AKSESIBILITAS YANG BERTUMPU PADA KENYAMANAN SIRKULASI PANTI JOMPO DI JAKARTA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKSESIBILITAS YANG BERTUMPU PADA KENYAMANAN SIRKULASI PANTI JOMPO DI JAKARTA TIMUR"

Transkripsi

1 AKSESIBILITAS YANG BERTUMPU PADA KENYAMANAN SIRKULASI PANTI JOMPO DI JAKARTA TIMUR Hendro Winarto, Nina Nurdiani, Wiyantara Wizaka Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, ABSTRACT The growing number of elderly in Jakarta to be a reason for the increasing nursing homes. Currently nursing home are lack of attention to the comfort of elderly accessibility. To find out how the convenience of accessibility for the elderly in nursing homes, that s needed to do survey of some of the elements of accessibility in a nursing home with a descriptive approach. Analyses were performed with a descriptive approach that considers aspects of the design which consists of a human aspect, environment and buildings, which refers to the convenience of user accessibility. Some of the main elements which is study consisting of ramps, railings, doors and bathrooms. The results of the study conclude that all the elements, should be able to provide comfort and convenience for the user, so as to avoid the risk of injury in the elderly and to ensure his future elderly. ( H.W ) Keywords : accessibility, circulation, nursing home, sustainable human settlement ABSTRAK Banyaknya lansia terlantar di Jakarta menjadi salah satunya alasan meningkatnya kebutuhan panti jompo. Bangunan panti jompo yang ada sekarang ini diduga kurang memperhatikan kenyamanan aksesibilitas lansia. Untuk mengetahui bagaimana kenyamanan aksesibilitas bagi lansia di panti jompo, maka dilakukan studi terhadap beberapa elemen aksesibilitas di panti jompo dengan pendekatan deskriptif. Analisis dilakukan dengan pendekatan deskriptif yang mempertimbangkan aspek perancangan yang terdiri dari aspek manusia, lingkungan dan bangunan, yang mengacu pada kenyamanan aksesibilitas pengguna. Beberapa elemen utama yang distudi terdiri dari ramp, railing, pintu dan kamar mandi. Hasil studi memberikan kesimpulan bahwa semua elemen, harus dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna, sehingga dapat menghindari resiko kecelakaan pada lansia serta menjamin masa tuanya lansia. ( H.W ) Kata Kunci : aksesibilitas, panti jompo, sirkulasi, sustainable human settlement

2 PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa laju penduduk lanjut usia di Indonesia (tabel 1.1) pada tahun 1980 berjumlah 7,9 juta jiwa (5,45% dari jumlah total penduduk Indonesia). Pada tahun 1990 meningkat menjadi 12,7 juta jiwa (6,29%), pada tahun 2000 menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%), dan pada 2020 diprediksi akan berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%). Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun Sumber : diakses tanggal 14 maret 2014 Hal tersebut juga berdampak pada pertumbuhan lanjut usia di Jakarta. Sekarang ini jumlah warga lansia di kota Jakarta tergolong tinggi. Hampir setiap tahun warga yang berusia lanjut di Jakarta semakin meningkat. Berdasarkan sumber buku Jakarta dalam angka tahun 2013, angka lansia di Jakarta pada tahun 2000 berjumlah jiwa, pada tahun 2010 menjadi , dan pada tahun 2012 mencapai jiwa (tabel 1.2). Dari jumlah lansia yang ada di Jakarta, angka lansia yang paling banyak berada di Jakarta Timur dengan jumlah jiwa. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2012 sumber : Jakarta dalam angka 2013 Adanya kecenderungan bergesernya budaya hidup masyarakat di kota Jakarta sebagai akibat perubahan pola keluarga besar (extended family) ke pola keluarga inti (nucleus family), berdampak pada pola pengasuhan lansia oleh keluarga. Sebagian besar dari para warga lansia terpaksa memilih hidup mandiri karena berbagai alasan, salah satunya adalah kurangnya perhatian dan perawatan dari anak cucu mereka,

