BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai analisa dari beberapa aspek untuk mendukung perancangan panti jompo di Jakarta Timur. Analisa terhadap aspekaspek perancangan yang terdiri dari aspek manusia, lingkungan dan bangunan Aspek manusia Berdasarkan survei yang dilakukan di 3 tempat panti jompo jakarta, dapat dilihat pengguna kegiatan bangunan panti jompo tidak lepas hubungannya antara 2 kelompok pengguna utama yaitu penghuni dan kelayan tenaga kesehatan). Selain penghuni dan kelayan (tenaga kesehatan), terdapat kelompok pengguna utama lain yaitu pengunjung, dan pengelola panti jompo, manusia yang terlibat dalam proyek : 1. penghuni 2. Staff (tenaga kesehatan, pengelola) 3. pengunjung 4. staff service Hunian Untuk mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi baik psikologis-emosional maupun kondisi fisiknya di hari-hari tua, Prof.Dr.R Kusumanto Setyonegoro (Sartika,1992) mengatakan ada tiga langkah yang dapat ditempuh: 1. Mengusahakan kemandirian semampu-mampunya agar tugas-tugas rutin sehari-hari dapat tetap dikerjakan. 2. Mengusahakan adanya aktivitas mental dan fisik secara berkelanjutan dan teratur. 3. Mengisi waktu senggang secara konstruktif baik dengan kegiatankegiatan intelektual maupun berupa kegiatan ketrampilan dengan maksud memperbaiki presetasi dan mencapai sasaran yang sudah ditetapkan. 51

2 52 Hal ini juga diperkuat lagi oleh hasil penelitian dari pusat penelitian Unika Atmajaya yang mengarahkan bahwa : 1. Kegiatan rutin sehari-hari lansia di panti jompo seperti tidur, mandi, makan, masak, membaca, nonton TV, mendengarkan radio, merenung, sembahyang, mengamati lingkungan sekitar. 2. Kegiatan yang mengusahakan aktivitas mental dan fisik secara berkelanjutan dan teratur seperti kegiatan olahraga, jogging, jalan cepat, senam pagi, jalan santai. Adanya fasilitas pelayanan dan perawatan: periksa kesehatan, pertolongan pertana untuk keadaan darurat 3. Mengisi waktu senggang secara konstruktif : Interaksi interpersonal antar penghuni : ngobrol, minum dan makan bersana, olahraga bersama, beribadat bersama, membaca buku, berjalan-jalan Interaksi sosial (antara penghuni dan masyarakat) : -Penghuni - pengunjung biasa: menyapa, mengobrol -Penghuni - kerabat/keluarga: mengobrol, makan bersama, bermain dengan cucu Gambar 4.1 Alur kegiatan penghuni Staff Memeriksa kesehatan fisik lansia, Mengontrol dan mengawasi kegiatan Lansia, mengatur makan, istirahat, standby di pos untuk mendampingi lansia jika perlu Alur kegiatan tenaga kesehatan

3 53 Gambar 4.2 Alur kegiatan tenaga kesehatan Gambar 4.3 Alur kegiatan pengelola Pengunjung Menjenguk kerabat atau keluarga, mengadakan acara seperti ulangtahun penghuni dll, makan bersama dan ngobrol, membawa keperluan, ikut serta dalam klub hobi, menginap. Gambar 4.4 Alur kegiatan penguni Service -Staff pemeliharaan kebersihan : cuci, jemur, setrika, cleaning servis -Staff keamanan: menjaga keamanan -Staff M.E: memeriksa M.E, bongkar muat barang -Staff mini market: bongkar muat barang Alur kegiatan service

4 54 Gambar 4.5 Alur kegiatan staff service Analisa Jumlah Unit Jatinegara merupakan kecataman dengan jumlah lansia terbanyak setelah Duren Sawit yaitu sebanyak jiwa dan menurut buku kecamatan dalam angka tahun 2012, lansia terlantar di Jatinegara sebanyak 187 jiwa Tabel 4.1 Jumlah lansia terlantar di Jatinegara Sumber :Buku Kecamatan Dalam Angka Tahun 2012 Berdasarkan jumlah lansia terlantar di Jatinegara, maka dapat direncanakan berjumlah ±190 unit kamar hunian pada panti jompo ini dan asumsi untuk kebutuhan kamar unit hunian single adalah 150,unit double 30 dan unit bersama adalah 4, maka perencanaan unit hunian adalah ±230 orang

