalu terasa dalam hati, terima kasih banyak. Bandung, Agustus 2011 Penulis viii

10 DAFTAR ISI Halaman Abstrak.. i Kata Pengantar... Daftar Isi... ii vii Daftar Tabel... x Daftar Lampiran... xi Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian 9 Bab II. Tinjauan Teoritis Self Efficacy Pengertian Self Efficacy Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy Dimensi Self Efficacy Sumber-Sumber Self Efficacy Proses-Proses yang Mempengaruhi Self Efficacy Karakteristik Individu yang Memiliki Self Efficacy tinggi dan rendah Kerangka Pikir Skema Pemikiran.. 27 Bab III. Metodologi Penelitian Rancangan Penelitian ix

11 3.2 Variabel-Variabel Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional Populasi Alat Ukur Validitas Alat Ukur Uji Reliabilitas Teknik Analisis Data Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy Kategorisasi Dimensi Pertama Self Efficacy (Generality) Kategorisasi Dimensi Kedua Self Efficacy (Level) Kategorisasi Dimensi Ketiga Self Efficacy (Strength) Prosedur Penelitian 43 Bab IV. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Deskripsi Statistik Self Efficacy Hasil Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy Hasil Kategorisasi Dimensi Generality Hasil Kategorisasi Dimensi Level Hasil Kategorisasi Dimensi Strength Hasil Pengolahan Data 49 x

12 4.2.1 Uji Normalitas Analisis Faktor Dominan Self Efficacy Pembahasan.. 51 Bab V. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran. 58 Daftar Pustaka LAMPIRAN xi

13 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Kisi-kisi alat ukur self efficacy Blue Print Self Efficacy Data Self Efficacy secara keseluruhan Dimensi Generality Dimensi Level Dimensi Strength Hasil Pengujian Normalitas Self Efficacy Hasil Uji Korelasi skor faktor dengan skor total Self Efficacy xii

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Uji Validasi Self efficacy 2. Hasil Uji Reliabilitas Self efficacy 3. Kuisioner Self efficacy xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang harus diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki perusahaan, melainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah faktor yang penting dalam menggerakkan dan mengelola sumber daya lainnya agar berguna bagi kehidupan manusia. Betapa pun canggihnya peralatan dan teknologi yang ada, bila dibandingkan dengan peralatan yang sederhana dan dikerjakan secara sungguh-sungguh oleh tenaga kerja berkualitas, maka hasil yang dicapai akan dapat lebih baik. Oleh karena itulah tuntutan akan adanya pegawai yang berkinerja tinggi diperlukan dalam suatu organisasi. Untuk mencapai kinerja yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri pegawai dan faktor dari luar pegawai. Adapun yang termasuk faktor dari dalam diri pegawai antara lain, potensi yang dimiliki oleh pegawai sesuai dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, motivasi kerja pegawai, dan hal-hal lain yang berkenaan langsung dengan pegawai tersebut. Kemudian yang termasuk

16 BAB I PENDAHULUAN 2 faktor dari luar diri pegawai antara lain, iklim kerja pegawai, interaksi sosial pegawai di lingkungan kerja, gaya kepemimpinan atasan, tuntutan pekerjaan dan upah kerja. Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung bagaimana proses pencapaian tujuan bersama itu dapat berjalan dengan baik, disertai dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Berkaitan dengan organisasi pemerintahan, tidak jarang kita mendengar opini di tengah masyarakat bahwa kinerja pegawai pemerintah kerap kali dipandang belum profesional dan belum berbasis kinerja. Pegawai Negeri Sipil saat ini belum diarahkan untuk meningkatkan kualitas kerjanya agar lebih memiliki sikap dan perilaku yang berlandaskan kepada pengabdian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan keadilan, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pegawai negeri berhasil dengan baik serta dapat memberikan pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat sesuai dengan tuntunan hati nurani mereka. Badan Pusat Statistik merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tujuan didirikannya BPS oleh Pemerintah adalah untuk menyediakan data statistik guna memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan Negara. Dalam hal ini, BPS Provinsi Jawa Barat tidak dapat mencapai tujuan tersebut, karena BPS Provinsi Jawa Barat belum mampu menyediakan data statistik sesuai kebutuhan. Data yang diberikan kepada unit kerja atau masyarakat yang membutuhkan adalah data yang lalu atau data yang tersedia saat itu saja. Ini merupakan hal yang fatal,

17 BAB I PENDAHULUAN 3 karena mengakibatkan pengguna data bekerja dengan menggunakan data yang tidak akurat. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat terdiri atas sebuah bagian (Bagian Tata Usaha) dan beberapa bidang, yaitu Bidang Statistik Sosial, Bidang Statistik Produksi, Bidang Statistik Produksi, Bidang Statitik Distribusi, Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Bidang Statistik Sosial memiliki waktu kerja yang relatif lebih lama dibandingkan dengan Bidang Statistik lainnya, namun membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan data. Salah satu jenis kegiatan di statistik bidang sosial ini adalah sensus penduduk. Hasil sensus penduduk sering terlambat dipublikasikan ke masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap lima orang pegawai dari BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial, keterlambatan pengumuman hasil pengolahan data Sensus Penduduk dari tahun ke tahun merupakan hal yang sudah biasa terjadi, dikarenakan pada setiap tahunnya jumlah penduduk semakin meningkat sehingga pengolahan data penduduk secara tidak langsung membutuhkan waktu yang lebih lama. Tugas yang harus dilaksanakan pegawai BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial pada dasarnya adalah melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis sederhana, serta evaluasi dan pelaporan statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, dan statistik ketahanan sosial. Dalam melaksanakan tugas tersebut, para pegawai sampai saat ini belum mampu menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu. Hampir keseluruhan pegawai di bidang Statistik Sosial ini tidak memiliki target kerja yang ingin dicapai perhari, perminggu, perbulan,

18 BAB I PENDAHULUAN 4 ataupun pertahunnya, sehingga ketika data harus segera disediakan, mereka harus menambah jam kerja (lembur) atau bahkan membawa tugas pulang ke rumah. Waktu kerja pegawai pun cenderung tidak digunakan secara efektif. Jam masuk kantor setiap hari Senin hingga Jum at pukul WIB dengan jumlah jam kerja 8 jam 30 menit per hari (istirahat pukul WIB WIB) dan pulang pukul WIB, khusus hari jum at jumlah jam kerja menjadi 9 jam (istirahat WIB WIB) dan pulang pukul WIB. Berdasarkan informasi yang diperoleh diketahui sebanyak 4 (empat) orang pegawai hadir tepat waktu setiap harinya, sedangkan sisanya 7 (tujuh) orang sisanya sering datang terlambat. Waktu istirahat siang sering diperpanjang karena ketika jam istirahat, tidak seluruh pegawai menggunakannya untuk beristirahat. Namun, ketika jam istirahat sudah berakhir, pegawai yang belum beristirahat tadi baru hendak beristirahat, sehingga tak jarang sampai jam ada pegawai yang baru kembali ke kantor. Ketika jam kerja, pegawai juga sering minta izin keluar kantor karena urusan pribadi. Ketika jam pulang seharusnya pukul atau 16.30, mulai dari pukul atau para pegawai sudah mulai meninggalkan kantor. Pada dasarnya BPS cukup selektif dalam melakukan penerimaan pegawainya. Jalur masuk pegawai terbagi menjadi dua, yaitu jalur umum dan khusus. Jalur umum diperuntukkan masyarakat umum dengan berbagai latar belakang pendidikan yang diperlukan, sedangkan jalur khusus adalah untuk calon pegawai yang berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (ikatan dinas). Untuk pegawai yang diterima melalui jalur umum akan diberikan pelatihan sebelum mereka mulai bekerja. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas dari pegawainya.

