MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR Lintang Yuniar Pratiwi A DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR merupakan karya tulis saya pribadi dengan arahan Dosen Pembimbing, kecuali yang dengan jelas disebutkan rujukannya. Bogor, Oktober 2008 Yang membuat pernyataan Nama : Lintang YP. NRP : A

3 RINGKASAN LINTANG YUNIAR PRATIWI. Kegiatan Magang Perancangan Lanskap di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor. (Dibimbing oleh Siti Nurisjah). Seiring dengan tingkat perkembangan kota yang semakin pesat, maka kebutuhan masyarakat akan kenyamanan, selera dan fasilitas meningkat pula. Kebutuhan-kebutuhan tersebut salah satunya tak lepas dari kebutuhan akan peningkatan kualitas lanskap yang terkait dengan kegiatan perancangan. Dibutuhkan studi dan pembelajaran untuk mendukung perkembangan kemampuan diri khususnya ilmu perancangan kota. Salah satu upaya pendukung studi dan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dilakukan dengan kegiatan magang. Salah satu tujuan magang adalah untuk mempelajari perancangan area yang berbasis karakter perkotaan (urban character) dalam berbagai skala serta manajemen proyek yang sangat berperan penting dalam mendukung keberhasilan proses perancangan itu sendiri. Kegiatan magang dilakukan di salah satu perusahaan yang bergerak pada jasa konsultan untuk perancangan dan perencanaan lanskap karena spesialisasi di bidang jasa konsultan adalah dasar pada tahap pelaksanaan lebih lanjut. Salah satu perusahaan lanskap yang bergerak di jasa konsultan adalah PT. Sheils Flynn Asia (SFA). Tiga hal utama yang menjadi tujuan magang adalah memperoleh pengetahuan tentang manajemen proyek arsitektur lanskap dalam kegiatan perancangan serta mekanisme pengalokasian waktu dalam menyelesaikan proyek, mengikuti dan mempelajari manajemen studio yang diterapkan SFA dalam menangani proyek perancangan lanskap dan mempelajari faktor penunjang maupun faktor penghambat kegiatan perancangan lanskap. Manfaat yang didapat dari kegiatan magang antara lain upaya pengembangan profesionalisme diri sebagai mahasiswa arsitektur lanskap dalam berbagai kegiatan praktek perancangan lanskap, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai teknik perancangan dalam skala yang lebih kompleks, menambah pengalaman aplikasi ilmu yang telah didapat untuk diterapkan di dalam teknik pelaksanaan proyek. Kegiatan magang dilakukan di PT. Sheils Flynn Asia Jl. Ir. H. Juanda No.13 Bogor. Waktu pelaksanaan magang selama 16 minggu, dimulai dari tanggal 3 Maret 2008 hingga 21 Juni Metode yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah : 1. Metode kualitatif berorientasi pada lokasi magang dengan mengamati dan mempelajari ; lembaga kerja dan staf, struktur organisasi, fasilitas dan aplikasi teknologi yang diterapkan, pengenalan kondisi lapang, dan manajemen kerja yang diterapkan. 2. Metode deskriptif kualitatif, mempelajari dan ikut serta dalam segala kegiatan yang menghasilkan produk gambar perancangan berkaitan dengan pengembangan kualitas kerja mahasiswa dalam menghasilkan suatu karya perancangan lanskap.

4 3. Metode kualitatif dengan melakukan penilaian terhadap berbagai sub kegiatan untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang kegiatan perancangan lanskap. Bentuk data yang yang dikumpulkan diperoleh melalui studi pustaka pada SFA. Kegiatan magang yang dilakukan adalah dengan mengikuti mekanisme dan manajemen kerja studio serta proses perancangan proyek. Proses perancangan yang diterapkan PT. Sheils Flynn Asia meliputi : tahap persiapan, tahap riset dan analisa (RA), tahap konsep desain (CD), tahap pengembangan desain (DD), tahap pembuatan gambar kerja (PD). Manajemen kerja studio meliputi ; 1). Sistem penyimpanan data, 2). Sistem penanganan proyek, 3). Sistem penamaan proyek dan tahapan gambar, 4). Sistem kelengkapan dan lay outing gambar, 5). Standar gambar kerja proyek, 6). Manajemen kerja proses perancangan. Proyek perancangan yang menjadi bahan studi dan pembelajaran dalam kegiatan magang yaitu perancangan lanskap jalan (streetscape) pada kawasan Alam Sutera fase II yang berlokasi di Tangerang sampai pada tahap pengembangan desain dan taman kantor pada kantor pemasaran Panorama Resort (Panorama Resort Marketing Office) yang berlokasi di Bali sampai pada tahap pembuatan gambar kerja. Faktor penghambat kegiatan perancangan lanskap secara umum adalah adaptasi standar kerja dan gambar yang ditetapkan cukup menyulitkan serta koordinasi kerja pada dua pihak pimpinan Asia dan UK cukup rumit. Untuk tiap tahapan perancangan pada kedua proyek menghadapi faktor penghambat yang bermacam-macam sesuai kondisi masing-masing. Faktor penunjang kegiatan perancangan lanskap secara umum antara lain organisasi staf yang terstruktur cukup baik, fasilitas, teknologi dan peralatan kerja lengkap dan mutakhir, serta manajemen kerja dan studio yang diterapkan cukup baik sehingga menunjang kinerja. Kegiatan magang di SFA sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan khususnya dalam bidang perancangan Arsitektur Lanskap. Selain mempelajari aspek manajemen kerja perusahaan, peran aktif dalam proses perancangan proyek lanskap juga dilakukan. SFA mempunyai sistem dan manajemen kerja yang sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dipelajari dari organisasi perusahaan yang terstruktur dengan baik, sistem kerja pengelolaan data, mekanisme penanganan proyek melalui sistem teamwork dan pedoman kerja serta standar gambar dengan kualitas grafis cukup baik yang selama ini diterapkan.

5 Hak Cipta milik Lintang YP dan PT. Sheils Flynn Asia, tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin Lintang YP dan PT. Sheils Flynn Asia.

6 MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR Lintang Yuniar Pratiwi A Skripsi Sebagai salah satu syarat untyk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

7 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama Mahasiswa NRP : MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR : Lintang Yuniar Pratiwi : A Disetujui : Dosen Pembimbing Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP Tanggal lulus :

8 RIWAYAT HIDUP Lintang Yuniar Pratiwi, dilahirkan di Cilacap, tanggal 11 Juni 1986 merupakan anak kedua dari pasangan Subardi Hangga Suwita (bapak) dan Isti Nuguharti (ibu). Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dengan satu kakak perempuan bernama Ika Yanuaris Afniatin dan satu orang adik laki-laki yaitu Tryas Kartiko. Penulis mengawali kegiatan studi formalnya pada tahun 1991 di Taman Kanak-kanak Perwanida di Banjarnegara, lalu penulis melanjutkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) di SD N III Kasilib, Banjarnegara. Tahun 1998 penulis masuk pada sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP N I Wanadadi, Banjarnegara dan pada tahun 2001 penulis melanjutkan jenjang pendidikan sekolah menengah umum di SMU N II Purwokerto. Studi formal tingkat perguruan tinggi dilanjutkan pada tahun 2004 dengan mengambil program studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selain kegiatan wajib akademik, Penulis juga cukup aktif dalam kegiatan yang bersifat non-akademik yaitu pada tahun menjadi sekretaris organisasi mahasiswa daerah (OMDA) untuk IKAMAHAMAS (Ikatan Mahasiswa Banyumas), kemudian pada tahun menjadi ketua divisi eksternali di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Penulis juga beberapa kali aktif dalam kepanitiaan dalam kegiatan di lingkungan kampus.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta berkat rahmat, kesempatan dan karunianya yang telah begitu banyak diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Proses Perancangan Panorama Marketing Office Park dan Streetscape Kawasan alam Sutera Fase II dengan baik dan lancar. Adapun diketahui bahwa skripsi merupakan salah satu syarat utama mendapat gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Di kesempatan yang baik ini, penulis tidak lupa untuk menyampaikan terima kasih kepada 1. Kedua orang tuaku tercinta Subardi Hangga Suwita (bapak) dan terutama Isti Nugiharti (ibu) yang setiap detik menjadi inspirasi terhebat untuk selalu menjadi lebih baik dan terbaik atas pengorbanan materi dan spiritual yang tak ternilai. 2. Kedua saudaraku tersayang, Ika Yanuaris Afniatin (kakak) dan Tryas Kartiko (adik), yang menjadi tolak ukur perjuangan selama ini, yang telah membuat penulis menyadari bahwa persaudaraan adalah bagian dari kekuatan hidup. 3. Yang Terhormat Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA yang bertindak sebagai pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu dalam kegiatan pembimbingan dan penuntunan penyelesaian skripsi ini. 4. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam kegiatan akademik selama ini. 5. Yang terhormat Dr. Ir. Andi Gunawan, Msc dan Ir. Qodarian Pramukanto, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak pengarahan, saran, masukan, kritik yang bermanfaat untuk lebih baik ke depannya. 6. PT. Sheils Flynn Asia atas ketersediaannya menjadi lokasi magang, atas segala ilmu, pengalaman, pengetahuan, keakraban, kekeluargaan, yang diberikan dan sangat luar biasa sehingga penulis dapat belajar banyak selama kegiatan magang, terima kasih kepada seluruh pimpinan dan staf yaitu Eoghan Sheils, Stephen Flynn, Kate Collins, Yannes Pasaribu, Iman

10 P. Septadarma, Rahman Andra W., Widya, Bob Hendrianto, Dedy Guswandi, Ferdy Kusnaedi, Arif Hidayat, Gunang, Pak Nur, Pak Khoer. 7. Sahabat-sahabatku tersayang ARL 41 yang menjadi salah satu alasan utama semangat kuliah karena tawa canda yang selalu terbangun. Aku diantara kalian, Memey. Yuni, Dinny, Krista, Sari, Ria, Dian, Dita, Aini, Mufida, Occy, Tyas, Jafar, Anggi, Dayat, Sekar, Ipep, Karina, Putri, Syita, Putra, Nana, Neno, Sony, Hendy, Dimas, Fuji, Ita, Intan, Diana, Faikoh, Dyah, Anjar, Ozy, Ridho, Imad, Dewina, Piko. 8. Sahabat WR (wisma rahayu) yang menjadi keluarga kesekian yang sangat memberi kehangatan persaudaraan : Inggit, Lita, Ardha, Ani, Ides, Tina, Tanti, Ari, Fitri 9. Penyemangatku yang lain, Wahyu Aidil Fitiriawan dan Ipul, ada atau tidaknya kalian saat ini setidaknya kalian telah membuat hidupku lebih hidup. 10. Seluruh mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB angkatan 37, 38, 39, 40, 42, 43 dan Seluruh staf Departemen Arsitektur Lanskap IPB. 12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan persatu-satu untuk segala dukungan secara moril ataupun spiritual baik langsung maupun tak langsung. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sepenuhnya sempurna sehingga saran kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan akan diterima dengan lapang dada. Penulis sangat berharap dengan tulisan skripsi ini dapat membantu semua poihak yang membaca dan menggunakannya. Bogor, Oktober 2008 Penulis

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN Latar Belakang...1 Tujuan...2 Manfaat...2 TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Lanskap...3 Konsep Kota Baru...4 Lanskap Jalan...5 Klien...10 KONDISI UMUM Filosofi Perusahaan...11 Profil PT. Sheils Flynn...11 Lokasi PT. Sheils Flynn Asia...12 Struktur Organisasi...13 Penghargaan Desain...13 METODOLOGI Lokasi magang...15 Waktu magang...15 Metode magang...15 HASIL DAN PEMBAHASAN Lembaga PT. Sheils Flynn Asia Secara Umum...19 Struktur Organisasi...19 Proses Perancangan Lanskap di PT.SFA...20 Fasilitas Peralatan Kerja...22 Aplikasi Teknologi Informasi...23 Mekanisme Survei Lapang...24 Manajemen Kerja Studio...25 Sistem Penyimpanan Data...26 Sistem Penanganan Proyek...28 Sistem Penamaan Proyek dan Tahapan Gambar...29 Sistem Kelengkapan dan Layouting Gambar...30

12 Standar Gambar Kerja Proyek...32 Sistem Kerja dalam Proses Perancangan Proyek...33 Proses Perancangan Lanskap...36 Perancangan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II...37 Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera...37 Tahap Persiapan...37 Tahap Riset dan Analisa...38 Inventarisasai Tapak...38 Analisis Tapak...48 Review of Current Masterplan...57 Tahap Konsep Desain...68 Design Principles...68 Design Layers...73 Site plan...81 Tahap Pengembangan Desain...81 Perancangan Panorama Resort Marketing Office (PMRO)...84 Kondisi Umum PMRO...84 Tahap Persiapan...84 Tahap Riset dan Analisa...84 Inventarisasi Ruang...84 Analisis Ruang...87 Tahap Konsep Desain...90 Design Principles...90 Design Layers...93 Tahap Pengembangan Desain...99 Tahap Pembuatan Gambar Kerja...99 Faktor Penghambat dan Penunjang Kegiatan Magang KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 Nomor DAFTAR TABEL Teks Halaman 1. Fasilitas Pejalan Kaki Lebar Trotoar berdasarkan Jumlah pejalan Kaki Rekomendasi Lebar Zona Koridor Pejalan Kaki Jadwal Kegiatan Magang Tahapan Proses Perancangan PT. Sheils Flynn Asia Peralatan Kerja Kantor SFA Aplikasi Komputer yang Digunakan Serta Kegunaannya Kelengkapan Gambar Pada Folder Xref Klasifikasi Gambar Detil Inventarisasi Tapak Alam Sutera Fase II Hasil Analisis Topografi Tapak Alam Sutera Fase II Hasil Analisis Aspek Drainase Tapak Alam Sutera Fase II Analisis Konteks Kultural Tapak Alam Sutera Fase II Luasan Area Tata Ruang Alam Sutera Fase II (masterplan) Hirarki Jalan Kawasan Alam Sutera Fase II Perancangan detil ROW Alam Sutera fase II Inventarisasi Tapak Panorama Resort Marketing Office Analisis Bagian Ruang Luar PRMO Analisis Bagian Ruang Dalam Bangunan PRMO Detil Material sub Area Halaman Depan Detil Material sub Area Halaman Samping Detil Material sub Area Halaman Belakang Deskripsi Detail Edging Deskripsi Detail Furniture Deskripsi Detail Curbs Deskripsi Detail Paving Deskripsi Detail Walling Analisis Keikutsertaan Dalam Proses Perancangan Analisis Faktor Penghambat dan Penunjang Proses Perancangan Proyek

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Peta Lokasi PT. Sheils Flynn Asia Struktur Organisasi PT. Sheils Flynn Asia Sistem Penamaan Proyek PT. Sheils Flynn Asia Sistem Kerja dalam Proses Perancangan Konteks Regional Kawasan Alam Sutera Fase II Konteks Tapak Kawasan Alam Sutera Fase II Foto Satelit Batas Kawasan Alam Sutera Fase II Tapak Eksisting Kawasan Alam Sutera Fase II Foto Vegetasi Eksisting Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 1 Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 2 Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 3 Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Topografi Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Drainase Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Vegetasi Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis view Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Konteks Kultural Kawasan Alam Sutera Fase II Zonasi Tata Ruang Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Gambar Klasifikasi Bangunan Berdasar Jumlah Lantai Sesuai Masterplan Luasan Area Lanskap Berdasar Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Pengaruh Efek Bayangan Matahari Oleh Halangan Gedung Pada Musim Kemarau Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Pengaruh Efek Bayangan Matahari Oleh Halangan Gedung Pada Musim Hujan Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Hirarki Jalan Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Prinsip Desain Koridor Pergerakan Kendaraan dan Pejalan Kaki Prinsip Desain Usulan Jalur Pergerakan Peta Overlay Prinsip Desain Pergerakan dan Tempat Tujuan Desain Jalur Pergerakan dan Tempat Tujuan Kawasan Alam Sutera Fase II 75

15 28. Desain Luasan Area Danau Buatan Berdasar Masterplan Alam Sutera Fase II Desain Luasan Danau Buatan Kawasan Alam Sutera Fase II Desain Infrastruktur Lanskap Kawasan Alam Sutera Fase II Peta Overlay Usulan Desain Kawasan Alam Sutera Fase II Siteplan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II Ilustrasi Lanskap Jalan Tol Alam Sutera Fase II Peta dan Foto Inventarisasi Tapak PMRO Klasifikasi Ruang PMRO Softscape Plan PMRO Hardscape Plan PMRO Landscape Plan PMRO...98

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Standar Penggunaan Layer CAD di PT. Sheils Flynn Asia Drawing List Detil Potongan ROW Detil Potongan ROW Detil Potongan ROW 28 type Detil Potongan ROW 28 type Detil Potongan ROW28 type Ilustrasi Potongan ROW Ilustrasi Potongan ROW Ilustrasi Potongan ROW 28 type Ilustrasi Potongan ROW type Detil 1 Water feature Detil 2 Water feature...122

17 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN Latar Belakang...1 Tujuan...2 Manfaat...2 TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Lanskap...3 Konsep Kota Baru...4 Lanskap Jalan...5 Klien...10 KONDISI UMUM Filosofi Perusahaan...11 Profil PT. Sheils Flynn...11 Lokasi PT. Sheils Flynn Asia...12 Struktur Organisasi...13 Penghargaan Desain...13 METODOLOGI Lokasi magang...15 Waktu magang...15 Metode magang...15 HASIL DAN PEMBAHASAN Lembaga PT. Sheils Flynn Asia Secara Umum...19 Struktur Organisasi...19 Proses Perancangan Lanskap di PT.SFA...20 Fasilitas Peralatan Kerja...22 Aplikasi Teknologi Informasi...23 Mekanisme Survei Lapang...24 Manajemen Kerja Studio...25 Sistem Penyimpanan Data...26 Sistem Penanganan Proyek...28 Sistem Penamaan Proyek dan Tahapan Gambar...29 Sistem Kelengkapan dan Layouting Gambar...30

18 Standar Gambar Kerja Proyek...32 Sistem Kerja dalam Proses Perancangan Proyek...33 Proses Perancangan Lanskap...36 Perancangan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II...37 Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera...37 Tahap Persiapan...37 Tahap Riset dan Analisa...38 Inventarisasai Tapak...38 Analisis Tapak...48 Review of Current Masterplan...57 Tahap Konsep Desain...68 Design Principles...68 Design Layers...73 Site plan...81 Tahap Pengembangan Desain...81 Perancangan Panorama Resort Marketing Office (PMRO)...84 Kondisi Umum PMRO...84 Tahap Persiapan...84 Tahap Riset dan Analisa...84 Inventarisasi Ruang...84 Analisis Ruang...87 Tahap Konsep Desain...90 Design Principles...90 Design Layers...93 Tahap Pengembangan Desain...99 Tahap Pembuatan Gambar Kerja...99 Faktor Penghambat dan Penunjang Kegiatan Magang KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

19 Nomor DAFTAR TABEL Teks Halaman 1. Fasilitas Pejalan Kaki Lebar Trotoar berdasarkan Jumlah pejalan Kaki Rekomendasi Lebar Zona Koridor Pejalan Kaki Jadwal Kegiatan Magang Tahapan Proses Perancangan PT. Sheils Flynn Asia Peralatan Kerja Kantor SFA Aplikasi Komputer yang Digunakan Serta Kegunaannya Kelengkapan Gambar Pada Folder Xref Klasifikasi Gambar Detil Inventarisasi Tapak Alam Sutera Fase II Hasil Analisis Topografi Tapak Alam Sutera Fase II Hasil Analisis Aspek Drainase Tapak Alam Sutera Fase II Analisis Konteks Kultural Tapak Alam Sutera Fase II Luasan Area Tata Ruang Alam Sutera Fase II (masterplan) Hirarki Jalan Kawasan Alam Sutera Fase II Perancangan detil ROW Alam Sutera fase II Inventarisasi Tapak Panorama Resort Marketing Office Analisis Bagian Ruang Luar PRMO Analisis Bagian Ruang Dalam Bangunan PRMO Detil Material sub Area Halaman Depan Detil Material sub Area Halaman Samping Detil Material sub Area Halaman Belakang Deskripsi Detail Edging Deskripsi Detail Furniture Deskripsi Detail Curbs Deskripsi Detail Paving Deskripsi Detail Walling Analisis Keikutsertaan Dalam Proses Perancangan Analisis Faktor Penghambat dan Penunjang Proses Perancangan Proyek

20 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Peta Lokasi PT. Sheils Flynn Asia Struktur Organisasi PT. Sheils Flynn Asia Sistem Penamaan Proyek PT. Sheils Flynn Asia Sistem Kerja dalam Proses Perancangan Konteks Regional Kawasan Alam Sutera Fase II Konteks Tapak Kawasan Alam Sutera Fase II Foto Satelit Batas Kawasan Alam Sutera Fase II Tapak Eksisting Kawasan Alam Sutera Fase II Foto Vegetasi Eksisting Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 1 Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 2 Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 3 Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Topografi Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Drainase Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Vegetasi Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis view Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Konteks Kultural Kawasan Alam Sutera Fase II Zonasi Tata Ruang Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Gambar Klasifikasi Bangunan Berdasar Jumlah Lantai Sesuai Masterplan Luasan Area Lanskap Berdasar Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Pengaruh Efek Bayangan Matahari Oleh Halangan Gedung Pada Musim Kemarau Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Pengaruh Efek Bayangan Matahari Oleh Halangan Gedung Pada Musim Hujan Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Hirarki Jalan Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Prinsip Desain Koridor Pergerakan Kendaraan dan Pejalan Kaki Prinsip Desain Usulan Jalur Pergerakan Peta Overlay Prinsip Desain Pergerakan dan Tempat Tujuan Desain Jalur Pergerakan dan Tempat Tujuan Kawasan Alam Sutera Fase II 75