5 Analisa Kebutuhan Parkir Kebutuhan jumlah parkir dapat dihitung berdasarkan buku (Bradford Perkins, J.D Houglund, D.King, Senior Living. 2004) setiap unit dibutuhkan 0,3-0,5 parkir kendaraan. Maka kebutuhan parkir pada panti jompo ini adalah sebagai baerikut : 231 unit kamar x 0.3/ unit = 70 parkir

6 Studi banding panti jompo Jakarta Tabel 4.2 Analisa kebutuhan ruang

7 57

8 58

9 Studi banding panti jompo Jakarta Tabel 4.3 Program ruang

10 60

11 61

12 62

13 Hubungan Antar Ruang Kemudian dari kebutuhan ruang tersebut dapat di buat dalam bentuk bubble diagram hubungan ruang, dimulai dari matriks hubungan ruang kemudian ke bentuk bubble diagram mikro dan makro. Tabel 4.4 Matriks hubungan ruang Keterangan: 1 Tidak erat 2 Erat 3 Sangat erta Bubble diagram hunian Memperhatikan hubungan antara hunian dengan fasilitas yang dibutuhkan, dari hubungan ruang yang punya hubungan paling erat, erat dan tidak erat Gambar 4.6 Bubble diagram penghuni mikro dan makro

14 64 Bubble diagram pengelola Memperhatikan hubungan pengelola dengan penunjang operasional gedung, dari hubungan ruang yang punya hubungan paling erat, erat dan tidak erat. Gambar 4.7 Bubble diagram pengelola mikro dan makro Bubble diagram pengunjung Memperhatikan hubungan pengunjung dengan fasilitas gedung, dari hubungan ruang yang punya hubungan paling erat, erat dan tidak erat. Gambar 4.8 Bubble diagram pengunjung makro Pendekatan manusia dengan perancangan Hunian (warga lanjut usia) Penyediaan fasilitas dan kegiatan-kegiatan yang sesuai untuk mengatasi kebosanan, kesepian dan lainnya selain kegiatan rutin sehari-hari akibat terjadinya perubahan-perubahan psikologis-emosional di usia mereka. Perlu diperhatikan cara menciptakan suasana seperti di rumah sendiri dan penuh rasa kebersamaan, interaksi sosial yang tinggi. Penyediaan kemudahan-kemudahan bagi warga lansia berkaitan dengan menurunya kemampuan fisik dan

15 65 perkembangan mental. Perlu diperhatikan struktur kegiatan yang akan terjadi di dalam tapak sehingga dapat mengatifkan penghuni untuk memperlambat penurunan kualitas fisik. Penyediaan kemudahan-kemudahan dan cara menciptakan keamanan dan keselamatan penghuni yang memadai berkaitan dengan kemunduran fisiologis dan psikologis mereka. Penyediaan kemudahan aksesibilitas yang menciptakan kemandirian para penghuni dengan berkaitan dengan kemunduran fisik lansia. Pengunjung Tamu/ kerabat: menciptakan suasana yang sekiranya dapat membuat pengunjung merasa betah sewaktu mereka berkunjung ke tempat ini dan tidak sekedar datang saja tapi juga bisa menikmatinya. Pengunjung umum: perlu diperhatikan pengunjung berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya tanpa membuat para penghuni merasa kurang aman atau sebaliknya merasa terisolasi dari lingkungannya. Pengelola Perlu diperhatikan mengenai kemudahan pengawasan dan pengontrolan kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam tapak selain kepentingan administrasi. Contohnya adalah meletekan pos perawat di tengah-tengah hunian untuk mempermudah mobile antara perawat dengan hunian Servis Perlu diperhatikan mengenai masalah penempatan ruang servis dan bagaimana caranya agar pelayanannya dapat terjangkau merata sekaligus juga tanpa harus mengganggu kegiatan lainnya di dalam tapak

16 66 Berdasarkan pendekatan-pendekatan diatas, maka dapat dibuat sebuah zone antar ruang private, ruang semi-private dan ruang publik Lantai 1 Gambar 4.9 Bubble diagram zoning lantai 1 Lantai 2 Lantai 3-8 Gambar 4.10 Bubble diagram zoning lantai Aspek Lingkungan Lokasi Tapak Tapak berada di Jalan Jendral Basuki Rahmat, kecamatan Jatinegara, Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur. Lokasi ini berada di sebuah tanah kosong dengan luas lahan sekitar ±6,5 ha, dan tidak berbatasan langsung dengan bangunan lain

