Pengemasan Pangan: to make a first. impression. You don t get second chance

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengemasan Pangan: to make a first. impression. You don t get second chance"

Transkripsi

1 Pengemasan Pangan: You don t get second chance to make a first impression Oleh Purwiyatno Hariyadi.PhD Pemimpin Redaksi FOODREVIEW INDONESIA, dan Direktur Southeast Asian Food Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor Telah sejak jaman pra-sejarah manusia menggunakan pengemas untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Bahkan penggunaan daun untuk keperluan pengemasan yang banyak dilakukan pada jaman dulu masih tetap banyak digunakan pada saat ini. Pada praktek industri pangan modern, pengemasan merupakan

2 faktor penting dalam upaya meminimalkan atau mengendalikan proses penurunan mutu suatu produk pangan. Laju perubahan (umumnya penurunan) mutu produk pangan dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari kondisi bahan baku sampai pada kondisi penyimpanan dan penjajaannya (Gambar I). Dalam upaya mengelola mutu produk pangan, kesemua faktor-faktor ini perlu diidentifikasi dengan baik, sehingga upaya penjaminan mutu produk sampai produk tersebut diterima dan dikonsumsi konsumen bisa dicapai. Secara umum, faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dapat I dikelompokkan dalam (i) bahan,baku, (ii) pengolahan, (iii) pengemasan, dan penyimpanan, distribusi dan (iv) penjajaan. Pengemasan mempunyai peranan sangat penting dalam melindungi produk yang dikemas. Karena itu, pemilihan bahan pengemas yang tepat serta proses pengemasan yang baik sangat penting untuk menentukan masa kadaluwarsa produk pangan yang dikemas. Fungsi pengemasan pangan Pada dasarnya, fungsi utama kemasan adalah sebagai wadah. Bisa dibayangkan betapa repotnya industri harus menangani susu jika tidak dilakukan pengemasan. Lebih dari itu, sesungguhnya pengemasan produk pangan mempunyai Bahan Mentah Produk Akhir Bahan mentah berkualitas rendah mutu rendah penanganan sembarangan, dll Proses Pengolahan yang jelek sanitasi kurang baik praktek pengolahan kurang baik. dll Pengemasan yang tidak baik pemilihan pengemas salah proses pengemasan kurang baik, dll Penyimpanan/distribusi/ display kurang baik pengendalian suhu tidak baik pengendalian kelembaban kurang penanganan tidak baik, dll Gambar I. Faktor-faktor kritis yang berpengaruh pada penurunan mutu produk pangan. banyak fungsi dan manfaat; yang satu dengan yang lain sangat berhubungan. Namun demikian, fungsi utamanya adalah mengendalikan interaksi antara produk pangan dengan lingkungan eksternalnya (lihat Gambar 2). Perlu diingat bahwa dalam melaksanakan fungsinya tersebut, bahan pengemas itu sendiri (terutama pengemas primer) juga harus berinteraksi dengan bahan pangan. Karena itu, pemilihan bahan pengemas harus dilakukan secara tepat, dengan memperhatikan interaksi antara bahan pangan, bahan pengemas dan lingkungannya. Dengan demikian kerusakan bahan pangan bisa dikendalikan dengan baik pula. Secara umum, kemasan pangan juga berfungsi melindungi produk pangan yang dikemas, baik terhadap kerusakan fisik (benturan, gesekan, goresan, dan lain-lain) maupun kerusakan kimia (karena bereaksi dengan oksigen dan air) dari lingkungan Kemasan pangan juga berfungsi mencegah terjadinya kontaminasi: baik kontaminasi karena mikroorganisme, serangga, binatang