3 karena secara individual keluarga akan lebih fokus kepada keluarga inti masing-masing. Keluarga yang tidak mampu merawat orang tuanya mengakibatkan para lansia menjadi terlantar (Kualifikasi Panti Sosial Tresna Wredha, 2008). Banyaknya lansia terlantar di Jakarta menjadi salah satunya alasan meningkatnya kebutuhan Panti Jompo. Berdasarkan buku Jakarta Dalam Angka tahun 2013, bahwa panti jompo yang disediakan pemerintah maupun swasta sangat sedikit, sehingga sampai saat ini belum bisa menampung jumlah lansia terlantar yang ada di Jakarta. Panti jompo di Jakarta yang disediakan oleh pemerintah ada 5 panti dan oleh swasta ada 6 panti. Kapasitas penampungan panti jompo hanya dapat menampung ± lansia. Sedangkan lansia terlantar di Jakarta sebanyak jiwa (tabel 1.3 dan tabel 1.4). Oleh karena itu sangat diperlukan panti jompo dengan fasilitas yang layak untuk mengurangi para lansia terlantar. Tabel 1.3 Jumlah panti jompo di Jakarta Sumber : Buku Jakarta dalam angka 2013 Tabel 1.4 Jumlah lansia terlantar di Jakarta Sumber : Buku Jakarta dalam angka 2013

4 Berdasarkan UU Nomor 28 tahun 2002 Pasal 27 Ayat 2 tentang kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia. Namun berdasarkan studi banding terhadap tiga panti jompo di Jakarta, dapat disimpulkan bahwa panti jompo hanya dibangun seadanya saja tanpa memenuhi kemudahan aksesibilitas lansia. Faktor-faktor penting seperti keamanan, kenyamanan, dan kesehatan kurang diperhatikan, contohnya seperti penempatan dan ukuran railling, ketinggian pada anak tangga, atau perlu tidaknya landaian atau ramp, padahal elemen-elemen tersebut perlu mendapatkan perhatian. Sebuah panti jompo harus memenuhi kemudahan aksebilitas agar dapat membantu lansia melakukan aktifitasnya secara mandiri dan mengurangi resiko kecelakaan yang berakibat fatal, seperti terjatuh atau terpeleset akibat desain yang salah. Berdasarkan kumpulan studi jurnal maka sebuah panti jompo harus dapat memberikan suasana seperti rumah, menciptakan ruang terbuka hijau yang cukup, dapat menciptakan kemandirian terhadap lansia yang terdiri dari 6 elemen yaitu, pedestrian, area parkir, pintu masuk, tangga dan pegangan tangan (Patricia (2013); Takano,et.al (2014); Pei-Shu,et.al (2010); Sukamto (2013); Wardhana (2009)) Selain masalah teknis diatas, hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah panti jompo antara lain masalah penghawaan, pencahayaan atau tata letak ruang. Faktor-faktor tersebut perlu sangat diperhatikan mengingat pengguna panti jompo adalah lansia yang memiliki kebutuhan khusus. Syarat ideal penempatan Panti Jompo menurut (Noverre, Husson and Helen Heusinveld, Building For The Elderly) yaitu, terletak di pinggiran kota, bangunan terletak di daratan, terletak di lingkungan permukiman, mudah diakses, dekat dengan fasilitas lingkungan, tersedia perlengkapan utilitas dan ketenangan yang cukup. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka lokasi terpilih proyek panti jompo di Kelurahan Cipinang Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Lokasi tersebut telah memenuhi persyaratan penempatan panti jompo, di mana lokasi tersebut terletak di pinggiran kota dan berada di dalam lingkungan permukiman serta dekat dengan fasilitas. Kondisi tanah yang datar sehingga sangat cocok dirancang untuk panti jompo, mengingat pengguna utama panti jompo adalah para lanjut usia (gambar 1.1). Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Sumber : google map dan lrk online Rumusan masalah 1. Bagaimana menciptakan kenyamanan sirkulasi lansia pada panti jompo melalui desain aksesibilitas yang tidak melelahkan. 2. Bagaimana merancang panti jompo yang dapat menciptakan kemandirian para lansia. Tujuan 1. Merencanakan dan merancang panti jompo yang nyaman dengan memperhatikan kemudahan aksesibilitas pada panti jompo. 2. Merancang panti jompo yang dapat menciptakan kemandirian para lansia. Manfaat 1. Diharapkan perencanaan ini dapat bermanfaat bagi keluarga yang membutuhkan sarana bagi orang tuanya yang lanjut usia, pengelola panti jompo, agar memenuhi semua kebutuhan pengguna panti jompo. 2. Diharapkan perencanaan ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa arsitektur maupun non-arsitektur untuk menambah pengetahuan dan informasi yang terkait dengan Panti Jompo.

