BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk
|
|
- Yuliani Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data Univariat Usia responden merupakan salah satu karakteristik responden yang berkaitan dengan pengalaman dan daya berpikir seseorang, Semakin bertambah umur seseorang cenderung memiliki pengalaman yang banyak serta memiliki daya berpikir yang lebih positif dalam mengendalikan masalah. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk mampu menguasai situasi dan memproduksi hal positif. Schwarzer (2005) berpendapat bahwa dengan adanya self efficacy, individu akan lebih memilih latar belakang yang menantang serta menjelajahi lingkungan, individu yang mampu menguasai berbagai situasi akan mengetahui langkah-langkah untuk bertindak sehingga perlu menambah wawasan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sedang menyelesaikan tugas akhir memiliki self efficacy rendah sebanyak 32 responden (64%), sedangkan 18 responden memiliki self efficacy yang tinggi (36%). Hasil penelitian ini secara umum, menunjukkan bahwa self efficacy yang dirasakan oleh mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS berada dalam kategori rendah. Hal ini berarti mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir kurang memiliki self efficacy. Berdasar tabel 4.1 diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa D IV Bidan Pendidik memiliki usia 22 tahun dengan tingkat self efficacy paling banyak dalam kategori rendah, sedangkan
2 mahasiswa dengan usia di atas 22 tahun, hampir semua memiliki self efficacy tinggi. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya pengalaman yang lebih banyak dimiliki mahasiswa dengan usia di atas 22 tahun dibanding dengan mahasiswa dengan usia 22 tahun sehingga lebih mampu menguasai situasi. Berdasar hasil pengisian kuesioner responden, didapatkan bahwa mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS dengan self efficacy rendah, didominasi oleh aspek generality. Hasil tersebut disebabkan oleh karena mahasiswa merasa kurang mendapat dukungan dari dosen pembimbing dan teman, serta merasa dirinya kurang yakin dapat menyelesaikan tugas akhir sebelum batas akhir waktu yang telah ditentukan oleh akademik. Hal ini berkaitan dengan aktivitas lain yang menjadi salah satu kendala mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir. Namun, berbeda pada mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi cenderung memiliki aspek strenght tinggi. Mereka berusaha meyakinakan diri untuk tidak mudah menyerah dalam memperbaiki dan menghadapi berbagai kendala dalam menyelesaikan tugas akhir. Penelitian yang berbeda mengenai tingkat self efficacy mahasiswa menunjukkan bahwa self efficacy mahasiswa berada paling banyak pada kriteria tinggi sebanyak 60 orang (56%) dan pada kriteria sedang sebanyak 47 orang (44%), penelitian ini diungkapkan oleh Rizky (2014). Meskipun demikian, perbedaan tingkat self efficacy ini tidak menjadi masalah, karena tingkat self efficacy pada masing-masing individu tidak selalu sama meski pada beban tugas yang sama.