19 BAB I PENDAHULUAN 5 Rata-rata masa kerja pegawai pun lebih dari 5 tahun bahkan ada yang telah mencapai 15 tahun. Seharusnya dengan hal tersebut pegawai sudah terampil dan mahir mengerjakan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai merasa pekerjaan yang telah dikerjakan selalu salah. Tugas yang mereka kerjakan tidak pernah berhasil dikerjakan dalam satu kali pengerjaan dan harus berulang kali dikerjakan dengan ketidaktahuan dimana letak kesalahannya. Akibatnya membuat mereka sering dimarahi atasan. Hal ini menjadikan pegawai yakin bahwa sesungguhnya mereka tidak mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan, meski sudah bertahuntahun kerja. Keyakinan akan ketidakmampuan mereka semakin diperkuat dengan seringnya pegawai menolak diikutsertakan dalam pelatihan, karena merasa diri tidak siap dan tidak mampu mengemban tanggung jawab pelatihan. BPS sering mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan, namun jumlah peserta yang diikutsertakan dalam pelatihan seringkali terbatas, sesuai dengan anggaran dana yang disediakan oleh BPS Pusat dan jenis pelatihan yang akan diadakan. Pelatihan yang diadakan oleh BPS Pusat Jakarta biasanya dikoordinasikan kepada setiap BPS Provinsi dalam hal pelaksanaannya. Dalam pemberian utusan perwakilan peserta, terkadang peserta yang terpilih menolak untuk diikutsertakan dalam pelatihan dengan berbagai alasan, diantaranya adalah alasan ketidaksiapan diri baik dari usia dan kemampuan yang dimiliki rendah. Pada kenyataannya, banyak pegawai yang merasa kapasitas memori dan kemampuan mereka sudah berkurang, sehingga untuk mengemban tugas dan tanggung jawab pelatihan dirasa berat, dan lebih memberi kesempatan pada rekan kerja yang lain, yang berminat

20 BAB I PENDAHULUAN 6 untuk mengikuti pelatihan yang diadakan dan jika memang terpaksa karena berkaitan dengan kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada, mereka mengikuti pelatihan tersebut. Berkaitan dengan pekerjaan sehari-harinya pegawai tidak diberi pelatihan untuk menyelesaikan tugasnya, mengingat masa kerja mereka yang lama. Mereka tidak mendapatkan umpan balik atas apa yang mereka kerjakan, pekerjaan selalu dinilai salah atasan, sehingga pegawai kurang memiliki pengalaman bagaimana seharusnya berhasil dalam bekerja dan kesempatan untuk memperbaiki kinerja yang dinilai buruk. Hal ini membuat pegawai merasa tidak memiliki kemampuan bekerja dengan baik. Pegawai pun menjadi tidak aspiratif dalam rapat yang diselenggarakan BPS. Berdasarkan hasil wawancara, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas menurut pegawai dikarenakan pegawai terkadang merasa tugas yang diberikan sulit dan tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga sulit menyelesaikan dengan segera. Ditinjau berdasarkan latar belakang pendidikan pegawai staff di BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial yaitu SMA (tiga orang), DIV STIS (tiga orang), S1 (satu orang) dan S2 (satu orang). Untuk Kepala Seksi, DIV STIS (satu orang), S1 (satu orang),dan S2 (satu orang). Bila ditinjau berdasarkan usia produktif, pegawai BPS Provinsi Jawa Barat di bidang Statistik Sosial memiliki rata-rata usia berkisar 28 tahun sampai dengan 53 tahun, dengan masa kerja secara rata-rata lebih dari lima tahun, bahkan ada yang telah bekerja selama 18 tahun. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan usia para pegawai masih tergolong usia produktif, tentunya dengan kemampuan yang masih tergolong siap kerja.

21 BAB I PENDAHULUAN 7 Dengan pertimbangan hal-hal di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti Studi deskriptif self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 1.2 Identifikasi Masalah Saat bekerja, pegawai dihadapkan pada serangkaian tugas dan situasi kerja yang menuntut karyawan tersebut mampu mengatasi situasi kerja tertentu dan mampu menyelesaikan tugas. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bahwa orang-orang yang gigih dalam bekerja akan mampu mengatasi situasi apabila menemukan hambatan, pantang menyerah, dan selalu berusaha hingga tujuan yang ditetapkan tercapai dengan baik. Perilaku tersebut salah satunya ditentukan keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Aspek keyakinan akan kemampuan diri ini merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian yang dinamakan self efficacy. Menurut Bandura, self efficacy merupakan belief atau keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif (Santrock, 2001). Self efficacy menjelaskan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi dirinya, dan bertindak. Seperti yang terjadi di BPS Provinsi Jawa Barat khususnya bidang Statistik Sosial, pegawai tidak segera menyelesaikan pekerjaannya, sehingga harus menambah jam kerja atau bahkan membawa tugas pulang ke rumah ketika mengejar data harus segera disediakan, merasa tidak mampu mengerjakan tugas dengan optimal karena terkadang tugas yang diberikan atasan tidak sesuai kemampuan atau terlalu berat, merasa tugas yang dikerjakan selalu salah, bila diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan sering menolak karena merasa

22 BAB I PENDAHULUAN 8 tidak sanggup untuk mengemban tugas, dan ketika rapat pegawai pun kurang aspiratif. Bandura mengemukakan ciri-ciri dari individu yang memiliki self efficacy yang rendah, antara lain menghindar dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah, memiliki aspirasi rendah, memikirkan kekurangan, kesulitan tugas, fokus pada konsekuensi yang merugikan dari kegagalan. Orang dengan ciri seperti ini akan mengalihkan perhatian dari pemikiran yang efektif, lambat pulih kembali setelah kegagalan, lebih mudah stress dan depresi. Hal ini berkenaan kondisi yang terjadi pada pegawai BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial seperti yang telah diungkap sebelumnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bandura yaitu perilaku individu merupakan fungsi dari individu dan lingkungannya (B = f (P.E)). Sehubungan dengan keyakinan diri (self efficacy) yang terbentuk dalam diri pegawai, pegawai memiliki keyakinan diri rendah didukung pula oleh kondisi lingkungan kerja misalnya mengenai sikap atasan terhadap bawahan dimana atasan sebagai contoh bagi bawahan dalam bekerja, bertindak kurang peduli terhadap bawahan, kurang mengkontrol pekerjaan bawahan, kurang memberi support dan reward, tidak memberikan feedback atas hasil kerja bawahan, menyerahkan pekerjaan penuh terhadap bawahan, membuat pekerjaan yang mereka lakukan kurang bermakna penting bagi mereka, sehingga mereka tidak bekerja secara maksimal dan menghambat peran BPS sebagai penyedia data yang andal, efektif, dan efisien.

23 BAB I PENDAHULUAN 9 Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas didapatkan perumusan masalah yaitu Studi deskriptif self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang self efficacy terhadap pekerjaan pada pegawai staf bidang statistik sosial di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya adalah sebagai berikut: Secara Teoretis Memberikan sumbangan kajian teoritis pada ilmu pengetahuan khususnya psikologi industri dan organisasi mengenai self efficacy. Secara Praktis a. Bagi Atasan Agar menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif, agar mampu meningkatkan self efficacy (keyakinan diri) bawahan dalam bekerja. b. Bagi Pemerintahan Untuk memberikan masukan pada instansi pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat untuk memperhatikan kebutuhan pegawai sehingga kinerja pegawainya dapat dioptimalkan dan tujuan BPS dapat terwujud. Kemudian sebagai bahan evaluasi program kerja pegawai.

