LINGKUNGAN TERAPETIK PADA PANTI WERDHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LINGKUNGAN TERAPETIK PADA PANTI WERDHA"

Transkripsi

1 LINGKUNGAN TERAPETIK PADA PANTI WERDHA Juwita Ayu Putri Siregar Universitas Bina Nusantara, ABSTRAK This research explained about physical therapeutic environment that elderly need in nursing homes based on theory of David Canter and Robert F. Carr. This research using qualitative method. The researcher compared and analyzed the three nursing homes. There were some aspects that the researcher concerns such as environment view, activity, facility, homelike and therapeutic environment, attention to way-finding, accessibility, security and safety. The result from this research were types of therapeutic environment and criteria of physical environment that will be apply for next nursing home s plan. In conclusion, the most ideal therapeutic environment types are prosthetic model and enhancement model, and the most ideal criteria therapeutic environment is on the third object of survey Rukun Senior Living. (JAPS) Keyword: therapeutic environment, elderly, nursing homes. Penelitian ini menjelaskan tentang lingkungan fisik terapetik yang dibutuhkan lansia di panti werdha yang mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh David Canter dan Robert F. Carr. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Analisa dilakukan dengan perbandingan dari tiga objek panti werdha yang telah di survei oleh peneliti. Aspek yang diteliti adalah citra lingkungan, aktifitas, fasilitas, aspek homelike and therapeutic environment, attention to way-finding, aksesibilitas, keamanan dan keselamatan. Hasil dari penelitian berupa jenis lingkungan terapetik dan kriteria-kritera lingkungan fisik terapetik yang akan diterapkan pada rancangan panti werdha selanjutnya. Disimpulkan dari hasil penelitian, jenis lingkungan terapetik yang sesuai adalah prosthetic model dan enhancement model, dan kriteria lingkungan terapetik yang paling ideal adalah objek survei ketiga yaitu Rukun Senior Living.(JAPS) Kata kunci: lingkungan terapetik, lansia, panti werdha. PENDAHULUAN Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya kemajuan teknologi pada jaman sekarang sangatlah pesat yang di dalamnya termasuk teknologi kesehatan dan teknologi pangan. Perkembangan teknologi kesehatan dan teknologi pangan menghasilkan keberhasilan medis yang berdampak kepada peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH). Pertumbuhan lanjut usia atau dikenal juga dengan lansia diprediksi akan meningkat cepat di masa yang akan datang, terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia. Di Jakarta, menurut Badan Pusat Statistik didalam buku Statistik Penduduk Lansia Provinsi DKI Jakarta 2010, rasio ketergantungan penduduk lansia pada penduduk usia produktif meningkat seiring perubahan struktur penduduk. Angka rasio ketergantungan penduduk lansia merupakan perbandingan antara jumlah penduduk lansia (60 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk produktif (15-59 tahun). Rasio ketergantungan penduduk lansia pada tahun 2010 adalah sebesar 7,27. Angka rasio sebesar 7,27 menunjukan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 7-8 orangpenduduk lansia. Angka tersebut akan semakin meningkat seiring dengan tingginya angka rata-rata harapan hidup penduduk Indonesia. Pertumbuhan lansia yang terjadi di kota Jakarta tetap tidak dapat dipungkiri bahwa pada prinsipnya, kehidupan lansia sudah membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seiring dengan menurunnya fungsi organ tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh yang terjadi pada