17 67 Gambar 4.11 Lokasi pencapaian tapak Pencapaian tapak Lokasi ini berada di jalan utama Jendral Basuki Rahmat dan memberikan kemudahan bagi pengunjung yang ingin mencapai ke lokasi tapak. Pencapaian ke tapak dapat melalui beberapa jalan alternatif : -Utara :Pulo Gadung -Selatan :Kuningan -Timur :Duren Sawit -Barat :Kasablanka Gambar 4.12 Peruntukan lahan tapak Luas Lahan : ±6,5 hektar (±65000m2), yang akan digunakan 7200m2 KDB :40 % = 40% x 7000 = 2880m2 KLB : 2,5 (2,5 x 7200 = 18000/2880 = 6.25 lantai)

18 68 Ketinggian Maksimal : 8 Peruntukan lahan : SSk (kesehatan) GSB : -Utara 4m -Timur 7m -Selatan 10m -Barat 4m Kondisi Sekitar Tapak Bagian Utara merupakan tanah kosong yang akan dibangun apartemen Bassura City Bagian Timur tapak merupakan kawasan pemukiman warga Bagian Selatan dan Barat tapak merupakan kawasan ruko dan pasar dengan jalur lalu lintas dua arah Gambar 4.13 Kondisi lingkungan sekitar tapak Sumber : dokumentasi pribadi

19 69 Potensi site: 1. Dekat dengan perumahan, cukup tenang 2. Dekat dengan fasilitas kota : pasar, masjid, sekolah dll 3. Dekat dengan Rumah sakit 4. Pencapaian mudah di akses 5. Merupakan tanah kosong dan datar 6. Dekat dengan kanal, mempermudah pembuangan air limbah Kekurangan: 1. Tapak melebar ke sisi Barat dan Utara 2. kebisingan relatif rendah karena jauh dari jalan utama Analisa Lingkungan Analisa Entrance Tabel 4.5 Perbandingan analisa entrance Alternatif 1 Alternatif 2 Kelebihan: -Berada di dalam jalan lingkungan 1 sehingga mudah dikenal -Sangat baik untuk sirkulasi kendaraan ke dalam tapak, supaya menghindari kepadatan dari keramaian pasar Kelebihan: -Berada di jalur jalan lingkungan 2 yang yang jarang di lalui oleh kendaraan umum Kekurangan: -Tidak di lalui kendaraan umum, sehingga sulit diakses oleh pengunjung yang datang dengan kendaraan umum Kekurangan: -Berada di jalur jalan lingkungan 2 sehingga susah untuk di capai

20 70 Pertimbangan penentuan pencapaian dan sirkulasi ke dalam tapak akan lebih baik jika setiap kegiatan tidak saling mengganggu agar tercipta sirkulasi yang nyaman, aman dan mudah. Alternatif 1 dipilih, dasar pertimbangan meletakkan pintu masuk di daerah tersebut adalah mudah dilihat, mudah dalam pencapaianya dan berorientasi ke arah jalan utama. Hanya ada 1 jalan masuk ke dalam tapak. Kekurangannya, pejalan kaki, tamu berkendaraan dan pengelola/servis mempunyai 1 pintu masuk sehingga mengurangi kenyamanan dalam pencapaian menuju tapak. Pintu masuk utama diletakkan di sebelah Barat tapak, dengan pertimbangan kondisi lalu-lintas kendaraan, dimana bagian Barat merupakan jalan lingkungan 1 namun dapat mudah dicapai pintu masuk dibandingan di jalan lingkungan 2. Gambar 4.14 Konsep entrance Bagian utara merupakan akses jalan lingkugan 2 yang jarang dilalui kendaraan dan bersifat tersembunyi. Sehingga dapat menjadi pintu masuk mobil utilitas seperti truk sampah dan mobil kebakaran yang tidak akan terhambat oleh kepadatan kendaraan di jalan jika menuju ke lokasi.

21 71 Analisa arah matahari Tabel 4.6 Tabel perbandingan analisa matahari Alternatif 1 Alternatif 2 Kelebihan : -Orientasi bangunan ke Utara dan Selatan -Memudahkan dalam perletakan bukaan untuk pencahayaan dan penghawaan alami -Kamar dapat memperoleh sinar matahari alami Kekurangan: -orientasi banguna menjadi kurang mengundang Kelebihan : -Bentuk massa memudahkan dalam penyusunan layout ruang -orientasi bangunan menjadi lebih mengundang Kekurangan : -Bangunan memanjang ke arah Barat dan Timur -Ruang kamar menghadap Barat (panas) -Bukaan mengarah ke Barat dan Timur kurang dapat mengoptimalkan penghawaan alami Dari analisa diatas, alternatif 1 memiliki orientasi bangunan yang lebih baik terhadap jalur matahari. Ruang-ruang utama seperti kamar tidur panti jompo tidak langsung mengenai radiasi matahari sehingga memungkinkan temperatur udara didalam ruangan tetap rendah. Berdasarkan analisa matahari dan angin di kondisi tapak maka untuk mengoptimalkan potensi matahari ke dalam tapak sehingga perletakkan massa bangunan dapat dilihat dari tabel 4.14 di bawah ini.