3 Sejarah perjalanan pengemasan Pra-sejarah Penggunaan kulit binatang, daun, dan kulit kayu digunakan sebagai bahan pengemas 10,000 SM Penggunaan pertama kali wadah dari tanah liat (keramik), di Jepang. 100 SM Penggunaaan pertama kali gelas wadah dalam bentuk tabung (dengan cara peniupan gelas), di Yunani. Pra 1800 Penggunaan pertama kali karung, kotak dan drum kayu (barrels) sebagai wadah untuk transportasi dan penyimpanan produk curah Penggunaan pertama kali wadah dari gelas yang bersifat kedap udara (air tight) sebagai hasil kompetisi yang dilakukan oleh Napoleon Penggunaan secara massal kaleng (metal cans) yang bersifat kedap udara Penemuan mesin pembuat kantong kertas (paper bags) dilaporkan di Amerika Pembotolan pertama kali Coca-Cola Penemuan pertama plastik komesial, Bakelite. 1920's Cellophane mulai digunakan untuk pengemasan, terutama untuk pembungkusan permen. Pertama kali keripik kentang dijual dalam kaleng untuk mempertahankan kerenyahannya Ditemukannya karton dan kertas dengan lapisan lilin yang bisa digunakan untuk pengemasan produk beku Polietilen ditemukan oleh perusahaan Inggris, ICI Kaleng bir pertama kali dipatenkan, dan tutup aluminium foil pertama kali digunakan untuk menutup botol susu. DIREKTORi INDUSTRI KEMASAN INDONESIA 1940 s Aerosol mulai populer digunakan. Plastik diperkenalkan sebagai bahan pengemas s Kantong plastik polietilen mulai menemukan penggunaan secara luas Teknik pembukaan kaleng dengan sistem ring pull openers" mulai diperkenalkan s Barcodes mulai diperkenalkan dan diaplikasikan pada pengemas dan banyak aneka jenis plastik dikembangkan dan digunakan sebagai bahan pengemas, termasuk botol PET untuk minuman berkabonasi s Pertumbuhan "convenience food packaging, termasuk pengemas yang khusus didisain untuk pemanasan gelombang mikro (microwaves heating) mulai bermunculan s Pengembangan active dan intelegent packaging.

4 Bahan Pengemas Lingkungan internal (suhu, kadar air/kelembaban, [CO,], [OJ, intensitas cahaya, dll) Permeasi, pertukaran gas/uap/volatil Lingkungan eksternal (suhu, kadar air/kelembaba n, [CO,], [O,], intensitas cahaya, dll) Gambar 2. Berbagai interaksi antara bahan pangan, pengemas dan lingkungannya selama penyimpanan pengerat; ataupun bahan-bahan kimia pada produk pangan yang dikemas. Kemasan juga diperlukan untuk membantu konsumen dalam penanganan produk, baik dalam transportasi, penyimpanan, maupun penggunaannya. Dengan pengemasan yang baik, produk lebih mudah ditransportasikan, mudah dilakukan loading dan unloading, mudah dijajakan, dan sebagainya. Dalam era dimana konsumen mempunyai kesadaran yang makin tinggi terhadap kelestarian lingkungan, maka pengaruh produksi, penggunaan dan pembuangan bahan pengamas terhadap lingkungan menjadi faktor yang tidak boleh dilupakan dalam memilih bahan pengemas. Bahan Pangan Dengan kemasan yang tepat, industri bisa pula mengatur produk pangan dalam satuan-satuan atau kelompokkelopok produk tertentu, misalnya telur dalam satuan lusin, minuman kaleng dalam satuan 6 kaleng, dan lain-lain. Kemasan juga berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi dan memberikan informasi kepada konsumen; terutama melalui pelabelan yang baik. Pada pelabelan yang dicetak atau ditempelkan pada kemasan produk pangan; produsen dan konsumen bisa berkomunikasi mengenai indentitas produk, instruksi penyimpanan dan penyiapannya, penyataan mengenai ingridien yang digunakan, informasi gizi dan keterangan lain yang perlu (atau bahkan harus) diketahui oleh konsumen tentang produk yang dikemas. Di samping itu, peranan pengemasan penting sekali dalam pemasaran produk. Seorang pemasar mengerti betul arti kalimat you don't get second chance to make a first impression. Kesan pertama yang diterima oleh konsumen terhadap suatu produk adalah melalu kemasan. Itu sebabnya, kemasan perlu dipilih dan didisain untuk memberikan ukuran dan bentuk agar mudah di- "handle, disimpan dan dijajakan di ruangjaja supermarket. Kemasan harus dipilih dan didisain untuk memenuhi nilai-nilai estetika yang sesuai dengan produk yang dikemas, dengan ilustrasi