2 lansia, membuat lansia menjadi tergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan lansia akan lingkungan sekitar juga memberikan arti bahwa lansia butuh perhatian spesifik terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Ayu Diah Amalia (2013), seorang peneliti dari Kementerian Sosial Republik Indonesia, di Jakarta telah terjadi perubahan nilai sosial di masyarakat, dengan adanya kecenderungan perubahan struktur keluarga dari keluarga luas (extended family) ke keluarga inti (nuclear family). Perubahan struktur keluarga yang terjadi berdampak pada lansia dengan mengalami masalah sosial yaitu social isolation dan loneliness. Kondisi perubahan struktur yang terjadi berdampak pada lingkungan fisik lansia yaitu rumah tinggal. Lingkungan rumah tinggal menjadi tidak ideal lagi bagi lansia, dimana lansia masih membutuhkan sosialisasi dan perhatian. Panti jompo atau yang sekarang kita kenal panti werdha menjadi alternatif bagi keluarga yang memiliki lansia di rumah dan kesulitan dalam menjaga lansia. Lansia membutuhkan lingkungan yang berkontribusi dalam kesehatannya. Lingkungan yang berkontribusi dalam kesehatan manusia dikenal juga dengan lingkungan terapetik. Lingkungan terapetik berperan sebagai fasilitator dan simbol kualitas bagi lansia. Menurut David Canter didalam lingkungan terapetik mengandung tiga komponen yang terdiri dari tingkah laku, fasilitas dan organisasi. Tingkah laku terkait dengan peningkatan kondisi lansia dalam beraktivitas dan berinteraksi secara sosial, fasilitas yang merupakan lingkungan fisik panti werdha, dan yang terakhir adalah organisasi yang terkait dengan struktur yang berperan dalam institusi. Lingkungan fisik merupakan pendukung bagi kehidupan lansia dalam menjaga kesehatannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Powell Lawton dalam research berjudul Therapeutic Environments for the Aged yang berbunyi perumahan yang dibangun untuk orang tua merupakan fenomena penting yang memiliki kapasitas untuk mempengaruhi gaya hidup banyak orang yang lebih tua dan karena itu layak untuk didiskusikan lebih dalam lagi. Tetapi pada kenyataannya, lingkungan fisik yang terdapat pada panti werdha yang sudah di survey di Jakarta dan sekitarnya tidak mendukung lansia dalam menjaga kesehatannya. Fakta yang ditemukan di lapangan ternyata tidak sesuai dengan standar dan teori yang ada. Karena hal tersebut, dalam penelitian ini penulis akan mengangkat topik penerapan lingkungan terapetik yang didalamnya terdapat lingkungan fisik pada panti werdha. Permasalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah jenis lingkungan terapetik yang dapat membantu keterbatasan fisik lansia serta kriteria lingkungan terapetik dan penerapannya dalam desain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lingkungan terapetik yang sesuai untuk menunjang lansia agar tetap bisa beraktivitas secara mandiri dengan keterbatasan fisik yang ada. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menerapkan kriteria lingkungan fisik terapetik yang sesuai untuk lansia pada rancangan panti werdha. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh David Canter dan Robert F. Carr. David Canter dalam bukunya yang berjudul Designing for Therapeutic environment menyatakan bahwa ruang lingkup terapetik dapat mencakup mulai dari hanya sebagai tempat atau lokasi yang mengandung atau mewadahi kegiatan penyembuhan dan perawatan, hingga suatu setting dimana lingkungan itu sendiri dibuat sedemikian rupa hingga berperan sebagai sebuah bentuk terapi. David Canter juga mengemukakan perbedaan lingkungan terapetik dengan lingkungan lainnya adalah pengguna atau penghuninnya. Pengguna atau penghuni lingkungan ini lebih dikhususkan pada kelompok yang memerlukan perhatian lebih dari lingkungannya. Kelompok yang dimaksud adalah mereka yang memiliki keterbatasan atau gangguan dalam dirinya seperti gangguan emosi, cacat fisik, keterbelakangan jiwa, lanjut usia dan sakit. Karena kondisi ini, mereka membutuhkan bentuk perawatan atau perlakuan yang berbeda dari kelompok manusia pada umumnya. Canter melihat bahwa dalam menciptakan lingkungan terapetik ada tiga komponen yang berkolaborasi sehingga lingkungan tersebut menjadi efektif dan sukses. Ketiga komponen itu adalah tingkah laku, organisasi dan fasilitas. Contoh berkolaborasinya ketiga komponen ini dapat dilihat pada sebuah lingkup institusi. Tingkah laku terkait dengan peningkatan kondisi pasien dalam beraktivitas dan interaksi sosialnya baik dengan keluarga atau staf rumah sakit. Organisasi terkait dengan struktur orang yang berperan dalam institusi seperti dokter, psikiater atau staf. Yang terakhir yaitu fasilitas yang dengan jelas merujuk kepada lingkungan fisik. Jika kelakuan dari individu di institusi tidak