22 72 Gambar 4.15 Hasil analisa matahari Bentuk tapak yang tidak tegak lurus dengan jalur matahari memberikan potensi baik pada massa bangunan dalam hal pembayangan. Setiap sisi bangunan tidak ada yang secara terus menerus mendapatkan panas matahari. Pada sisi Timur terdapat ujung gubahan massa yang semakin melebar yang dapat dimanfaatkan sebagai open space dengan sinar matahari pagi. Permasalahan terjadi disisi Barat, dimana sisi tersebut mendapatkan radiasi matahari yang relatif tinggi. Solusi terbaik yaitu dengan meletakkan massa bangunan yang dapat meminimalkan penerimaan radiasi matahari yaitu dengan penempatan ruang-ruang utama seperti kamar panti jompo yang tidak langsung menghadap arah jalur matahari agar suhu didalam kamar panti jompo tidak panas. Pada sisi Barat-Timur diletakkan ruang service atau ruang public yang tidak menjadi persoalan jika terkenal sinar matahari yang berlebih. Analisa kebisingan dan vegetasi Sumber kebisingan utama berasal dari arah Barat dan Utara tapak dimana dikelilingi oleh jalan lingkungan. Adapun pemecah masalah kebisingan adalah dengan mengatur perletakan bangunan, bangunan di tempatkan mundur ke belakang tapak, menjauhi sumber kebisingan. Selain itu

23 73 juga dapat dilakukan dengan menempatkan vegetasi di sekitar tapak sebagai sound barrier. Kebisingan pada tapak sangat mempengaruhi ketenangan hunian di panti jompo sehingga penanganan kebisingan pada tapak harus di minimalkan seminimal mungkin Gambar 4.16 Sound barrier pada tapak Analisa Gubahan Massa Tabel 4.7 Perbandingan bentuk gubahan massa Bentuk dasar Bangunan Kelebihan Kekurangan -Lebih fungsional -Layout ruang lebih mudah -Dapat memaksimalkan ruang yang ada -Bentuk dinamis -Dapat mengalirkan angin -Mempunyai pusat (focal point) -Relatif lebih indah secara estetik -Bentuk cenderung statis dan kaku -Tidak efisien dalam meletakkan ruang -Kurang cocok terhadap bentuk tapak yang memanjang -Bangunan stabil secara konstruksi/ gempa -Kurang efisien pada bagian sudut, dan pada bentuk tapak yang ada -Sulit dipadukan dengan bentuk lain Dari bentuk massa yang ada, bentuk massa pipih memanjang menjadi pilihan utama, mengingat pola sirkulasi linear yang akan diterapkan, bentuk pipih memanjang memiliki kelebihan dalam perancangan layout.

24 74 Gambar 4.17 Zoning pada tapak Gambar 4.18 Gubahan massa Orientasi sisi massa bangunan di susun sedemikian rupa diharapkan dapat mengoptimalkan potensi sinar matahari dan angin. Massa bangunan yang pendek menghadap ke arah sisi Barat dan massa bangunan yang memanjang menghindari panas matahari dikarenakan ruang yang akan

25 75 digunakan adalah ruangan hunian para lansia, di samping itu untuk menciptakan penerangan alami juga lebih mudah. Selain itu, bentuk bayangan dari bangunan itu sendiri juga dapat di gunakan sebagai teduhan untuk area terbuka. Gambar 4.19 Analisa zoning lantai 1 Zona area servis dan parkir servis diletakkan disisi belakang agar aktivitasnya dalam panti jompo. Lobby utama dan kantor pengelola diletakkan disisi depan berdekatan dengan pintu masuk utama agar mempermudah proses registrasi bagi lansia yang ingin tinggal di panti jompo tersebu Bangunan klinik dan serba guna merupakan zona publik yang dipisah dan diletakkan dibagian Barat biar tidak terjadi keramaian dikedua massa bangunan Gambar 4.20 Analisa zoning lantai 2