21 28. Desain Luasan Area Danau Buatan Berdasar Masterplan Alam Sutera Fase II Desain Luasan Danau Buatan Kawasan Alam Sutera Fase II Desain Infrastruktur Lanskap Kawasan Alam Sutera Fase II Peta Overlay Usulan Desain Kawasan Alam Sutera Fase II Siteplan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II Ilustrasi Lanskap Jalan Tol Alam Sutera Fase II Peta dan Foto Inventarisasi Tapak PMRO Klasifikasi Ruang PMRO Softscape Plan PMRO Hardscape Plan PMRO Landscape Plan PMRO...98

22 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Standar Penggunaan Layer CAD di PT. Sheils Flynn Asia Drawing List Detil Potongan ROW Detil Potongan ROW Detil Potongan ROW 28 type Detil Potongan ROW 28 type Detil Potongan ROW28 type Ilustrasi Potongan ROW Ilustrasi Potongan ROW Ilustrasi Potongan ROW 28 type Ilustrasi Potongan ROW type Detil 1 Water feature Detil 2 Water feature...122

23 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN Latar Belakang...1 Tujuan...2 Manfaat...2 TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Lanskap...3 Konsep Kota Baru...4 Lanskap Jalan...5 Klien...10 KONDISI UMUM Filosofi Perusahaan...11 Profil PT. Sheils Flynn...11 Lokasi PT. Sheils Flynn Asia...12 Struktur Organisasi...13 Penghargaan Desain...13 METODOLOGI Lokasi magang...15 Waktu magang...15 Metode magang...15 HASIL DAN PEMBAHASAN Lembaga PT. Sheils Flynn Asia Secara Umum...19 Struktur Organisasi...19 Proses Perancangan Lanskap di PT.SFA...20 Fasilitas Peralatan Kerja...22 Aplikasi Teknologi Informasi...23 Mekanisme Survei Lapang...24 Manajemen Kerja Studio...25 Sistem Penyimpanan Data...26 Sistem Penanganan Proyek...28 Sistem Penamaan Proyek dan Tahapan Gambar...29 Sistem Kelengkapan dan Layouting Gambar...30

24 Standar Gambar Kerja Proyek...32 Sistem Kerja dalam Proses Perancangan Proyek...33 Proses Perancangan Lanskap...36 Perancangan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II...37 Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera...37 Tahap Persiapan...37 Tahap Riset dan Analisa...38 Inventarisasai Tapak...38 Analisis Tapak...48 Review of Current Masterplan...57 Tahap Konsep Desain...68 Design Principles...68 Design Layers...73 Site plan...81 Tahap Pengembangan Desain...81 Perancangan Panorama Resort Marketing Office (PMRO)...84 Kondisi Umum PMRO...84 Tahap Persiapan...84 Tahap Riset dan Analisa...84 Inventarisasi Ruang...84 Analisis Ruang...87 Tahap Konsep Desain...90 Design Principles...90 Design Layers...93 Tahap Pengembangan Desain...99 Tahap Pembuatan Gambar Kerja...99 Faktor Penghambat dan Penunjang Kegiatan Magang KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

25 Nomor DAFTAR TABEL Teks Halaman 1. Fasilitas Pejalan Kaki Lebar Trotoar berdasarkan Jumlah pejalan Kaki Rekomendasi Lebar Zona Koridor Pejalan Kaki Jadwal Kegiatan Magang Tahapan Proses Perancangan PT. Sheils Flynn Asia Peralatan Kerja Kantor SFA Aplikasi Komputer yang Digunakan Serta Kegunaannya Kelengkapan Gambar Pada Folder Xref Klasifikasi Gambar Detil Inventarisasi Tapak Alam Sutera Fase II Hasil Analisis Topografi Tapak Alam Sutera Fase II Hasil Analisis Aspek Drainase Tapak Alam Sutera Fase II Analisis Konteks Kultural Tapak Alam Sutera Fase II Luasan Area Tata Ruang Alam Sutera Fase II (masterplan) Hirarki Jalan Kawasan Alam Sutera Fase II Perancangan detil ROW Alam Sutera fase II Inventarisasi Tapak Panorama Resort Marketing Office Analisis Bagian Ruang Luar PRMO Analisis Bagian Ruang Dalam Bangunan PRMO Detil Material sub Area Halaman Depan Detil Material sub Area Halaman Samping Detil Material sub Area Halaman Belakang Deskripsi Detail Edging Deskripsi Detail Furniture Deskripsi Detail Curbs Deskripsi Detail Paving Deskripsi Detail Walling Analisis Keikutsertaan Dalam Proses Perancangan Analisis Faktor Penghambat dan Penunjang Proses Perancangan Proyek

26 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Peta Lokasi PT. Sheils Flynn Asia Struktur Organisasi PT. Sheils Flynn Asia Sistem Penamaan Proyek PT. Sheils Flynn Asia Sistem Kerja dalam Proses Perancangan Konteks Regional Kawasan Alam Sutera Fase II Konteks Tapak Kawasan Alam Sutera Fase II Foto Satelit Batas Kawasan Alam Sutera Fase II Tapak Eksisting Kawasan Alam Sutera Fase II Foto Vegetasi Eksisting Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 1 Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 2 Kawasan Alam Sutera Fase II Foto view 3 Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Topografi Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Drainase Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Vegetasi Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis view Kawasan Alam Sutera Fase II Analisis Konteks Kultural Kawasan Alam Sutera Fase II Zonasi Tata Ruang Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Gambar Klasifikasi Bangunan Berdasar Jumlah Lantai Sesuai Masterplan Luasan Area Lanskap Berdasar Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Pengaruh Efek Bayangan Matahari Oleh Halangan Gedung Pada Musim Kemarau Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Pengaruh Efek Bayangan Matahari Oleh Halangan Gedung Pada Musim Hujan Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Hirarki Jalan Sesuai Masterplan Kawasan Alam Sutera Fase II Prinsip Desain Koridor Pergerakan Kendaraan dan Pejalan Kaki Prinsip Desain Usulan Jalur Pergerakan Peta Overlay Prinsip Desain Pergerakan dan Tempat Tujuan Desain Jalur Pergerakan dan Tempat Tujuan Kawasan Alam Sutera Fase II 75

27 28. Desain Luasan Area Danau Buatan Berdasar Masterplan Alam Sutera Fase II Desain Luasan Danau Buatan Kawasan Alam Sutera Fase II Desain Infrastruktur Lanskap Kawasan Alam Sutera Fase II Peta Overlay Usulan Desain Kawasan Alam Sutera Fase II Siteplan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II Ilustrasi Lanskap Jalan Tol Alam Sutera Fase II Peta dan Foto Inventarisasi Tapak PMRO Klasifikasi Ruang PMRO Softscape Plan PMRO Hardscape Plan PMRO Landscape Plan PMRO...98

28 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Standar Penggunaan Layer CAD di PT. Sheils Flynn Asia Drawing List Detil Potongan ROW Detil Potongan ROW Detil Potongan ROW 28 type Detil Potongan ROW 28 type Detil Potongan ROW28 type Ilustrasi Potongan ROW Ilustrasi Potongan ROW Ilustrasi Potongan ROW 28 type Ilustrasi Potongan ROW type Detil 1 Water feature Detil 2 Water feature...122

29 PENDAHULUAN Latar Belakang Bentuk pembagian wilayah secara administratif pada suatu negara dapat diketahui dengan adanya penetapan wilayah kota dan desa. Kota merupakan suatu wilayah luas yang padat penduduk merupakan pusat bagi kegiatan ekonomi, sosial dan politik, memiliki keterkaitan antara posisi geografisnya dengan kekuatan pemerintahan dalam suatu negara (Simonds, 1983). Perkembangan kota cenderung lebih komplek terutama pada masalah pertumbuhan penduduk. Tingkat sosial serta ekonomi warga kota berkembang seiring dengan perkembangan aspek sosial ekonomi kota. Peningkatan aspek tersebut akan mempengaruhi kebutuhan yang lebih spesifik secara individual antara lain pada tingkat konsumsi, pendidikan dan selera. Menurut Lynch (1994) sebuah komunitas sosial suatu kota yang semakin maju dan berkembang akan menumbuhkan pergeseran interest. Hal tersebut tercermin pada meningkatnya kebutuhan warga terhadap fasilitas pribadi, fasilitas kota serta peningkatan kualitas lanskap yang lebih komplek dan lebih baik. Menanggapi perkembangan tersebut dibutuhkan studi dan pembelajaran kreatif dan inovatif agar keberhasilan perancangan infrastruktur dan lanskap kota dapat tercapai. Upaya pendukung studi dan pembelajaran dilakukan dengan kegiatan magang, yang bertujuan untuk mempelajari perancangan area yang berbasis karakter perkotaan (urban character). Agar menghasilkan suatu produk rancangan yang berkualitas maka aspek manajemen proyek dalam hal ini sangat berperan. Kegiatan magang dilakukan di perusahaan yang bergerak pada jasa konsultan untuk perancangan dan perencanaan lanskap. Salah satu perusahaan lanskap yang bergerak di jasa konsultan adalah PT. Sheils Flynn Asia (SFA). Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang landscape planning and designing consultant. Penting dalam hal ini adalah keikutsertaan dalam kegiatan studio dalam proses perancangan taman dan pembelajaran manajemen proyek yang diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme diri serta kompetensi sebagai arsitek lanskap. Mengacu dan melihat pengalaman serta kinerja SFA, modifikasi teori, prinsip, teknik dan sistem

30 kerja adalah hal utama yang dipelajari sehingga kegiatan magang di konsultan ini diharapkan dapat memacu perkembangan ilmu maupun ketrampilan yang menunjang studi sebagai mahasiswa arsitektur lanskap. Tujuan Magang Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap profesionalisme. Tujuan tersebut diperoleh melalui upaya kerjasama dalam proses mendesain dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap yang berfokus pada teknik-teknik perancangan berbasis pada perkotaan. Tujuan khususnya adalah : 1. Memperoleh pengetahuan tentang manajemen proyek Arsitektur Lanskap dalam kegiatan perancangan serta mekanisme pengalokasian waktu dalam menyelesaikan proyek. 2. Mengikuti dan mempelajari manajemen studio yang diterapkan SFA dalam menangani proyek perancangan lanskap. 3. Mempelajari faktor penunjang maupun faktor penghambat kegiatan perancangan lanskap. Manfaat Magang Kegiatan magang yang dilakukan di PT. Sheils Flynn Asia ini diharapkan mempunyai manfaat dalam rangka mengembangkan profesionalisme diri sebagai mahasiswa arsitektur lanskap. Peningkatan kemampuan dalam berbagai kegiatan praktek perancangan lanskap dalam skala yang lebih kompleks. Kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai teknik perancangan dan teknik aplikasi komputer pendukung, menambah pengalaman khususnya dalam aplikasi ilmu yang telah didapat untuk diterapkan di dalam teknik pelaksanaan proyek.

31 TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Lanskap Menurut Simonds (2006), perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik sehingga ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia, tergantung pada pengorganisasiannya seperti keriangan, ketegangan, gerakan, keheningan dan perenungan. Proses desain membantu arsitek lanskap untuk mencapai disain tapak total yang secara keseluruhan memanfaatkan seluruh elemen disain untuk memenuhi kebutuhan proyek seefisien mungkin dan nilai estetika yang tinggi. Menurut Simonds (2006), tanaman dipilih sebagai alternatif terbaik terhadap kondisi lingkungan yang ada. Desain penanaman terbaik didapatkan dengan memadukan ilmu pengetahuan dan seni yang pada akhirnya disain lanskap yang baik adalah apakah pengguna atau pengunjung merasa nyaman berada di dalamnya dan apakah ruanng tersebut dapat digunakan seperti yang diinginkan. Proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap menurut Simonds (1983) terdiri atas Commision, Research, Analysis, Synthesis, Construction, dan Operation. Commision adalah tahap dimana klien menyatakan keinginan/kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap pengumpulan/inventarisasi data. Analysis merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar, potensi dan standar serta membuat program pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi skematik atas alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep, serta menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup

32 pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuain dan perbaikan serta observasi penampakan. Kota Baru Dalam Kota Konsep kota baru dalam kota menyangkut rehabilitasi berskala besar, modernisasi dan peremajaan pusat kota (Gallion dan Eisner, 1992). Lebih lanjut dikemukakan oleh Gallion dan Eisner (1992) bahwa konsep kota baru dalam kota mengusulkan agar fungsi-fungsi kawasan tertentu diubah guna memungkinkan suatu lingkungan kehidupan yang bergairah yang akan merangsang dan memberi rasa aman bagi warganya dimana kegiatan-kegiatan yang menarik tersedia. Lanskap Jalan Gallion dan Eisner (1992) menyatakan bahwa sistem sirkulasi menentukan batasbatas unit lingkungan. Sejalan dengan perkembangan kota, maka rencana sirkulasi akan menjadi suatu acuan untuk membangun dan memperbaiki sistem sirkulasi kota. Rencana-rencana sirkulasi dan penggunaan lahan perlu diintegrasikan. De Chiara dan Koppelman (1994) menyatakan bahwa jalan merupakan unsur penting untuk rancangan pengelompokan yang harus diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyamanaannya. Bagian-bagian Jalan Sesuai dengan standar peraturan yang telah ditetapkan, dalam setiap jalan raya khususnya jalan tol terdiri menjadi beberapa bagian utama. Menurut UU RI Nomor 13 Tahun 1980 Pasal 5 ( disebutkan bahwa : 1. Bagian-bagian jalan meliputi Daerah Manfaat Jalan, Daerah Milik Jalan, dan Daerah Pengawasan Jalan. 2. Daerah Manfaat Jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. 3. Daerah Milik Jalan meliputi Daerah Manfaat Jalan dan sejalur tanah tertentu, di luar Daerah Manfaat Jalan. Lebih jelas dideskripsikan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (1990) mengenai bagian-bagian jalan tersebut (

33 1). Damaja (Daerah Manfaat Jalan) Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman. Ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman timbunan dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya. Lebar Damaja ditetapkan oleh Pembina Jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman mimimum 1,5 meter diukur dari permukaan perkerasan. 2). Damija (Daerah Milik Jalan) Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan daerah manfaat jalan dan perlebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Lebar Minimum Lebar Damija sekurang-kurangnya sama dengan lebar Damaja. Tinggi atau kedalaman, yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas, serta penentuannya didasarkan pada keamanan, pemakai jalan sehubungan dengan pemanfaatan Daerah Milik Jalan, Daerah Manfaat Jalan serta ditentukan oleh Pembina Jalan. 3). Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan) Merupakan ruas disepanjang jalan di luar Daerah Milik Jalan yang ditentukan berdasarkan kebutuhan terhadap pandangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina Jalan. Daerah Pengawasan Jalan dibatasi oleh : Lebar diukur dari As Jalan. a. Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter. b. Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 meter. c. Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter. d. Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter. e. Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 meter. f. Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter. g. Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir.

34 Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan pada keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam hal pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan. Dalam Damija terdiri dari beberapa bagian antara lain : (1). Bahu Jalan Bahu jalan didefinisikan sebagai tempat kendaraan berhenti dalam keadaan darurat ketika mengalami gangguan pada kendaraan. Anda tidak diperkenankan mendahului kendaraan lain pada jalur ini. (2). Median Median adalah jarak pemisah antar jalan tol yang berlawanan arah. Biasanya dilengkapi dengan guardrail dan elemen penahan silau yang umumnya berupa vegetasi ( Jalur Pejalan Kaki Keberadaan jalur pejalan kaki penting untuk diperhatikan, hal ini menyangkut kepentingan para pengguna jalan yang tidak menggunakan kendaraan bermotor. Direktorat Jenderal Bina Marga (1990) menyatakan bahwa jalur pejalan kaki yang kondisinya sesuai standar keamanan dan kenyamanan sangat membantu aktivitas pejalan kaki, dengan jalur yang baik diharapkan akan mengurangi pengguanaan kendaraan bermotor yang akhir-akhir ini meningkat jumlahnya. Jalur pejalan kaki terdiri dari trotoar, penyeberangan dan non trotoar. ( Dalam Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 disebutkan beberapa fasilitas pejalan kaki yaitu trotoar; tempat penyeberangan yang dinyatakan dengan marka jalan dan/atau rambu lalu lintas; jembatan penyeberangan; dan terowongan penyeberangan. Trotoar merupakan bagian dari jalan yang disediakan khusus untuk pejalan kaki. Trotoar umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Fasilitas pejalan kaki dan persyaratan lebar trotoar berdasarkan jumlah pejalan.dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 (

35 Tabel 1. Fasilitas Pejalan Kaki NO Fasilitas Pejalan Kaki Persyaratan Umum Trotoar Tempat penyeberangan Jembatan penyeberangan Terowongan penyeberangan ruang bebas >2,50 m dari permukaan trotoar. berupa zebra cross lebar > 2 m, tinggi >5 m dari permukaan jalan lebar > 2 m, tinggi >3 m dari lantai terowongan dan terdapat lampu penerangan Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 Tabel 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki Jumlah pejalan kaki/detik/meter Lebar Trotoar NO (meter) orang 3 orang 2 orang 1 orang Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 Dalam Portland Pedestrian Guide (1998) dijelaskan bahwa terdapat empat sub-zona pada sebuah jalur pejalan kaki. Sub-zona tersebuta adalah : 1. Curb zone, merupakan area penempatan kerb yang membatasi jalur pejalan kakai dengan jalan raya. 2. Furnishing zone, area penempatan street furniture dan vegetasi yang berfungsi sebagai area penyangga untuk pejalan kaki terhadap jalan raya. 3. Through Pedestrian zone, jalur yang ditujukan untuk aktivitas berjalan kaki tanpa halangan, zona ini harus bebas dari objek permanen maupun temporer. 4. Frontage zone, area diantara jalur pejalan kaki dan area pemanfaatan di sekitarnya sebagai transisi ke area lain di luar jalur pejalan kaki.

36 Tabel 3. Rekomendasi Lebar Zona Koridor Pejalan Kaki Lebar Koridor Aplikasi Rekomendasi Ukuran Sub-Zona (m) Jalur (m) Curb zone Furnishing zone Through Pedestrian Frontage zone zone 4.6 jalan arteri, 0,15 1,2 2,5 0,75 ROW ± 24,5m 3.7 jalan lokal, 0,15 1,2 1,9 0,45 ROW ± 18,2m 3.4 jalan lokal 0,15 1,2 1,9 0,15 kota, ROW ± 15,2m 3.0 Jalan perumahan 0,15 1,2 1,5 0,15 Sumber : Portland Pedestrian Guide (1998) Prinsip-prinsip Perancangan Jalur Pejalan Kaki (pedestrian) Prinsip-prinsip yang digunakan dalam perancangan jalur pejalan kaki sebagaimana disebutkan dalam Portland Pedestrian Guide (1998) seharusnya memperlihatkan suatu nilai keseimbangan dimana timbul integrasi sampai pada taraf tertentu dalam setiap peningkatan kualitas jalur pejalan kaki. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan relatif mempunyai arti penting. Prinsip yang dipertimbangkan dalam perancangan pedestrian antara lain : 1). Lingkungan jalur pejalan kaki merupakan lingkungan yang aman Desain yang diimplementasikan hendaknya bebas dari bahaya dan meminimalisir faktor eksternal yang meliputi bising, polusi suara, bahaya lalu lintas dan ketidaksesuaian elemen lanskap. 2). Jaringan pedestrian hendaknya mudah diakses oleh berbagai pihak Desain harus memastikan mendukung tingkat mobilitas pengguna dengan tidak memandang usia, kepentingan maupun kemampuan.

37 3). Jalur pedestrian hendaknya terhubung dengan tempat tujuan orang bepergian Pedestrian seharusnya mempunyai cakupan jaringan menuju ke area yang menjadi tujuan orang bepergian, memberi hubungan yang bersifat langsung dan menyenangkan serta kontinyu diantara area-area tersebut termasuk perumahan, sekolah, area belanja, public area, serta area rekreasi. 4). Lingkungan pedestrian hendaknya mudah untuk dimanfaatkan Pedestrian dapat dengan mudah diketahui oleh pengguna, menyediakan rute perjalanan langsung kepada tempat tujuan. 5). Lingkungan pedestrian hendaknya memberikan area yang menarik Lingkungan pedestrian meliputi area terbuka (plasa), lapangan, dan halaman, dan tentu saja bangunan yang memberi kesan penguat dan bentuk pada jalan. Amenity yang ada antara lain berasal dari elemen dan furnitur jalan, tanaman, paving, yang diintegrasikan dengan nilai sejarah dan budaya. Desain yang baik akan meningkatkan nilai dari segi visual maupun perasaan. 6). Lingkungan pedestrian hendaknya dapat digunakan untuk banyak kepentingan Pedestrian hendaknya mendukung kepentingan umum antara lain area istirahat, rekreasi, makan, promosi yang tentu saja tidak bertentangan dengan keamanan dan kemudahan akses berjalan kaki. 7). Peningkatan nilai dan kualitas pedestrian hendaknya bernilai ekonomis Hal ini dapat diartikan bahwa desain yang dibuat seharusnya memberi manfaat dan keuntungan dari segi ekonomi khususnya biaya pemeliharaan yang minimal.

38 Proyek Proyek adalah kegiatan/usaha bersifat sementara yang dilakukan untuk menciptakan produk atau jasa yang unik, bukan kegiatan rutin dan berulang (repetitive). Proyek setidaknya dapat dilihat dan dikelola dari 9 subdisiplin pengetahuan/manjemen yaitu ; manajemen lingkup pekerjaan, waktu, biaya, kualitas, SDM, komunikasi, risiko, procurement, dan integrasi (a guide to project management body of knowledge dalam Saleh, 2004). Manajemen Proyek Menurut Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (2008) manajemen proyek adalah penerapan dari pengetahuan, ketrampilan, 'tools and techniques' pada aktivitas-aktivitas proyek supaya persyaratan dan kebutuhan dari proyek terpenuhi. Proses-proses dari manajemen proyek dapat dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu : 'initiating process, planning process, executing process, controlling process dan closing process' ( 19 Agustus 2008). Klien Menurut Ingels (2004), suatu proyek lanskap akan meibatkan klien atau tenaga ahli yang berkaitan dengan bidangnya. Beberapa kontrak harus dinegosiasikan untuk menyatukan semua pihak yang teribat agar proyek berjalan dengan baik tidak ada pihak yang sangat dirugikan. Klien adalah seseorang atau suatu perusahaan yang mempunyai proyek dan menyediakan kebutuhan finansial dari proyek tersebut (Ingels, 2004). Klien dalam istilah lain adalah pihak baik individu maupun kelompok yang mempunyai hajat atas suatu pekerjaan proyek, oleh karena itu pihak klienpun sebaiknya mengetahui informasi yang cukup mengenai manajemen operasional dari suatu proyek agar tidak ada unsur negatif yang muncul dalam proses pelaksanaan kesepakatan.