3 sesuai atau struktur dan peraturan dari organisasi tidak membantu mengatasi kesulitan dalam beberapa aktivitas pasien maka fasilitas fisik tidak mampu meningkatkan proses terapinya. Dari penjelasan diatas, aspek fisik ruang dari lingkungan terapetik tidak dapat dengan sendirinya mengoptimalkan peningkatan kondisi dari individu yang ada didalamnya. Lingkungan fisik lebih bersifat mendukung dengan memberikan kemungkinan-kemungkinan bagi individu. Hal ini sesuai dengan prinsip environmental probabilism yaitu lingkungan dapat diarahkan untuk mempengaruhi perilaku manusia tetapi masih memberikan peluang untuk manusia menyesuaikan perilakunya tergantung pada situasi tertentu di dalam lingkungan tersebut. Canter juga mengemukakan beberapa model lingkungan terapetik, yaitu the custodial model, the medical model, prosthetic model, normalisation, enhancement model dan growth individual model. Dari keenam model ini, lingkungan terapetik sebenarnya bisa terdapat di mana saja dan mungkin ada di sekitar kita tanpa disadari. Yang membuatnya menjadi lingkungan terapetik adalah keterlibatan aspek-aspek lingkungan dengan individu manusia yang dibantu dalam proses pemulihan atau dalam beraktivitas normal. Sehingga sesuai dengan pernyataan David Canter yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya bahwa tiga komponen (tingkah laku, organisasi dan fasilitas) dalam lingkungan terapetik harus dapat berkolaborasi untuk mencapai keberhasilan. Teori Robert F. Carr tentang lingkungan perawatan dan terapi pada Nursing Home terdapat beberapa aspek, yaitu: 1. Homelike and Therapeutic Environment 2. Attention to Way-Finding 3. Aksesibilitas 4. Keamanan dan Keselamatan Novelty adalah unsur kebaharuan yang dimunculkan dari penelitian desain yang diteliti, penelitian ini membahas tentang penerapan lingkungan terapetik yang berfokus kepada lingkungan fisik pada panti werdha. Lingkungan fisik pada panti werdha dapat mendukung lansia agar tetap beraktivitas secara mandiri dan aktif. Lingkungan fisik yang dimaksud dalam lingkungan terapetik adalah lingkungan fisik yang bersifat terapi yaitu dengan memasukan unsur-unsur yang membuat lansia merasa lebih baik. Panti werdha yang didesain secara fungsional dinilai kurang tepat untuk lansia, karena lansia memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga lingkungan yang dibutuhkan menjadi bersifat spesifik. Dengan adanya kebutuhan lansia akan lingkungan fisik yang bersifat terapi, sehingga diperlukan solusi desain yang tepat untuk penerapannya pada panti werdha. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J. Moloeng, 2004). Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah lingkungan terapetik yang didalamnya mencakup tingkah laku, organisasi dan fasilitas yang terdapat di panti werdha. Sampel data diambil dari perbandingan tiga panti werdha yang terdapat di Jakarta, Bogor dan Tangerang. Keseluruhan data yang didapatkan akan dijadikan perbandingan untuk di analisa sesuai dengan rumusan masalah. Pertimbangan penulis memakai penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono, karena hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah merupakan panti werdha yang didalamnya terdapat lansia. Objek yang alamiah memberikan arti objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Dalam penelitian ini, penulis berperan sebagai pengumpul data dan analisator. Pengumpulan data di lakukan dengan survei langsung ke panti werdha dan melakukan wawancara dengan pengurus panti werdha tentang sistem, lingkungan panti werdha, dan lansia yang tinggal di panti werdha. Survei panti werdha dilakukan di tiga tempat, yaitu Panti Sosial Tresna Werdha budi Mulia 4 yang berada di

4 Jakarta selatan, Panti Sosial Bina Karya yang berada di Tangerang, dan Rukun Senior Living yang berada di Sentul, Bogor. Data yangdidapat kemudian dianalisa dengan perbandingan dengan standar yang sudah ditetapkan untuk panti werdha dan fakta yang didapatkan di lapangan. Data primer pada penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari survei ke tiga panti werdha. Panti werdha yang menjadi pilihan peneliti untuk disurvei terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. PSTW Budi Mulia 4 yang merupakan milik Pemerintah 2. Panti Werdha Bina Bhakti yang merupakan milik Yayasan 3. Rukun Senior Living yang merupakan milik Swasta Survei yang dilakukan pada 3 panti werdha, peneliti mendapatkan informasi-informasi yang didalamnya mencakup informasi yang di dapat dari pengurus dan analisa lingkungan panti werdha yang dilakukan oleh peneliti pada saat dilaksanakannya survei. Data sekunder yang digunakan adalah berupa data sensus penduduk lansia di Jakarta yang didapatkan dari perpustakaan Badan Pusat Statistik. Data sensus penduduk fokus terhadap data sensus penduduk lansia di wilayah DKI Jakarta. Pemilihan daerah yang merupakan Jakarta Selatan mangacu kepada jumlah lansia terbanyak. Selain data sensus penduduk lansia, diperoleh juga data kesulitan fungsional yang dialami oleh lansia di Indonesia. Data sekunder lainnya juga merupakan data dari text book, jurnal dan artikel terkait dengan lingkungan terapetik dan panti werdha sesuai standar yang ada. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan survei ke panti werdha yang berada di Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara dengan pengurus, dan foto-foto lingkungan panti werdha. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan survei ke panti werdha yang berada di Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara dengan pengurus, dan foto-foto lingkungan panti werdha. HASIL DAN BAHASAN Analisa penelitian ini, dilakukan peneliti berdasarkan teori lingkungan terapetik yang dikemukakan oleh David Canter. Lingkungan terapetik memiliki 3 komponen yaitu tingkah laku, fasilitas (lingkungan fisik) dan organisasi. Pada analisa penelitian ini, peneliti fokus terhadap analisa lingkungan fisik yang terdapat pada lingkungan terapetik panti werdha. Analisa lingkungan fisik dilakukan dengan membandingkan tiga tempat yang sudah di survei oleh peneliti dengan teori standar kebutuhan lingkungan fisik untuk lansia dan analisa lingkungan fisik yang bersifat terapetik mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Robert F. Carr dalam jurnal World Building Design Guide (WBDG). Lingkungan yang sebaiknya terdapat pada panti werdha sesuai dengan teori yang ada pada buku Design Standards for Nursing Homes adalah lingkungan yang aman dan tenang. Lingkungan yang aman pada panti werdha adalah lingkungan yang memberikan dukungan berupa keselamatan bagi lansia yaitu dengan disediakannya ramp dan handrails. Ramp dan handrails merupakan bagian yang penting pada bangunan fisik panti werdha, karena ramp memberikan fasilitas untuk lansia yang memakai kursi roda agar tetap bisa mengakses lingkungan dan handrails digunakan untuk menopang lansia yang memiliki kekurangan dalam keseimbangan tubuh. Lingkungan yang tenang pada panti werdha adalah lingkungan yang memiliki tingkat kebisingan yang rendah dan terdapat banyak taman yang didalamnya terdapat banyak pohon dan perdu. Analisa lingkungan yang dilakukan pada 3 objek survei, berdasarkan kriteria lingkungan yang mengacu pada teori Design Standards for Nursing Homes adalah lingkungan yang aman dan tenang. Dari ketiga objek yang dianalisa, panti werdha yang memenuhi kriteria adalah Panti Werdha Bina Bhakti dan Rukun Senior Living. Lingkungan terapetik yang dapat membantu keterbatasan fisik lansia setelah dianalisa, mengacu kepada teori jenis lingkungan terapetik adalah lingkungan terapetik dengan jenis prosthetic model dan enhancement model, karena lingkungan dirancang secara khusus dengan alat-alat atau elemen lingkungan seperti ramp dan handrails dan juga lingkungan fisik didesain untuk memberikan stimulasi.