24 BAB II TINJUAN TEORITIS 10 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Self Efficacy Pengertian Self Efficacy Myers (1996) juga mengatakan bahwa self-efficacy adalah bagaimana seseorang merasa mampu untuk melakukan suatu hal. Selain itu Schunk (dalam Komandyahrini & Hawadi, 2008) juga mengatakan bahwa self-efficacy sangat penting perannya dalam mempengaruhi usaha yang dilakukan, seberapa kuat usahanya dan memprediksi keberhasilan yang akan di capai. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Woolfolk (1993) bahwa selfefficacy merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu. Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan konteks.

25 BAB II TINJUAN TEORITIS 11 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan seorang individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin mampu untuk menghadapi segala tantangan dan mampu memprediksi seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy Menurut Bandura (1997) tinggi rendahnya self-efficacy seseorang dalam tiap tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura (1997) ada beberapa yang mempengaruhi self-efficacy, antara lain: 1. Jenis kelamin Orang tua sering kali memiliki pandangan yang berbeda terhadap kemampuan laki-laki dan perempuan. Zimmerman (Bandura, 1997) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada perkembangan kemampuan dan kompetensi lakilaki dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-laki, walaupun prestasi akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin seorang wanita menerima perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para pria memiliki

26 BAB II TINJUAN TEORITIS 12 self-efficacy yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria. 2. Usia Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih memiliki sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya. 3. Tingkat pendidikan Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang yang lebih tinggi biasanya memiliki self-efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam hidupnya. 4. Pengalaman Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu organisasi ataupun perusahaan dimana individu bekerja. Self-efficacy terbentuk

27 BAB II TINJUAN TEORITIS 13 sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada bagaimana individu menghadapi keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya selama melakukan pekerjaan Dimensi self-efficacy Bandura (1997) mengungkapkan ada tiga dimensi self-efficacy, yakni: a. Generality Generality sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi. Generality merupakan perasaan kemampuan yang ditunjukkan individu pada konteks tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkah laku, kognitif dan afektifnya. b. Level Level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Ada yang menganggap suatu tugas itu sulit sedangkan orang lain mungkin merasa tidak

28 BAB II TINJUAN TEORITIS 14 demikian. Apabila sedikit rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, maka tugas tersebut akan mudah dilakukan. Dalam Zimerman (2003) Level terbagi atas 3 bagian yaitu: 1. Analisis pilihan perilaku yang akan dicoba, yaitu seberapa besar individu merasa mampu atau yakin untuk berhasil menyelesaikan tugas dengan pilihan perilaku yang akan diambil. 2. Menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya. 3. Menyesuaikan dan menghadapi langsung tugas-tugas yang sulit. c. Strength Strength merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi Sumber-sumber self-efficacy Menurut Bandura (1994) ada sumber yang dapat mempengaruhi self efficacy, yaitu:

29 BAB II TINJUAN TEORITIS Enactive mastery experience Merupakan sumber informasi self-efficacy yang paling berpengaruh. Dari pengalaman masa lalu terlihat bukti apakah seseorang mengarahkan seluruh kemampuannya untuk meraih keberhasilan (Bandura, 1997). Umpan balik terhadap hasil kerja seseorang yang positif akan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Kegagalan di berbagai pengalaman hidup dapat diatasi dengan upaya tertentu dan dapat memicu persepsi self-efficacy menjadi lebih baik karena membuat individu tersebut mampu utuk mengatasi rintangan-rintangan yang lebih sulit nantinya. 2. Vicarious experience Merupakan cara meningkatkan self-efficacy dari pengalaman keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang atau tugas melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya self-efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal walaupun telah berusaha dengan keras. Individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut (Bandura, 1997). Peran vicarious experience terhadap self-efficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri individu tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model. Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model, maka kesuksesan dan kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-efficacy. Sebaliknya apabila individu merasa dirinya semakin berbeda dengan model, maka self-efficacy menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model (Bandura, 1997).

30 BAB II TINJUAN TEORITIS 16 Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan keinginannya. Dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997). 3. Verbal persuasion Verbal digunakan secara luas untuk membujuk seseorang bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari. Orang yang mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan mengerahkan usaha yang lebih besar daripada orang yang tidak dipersuasi bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut (Bandura, 1997). 4. Physiological state Seseorang percaya bahwa sebagian tanda-tanda psikologis menghasilkan informasi dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress dan kecemasan dilihat individu sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan diri. Level of arousal dapat memberikan informasi mengenai tingkat self-efficacy tergantung bagaimana arousal itu diinterpretasikan. Bagaimana seseorang menghadapi suatu tugas, apakah cemas atau khawatir (self-efficacy rendah) atau tertarik (self-efficacy tinggi) dapat memberikan informasi mengenai self-efficacy orang tersebut. Dalam menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisiknya untuk menghadapi situsasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya.

31 BAB II TINJUAN TEORITIS Proses-proses yang mempengaruhi self-efficacy Menurut Bandura (1997), proses psikologis dalam self-efficacy yang turut berperan dalam diri manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi dan proses pemilihan/seleksi. 1. Proses kognitif Proses kognitif merupaka proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuau yang difikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki selfefficacy yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu yang self efficacy-nya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997). Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuandiri. Semakin seseorang mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin membentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya (Bandura, 1997). 2. Proses motivasi Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif. Individu memberi motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka dalam menghadapi kegagalan (Bandura, 1997). Menurut Bandura (1997), ada tiga teori

32 BAB II TINJUAN TEORITIS 18 motivator, teori pertama yaitu causal attributions (atribusi penyebab), teori ini mempengaruhi motivasi, usaha dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki self efficacy tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya individu yang self-efficacy-nya rendah, cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan kemampuan mereka yang terbatas. Teori kedua outcomes experience (harapan akan hasil), motivasi dibentuk melalui harapan-harapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga goal theory (teori tujuan), dimana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi. 3. Proses afektif Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Menurut Bandura (1997) keyakinan individu akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi self-efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam timbulnya kecemasan. Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan halhal yang negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi (Bandura, 1997).

33 BAB II TINJUAN TEORITIS Proses seleksi Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut mempengaruhi efek dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka (Bandura, 1997) Karakteristik individu yang memiliki self-efficacy tinggi dan self efficacy rendah Karakteristik individu yang memiliki Self-efficacy yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugastugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukannya dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya (Bandura, 1997). Karakteristik individu yang memiliki Self-efficacy yang rendah adalah individu yang merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri

34 BAB II TINJUAN TEORITIS 20 dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan (Bandura, 1997). 2.2 Kerangka Pikir Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam menahan beban kerja pekerjaannya. Terdapat batasan kemampuan yang mereka miliki untuk bertanggung jawab pada beban kerja tersebut, bergantung pada tingkat kematangan atau kedewasaan. Didalam bekerja, pegawai akan dihadapkan pada serangkaian tugas dan situasi kerja yang menuntut pegawai tersebut mampu mengatasi situasi kerja tertentu dan mampu menyelesaikan tugas. Pada dasarnya bawahan di BPS Provinsi Jawa Barat ini dipilih dengan cara yang cukup selektif. Melalui seleksi nasional dan ikatan dinas dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang salah satu tujuannya juga adalah untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap kerja. Untuk pegawai yang lolos seleksi Nasional, akan diberika pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Pegawai staff di BPS Provinsi Jawa Barat bidang Statistik Sosial ini telah memiliki masa kerja secara rata-rata lebih dari 5 tahun. Seharusnya pegawai tersebut sudah mahir dalam melaksanakan tugas mereka. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bahwa orang-orang yang gigih dalam bekerja mampu mengatasi situasi apabila menemukan hambatan, pantang menyerah, dan selalu berusaha hingga tujuan yang ditetapkan tercapai dengan