39 KONDISI UMUM Filosofi Perusahaan Sheils Flynn Asia (SFA) merupakan suatu badan usaha yang bergerak di bidang konsultasi perancangan. Status SFA termasuk ke dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). PT. Sheils Flynn merupakan sebuah konsultan lanskap yang cakupan kegiatannya meliputi perancangan lanskap, perencanaan lanskap, kebijakan dan konservasi lanskap, studi kelayakan serta skema restorasi lanskap. Kantor pusat dan kepemimpinan utama berada di London, United Kingdom (UK). Pekerjaan desain PT. Sheils Flynn tidak saja proyek di UK, tetapi juga banyak pekerjaan desain lanskap yang berada di luar UK terutama kawasan Asia. Atas hal tersebut maka PT. Sheils Flynn mendirikan konsultan cabang pada tahun 2001 yang berada di kawasan Asia dan ditempatkan di Indonesia tepatnya di kota Bogor yaitu Sheils Flynn Asia (SFA). Pembentukan perusahaan cabang (SFA) ini sangat membantu dalam pendistribusian pekerjaan. Sebagian besar pekerjaan yang diterima PT. Sheils Flynn ditangani di SFA. Struktur organisasi yang lebih lengkap berada di SFA dan SFA memang ditujukan sebagai lokasi utama penanganan proyek yang dalam kenyataannya tidak hanya proyek yang berlokasi di kawasan Asia tetapi juga proyek yang berada di luar kawasan Asia khususnya UK. Profil PT. Sheils Flynn Kantor pusat: SHEILS FLYNN LANDSCAPE ARCHITECTS LTD. East of England in the village of Docking, Norfolk Nomor registrasi: Alamat kantor pusat: London Studio 9 Leinster Avenue London, United Kingdom SW14 7JW Telp. +44 (0) Fax. +44 (0)

40 london@sheilsflynn.com web site : Direktur utama: Eoghan Sheils BA (Hons) Dip LA Kate Collins MA MLA MLAUD Stephen Flynn MA MLA MLAUD Kantor Asia: PT. SHEILS FLYNN ASIA Kota Bogor, Jawa Barat-Indonesia Alamat: Kebun Raya Bogor Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor Telp Fax asia@sheilsflynn.com web site: Direktur Asia : Ir. Yannes A. Pasaribu Lokasi PT. Sheils Flynn Asia SFA berlokasi di Komplek Kebun Raya Bogor Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor. U Tanpa Skala Gambar 1. Peta Lokasi PT. Sheils Flynn Asia (RDTRK Bogor, 2002)

41 Struktur Organisasi Struktur organisasi pada PT. Sheils Flynn UK dan PT. Sheils Flynn Asia adalah satu kesatuan. Secara umum terdiri dari tiga orang direktur utama di UK, seorang direktur Asia, seorang direktur desain dan direktur proyek, serta beberapa yang terdiri dari staf senior dan staf junior yang terspesifikasi di beberapa bidang disiplin ilmu (Gambar 2). Penghargaan Desain Beberapa penghargaan atas desain yang telah dibuat oleh SFA antara lain : 1. Civic Trust Award desain Louth Bus Station UK, pada tahun Civic Trust Award desain Urban Design Scheme for Horncastle Lincolnshire, pada tahun Runner up untuk International Design Competition for Garden of Hope, Love Peace and Harmony, pada tahun Civic Trust Award desain Wainfleet Market Place, pada tahun 1999

42 Direktur Pusat Uk Eoghan Sheils Kate Collins Stephen Flynn Direktur Desain Iman Prastoto S. Direktur SF Asia Yannes Pasaribu Direktur Proyek Rahman Andra W. Sekretaris Widya Arsitek Senior Arsitek Lanskap Hendrianto Dedy Guswandi Daniel Tobing Ubudiyah Euis Citra Arsitek Gunang Manajer CAD Arif Hidayat Drafter Ferdi Kusnadi Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Sheils Flynn Asia (SFA,2008)

43 METODOLOGI Lokasi Magang Kegiatan magang dalam proses perancangan ini dilakukan di PT. Sheils Flynn Asia, sebuah perusahaan konsultan lanskap yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor, Jawa Barat. Kegiatan magang ini difokuskan pada kegiatan yang berhubungan dengan bagian lanskap. Waktu Magang Kegiatan magang berlangsung selama 16 minggu dimulai dari tanggal 3 Maret 2008 hingga 21 Juni Jadwal harian kegiatan magang adalah 5 hari kerja yaitu Senin-Jumat dimulai pukul Untuk melihat dan mempelajari lebih jelas mengenai alokasi waktu kegiatan magang selama 16 minggu tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Metode Magang Metode yang diaplikasikan dalam kegiatan magang ini secara umum meliputi: 1.Metode kualitatif berorientasi pada lembaga perusahaan lokasi magang dengan mengamati dan mempelajari ; a. Struktur organisasi, b. Proses perancangan lanskap yang diterapkan, c. Fasilitas peralatan kerja, d. Aplikasi teknologi informasi, e. Mekanisme survei, f. Manajemen kerja studio yang diterapkan.

44 Tabel 4. Jadwal Kegiatan Magang JENIS KEGIATAN MARET APRIL MEI JUNI Kegiatan Inti 1. Proses Perancangan Panorama Marketing Office Park - Tahap persiapan - Tahap 1 (riset dan analisa) Survei inventarisasi Review dan analisis - Tahap 2 (konsep desain) - Tahap 3 (pengembangan desain) Siteplan Section plan - Tahap 4 (gambar kerja) Detail plan Detail construction&material 2. Proses Perancangan Steetscape Kawasan Alam Sutera - Tahap persiapan - Tahap 1 (riset dan analisa) Review dan analisis - Tahap 2 (konsep desain) - Tahap 3 (pengembangan desain) Siteplan Section plan Kegiatan Penunjang - Pengenalan profil perusahaan - Mempelajari sistem dan mekanisme kerja - Mempelajari aplikasi komputer penunjang

45 2. Menggunakan metode deskriptif kualitatif, mempelajari dan ikut serta dalam segala kegiatan yang menghasilkan produk gambar perancangan berkaitan dengan pengembangan kualitas kerja mahasiswa dalam menghasilkan suatu karya perancangan lanskap. Kegiatan yang dilakukan adalah : a. Melakukan kegiatan dan pengamatan proses perancangan lanskap. Proses perancangan berdasarkan standar yang ada dalam teori perancangan Simonds (1983) yaitu commision, research, analysis, synthesis, construction dan operation. Dalam perusahaan lokasi magang maka proses serta cakupan kerja disesuaikan dengan aturan perusahaan yang telah ditetapkan. b. Mempelajari dan mengikuti manajemen studio dan standar kerja yang diterapkan dalam perusahaan dalam kegiatan perancangan di studio maupun tahap pelaksanaan di lapangan. c. Mempelajari dan menggunakan fasilitas kerja dan aplikasi teknologi informasi dalam pelaksanaan proses perencangan. d. Mempelajari prosedur-prosedur pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan proses desain, birokrasi, prosedur menghadapi klien dan pihak lain yang berkaitan agar tercipta suasana yang kondusif sampai pada tahap akhir. e. Mengamati dan mempelajari berbagai macam data dari proyek yang telah dilaksanakan sebelumnya sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk proyek pekerjaan yang akan ditangani. f. Penyusunan database dari setiap proyek pekerjaan yang telah terselesaikan. 3.Menggunakan metode kualitatif dengan melakukan penilaian terhadap berbagai sub kegiatan untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang kegiatan perancangan lanskap.

46 4. Data Data yang dikumpulkan adalah berbagai data mengenai perusahaan serta berbagai data yang berhubungan dengan proyek perancangan lanskap. Data dikumpulkan melalui studi pustaka pada PT. Sheils Flynn Asia. 5. Batasan Magang Kegiatan magang yang dilakukan adalah dengan mengamati dan mengikuti mekanisme dan manajemen kerja, manajemen studio serta proses perancangan proyek lanskap.

47 HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat tiga hal utama yang menjadi fokus pembahasan dalam kegiatan magang ini. Fokus pembahasan dilakukan terhadap ; 1). Lembaga SFA secara umum yang meliputi ; struktur organisasi, proses perancangan lanskap yang diterapkan SFA, fasilitas peralatan kerja, aplikasi teknologi informasi, mekanisme survei lapang dan manajemen kerja studio; 2). Proses perancangan proyek lanskap ; 3). Faktor pendukung dan penghambat kegiatan magang. Lembaga PT. Sheils Flynn Asia Secara Umum Struktur Organisasi Melihat dan mempelajari struktur organisasi PT. Sheils Flynn (Gambar 2) di dalamnya terdapat beberapa disiplin ilmu terlibat dalam penanganan pekerjaan desain lanskap pada SFA. Staf utama dari disiplin ilmu Arsitektur Lanskap yang didukung dan diperkuat dengan ilmu Arsitektur dan bangunan. Tugas direktur utama Asia dibantu oleh direktur desain dan direktur proyek. Direktur desain bertanggung jawab dalam konsep desain lanskap yang basik ilmu dari Arsitektur Lanskap sedangkan direktur proyek bertugas dalam proses pekerjaan desain terutama distribusi pekerjaan pada staf yang sesuai. Dengan adanya kolaborasi dan modifikasi beberapa disiplin ilmu tersebut, produk yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang lebih baik karena lebih banyak aspek yang diperhitungkan misalnya dari segi aristektur bangunan dan perhitungan konstruksi. Dari jumlah staf yang ada dalam kenyataannya masih belum sebanding dengan banyaknya pekerjaan yang masuk di SFA, khususnya spesifikasi staf bidang lanskap. Sehingga dalam kondisi tertentu ada beberapa staf yang overlap ke dalam beberapa pekerjaan. Tetapi sejauh ini kekurangan pekerja tersebut masih dapat ditangani dengan upaya kerjasama yang cukup baik dan saling membantu diantara semua staf.

48 Proses Perancangan Lanskap di PT. Sheils Flynn Asia SFA mempunyai standar proses perancangan lanskap yang telah ditetapkan. Proses perancangan yang diterapkan oleh SFA meliputi ; a. Tahap Persiapan, tahap ini diawali dengan penyusunan proposal yang mencakup tujuan, penawaran konsep, program serta informasi. b. Tahap 1 Riset dan Analisa (RA); tahap ini meliputi kegiatan inventarisasi, melalui survei kondisi fisik, biofisik, sosial serta ekonomi. Kegiatan ini berlanjut pada analisis hasil survei mengenai potensi dan kendala. Tahap ini juga dilakukan review atas master plan yang ada jika memungkinkan dilakukan penyesuaian agar mendapat hasil optimal pada tahap selanjutnya. c. Tahap 2 Konsep Desain (CD); tahap ini meliputi proses pembuatan masterplan dan penggambaran atau sketsa ilustrasi pada area-area utama yang vital. d. Tahap 3 Pengembangan Desain (DD); tahapan ini terbagi menjadi 2 yaitu: 1). Tahap awal sebagai pengembangan desain sampai pada tahap produk Siteplan yang diperkuat dengan beberapa ilustrasi yang memperkuat konsep. 2). Tahap akhir yaitu setelah melalui beberapa review dan diskusi dengan pihak Sheils Flynn United Kingdom, direktur proyek, pimpinan proyek maupun klien dilakukan penyempurnaan Siteplan, detil zonasi, gambar potongan dan panel foto. e. Tahap 4 Pembuatan Gambar Kerja (PD); tahapan ini semua konsep, detail rancangan, detail konstruksi telah final disepakati sehingga produk akhir berupa gambar kerja sebagai acuan utama pihak pelaksana (kontraktor). Gambar kerja meliputi detail rencana atau rancangan, detail zonasi, detail konstruksi, detail material serta denah penanaman.

49 Tabel 5. Tahapan Proses Perancangan PT. Sheils Flynn Asia Tahapan Proses Perancangan Kegiatan Produk Tahap Persiapan penyusunan proposal proposal tertulis proyek Tahap Riset dan Analisa (RA) inventarisasi, review master plan, analisis (potensi dan kendala fisik, biofisik, sosialbudaya) data tertulis, peta inventarisasi, peta analisis (potensi dan kendala) Tahap Konsep Desain (CD) usulan konsep desain master/site plan awal dan hasil review, gambar ilustrasi (sketsa dan 3D image) Tahap Pengembangan Desain (DD) tahap awal : pengembangan desain awal, pengembangan zonasi tahap akhir : pengembangan desain akhir setelah melalui diskusi/meeting dan revisi dari pihak terkait siteplan umum dan siteplan per zona, sketsa dan ilustrasi siteplan umum dan siteplan per zona, gambar potongan dan panel foto (softwork panel) Tahap Pembuatan Gambar Kerja (PD) Sumber : SFA (2008) pembuatan gambar akhir yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proyek siteplan dengan layoutplan, gambar potongan, detil konstruksi dan material, denah penanaman (planting plan) lengkap dengan semua spesifikasinya Proses perancangan yang diterapkan SFA secara teori tidak persis sama dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Simonds (1983). Standar tahapan yang diterapkan SFA merupakan modifikasi dari standar proses perancangan lanskap seperti yang telah dikemukakan Simonds. Tetapi dalam praktek dan aplikasi standar yang ditetapkan di SFA, tidak jauh berbeda dengan aplikasi teori Simonds yang dapat dilihat dari alokasi tahapan kerja serta produk yang dihasilkan dari masing-masing tahapan tersebut.

50 Fasilitas Peralatan Kerja Dalam kantor SFA terdapat peralatan kerja yang sudah cukup lengkap. Peralatanperalatan kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Peralatan Kerja Kantor SFA Jenis Fasilitas Jumlah Server 2 PC 11 Laptop/notebook 2 Laser printer 1 Color printer 1 Plotter 2 Digital Camera 1 Scanner A4 1 LCD Projector 1 Headset Microphone 11 Sumber : SFA (2008) Fasilitas kerja yang tergolong hardware sangat membantu dalam proses perancangan maupun komunikasi. Dalam proses perancangan di SFA berorientasi pada peralatan elektronik dan mesin. Hasil gambar grafisnya didominasi olahan komputer. Dibutuhkan spesifikasi komputer yang cukup tinggi (high speed) dan jumlah yang memenuhi untuk menunjang efektifitas kerja. Untuk mempermudah kegiatan perancangan khususnya dalam produksi gambar maka SFA telah melengkapi fasilitas kerjanya dengan printer dan plotter. Produk gambar yang berukuran kertas <A4 menggunakan Laser printer dan Color printer, sedangkan produk gambar berukuran kertas A3-A0 menggunakan Plotter. Scanner yang ada masih terbatas ukuran A4. Scanner cukup penting untuk mendokumentasi informasi tertulis khususnya revisi tulisan tangan dari direktur atau pihak terkait. Untuk mendapatkan referensi khususnya gambar dari buku sebagai pendukung kegiatan perancangan secara mudah dan cepat dapat diambil dari dokumentasi hasil scanning, Fasilitas pendukung hubungan dan komunikasi baik intern SFA maupun dengan pihak luar adalah Server, headset dan LCD projector. Dalam proses

51 pengiriman dan penerimaan data serta informasi membutuhkan efisiensi waktu yang tinggi. Akses Internet dan data yang kapasitasnya cukup berat secara cepat dapat dikirim dari dan ke klien menggunakan Server. Headset digunakan untuk komunikasi dua arah baik intern SFA, SF UK maupun dengan klien yang tentu saja melalui Server Internet. LCD projector digunakan pada saat rapat intern SFA maupun untuk presentasi pada saat meeting dengan klien. Fasilitas kerja yang tersedia sejauh ini cukup memenuhi kebutuhan yang ada. Meskipun demikian masih diperlukan beberapa peralatan penunjang kerja baik secara kualitas maupun kuantitas. Beberapa waktu belakangan ini, secara bertahap SFA sedang melakukan pembaharuan terhadap peralatan yang ada misalnya perbaikan spesfikasi PC staf. Aplikasi Teknologi Informasi Aplikasi komputer utama yang digunakan dalam proses desain didominasi oleh aplikasi AutoCAD. Oleh karena itu terdapat posisi staf ahli CAD sebagai manajer CAD yang dibantu drafter CAD. Semua proyek produk CAD mengikuti standar yang telah ditentukan oleh SFA dan proses persetujuan produk CAD melalui manajer CAD. Selain aplikasi CAD juga digunakan beberapa aplikasi pendukung baik yang berhubungan dengan proses desain maupun aplikasi pendukung lain sebagai penunjang kinerja (Tabel 7). Dalam SFA juga terdapat posisi arsitek dan desain grafis sebagai illustrator dan image editing yang biasanya menggunakan beberapa aplikasi grafis yaitu Adobe Photoshop 7.0, CS2 dan 3D studio max. Untuk proyek pemetaan lanskap dan identifikasi tata guna lahan biasanya digunakan aplikasi Google Earth, ArcGIS dan Adobe Photosop. Kegiatan presentasi pada saat meeting intern maupun dengan klien menggunakan Ms. Office Power Point. Aplikasi Skype dan Outlook Express biasa digunakan untuk komunikasi via jeringan Internet. Sebelum produk gambar proses desain dihasilkan, terlebih dahulu harus dicek oleh manajer CAD dan direktur proyek. Yang menjadi basik adalah aplikasi CAD sehingga semua hasil gambar CAD harus melalui persetujuan manager CAD khususnya masalah standar dan aturan gambar CAD.

52 Tabel 7. Aplikasi Komputer yang Digunakan serta kegunaannya Nama Aplikasi Komputer Kegunaan AutoCAD LT 2006 CAD drawing AUTOVIZ 3D Rendering 3D Studio Max 3D Rendering/animation Adobe Photoshop 7.0 & CS2 Image editing Adobe Illustrator Layouting and image editing Adobe Acrobat Dokumen dan publikasi Adobe Pagemaker Presentasi Adobe Image Ready CS2 Layouting and image editing Microsoft Office Dokumen Outlook Express ing Skype Komunikasi internal dan eksternal (UK dan klien) ArcGIS Mapping, GIS Processing Google Earth Map searching Sumber : SFA (2008) Semua aplikasi komputer yang ada di kantor SFA berlisensi resmi. Ada staf IT (information technology) yang menjadi penanggung jawab terhadap kegiatan penginstalan software, pengelolaan file dan data, sistem internet dan hardware. Tetapi terdapat kendala yaitu aplikasi-aplikasi tersebut tidak terisntal secara lengkap di semua komputer, sehingga suatu ketika setiap staf harus bertukar komputer saat aplikasi yang dibutuhkan ada di komputer lain. Sejauh ini jumlah aplikasi yang ada masih dapat mengakomodir kebutuhan SFA. Hanya saja perlu adanya penginstalan aplikasi tambahan yang lebih lengkap di beberapa komputer agar proses kerja berjalan lebih baik lagi. Mekanisme Survei Lapang Kegiatan magang terdiri dari kegiatan studio dan juga kegiatan survei lapang. Survei lapang yang diikuti mahasiswa bukan survei untuk proyek objek magang tetapi pada proyek lain. Survei lapang yang dilakukan ini ditujukan sebagai pembelajaran teknik dan tata cara yang diterapkan tim SFA saat terjun ke tapak untuk tahapan inventarisasi maupun modifikasi survei.

53 Survei yang diikuti mahasiswa ditujukan untuk proyek Riverscape di Bumi Serpong Damai City (BSD). Secara garis besar hal-hal yang menjadi perhatian saat dilakukan survei lapang adalah ; 1. Kesepakatan waktu survei lapang dengan klien 2. Briefing antara tim survei SFA dengan wakil dari klien sebelum survei dimulai untuk menentukan orientasi survei, jalur, aspek penting serta penjelasan awal tentang kondisi lapang. 3. Survei dilakukan bersama pendamping dari pihak klien 4. Pembagian tugas tim survei yang meliputi inventarisasi vegetasi, views, dan beberapa informasi lainnya di beberapa bagian lokasi survei 5. Dokumentasi menggunakan kamera merupakan hal penting agar kondisi tapak lokasi dapat diidentifikasi lebih cepat 6. Untuk data vegetasi ataupun elemen tapak lain yang belum dapat diidentifikasi pada saat itu, tim survei membawa sampel atau bagian elemen tersebut seperti daun, buah atau sampel tanah. 7. Setelah survei dilakukan, tim survei SFA melakukan rapat kembali dengan klien untuk membahas data apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang dapat disediakan oleh klien 8. Saat kembali ke kantor SFA, tim langsung memindahkan semua data survei khususnya dokumentasi foto ke dalam folder general information proyek tersebut Survei yang dilakukan lebih kepada identifikasi lapang melalui pengamatan umum. Peralatan yang digunakan umumnya Digital Camera. Data dari survei lapang ini masih tergolong data umum, selanjutnya SFA mencari data melalui studi pustaka dari berbagai sumber dan juga wawancara terhadap pihak tertenu yang berkaitan. Manajemen Kerja Studio Manajemen kerja dalam SFA terdiri dari dua yaitu 1). Aministrasifinansial dan, 2). Kerja studio. Studi difokuskan pada manajemen kerja studio. Manajemen kerja studio mencakup pengelolaan data tata cara dan aturan pembuatan gambar serta terkait dengan. Kedua hal ini sangat berkaitan karena

54 sistem kerja yang baik tidak hanya baik dalam produk tetapi juga baik dalam pengelolan data agar data tersimpan dan terstruktur. Hal ini memudahkan penanganan proyek selanjutnya karena setiap proyek mempunyai standar proses pengerjaan yang sama. 1. Sistem Penyimpanan Data Setiap komputer staf dilengkapi program dan aplikasi berlisensi resmi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan fokus spesifik bidang kerja tiap staf. Komputer yang menjadi fasilitas kerja tiap staf digunakan mereka dalam proses kerja dan penyimpanan dokumen pribadi. Sedangkan untuk penyimpanan dokumen atau file hasil kerja harus dilakukan pada komputer penyimpan data dan hubungan kerja utama yaitu komputer server. Semua dokumen pada komputer server terhubung dengan semua komputer staf melalui server internet. Pada komputer server terdapat sembilan folder utama. Kesembilan folder utama tersebut diberi nama berdasarkan fungsinya. Sembilan folder tersebut adalah : a. Financial, folder ini berisi dokumen mengenai bidang keuangan perusahaan. b. Sage, folder ini masih berkaitan dengan financial karena dalam folder ini berisi software yang ditujukan untuk masalah keuangan perusahaan. c. Marketing, semua dokumen yang berkaitan dengan aspek pemasaran perusahaan tersimpan di folder ini. d. Library, folder ini berisi standar gambar kerja berformat dwg dari hasil CAD baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Gambar tersebut terutama standar dalam penggunaan simbol, baik vegetasi maupun material hardscape. Dalam folder ini juga terdapat standar layout, format gambar, layers, serta beberapa standar tahapan kerja untuk suatu proyek, semua file dalam format dwg. e. Photography, semua image terutama dari hasil pemotretan kamera disimpan di folder ini. Foto yang tersimpan meliputi foto yang berkaitan dengan proyek misalnya hasil survey maupun foto-foto kegiatan SFA yang tidak terkait dengan proyek.