5 Analisa perbandingan lingkungan fisik terapetik juga dilakukan pada 3 objek survey untuk mengetahui kriteria lingkungan fisik terapetik. Hasil dari analisa homelike and therapeutic environment, yaitu: Skala ruang seperti rumah atau lembaga atau hotel tidak terlalu berpengaruh selama skala furnitur dan detail interior dikhususkan bagi lansia. Lingkungan yang hangat dapat diciptakan dari penggunaan furnitur seperti di rumah biasa, ruang komunal di taman atau teras, pemilihan warna dengan nuansa hangat, dan penggunaan material serta kombinasi material natural dengan unsur alam. Pengalaman spasial bisa didapatkan lansia dari akses terhadap ruang luar seperti taman, jalan setapak, jogging track, gazebo atau tempat yang tidak biasa terdapat di rumah seperti jalan salib di Panti Werdha Bina Bhakti dan area servis untuk lansia di PSTW Budi Mulia 4. Privasi untuk lansia terdapat pada ruang privat seperti kamar tidur. Dari hasil analisa sebaiknya kamar tidur lansia memiliki kapasitas 2 lansia/kamar untuk menghindari terjadinya pertengkaran antar lansia. Lingkungan fisik bukan hal yang berhubungan erat terhadap terjadinya disorientasi lansia, melainkan kerusakan memori lansia sehingga melupakan hal-hal tertentu dan mengingat hal yang berkesan bagi mereka. Dari hasil analisa, lingkungan fisik memberikan kesempatan bagi lansia untuk mengingat kembali memori yang hilang dengan meletakan barang pribadi di kamar. Untuk memudahkan menemukan ruang dan mengenali ruang dapat menerapkan ruang komunal yang bersifat terbuka atau transparan dan penempelan denah di beberapa sisi bangunan. Penamaan ruang dengan warna yang kontras juga dapat mempermudah lansia untuk menemukan ruangan kamar tidur mereka. Pencahayaan di ketiga objek survei ditemukan permasalahan bahwa pada siang hari beberapa ruangan dengan bukaan yang banyak dan lebar masih menggunakan lampu untuk menambah cahaya. Tingkat kedalaman ruang dengan sumber cahaya alami di satu sisi menyebabkan penambahan penggunaan cahaya buatan. Hasil dari analisa dari attention to way-finding adalah Rukun Senior Living memiliki aspek paling banyak yaitu terdapat signage, petunjuk berupa denah dan landmark penghijauan di area lobi. Panti Werdha Bina Bhakti memiliki aspek attention to way-finding yang tidak dimiliki Rukun Senior Living yaitu penamaan kamar tidur sesuai pemilik kamar dengan huruf yang mudah dan warna yang kontras. Aspek attention to way-finding yang dimiliki Panti Werdha Bina Bhakti sangat efektif untuk mengenali kamar tidur yang biasanya memiliki pola berderet. Hasil analisa aksesibilitas adalah Rukun Senior Living memiliki kriteria aksesibilitas paling lengkap dibandingkan dengan dua objek survei lainnya. Koridor cukup untuk dua lansia menggunakan kursi roda dan di sepanjang koridor tersedia handrails. Bangunan sebaiknya berupa bangunan satu lantai, apabila tidak memungkinkan bisa dijadikan dua lantai tetapi harus dilengkapi dengan tangga yang memiliki handrails dan lift. Desain interior baik dalam segi furnitur, jendela dan pintu dapat digunakan dengan mudah oleh lansia yang memakai kursi roda. Hasil dari analisa keamanan dan keselamatan selain dari penggunaan material non-reflektif dan licin pada lantai, akses lansia menuju ruang berbahaya dan keluar area panti juga mempengaruhi keamanan dan keselamatan lansia. Keamanan dan keselamatan desain panti yang paling ideal adalah Rukun Senior Living. Desain dengan akses lansia menuju ke ruang berbahaya di pisah jauh dari area tinggal dan aktifitas lansia, serta akses keluar panti harus melalui ruang publik dan resepsionis sehingga selalu ada pengawasan jika ada lansia yang keluar area panti untuk menghindari lansia hilang atau diculik.