5 Memilih bahan pengemas Paling tidak ada lima faktor penting yang harus diperhatikan dalam memilih bahan pengemas. Kelima faktor itu yakni: 1. Faktor keamanan (faktor interaksi antara bahan pengemas dan bahan pangan): Tidak mengandung komponen beracun (bersifat nontoxic), Tidak mengandung komponen yang bersifat tidak baik, haram, dan Iainlain Mempunyai kesesuaian (compatibility) dengan bahan pangan yang dikemas atau tidak 2. Faktor perlindungan (faktor interaksi dengan lingkungan luar): Perlindungan terhadap kontaminasi mikro organisme Perlindungan terhadap kerusakan oksidasi: sifat transmisi terhadap oksigen, sifat transmisi sinar UV Perlindungan terhadap kerusakan karena penyerapan/kehilangan air: sifat transmisi thd uap air Perlindungan terhadap penyerapan/kehilangan odor: sifat transmisi thd komponen volatil Perlindungan terhadap penyerapan/kehilangan odor: sifat transmisi thd komponen volatil Perlindungan terhadap kerusakan fisik: sifat kekuatan bahan pengemas, sifat kelenturan bahan, sifat cushioning, dan lain-lain mempunyai fitur tamper-resistant/tamper evident 3. Faktor visibilitas (faktor bisnis dan marketing) sifat transparan; penting untuk produk pangan yang mutunya berkaitan dengan stabilitas dan kejernihan cairan penampilan menarik perhatian; sifat kilap bahan, mutu cetak, warna, dll 4. Faktor Kemudahan dan lingkungan: mudah dibawa (ukuran, bentuk dan beratnya sesuai) mudah disimpan mudah dibuka dan mudah ditutup kembali mudah digunakan mudah dibuang mudah dipakai kembali (reuseable) mudah didaur ulang (recycleable) mudah didegradasi oleh lingkungan 5. Faktor harga dan dekorasi yang menarik perhatian, dan pelabelan yang jelas, benar dan tidak menyesatkan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Karena itu, faktor-faktor tersebut diatas perlu dipertimbangkan ketika suatu industri memilih bahan pengemas (lihat: Memilih Bahan Pengemas). Tipe dan jenis bahan pengemas Berdasarkan pada intensitas interaksinya terhadap produk pangan yang dikemas; bahan pengemas dibedakan menjadi kemasan primer, kemasan sekunder dan kemasan tersier (Gambar 3)

6 Gambar 3. Ilustrasi pengemas primer, sekunder, dan tersier berdasarkan pada intensitas interaksinya terhadap produk pangan Kemasan primer, yaitu bahan pengemas yang dalam penggunaannya mempunyai kontak langsung dengan produk pangan. Kemasan sekunder, yaitu bahan pengemas yang dalam penggunaannya kontak dengan kemasan primer, atau kadang-kadang bersifat memberikan perlindungan terhadap kemasan primer (misalnya krat yang berfungsi memberikan perlindungan pengemas gelas (botol). Sedangkan kemasan tersier, yaitu bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas atau menyatukan" beberapa pengemas sekunder. Berdasarkan karakteritik fisiknya, bahan pengemas bisa dikelompokkan menjadi pengemas kaku (rigid), fleksibel atau kombinasinya- misalnya, kemasan primernya menggunakan bahan pengemas fleksibel dan pengemas sekundernya menggunakan bahan pengemas kaku. Pengemas rigid, bisa berupa kaleng (tin can atau aluminium) maupun gelas. Pengemas fleksibel bisa berupa alufoil dan plastik. Karakteristik umum dari berbagai bahan pengemas tersebut dapat dilihat pada tabel. Pengemasan dan pelabelan Seperti telah disampaikan di atas, salah satu fungsi penting pengemasan pangan adalah sebagai media untuk berkomunikasi dan memberikan informasi kepada konsumen. Secara khusus, di Indonesia, informasi kepada konsumen ini diatur oleh pemerintah melalui PP 69 tahun Dalam peraturan pemerintah ini, dinyatakan bahwa label pangan adalah "Setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Secara umum, beberapa ketentuan mengenai label ini adalah (i) pernyataan pada label harus benar, jujur, dan tidak menyesatkan, (ii) produk pangan hendaknya tidak dinyatakan, didiskripsikan atau dipresentasikan secara salah. menyesatkan (misleading atau deceptive), atau menjurus pada munculnya impresi yang salah terhadap karakter produk pangan tersebut, dan