5 METODE PENELITIAN Agar penelitian ini dapat lebih terarah, dan berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diuraikan, maka untuk dapat menjawab semua permasalahan yang ada. metode penelitian deskriptif yang bersifat menguraikan dan menjelaskan masalah dan data serta fenomena yang ada di lapangan digunakan dalam penelitian ini. Maka untuk mendapatkan data-data primer dan sekunder dilakukan dengan cara: 1. Survey Lapangan Survey lapangan dilakukan pada 3(tiga) panti jompo sebagai studi kasus dan studi banding untuk menjawab rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya. Survey lapangan ini juga dilakukan untuk mendapatkan informasi lain yang dibutuhkan dalam perancangan. Data survey yang dibutuhkan mencakup foto aksesibilitas di panti jompo, aktifitas di panti jompo, fasilitas dan ruang-ruang utama pada panti jompo. 2. Wawancara Wawancara dilakukan kepada pihak pihak terkait di panti jompo sesuai dengan keahliannya. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai panti jompo yang di survei. Informasi seperti jumlah kamar untuk lansia, ruang perawatan, sarana, prasarana dan jumlah lansia dan staff dapat diketahui dalam wawancara dari pihak panti jompo. Sedangakan wawancara dengan pihak penghuni dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kenyamanan, kekurangan dan kelebihan yang mereka rasakan pada panti jompo tersebut. 3. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung tentang aktifitas yang biasa dilakukan lansia dan staff panti jompo, dan mengamati kondisi kemudahan aksesibilitas pada bangunan panti jompo secara arsitektural. 4. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk memahami lebih mendalam yang berhubungan dengan panti jompo, seperti jenis ruang, fungsi runag, sistem pengelola panti jompo dan semua hal yang berhubungan dengan panti jompo yang akan membantu dalam perancangan panti jompo, dari sumbersumber yang tersedia seperti buku referensi, jurnal, internet dan brosur. Lokasi survey terdiri dari tiga panti jompo yang ada di Jakarta. Objek survey yang dipilih berdasarkan kriteria panti jompo yang tergolong baik di Jakarta, yaitu: Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 (Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam, Gandaria Selatan, Jakarta Selatan) [Dibangun oleh Pemerintah] Panti Sosial Tresna Werdha Karya Kasih (Jl. Kramat Kwitang 1A/10 Jakarta Pusat) [Dibangun oleh Swasta] Panti Lansia Santa Anna (Gang Masda, Jl. M No.40 RT/RW 007/09 Teluk Gong, Penjagalan, Jakarta Utara) [Dibangun oleh Swasta] Waktu penelitian adalah pada pagi,siang dan malam hari dimana terdapat banyak aktifitas lansia di panti jompo. Hal ini penting untuk melihat fungsi ruang gerak panti jompo terhadap aktifitas dari penghuni dan staff. HASIL DAN BAHASAN Untuk mendapatkan gambaran rancangan panti jompo saat ini, maka hasil studi banding di 3 panti jompo (tabel 1.5) menunjukkan sebagai berikut:

6 Tabel 1.5 Studi banding tiga panti jompo di Jakarta

7 Kesimpulan studi banding dalam pendekatan desain: Pandangan dari ruang duduk dengan 1 jendela rendah, dapat melihat keluar sambil duduk. Perlu disediakan "ruang luar yang dipergunakan sendiri", seperti tempat-tempat di luar ruang untuk duduk atau untuk tempat kontak dengan penghuni lainnya ( beranda,kebun). Dekat dengan pertokoan. Hunian diusahakan seperti rumah sendiri (suasana tidak resmi). Lingkungan di luar ruang dilengkapi dengan jalan setapak untuk berjalan-jalan santai. Disediakan tempat-tempat istirahat yang teratur sepanjang jalan tersebut. Dilengkapi dengan sistem keamanan dan tanda bahaya kebakaran. Ruang dapur dengan meja dapur yang rendah. Ruang tidur sebaiknya disediakan terpisah. Ruang makan dapat di kamar masing-masing atau disediakan ruang makan bersama. Rancangan ruang di panti jompo dan elemen-elemen aksesibilitas Kamar tidur Kamar tidur pada panti jompo ini dibagi dalam tiga tipe yaitu, single room, double room dan tipe bersama. Perbedaan tipe kamar tidur ini direncanakan mengingat perilaku para lansia berbeda beda, lansia yang tinggal di panti jompo diperkirakan ingin mempunyai privasi sendiri, bahkan ada yang suka keramaian. Selain itu tujuan utama menciptakan unit double adalah agar para lansia dapat saling menjaga

8 apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di dalam kamar sendiri. Kamar tidur mengambil peran penting dalam menjaga kelangsungan aktifitas sehari-hari lansia pada panti jompo, pada desain kamar tidur lansia harus sangat diperhatikan kenyamanan ruang gerak lansia pada kamar itu sendiri. Elemen ruang gerak pada kamar dapat dipengaruhi oleh kebutuhan gerak sirkulasi kursi roda, tongkat jalan dan kasur roda (gambar 1.2). Gambar 1.2 Detail denah unit kamar single Gambar 1.3 Detail potongan unit kamar single Pada pintu utama kamar tidur menggunakan pintu double acting yang di lengkapi dengan plat besi di bagian bawah pintu, dengan tujuan agar mudah melakukan evakuasi menggunakan tempat tidur roda. Plat besi dipasang supaya lansia yang menggunakan kursi roda dapat membuka pintu dengan mendobrak pintu menggunakan kursi roda mereka, tanpa merusak pintu tersebut. Pada bagian atas pintu dilengkapi dengan sandblast agar bisa dipantau dari luar jika terjadi apa-apa di dalam kamar (gambar 1.3).

9 Gambar 1.4 Detail denah unit kamar double Gambar 1.5 Detail potongan unit kamar double Pada area kamar mandi menggunakan pintu sliding door agar mempermudah akses bagi lansia yang menggunakan kursi roda. Kamar mandi tersebut harus dilengkapi dengan handrail yang dapat mendukung aktifitas lansia pada kamar mandi. Untuk meningkatkan keselamatan lansia pada kamar mandi, pada pintu kamar mandi di lengkapi juga dengan kaca sandblast, agar jika terjadi apa-apa pada lansia maka dapat dipantau dari luar (gambar 1.4). Perabot yang digunakan dalam kamar tidur sebaiknya mudah dijangkau oleh para lansia, seperti ketinggian meja makan, ketinggian tempat tidur ataupun lemari baju, dan setiap jangkauan lansia ke perabot tersebut harus dilengkapi handrail. Pada desain jendela panti jompo ini menggunakan jendela yang rendah, dimana lansia bisa mendapatkan view keluar dalam posisi duduk atau terbaring (gambar 1.5). Koridor Koridor merupakan perantara antar ruang pada sebuah bangunan, sehingga koridor pada panti jompo harus dilengkapi handrail yang di desain untuk memberi kemudahan bagi lansia untuk menggengam. Untuk menghindari efek silau pada penglihatan lansia, maka penerangan pada ruanganya menggunakan cahaya lampu indirect di plafond dan pada akhir railing diberi extended railing ±30cm untuk tetap menjaga keseimbangan lansia. Untuk kenyamanan pemakaian kursi roda di koridor, maka koridor harus dapat dilalui oleh 2 kursi roda, selain itu juga harus memudahkan manuver pada kursi roda tersebut (gambar 1.6).