6 SIMPULAN Dari analisa yang sudah dilakukan terhadap 3 panti werdha, peneliti menyimpulkan beberapa poin, yaitu: 1. Lingkungan terapetik yang dapat membantu keterbatasan fisik lansia sesuai dengan analisa lingkungan adalah lingkungan terapetik yang didalamnya terdapat alat-alat atau elemen khusus untuk mengimbangi kekurangan fisik lansia dan lingkungan fisik terapetik yang lebih hidup dan berwarna untuk stimulasi lansia. Jenis lingkungan terapetik yang dimaksud diatas adalan jenis lingkungan terpetik dengan prosthetic model dan enhancement model. 2. Kriteria-kriteria lingkungan fisik terapetik yang akan dimunculkan sesuai dengan hasil analisa ada beberapa poin, yaitu: Skala ruang homelike Lingkungan yang dapat menciptakan suasana hangat dan bersih Ruang yang memberikan lansia pengalaman spasial Menyediakan ruang yang memberikan privasi kepada lansia Penanggulangan kemungkinan disorientasi Ruang mudah ditemukan dan dikenali Pencahayaan Attention to Way-Finding Aksesibilitas dan mobilitas lansia didalam panti Penggunaan material dan pengendalian akses ruang oleh lansia Pencapaian lansia di dalam bangunan 3. Penerapan kriteria lingkungan fisik terapetik pada rancangan panti werdha adalah sebagai berikut: 5.1 Konsep Penerapan Kriteria Lingkungan Terapetik Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Skala ruang seperti rumah dengan ketinggian plafond 2,6-2,8 meter, ruang tidak terlalu besar untuk memberikan kesan akrab atau intim. Lingkungan yang hangat dengan penggunaan furnitur seperti di rumah biasa, ruang komunal di taman atau teras, pemilihan warna dengan nuansa hangat, dan penggunaan material serta kombinasi material natural dengan unsur alam. Pengalaman spasial bisa didapatkan lansia dari akses terhadap ruang luar seperti taman, jalan setapak, jogging track, gazebo atau tempat yang tidak biasa terdapat di rumah seperti jalan salib di Panti Werdha Bina Bhakti dan area servis untuk lansia di PSTW Budi Mulia 4. Privasi untuk lansia terdapat pada ruang privat seperti kamar tidur. Dari hasil analisa sebaiknya kamar tidur lansia memiliki kapasitas 2 lansia/kamar untuk menghindari terjadinya pertengkaran antar lansia. Lingkungan fisik bukan hal yang berhubungan erat terhadap terjadinya disorientasi lansia, melainkan kerusakan memori lansia sehingga melupakan hal-hal tertentu dan mengingat hal

7 yang berkesan bagi mereka. Dari hasil analisa, lingkungan fisik memberikan kesempatan bagi lansia untuk mengingat kembali memori yang hilang dengan meletakan barang pribadi di kamar. Untuk memudahkan menemukan ruang dan mengenali ruang dapat menerapkan ruang komunal yang bersifat terbuka atau transparan dan penempelan denah di beberapa sisi bangunan. Penamaan ruang dengan warna yang kontras juga dapat mempermudah lansia untuk menemukan ruangan kamar tidur mereka. Ruang yang memiliki tingkat kedalaman ruang diberikan sumber cahaya lebih dari satu sisi sehingga cahaya alami yang masuk lebih merata. Peletakan landmark, signage dan penamaan ruang dengan huruf sederhana dan warna yang kontras. Penerapan aksesibilitas dan mobilitas lansia dengan koridor yang cukup dilewati oleh 2 lansia menggunakan kursi roda dan tersedia handrails disepanjang koridor. Desain interior baik dalam segi furnitur, jendela dan pintu dapat digunakan dengan mudah oleh lansia yang memakai kursi roda. Bangunan untuk lansia merupakan bangunan 2 lantai dengan disediakannya lift. Peletakan area berbahaya jauh dari area tinggal lansia. Penggunaan material lantai yang tidak licin dan non-reflektif. Peletakan ruang publik atau resepsionis pada akses masuk keluar panti untuk pengawasan agar lansia tidak hilang. Zoning ruang berdasarkan hirarki ruang dari publik-semi privat-privat. Menggunakan pola ruang radial disesuaikan dengan kondisi tapak untuk memudahkan pencapaian lansia dan pembagian area aktifitas. REFERENSI Buku Brunswick.(2010). DSD Design Standards for Nursing Homes. USA : Department of Supply and Services Building Group. BPS Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi DKI Jakarta Jakarta : Badan Pusat Statistik. Canter, David.(1979). Designing for Therapeutic Environments. Great Britain : John Wiley & Sons. Bab di dalam buku Lawton, Powell.(1979). Therapeutic Environments for the Aged dalam Canter, David. (ed). Great Britain : John Wiley & Sons. Artikel jurnal Amalia, Ayu.(2013). Dampak Perubahan Struktur Keluarga Bagi Lansia. Jurnal Kementerian Sosial Republik Indonesia, 18. Campernel, Sarah., et al.(2010). Maintaining a Therapeutic Environment Carr, Robert.(2011). Nursing Home. Journal by the WBDG Health Care Subcommittee. Tesis dan Skripsi Tampubolon, E.(2007). Rumah Tinggal Sebagai Lingkungan Therapeutic Bagi Lanjut Usia. Skripsi S1. Universitas Indonesia, Depok. Wardhana, Mahendra.(2012). Terbentuknya Ruang Bersama Oleh Lansia Berdasarkan Interaksi Sosial dan Penggunanya. Tesis Doktor. ITS, Surabaya. Sumber dari internet