55 f. Work, terdapat beberapa folder mengenai administrasi perusahaan, profil staf, project, dan internet. Pada folder project di dalamnya terdapat tiga folder lagi yaitu current project, pending project dan potential project. Current project berisi file proyek yang sedang dalam proses pengerjaan (running), sedangkan pending project berisi file mengenai proyek yang ditunda pengerjaannya dan potential project merupakan folder yang berisi proyek-proyek potensial dalam tahap pengajuan. Folder internet terdiri dari folder pending out dan pending in. Folder internet merupakan folder yang berisi dokumen atau file mengenai hubungan atau koordinasi dengan pihak luar atau file baru yang penting untuk SFA. Dalam masing-masing folder pending out dan pending in terdapat folder lagi yang setiap hari dibuat dan diberi nama sesuai tanggal per hari. Semua file berformat apapun yang akan dikirimkan ke klien via akan di dimasukkan dulu ke dalam folder pending out disesuaikan dengan folder tanggal pengiriman dan nama proyek. Sebaliknya file yang diterima SFA dari klien akan dimasukkan dahulu ke dalam folder pending in disesuaikan dengan tanggal penerimaan dan nama proyek. g. Archive, di dalam folder ini terdapat dokumen mengenai hasil dan produk atas proyek-proyek SFA yang telah selesai dikerjakan. h. References, setiap proyek SFA didokumentasikan semua material, furniture dan vegetasi yang telah digunakan. i. Outlook, folder ini menyimpan semua untuk SFA yang berasal dari SF pusat UK maupun dari klien mengenai pembahasan proyek tertentu. Dengan sistem penyimpanan demikian maka semua hasil dan dokumen kerja perusahaan terstruktur dan terkoordinir dengan baik, lebih mudah dalam akses dan koordinasi antar bidang dan divisi, dan juga standarisasi mekanisme kerja dan produk dapat terjaga.

56 2. Sistem Penanganan Proyek a. Mekanisme mendapatkan proyek dan kontrak kerja Ada beberapa mekanisme SFA dalam mendapatkan suatu proyek antara lain melalui tender, pengajuan proposal dan penunjukan langsung oleh klien. Untuk proyek perancangan Panorama Resort Marketing Office didapat dengan penunjukan oleh klien karena klien tersebut masih terkait dengan salah satu proyek SFA yaitu Panorama Resort. Sedangkan untuk perancangan streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II didapatkan melalui pengajuan proposal dan tender. Dalam setiap perjanjian dengan klien tertentu akan disepakati perjanjian yang berbeda. Perjanjian yang membedakan adalah kesepakatan tahapan proses perancangan atau perencanaan di setiap proyek. b. Sistem kerjasama dengan pihak terkait dalam suatu proyek Pihak SFA adalah pihak yang bertindak sebagai konsultan yaitu sebagai perancang atau perencana pekerjaan lanskap. Dalam suatu proyek akan melibatkan berbagai pihak yang terspesialisasi atas bidang lain selain arsitektur lanskap. Beberapa pihak yang akan bekerjasama antara lain Arsitek bangunan, Engineer, Arborist, ahli drainase, ahli lighting, Image creator, dll. Perumusan dan penyatuan konsep dari masing-masing disiplin ilmu dilakukan pada rapat koordinasi (meeting coordination). Rapat koordinasi dilakukan atas keputusan dari pihak klien. Pihak Arsitek Lanskap kadang menjadi aktor utama dalam perencanaan proyek (masterplan). Tetapi kadang menjadi pihak yang kalah jika bangunan telah ada sebelumnya. Pihak SFA kadang kesulitan dalam sistem tender karena jika mengikuti standar kerja UK membutuhkan biaya yang lebih sedangkan konsultan lain biaya lebih sedikit, sehingga SFA kadang menurunkan standar kerja agar biaya yang diajukan dapat diminimalisir.

57 3. Sistem Penamaan Proyek dan Tahapan Gambar Sistem Penamaan Proyek Proyek Luar Negeri Proyek Dalam Negeri Kode angka 2-- Kode huruf dan angka A1-- Gambar 3. Sistem Penamaan Proyek PT. SFA (SFA, 2008) Sistem penamaan tiap proyek dibedakan dengan kode abjad dan nomor. Kode abjad dan nomor sebagai nama proyek didasarkan atas lokasi proyek (Gambar 4). Jika proyek skala internasional (luar negeri) maka sistem penamaannya menggunakan tiga digit angka dan digit pertama menggunakan angka 2. Sebagai contoh Omagh Memorial UK dengan kode 221. Proyek dengan skala nasional dan lokal sama menggunakan tiga digit angka tetapi untuk digit pertama menggunakan angka 1 dan juga menggunakan abjad yang diletakan di awal digit pertama menggunakan huruf A. Sebagai contoh adalah Panorama Resort Bali A114. Proyek yang menjadi fokus kegiatan magang adalah proyek skala lokal. Untuk proyek Panorama Resort Marketing Office Park yang berlokasi di Bali diberi kode nama A117. Sedangkan untuk proyek Alam Sutera Fase II yang berlokasi di Tangerang diberi kode nama A115. Masing-masing tahapan perancangan diberi kode nama sebagai berikut : Riset dan Analisa (RA), Desain Konsep (CD), Pengembangan Desain (DD), Pembuatan Gambar Kerja (PD). Sistem penamaan yang disesuaikan dengan nama proyek dan tahapan misalnya proyek Panorama Resort Marketing Office Park dalam tahap Riset dan Analisa maka kode nama menjadi A117-RA01, A117- RA02, dan seterusnya diikuti nomor urut gambar dalam satu tahapan tersebut. Sistem penamaan ini cukup bagus karena akan membantu dalam koordinasi dan pembacaan gambar. Tetapi akan cukup menyulitkan saat proses gambar berlangsung, mudah terjadi perubahan dan penambahan gambar sehingga harus teliti dalam penggantian tersebut yang mencakup banyak proses.

58 4. Sistem Kelengkapan dan Layouting Gambar Dalam setiap proyek yang akan dikerjakan harus mengikuti standar macam kelengkapan gambar dan layout yang telah ditetapkan. Dalam satu folder utama yaitu folder dengan nama proyek berisi berbagai folder yang terdapat informasi dari pihak lain yang terkait. Misalnya untuk data-data hasil pembelajaran maka dibuat folder study. Untuk data-data dari pihak Engineer, Arborist dan lainnya maka dibuat folder yang disesuaikan dengan nama sumber. Sama halnya dengan SFA, SFA sebagai pihak konsultan lanskap maka kerja SFA berada di folder Landscape Architecture. Folder Landscape Architecture berisi dua folder utama yaitu folder Xref dan details. Kelengkapan gambar masuk dalam folder Xref dan untuk gambar detil masuk dalam folder details. Mekanisme kerja CAD dengan sistem Xref menguntungkan karena setiap jenis gambar dapat di overlay dan jika ada perubahan dalam satu jenis gambar maka secara otomatis tiap gambar overlay akan mengikuti perubahan tersebut. Kelengkapan gambar dalam folder Xref dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kelengkapan Gambar Pada Folder Xref Klasifikasi Gambar Standar gambar dan layout untuk gambar skala 1:100 sampai 1:1000 Sistem Penamaan (Project No)-(Stage)-04 (1 in 1000 scale).dwg informasi bangunan (building) gambar survei modifikasi survei data yang tidak ada di gambar survei tetapi setelah survei lebih lanjut ternyata ada di site gambar legend yaitu keterangan detil dan spesifikasi jenis elemen yang digunakan siteplan layout gambar yang disesuaikan dengan ukuran kertas baik dengan posisi portrait layout gambar yang disesuaikan dengan ukuran kertas baik dengan posisi landscape Sumber : SFA (2008) (Project No)-B.dwg (Project No)-S.dwg (Project No)-MOS.dwg (Project No)- MOTHERS.dwg (Project No)-LG1.dwg (Project No)-SP.dwg (Project No)-T(Paper Size)P.dwg (Project No)-T(Paper Size)L.dwg

59 Untuk jenis kelengkapan pada folder details mencakup semua gambar detil yang dibutuhkan. Klasifikasi gambar detil dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Klasifikasi Gambar Detil Klasifikasi Gambar Detil Cakupan Sistem Penamaan Detail Edging detil step dan edging (Project No)-PD-DE.dwg Detail Kerb detil kerb baik kerb lurus (Project No)-PD-DK.dwg (straight curb), maupun kerb lengkung (radius curb) Detail Surface detil paving dan perkerasan lain (Project No)-PD-DS.dwg Detail Walling detil dinding/pagar keras (Project No)-PD-DW.dwg Detail Furniture detail elemen yang berfungsi (Project No)-PD-DF.dwg sebagai furniture termasuk water feature, timber screen, dan lainnya Detail Lighting detil penempatan lampu dan (Project No)-PD-DL.dwg jenis efek pencahayaan Detail Planting detil penanaman dari jenis (Project No)-PD-DP.dwg pohon sampai rumput Sumber : SFA (2008) Layout gambar yang ditetapkan dalam setiap gambar khususnya setelah tahap pengembangan desain adalah meliputi hal-hal berikut : a. Arah mata angin yang menunjukkan arah Utara menghadap ke atas dan skala garis. b. Kolom pernyataan berupa poin pernyataan dari pihak SFA dan kolom perusahaan sebagai klien atau mitra. c. Judul proyek yang disesuaikan dengan proyek yang sedang dikerjakan. d. Keterangan perseorangan yang berisi informasi nama staf yang bertindak sebagai perancang, pengecek, drafter dan skala gambar yang ada dalam satu kertas tersebut. e. Judul dan nomor gambar yang mencakup informasi judul disesuaikan pula dengan judul yang lebih spesifik dan nomor gambar.

60 5. Standar Gambar Kerja Proyek Lanskap Dalam proses tahapan perancangan yang menggunakan aplikasi program AutoCAD telah ditetapkan standar gambar terutama format awal skala gambar dan ketentuan dalam Layer (Lampiran 1). Untuk setting format awal gambar dalam units menggunakan millimeter dan skala teks 1. Dalam model di CAD penggambaran menggunakan perbandingan meter jika dilapang 1 meter maka di model juga menggunakan ukuran 1, jika di lapang 10 cm maka dalam model menggunakan ukuran 0.1. Sedangkan untuk ketentuan dalam Layer meliputi : a. Sistem penamaan layers, penamaan tiap layers dalam standar SFA diawali dengan huruf L_ dan dilanjutkan dengan nama dalam Bahasa Inggris. Semua huruf ditulis dengan huruf balok. Sebagai contoh layer bangunan dan layer kontur maka aturan penulisannya adalah L_BUILDING dan L_COUNTUR. b. Skala teks, skala teks sangat berkaitan dengan skala gambar produk yang akan dicetak. Dilakukan perbandingan tinggi teks untuk setiap tingkat skala. Misalkan untuk skala 1:100 menggunakan teks dengan tinggi 0.25 maka untuk skala 1:50 menggunakan teks dengan tinggi sebaliknya untuk skala produk gambar 1:200 maka tinggi teks menjadi 0.5 agar teks proposional dan terbaca jelas. c. Simbol, simbol sangat berperan dalan proses pembacaan dan penterjemahan gambar produk sehingga telah ditentukan simbol yang sesuai untuk setiap benda yang diinterpretsikan dalam gambar CAD. Hal itu dapat dijumpai seperti simbol jenis-jenis vegetasi. d. Warna, warna penting dalam memperkuat arti simbol dan bentuk. Dalam CAD setiap warna mempunyai jenis ketebalan yang berbeda misalnya untuk warna yang mempunyai ketebalan tertinggi adalah cyan (0.5 mm) digunakan untuk warna garis bangunan. e. Ketebalan dan Model Garis, ketebalan dan model garis penting khususnya dalam penggambaran batas area (boundary), kontur, garis potongan, dan lain-lain.

61 f. Tekstur (hatching), jenis tekstur dari tools hatching telah dibuat ketentuannya untuk setiap bentuk, zonasi/area dala gambar CAD. Sehingga dapat dibedakan antar bentuk ataupun area tersebut dengan lebih mudah. Semua ketentuan tersebut telah ditetapkan oleh pihak pusat SF UK. Ketentuan tersebut didasarkan standar yang berlaku terutama agar semua skala teks, ketebalan garis, tekstur, simbol, warna dalam gambar CAD akan sesuai dan proposional pada saat gambar di cetak dalam skala dan jenis kertas tertentu dan diplot format Pdf. Dengan standar ini, gambar yang dihasilkan akan mempunyai kualitas grafis yang cukup baik, proposional dan sama untuk proyek berbeda. 6. Sistem Kerja Dalam Proses Perancangan Lanskap Setelah semua aturan dan standar gambar dilengkapi maka masuklah pada mekanisme pelaksanaan kerja dalam proses perancangannya itu sendiri. Pada saat proyek telah deal menjadi pekerjaan SFA secepatnya dalam lingkungan SFA sendiri mengadakan rapat intern. Rapat ini dilakukan untuk menetapkan Project Leader (PL) dan teamwork. Jumlah anggota teamwork serta staf bidang apa saja yang menjadi anggota disesuaikan dengan kebutuhan, skala proyek, tingkat kerumitan dan aplikasi komputer apa saja yang sekiranya dibutuhkan. Pasca teamwork terbentuk maka PL mulai mendistribusikan tugas pada anggota tim. Tahap pertama adalah menstandarkan layer tiap gambar yang masuk dari pihak lain misalnya masterplan, survey bangunan dan lainnya. Layer awal dig anti nama dan disesuikan menurut gambar. Sistem penamaan seperti yang telah dijelaskan, di bagian awal menggunakan L_ yang menandakan Landscape. Tahap selanjutnya menghapus elemen gambar atau layer yang tidak begitu dibutuhkan. Tahap selanjutnya melakukan survei lapang lebih lanjut (site visit) dan melengkapi data-data survei. Lalu melakukan review dan analisis atas Masterplan atau desain sebelumnya serta analisis tapak yang mencakup aspek fisik, biofisik, sosial-budaya dan lainnya. Jika ada review yang membuat perubahan desain atau rencana maka diadakan meeting klien atas usulan perubahan tersebut. Saat perubahan disepakati maka proses dilanjutkan pada tahap konsep desain.

62 Proyek deal dan proses perancangan dimulai Rapat intern SFA Penentuan Project Leader (PL) Pembentukan project team Mengoreksi layer cad dari klien distandarkan sesuai sistem SFA Site visit and crossing check, review dan koreksi terhadap masterplan Rapat dan evaluasi kerja bulanan Meeting dengan klien atas hasil review dan koreksi Desain konsep (concept design/cd) Penyempurnaan konsep oleh director design, PL, director SFA, director SF-UK serta meeting dengan klien Pengembangan desain (Design development/dd) Project costing untuk tiap printing Pengembangan desain (Design development/dd) Pembuatan gambar kerja (Production documentation/pd) Gambar 4. Sistem Kerja dalam Proses Perancangan (Hasil Analisis dan SFA, 2008)

63 Konsep awal desain berasal dari director design dan disempurnakan dengan diskusi intern antara director design, PL, serta direktur SFA. Pada saat muncul konsep maka dilanjutkan dengan diskusi bersama pihak direktur SF UK. Diskusi ini sebagai penyempurna konsep desain sebelumnya. Dalam tahap ini dihasilkan Masterplan atas hasil review dan konsep desain yang telah dilakukan. Untuk memperkuat konsep maka dibuat gambar ilustrasi baik sketsa maupun 3D oleh desainer grafik. Setelah semua lengkap maka diadakan meeting lanjutan dengan klien. Dalam kegiatan meeting dengan klien umumnya akan terjadi perubahanperubahan desain walau skalanya kecil. Proses selanjutanya yaitu pengembangan desain dan pembuatan kerja malalui proses kerja seperti sebelumnya. Setiap mekanisme kerja proyek harus dilengkapi dengan drawing list yang berisi keseluruhan daftar jenis gambar dari gambar umum sampai gambar detail (Lampiran 2). Setiap tahapan kerja yang melakukan printing wajib mengisi project costing yaitu rincian berapa banyak kertas dan ukurannya yang sudah ditetapkan harganya oleh SFA sebagai acuan pengeluaran biaya operasional khususnya printing. Pengisian project costing dikoordinasikan setiap anggota tim kepada PL yang nantinya dilaporkan pada sekretaris SFA. Selama tahapan kerja pihak SFA melakukan rapat intern semua staf SFA yang dijadwalkan setiap bulan sekali biasanya dilakukan pada hari di dalam minggu keempat setiap bulannya. Rapat ini merupakan rapat evaluasi kinerja setiap tim proyek. Dalam meeting ini pula ditetapkan target kerja setiap staf sehingga setiap staf mengetahui secara jelas apa yang harus dikerjakan dan kapan harus diselesaikan. Sistem ini berjalan cukup baik dan lancar, cukup berperan mendukung keberhasilan kerja. Tetapi ada kendala tentang periode rapat yang tidak pasti harinya serta aplikasi standar yang cukup tinggi akan memunculkan banyak revisi yang akan membutuhkan waktu lebih lama. Di tengah proses pengerjaan kadang terjadi perubahan anggota tim kerja, biasanya terpaksa menambah anggota karena batas target gambar yang cukup banyak dan belum dapat ditangani oleh anggota sebelumnya. Perbedaan waktu 6 jam antara Indonesia dengan UK kadang menjadi kendala koordinasi antara staf dengan pimpinan UK.

64 Proses Perancangan Proyek Kegiatan magang yang dilaksanakan selama 16 minggu ini terbagi menjadi dua alokasi waktu dan dua proyek. Proyek pertama adalah perancangan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II yang membutuhkan alokasi waktu kurang lebih 13 minggu. Proyek kedua adalah perancangan Panorama Resort Marketing Office Park yang membutuhkan alokasi waktu sekitar delapan minggu. Proses perancangan kedua proyek tersebut mengikuti standar proses perancangan yang telah ditetapkan oleh SFA yang meliputi tahap persiapan, tahap riset dan analisa, tahap konsep desain, tahap pengembangan desain dan tahap pembuatan gambar kerja. Dalam masing-masing tahapan akan muncul pengembangan masing-masing tahapan tersebut yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing proyek. Pengembangan dari masing-masing tahapan berdasarkan kebutuhan dan kondisi, biasanya pengembangan ini akan membutuhkan waktu yang lebih banyak sehingga akan terjadi prubahan jadwal target tahapan. Dalam proses pelaksanaan tiap tahapan akan ditemui beberapa hal yang menjadi kendala. Kendala-kendala tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan sendiri maupun dari pihak luar. Beberapa faktor akan mempengaruhi tahapan tertentu sehingga pada tahapan tersebut harus dikerjakan berulang-ulang dan keluar dari jadwal. Sebelum sampai pada klien, semua produk harus sudah melalui tahapan revisi baik dari direktur UK, direktur Asia, manajer proyek dan manajer desain. Semua produk dari masing-masing tahapan diatur jadwal penyelesainnya, dimana produk tiap tahapan tersebut harus selesai pada waktu yang telah ditentukan sebelum jadwal rapat dengan klien. mmmmmmmmmmmmmm

65 Perancangan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II (A115) Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera Alam Sutera merupakan bentuk pengembangan suburban revolusioner di daerah Tangerang. Konsep pembangunannya ditujukan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat dengan berorientasi pada peningkatan pola kehidupan yang tidak saja hanya dengan fokus pada bangunan tetapi juga dengan penyediaan sejumlah gaya kehidupan baru dengan fasilitasnya dan berbasis pada alam. Alam Sutera merupakan suatu kawasan yang mengacu pada konsep kota baru yang menyediakan fasilitas seperti halnya sebuah kota yaitu perumahan (housing/residential), area perdagangan (market/commercial area), perkantoran (office), sekolah (public school), taman (park), dan beberapa fasilitas lainnya. ( 22 Juni 2008). Satu hal yang menjadi komitmen kuat dari pembangunan kawasan ini adalah komitmen untuk menjaga kelestarian alam dengan menyediakan lingkungan dan komunitas yang nyaman dan sehat. PT. Alam Sutera Realty sebagai developer Alam Sutera juga menyediakan 40% dari total residential area sebagai kawasan hijau dan konsep landscaping, termasuk pada kawasan lanskap jalan di Alam Sutera. Proyek pelaksanaan pembangunan Alam Sutera terbagi menjadi dua fase. Fase pertama telah selesai dibangun, dan SFA ambil bagian pada perancangan proyek fase kedua dalam spesifikasi perancangan lanskap jalan (streetscape), sedangkan masterplan Alam Sutera sendiri dibuat oleh konsultan yang bernama Forrec Canada. a. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan SFA adalah dengan perumusan dan penyusunan proposal yang mencakup tujuan, program dan informasi mengenai perancangan streetscape Alam Sutera. Proposal ini berisi tentang profil perusahaan, informasi yang menjadi isu pada proyek yang diproposalkan, pendekatan-pendekatan yang diterapkan pada desain, tahapan kerja dan lingkup tahapan yang dilakukan, tim kerja serta penawaran harga dan kontrak kerja. Dalam proyek ini SFA bekerjasama dengan pihak lain yang terkait yaitu Engineer baik untuk drainase maupun konstruksi.