3 Tingkat self efficacy ini sesuai dengan pernyataan yang disebutkan Bandura (1997) bahwa self efficacy seseorang akan meningkat atau menurun tergantung sifat tugas yang dihadapi, penghargaan, peran sosial, dan informasi positif atau negatif tentang diri seseorang sehingga dapat menimbulkan tingkat self efficacy yang berbeda pada masing-masing individu. Menurutnya, keyakinan akan kemampuan diri individu dapat bervariasi pada masing-masing dimensi (level, generality, strenght) (Feist, 2011). Alwisol (2009) sependapat bahwa self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi yang telah dicapai di masa yang telah lalu (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience) yang diperoleh melalui model sosial, persuasi sosial (social persuation) yang menyebabkan adanya rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan pembangkitan emosi (emotional physiological states). Sejalan dengan Locke dan Hanne yang mengungkapkan bahwa self efficacy berkaitan dengan keyakinan individu tentang kapasitas total yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu tugas (Indrastuti, 2012). Self efficacy yang kuat mendorong seseorang berusaha keras dan optimis memperoleh hasil positif atau keberhasilan. Berdasar tabel 4.3 megenai distribusi frekuensi tingkat stres mahasiswa menunjukkan bahwa reaksi fisik dan psikologis yang diakibatkan stressor berbeda pada setiap mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Sebagian besar responden mengalami stres sedang yaitu sebanyak 29
4 responden (58%), 20 responden (40%) mengalami stres dalam kategori ringan dan 1 responden (2%) mengalami stres dalam kategori berat. Hal ini berarti bahwa 2% dari keseluruhan responden merasakan tekanan yang kuat selama menyelesaikan tugas akhir. 58% responden merasakan tekanan dalam menyelesaikan tugas akhir, namun tidak terlalu kuat, dan 40% responden menganggap tugas akhir tidak memberikan dampak yang berarti terhadap dirinya. Mahasiswa dengan tingkat stres sedang sebagian besar memeroleh skor yang didominasi oleh indikator reaksi berlebihan, tegang, dan sulit mentolerir gangguan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena mahasiswa menganggap bahwa tugas akhir merupakan tantangan terbesar dalam tugas akademik yang harus diselesaikan sehingga menimbulkan respon fisiologis yang berlebih seperti merasakan jantung berdebar lebih cepat dari biasanya ketika menghadapi ujian validasi proposal dan ujian hasil penelitian. Selain itu, mahasiswa sering merasa gemetar, akral dingin, dan merasa kurang nyaman saat melakukan bimbingan tugas akhir. Hal tersebut dapat terjadi setiap mahasiswa melakukan bimbingan tugas akhir paling sedikit satu minggu satu kali bimbingan. Hasil penelitian ini didukung oleh teori dari Lovibond yang menyatakan bahwa stres sedang, dialami ketika gejala stres seperti berlebihan terhadap suatu situasi, tegang, tidak mampu untuk bersantai, sensitif, mudah marah, mudah terkejut, gelisah dan tidak toleran terhadap gangguan atau keterlambatan terkadang dialami oleh pelajar (Lovibond, 2010).
5 Selanjutnya mahasiswa dengan tingkat stres ringan ini sebagian besar merasa tidak memiliki banyak ide untuk mengatasi kesulitan saat menyusun tugas akhir, dan merasa sulit bernapas ketika revisi tugas akhir mahasiswa ditolak oleh dosen pembimbing sehingga membuat mahasiswa merasa takut tanpa alasan yang jelas untuk melakukan bimbingan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Psychology Foundation of Australia (2010) bahwa stres ringan dapat terjadi beberapa menit atau jam dengan gejala kesulitan bernapas (sering terengah-engah), merasa goyah, takut tanpa alasan yang jelas, dan merasa lega jika situasi berakhir. Berikutnya adalah mahasiswa dengan tingkat stres berat disebabkan oleh karena adanya perselisihan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing yang terjadi setiap kali bimbingan tugas akhir sehingga mengakibatkan mahasiswa mengalami sakit fisik pada beberapa waktu. Situasi seperti ini menurunkan keyakinan mahasiswa terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas akhir. Stres berat dapat terjadi dalam beberapa minggu dengan gejala tidak kuat lagi melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada harapan masa depan, sedih dan tertekan, merasa tidak berharga, putus asa, dan berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat (Psychology Foundation of Australia, 2010). Fika Scarfi (2014) mengungkapkan hasil penelitian yang serupa tentang Pengaruh Self Efficacy dan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Andalas yang menunjukkan bahwa secara umum stres yang dialami oleh mahasiswa yang sedang menyelesaikan