10 Gambar 1.6 Detail potongan koridor Untuk memastikan para lansia tidak kehilangan arah pada gedung, pada setiap sisi koridor di lengkapi dengan petunjuk arah/ wayfindings, keberadaan wayfindings ini dapat mengurangi kebingungan dan memudahkan menuju ke fasilitas yang tersedia. Perasaan tersesat merupakan hal yang menakutkan dan dapat mengurangi kepercayaan dan penghargaan diri lansia. Maka dari itu posisi peletakan wayfindings harus mudah dijangkau oleh penglihatan lansia, jika perlu wayfindings tersebut dapat di bikin semenarik mungkin agar lansia dapat mengenalnya dengan mudah (gambar 1.6). Railling dan ramp Ramp di desain dengan memperhatikan kenyamanan lansia yang menggunakan kursi roda yaitu dengan perbandingan kemiringan ramp 1:12. Pada pertengahan ramp di sediakan tempat beristirahat agar para lansia tidak merasa lelah. Pada lantai ramp menggunakan material yang tidak licin biar kursi roda tetap bisa menjaga keseimbangan walaupun berhenti di tempat (gambar 1.7). Gambar 1.7 Ilustrasi extended railling Gambar 1.8 Detail potongan ramp

11 Pada kedua sisi bawah ramp dilengkapi dengan lampu neon yang menciptakan cahaya indirect dengan tujuan dapat memperjelas jalur ramp pada malam hari. Railing didesain sesuai dengan ketinggian lansia yang menggunakan tongkat dan kursi roda. Pada genggaman railling menggunakan material kayu agar tidak merasa dingin jika digenggam. Handrail di buat lebar supaya para lansia yang lelah dapat menyandar dengan lengan tanganya di bagian handrail tersebut. Selain itu pada setiap akhir railing diberi extended railing untuk tetap menjaga keseimbangan lansia (gambar 1.8). Tangga darurat Sesaat lansia setengah rentan harus dievakuasi naik turun tangga, dapat dilakukan dengan mengguanakan evacuation slide. Karena bentuk fisik evacuation slide seperti luncuran sehingga dapat menjadi solusi desain tangga kebakaran bagi lansia yang tidak dapat bergerak secara normal. Untuk menjaga kenyamanan para lansia sesaat di dalam tangga darurat perlu adanya lubang udara untuk menekan asap-asap kebakaran keluar dari ruangan tangga darurat tersebut (gambar 1.9) evacuation slide Gambar 1.9 Ilustrasi titik dan denah evacuation slide Gambar 1.10 Ilustrasi prespektif evacuation slide Pada pertengahan tangga terdapat bordes yang luas yang akan menjadi tempat peristirahatan bagi lansia ketika merasa lelah. Material yang digunakan pada evacuation silde menggunakan aluminium untuk mencegah resiko api kebakaran yang dapat dapat merambat ke seluruh luncuran tersebut. Selain itu dengan adanya evacutation slide tersebut diharapkan dapat mengevakuasi para lansia dari lanta 8 ke lantai 1 dalam waktu 20 detik. Aksesibilitas pada tapak Konsep aksesibilitas pada panti jompo juga harus memperhatikan setiap jalur yang dilewati para lansia baik didalam bangunan maupun di luar bangunan di dalam area tapak panti jompo. Aksesibilitas untuk lansia harus aman dan tanpa hambatan untuk lansia sampai ke tujuan, yaitu dengan menyediakan ramp pada setiap ketinggian level lantai, dan pada pedestrian, juga menghindari crossing antara pejalan kaki dan kendaraan. Dalam pengolahan tapak direncanakan jalur pedestrian dengan memilih jalur yang paling sepi/ jarang dilewati kendaraan yaitu di sebelah Timur tapak dengan pertimbangan jalur tersebut hanya dilalui kendaraan service, dimana intensitas tingkat kendaraan sangat sedikit (gambar 1.11).