26 76 Area semi private yang meliputi ruang-ruang para lansia menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa ada orang luar kecuali pengunjung yang dapat mengakses ke lantai 2, ruang-ruang yang terdiri dari fasilitasfasilitas indoor dan ruang therapy Pada bagian lantai 2 ujung Utara bangunan merupakan zona private unit hunian bagi lansia setengah rentan, tujuannya supaya mempersingkat jarak tempuh para lansia setengah rentan dalam menggunakan fasilitas gedung dan lebih mendekati ruang fisiotherapy. Selain itu jika dalam keadaan darurat lebih mudah dievakuasi. Antara tower A dan tower B setiap lantai dihubungkan connection bridge agar dapat mempersingkat jarak tempuh lansia dalam dari satu tower ke tower lain Gambar 4.21 Analisa zoning lantai 3-8 Pada lantai 3-6 merupakan zona private dimana hanya dapat diakses oleh penghuni itu sendiri. Selain dapat menjaga ketenangan dan juga privasi para lansia tersebut Pada tower B disediakan ruang komunal bagi lansia di lantai masingmasing diharapkan menjadi sebuah titik kumpul para lansia agar tetap bisa menjaga sosialitas antara penghuni

27 Aspek Bangunan Analisa sirkulasi horizontal Dalam perancangan panti jompo ini, sirkulasi single loaded terasa lebih efektif untuk mengurangi jumlah pemakaian listrik karena penghawaan dan pencahayaan alami dapat dimanfaatkan. Namun, single loaded memiliki kekurangan yaitu mudah masuk debu. Hal ini menjadi pertimbangan karena kamar seorang lansia harus bersih dari debu. Oleh sebab itu, sirkulasi double loaded terasa cocok untuk koridor kamar penghuni lansia karena hubungan antar ruang lebih mudah dicapai mengingat para lansia butuh aksesibilitas yang mudah. Sirkulasi double loaded ini akan dikombinasikan dengan sistem linear bertekuk. Tujuannya agar sirkulasi koridor tidak monoton. Tabel 4.8 Perbandingan koridor Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan Singel Loaded Dapat memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami Kurang efisien dalam penggunaan lahan Debu mudah masuk Double Loaded Memuat banyak unit sehingga efisien dalam penggunaa lahan. Mudah dalam pencapaian antar ruang Koridor membutuhkan penghawaan dan pencahayaan buatan. Sirkulasi horizontal menggunakan pola sirkulasi terpusat, pola ini dapat memudahkan perawat mencapai ke unit-unit hunian. Serta pos perawat terletak di tengah-tengah unit hunian supaya dapat mempersingkat jarak tempu perawat ke unit hunian

28 Analisa Sirkulas Vertikal Pos perawat Hunian Lift Gambar 4.22 Zoning horizontal hunian Tabel 4.9 Perbandingan jenis sirkulasi vertikal Jenis sirkulasi Kelebihan Kekurangan Tangga -tidak menggunakan listrik -fleksible dan murah -harus ada untuk keadaan darurat -melelahkan bagi pengguna Lift Ramp -Tidak melelahkan, cocok untuk para pengguna (lansia) dimana lansia akan lebih nyaman -Bernilai estetika -Efisien bagi trolley dan penyandang cacat -Butuh listrik -Perlu waktu tunggu dan tidak dapat di gunakan dalam keadaan darurat -butuh space besar, tidak efisien dan melelahkan pertimbangan bangunan > 4 lantai: - digunakan pada kondisi lahan yang sempit dan padat -lebih kompleks -sirkulasi horizontal dekat -tingkat privasi tinggi -bahaya terhadap kebakara Pertimbangan bangunan < 4 lantai : -Digunakan pada kondisi lahan yang luas dan belum padat -sirkulasi horisontal relatif jauh -tingkat privasi rendah -lebih mudah melakukan evakusi

29 79 Arahan: Ketinggian bangunan menggunakan ketinggian 8 lantai, dengan pertimbangan privasi dan ketenagan para lansia, mengingat warga lansia yang sangat rentan terhadap fisik mereka yang akan mempengaruhi ruang gerak mereka sehingga sirkulasi vertikal utama yang digunakan adalah lift, penggunaan ramp pada area split level. Gambar 4.23 Zoning Vertikal bangunan Menurut buku Building Type Basic For Senior Living, 2004, kriteria lift untuk bangunan panti jompo adalah sebagai berikut: Untuk 60 orang dilayani oleh 1 lift Kapasitas lift maksimal 16 orang termasuk kursi roda dan kasur roda Perhitungan jumlah lift 240 orang / 2 zona (massa A dan B) = 120 orang 120 orang / 60 = 2 unit lift tamu 2 lift tamu x 2 zona = 4 lift tamu (total) Asumsi menggunaka 1 lift barang Analisa Utilitas Proteksi Kebakaran Bangunan harus menggunakan konstruksi yang tahan api untuk melindungi penghuninya jika terjadi kebakaran minimal dalam waktu 6 jam. Setiap bagian bangunan dapat menggunakan sistem ini dan biasanya sistem ini digunakan pada tangga dan lift.