35 BAB II TINJUAN TEORITIS 21 baik. Perilaku tersebut salah satunya ditentukan oleh keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Aspek keyakinan akan kemampuan diri ini merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian yang dinamakan self efficacy. Dari sudut pandang teori kognitif sosial (Bandura, 1986), self efficacy dianggap utama dalam membangun menghubungkan kemampuan dengan kinerja. Self efficacy adalah kepercayaan diri seseorang untuk merancang dan melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil yang diharapkan. Ada empat faktor yang mempengaruhi self efficacy individu menurut Bandura (1997), pertama adalah jenis kelamin. Mayoritas pegawai staff di BPS bidang Statistik Sosial adalah perempuan. Berdasarkan beberapa penelitian, semakin seorang perempuan menerima perbedaan perlakuan stereotype gender, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Stereotype mengenai keunggulan laki-laki dibanding perempuan dalam berbagai hal. Kedua adalah usia, self efficacy terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal jika dibandingkan yang lebih muda. Pada kenyataannya, yang terjadi di BPS Provinsi Jabar ini tidak seperti demikian. Pertambahan usia yang mereka alami dihayati sebagai hal yang membuat berkurangnya kemampuan yang mereka miliki. Pegawai merasa menjadi cepat lupa, letih, dan tidak sanggup mengemban tanggung jawab pekerjaan yang sulit (dalam usia yang tergolong masih produktif). Ketiga adalah tingkat pendidikan. Individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya memiliki self efficacy yang lebih tinggi, karena pada

36 BAB II TINJUAN TEORITIS 22 dasarnya mereka lebih banyak belajar dan menerima pendidikan formal. Seperti yang diketahui bahwa latar belakang mayoritas pegawai staff adalah lulusan SMA dengan masa kerja di BPS mayoritas lebih dari 5 tahun. Pegawai staff ini diperoleh melalui seleksi yang cukup ketat, dilakukan training terlebih dahulu terhadap pegawai baru, dan rata-rata usia pegawai masih tergolong produktif. Dengan demikian, idealnya pegawai telah memiliki pengalaman yang cukup dalam bekerja. Mampu menguasai segala bentuk pekerjaan yang diberikan. Namun, yang terjadi dengan latar belakang pendidikan dan masa kerja yang lama, pengalaman kerja yang diperoleh pegawai adalah kosong karena tidak ditunjang dengan keberhasilan dalam bekerja. Hal ini berkaitan juga dengan faktor keempat yaitu pengalaman. Self efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja, maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, namun tidak menutup kemungkinan bahwa self efficacy yang dimiliki individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap, tergantung pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang dialami. Pengalaman gagal lebih didapat pegawai staff dibanding pengalaman keberhasilannya dalam mengerjakan pekerjaan membuat self efficacy pegawai cenderung rendah, yang sekaligus menunjukkan kondisi dimana pegawai merasa tidak mampu terhadap apa yang mereka kerjakan atau apa yang menjadi tugas mereka, pegawai kurang memiliki keyakinan diri (self efficacy) sehingga usaha dalam mewujudkan harapan mereka pun kurang.

37 BAB II TINJUAN TEORITIS 23 Self efficacy juga memiliki dimensi-dimensi yaitu Level, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin seseorang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi. Strength, merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Selain itu Bandura juga mengemukakan terdapat empat sumber yang mempengaruhi self efficacy individu, yaitu Enactive mastery experience, Vicarious experience, Verbal persuasion, dan Physiological state. Enactive mastery experience, merupakan sumber informasi self-efficacy yang paling berpengaruh. Dari pengalaman masa lalu terlihat bukti apakah seseorang mengarahkan seluruh kemampuannya untuk meraih keberhasilan (Bandura, 1997). Umpan balik terhadap hasil kerja seseorang yang positif akan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Kegagalan di berbagai pengalaman hidup dapat diatasi dengan upaya tertentu dan dapat memicu persepsi self-efficacy menjadi lebih baik karena membuat individu tersebut mampu utuk mengatasi rintangan-

38 BAB II TINJUAN TEORITIS 24 rintangan yang lebih sulit nantinya. Kenyataan yang terjadi di BPS Provinsi bidang Statistik Sosial ini, pegawai kurang mendapatkan feedback dari atasan. Sehingga kurang mendapatkan gambaran akan keberhasilan pekerjaan yang mereka lakukan. Berikutnya adalah Vicarious experience, merupakan cara meningkatkan self-efficacy dari pengalaman keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh orang lain. Ketika melihat orang lain dengan kemampuan yang sama berhasil dalam suatu bidang/tugas melalui usaha yang tekun, individu juga akan merasa yakin bahwa dirinya juga dapat berhasil dalam bidang tersebut dengan usaha yang sama. Sebaliknya self-efficacy dapat turun ketika orang yang diamati gagal walaupun telah berusaha dengan keras. Individu juga akan ragu untuk berhasil dalam bidang tersebut (Bandura, 1997). Peran vicarious experience terhadap selfefficacy seseorang sangat dipengaruhi oleh persepsi diri individu tersebut tentang dirinya memiliki kesamaan dengan model. Semakin seseorang merasa dirinya mirip dengan model, maka kesuksesan dan kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-efficacy. Sebaliknya apabila individu merasa dirinya semakin berbeda dengan model, maka self-efficacy menjadi semakin tidak dipengaruhi oleh perilaku model (Bandura, 1997). Seseorang akan berusaha mencari model yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan keinginannya. Dengan mengamati perilaku dan cara berfikir model tersebut akan dapat memberi pengetahuan dan pelajaran tentang strategi dalam menghadapi berbagai tuntutan lingkungan (Bandura, 1997). Rekan sekerja merupakan model bagi pegawai. Bila rekan kerja lain yang dinilai cukup ulet dalam bekerja mengalami hal yang sama dalam bekerja, selalu ditegur atasan dan mengerjakan pekerjaan berulang kali. Hal

39 BAB II TINJUAN TEORITIS 25 ini membuat sebagian besar pegawai lainnya merasa senasib dan menjadi kurang terdorong untuk kembali menyelesaikan tugas mereka, karena menganggap akan mengalami hal yang sama, pekerjaan mereka kembali disalahkan dan harus dikerjakan ulang. Verbal persuasion, verbal digunakan secara luas untuk membujuk seseorang bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari. Orang yang mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemamuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan mengerahkan usaha yang lebih besar daripada orang yang tidak dipersuasi bahwa dirinya mampu pada bidang tersebut (Bandura, 1997). Pada situasi di BPS Provinsi Jawa Barat Bidang Statistik Sosial ini, Verbal persuasion dapat diperoleh pegawai dari sesama rekan kerja dan melalui atasan. Terakhir adalah Physiological state, kepercayaan seseorang bahwa sebagian tanda-tanda psikologis menghasilkan informasi dalam menilai kemampuannya. Kondisi stress dan kecemasan dilihat individu sebagai tanda yang mengancam ketidakmampuan diri. Level of arousal dapat memberikan informasi mengenai tingkat self-efficacy tergantung bagaimana arousal itu diinterpretasikan. Bagaimana seseorang menghadapi suatu tugas, apakah cemas atau khawatir (self-efficacy rendah) atau tertarik (self-efficacy tinggi) dapat memberikan informasi mengenai self-efficacy orang tersebut. Dalam menilai kemampuannya seseorang dipengaruhi oleh informasi tentang keadaan fisiknya untuk menghadapi situasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya. Pada pegawai bawahan bidang Statistik sosial ini, terbentuk pemikiran bahwa dengan usia mereka saat ini, mudah letih