8 Bkkbn.(2012). Jumlah Lansia di Jakarta. Diakses tanggal 26 Febuari 2014 dari RIWAYAT HIDUP Juwita Ayu Putri Siregar lahir di kota Jakarta pada tanggal 25 febuari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Arsitektur pada tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Menurut katalog Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA BARAT

PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA BARAT PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PANTI WERDHA DI JAKARTA BARAT Angelina, Augustina Ika Widyani, Gatot Suharjanto Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No. 9,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG Yosephine Brenda Mathovani Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530 (021) 53696969 brenda_mathovani@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR Oleh: Siswanti Asri Trisnanih (1401083134) 08 PAC School of Design Interior Design Department Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang proyek Indonesia termasuk negara dengan proses penuaan penduduk cepat di Asia Tenggara. Upaya pembangunan dalam mengurangi angka kematian berdampak pada perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Setiap manusia akan melalui masa pertumbuhan dan mengalami siklus kehidupan dari kecil hingga lanjut usia. Menurut Carl Gustav Jung, daur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan pola hidup di masyarakat pun mulai berubah baik dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Masyarakat masa kini tentunya menganut sistem pola hidup modern terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, selsel kanker ini dapat

Lebih terperinci

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/

Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1. Kegiatan Nonton TV 2/ % - Baca koran/buku 4/ % - Melakukan hobi/ Lampiran 1 Hari Ke-1: 16 Maret 2015 Tabel Kegiatan Lansia dan Persentase Kegiatan Hari Ke-1 Waktu Jenis Aktivitas/ Jumlah Persentase Penelitian Kegiatan Lansia 13.00 - Nonton TV 2/32 6.25% - Baca koran/buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan termasuk di Indonesia yang awalnya hanya terjadi di negara-negara maju. Menurut Nugroho (1995) peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber: BAB I PENDAHULUAN Pengertian panti jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti jompo diartikan sebagai tempat merawat dan menampung jompo. Perda No, 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti kita ketahui, saat ini pembangunan gedung-gedung untuk berbagai kepentingan masyarakat tumbuh dengan sangat pesat. Berbagai gedung baru seperti gedung perkantoran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya arsitektur selalu bertujuan untuk menunjang dan mendukung kehidupan penggunanya. Pengguna karya arsitektur juga sering disebut sebagai user. User bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. Keberhasilan pembangunan nasional memberikan dampak peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Lansia Terlantar di Jakarta. Sumber: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Lansia Terlantar di Jakarta. Sumber: Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek UN, World Population Prospects: The 2010 Revision memprediksikan bahwa secara global populasi lansia akan terus mengalami peningkatan. Pada

Lebih terperinci

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Ratna Puspitasari 1, Faza Wahmuda 2 Jurusan Desain Produk, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Email: ratna.puspitasari03@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR Citra Lestari Oktaviana Andriyanto Wibisono Program Studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

BAB V. Konsep Perancangan

BAB V. Konsep Perancangan BAB V Konsep Perancangan Konsep perancangan ini diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian diambil kesimpulannya (sintesis). Sintesis ini didapat dari pendekatan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Penyakit merupakan salah satu penyebab stres, jika penyakit itu terus-menerus menempel pada tubuh seseorang, dengan kata lain penyakit itu sulit

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI TERKAIT KESEHATAN LANSIA PADA PANTI JOMPO DI JAKARTA BARAT

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI TERKAIT KESEHATAN LANSIA PADA PANTI JOMPO DI JAKARTA BARAT OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI TERKAIT KESEHATAN LANSIA PADA PANTI JOMPO DI JAKARTA BARAT Gita Kristenina Shasmita, Albertus Galih Prawata, ST. Trikariastoto Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang

Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang TUGAS AKHIR 138 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Pusat Kesejahteraan Lansia di Batang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: DEWI

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring 151 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Perkembangan jaman yang melaju dengan pesat, membuat sebuah kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization, 1943).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Kualitatif Penelitian untuk perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Konsep Sebuah konsep desain tempat pendidikan yang ramah lingkungan dengan membawa suasana yang asri membawa kehangatan keluarga dalam sebuah wadah pendidikan. Anak anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a) Kelayakan Proyek Pengertian rumah sakit yaitu rumah tempat merawat orang sakit; tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan masalah dan tujuan perancangan hingga menghasilkan suatu produk (hasil rancangan). Dengan metode perancangan

Lebih terperinci

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang Imam Pratama Adi Saloka 1, Triandriani Mustikawati 2, Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadikan kebutuhan ruang semakin tidak terbatas. Aktivitas masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial, maupun yang lainnya

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan

Lebih terperinci

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, BAB.IV. KONSEP DESAIN IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, Refreshing, berarti tidak kaku, mampu memotivasi pengguna Relaxing, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization, 1943).

Lebih terperinci

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

AKSESIBILITAS YANG BERTUMPU PADA KENYAMANAN SIRKULASI PANTI JOMPO DI JAKARTA TIMUR

AKSESIBILITAS YANG BERTUMPU PADA KENYAMANAN SIRKULASI PANTI JOMPO DI JAKARTA TIMUR AKSESIBILITAS YANG BERTUMPU PADA KENYAMANAN SIRKULASI PANTI JOMPO DI JAKARTA TIMUR Hendro Winarto, Nina Nurdiani, Wiyantara Wizaka Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Hendro.zhank@gmail.com

Lebih terperinci

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Korban dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau yang biasa dikenal sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat berbahaya)

Lebih terperinci

HUNIAN DAN PELAYANAN LANJUT USIA DINI DI KABUPATEN BOGOR DENGAN PENEKANAN PERILAKU DALAM ARSITEKTUR

HUNIAN DAN PELAYANAN LANJUT USIA DINI DI KABUPATEN BOGOR DENGAN PENEKANAN PERILAKU DALAM ARSITEKTUR HUNIAN DAN PELAYANAN LANJUT USIA DINI DI KABUPATEN BOGOR DENGAN PENEKANAN PERILAKU DALAM ARSITEKTUR Karina Krissanti, Edi Pramono Singgih, Rachmadi Nugroho Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebuah bangunan baru dapat berfungsi apabila bangunan tersebut dapat mengakomodir aktifitas dari fungsi yang terdapat di dalamnya. Pemakai bangunan adalah setiap orang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. DESKRIPSI PROYEK Pemilihan lokasi proyek berada di Jln Gudang air No. 14 C Kampung Dukuh, Jakarta Timur, karena lokasi tersebut sesuai Implementasi kebijakan provinsi DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKATA ABSTRAKSI

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKATA ABSTRAKSI ABSTRAKSI Kebutuhan akan rasa aman merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam setiap aspek kehidupan manusia termasuk rasa aman dari bahaya kebakaran. Egress system merupakan perencanaan metode

Lebih terperinci

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran DAFTAR ISI Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran i iii iv vii BAB I. PENDAHULUAN A. Kompetensi yang Akan Dicapai 1 B. Deskripsi Materi 2 C. Metode Pembelajaran 2 D. Kewajiban

Lebih terperinci

5 INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BADAN PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW) CIPARAY DENGAN KELUARGA

5 INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BADAN PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW) CIPARAY DENGAN KELUARGA 5 INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BADAN PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW) CIPARAY DENGAN KELUARGA Oleh: Ayu Martina, Budhi Wibhawa, & Meilanny Budiarti S. Email: ayu.martina@gmail.com ABSTRAK Orang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. TUJUAN PERANCANGAN Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan sebuah fasilitas kesehatan berupa hunian bagi kaum lansia agar dapat terlihat lebih nyaman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA V.1. Konsep Pengolahan Site Hal yang dibahas pada konsep pengolahan site adalah mengenai konsep penzoningan kelompok-kelompok ruang yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN FASILITAS PELAYANAN ANAK KANKER DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN FASILITAS PELAYANAN ANAK KANKER DI YOGYAKARTA BAB II TINJAUAN FASILITAS PELAYANAN ANAK KANKER DI YOGYAKARTA Bab II Tinjauan Fasilitas Pelayanan Anak Kanker di Yogyakarta merupakan bab yang berisi penjelasan terkait tipologi proyek fasilitas kanker