12 Selain itu, untuk mengurangi mobilitas lansia dalam bangunan, pada kedua massa bangunan dihubungkan dengan sebuah jembatan, dan lift diletakkan di tengah-tengah massa bangunan sehingga dapat mengurangi jarak lansia untuk akses ke ruang-ruang di satu lantai atau ke fasilitas publik tanpa harus memutar jauh. Gambar 1.11 Ilustrasi perancangan aksesibilitas pada tapak SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil studi banding dari 3 panti jompo, maka dapat disimpulkan bahwa panti jompo perlu memperhatikan tata letak dan aksesibilitas yang dapat menciptakan sebuah lingkungan yang fungsional dan mandiri bagi para lansia, antara lain menyediakan tempat-tempat peristirahatan yang teratur sepanjang jalan tapak, menyediakan ramp pada setiap perbedaan lantai, meletakkan posisi jendela yang memudahkan lansia mendapatkan view kearah luar saat berbaring di kasur, dan meletakkan wayfinding yang mudah ditemukan oleh para lansia. Selain tata letak aksesibilitas di atas, hal-hal teknis juga harus diperhatikan seperti dalam hal penggunaan meterial lantai, sebaiknya lantai menggunakan material lantai yang tidak licin dan anti-silau, menggunakan pintu double-acting yang dilengkapi dengan plat besi dibawah dengan ketinggian selutut supaya dapat didorong oleh kursi roda, menggunakan kasur roda untuk memudahkan evakuasi, melengkapi handrail disetiap dinding kamar mandi dan juga di samping closet, serta menggunakan furniture-furniture yang mudah dijangkau oleh para lansia REFERENSI Departemen Sosial RI, Kualifikasi Panti Sosial Tresna Wredha, Jakarta, 1997 Ho, Pei-Shu, Phd, MHSA., Kroll, Thilo, Phd, Matthew, BA., Anderson, Penny, MA, MPH., Pearson, Katherine M, BA. (2010). Health and Housing among Low-Income with Adults with Physical Disabilites. Journal of Health Care for the Poor and Underserved, No.18 diakses 03 Maret 2014 dari Noverre., Husson and Heusinveld, H. Building for The Elderly, NSW Health, Australia, 2005 Patricia, Sheehan. (2013). Rethinking Senior Housing. Long-Term Living. No.62,diakses 03 Maret 2014 dari Sukamto,(2012) Analisis Peningkatan Fungsi Bangunan Umum Melalui Upaya Desain Accessibility. volume 1. Takano K., Nakamura K., Watanabe M., (2014). Urban Residential Environment and Senior Citizens' Longevity In Mega City Areas: The Importance Of Walkable Green Space. Journal Epidemiol Community Health. (56):

13 UU Nomor 28 tahun 2002 Pasal 27 Ayat 2, Annonymous Wardhana Mahendra. (2009). Logika Konfigurasi Ruang dan Aspek Psikologi Ruang Bagi Lansia. Jurnal Rekayasa Perencanaan. vol 4 no 1 RIWAYAT PENULIS Hendro Winarto lahir di kota Tanjung Balai Karimun, Kepri pada 27 Januari Penulis me0namatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang proyek Indonesia termasuk negara dengan proses penuaan penduduk cepat di Asia Tenggara. Upaya pembangunan dalam mengurangi angka kematian berdampak pada perubahan

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Menurut katalog Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/ Lampiran 1 Hari Ke-1: 16 Maret 2015 Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1 Waktu Jenis Aktivitas/ Jumlah Persentase Penelitian Kegiatan Lansia 13.00 - Nonton TV 2/32 6.25% - Baca koran/buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Setiap manusia akan melalui masa pertumbuhan dan mengalami siklus kehidupan dari kecil hingga lanjut usia. Menurut Carl Gustav Jung, daur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Lansia Terlantar di Jakarta. Sumber: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Lansia Terlantar di Jakarta. Sumber: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek UN, World Population Prospects: The 2010 Revision memprediksikan bahwa secara global populasi lansia akan terus mengalami peningkatan. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber: BAB I PENDAHULUAN Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo. Perda No, 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda

Lebih terperinci

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang Imam Pratama Adi Saloka 1, Triandriani Mustikawati 2, Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang

Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang TUGAS AKHIR 138 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: DEWI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. DESKRIPSI PROYEK Pemilihan lokasi proyek berada di Jln Gudang air No. 14 C Kampung Dukuh, Jakarta Timur, karena lokasi tersebut sesuai Implementasi kebijakan provinsi DKI