40 BAB II TINJUAN TEORITIS 26 dan cenderung pelupa, sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Sehingga pegawai pun kurang tertarik untuk segera menyelesaikan tugas. Kondisi yang terjadi pada pegawai adalah pegawai merasa tugas yang diberi atasan terkadang tidak sesuai, tugas yang diberikan sulit (Level). Pegawai merasa tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan (Strength). Pegawai menganggap pekerjaan yang mereka lakukan selalu salah (Generality). Pegawai bertahan pada situasi kerja seperti demikian dalam kurun waktu tahunan, proses kerja mereka tidak maksimal. Pegawai merasa tidak berdaya, cepat sedih, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan. Sehingga akibat yang muncul terlambat mempublikasi data yang menjadi kegiatan utama bagi BPS merupakan hal yang fatal. Ini disebabkan karena pegawai kurang memiliki pengalaman berhasil dalam bekerja. Pengalaman ini memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu.

41 BAB II TINJUAN TEORITIS Skema Pemikiran Sumber 1. Enactive mastery experience 2. Vicarious Experience 3. Verbal persuasion 4. Physiological State Faktor 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Tingkat Pendidikan 4. Pengalaman Dimensi Self Efficacy Pegawai Rendah Level Generality Strength Tampilan perilaku pegawai yang tampak Pegawai merasa pekerjaan yang dilakukan selalu salah Pegawai merasa tugas yang diberikan atasan terlalu sulit Pegawai kesulitan dalam bekerja dan cepat menyerah Pegawai merasa tidak berkompeten dalam mengerjakan tugas yang diberi Tidak menyelesaikan tugas dengan segera Ketika rapat pegawai tidak mengeluarkan aspirasinya Ketika diberi pelatihan, menolak diikutsertakan

42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai fenomena yang diselidiki. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah berupa survei dan penggunaan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel (M Nazir, metode penelitian 1999). 3.2 Variabel Variabel Penelitian Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka diperlukan pengukuran terhadap variable. Adapun variabel yang diukur pada penelitian adalah Self Efficacy

43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Definisi Konseptual Self Efficacy Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan konteks. (Bandura). 3.4 Definisi Operasional Adapun definisi operasional variabelnya sebagai berikut : Self Efficacy Keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin mampu menghadapi tingkat kesulitan tugas dimana situasinya tidak menentu mengandung unsur kekaburan, tidak dapat diprediksi dan penuh tekanan (level), yakin mampu dalam berbagai situasi permasalahan (generality) dan memiliki keyakinan yang kuat (strength) akan kemampuan yang dimiliki. Dimensi dari variable self efficacy yaitu: 1. Level, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas.

44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Generality, sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam serangkaian tugas atau situasi sulit dan bervariasi. 3. Strength, merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan. 3.5 Populasi Secara teoritis, penelitian ini merupakan penelitian populasi, sehingga semua anggota populasi menjadi subjek penelitian. Penelitian populasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap lingkup yang luas dengan semua subjek penelitian dan kesimpulan berlaku bagi semua subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1995: 205) Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai staff di BPS Bidang Statistik Sosial sebanyak 11 orang. Untuk melaksanakan uji coba alat ukur, diambil seluruh anggota populasi. Hal ini disesuaikan dengan kepentingan penelitian yang dilakukan maka perlu dilakukan pengamatan terhadap seluruh subjek penelitian.

45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Ukur Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti, Alat ukur yang digunakan berupa skala psikologis guna mengungkap variabel yang hendak diteliti, yaitu self efficacy. Pengukuran mengenai self efficacy dilakukan dengan menggunakan skala yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek self efficacy dari Albert Bandura (1995). Skala dalam penelitian ini menggunakan jenis skala model Semantic Differential yang telah dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek dari variabel self efficacy. Responden dihadapkan pada sejumlah skala semantik. Responden diminta untuk melakukan penilaian terhadap suatu konsep tertentu dalam suatu skala bipolar dengan 10 buah titik. Skala bipolar adalah suatu skala dari dua kutub yang berlawanan. Penilaian diberikan pada suatu ruangan semantik yang dianggap paling tepat oleh responden tersebut. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini harus memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan. Alat ukur pada skala ini berjumlah 35 item yang jawabannya didapat sesuai dengan skor yang diberikan oleh sampel penelitian. Jawaban bergerak dari 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100. Semakin mendekati 100, maka menunjukkan responden memiliki tingkat keyakinan yang tinggi. Semakin mendekati 0, maka menunjukkan responden memiliki tingkat keyakinan yang rendah.

46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 Tabel 3.1 Kisi- kisi Alat Ukur Self Efficacy Aspek Indikator Item No. Item 1. Individu yakin dapat 1. Mengumpulkan data penduduk melakukan pengumpulan secara lengkap data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 2. Individu yakin dapat melakukan pengolahan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, Generality (keluasan tugas) individu yakin mengenai kemampuannya menghadapi berbagai situasi permasalahan) statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 3. Individu yakin dapat melakukan analisis pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 4. Individu yakin dapat melakukan evaluasi pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 5. Individu yakin dapat melakukan pelaporan pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 6. Individu yakin dapat melakukan pengembangan statistik pada masingmasing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 2. Menyediakan data yang diperlukan sebelum waktunya tanpa dimarah atasan terlebih dahulu 3. Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengolahan data 4. Menyelesaikan pengolahan data tanpa harus dikontrol terus oleh atasan 5. Mengumpulkan data dan langsung mengolahnya pada saat itu 6. Keakuratan pekerjaan yang saya selesaikan ketika saya menganalisis data 7. Merasa tertantang mengerjakan analisis data yang sulit 8. Mengevaluasi data secara objektif 9. Memperbaiki laporan pertanggungjawaban hingga benar. 10. Menyelesaikan laporan tanpa harus lembur 11. Meskipun dihadapkan pada beberapa tugas oleh atasan, saya tetap mampu mengerjakannya sekaligus. 12. Menyampaikan materi pelatihan pada rekan lain, meskipun hal tersebut bukan merupakan tugas pokok saya, 13. Menciptakan program-program baru yang berhubungan dengan pengembangan statistik di Bidang Sosial ini. 1,4,7,10,13,16,1 9,22, 25,28,31,33, 35

47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 Level (keyakinan individu terhadap kemampuannya menghadapi tingkat kesulitan tugas, dimana situasinya tidak menentu mengandung unsur kekaburan, tidak dapat diprediksi, dan penuh tekanan) 1. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pengumpulan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 2. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pengolahan data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 3. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan analisis data pada masing-masing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 4. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan evaluasi pada masingmasing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 5. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pelaporan pada masingmasing bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 6. Individu yakin mampu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan pengembangan statistik pada masing-masing 1. Membantu menyelesaikan tugas rekan kerja dibidang lain. 2. Mengumpulkan data meski bukan di bidang saya 3. Mengayomi orang-orang freelance ketika penginputan data sensus penduduk dilakukan 4. Mengendalikan diri untuk tetap bekerja secara optimal ketika penginputan data sensus penduduk memerlukan banyak tenaga kerja. 5. Mengikuti pelatihan apa saja yang diadakan BPS, sekalipun bukan dibidang saya. 6. Bersedia ditempatkan dimana saja ketika proses pemantauan pengumpulan data berlangsung. 7. Berdiskusi dengan rekan lain dalam pembentukan program baru berhubungan yang dengan pengembangan statistik di Bidang Sosial 8. Kelancaran dalam melakukan pengecekan kembali data yang sudah terkumpul di BPS Provinsi 9. Kelancaran dalam mengelompokkan data sensus penduduk berdasarkan informasi yang sudah terkumpul 10. Kelancaran dalam proses pengumpulan data dari BPS Kabupaten berkaitan dengan ketidaklengkapan data yang diminta. 2,5,8,11,14,17,2 0,23,26,29