6 skripsi di Universitas Andalas berada pada kategori sedang, dan terdapat pengaruh yang signifikan self efficacy dan dukungan sosial terhadap stres mahasiswa. Namun, self efficacy hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap stres mahasiswa. Menurut Sarafino dan Timothy (2012), stres terjadi karena persepsi yang tidak akurat antara tuntutan lingkungan dan sumber daya yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa setiap orang akan merasakan tekanan yang berbeda dari stressor yang sama. Farber menyatakan bahwa stres terjadi ketika ada ketidakseimbangan yang besar antara tuntutan lingkungan dan kemampuan respon individu (Weafer, 2000). Mahasiswa sering mengalami tuntutan di lingkungan akademik terkait dengan proses menyelesaikan tuntutan akademik seperti kemampuan menyelesaikan tugas mata kuliah, ujian semester, tugas akhir dan kemampuan menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa. Tuntutan tersebut dapat menimbulkan tekanan yang dapat menjadi pemicu terjadinya stres pada mahasiswa di lingkungan akademik (Kalat, 2013). Farber mengungkapkan bahwa apabila mahasiswa mengalami tuntutan yang banyak dari lingkungan namun ia tidak menganggap tuntutan yang ada di lingkungannya sebagai ancaman untuknya, maka ia tidak akan merasakan tekanan yang kuat. Sebaliknya jika mahasiswa mengalami tuntutan yang banyak dari lingkungan kemudian ia menganggap tuntutan yang ada di lingkungan sebagai ancaaman, maka ia akan merasakan tekanan yang kuat (Weafer, 2000).
7 B. Analisis Data Bivariat Hasil penelitian mengenai tabel silang pada tabel 4.4 menunjukkan korelasi antara dua variabel dengan hasil responden yang memiliki tingkat self efficacy rendah paling banyak mengalami stres sedang sebanyak 23 responden (46%), stres ringan sebanyak 8 responden (16%), dan stres berat 1 responden (2%). Selanjutnya, self efficacy dalam kategori tinggi mayoritas responden mengalami stres ringan sebanyak 12 responden (24%), sedangkan responden yang mengalami stres sedang sebanyak 6 responden (12%), dan tidak ada responden dengan stres berat. Berdasar data tersebut di atas berarti bahwa reaksi psikologis yang diakibatkan oleh penyusunan tugas akhir berbeda pada setiap mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Stres yang dialami oleh mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS dengan self efficacy rendah sebagian besar berada pada kategori sedang, artinya mahasiswa yang kurang yakin terhadap kemampuannya, maka dapat mengahambat penyusunan tugas akhir. Selanjutnya mahasiswa dengan self efficacy tinggi mengalami tingkat stres yang ringan. Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa cenderung mengalami dorongan yang kuat untuk meyakini kemampuannya dalam menyelesaikan tugas akhir sehingga tidak menganggap tugas akhir sebagai tekanan atau tuntutan yang kuat terhadap dirinya. Hasil analisis data pada tabel 4.5 diperoleh nilai p-value = 0,002 dan koefisien korelasi (r) sebesar -0,427. Nilai tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 artinya hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima
8 yaitu ada pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap tingkat stres tugas akhir mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS. Selanjutnya, nilai koefisien korelasi menunjukkan arah negatif dengan kekuatan sedang sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self efficacy, maka semakin rendah tingkat stres, dan sebaliknya semakin rendah self efficacy, maka semakin tinggi tingkat stres. Self efficacy dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya pengalaman terdahulu, modeling sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosional. Hal-hal yang memengaruhi self efficacy ini mendorong aspek-aspek self efficacy (General, Level/Magnitude, dan Strenght) menghasilkan dampak self efficacy yaitu berupa tingkat self efficacy yang dimiliki oleh mahasiswa D IV Bidan Pendidik UNS yang dapat memengaruhi tingkat stres mahasiswa. Adapun tingkat stres mahasiswa dipengaruhi oleh beberapafaktor lain yaitu pengalaman terdahulu, perkembangan diri, kemampuan kontrol, dukungan sosial, dan karakteristik diri yang dapat menimbulkan dampak tingkat stres berupa gangguan fisik dan psikologis. Hasil penelitian serupa juga diungkap Utami (2015) tentang Hubungan Antara Self efficacy dengan Stres Akademik pada Siswa Kelas XI di MAN 3 Yogyakarta yaitu ada hubungan negatif dan signifikan antara Self efficacy dengan stres akademik pada siswa kelas XI di MAN 3 Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,495 dan p = (p<0,05), artinya semakin rendah Self efficacy maka semakin tinggi stres akademik, dan sebaliknya semakin tinggi Self efficacy maka semakin rendah