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah orang yang sistem-sistem biologisnya mengalami perubahan-perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usianya yang sudah lanjut. Perubahan ini dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide rancangan pada Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya berawal dari fakta di lapangan, yaitu fasilitas-fasilitas umum yang kurang memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/ BAB V KAJIAN PUSTAKA 5.1. Kajian Teori Penekanan/ Tema Desain Arsitektur Humanis Tema desain pada proyek Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai alasan yang membuat para lansia ditempatkan pada panti lansia, diantaranya mereka merasa lebih senang ketika berkumpul dengan teman-teman segenerasinya (seusia),

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Hasil Pengamatan Penulis melakukan pengamatan terhadap 2 objek rumah sakit, yaitu dan RSUD Pasar Rebo. Sedangkan objek lain adalah yang data-datanya merupakan

Lebih terperinci

Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke

Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 579-584 579 Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke Hendra Setiawan, dan Grace Mulyono Program Studi Desain Interior, Universitas

Lebih terperinci

18 HOME LIVING desember 2013

18 HOME LIVING desember 2013 18 desember 2013 Passive Solar Home Design FOTOGRAFER IRKHAM AR LOKASI PANTAI INDAH KAPUK, JAKARTA BARAT Memiliki lokasi rumah yang kaya akan sinar matahari tentu menjadi kelebihan yang harus dioptimalkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan. BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul Tema Sifat proyek : Perencanaan Apartemen : Arsitektur life style : fiktif II.2. Tinjauan Khusus II.2.1. Pengertian Apartemen Apartemen adalah - Merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 lanjut usia atau lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60 tahun), baik itu pria

Lebih terperinci

PERANCANGAN BANGUNAN HUNIAN LANSIA BERDASARKAN AKSESIBILITAS PENGHUNI PADA LINGKUNGAN DAN BANGUNAN

PERANCANGAN BANGUNAN HUNIAN LANSIA BERDASARKAN AKSESIBILITAS PENGHUNI PADA LINGKUNGAN DAN BANGUNAN PERANCANGAN BANGUNAN HUNIAN LANSIA BERDASARKAN AKSESIBILITAS PENGHUNI PADA LINGKUNGAN DAN BANGUNAN Adriana Sugiharto Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini bangsa Indonesia mengalami berbagai kemajuan. Hal ini merupakan hal yang positif karena dengan kemajuankemajuan tersebut maka bisa

Lebih terperinci

RUMAH SINGGAH PASIEN KANKER PAYUDARA DENGAN PENDEKATAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT DI KOTA SURAKARTA

RUMAH SINGGAH PASIEN KANKER PAYUDARA DENGAN PENDEKATAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT DI KOTA SURAKARTA RUMAH SINGGAH PASIEN KANKER PAYUDARA DENGAN PENDEKATAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT DI KOTA SURAKARTA Emma Indira Mandayaningrum, Edi Pramono Singgih, Sri Yuliani Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya dapat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia Harapan Hidup (UHH) menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan terutama dibidang kesehatan. Bangsa yang sehat ditandai dengan semakin panjangnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merawat kesehatan gigi memang sangat penting. Dengan gigi yang baik juga dapat menambah kepercayaan diri orang tersebut saat menjalani aktifitas sehari-hari. Saat masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perancangan Konsep Perancangan Health Care for Mother adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Kesimpulan diperoleh berdasarkan kesesuaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan rasa aman menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dan di tunjang dalam setiap aspek kehidupan manusia. Setiap individu memerlukan rasa aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Egress System merupakan sistem evakuasi diri yang pada kajian ini dikhususkan mengenai sistem evakuasi terhadap bahaya kebakaran dengan objek studi Melinda Hospital.

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN PETUGAS PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN PETUGAS PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA 1 TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN PETUGAS PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA Lisayana Suci Listari Sembiring, Etty Rekawati Lisayana Suci Listari Sembiring: Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr Bahder Djohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Commuter Line adalah salah satu bagian dari Pola Transportasi Makro DKI Jakarta yang dinilai memiliki peran penting sebagai sarana transportasi masal untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu hingga sekarang, musik menjadi sesuatu yang universal, sesuatu yang dikenal luas oleh masyarakat di seluruh dunia. Sepanjang sejarah peradaban manusia,

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Khusus Bedah merupakan sebuah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kota Bandung merupakan salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk 2.470.802 jiwa pada tahun 2014 dengan kepadatan penduduk

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN 03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN AKSESIBILITAS 31 Pada bab pembahasan ini akan memaparkan kritik desain yang dikaji bedasarkan hasil dari pendekatan masalah yang dikaji dengan teori mengenai aspek psikologi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar 5.1 Konsep Ide dasar BAB V Konsep Konsep ide dasar rancangan Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya meliputi poin-poin arsitektur perilaku, nilai-nilai keislaman, dan objek rancangan sendiri. Hal ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : lansia; disabilitas; anjing penolong; interior. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : lansia; disabilitas; anjing penolong; interior. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Setiap manusia akan mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental seiring dengan memasuki usia lanjut, yaitu 60 tahun ke atas. Penurunan fungsi tubuh tersebut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa sekarang ini jumlah penduduk lansia semakin lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas

Lebih terperinci