48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 Strength (keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki) bidang ( statistik kependudukan, statistik kesejahteraan rakyat, & statistik ketahanan sosial) 1. Memiliki ketahanan diri 2. Memiliki keuletan diri 3. Memiliki keyakinan & kemantapan yang kuat 4. Memiliki keteguhan dalam menghadapi kesulitan 1. Memenuhi tuntutan tugas yang tinggi dari atasan saya. 2. Mencapai mutu tinggi apabila target yang ditentukan tinggi 3. Melakukan tugas yang dirasa sulit sekalipun 4. Mempertahankan posisi di bidang yang ditekuni saat ini karena keahlian saya ada disini 5. Mempelajari program analisis hingga mahir menggunakannya 6. Membantu rekan kerja lain dalam mengerjakan tugasnya agar saya juga mampu mengerjakan sendiri ketika tugas tersebut menjadi tanggung jawab saya 7. Mengkoreksi hasil kerja dengan teliti 8. Percaya diri ketika menyerahkan tugas pada atasan 9. Tugas yang dikerjakan terhindar dari kesalahan sehingga tidak perlu dikerjakan berulang kali 10. Bekerja secara optimal dengan kemampuan dimiliki 11. Tetap fokus menyelesaikan tugas sementara atasan mendesak segera menyiapkan data yang diperlukan 12. Pantang menyerah hingga masalah saya teratasi 3,6,9,12,15,18,2 1,24,27,30, 32,24 Tabel 3.2 Blue Print Self Efficacy Aspek No. Item Jumlah Generality 1,4,7,10,13,16,19,22,25,28,31,33,35 13 Level 2,5,8,11,14,17,20,23,26,29 10 Strength 3,6,9,12,15,18,21,27,30,32,34 12 Total Item 35

49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Validitas Alat Ukur Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut: what the test measure and how well it does (Anastasi, 1990), atau apakah alat tes memenuhi fungsinya sebagai alat ukur psikologis? (Nunnaly, 1978). Cara untuk mengetahui validitas suatu alat ukur adalah dengan cara mengkorelasikan antara skor yang diperoleh dengan hasil penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Bila sekiranya skor semua item yang disusun berdasarkan konsep berkorelasi dengan skor total, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas atau dengan kata lain bila terdapat korelasi positif antara skor tiap item dengan skor total, maka hubungan yang ada sifatnya konsisten atau sejalan dengan konsep teoritiknya. Validitas ini disebut Validity Constract, yaitu untuk mengetahui apakah alat ukur yang sesuai dengan teori yang mendasarinya atau apakah definisi operasional yang digunakan, searti dengan definisi teoritis dari variabel yang diukur (Ulber Silalahi, 1999). Interpretasi mengenai koefisien korelasi didasarkan pada kriteria menurut Guillford, yaitu: Interval Korelasi Tingkat Hubungan 0,9-1,0 korelasi sangat tinggi dapat digunakan 0,7-0,9 korelasi tinggi dapat digunakan 0,4-0,7 korelasi cukup dapat digunakan 0,2-0,4 korelasi rendah dapat digunakan 0,0-0,2 korelasi sangat rendah dapat digunakan

50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 Penelitian ini menggunakan studi populasi, oleh karena itu dalam analisis statistik tidak digunakan uji signifikansi ataupun menggunakan hipotesis statistik. Penelitian yang melakukan pengujian hipotesis statistik adalah penelitian yang mnggunakan data sampel. Bila peneliti merumuskan hipotesis penelitian dan ingin mengujinya dengan menggunakan data populasi (bukan sampel) maka peneliti tidak akan menguji hipotesis statistik (Sugiono, 2003). Berdasarkan hasil uji coba alat ukur, didapatkan validitas instrument atau koefisien validasi untuk skala self efficacy menggunakan SPSS versi Diperoleh hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan statistik terhadap uji validitas self efficacy didapatkan 35 item yang valid. Adapun besar koefisien validitasnya sebagai berikut: Koefisien Validitas = nilai korelasi yang valid : item yang valid = 24,239 : 35 = 0,692543(item terpakai) 3.8 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas yang akan digunakan oleh peneliti adalah Single Administration Methods yaitu dengan cara pengelompokkan random atau acak yaitu metode pengukuran tunggal yang dilaksanakan melalui proses hanya satu kali dengan membagi skor subjek menjadi dua bagian. Penggunaan metode ini dinilai lebih efisien dibandingkan test retest atau pengukuran pengulangan. Satu kali pengukuran dimaksudkan agar subjek ukur tidak mengalami kelelahan dan

51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 terjadi perubahan performance karena latihan, perkembangan dan kematangan yang disebabkan dua kali pengukuran (Hasanuddin Noor, 2009:153). Alasan digunakan uji reliabilitas ini adalah karena proses pengukuran yang dilakukan hanya satu kali. Adapun prosedur yang akan digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut: - Nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item angket yang valid, yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas. - Adapun kriteria dalam menetapkan derajat reliabilitas dapat digunakan kriteria hasil penelitian Guilford (1965) dalam (Hasanuddin Noor, 2009:158) yaitu: Koefisien Derajat Korelasi < 0,20 Tidak ada korelasi 0,20 0,40 Korelasi rendah 0,41 0,70 Korelasi tinggi 0,71 1,00 Korelasi tinggi sekali Berikut untuk perhitungan reliabilitas self efficacy dilakukan berdasarkan teknik Split Half, Alpha Cronbach dilakukan peneliti dengan menggunakan SPSS 18.0 for MS. Windows. Setelah dilakukan uji reliabilitas, maka didapatkan hasil untuk skala self efficacy r = 0,971. Dengan demikian instrument ini memiliki reliabilitas yang baik (korelasi tinggi sekali) sesuai dengan kriteria yang telah dikemukakan sebelumnya.

52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa dengan teknik korelasi yaitu untuk menggambarkan hubungan antara gaya kepemimpinan dengan self efficacy. Kemudian diolah dengan menggunakan uji regresi, karena data berbentuk kategorial. Untuk mengklasifikasikan masing-masing responden dilakukan kategorisasi terhadap persentase total skor jawaban responden pada masing-masing aspek dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah skor jawaban responden pada masing-masing aspek 2. Menghitung jumlah skor maksimal yang mungkin diperoleh responden 3. Menghitung persentase skor jawaban responden pada masing-masing aspek tiap variabel menggunakan rumus sebagai berikut: Skor Persentase Skor = X 100 Skor Maksimal 4. Menghitung rata-rata persentase skor jawaban responden pada masing-masing aspek tiap variabel menggunakan rumus sebagai berikut: Persentase Skor Rata-Rata Persentase Skor = X 100 Jumlah Responden 5. Mengklasifikasikan persentase skor jawaban responden pada masing-masing aspek variabel dengan menggunakan Distribusi skor.