Lebih terperinci

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA OLEH : ICUN SULHADI, S.PD (PPDI KOTA PADANG) A. PENGANTAR DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA APA ITU DISABILITAS? Penyandang

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X

EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Februari 2016] EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai analisa dari beberapa aspek untuk mendukung perancangan panti jompo di Jakarta Timur. Analisa terhadap aspekaspek perancangan yang terdiri

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Ada beberapa fasilitas fisik di kamar tidur 1 yang belum ergonomis, yaitu tempat tidur ukuran double, meja rias, kursi rias dan console table. 2. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN TERAPETIK PADA PANTI WERDHA

LINGKUNGAN TERAPETIK PADA PANTI WERDHA LINGKUNGAN TERAPETIK PADA PANTI WERDHA Juwita Ayu Putri Siregar Universitas Bina Nusantara, juwita-siregar@hotmail.com ABSTRAK This research explained about physical therapeutic environment that elderly

Lebih terperinci

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku)

BAB II KAJIAN TEORI 1.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Standar Etika 2.1 (Tata Laku) BAB II KAJIAN TEORI.9 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Berdasarkan buku Pedoman Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek yang dikeluarkan oleh Ikatan Arsitek Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan... DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 5. 1. Dasar dan Tujuan Setelah melewati proses analisis, penulis mengambil tema refreshment atau penyegaran sebagai konsep desain yang akan diterapkan pada perancangan

Lebih terperinci

INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY. HOLME scompany

INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY. HOLME scompany INTERIOR PERPUSTAKAAN TK DESIGNED BY HOLME scompany R U A N G STANDAR D P ERANCANGAN... Ruang yang baik untuk perkembangan anak-anak TK, yaitu ruangan yang menyediakan area-area aktivitas tersendiri yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya arsitektur selalu bertujuan untuk menunjang dan mendukung kehidupan penggunanya. Pengguna karya arsitektur juga sering disebut sebagai user. User bisa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar

BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar BAGIAN 5 EVALUASI RANCANGAN 5.1. Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna atau Peserta Seminar Berdasarkan review yang diajukan oleh peserta seminar, terdapat pertanyaan yang paling mendasar mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan pola hidup di masyarakat pun mulai berubah baik dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Masyarakat masa kini tentunya menganut sistem pola hidup modern terutama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA BARAT

PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA BARAT PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA BARAT Angelina, Augustina Ika Widyani, Gatot Suharjanto Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No. 9,

Lebih terperinci

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran DAFTAR ISI Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran i iii iv vii BAB I. PENDAHULUAN A. Kompetensi yang Akan Dicapai 1 B. Deskripsi Materi 2 C. Metode Pembelajaran 2 D. Kewajiban

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

Pola Perilaku Lansia Pada Ruang Dalam Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram

Pola Perilaku Lansia Pada Ruang Dalam Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram Pola Perilaku Lansia Pada Ruang Dalam Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram Shafrina Yurike Retrianti 1, Wulan Astrini 2, Indyah Martiningrum 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: aksesibilitas, desain, ergonomi, lansia, ruang makan. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: aksesibilitas, desain, ergonomi, lansia, ruang makan. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dasar pemikiran yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah fasilitas hunian untuk lansia, karena kita ketahui panti jompo adalah salah satu tempat menampung atau merawat lansia, dan panti

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Angkutan Umum Sarana angkutan umum mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT Upaya Menciptakan Fasilitas Umum Dan Lingkungan Yang Aksesibel demi Kesamaan Kesempatan bagi Penyandang Cacat untuk Hidup Mandiri dan Bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung KAJIAN REFERENSI Dalam merespon permasalahan yang diangkat didapati kajian kajian berupa peraturan standar yang diambil dari SNI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum mengenai Pedoman Persyaratan Teknis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panti jompo adalah sebuah rumah atau tempat penampungan untuk manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana manula diberikan fasilitas, layanan 24 jam, jadwal aktifitas,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : aksesibilitas, kenyamanan spasial, area publik, pengunjung.