30 80 Berdasarkan peraturan bangunan tinggi jarak jangkauan tangga tidak boleh lebih dari 30 meter. Pada jalan buntu tangga harus di tempatkan pada jarak 12 meter dari pintu paling ujung dan pintu tangga darurat yang tahan api. Gambar 4.24 Ilustrasi standar tangga darurat Berdasarkan analisa diatas maka dapat di tentukan beberapa titik tangga darurat pada lokasi tapak proyek ini. Tangga darurat di letakkan pada setiap ujung koridor untuk menghindari dead corridor disaar terjadi kebakaran pada lantai unit hunian. Gambar 4.25 Titik tangga darurat Sesaat lansia setengah rentan harus dievakuasi naik turun tangga, dapat dilakukan dengan mengguanakan evacuation slide. Karena bentuk fisik evacuation slide seperti luncuran dengan sudut kemiringan yang mengacu pada standar evacutation slide pada pesawat boeing yaitu antara 22-32

31 81 derajat, dengan pengaplikasian evacuation slide ini diharapakan dapat menjadi solusi desain tangga kebakaran bagi lansia yang tidak dapat bergerak dengan normal atau setengah rentan. Gambar 4.26 Ilustrasi evacuation slide di negara China sumber : (diakses 27 July 2014) Selain itu, bangunan harus dilengkapi sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terderkat bila terjadi pemadaman listrik. Sistem deteksi asap seperti smoke detector dan sprinkler di tempatkan pada setiao unit kamar dan koridor gedung untuk mengantisipasi apabila terjadi kebakaran Gambar 4.27 Sprinkler dan smoke detector sumber : google

32 82 Hidran dan APAR (Alat pemadam Api Ringan) juga merupakan syarat dalam perancangan bangunan umun, khususnya panti jompo. Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga darurat, dan biasanya dilengkapi dengan selang, katup, tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang. Sumber airnya dari sistem hidran kota. Analisa Instalasi Listrrik Instalasi listrik di salurkan dari PLN ke gardu dan dari gardu di salurkan lagi ke panel-panel pada bangunan. Selain listrik dari PLN, pada bangunan juga disiapkan generator yang berfungsi sebagai listrik cadangan apabila terjadi pemadaman lampu dari PLN. Peletakan ruang panel dan generator atau genset diletakan pada basement atau di ruangruang yang jauh dari aktivitas manusia, terutama unit hunian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kebisingan yang terjadi akibat suara mesin genset. Gambar 4.28 Skema penyaluran listrik Pada perancangan bangunan panti jompo, genset akan diletakan di basement agar tidak menggangu kegiatan pengguna baik didalam maupun sekitar bangunan akibat suara yang ditimbulkan dari genset. Analisa Air Bersih Penyediaan air bersih pada panti jompo ini menggunakan air PAM. Hal ini di sebabkan jika mengambil air tanah tidak akan efisien (pengeboran tanah yang cukup dalam, daya sedot pompa lebih besar) selain itu dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Berikut adalah contoh sistem penyediaan air bersih:

33 83 Gambar 4.29 Skema penyaluran air bersih 4.4 Analisa Aksesibilitas Lansia di Panti Jompo Jakarta Analisa aksesibilitas berdasarkan pada hasil survey lapangan terhadap panti jompo di Jakarta dengan menggunakan gabungan dari 3 sample panti jompo yang tidak memenuhi kemudahan aksesibilitas bangunan yang ideal Sirkulasi vertikal Ramp yang disediakan pada panti jompo Budi Mulia 4 hanya terdapat 1 sisi handrail saja dan ramp tersebut didesain tidak memenuhi standar sehingga terlalu curam bagi lansia untuk menggunakannya. Gambar 4.30 Studi kasus Budi Mulia 4 Sirkulasi vertikal pada panti jompo Santa Anna menggunakan tangga dan lift, namun lift yang tersedia hanya 1 sehingga bisa dikatakan kebutuhan lift tidak mencukupi, sehingga para lansia terpaksa menggunakan tangga,

34 84 namun tangga yang disediakan tidak menyediakan handrail pada dinding sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan saat menggunakan tangga. Gambar 4.31 Studi kasus Santa Anna Arahan desain Ramp Lebar ramp harus dapat dilewati 2 jalur yaitu minimal 1,2 m Kemiringan ramp tidak boleh melebihi rasio 1 : 12 Untuk jalur ramp yang panjang diperlukan sebuah tempat peristirahatan bagi lansia dimana tersebut dapat berupa taman kecil atau tempat duduk yang dilengkapi relif-relif yang dapat merelaksasi visual para lansia Perlu adanya lampu penerang pada ramp di malam hari, untuk mempermudah penglihatan lansia. Lampu disembunykan menciptakan cahaya indirect supaya menghindari efek silau pada penglihatan lansia Gambar 4.32 Detail ramp Sumber : Barrier free design guide