9 stres akademiknya. Sumbangan efektif dari Self efficacy terhadap stres akademik sebesar 24,5%, dengan demikian sumbangan sebesar 75,5% berasal dari faktor lain. Luis (2016) dalam penelitiannya The Evolution of Academic Self Efficacy and Academic Stress on The University Students in Mexico juga mengungkapkan bahwa ada hubungan negatif yang bermakna antara self efficacy dan stres akademik pada mahasiswa. Mahasiswa di Mexico memiliki self efficacy dan stres akademik dalam kategori sedang. Sejalan dengan hasil penelitian Siska (2011) tentang Hubungan Self efficacy dengan Stres Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi pada Mahasiswa UIN SUSKA Riau Pekanbaru dengan hasil analisis data menunjukkan r = - 0,678 (p=0.01), artinya terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara Self efficacy dengan stres mengerjakan skripsi, sehingga hipotesis dapat diterima. Koefisien determinasi (Rsq) yang diperoleh = 0,460 artinya sumbangan variabel Self efficacy terhadap stres dalam mengerjakan skripsi sebesar 46 %. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Luthans (2004) yang mengungkapkan bahwa self efficacy secara langsung mempengaruhi daya tahan terhadap stres sehingga orang dengan self efficacy rendah cenderung mengalami stres dan kalah karena mereka gagal, sementara orang dengan self efficacy tinggi memasuki situasi penuh tekanan dengan percaya diri dan kepastian dengan demikian dapat menahan reaksi stres. Macan juga menjelaskan bahwa self efficacy yang tinggi, akan mengurangi stres lebih baik (Lyrakos, 2012).
10 Self efficacy yang kuat mendorong seseorang berusaha keras dan optimis memperoleh hasil positif atau keberhasilan. Orang yang lemah atau self efficacy rendah memperlihatkan sikap tidak berusaha keras, karena pesimis untuk berhasil, sedangkan orang dengan self efficacy tinggi aktualisasi dirinya lebih optimal dibanding orang dengan self efficacy rendah. Self efficacy yang tinggi membantu individu untuk menyelesaikan tugas dan mengurangi beban kerja secara psikologis maupun fisik sehingga stres yang dirasakan pun kecil. Self efficacy mengacu pada keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan agar berhasil melaksanakan tugas dalam konteks tertentu (Luthans, 2005). Menurut Hangerhahn, mahasiswa perlu meningkatkan self efficacy agar segala yang diinginkan akan tercapai (Razak, 2006). Khan (2013) juga mengungkapkan mahasiswa yang yakin bahwa ia dapat menyelesaikan berbagai tuntutan di perguruan tinggi, dapat mempengaruhi dirinya mengatasi berbagai kendala dan tekanan yang datang ketika menjalankan peran sebagai mahasiswa. C. Keterbatasan Penelitian Peneliti tidak bisa mengendalikan variabel luar yang bisa berpengaruh terhadap hasil penelitian, yaitu faktor yang dapat memengaruhi tingkat stres selain faktor personal diri (dukungan sosial, motivasi, dan persuasi sosial).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana (Budiman, 2006). Syarat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan hidup matinya indutri tersebut. Berbagai jenis perusahaan mulai dari perusahaan yang besar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan menurut UU no. 20 tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi, baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan bahkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut mengalami perubahan adalah pendidikan. Dewasa ini masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciEFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract
EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinciSelf-Efficacy Mahasiswa Prodi PMA Dalam Pembelajaran Kalkulus Oleh: Budi Irwansyah, M.Si 1
115 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013 Self-Efficacy Mahasiswa Prodi PMA Dalam Pembelajaran Kalkulus Oleh: Budi Irwansyah, M.Si 1 Pendahuluan Terdapat aspek psikologis yang turut memberikan kontribusi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : AFIFAH MIFTACHUL JANNAH F100110087 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 HUBUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
Lebih terperinciDEWI KUSUMA WARDHANI F
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang pendidikan No. 12 tahun 2012 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan undang-undang pendidikan No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dinyatakan bahwa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Stres tidak terpisahkan dari kehidupan setiap individu, suatu fenomena yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini, semakin banyak individu yang menempuh pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi (PT) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang terdiri dari beberapa fakultas yang dibagi lagi ke dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. mereka dan kejadian di lingkungannya (Bandura, dalam Feist & Feist, 2006).