66 b. Tahap Riset dan Analisa (Research and Appraisal) Tahap riset dan analisa meliputi kegiatan inventarisasi tapak, analisis tapak serta review terhadap masterplan yang ada. Inventarisasi Tapak Inventarisasi dilakukan oleh tim dari SFA dengan survei lapang maupun dengan strudi pustaka. Hasil inventarisasi berupa foto tapak dan beberapa peta inventarisasi yang memberikan informasi mengenai topografi, view, tata guna lahan, penyebaran vegetasi, drainase dan konteks kultural (Tabel 10). Tabel 10. Inventarisasi Tapak Alam Sutera Fase II Aspek Hasil Inventarisasi Produk Fisik Batas kawasan - Utara jalan toll Jakarta-Merak - Timur Alam Sutera interchange (tahap konstruksi) peta lokasi dan batas wilayah - Selatan Alam Sutera fase I - Barat sungai Cisadane Luas kawasan 239 Ha Topografi - Open water level < 14 - Depression area level peta topografi - Low area level Higher area level > 21 Iklim - Suhu 23 C - 33 C - - Curah hujan mm - Tata guna lahan tapak pemukiman, pabrik, jalan, areal foto tapak dan sekitar tapak pertanian dan pemakaman Utilitas saluran listrik tegangan tinggi peta lokasi Drainase terdapat saluran air alami (water course) menuju ke arah Utara peta lokasi Biofisik Flora - Pohon Caesalpinia sappan, Cocos nucifera, Albizia falcataria,linea grandis, dan beberapa pohon lainnya - Semak berbagai macam semak liar - Sawah padi dan beberapa jenis tanaman palawija lainnya Sumber data : SFA (2008) peta penyebaran vegetasi, foto vegetasi eksisting

67 5 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

68 6 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

69 7 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

70 8 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

71 9 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

72 10 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

73 11 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

74 12 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

75 Data Fisik Lokasi proyek perancangan streetscape ini berada pada area Alam Sutera Fase II. Kawasan ini berada di sebelah Selatan jalan tol Jakarta-Merak, jalan tol ini menjadi batas area di sebelah Utara. Kawasan ini menyatu dengan lokasi Alam Sutera Fase I sebagai batas tapak di sebelah Selatannya. Lalu di sebelah Barat kawasan ini dibatasi oleh aliran sungai Cisadane, sedangkan di sebelah Timur dibatasi oleh interchange Alam Sutera yang sedang pada tahap konstruksi (Gambar 3-4). Batas lokasi sebagai kawasan perancangan didasarkan atas perbedaan tata guna lahan dan kepemilikan lahan (Gambar 5-7). Pada peta tapak eksisting (Gambar 8) dapat dilihat adanya beberapa elemen tapak eksisting. Topografi tapak perancangan relatif fluktuatif. Level tapak cenderung lebih rendah menuju arah Utara. Dalam survei di lapang terlihat level jalan tol lebih tinggi daripada level tapak yang dekat dengan jalan tol. Jalan tol berada pada level 19 sedangkan level tapak di sekitarnya berada pada level kurang dari 19. terdapat utilitas berupa saluran listrik tegangan tinggi dari arah Utara ke Selatan pada tapak. Pada tapak juga mengalir saluran drainase alami (water course) sebagai sumber pengairan utama pada tapak terutama untuk areal persawahan (Gambar 8 dan 10). Terdapat jalan eksisting berupa jalan setapak untuk pejalan kaki di sepanjang tapak (Gambar 11). Tata guna lahan eksisting tapak terbagi menjadi penggunaan sebagai areal pertanian (sawah), jalan, pemakaman, serta area perairan (water course). Sedangkan konteks kultural sekitar tapak adalah pabrik/industri, perumahan/pemukiman, jalan tol dan jalur saluran listrik tegangan tinggi (Gambar 11 dan 12). Data Biofisik Inventarisasi mengenai vegetasi pada tapak tidak dilakukan secara detail menyeluruh pada tapak. Identifikasi dilakukan terutama terhadap pohon eksisting. Pada tapak terdapat kumpulan pohon, kumpulan semak serta kumpulan pohon dengan semak. Tanaman lain yang ada pada tapak termasuk juga tanaman padi yang ada pada areal persawahan. Terdapat beberapa jenis spesies lokal pohon besar yang dominan antara lain Caesalpinia sappan, Cocos nucifera, Albizia

76 falcataria, Linea grandis. Sedangkan jenis semak yang ada merupakan sekumpulan semak liar (Gambar 9). Analisis Tapak Kegiatan ini merupakan kegiatan menganalisis apa saja yang dapat diinformasikan oleh tapak baik itu karakteristik, bentuk dan sifat tertentu yang pada akhirnya didapat berbagai macam potensi/peluang serta kendala dari karakteristik, bentuk dan sifat tertentu tersebut. Analisis Topografi Topografi pada tapak ini relatif tidak mempunyai perbedaan level yang cukup ekstrim. Level semakin rendah menuju ke arah Utara. Level tertinggi pada tapak adalah level 21 dan level terendah tapak pada level 14. Topografi tapak dikelompokkan menjadi 4 macam berdasarkan penggolongan level yaitu open water area (<14), depression area (15-16), low area (16-17) dan higher area (> 21) (Gambar 13). Hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Analisis Topografi Tapak Alam Sutera Fase II Klasifikasi Potensi Kendala Solusi Open water Level < 14 sumber pengairan lokal rawan banjir/tergenang perluasan area penampungan air Depression area Level area penampung air (local water chatchment) level di area ini lebih rendah dari level jalan tol area level dijadikan danau buatan Low area Level daerah pemanfaatan peruntukan bangunan tata guna lahan eksisting bermacammacam pengelompokan berdasar nilai density bangunan pada level yang sesuai Higher area Level > 21 sebagai highest point Sumber data : SFA (2008)

77 13 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

78 Secara umum kondisi topografi tidak begitu menimbulkan banyak kendala. Perbedaan level tidak begitu ekstrim karena secara umum level tertinggi berada di Selatan tapak dan semakin rendah menuju ke Utara. Walaupun demikian terdapat kendala utama yang dihadapi mengenai topografi tapak yaitu keadaan diamana level jalan tol yang lebih tinggi dari level tapak di sebelah Utara. Pada area dekat jalan tol umumnya berada pada level dibawah 16 sedangkan jalan tol berada pada level 19. Hal ini dapat menimbulkan masalah pada tapak tersebut khususnya masalah banjir atau tergenang air karena level area tersebut relatif lebih rendah diantara level area di sekitarnya dan air akan mengalir menuju ke area ini. Masalah ini dapat diatasi dengan metode fill ataupun dengan membuat danau buatan sebagai area penampung air. Analisis Drainase Dalam proses menganalisis masalah drainase pada tapak sangat berkaitan dengan kondisi topografi tapak (Tabel 12). Hal ini berhubungan dengan aliran drainase yang dipengaruhi oleh perbedaan level. Tabel 12. Hasil Analisis Aspek Drainase Tapak Alam Sutera Fase II Klasifikasi Level Potensi Kendala Solusi water course bervariasi sebagai media aliran drainase utama tapak parit ini tidak dapat menampung distribusi air dengan saluran air buatan semua aliran air open water <14 sebagai sumber air alami rawan banjir karena berada pada level rendah antisipasi dengan perluasan area tangkapan air area prone to flooding area tangkapan air pada tapak area rawan tergenang air danau buatan sebagai penampung air Sumber data : SFA (2008) Pada peta analisis drainase yang ditunjukkan oleh Gambar 14 diketahui bahwa aliran drainase pada tapak tersebut mengikuti aliran air eksisting dan level

79 tapak. Air dari beberapa area yang berada pada level tinggi akan mengalir ke level yang lebih rendah, kemudian menyatu menjadi satu aliran melalui parit alami. Limpahan air berasal dari area yang berada pada level lebih tinggi. Yang menjadi kendala adalah estimasi limpahan air yang berlebihan setelah dilakukan pengembangan tapak yang tidak dapat tertampung oleh area tangkapan air yang ada. Pada beberapa area limpahan air ada yang tidak tertampung oleh parit sehingga air akan mengalir terus ke level yang lebih rendah yang pada akhirnya bermuara pada tapak sebelah Utara dekat dengan jalan tol (Gambar 14). Jika hal ini tidak diantisipasi dengan area tangkapan air yang sesuai maka akan menyebabkan banjir yang jika meluap akan mengganggu kedaan jalan tol. Oleh karena itu perlu perluasan area tangkapan air misalnya dengan membangun danau buatan yang mengikuti level eksisting. Batas level area tangkapan air sementara disesuaikan dengan keadaan level area batas Utara yaitu pada level dimana level tersebut berpotensi terkena luapan banjir. Luasannya diperhitungkan sesuai dengan limpahan air sehingga banjir dapat dihindari, luasan area tangkapan air ini dihitung oleh ahli drainase. Analisis Vegetasi Keadaan tapak tergolong area terbuka dimana penutupan vegetasi tidak mendominasi. Sebagian besar pemanfaatan tapak adalah sebagai areal persawahan. Vegetasi lain seperti pohon dan semak tersebar secara acak dan umumnya hidup secara berkelompok, tidak hanya satu spesies namun dalam satu kelompok juga terdapat kombinasi antar beberapa spesies (Gambar 15). Tidak ada kendala yang berarti mengenai jenis vegetasi yang ada, kendala yang muncul adalah pada penyebaran vegetasi karena dominasi oleh sawah maka tapak ini tergolong menjadi lahan terbuka yang cukup panas. Potensi yang dapat dimunculkan adalah mengenai spesies vegetasi lokal yang ada yang dapat dijadikan vegetasi pendukung dalam konsep pengembangan tapak nantinya khususnya dalam perancangan lanskap jalan. Beberapa spesies pohon eksisting yang teridentifikasi pada saat survey lapang antara lain Caesalpinia sappan, Cocos nucifera, Albizia falcataria, Linea grandis.

80 14 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

81 15 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

82 Analisis views Pada peta analisis view (Gambar 16) didapat titik pandang terhadap sawah dan kelompok pohon. Pada level tertinggi yaitu level 21 yang merupakan highest point dari titik ini kita dapat melihat view kelompok pohon. Good view pada tapak didominasi view dari sawah dan kelompok pohon. Analisis Konteks Kultural Konteks kultural/budaya sekitar tapak dapat diklasifikasikan terhadap beberapa macam pemanfaatan lahan yang ada antara lain pemukiman (residential), areal pabrik dan industri (employment), pemakaman (cemetery) dan saluran listrik tegangan tinggi (high voltage transmition). Secara spasial data tersebut dapat dilihat pada Gambar 17. Masing-masing konteks terhadap klasifikasi di atas memunculkan potensi dan kendala. Hal ini berkaitan dengan hubungan terhadap faktor diluar kondisi tapak itu sendiri. Analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Analisis Konteks Kultural Tapak Alam Sutera Fase II Klasifikasi Potensi Kendala Solusi pemukiman (residential) potensi konsumen integrasi dengan konsep pengembangan tapak kadang sulit penyesuian dengan kondisi pemukiman sekitar tapak dengan konsep pengembangan pabrik dan industri dekat area industri dampak polusi asap buffer area (employment) potensi pasar besar dan limbah pemakaman (cemetery) sulit dalam perubahan pemanfaatan lahan dilestarikan dan dijaga tata guna lahannya saluran listrik tegangan tinggi (high voltage transmition). bahaya tegangan tinggi buffer area Sumber data : SFA (2008)

83 16 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

84 17 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

85 1. Review of Current Masterplan Setelah tahap analisis tapak telah dilakukan, tahapan berikutnya adalah Review of Current Masterplan. Tahapan ini merupakan tahapan dimana pihak SFA menampilkan kembali masterplan secara spasial dan lebih spesifik sesuai dengan klasifikasi standar SFA serta menganalisis kembali perencanaan pada masterplan yang telah dibuat oleh Forrec sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi segala sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan tapak untuk mendukung kegiatan perancangan selanjutnya. Dengan adanya tahapan ini tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan desain pada masterplan. Jika ada perubahan desain pada masterplan, maka hal tersebut harus didiskusikan dengan klien sampai menemui kesepakatan bersama. Kegiatan review ini dilakukan terhadap perencanaan awal area lanskap, bangunan, bayangan bangunan berdasar posisi matahari, hirarki jalan dan zonasi ruang secara umum. Review of Current Masterplan Zonasi Ruang Dari zonasi ruang yang ada pada masterplan dapat dikelompokan menjadi beberapa bentuk perencanaan pemanfaatan ruang (Gambar 18). Menurt Heryanto (2003) konsep kota baru menekankan pembagian suatu kota dalam beberapa kawasan berdasarkan fungsinya sebagai suatu ruang kehidupan manusia, yaitu wisma, karya, marga, cipta, dan rekreasi. Zonasi tersebut terdiri dari area komersial (commercial/office), pemukiman (housing/apartment), area public (public open space), area pemanfaatan khusus (special uses) dan area perairan. Area perairan pada perencanaan awal berupa danau buatan sebagai salah satu area rekreasi yang dilengkapi dengan theme park. Area pemanfaatan khsusus (special uses) misalnya adalah perencanaan sekolah (university), IT park dan area belanja (shopping centre). Review of Current Masterplan Bangunan Konsep yang diangkat dalam perencanaan kawasan Alam Sutera sebagai kota baru adalah mengembangkan sebuah kawasan baru yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat salah satunya dengan penyediaan bangunan dan fasilitas modern ( 22 Juni 2008). Dalam masterplan

86 yang ada maka bangunan dikelompokan menjadi 3 macam berdasarkan tingkat kepadatan bangunan yaitu : b. Low-Density residential c. Medium- Density commercial and residential d. High-Density commercial Office and residential Pada Gambar 19 ditunjukkan lebih jelas tingkat kepadatan bangunan yang dibedakan dengan lantai masing-masing jenis tujuan pemanfaatan bangunan. Pada masterplan yang ada terdapat bangunan yang mempunyai 2 lantai hingga 50 lantai. Bangunan yang tergolong high-density building yang termasuk commercial offices dan apartemen direncanakan dibangun pada bagian tengah kawasan. Selanjutnya semakin menjauhi bagian tengah tapak, diletakkan bangunan yang tergolong medium-density dan low-density. Konsep penataan ruang kota baru yang dikemukakan Heryanto (2003) bangunan lembaga ilmu pengetahuan dan penelitian dapat melakukan kegiatannya yang meliputi universitas, lembaga atom, pusat kesehatan, dan lain-lainnya, merupakan prioritas pertama. Sarana rekreasi merupakan prioritas kedua, baik aktif maupun pasif, seperti pusatkultural, pusat pertunjukan, taman botanikal, kebun binatang, dan lain-lainnya. Prioritas ketiga adalah kawasan pertanian dan perkebunan yang bisa memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk kota baru. Review of Current Masterplan - Luasan Area Lanskap Sesuai dengan komitmen yang diemban pada konsep perencanaan kawasan Alam Sutera ( 22 Juni 2008) dikemukakan bahwa pihak pengembang menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat dengan mengoptimalisasikan sebagian tata ruang sebagai area hijau. Pada Gambar 20 ditunjukkan proporsi luasan areal lanskap dimana hampir semua lahan selain yang dimanfaatkan sebagai bangunan maka diperuntukkan sebagai area hijau. Untuk mengetahui lebih jelas seberapa luasan dan presentasi semua zonasi sesuai masterplan dapat dilihat pada Tabel 14.

87 18 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

88 19 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

89 20 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

90 Tabel 14. Luasan Area Tata Ruang Alam Sutera Fase II (masterplan) Zoning Plan Area (Ha) Precentage (%) Commercial offices and housing School and university Apartments, resort and hotels Special uses (theme park, IT park, Shopping Mall, Cyber Housing) Public Greenspace Water Area Major Public Roads ROW Total Sumber : Masterplan Alam Sutera Fase II Review of Current Masterplan Pengaruh Matahari Terhadap Bayangan Terkait dengan klasifikasi bangunan berdasarkan banyaknya lantai maka untuk mendukung perancangan tapak selanjutnya perlu dianalisis mengenai pengaruh matahari pada waktu pagi dan sore hari setiap perbedaan musim (musim hujan dan kemarau) berkaitan dengan bayangan bangunan. Dapat dilihat pada Gambar 21 dan 22 bahwa pada dua musim dan jam harian yang berbeda akan dihasilkan bayangan berbeda pula pada masing-masing bangunan sesuai nbanyaknya lantai. Hal ini dapat memberi informasi yang lebih komplek dalam perancangan tapak selajutnya khususnya dalam perancangan suatu area atau fasilitas di sekitar bangunan, terkait juga dengan perencanan penanaman vegetasi. Review of Current Masterplan Hirarki Perencanaan Jalan Perencanaan jalan yang ada pada tapak sesuai dengan masterplan ditujukan untuk menyediakan media pengguna agar dapat dengan mudah mengakses setiap ruang pada tapak. Ada beberapa macam jalan yang disesuaikan untuk setiap tingkat pemanfaatan ruang sehingga kepentingan pengguna jalan dapat diakomodir dengan baik. Dalam konteks di Inggris ada perbedaan mengenai roads dan streets. Dikemukakan oleh Telford (2007) bahwa roads merupakan jalan (highway) yang

91 tujuan utamanya mengakomodir pergerakan kendaraan bermotor. Sedangkan streets merupakan sebuah media jalan yang menghubungkan antar fungsi tempat termasuk bangunan dan area publik, pergerakan sendiri masih sebagai kunci fungsi dan yang paling penting adalah fungsi dari tempat itu sendiri. Lebih lanjut dikemukakan Telford bahwa apa yang disebut street harus memenuhi berbagai fungsi secara komplek dalam rangka mempertemukan berbagai kepentingan manusia baik dalam hal pekerjaan, tempat tinggal dan sirkulasi. Dalam hal ini membutuhkan sebuah perhatian dan pendekatan multi disiplin yang dapat menyeimbangkan potensi konflik diantara perbedaan kepentingan tersebut. Sebelum membahas hirarki jalan maka perlu diketahui ada prinsip fungsi dari jalan sebagai penghubung berbagai kepentingan. Telford (2007) mengungkapkan bahwa ada lima prinsip fungsi yaitu tempat, pergerakan, akses, parkir dan drainase. Dengan memahami prinsip tersebut dan berkaitan dengan prinsip tempat dan pergerakan maka seharusnya perlu dipahami dalam hubungannya dengan desain jalan yang tepat. Hal ini lebih lanjut akan memunculkan hirarki jalan. Telford lebih lanjut mengklasifikasikan hirarki jalan, sebagai contoh : a. motorways (jalan untuk kendaraan bermotor), mempunyai fungsi yang tinggi sebagai media pergerakan dan nilai rendah sebagai fungsi tempat. b. high street (jalan utama), mempunyai nilai medium sebagai fungsi pergerakan maupun fungsi tempat. c. Residential streets (jalan pada area pemukiman), mempunyai nilai rendah sebagai fungsi pergerakan maupun fungsi tempat. Dalam masterplan direncanakan ada beberapa hirarki jalan klasifikasinya berdasarkan fungsi serta lebar jalan (ROW) yang dapat dilihat pada Gambar 23 dan dijelaskan pada Tabel 15.