35 85 Gambar 4.33 Detail ramp Gambar 4.34 Detail ramp Railing Sebaiknya menyediakan railing di kedua sisi ramp. Agar jika salah satu railing di hentikan oleh entrance pintu atau pergantian jalur maka dapat di lanjutkan pada railing lainnya. Sebaiknya railing diperpanjang 300mm di akhir ramp. Supaya tetap menjaga keseimbangan pengguna. Railing harus disediakan di setiap koridor, tangga, ramp dan kamar mandi di panti jompo. ramp, tangga atau yang lebih dari 1,1 meter sebaiknya di sediakan railing di dua sisi. Dinding dengan permukaan kasar harus diberi jarak 75mm antar genggaman railing dengan dinding, jika dinding dengan permukaan tidak kasar maka cukup di kasih jarak 40mm, agar tangan lansia menghindari terggoresnya dengan dinding permukaan kasar.

36 86 Genggaman railing sebaiknya berbentuk lingkaran dengan diameter 30mm-43mm untuk memastikan genggaman yang erat. Railing yang dihentikan oleh pintu sebaiknya tidak menghalangi pengguna untuk melanjutkan perjalanan, sebaiknya disediakan railing di sisi lainnya untuk melanjutkan perjalanan lansia. Ketinggian genggaman railing sebaiknya sesuai dengan standar yaitu 800mm-900mm dari permukaan lantai Handrail di beri jarak miniman 20 cm dari dinding bertujuan untuk menghindari tergoresnya dinding oleh kursi roda Menghindari menggunakan jenis railing yang mempunyai celah di void, karena. Gambar 4.35 Detail handrail Gambar 4.36 Detail handrail dengan cahaya indirect

37 87 Gambar 4.37 Detail handrail dengan dinding Gambar 4.38 Extended railing Gambar 4.39 Railing pada void Sirkulasi horizontal Pada area lobby utama terdapat tanjakan yang lumayan tinggi sekitar 20cm, yang tidak dapat di lalui oleh lansia yang menggunakan kursi roda ataupun kesulitan lansia yang menggunakan tongkat jalan

38 88 Gambar 4.40 Studi kasus Karya Kasih Arahan desain: Ketinggian level ruang sebaiknya tidak melebihi 13 Ketinggian level ruang sebaiknya tidak melebihi 13mm, ketinggian level ruang yang melebihi 13mm sebaiknya diberikan kemiringan agar mempermudah transisi dari satu ruang ke ruang lain. Ketinggian level ruang sebaiknya dapat dikenali oleh lansia, dengan memberikan warna kontras di bagian pertemuan level ruang supaya dapat menghindari jatuh pada lansia. Kamar mandi Koridor menuju ke kamar mandi terlalu sempit, sangat tidak memungkinkan lansia yang memakai kursi roda untuk bisa menggunakan kamar mandi tersebut, selain itu pada dinding tidak dilengkapi handrail (pegangan tangan) untuk mempermudah gerakan lansia. Standar pintu untuk aksesibilitas kursi roda adalah minimal 80cm sedangkan lebar pintu kamar mandi di panti lansia karya kasih hanya 65cm sehingga tidak memungkinkan kursi roda melakukan manuver. Gambar 4.41 studi kasus Karya Kasih

39 89 Arahan desain: Material lantai kamar mandi sebaiknya menggunakan material kasar supaya menghindari resiko jatuh karena licin Sebaiknya menhindari menggunakan kloset jongkok pada lansia, dikarenakan kekuatan kaki lansia semakin hari semakin lemah. Sebaiknya kamar mandi di lengkapi dengan handrail supaya lansia dapat melakukannya secara mandiri dan juga kenyamanan lansia dalam menggunakan kamar mandi Menggunakan cahaya yang cukup dalam kamar mandi untuk menghindari resiko kecelakaan pada lansia Alat mandi yang digunakan sebaiknya dengan shower, jika menggunakan ember sangat melelahkan lansia Jika ada perbedaan level lantai pada kamar mandi, harus di beri kemiringan dan memeberikan warna kontras diantara perbedaan level lantai Gambar 4.42 Detail kamar mandi Sumber : Barrier free design guide Gambar 4.43 Detail ruang mandi Sumber : Barrier free design guide