ABSTRAK. Kata kunci : aksesibilitas, kenyamanan spasial, area publik, pengunjung. ABSTRAK Tempat makan dengan konsep yang tertata ditunjang makanan enak tidaklah cukup untuk memenuhi kriteria menjadi sebuah tempat makan yang baik. Visualisasi yang baik bukan merupakan jaminan bagi sebuah

Lebih terperinci

Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas)

Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas) Laporan Monitoring Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan Nama Fasilitas Alamat/Lokasi Fasilitas Balai Desa Plembutan Plembutan Timur, Plembutan, Playen, Gk Tanggal Pengamatan 23 Mei 27 Pelaksana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai alasan yang membuat para lansia ditempatkan pada panti lansia, diantaranya mereka merasa lebih senang ketika berkumpul dengan teman-teman segenerasinya (seusia),

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

Aksesbilitas Lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya

Aksesbilitas Lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya Aksesbilitas Lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya Faurizal Limansyah 1 dan Rinawati Puji Handajani 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur/Fakultas

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI)

DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI) DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI) Bambang Suhardi 1, Brian Pujo Utomo 2, Taufiq Rochman 3 1,2,3 Laboratorium Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi Industri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

Keywords: Accessible Design, circulation, public spaces, wheelchair users

Keywords: Accessible Design, circulation, public spaces, wheelchair users ABSTRAK Dalam laporan penelitian ini, terdapat masalah accessible design untuk pengguna kursi roda dalam hal melakukan aktifitas pada Mal Bandung Supermal yang berada di jalan Gatot Subroto, Bandung. Pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anakanak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (2011),

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG Yosephine Brenda Mathovani Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530 (021) 53696969 brenda_mathovani@gmail.com

Lebih terperinci

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN a. Property Size Bangunan Karst Research Center memiliki property size sebagaimana tertulis pada tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Property Size Karst Research Center Semi- Basement Ground Floor 1st Floor

Lebih terperinci

EVALUASI PASCA HUNI PADA PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA SELATAN

EVALUASI PASCA HUNI PADA PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA SELATAN ISSN: 2088-8201 EVALUASI PASCA HUNI PADA PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA SELATAN Mary Eirene Siswoyo 1, Joni Hardi 2 Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta Email:

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Student Housing Student housing atau asrama mahasiswa didefinisikan sebagai suatu fasilitas tempat penginapan yang ditunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya

Lebih terperinci

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Kilas balik Komponen Rancangan Permen PU no 06/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, dengan penyesuaian 1. Struktur peruntukan lahan ( bangunan)

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Ide awal dari desain stasiun ini adalah hub, hal ini disebabkan stasiun ini akan menjadi pusat transit dari moda-moda transportasi yang akan ada di kawasan Dukuh Atas, sehingga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini akan disajikan hasil akhir dari penelitian yaitu simpulan dari data yang telah diperoleh dan hasil analisis penulis, serta memberikan saran-saran yang berkaitan

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring 151 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Perkembangan jaman yang melaju dengan pesat, membuat sebuah kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER )

EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER ) LAPORAN PENELITIAN EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER ) PENELITI: ARYO INDRA NUGROHO (NIM: 41209010031) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

DESAIN INTEGRATIF DALAM PERENCANAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA

DESAIN INTEGRATIF DALAM PERENCANAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA KONSEP PELATIHAN PERENCANA BETON PRACETAK JAKARTA, 24 NOVEMBER 2014 DESAIN INTEGRATIF DALAM PERENCANAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA ARS. RONALD L TAMBUN, IAI IKATAN ARSITEK INDONESIA PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua hal yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan. Artinya pendidikan diselenggarakan dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

KONSTRUKSI TANGGA. Minggu X

KONSTRUKSI TANGGA. Minggu X KONSTRUKSI TANGGA Minggu X 1. CAKUPAN ISI - Fungsi, jenis, persyaratan dan bahan tangga - Konstruksi tangga dan hubungannya dengan elemen lainnya 2. TUJUAN PEMBELAJARAN (Learning Outcome) Memahami fungsi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR GRHA LANSIA DI TANGERANG SELATAN

KATA PENGANTAR GRHA LANSIA DI TANGERANG SELATAN KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-nya penulis berhasil menyelesaikan penulisan Landasan Program Perencanaan

Lebih terperinci