92 21 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

93 22 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

94 23 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

95 Tabel 15. Hirarki Jalan Kawasan Alam Sutera Fase II No Klasifikasi Definisi 1. Jalan tol (toll way) berada diluar kawasan Alam Sutera Fase II tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap mobilitas dari dan menuju kawasan ini. 2. ROW 47 jalan ini merupakan jalan utama pada kawasan mempunyai lebar total 47 m (main arterial integrator arterial road) 3. ROW 28 (secondary commercial ang residential road), jalan ini menghubungkan antar area komersil maupun area pemukiman utama pada pusat kawasan dengan lebar total 28 m. 4. ROW 20 (local commercial and residential road ), jalan ini menghubungkan area komersial dan pemukiman lokal yang lokasinya bukan di pusat kawasan dengan lebar total 20 m. 5. ROW 14 (local residential), jalan ini menghubungkan area dalam zona pemukiman dengan lebar total 14 m. 6. service road jalan ini sebagai penghubung kepada area yang lebih spesifik dan area pemanfaatan khusus pada kawasan. 7. roundabouts/hubs merupakan jalan melingkar yang dijadikan sebagai pusat aktivitas tertentu baik untuk tujuan rekreasi atau tujuan lainnya. Sumber : SFA (2008) Berkaitan dengan perencanaan awal oleh pihak konsultan masterplan yaitu Forrec, ada beberapa hal penting yang perlu dianalisis lebih lanjut khususnya berkaitan dengan salah satu prinsip jalan sebagai pendukung fungsi drainase. Perjanjian kerja yang disepakati antara pihak SFA dan Alam Sutera adalah pekerjaan perancangan lanskap jalan. Pihak SFA lebih luas menganalisis hubungan lanskap jalan dengan fungsi drainase tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian sebelum proses perancangan, masalah yang ada bila melihat masterplan adalah sebagai berikut : a. Pada masterplan direncanakan ada danau buatan di sebelah Utara tapak dengan luasan sekitar 5,9 Ha. Hal tersebut didasarkan dengan melihat level topografi eksisting, area Utara tapak merupakan daerah tangkapan air sementara karena levelnya relatif lebih rendah. Untuk kelancaran sistem drainase pada pengembangan tapak yang sarat dengan nilai kerapatan bangunan yang cukup tinggi, yang diperkirakan

96 sirkulasi air membutuhkan media yang komplek, maka direncanakan pembuatan gorong-gorong air raksasa di sepanjang jalan sebagai media penampung air sementara agar tapak bagian Utara tidak tergenang air karena kapsitas tampungan sementara kurang memadai. Level tapak yang berpotensi banjir adalah pada level b. Pihak SFA menganalisis perencanaan awal tersebut dan menemukan beberapa hal yang perlu disesuaikan. Masalah pertama pembuatan gorong-orong raksasa di bawah jalan akan menghabiskan ruang perakaran vegetasi untuk lanskap jalan, sehingga sebaiknya lebar gorong-gorong diperkecil agar tersedia ruang perakaran lebih banyak. Masalah selanjutnya muncul jika gorong-gorong diperkecil maka jumlah air yang ditampung gorong-gorong akan mengalir ke tapak bagian Utara lebih banyak, memperhitungkan luasan daerah tangkapan sementara yang relatif kecil maka potensi bagian tersebut tergenang air atau banjir akan semakin besar. SFA memberi konsep antisipasi dengan memperluas area danau buatan antara level pada tapak (Gambar 24). Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian level topografi agar area tersebut stabil dilakukan dengan metode cut and fill, dan perhitungan detail dilakukan oleh ahli drainase. c. Tahap Konsep Desain (Concept Design) Sebelum menghasilkan sebuah konsep desain final, tahapan ini diawali dengan beberapa sub tahapan yaitu design principles dan design layers. Design principles merupakan kegiatan analisis teori-teori desain yang berkaitan dengan solusi desain yang berkaitan dengan proyek tersebut. Design layers merupakan tahapan proses pengaplikasian dari design principles ke dalam tapak. Semua tahapan tersebut disajikan secara spasial sebagai informasi dan tahapan pendukung sebelum sampai pada tahap penghasilan site plan. Design principles Prinsip-prinsip desain yang diangkat oleh pihak SFA adalah mengenai prinsip desain jalan, desain hubungan pergerakan dan tujuan, prinsip peletakan

97 poin tujuan sebagai target tujuan yang diutamakan (destination point), serta prinsip desain infrastruktur lanskap. a. Prinsip desain jalan Menurut Telford (2007) dalam desain jalan yang dikategorikan sebagai street mengusung fungsi antar obyek yang dihubungkan maka sebaiknya tidak hanya mengakomodir mobilitas kendaraan bermotor tetapi kepentingan mobilitas manusia diperhitungkan. Mengacu prinsip tersebut maka idealnya sebuah jalan juga mengusung fasilitas untuk pejalan kaki dan sepeda. Jika diaplikasikan pada tapak ini maka desain yang dikonsepkan adalah di bagian kanan-kiri badan jalan sepajang ruas jalan disediakan fasilitas jalur pejalan kaki (pedestrian) yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing ROW dan objek yang menjadi tujuan (Gambar 24). b. Prinsip desain hubungan pergerakan dengan tujuan Prinsip perancangan jalan yang baik menyuguhkan sebuah kualitas lanskap dan lingkungan yang baik pula sehingga meningkatkan nilai positif serta meningkatkan nilai budi pekerti pada penggunanya (Telford, 2007). Lebih lanjut dikemukakan oleh Telford, nilai-nilai tersebut tercermin dari lingkungan yang menarik dan terkoneksi dengan baik sehingga mendorong lebih banyak manusia untuk menggunakan jalan untuk berjalan kaki dan bersepeda. Sistem pedestrian lebih komplek di perkotaan diharapkan lebih dari sekedar media, tetapi juga tipikal sebuah sistem taman dan area rekreasi terbuka (Harris dan Dines, 1988). Desain yang baik mengangkat bagian penting sebuah komunitas yang berkelanjutan. Pergerakan yang didesain akan menumbuhkan jaringan antar ruang dimana pada titik tertentu dijadikan sebagai tujuan pergerakan. Suatu tempat yang dijadikan area beraktivitas tertentu tersebut yang dimaksud dengan destinations (Telford, 2007). Idealnya dalam suatu jaringan pergerakan tersebut terdapat destination point yang pada aplikasinya nanti dapat berupa rest area, public space dan lainnya. Penempatan destinations point juga harus dilandasi dengan prinsip desain yang dikemukakan oleh Ingels (2004) yaitu keseimbangan (balance) dalam bentuk radial (Gambar 25).

98 24 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

99 25 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

100 26 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

101 c. Prinsip desain infrastruktur lanskap Konteks jalan harus selaras dengan lanskap sekitar dan pembangunan kota, fungsinya tidak hanya sebagai koridor transportasi tetapi juga sebagai bagian dari komunitas lokal (Anonimous, 2005). Vegetasi merupakan salah satu atribut kriteria koridor jalan yang baik (Anonimous, 1998). Vegetasi dapat memperbaiki iklim mikro tapak dan memberikan kesan psikis dan visual yang nyaman bagi pengguna. Penempatan area hijau (Gambar 26) juga sebaiknya mengemban prinsip desain. Design layers Tahapan ini merupakan aplikasi pada tapak atas prinsip-prinsip desain yang telah dijelaskan sebelumnya. a. Konsep desain sirkulasi dan destination point Berdasar prinsip desain yang telah dibahas sebelumnya maka telah dihasilkan konsep desain penempatan destination point yang dihubungkan dengan jaringan baru yang berpotensi dimunculkan. Beberapa bentuk destination point dapat didesain dan ditempatkan pada tiik strategis. Salah satu bentuk tersebut adalah pavement activity dimana area tersebut menyediakan fasilitas plaza yang mengakomodir kegiatan tertentu seperti rekreasi. Tema yang diambil untuk plaza adalah bentukan mounding. Bentuk ini diilhami dari bentuk kepompong, dimana kepompong merupakan bagian dari sutera. Penempatan plaza membentuk keseimbangan terhadap arah Utara, Barat dan Selatan. Lalu untuk arah Timur dan tengah dan sisi lain diletakkan bentuk destination point yang berbeda untuk memenuhi prinsip keseimbangan (Gambar 27) Tiap destination point dihubungkan dengan jalur baru yang diusulkan yaitu jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan. Jalur tersebut dirancang untuk menghubungkan tata ruang utama ke sub ruang yang lebih spesifik. Tetapi dalam konsep yang diusulkan tidak dimasukkan jalur sepeda, yang ada hanyalah jalur pejalan kaki dan ruas jalan raya. Seharusnya jalur sepeda juga didesain menjadi bagian dari jalur, baik dipisahkan dengan jalan raya seperti halnya jalur pejalan kaki, maupun menjadi bagian dari jalan raya dan dibatasi dengan bentuk

102 perkerasan tertentu. Hal ini dapat menstimulasi masyarakat untuk menngunakan sepeda sebagai alternatif kendaraan ramah lingkungan. b. Konsep desain drainase tapak dan danau buatan Aliran drainase diasumsikan berasal dari tapak Alam Sutera Fase I dan dari tapak Fase II sendiri. Danau buatan yang awalnya hanya seluas 5,9 Ha yang ditunjukkan pada Gambar 28 diperluas seperti area berwarna biru pada Gambar 29 menjadi sekitar 9,59 Ha. Selain memperluas area danau buatan, SFA juga mengasumsikan bahwa area rawan akan terjadinya luapan air yaitu area yang terletak pada level 15-17, ditunjukkan oleh garis strip biru muda pada Gambar 29. Perhitungan luasan tambahan di bawah tanggung jawab ahli drainase. Konsep perluasan area danau ini cukup baik untuk mengantisipasi bahaya banjir yang dimungkinkan. Danau ini pula dapat dijadikan area rekreasi masyarakat sekitar yang tahap selanjutnya dapat dirancang fasilitas pendukung rekreasi. c. Konsep desain infrastruktur lanskap Infrastruktur lanskap yang direncanakan diklasifikasikan menjadi dua yaitu infrastruktur lanskap untuk ruas jalan dan infrsatruktur lanskap sebagai hutan kota. Konsep hutan kota baru sekedar usulan konsep karena SFA fokus pada pekerjaan lanskap jalan. Konsep hutan kota sebagai aplkasi prinsip keseimbangan karena hutan tersebut didesain pada tiga area yaitu pada interchange, pada danau sisi Selatan dan pada danau sisi Utara. Untuk lanskap jalannya sendiri terdiri dari dua macam penempatan yaitu vegetasi untuk kedua ruas kanan-kiri jalan dan pada median jalan (Gambar 30). Jenis vegetasi mengambil konsep local species. Tapi dalam tahap selanjutnya tetap saja jenis vegetasi sebagian besar mengikuti usulan klien dengan alasan bahwa klien mempunyai beberapa stok tanaman yang dapat diberdayakan. Pihak SFA menyesuaikan jenis tanaman yang ada dengan kondisi lanskap jalan yang akan dirancang. Menurut pihak klien hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya pengadaan.tanaman.

103 27 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

104 28 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

105 29 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

106 30 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

107 31 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

108 32 Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

109 Site plan Setelah dihasilkan konsep yang selaras dengan prinsip desain dan diaplikasikan secara spasial maka tahapan selanjutnya adalah pembuatan site plan. Produk dari tahapan konsep desain adalah site plan (Gambar 32). Semua bentuk analisis baik analisis tapak maupun analisis atas teori dsain telah menjadi satu kesatuan dalam bentuk site plan. d. Tahap Pengembangan Desain (Design Development) Tahap pengembangan desain adalah kelanjutan dari konsep yang telah disepakati oleh klien. Tahapan ini mulai membuat rancangan yang lebih detail khususnya dalam perancangan lanskap jalan berkaitan dengan pembagian lebar jalan untuk tiap bagian jalan dan terutama jenis vegetasi. Untuk perancangan detil lanskap jalan maka didasarkan atas lebar jalan (ROW) yang telah diklasifikasikan sebelumnya (Tabel 16). Gambar 33. Ilustrasi Lanskap Jalan Tol Alam Sutera Fase II (SFA, 2008)

110 Tabel 16. Perancangan Detil ROW Alam Sutera fase II Klasifikasi ROW Lebar Total (m) Lebar Badan Jalan (m) lebar (m) Median vegetasi street furniture lebar (m) vegetasi Pedestrian street furni ture Ukuran Goronggorong (m) kanan kiri ROW Samanea road light 8.5 (total) Maniltoa gammipara, road 2.8x2.8 3x2.5 (Lampiran 3) saman, Hedge, Amenity grass type (footpath) Khaya grandiflora Terminalia katappa, Brownea capilata light type 1 bolard 1.3x x x1.7 8x2.3 3x2.2 Gardenia carinata Messua ferrea Gustavia superba ROW 38 (Lampiran 4) alt.1 : Salyx babylonica - alt.2 : Dillenia road light type 1 4 (total) 1.5 (footpath) Amenity grass, Samanea saman, Hedge, Railing road 0.6x x x x2.2 philippinensis light type 1 Sumber : SFA (2008)

111 Tabel 16. Perancangan Detil ROW Alam Sutera fase II (lanjutan...) Klasifikasi ROW Lebar Total (m) Lebar Badan Jalan (m) lebar (m) Median vegetasi street furnitu re lebar (m) vegetasi Pedestrian street furni ture Ukuran Goronggorong (m) kanan kiri ROW 28 Type segmen 4 (total) - alt. 1 : Switenia road 1.25x x : Arenga pinnata 1.5 mahagoni light 1.25x x1.4 (Lampiran 5) 2 : Cassia fistula (footpath) - alt. 2 : Podocarpus type 1 1.5x x2.7 3 : livistona chinensis nerifolius 1.3x x2.6 4 : lagerstromea Amenity grass 1.3x x2.2 floribunda Hedge 2.8x x2.2 amenity grass 2.8x x2.2 ROW 28 Type (total) Hura crepitans,gliricidia road 1.5x x sepium,cananga odorata light 2.8x x2.1 (Lampiran 6) (footpath) hedge, amenity type 1 1.5x x1.6 grass,bauhinia variegata ROW 28 Type (total) - alt.1 : Gmelina road 1.5x x arborea, - alt. 2 : light 3.0x x1.7 (Lampiran 7) (footpath) Millingtonia hortensis type 1 - alt. 3 :Ppterocarpus indicus

112 Panorama Resort Marketing Office Park/PRMO (A117) Kondisi Umum Panorama Resort Marketing Office Panorama Resort Marketing Office merupakan kantor pemasaran dari Panorama Resort dimana MC 2 Tropical Property sebagai klien, resort ini terletak di Desa Pecatu Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Selatan. Sedangkan kantor pemasaran terletak di Jl. Darupadi No. 1 Banjar Basangkana, Seminyak, Bali. Proses perancangan Panorama Resort selesai sampai tahap pengeluaran gambar kerja dan telah dilakukan pelaksanaan konstruksi di lapang. Bangunan kantor telah ada pada tapak, cakupan kerja SFA adalah perancangan taman kantor. SFA juga melakukan beberapa review bentuk dan interior bangunan karena berhubungan dengan view yang akan dirancang pada taman. Dalam pelaksanaan proses perancangannya, SFA bekerja sama dengan tim pengembang lain di dalam proyek ini yaitu Original Vision (Architecture Consultant), Plum Design (Interior), United Engineers (Main Contractor) dan Lighting specialist. e. Tahap Persiapan Proyek perancangan Panorama Resort Marketing Office ini didapatkan melalui mekanisme penunjukan langsung oleh MC 2 Tropical Property, dimana MC 2 Tropical Property juga sebagai klien pada proyek perancangan Panorama Resort sebelumnya. Pada tahap persiapan ini pihak SFA merumuskan tujuan dan berbagai informasi yang terkait dengan persiapan perancangan. f. Tahap Riset dan Analisa (Research and Appraisal) Tahap ini merupakan tahap inventarisasi serta analisis ruang. Inventarisasi dilakukan dengan survei tapak secara langsung oleh tim dari SFA. Tahap analisis yang dilakukan adalah mengenai aspek fisik dan biofisik dari tapak. Inventarisasi Inventarisasi dilakukan dengan cara survei langsung ke tapak, beberapa informasi pendukung diperoleh dari pihak lain misalnya dari konsultan arsitek dan desainer interior. Salah satu cara mengetahui keadaan lapang adalah dengan melihat dari foto yang diperoleh saat survei (Gambar 33 dan 34) dan Tabel 17.

113 Gambar 34. Peta dan Foto Inventarisasi Tapak Panorama Resort Marketing Office (SFA, 2008)

114 Gambar 35. Klasifikasi Ruang Panorama Resort Marketing Office (SFA, 2008)

115 Tabel 17. Inventarisasi Tapak Panorama Resort Marketing Office Aspek Hasil Inventarisasi Aspek Fisik Luas area m 2 Luas Bangunan m 2 Batas kawasan - Utara bangunan perumahan - Timur pertokoan - Selatan jalan raya - Barat pertokoan Topografi relatif datar (0-3%) Iklim - Suhu C - Curah hujan mm/th - Kelembaban 77% Fasilitas lain kamar mandi, pure peribadatan Aspek Biofisik Flora - Pohon sawo (Chrysophyllum cainito) - Semak Euphorbia, Sansiviera trifasciata, Dracaena variegata dan beberapa jenis semak liar lainnya Fauna bebagai jenis serangga (kupu-kupu, semut, dll) Sumber : SFA (2008) Luasan tapak perancangan cukup kecil, hal ini memang betujuan untuk proyek perancangan detil untuk taman kantor. Lokasi tapak berada di kawasan bisnis di daerah jalan Drupadi Seminyak. Kantor ini dibatasi oleh bangunan sekitar dan jalan raya. Bangunan kantor eksisting merupakan bangunan dua lantai yang diengkapi fsilitas peribadatan umat Hindu yaitu pure di bagian depannya. Luas bangunan hampir memenuhi luasan tapak secara keseluruhan, sehingga tapak didominasi oleh perkerasan hanya sedikit di tapak bagian Utara yang masih terdapat tanah. Vegetasi eksisiting hanya ada beberapa spesies yang kondisinya kurang terawat. Ada satu pohon besar di tapak bagian Utara (belakang bangunan) yang sangat mendominasi ruang karena tajuknya cukup lebar. Analisis Ruang Analisis ruang yang dilakukan adalah untuk ruang luar dan ruang dalam. Ruang luar merupakan area diluar bangunan yang akan dirancang sebagai taman dan ruang dalam merupakan bangunan gedung itu sendiri. Kedua ruang ini harus

116 memilki kesatuan dan hubungan yang kuat karena aspek estetika ruang luar yang akan menjadi obyek utama bagi pengguna yang berada di dalam gedung. a. Analisis ruang luar Bagian ruang luar yang akan dianalisis meliputi halaman depan, halaman samping dan halaman belakang (Gambar 34 dan Tabel 18). Tabel 18. Analisis Bagian Ruang Luar PRMO Bagian Ruang Luar Potensi Kendala Solusi Halaman depan sebagai welcome area, area parkir, pura sebagai simbol agama sekaligus ciri khas Bali dominasi perkerasan, panas, pura tidak boleh diubah bentuk maupun posisinya, tidak pembatas dengan jalan perancangan parkir yang sesuai, desain material paving untuk meningkatkan estetika, pure tidak diubah tapi dimodifikasi disesuiakan dengan tema, pembuatan pagar pembatas (nilai fungsional dan estetika) Halaman samping taman sudut minimalis area cukup sempit rancangan obyek yang memilki feature atraktif yang dapat dinikmati dari dalam bangunan Halaman belakang teduh, sejuk dan cukup nyaman terdapat kamar mandi yang menimbulkan bau kurang enak pembuatan rest area, atau meeting area outdoor yang di sekat dengan material tertentu agar tidak terganggu bau kamar mandi Sumber : Hasil Analisis dan SFA (2008)

117 b. Analisis ruang dalam Bangunan dua lantai yang sudah ada pada tapak diklasifikasikan untuk dianalisis aspek ruang dalam. Hal ini akan memberikan informasi yang lebih detil yang bermanfaat pada saat perumusan konsep desain agar tercipta keseimbangan antara ruang luar dan ruang dalam. Bangunan eksisting terdiri dari beberapa ruangan yaitu ruang penerimaan dan ruang tamu di bagian depan, ruang pelayanan di bagian tengah dan ruang servis (kamar mandi dan gudang) di bagian belakang (Gambar 34 dan Tabel 19). Tabel 19. Analisis Bagian Ruang Dalam Bangunan PRMO Bagian Ruang Potensi Kendala Solusi Bangunan Ruang penerimaan dan ruang tamu bagian ruang bangunan yang terluas, letak di bagian terdepan bangunan untuk menerima tamu kesan monoton karena desain awal kurang ada akses visual ke luar sisi kanan-kiri ruang penambahan ornamen pada halaman samping yang dapat diakses secara visual dari ruang ini Ruang pelayanan sebagai ruang untuk melayani tamu bersebelahan dengan kamar mandi penyekatan antar ruang agar aktivitas pelayanan lebih fokus Ruang servis (gudang dan kamar mandi) untuk mendukung aktivitas pengguna bau kurang sedap dari kamar mandi mengganggu penyekatan dengan material tertentu agar tidak mengganggu aroma dan kesan visual Sumber : Hasil Analisis dan SFA (2008) Setelah analisis dilakukan terhadap kedua klasifikasi ruang tersebut maka dapat dimunculkan hubungan positif antar kedua ruang yang dapat

118 dikembangakan atau sebaliknya adanya hubungan negatif antar ruang yang nantinya dapat diminimalisisr dengan konsep desain tertentu. g. Tahap Konsep Desain (Concept Design) Tahap konsep desan akan dihasilkan setelah melaui dua tahap pendukung yaitu design principles dan design layers. Dalam design principles memuat prinsip-prinsip desain ruang yang menjadi dasar pengembangan perancangan ruang dan design layers merupakan layout design yang merupakan aplikasi dari design principles pada ruang perancangan. Design principles Tahapan ini akan menjelaskan mengenai beberapa prinsip desain keruangan yang penting untuk menjadi dasar pemikiran sebelum konsep desain dihasilkan. a. Prinsip desain Penerapan prinsip desain akan dipengaruhi oleh skala tapak proyek lanskap. Prinsip desain menurut Ingels (2004) yaitu unity (theme), balance (symmetry, radial and asymmetry), focalization of Interest, simplicity, rhythm dan line, propotion. Prinsip-prinsip tersebut dalam aplikasinya akan menyesuaikan dengan kondisi tapak atau ruang. Ada 6 tipikal skala proyek lanskap (Dines dan Brown, 2001) yaitu : 1. Detail scale (1x 1 m) 2. Spatial scale (10x10 m) 3. Place scale (100x100 m) 4. Neighborhood scale (1x1 km) 5. Community scale (10x10 km) 6. Regional scale (100x100 km) Perancangan taman kantor ini secara umum termasuk dalam proyek lanskap skala spasial. Namun dalam tahap selanjutnya akan dibahas mengenai detail desain pada area yang lebih spesifik sehingga tahap selanjutnya untuk desain per zona tergolong pada proyek lanskap skala detail.