40 90 Gambar 4.44 Detail kloset Sumber : Barrier free design guide Pintu masuk Lebar pintu minimal 80 cm dengan pertimbangan akses untuk kursi roda bagi lansia Engsel pintu sebaiknya dapat memperlamabat tertutupnya pintu sekurang-kurangnya 8-10 detik sebelum pintu itu tutup sendiri. Hal ini supaya pengguna kursi roda dapat melewati pintu tersebut dengan nyaman Material pintu sebaiknya terbuat dari besi. Hal ini supaya pintu yang di dorong oleh kursi roda tidak mudah rusak. Ketinggian genggaman pintu sebaiknya tidak melebihi 1,2 m. Tinggi ideal untuk para lansia adalah 90cm-106cm agar dapat mempermudah lansia membuka pintu Handle pintu sebaiknya mudah di buka, mengingat kekuatan lansia semakin hari semakin tidak bertenaga Gambar 4.45 Detail pintu Sumber : Barrier free design guide

41 91 Gambar 4.46 Detail pintu Sumber : Barrier free design guide Jendela Ketinggian jendela adalah 60cm dari lantai supaya lansia dapat dengan mudah melihat ke luar jendela View dari jendela sebaiknya merupakan view taman Jendela yang di desain sebaiknya dapat memasuki pencahayaan alami Jendela sebaiknya menggunakan jendela geser dari pada jendela engsel Gambar 4.47 Ilustrasi desain jendela Lantai Lantai yang terdapat pada permukaan ramp sebaiknya di berikan coakan untuk bisa menahan kursi roda agar tetap bisa menjaga keseimbangan Lantai pada ruangan sebaiknya tidak menggunakan nat yang terlalu besar, karena akan mengakibatkan getaran terhadap lansia yang menggunakan kursi roda Gambar 4.48 Ilustrasi penggunaan material lantai

42 92

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Perancangan yang mengangkat konsep hemat energi listrik merupakan salah satu upaya dalam penerapan arsitektur berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/ Lampiran 1 Hari Ke-1: 16 Maret 2015 Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1 Waktu Jenis Aktivitas/ Jumlah Persentase Penelitian Kegiatan Lansia 13.00 - Nonton TV 2/32 6.25% - Baca koran/buku

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi

BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi BAB V KONSEP Merancang sebuah kostel di Jakarta kususnya di daerah Universitas Bina Nusantara dimana kebutuhan akan tempat tinggal sangat diperlukan untuk para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikannya

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Kegiatan. Konsep perancangan kegiatan dalam Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR VI.I Konsep Dasar Permasalahan dalam dari perencanaan dan perancangan bangunana Taman Pintar ini adalah, bagaimana

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan... DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Student Housing Student housing atau asrama mahasiswa didefinisikan sebagai suatu fasilitas tempat penginapan yang ditunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan

Lebih terperinci

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Manusia Analisa yang dilakukan pada aspek ini membahas kegiatan penghuni apartemen, staf pengelola dan karyawan apartemen, serta tamu yang datang di apartemen. Analisa

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang proyek Indonesia termasuk negara dengan proses penuaan penduduk cepat di Asia Tenggara. Upaya pembangunan dalam mengurangi angka kematian berdampak pada perubahan

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA JUDUL : PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA Nama : Trika Prijayanto NPM : 20399052 Jurusan : Teknik Arsitektur Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ing. Dalhar Susanto 2. Agung

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V. 1. Konsep Perancangan Makro Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang luar, konsep pencapaian dan sirkulasi pada tapak, perletakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif. BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Orientasi Massa Bangunan Bagian massa bangunan apartemen menghadap arah utara-selatan sedangkan massa bangunan pusat perbelanjaan berbentuk masif dan mengarah ke dalam.

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut: 128 BAB V KONSEP 5.1. Konsep Dasar Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut: Gambar 5.1 Konsep Dasar Sumber : Hasil Analisis,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan

Lebih terperinci

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Vindri Anggraini

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pasar Gembrong Cipinang Besar perlu diremajakan. Hal ini dikarenakan kualitas fisik dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan 3.1.1 Rancangan Skematik Kawasan Tapak Dalam rancangan skematik kawasan tapak penulis mencoba menyampaikan bagaimana

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari. BAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Manusia Berdasarkan referensi dari studi banding: IV.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan Kompleks Rumah Susun dan Pasar ini akan digunakan oleh: a. Penghuni o Pedagang Pasar Yaitu

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena kesesuian dengan fungsi dan kriteria obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar perancangan pada Tempat Informasi HIV AIDS serta Komunitas ODHA dan OHIDHA ini terlahir dari pendekatan Arsitektur Perilaku. Dengan menganalisa

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental friendly development.

Lebih terperinci