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efikasi Diri 1. Pengertian Efikasi Diri Efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan manusia akan kemampuan dirinya untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara kontekstual Bandura, (1994 dalam Swanepoel et al., 2015)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Self-Efficacy Secara kontekstual Bandura, (1994 dalam Swanepoel et al., 2015) memberikan definisi Self-Efficacy sebagai berikut : Self-Efficacy adalah keyakinan
Lebih terperincikelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara 1. Pengertian Kecemasan Berbicara Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kekhawatiran yang mengeluh bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah
38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self-Efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai
Lebih terperinciFMIPA PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP Bima
KORELASI SELF-EFFICACY DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK 1 Arnasari Merdekawati Hadi, 2 Mikrayanti FMIPA PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP Bima arnasari_merdekawati@yahoo.com mikrayanti@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era yang serba maju seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar tidak akan ada pendidikan. Karena belajar adalah proses untuk berubah dan berkembang. Setiap manusia sepanjang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma
1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Mahasiswa erat hubungannya dengan tugas perkuliahan. Menurut pandangan Kusuma (2015), mengerjakan tugas merupakan sebuah bentuk tanggung jawab yang harus dipikul oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Judul Penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self- Efficacy Guru-Guru SMA X Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai Self-Efficacy pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Contoh peran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a) Kelengkapan administrasi dan instrumen penelitian 1) Mengajukan surat ijin penelitian. 2) Melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or
BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Aspirasi Pekerjan 2.1.1 Tingkat Aspirasi Pekerjaan Berbicara aspirasi adalah harapan dan tujuan hidup yang akan datang. Setiap orang memiliki aspirasi tersendiri. Karena setiap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel dan Hipotesis Penelitian 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1.Variabel Bebas Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIDAN DAN PEMBAHASAN. yang sedang mengerjakan Skripsi. Kuesioner yang disebar sebanyak 80
BAB IV HASIL PENELITIDAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Prodi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini didukung pula dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja
Lebih terperinciINTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.
HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS PERAWAT PELAKSANA DI RUANG ICU RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Deden Iwan Setiawan INTISARI Latar Belakang : Stress adalah suatu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Lembar Pengesahan..i. Kata Pengantar.ii. Daftar Isi..v. Daftar Tabel ix. Daftar Bagan...x. Daftar Lampiran...xi
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai self-efficacy beliefs mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah PPLK lebih dari satu kali di Universitas X
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH
HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan
Lebih terperinciIndonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application
IJGC 1 (2) (2012) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENINGKATKAN SELF EFFICACY PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI LAY- ANAN PENGUASAAN
Lebih terperinci#### SELAMAT MENGERJAKAN ####
Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengangguran lulusan pendidikan tinggi di Indonesia semakin hari semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai 626.600 orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai prestasi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting individu untuk mencapai kesiapan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah karya ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kedokteran merupakan ilmu yang mempelajari penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena
BAB 3 METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah ditetapkannya standar kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia bukan sekedar untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan namun juga untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Universitas merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berfungsi menghadapi permasalahan sosial yang ada di masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin ketat. Dunia perekonomian berjalan dengan sangat
Lebih terperinci