119 b. Prinsip desain perkerasan (pavement) Dines dan Brown (2001) mengemukakan bahwa paving untuk proyek skala detil menggunakan ukuran yang lebih kecil dan detail. Lebih lanjut Ingels (2004) menyatakan bahwa alokasi biaya lebih besar untuk mementingkan nilai estetika daripada fungsinya. Misalnya pemilihan warna, bentuk dan tekstur yang lebih bervariasi. Penyusunan bentuk dan kombinasi warna serta jenis juga lebih spesifik sehingga membutuhkan waktu dan kreatifitas yang lebih. Ketebalan paving dipengaruhi juga oleh beban yang akan ditopang. Untuk mobil menggunakan paving yang tebalnya ± 100 mm untuk beban biasa seperti hanya untuk pedestrian menggunakan paving tebal < 60 mm. Pemasangan menggunakan konsep modul dan untuk border/edging dibedakan dengan warna yang lebih gelap. Idealnya suatu area tidak didominasi oleh perkerasan masif setidaknya proporsi antara perkerasan dan area hijau (grass) adalah 50:50. c. Prinsip desain pagar dan dinding (fences and walling) Penyekat disesuaikan dengan ruang, jika skala lebih luas bentuk penyekat akan berbeda dengan skala detil. Harris dan Dines (1988) menjelaskan fungsi penyekat antara lain melindungi area pribadi (privacy zone), untuk tujuan keamanan dan kenyamanan, memperjelas batasan area, kontrol sirkulasi dan untuk modifikasi iklim mikro. Pagar sebaiknya tidak menutup view. Ingels (2004) menjelaskan untuk membatasi dua ruang aktivitas pada level yang sama, dibutuhkan pagar pembatas dengan tinggi minimal 6 ft. Untuk pagar depan dan samping sebaiknya terdapat perbedaan ketinggian, pagar depan lebih rendah daripada pagar samping. Material yang digunakan maupun desain yang diterapkan pagar depan sebaiknya lebih bagus untuk menarik pengunjung dan memberi ciri khas tertentu suatu tempat. d. Prinsip desain ornamen air (water feature) Ada dua tujuan dalam mendesain water display, yaitu tujuan estetik dan tujuan fungsional. Tujuan estetik meliputi efek visual, psikologi, auditori, dan efek menyejukkan. Tujuan fungsional meliputi tujuan rekreasi, kontrol sirkulasi dan fungsi lain seperti irigasi (Harris dan Dines, 1988). Efek yang dapat

120 ditimbulkan oleh air akan disesuaikan dengan tujuan dan skala proyek. Efek tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tingkat visibilitas, level suara, kesan percikan dan stabilitas angin. Ingels (2004) menjelaskan mengenai beberapa komponen dari water feature. Komponen tersebut antara lain ; 1). Water outlet, 2). Water basin (wadah air), 3). Jaringan pipa untuk sirkulasi air, 4). Cascade (perbedaan level untuk menghasilkan aerasi dan aliran air), 5). Weir (untuk mengontrol aliran air), 6). Waterfall (kesan air terjun) dan, 7). Edge treatment (modifikasi bentuk border). e. Prinsip desain pencahayaan (lighting) Ada beberapa efek pencahayaan menurut Dines dan Brown (2001) yaitu uplighting, moonlighting, spotlighting, spread lighting, path lighting dan silhouette lighting. Ada beberapa pertimbangan dalam rancangan pencahayaan (Ingels, 2004). Pertimbangan tersebut antara lain objek apa saja yang ada pada tapak, bagaimana pencahayaan dapat memperkuat kesan objek di malam hari., fitur apa saja yang akan dikuatkan kesannya dan yang harus dihindarkan dari pencahayaan serta area apa saja yang berpotensi membahayakan pengguna yang seharusnya diberi pencahayaan. Pada perancangan pencahayaan untuk skala kecil maka lebih cenderung untuk memfokuskan suatu objek tertentu yang mempunyai dimensi tinggi tertentu misalnya pohon ataupun sclupture. Pencahayaan tersebut lebih sesuai menggunakan efek uplighting dan spotlighting. f. Prinsip desain dek (decks) Ada beberapa jenis fungsi dek antara lain sebagai area transisi antar elevasi/level, sebagai perpanjangan dari interior ruang dalam dan sebagai area yang dapat mengakomodasi dan memindahkan aktivitas di dalam ruang (indoor) selama cuaca mendukung (Dines dan Brown, 2001). Harris dan Dines (1988) menyebutkan bagian-bagian yang menyusun dek kayu umumnya terdiri atas balok (beam), tonggak (post), penutup sisi (fascia), balok silang (joist), kolom (column), plat (edging), anak tangga (tread), pegangan (handrail) dan dawai pentup tangga (stringer).

121 Design layers Dalam tahapan ini mulai dikonsepkan secara spasial pada tapak sesuai dengan prinsip desain yang telah dianalisis sebelumnya (Gambar 28). a. Desain ruang Ruang yang menjadi fokus desain adalah ruang luar tetapi hal tersebut bukan berarti mengabaikan keadaan ruang dalam bangunan. Ruang dalam di modifikasi di beberapa sudut agar pengguna di dalam gedung dapat menikmati objek atau view di luar. Halaman depan Dimulai dari bagian depan tapak yang menjadi akses awal sebelum masuk ke gedung maka area ini dioptimalkan baik secara fungsi maupun estetika agar tamu atau pengguna merasa nyaman. Batas area kantor dengan jalan lebih dikuatkan dengan pembuatan pagar yang dibuat mengelilingi halaman. Pagar berfungsi sebagai pembatas dan didesain untuk memberi kesan estetis dengan modifikasi bentuk dan material. Sebelum masuk ke area kantor maka sebaiknya ada area penerimaan (welcome area) yaitu berupa gerbang. Untuk mengakomodir kepentingan pengguna maka halaman depan dilengkapi area parkir. Untuk memenuhi kesan estetik maka pada arah memasuki gedung sebaiknya dibuat suatu ornamen yang mengiringi pengguna menuju ke gedung. Karena kondisi awal tapak yang cukup panas maka sebaiknya ornamen tersebut yang memberi kesan sejuk yaitu menggunakan ornamen air. Ornamen air yang dibuat adalah wadah air yang dihubungkan dengan kolam dan dilengkapi dengan efek gerak air berupa smooth waterfall dan gravity spout (Harris dan Dines, 1988). Ornamen air ini diharapkan memenuhi tujuan estetik dan fungsional yaitu efek visual (focal point), efek menyejukan dan sebagai objek rekreasi skala kecil. Ruang penerimaan Modifikasi ruang gedung adalah pada ruang penerimaan. Dari desainer interior memberi informasi ruang ini akan menjadi ruang penerimaan dan ruang tunggu yang akan dilengkapi sofa di sudut Timur ruang. Posisi tamu diarahkan

122 menghadap ke Barat, agar tamu dapat lebih nyaman, maka di sisi Barat sebaiknya diletakkan obyek yang dapat dinikmati secara visual. Di halaman Barat dibuat ornamen air, sehingga dinding gedung sebelah Barat dipugar separuh dari lebar total menjdai bentuk bukaan dan diganti materialnya dari bata menjadi kaca agar dari ruang ini tamu dapat menikmati ornamen air tersebut. Pada sisi depan gedung terdapat dua pintu masuk. Pintu masuk sebelah Barat tetap dirancang sebagai pintu masuk utama dengan model dua daun pintu. Sedangkan pintu yang di sebelah Timur dimodifikasi menjadi dinding kaca untuk menambah nilai estetika bangunan yang terkesan monoton sebelumnya. Halaman belakang Pada bagian belakang gedung dirancang terdapat dua akses yaitu akses menuju kamar mandi dan ruang pelayanan serta akses kedua yaitu akses menuju halaman belakang. Dalam akses menuju kamar mandi sebaiknya pada ujung jalan diletakkan objek berupa art work/sculpture agar pengguna jalan mempunyai target secara visual dan mempunyai kesan lebih terhadap ruang tersebut. Halaman belakang dijadikan sebagai area yang bertujuan untuk memindahkan aktivitas dalam ruang misalnya meeting, bercakap-cakap dan lainlain, karena area ini lebih sejuk dan teduh, sesuai untuk aktivitas yang menginginkan suasana rileks selama kondisi cuaca memungkinkan. Area ini akan ditingkatkan nilainya dengan material yang lebih atraktif misalnya dek, permainan paving serta tata tanaman. Ada beberapa fungsi dan aktifitas sub ruang yang berbeda pada sekitar halaman belakang, maka untuk memisahkan perbedaan aktifitas tersebut dibuat penyekat. Penyekat memisahkan antara ruang pelayanan, sisi tangga menuju lantai dua, kamar mandi dan halaman belakang, hal ini bertujuan agar pengguna yang berbeda kepentingan tidak terganggu dengan aktifitas pengguna lain. Misalnya tamu yang menuju ke kamar mandi tidak lagi canggung karena tidak terlihat oleh tamu yang sedang meeting di halaman belakang. Penyekat berupa timber screen, yaitu penutup dari bahan kayu model kripyak. Penyekat ini memenuhi prinsip disain dinding yaitu kontrol sirkulasi, membedakan ruang dan aktivitas serta unsur estetika.

123 b. Desain softscape Untuk memenuhi prinsip desain kesatuan tema (theme unity) dengan tema pada Panorama Resort maka konsep desain penanaman disesuikan dengan yang ada di Panorama Resort. Hal tersebut diaplikasikan pada pemilihan spesies maupun kombinasi penanamannya, vegetasi yang digunakan mengangkat konsep Bali dan tropis (Gambar 36) Pada area penerimaan ditanam satu pohon yang berfungsi sebagai kesan emphasis dalam hal kontras yang dikombinasi dengan semak sedang untuk kesan gradasi. Pada bagian depan gedung juga diletakkan satu pohon sebagai emphasis dan memberi kesan teduh bagian depan gedung. Halaman belakang merupakan area yang didesain sebagai area yang cukup atraktif baik dari segi hardscape maupun softscape. Pada area ini diletakkan beberapa kombinasi yang diilhami dari konsep kombinasi di Panorama Resort. Vegetasi di halaman belakang terdiri dari vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh, pembatas ruang, ornamental dan background. c. Desain hardscape Selain konsep vegetasi, konsep hardscape juga diilhami dari konsep pada Panorama Resort. Penggunaan material hampir sama dengan material pada Panorama Resort. Nuansa Bali dicerminkan dengan penggunaan metrial yang berasal dari batu alam. Dominasi material batu akan menguatkan karakter alami dan menjadi ciri khas karena tampilan berbeda diantara bangunan lain di sekitarnya. Konstruksi perkerasan khusunya paving umumnya terdiri dari base, sub-base dan sub-grade. Ukuran tebal dari masing-masing bagian konstruksi disesuaikan dengan jenis paving dan tebal material paving. Hardscape daplikasikan pada paving, water feature,walling dan furniture (Gambar 37).

124 Gambar 36. Softscape Plan Panorama Resort Marketing Office (SFA, 2008)

125 Gambar 37. Hardscape Plan Panorama Resort Marketing Office (SFA, 2008)

126 Gambar 38. Landscape Site Plan Panorama Resort Marketing Office (SFA, 2008)

127 h. Tahap Pengembangan Desain (Design Development) Pengembangan desain merupakan proses perancangan yang lebih detil memberikan informasi dan ilustrasi yang lebih jelas. Dalam tahapan ini dilakukan desain detil hardscape maupun softscape yang digunakan pada tiap zona dan bentuk (Tabel 20-22). Produk gambar tahap ini adalah gambar potongan detil (Lampiran 12-17). i. Tahap Pembuatan Gambar Kerja (Production Documentation) Tahapan ini menghasilkan gambar detail konstruksi dari masing-masing area terutama pembahasan detil material, konstruksi material, aturan pemasangan dan desain material. Deskripsi detil konstruksi, material dan desain dapat dilihat pada Tabel 23 sampai Tabel 27 yang diklasifikasi menurut jenis detil.

128 Tabel 20. Detil Material Sub Area Halaman Depan Sub Area Luas/Jumlah (m 2 / buah) welcome area Spesifikasi Material Keras - gabion wall 5.3 m 2 batu karang boulders, wiremesh 80x80x5 mm, stainless coping tebal 8 mm, uplight - batukarang wall 2.27 m 2 batu karang random, coping, tinggi 1.2 m (barat) - batukarang 5.5 m 2 batu karang random, coping, tinggi 1.5 m wall(timur) - pembatas Pure 2.0 m 2 batu karang random, coping, tinggi 1.4 m - timber gate (sliding door) 1 buah stainless steel plate, sliding rel, Kayu ulin 30 mm tebal x 150 mm lebar, tinggi 1 m Vegetasi Cochlospermum religiosum (1 pohon) Pennisettum settacheum (1.7 m 2 ), Axonopus compressus (3.7 m 2 ) Area parkir 42.0 m 2 grass block, stainless steel edging Axonopus compressus (42 m 2 ) Ramp 11.5 m 2 batu kali random Halaman masuk 59.1 m 2 batu andesit paving 40 x 40 cm Taman sudut 4.1 m 2 concrete edging, uplight Plumeria rubra (1 pohon), Pennisettum settacheum (4.1 m 2 ) Stepping (office entrance) Sumber : SFA (2008) 4.3 m 2 batu andesit steps

129 Tabel 21. Detil Material Sub Area Halaman Samping Sub Area Spesifikasi Material Keras Luas/Jumlah Vegetasi (m 2 / buah) water feature - water basin stainless steel plate tebal 5 mm, concrete 6.0 m 2 bracket to Engineer s detail, uplight - ornamental ponds concrete structure to Engineer s detail 5.5 m 2 Typha angustifolia (2.2 m 2 ) Sumber : SFA (2008) Tabel 22. Detil Material Sub Area Halaman Belakang Sub Area Spesifikasi Material Keras Luas/Jumlah (m 2 / buah) Vegetasi timber deck Kayu bengkirai 20 mm tebal x 100 mm lebar 11.7 m 2 Calathea (6 rumpun) x 3000 mm panjang Jalan setapak stepping stone batu andesit 60x60x0.5cm 6.6 m 2 pasir pantai putih (white beach sand) Timber screen Kayu ulin 30 mm tebal x 150 mm lebar Taman concrete edging, sclupture 43.1 m 2 Areca vestiaria ( 9 phn), Pandanus dubius(3 btg), Liriope muscari (26.5 m 2 ), Cycas siamensis (5 btg), Axonopus compressus (16.6 m 2 ) Sumber : SFA (2008)

130 Tabel 23. Deskripsi Detail Edging Klasifikasi Detil Area Spesifikasi Material Deskripsi Desain dan Konstruksi Batu Andesit Edging (A117-PD-DE01A) edging antara halaman depan dengan parit di bawah water basin dan grassblock Batu andesit square edging, dark grey colour with shot sawn finish, 20 mm thick x 300 mm width x 300 mm length Batu andesit edging (tepi) warna lebih gelap, 3 mm nominal width joint, 25 mm mortar bed, Pondasi didisain oleh Engineer Stainless steel edging (A117-PD-DE02A) edging pembagi grassblock pada area parkir Stainless steel 5 mm thick x 100 mm width x 5000 mm length, Stainless steel counter sunk bolt to Engineer's detail 1000 mm centres Stainless steel edging panjang 5 m di kaitkan dengan sub base oleh stainless steel counter sunk (paku baja khusus) yg dipasang tiap 1 m, jarak tiap edging kurang lebih 2.8 m Concrete edging (A117-PD-DE03A) penyekat antara jalan setapak dan taman pada halaman belakang Concrete edging 50 mm thick x 150 mm width, length as shown on drawing Concrete edging(tepian dengan beton) 50 mm thick x 150 mm width (panjang disesuaikan), 25 mm mortar bed, Hounch didisain oleh Engineer Batu Andesit Step (A117-PD-DE04A) stepping pada pintu masuk gedung Batu andesit steps, dark grey colour 20 mm radius gulnose to leading edge 50 mm thick x 300 mm width x 300 mm length laid in stack bond pattern. Batu andesit raiser, dark grey colour 20 mm thick x 100 mm width x 300 mm length Pada step ini terdapat dua level, tinggi tiap level 15 cm. Konstruksi terdiri dari Batu andesit steps, Batu andesit raiser, 5 mm minimum nominal width joint. 25 mm mortar bed. Pondasi didisain oleh Engineer Sumber : SFA (2008)

131 Tabel 24. Deskripsi Detail Furniture Klasifikasi Detil Area Spesifikasi Material Deskripsi Desain dan Konstruksi Water feature (A117-PD-DF01A) Timber screen (A117-PD-DF02A) Halaman samping Halaman belakang Stainless steel plate Concrete plate 150 mm maximum thick fixed to structure design, Piping supplay system to specialist detail, water basin, uplight Screen column, stainless steel plate 10 mm thick x 150 mm widthx length dimension as shown, mat finish welded with stiffner 10 mm thick x 60 mm width x length dimension as shown. Kayu ulin 30 mm thick x 150 mm width x length dimension as shown,natural colour (dop), melamic finish with anti termite treatment Stainless steel plate 5 mm thick x 50 mm width x 100 mm length, welded to column Stainless steel base plate 150 mm x 110 mm (middle) Stainless steel base plate 150 mm x 60 mm (right/left side) - water feature ini merupakan sebuah ornamen air yang berupa water basin (p=10 m, l=.6cm, t=.6cm) yang dilapisi plat stainless steel kesan menggantung, wadah air dikaitkan pada dinding dengan concrete bracket, jarak ke tanah 25cm. Air akan meluber, mengalir halus ke bawah melalui plat tersebut. - Terdapat 3 water spout di sepanjang wadah air serta 1 water spout pada ujung wadah yang jatuh menuju kolam pada ujung halaman samping. - Di bawah wadah air terdapat parit penampungan air luberan yang ditutup dengan batu kerikil (over flow). - Timber sreen ini berfungsi sebagai penyekat dan penutup beberapa ruang. Tinggi 2 m, merupakan tirai kayu ulin yang disusun model kripyak, disangga oleh kolom baja yang jumlahnya disesuikan panjang tirai. Kayu dan kolom dikaitkan oleh stainless steel plate yang di las pada kolom dikait dengan paku. - Kolom ditanam pada pondasi beton yang dilapisi oleh stainless steel plate - Menggunakan tipe mitered joining yang menyatukan tiap Sumber : SFA (2008)

132 Tabel 24. Deskripsi Detail Furniture (lanjutan.) Klasifikasi Detil Area Spesifikasi Material Deskripsi Desain dan Konstruksi Sliding door (A117-PD-DF03A) Halaman samping a. Stainless steel plate 10 mm thick. b. Sliding rel dia. 50mm. c. Stainless steel plate 5 mm thick x 80 mm width x 100 mm high x 260 mm length Sliding door ini desainnya seperti timber screen yaitu menggunakan model kripyak. Tinggi 1 m, menggunakan roda dan rel yang terbuat dari stainless steel Sumber : SFA (2008) Tabel 25. Deskripsi Detail Curbs Klasifikasi Detil Area Spesifikasi Material Deskripsi Desain dan Konstruksi Concrete straight curb (A117-PD-DK01A) Ramp Andesit curb cut and place neatly as shown on the drawings. a. 600 mm length x 150 mm width x 250 mm thick. b. 450 mm length x 150 mm width x 250 mm thick Kerb model lurus di tepi ramp. Andesit kerb 5 mm minimum nominal width joint. 25 mm mortar bed. Pondasi didisain oleh Engineer Concrete straight curb (A117-PD-DK02A) Ramp Batu andesit radius kerb light grey (special order) a. 600/520 mm length x 150 mm width x 250mm thick. b. 340/300 mm length x 150 mm width x 250mm thick. Kerb model radius/melingkar di tepi ujung ramp. Andesit kerb 5 mm minimum nominal width joint. 25 mm mortar bed. Pondasi didisain oleh Engineer Sumber : SFA (2008)

133 Tabel 26. Deskripsi Detail Paving Klasifikasi Detil Area Spesifikasi Material Deskripsi Desain dan Konstruksi Batu kali random paving (A117-PD-DS01A) Batu andesit paving (A117-PD-DS02A) ramp Halaman masuk Batu kali random paving, 50 mm thick, stone size mm Batu andesit square paving, dark grey colour with shot sawn finish, 20 mm thick x 400 mm width x 400 mm length laid in soldier course - Batu kali yang dipasang secara random/acak di area ramp dibatasi dengan kerb - Batu kali random paving, Joint min 5 mm, dipotong dan dibentuk rapi,25 mm mortar bed, Pondasi didisain oleh Engineer - Halaman masuk menggunakan batu andesit paving square yang tepinya menggunakan batu adndesit edging - Batu andesit paving square, 5 mm nominal width joint. 25 mm mortar bed, Pondasi didisain oleh Engineer Grass block paving (A117-PD-DS03A) Andesit stepping stones (A117-PD-DS04A) Timber deck (A117-PD-DS05A) area parkir Halaman belakang Halaman belakang Grass blok Cisangkan, 100 mm thick x 150 mm width x 600 mm length Batu andesit square 80 mm thick x 600 mm width x 600 mm length. a. Kayu bengkirai 30 mm thick x 100 mm width x 3000 mm length b. Timber egding Kayu bengkirai 30 mm thick x 150 mm width, length dimensions as shown as drawing Grass blok Cisangkan. diisi tanah dan pasir sebagai base, Pondasi didisain oleh Engineer Batu andesit persegi ukuran 60x60 cm, konstruksi 25 mm mortar bed, rongga diisi dengan pasir putih, pondasi didisain oleh Engineer Kayu bengkirai, Concrete beam to Engineer's detail, Timber egding Kayu bengkirai, Deck frame kayu bengkirai 100 mm thick x 50 mm width x length dimension as shown mm diameter x 100 mm length galvanised mild steel bolt set in as counter sunk to deck. surfacing as shown on section Sumber : SFA (2008)

134 Tabel 27. Deskripsi Detail Walling Klasifikasi Detil Area Spesifikasi Material Deskripsi Desain dan Konstruksi Batu karang gabion wall (A117-PD-DW01A) welcome area a. Galvanised mild steel plate coping 5 mm thick, dimension as shown on the drawing, Site plates to be welded to top plate. Fixed to stainless steel wiremesh b. Gabion basket ; 800 mmwidth x 1000 mm length x 1280 mm heigth by bolts formed from 80x80 stainless steel wire mesh, wire dimeter 5 mm. c. Uplight to gabion wall to specialist detail d. Batu karang boulders diameter mm placed nearly within gabion basket - Gabion wall (bronjong) didesain lebih menarik yang berfungsi sebagai pagar pembatas dan mempunyai nilai estetika serta keunikan (cirri khas), tinggi 1 m lebar.8 m. - Penutup plat besi dengan tebal 5-8mm Gabion basket (rangkaian kawat 8x8 cm) Batu karang boulders diameter mm Pondasi dan Anchor didisain oleh Engineer Batu karang wall (A117-PD-DW02A) Halaman depan dan pembatas Pure a. Batu karang boulder in random pattern, minimum diameter mm, cut and place neatly b. Batu karang coping 400 length x 300 width x 100 mm thick with shadow lines as shown on the drawings and 25 mm chamfered at top edges - Dinding batu karang selain sebagai pagar juga sebagai ornamen keindahan, halaman bagian depan tinggi 1,2 m bagian pure 1,4 m. Batu karang boulder, Pondasi didisain oleh Engineer Sumber : SFA (2008)

135 Tabel 28. Analisis Keikutsertaan Dalam Proses Perancangan Mekanisme Penanganan Proyek Presentase Keikutsertaan Proyek I Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II Proyek II Panorama Resort Marketing Office Park Proses Tender 0% 0% Rapat pembentukan project leader dan tim kerja Koreksi dan standarisasi layers CAD 0% 100% 90% 90% Pembuatan drawing list 0% 100% Riset dan Analisa 20% 50% Konsep Desain 30% 50% Pengembangan Desain 50% 80% Produksi gambar kerja - 80% Pengisian project costing - 75% Rapat dengan klien - 0% Rapat evaluasi intern 100% 100% Sumber : Hasil Analisis Keterangan (-) : belum ada tahapan Analisis keikutsertan dalam praktek studio dibedakan atas dua proyek. Terdapat 11 tahapan utama yang dilakasanakan selama proses pengerjaannya. Proyek I = (90%+20%+30%+50%+100%) X 100% = 36,25% 800 Proyek II = (100%+90%+100%+50%+50%+80%+80%+75%+100%)X 100% = 65,90% 1100 Dalam proyek pertama kegiatan praktek pengerjaan sekitar 36% sedangkan proyek kedua Perancangan Panorama Resort Marketing Office Park, kegiatan praktek yang dilakukan mempunyai presentase yang lebih besar yaitu sekitar 65%.