53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 Setelah diuji secara statistik dapat diketahui hubungan antara gaya kepemimpinan atasan terhadap self efficacy pegawai staff Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy Kategorisasi digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih umum mengenai self efficacy. Kategorisasi yang dilakukan adalah kategorisasi variabel dan kategorisasi dimensi. Untuk memudahkan pembahasan dan interpretasi terhadap data yang diperoleh, maka data tersebut dikategorisasikan ke dalam dua kategori, yaitu self efficacy rendah dan self efficacy tinggi. Self efficacy yang tinggi dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan diri yang tinggi bahwa ia mampu menampilkan perilaku yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaannya. Sedangkan self efficacy yang rendah diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang rendah bahwa ia mampu menampilkan perilaku yang dibuthkan untuk menjalankan pekerjaannya. Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu: 1. Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali jumlah item yang terdapat dalam alat ukur. 2. Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali jumlah item yang terdapat dalam alat ukur. 3. Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori. Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk variabel self efficacy adalah sebagai berikut:

54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 SELF EFFICACY Kemungkinan skor terendah = Minimal skor x Jumlah item yg valid = 0 x 35 = 0 Kemungkinan skor tertinggi = Maksimal skor x Jumlah item yg valid = 100 x 35 = 3500 Rentang = = 3500 Banyaknya kelas = 3500 : 2 = 1750 Kategori Kategori Skor Total Self efficacy rendah Self efficacy tinggi Kategorisasi Dimensi Pertama Self Efficacy (Generality) Dimensi generality terdiri atas 13 item. Kategorisasi yang digunakan dalam dimensi ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Generality yang tinggi dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuannya dalam menggeneralisasikan tugas dan pengalaman dalam menghadapi tugas lain. Sedangkan generality yang rendah diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang rendah akan kemampuannya dalam menggeneralisasikan tugas dan pengalaman dalam menghadapi tugas lain. Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu:

55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali jumlah item yang terdapat dalam dimensi generality. 2. Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali jumlah item yang terdapat dalam dimensi generality. 3. Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori. Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk dimensi self efficacy yaitu generality adalah sebagai berikut: Kategori Skor Total Generality rendah Generality tinggi Kategorisasi Dimensi Kedua Self Efficacy (Level) Dimensi level terdiri atas 10 item. Kategorisasi yang digunakan dalam dimensi ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. level yang tinggi dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang tinggi untuk dapat mengatasi kesulitan dan tantangan dari tugas yang dihadapi. Sedangkan level yang rendah diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang rendah untuk dapat mengatasi kesulitan dan tantangan dari tugas yang dihadapi. Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu: 1. Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali jumlah item yang terdapat dalam dimensi level.

56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali jumlah item yang terdapat dalam dimensi level. 3. Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori. Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk dimensi self efficacy yaitu level adalah sebagai berikut: Kategori Skor Total Level rendah Level tinggi Kategorisasi Dimensi Ketiga Self Efficacy (Strength) Dimensi strength terdiri atas 12 item. Kategorisasi yang digunakan dalam dimensi ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Strength yang tinggi dapat diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang kuat sehingga tidak mudah menyerah dan tetap melakukan berbagai usaha untuk mengatasi situasi yang sulit dalam pekerjaannya. Sedangkan Strength yang rendah diartikan bahwa subjek memiliki keyakinan yang lemah mudah menyerah dan kurang melakukan berbagai usaha untuk mengatasi situasi yang sulit dalam pekerjaannya Kategorisasi diperoleh dengan melakukan distribusi frekuensi, yaitu: 1. Menentukan hasil skor tertinggi yang mungkin dicapai, yaitu seratus dikali jumlah item yang terdapat dalam dimensi strength. 2. Menentukan hasil skor terendah yang mungkin dicapai, yaitu nol dikali jumlah item yang terdapat dalam dimensi strength.

57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menentukan selisih skor tertinggi dan terendah, kemudian dibagi dengan jumlah kategori yang diinginkan, yaitu dua kategori. Dari hasil perhitungan maka kategorisasi untuk dimensi self efficacy yaitu strength adalah sebagai berikut: Kategori Skor Total Strength rendah Strength tinggi Prosedur Penelitian Pada penelitian ini terdiri dari empat (4) tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan a. Menetapkan masalah yang akan diteliti yaitu gaya kepemimpinan dan self efficacy b. Menetapkan lokasi dan populasi penelitian. c. Menentukan teknik pengambilan data d. Menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian 2. Tahap pengambilan data a. Mencari data sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. b. Mendatangi populasi tersebut untuk menjelaskan maksud penelitian dan meminta kesediaan untuk bekerja sama dalam penelitian. c. Melaksanakan pengambilan data dengan meminta subyek penelitian untuk mengisi atau menjawab beberapa data pendukung penelitian.

58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 d. Melakukan pengambilan data kepada subyek penelitian untuk mengisi alat ukur. 3. Tahap Pengolahan data a. Melakukan skoring hasil pengisian kuesioner b. Melakukan uji persentase yang mendukung data dalam penelitian ini. 4. Tahap Pembahasan a. Mendeskripsikan hasil perhitungan statistik b. Membahas dan menarik kesimpulan dari penelitian. c. Memberikan saran dari penelitian yang telah dilakukan. d. Mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperoleh dengan pembimbing untuk menyempurnakan hasil laporan penelitian.

59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Statistik Self efficacy Hasil Kategorisasi Skor Total dengan Variabel Self Efficacy NO. Tabel 4.2 Data Self Efficacy Secara Keseluruhan Skor Total Skor Minimal Skor Maksimal Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Kategori Frekuensi % Self efficacy rendah 0 0% Self efficacy tinggi %

60 B AB IV HASIL DAN PE MBAHASAN Self Efficacy Rendah Self Efficacy Tinggi Berdasarkan tabel perhitungan diatas diketahui bahwa sebanyak 11 orang atau 100% pegawai staf bidang Statistik Sosial di BPS Provinsi Jabar ini memiliki self efficacy yang tinggi Hasil Kategorisasi Dimensii Pertama Self Efficacy (Generality) No. Responden Tabel 4.3 Dimensi Generality Total Skor Total Skor Max Kategori tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii Kategori Generality rendah Generality tinggi Frekuensi 0 11 % 0 100%

61 B AB IV HASIL DAN PE MBAHASAN Generality Rendah Generality Tinggi Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diketahui bahwa sebanyak 11 orang atau 100% pegawai staf bidang Statistik Sosial di BPS Provinsi Jabar ini memiliki dimensi generality yang tinggi pada self efficacy mereka Hasil Kategorisasi Dimensii Kedua Self Efficacy (Level) No. Responden Total Skor Tabel 4.4 Dimensi Level Total Skor Max Kategori tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi Kategori Level rendah Level tinggi Frekuensi 0 11 % 0% 100%

62 B AB IV HASIL DAN PE MBAHASAN Level Rendah Level Tinggi Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diketahui bahwa sebanyak 11 orang atau 100% pegawai staf bidang Statistik Sosial di BPS Provinsi Jabar ini memiliki dimensi level yang tinggi pada self efficacy mereka Hasil Kategorisasi Dimensii Ketiga Self Efficacy (Strength) No. Responden Total Skor Tabel 4.5 Dimensi Strength Total Skor Max Kategori tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii tinggii Kategori Strength rendah Strength tinggi Frekuensi 0 11 % 0% 100%

63 B AB IV HASIL DAN PE MBAHASAN Strength Rendah StrengthTinggi Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diketahui bahwa sebanyak 11 orang atau 100% pegawai staf bidang Statistik Sosial di BPS Provinsi Jabar ini memiliki dimensi strength yang tinggi pada self efficacy mereka. 4.2 Hasil Pengolahann Data Pada bab ini akan dibahas hasil-hasil pengolahan data yang dilengkapi dengan analisis dan pembahasan, yang didasarkan pada hasil perhitungan statistik, dan penjelasan-penjelasan teoritis Uji Normalitas Berikut dilakukan pengujian normalitas data. Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk menguji normalitas data. Pada kesempatan ini digunakan Chi Kuadrat untuk menguji normalitas data. Pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat dilakukan dengan SPSS 18.0 for Windows. Pengujian Normalitas Data Self Efficacy Dengan berdasarkan data tentang Self Efficacy dilakukan uji normalitas menggunakan Spss 18.0, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS POTENSI DIRI DI SMP IT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS POTENSI DIRI DI SMP IT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS POTENSI DIRI DI SMP IT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang

BAB II LANDASAN TEORI. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang 15 BAB II LANDASAN TEORI A. Self- Efficacy 1. Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN PESANTREN NURUL ISLAM KARANGJATI TERHADAP HASIL UJIAN PRAKTEK KEAGAMAAN DI

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN PESANTREN NURUL ISLAM KARANGJATI TERHADAP HASIL UJIAN PRAKTEK KEAGAMAAN DI KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PENDIDIKAN PESANTREN NURUL ISLAM KARANGJATI TERHADAP HASIL UJIAN PRAKTEK KEAGAMAAN DI MTs AL-MUKARROMAH KARANGJATI KECAMATAN SAMPANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut mengalami perubahan adalah pendidikan. Dewasa ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kedokteran merupakan ilmu yang mempelajari penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian meningkat. Pertumbuhan pesat ini menciptakan persaingan yang ketat antara berbagai pihak. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini, semakin banyak individu yang menempuh pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi (PT) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang terdiri dari beberapa fakultas yang dibagi lagi ke dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengemukakan bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Solusi Partikulir Masalah Nilai Awal Persamaan Saint Venant 2D

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Solusi Partikulir Masalah Nilai Awal Persamaan Saint Venant 2D BAB III PEMBAHASAN 3.1 Solusi Partikulir Masalah Nilai Awal Persamaan Saint Venant 2D Pada penyelesaian masalah nilai awal persamaan Saint Venant dua dimensi dikerjakan dengan langkah penyelesaian di momentum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang terutama bidang industri dan perdagangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin ketat. Dunia perekonomian berjalan dengan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia bukan sekedar untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan namun juga untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Contoh peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengangguran lulusan pendidikan tinggi di Indonesia semakin hari semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai 626.600 orang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah ditetapkannya standar kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi, setiap orang diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini didukung pula dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pertumbuhan di berbagai aspek pun ikut terjadi seperti kemajuan teknologi, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan yang terjadi juga semakin banyak. Salah satunya dalam bidang teknologi, banyaknya teknologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Kartika Putri Susanto F 100090123

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Hurlock (1999), masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Hurlock (1999), masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam BAB II LANDASAN TEORI A. MASA KANAK-KANAK AKHIR 1. Definisi Kanak-kanak Akhir Menurut Hurlock (1999), masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu mempunyai keinginan untuk mendapatkan masa depan yang cerah, mempunyai pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang baik, dan menjalani suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lain dari social loafing adalah kecenderungan untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lain dari social loafing adalah kecenderungan untuk mengurangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SOCIAL LOAFING 1. Pengertian Social loafing Social loafing merupakan pengurangan kinerja individu selama bekerja sama dengan kelompok dibandingkan dengan bekerja sendiri (Latane,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA DEVI DHAMAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tergolong tinggi, sehingga para petugas kesehatan seperti dokter,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tergolong tinggi, sehingga para petugas kesehatan seperti dokter, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan pelayanan kesehatan tergolong tinggi, sehingga para petugas kesehatan seperti dokter, perawat, dan bidan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era yang serba maju seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2014). Obesitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini, dari tahun ke tahun menunjukkan fenomena yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan tak terbatas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data Univariat Usia responden merupakan salah satu karakteristik responden yang berkaitan dengan pengalaman dan daya berpikir seseorang, Semakin bertambah umur seseorang cenderung

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Novi Indriastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2007 ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2007 ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki tahun 2007 ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia global yang kian meningkat. Bangsa Indonesia sedang giat giatnya melakukan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. STUDI TENTANG KEAKTIFAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH DASAR AKUNTANSI KEUANGAN 2 MELALUI MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Menurut NCTM (2000: 60) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan orang terhadap dunia investasi. Investasi tidak hanya dianggap sebagai salah satu komponen penunjang kegiatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. Oleh SURI HANDAYANI DAMANIK

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi. Oleh SURI HANDAYANI DAMANIK HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS AKSELERASI UNTUK MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA SWASTA AL-AZHAR MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : ERLANGGA TAHUN 2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): Ya Tuhan kami, Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Motto Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Untuk itu diharapkan mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF UNTUK MATA KULIAH GEOMETRI RUANG PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMS

ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF UNTUK MATA KULIAH GEOMETRI RUANG PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMS ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF UNTUK MATA KULIAH GEOMETRI RUANG PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk menyiasati persaingan global, Indonesia berusaha membenahi pelbagai aspek dalam kehidupan bangsa, satu diantaranya adalah bidang pendidikan. Mutu pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP DIFERENSIASI PRODUK EXTRA JOSS ACTIVE RASA KRIM SODA (Survey Konsumen di Kabupaten Klaten)

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP DIFERENSIASI PRODUK EXTRA JOSS ACTIVE RASA KRIM SODA (Survey Konsumen di Kabupaten Klaten) ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP DIFERENSIASI PRODUK EXTRA JOSS ACTIVE RASA KRIM SODA (Survey Konsumen di Kabupaten Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TANGKIL 4 SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi, dengan masuknya pada era tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini mendeskripsikan keseluruhan bab dari hasil penelitian yang telah didapatkan, dalam bentuk simpulan serta rekomendasi bagi berbagai pihak serta keterbatasan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Yogyakarta, 11 Juni 2012 Pembimbing Skripsi. Dwi Yunairifi, M.Si NIP

PERSETUJUAN. Yogyakarta, 11 Juni 2012 Pembimbing Skripsi. Dwi Yunairifi, M.Si NIP UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM POKOK BAHASAN VOLUME BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V B SD PUCUNG IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai prestasi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting individu untuk mencapai kesiapan yang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK HALAMAN JUDUL UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN PEMANFAATAN MEDIA POWER POINT PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 2 SD NEGERI SALATIGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin tajam, sumber daya manusia Indonesia dituntut memiliki keunggulan kompetitif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan tinggi di Indonesia mengalami pergantian bentuk kurikulum, seperti di Fakultas psikologi yang berubah dari ajaran kurikulum tahun 2008 menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY A. Pengertian Self-Efficacy Terminologi self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh seorang tokoh behavioris bernama Albert Bandura pada tahun 1981 (Bandura,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wulan Dewi Arini ( )

ABSTRAK. Wulan Dewi Arini ( ) ABSTRAK Wulan Dewi Arini (12120070042) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA PENGERJAAN TUGAS MAHASISWA. (xv + 80 halaman: 1 gambar, 13 tabel, 7 lampiran) Menjalani masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN OTORITER DENGAN INTENSI TURNOVER KARYAWAN S K R I P S I. Disusun Oleh: EVID MAFTUKHAH F

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN OTORITER DENGAN INTENSI TURNOVER KARYAWAN S K R I P S I. Disusun Oleh: EVID MAFTUKHAH F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN OTORITER DENGAN INTENSI TURNOVER KARYAWAN S K R I P S I Disusun Oleh: EVID MAFTUKHAH F 100 080 197 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung merupakan fakultas Psikologi pertama di Bandung yang menerapkan sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Dunia pendidikan terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Agung Nugroho

Lebih terperinci