136 Faktor Penghambat dan Penunjang Kegiatan Perancangan Lanskap Faktor penghambat kegiatan perancangan lanskap secara umum adalah adaptasi standar kerja dan gambar yang ditetapkan cukup menyulitkan serta koordinasi kerja pada dua pihak pimpinan Asia dan UK cukup rumit. Faktor penunjang kegiatan perancangan lanskap secara umum antara lain organisasi staf yang terstruktur cukup baik, fasilitas, teknologi dan peralatan kerja lengkap dan mutakhir, serta manajemen kerja dan studio yang diterapkan cukup baik sehingga menunjang kinerja. Analisis kedua faktor tersebut dalam aplikasi proses perancangan proyek dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 29. Analisis Faktor Penghambat dan Penunjang Pada Proses Perancangan Proyek Proses Perancangan Faktor Penghambat Faktor Penunjang Perancangan streetscape kawasan Alam Sutera Fase II Perancangan Panorama Resort marketing office park Sumber : Hasil Analisis 1. layers cad masterplan awal yang cukup banyak dan pada saat cross check banyak yang tidak tergambar dengan data survei. 2. desain gorong-gorong pada masterplan yang terlalu besar menjadi masalah dalam perancangan streetscape 3. konsep dari Arsitek tentang bangunan kadang mempengaruhi perubahan desain dari SFA 1. data dari klien tentang luas tapak dan bangunan kurang akurat sehingga membutuhkan survei ulang 2. ada perbedaan konsep desain pada tahap konsep desain dengan Arsitek mengenai bukaan pada ruang penerimaan 3. lokasi proyek yang cukup jauh mempersulit proses survei dan pelengkapan data 1. berbagai staf dari multidisiplin ilmu membantu dalan koordinasi tahapan perancangan yang lebih komplek 2. komunikasi yang cukup baik antara SFA dan klien dalam tiap tahapan perancangan 3. letak proyek yang cukup dekat memudahkan koordinasi dan survei 1. proyek ini satu kesatuan dengan Panorma Resort sebelumnya sehingga memudahkan konsep desainnya 2. telah terbangun koordinasi yang baik dengan klien dan pihak pendukung lain pada perancangan Panorama Resort

137 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang di Sheils Flynn Asia (SFA) sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang keilmuan Arsitektur Lanskap. Manajemen kerja merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan kantor, sedangkan manajemen studio merupakan segala hal yang ditujukan dalam penghasilan produk gambar perancangan lanskap. Manajemen kerja berorientasi pada lembaga lokasi magang dengan mempelajari manajemen kerja SFA khususnya dalam penanganan proyek Arsitektur Lanskap. Proses ini dapat dipelajari melalui analisis struktur organisasi, proses perancangan lanskap yang diterapkan SFA, fasilitas peralatan kerja, aplikasi teknologi informasi, mekanisme survei lapang dan mekanisme manajemen kerja studio. Untuk menunjang keberhasilan dalam kegiatan perancangan lanskap, strukur organisasi SFA terdiri dari beberapa multi disiplin ilmu yang saling terkait dan mendukung. Organisasi kerja perusahaan terstruktur cukup baik dan ditunjang dengan sistem kerja pengelolaan data, mekanisme penanganan proyek melalui sistem teamwork dan pedoman kerja serta standar gambar dengan kualitas grafis cukup baik dengan electronic mechanism. Pengalokasian waktu dalam penyelesaian pekerjaan dilakukan cukup efisien melalui beberapa upaya antara lain sistem teamwork dimana setiap anggota tim diberi target pekerjaan, setiap teamwork terdiri dari Project leader, staf arsitek lanskap, staf arsitek, staf desainer grafis dan drafter Proses perancangan yang diterapkan SFA adalah tahap persiapan, tahap riset dan analisa (RA), tahap konsep desain (CD), tahap pengembangan desain (DD) dan tahap pembuatan gambar kerja (PD). Praktek studio kegiatan magang melalui proses perancangan Streetscape Kawasan Alam Sutera Fase II sampai pada tahap pengembangan desain dan perancangan Panorama Resort Marketing Office Park yang sampai pada tahap produksi gambar kerja. Untuk proyek pertama kegiatan praktek pengerjaan yang dilakukan sekitar 36%, sedangkan untuk proyek kedua kegiatan praktek pengerjaan yang dilakukan sekitar 65%. Pembelajaran mengenai manajemen kerja studio dilakukan melalui pengamatan.

138 Berdasarkan seluruh rangkaian kegiatan praktek dan pengamatan dapat dipelajari mengenai karaktersistik rancangan yang berbasis pada perkotaan. Karakter rancangan perkotaan yang dapat dipelajarai antara lain rancangan yang dihasilkan lebih menunjukan sistem yang lebih efisien, simpel dan terspesialisasi lebih jelas. Faktor penghambat kegiatan perancangan lanskap secara umum adalah adaptasi standar kerja dan gambar yang ditetapkan cukup menyulitkan serta koordinasi kerja pada dua pihak pimpinan Asia dan UK cukup rumit. Untuk tiap tahapan perancangan pada kedua proyek menghadapi faktor penghambat yang bermacammacam sesuai kondisi masing-masing. Faktor penunjang kegiatan perancangan lanskap secara umum antara lain organisasi staf yang terstruktur cukup baik, fasilitas, teknologi dan peralatan kerja lengkap dan mutakhir, serta manajemen kerja dan studio yang diterapkan cukup baik sehingga menunjang kinerja. Saran Mahasiswa Arsitektur Lanskap dapat menggunakan sistem Xref pada proses cad drawing. Sistem ini mempermudah dalam proses penggambaran maupun efisiensi waktu. Sebaiknya kita menggunakan standar gambar yang baik untuk CAD maupun layout produk grafis agar gambar yang kita hasilkan mempunyai kualitas grafis yang tinggi dan bentuk yang konsisten. Mekanisme kerja dengan sistem teamwork cukup baik untuk diaplikasikan dalam proses penyelesaian pekerjaan terutama pada perancangan lanskap. Untuk SFA sendiri sebaiknya spesialisasi kerja lebih jelas disesuiakan dengan fokus kerjanya. Hal ini bertujuan agar tanggung jawab kerja dapat diketahui dan diselesaikan dengan lebih baik oleh masing-masing staf. DAFTAR PUSTAKA

139 Anonimous Portland Pedestrian Guide. June. 3p Bagian-bagian Penting Jalan Tol. ownerclub.com. [22 Juni 2008] A Guide to Project Management Body of Knowledge. Dalam : Saleh, Noerrachman Membangun Kompetensi Profesi Manajemen Proyek. [19 Agustus 2008] Key Design Principles. August. Vol Alam Sutera. [22 Juni 2008]. Chiara, J.D., dan L.E. Koppelman Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Penerbit Erlangga. 380 hal. Direktorat Jenderal Bina Marga UU RI Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Jalan. [22 Juni 2008]. Direktorat Jenderal Bina Marga Petunjuk Tata Tertib Pemanfaatan Jalan. [22 Juni 2008] Petunjuk Perencanaan Trotoar. Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Einser, S. dan A.B. Gallion Pengantar Perancangan Kota (terjemahan). Edisi Kelima Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta. Forrec Alam Sutera Masterplan. PT. Alam Sutera Realty. Tangerang. Harris, C.W., dan N.T. Dines Time Saver Standar for Landscape Architecture. Mc Graw Hill Book Co. New York. Heryanto, Bambang Pembangunan Kota Baru : Belajar dari Pengalaman. Staf Pengajar Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik. Universitas Hasanudin. Vol 4 No. 1. IAMPI (Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia) Manajemen Proyek (Frequently Asked Qustion). [19 Agustus 2008].

140 Ingels, Jack E Landscaping Principles and Practice. 6 th edition. Thomson Learning Inc. USA Laurie, M Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Intermatra. Bandung. Linden, John Designing for an Accessible Environment. [20 Maret 2008]. Lynch, K dan Gary Hack Site Planning. John Wiley and Sons Inc. New York. Lynch, K Good City Form. VIP Palatino Inc. USA. Menteri Perhubungan Republik Indonesia Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993 Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. [8 September 2008]. Pemerintah Daerah Kota Bogor Peta Rencana Penggunaan Lahan Tahun Bogor. SFA Hasil Analisis. PT. Sheils Flynn Asia. Bogor. Simonds, J.O Landscape Architecture. Mc Graw-Hill Co. New York. Starke B.W, J.O. Simonds Landscape Architecture. Mc Graw-Hill Co. New York. Telford, Thomas Manual for Streets. Queen s Printer and Controller of HMSO. London. Whitaker, C Architecture and the American Dream. Three River Press, New York. Dalam : Heryanto, Bambang Staf Pengajar Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik. Universitas Hasanudin. Vol 4 No. 1.

141

142 Lampiran 02. Drawing List 117 PROJECT NAME PANORAMA RESORT MARKETING OFFICEOJECT NUMBER D SERIES TITLE PRODUCTION DOCUMENTATION A117 M DWG NO DWG NAME SCALE SIZE Y PLANS & SECTIONS A117-PD-01A Landscape Site Plan 1:100 A3 A A A117-PD-021A Section 1 1:50 A3 A A A117-PD-022A Section 2 1:50 A3 A A A117-PD-023A Section 3-4 1:50 A3 A A A117-PD-024A Section 5 1:50 A3 A A A117-PD-025A Section 6 1:50 A3 A A A117-PD-026A Section 7 1:50 A3 A A A117-PD-DK01A A117-PD-DK02A A117-PD-DE01(1)A A117-PD-DE02A A117-PD-DE03A A117-PD-DE04A DETAILS A Concrete straight kerb Concrete radius kerb Steps & Edging Batu Andesit edging Stainless steel edging Concrete edging Andesit step A117-PD-DS01A A117-PD-DS02A A117-PD-DS03A A117-PD-DS04A A117-PD-DS05A Paving Batu kali random paving Batu andesit paving Grass block Andesit stepping stones Timber deck A117-PD-DW01A A117-PD-DW02A Walling Batu karang gabion wall Batu karang wall A A Furnitures and Fixtures A A117-PD-DF01(1)A Water feature A A117-PD-DF01(2)A Water feature A117-PD-DF01(3)A Water feature A A117-PD-DF02A Timber screen A117-PD-DF03A Sliding door (Steel & timber gate) 1 Lighting A117-PD-DL01 Uplight to trees A117-PD-DL02 Uplight to water feature A117-PD-DL03 Uplight to gabion wall TYPE OF ISSUE D-Disk, E- , P-Print, N-Negative, PDF RECIPIENT COMPANY COPIES PDF PDF Grant Mc Arthur MC2 Tropical Property 1 Alex Pearse 1 1 Adrian McCarroll Original Vision Lisa Garris Plum Design Ken A. Robins BEAC Services Indonesia Tim Hakfoort NTS Lighting

143

144

145

146

147

148

MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR

MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR MANAJEMEN PROYEK DAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP DI PT. SHEILS FLYNN ASIA BOGOR Lintang Yuniar Pratiwi A34204028 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA

BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA 18 BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA 4.1 Profil Perusahaan Sheils Flynn Asia (SFA) adalah sebuah perusahaan konsultan berskala internasional yang bergerak dalam bidang perancangan dan perencanaan

Lebih terperinci

PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A

PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A34204005 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RAHMAT HIDAYAT,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang)

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) AINI HARTANTI A34204035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

Lebih terperinci

PROSES PERANCANGAN PANORAMA RESORT DI ULUWATU, BALI

PROSES PERANCANGAN PANORAMA RESORT DI ULUWATU, BALI PROSES PERANCANGAN PANORAMA RESORT DI ULUWATU, BALI UBUDIYAH A34203045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PROSES PERANCANGAN PANORAMA RESORT DI ULUWATU, BALI

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4 Peta Orientasi Lokasi Magang. Peta Kotamadya Bogor. Peta Jawa Barat. : Lokasi PT. Sheils Flynn Asia (SFA) U Tanpa Skala

METODOLOGI. Gambar 4 Peta Orientasi Lokasi Magang. Peta Kotamadya Bogor. Peta Jawa Barat. : Lokasi PT. Sheils Flynn Asia (SFA) U Tanpa Skala III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di PT. Sheils Flynn Asia yang berlokasi di Kebun Raya Bogor, Jl. H. Juanda No. 13, Bogor, Jawa Barat, Indonesia (Gambar 4). Kegiatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang 3.1 Lokasi dan Waktu Magang III. METODOLOGI Kegiatan magang dilakukan di perusahaan AECOM Singapore Pte. Ltd, divisi Planning, Design, Development (PDD), tim Landscape Architecture (LA team). Perusahaan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN LAHAN DI KOTA PALEMBANG DARI ZAMAN KLASIK HINGGA KEMERDEKAAN ( ) MEILIYANI A

IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN LAHAN DI KOTA PALEMBANG DARI ZAMAN KLASIK HINGGA KEMERDEKAAN ( ) MEILIYANI A IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN LAHAN DI KOTA PALEMBANG DARI ZAMAN KLASIK HINGGA KEMERDEKAAN (683-2007) MEILIYANI A34204009 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI

PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI RATIH MARINA KURNIATY A34204032 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RATIH MARINA

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI JL.TERAPI PERUM. BUMI MENTENG ASRI. Gambar 2. Lokasi Konsultan Lanskap Oemardi_zain (googlemaps.com, serigama.

BAB 3 METODOLOGI JL.TERAPI PERUM. BUMI MENTENG ASRI. Gambar 2. Lokasi Konsultan Lanskap Oemardi_zain (googlemaps.com, serigama. 14 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi Magang Kegiatan magang dilakukan di kantor Konsultan Lanskap Oemardi_zain yang terletak di Perumahan Bumi Menteng Asri, Blok BE No. 2, Bogor Jawa Barat. Kantor ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Peta Lokasi Magang (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Peta Lokasi Magang (Sumber: BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Magang Kegiatan magang studi perancangan lanskap Green Permata Residence (GPR) ini dilaksanakan selama 3,5 bulan yang terhitung sejak tanggal 7 Februari 2012 hingga

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP RESORT DI LAEM KA, PHUKET, THAILAND DINNY OKTAVIANY A

PERANCANGAN LANSKAP RESORT DI LAEM KA, PHUKET, THAILAND DINNY OKTAVIANY A PERANCANGAN LANSKAP RESORT DI LAEM KA, PHUKET, THAILAND DINNY OKTAVIANY A34204054 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DINNY OKTAVIANY. Perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011). 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Bandara Internasional SoekarnoHatta, Tangerang, Banten dengan lokasi yang berada pada Terminal 3 (Gambar 2). Waktu penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG Oleh Mufidah Atho Atun A34204020 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN MUFIDAH ATHO ATUN.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB 4 KONDISI UMUM PT SHEILS FLYNN ASIA

BAB 4 KONDISI UMUM PT SHEILS FLYNN ASIA 15 BAB 4 KONDISI UMUM PT SHEILS FLYNN ASIA 4.1 Profil Perusahaan PT Sheils Flynn Asia merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang konsultasi desain. Proyek-proyek PT Sheils Flynn Asia meliputi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI TATA KELOLA KONSULTAN LANSKAP SHEILS FLYNN ASIA

VI TATA KELOLA KONSULTAN LANSKAP SHEILS FLYNN ASIA VI TATA KELOLA KONSULTAN LANSKAP SHEILS FLYNN ASIA 4.1 Kondisi Umum Perusahaan 4.1.1 Profil SFA SFA adalah perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi perancangan lanskap dan berstatus dalam bentuk PT

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang 22 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_zain Landscape Consultant, yaitu sebuah studio konsultan lanskap yang berlokasi di Bumi Menteng Asri Blok BE No.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALAN TOL KANCI-PEJAGAN PADA OEMARDI_ZAIN LANDSCAPE CONSULTANT BOGOR NANANG SUDRAJAT

PERENCANAAN LANSKAP JALAN TOL KANCI-PEJAGAN PADA OEMARDI_ZAIN LANDSCAPE CONSULTANT BOGOR NANANG SUDRAJAT PERENCANAAN LANSKAP JALAN TOL KANCI-PEJAGAN PADA OEMARDI_ZAIN LANDSCAPE CONSULTANT BOGOR NANANG SUDRAJAT DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO (STUDY OF PARKING AREA NECESSITY AT DIPONEGORO UNIVERSITY TEACHING HOSPITAL) Disusun oleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DASAR-DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A)

TUGAS AKHIR DASAR-DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) TUGAS AKHIR DASAR-DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) PENATAAN STREET SCAPE PENGGAL JALAN LAWU DI KARANGANYAR SEBAGAI KAWASAN SHOPPING STREET YANG REKREATIF Diajukan sebagai Pelengkap

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A 34201036 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang 2011 di PT. Tropica Greeneries JENIS KEGIATAN

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang 2011 di PT. Tropica Greeneries JENIS KEGIATAN 13 Dalam pelaksanaannya, mahasiswa magang mengikuti sistem kerja sesuai dengan arahan dan peraturan yang berlaku di perusahaan. Berikut ini adalah jadwal kegiatan magang yang dilakukan mahasiswa yang dalam

Lebih terperinci

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan 97 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Produk Perancangan Lanskap Pada setiap perancangan lanskap yang dihasilkan oleh BCI terdapat karakter dan keunikan tersendiri pada masing-masing proyek. Pada perancangan lanskap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEKERJAAN LANSKAP HER HIGHNESS AL-SUDAIRI RESIDENCE COMPLEX DI RIYADH, ARAB SAUDI. Oleh: SYITA SALAMAH ALZAB A

PELAKSANAAN PEKERJAAN LANSKAP HER HIGHNESS AL-SUDAIRI RESIDENCE COMPLEX DI RIYADH, ARAB SAUDI. Oleh: SYITA SALAMAH ALZAB A PELAKSANAAN PEKERJAAN LANSKAP HER HIGHNESS AL-SUDAIRI RESIDENCE COMPLEX DI RIYADH, ARAB SAUDI Oleh: SYITA SALAMAH ALZAB A34204016 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA DATARAN RENDAH DI INDONESIA (Studi Kasus: Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan)

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA DATARAN RENDAH DI INDONESIA (Studi Kasus: Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan) IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA DATARAN RENDAH DI INDONESIA (Studi Kasus: Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan Medan) YUNI PUJIRAHAYU DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN KOTA 1 DI BSD CITY, TANGERANG. Oleh: YULIANTO WIBISONO A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN KOTA 1 DI BSD CITY, TANGERANG. Oleh: YULIANTO WIBISONO A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN KOTA 1 DI BSD CITY, TANGERANG Oleh: YULIANTO WIBISONO A34204023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGELOLAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. PENDAHULUAN 1. Gambaran Umum Ibukota Rumbia. 2. Gagasan pembangunan Kawasan MTQ.

DAFTAR ISI. A. PENDAHULUAN 1. Gambaran Umum Ibukota Rumbia. 2. Gagasan pembangunan Kawasan MTQ. PEMBUKA Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini memaparkan peraturan yang mengikat pihak pelaksana dan peserta Sayembara Desain Kawasan MTQ di Rumbia, Kabupaten Bombana. Peraturan tersebut telah mengikuti peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Persyaratan Teknis jalan

Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan adalah: ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan dapat berfungsi secara optimal memenuhi standar pelayanan minimal jalan dalam

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Jalur Pejalan Kaki Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Oleh sebab itu, fasilitas bagi pejalan kaki perlu disediakan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PERANCANGAN VERTICAL GARDEN PADA DINDING JALAN UNDERPASS BOGOR MENGGUNAKAN BARANG BEKAS, SEBAGAI SOLUSI MENGHINDARI VANDALISME DAN PERBAIKAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN : PKM

Lebih terperinci

Perancangan Ruang Terbuka Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH).

Perancangan Ruang Terbuka Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH). FRZIANI KEMALAPUTRI. Perancangan Ruang Terbuka Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH). Kebijaksanaan pembangunan mmah susun mempakan salah satu strategi dalam usaha-usaha

Lebih terperinci

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang 36 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di perusahaan PT. Envirospace Consultants Indonesia (ESCI) yang bertempat di Jl Bambu Apus Raya No.6 Sektor 7 Taman Yasmin, Bogor, Jawa Barat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap berdasarkan Simonds (1983) merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana suatu lanskap dikatakan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA 25 IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Envirospace Consultant Indonesia (ESCI) berdiri pada tahun 2005. Perusahaan ini merupakan cabang dari perusahaan Envirospace

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pemeliharaan Lanskap Stoner dan Freeman (1984) menyatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi

Lebih terperinci