7 Karakteristik umum berbagai bahan pengemas Bahan pengemas Karakteristik umum Pengemas kaleng (tin can atau aluminium) Bahan bersifat kaku (rigid) dengan kerapatan (densitas) yang bervariasi; dari tinggi (untuk baja, atau pun baja alloy) dan rendah (untuk aluminium) Mempunyai kekuatan tensil yang baik (good tensile strength) Mempunyai tahanan yang sangat baik terhadap cahaya, uap air. cairan dan bahan pangan Memerlukan penutup (closures) dan sambungan (seams) untuk membentuk kemasan (wadah) Digunakan dalam berbagai aplikasi kemasan: kaleng produk pangan, aerosol, tubes, trays dan drum Memerlukan pelapisan sesuai dengan produk pangan yang akan dikemas. Pelapisan yang tidak baik akan memungkinkan terjadinya reaksi dengan produk. Kemasan plastik Tersedia dalam berbagai kisaran sifat-sifat transmisi/ permiabilitas; baik transmisi oksigen, uap air ataupun senyawa volatil lainnya Merupakan bahan dengan kerapatan (densitas) rendah Tersedia dalam berbagai kisaran sifat fisik dan sifat optis Umumnya bersifat fleksibel (tidak kaku) Tersedia dalam berbagai kisaran kekuatan tensil dan kekuatan sobek Ada yang bersifat transparan Bersifat fungsional dalam kisaran suhu kerja yang lebar dan beragam, tergantung pada jenis-jenis plastiknya Pengemas Gelas Kertas & Karton Bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap produk pangan yang dikemas transparan terhadap cahaya dan bisa diberi warna sesuai dengan kebutuhan berifat impermeable (tidak tembus) terhadap gas dan uap Kaku (rigid) Dapat dengan mudah digunakan kembali Mudah pecah Memerlukan tutup (closure) secara khusus dan tersendiri Bahan bersifat ringan (mempunyai kerapatan/densitas rendah) Mempunyai sifat tahanan (barrier) yang jelek terhadap cairan, uap air, gas; kecuali jika dilakukan pelapisan atau laminasi. Mempunyai tingkat kekakuan yang baik Bisa dibuat tahan terhadap gemuk ; dengan cara pelapisan. Bersifat menyerap uap air dan cairan Dapat dilipat dan direkatkan dengan lem Mudah robek Tidak mudah pecah Pada permukaannya mudah dilakukan pencetakan.

8 (iii) produk pangan hendaknya tidak didiskripsikan atau dipresentasikan, baik melalui kata-kata, gambar, atau cara lain, yang bisa secara suggestive, langsung atau tidak langsung, menyebabkan kebingungan konsumen atas produk lain, atau membuat konsumen mempunyai impresi dan asosiasi terhadap produk lain Untuk keperluan informasi kepada konsumen, syarat-syarat label haruslah (i) mudah dibaca, (ii) jelas terlihat, (iii) tidak disembunyikan, (iv) tidak mudah lepas dan (v) tidak mudah luntur. Adapun keterangan apa saja yang perlu dicantumkan pada label kemasan pangan adalah : Nama produk pangan Daftar ingridien Isi bersih dan berat bersih Nama dan alamat perusahaan Negara asai Indentifikasi lot Kadaluarsa Petunjuk penyimpanan Petunjuk pemakaian Informasi masa kadaluwarsa Masih dalam rangka memberikan informasi kepada konsumen, khususnya tentang keamanan pangan, maka label hendaknya juga dicantumkan tanggai kadaluwarsa. Informasi mengenai masa kadaluwarsa penting disampaikan untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa industri memberikan kepastian/ jaminan kepada konsumen bahwa hanya produk-produk dengan kualitas (mutu) yang ''tertentu saja yang dijual ke pasar, yaitu produk yang masih mempunyai daya guna seperti yang diharapkan/dijanjikan. Mutu tertentu ini perlu ditentukan oleh manajemen perusahaan, dan bisa saja batasan mengenai mutu tertentu ini berbeda antara industri yang satu dengan industri yang lain; walaupun untuk jenis produk yang sama. Penentuan batasan mengenai mutu tertentu" ini sangat tergantung pada kemampuan industri untuk : (i) mengidentifikasi faktor-faktor yang berinterkasi dengan mutu produk, dan sekaligus (ii) mengelola interaksi tersebut secara baik (lihat Gambar I). Jadi, penentuan kadaluwarsa ini berkaitan dengan tingkat keyakinan industri terhadap tingkah laku mutu produk yang diproduksinya. Dengan kata lain, jika suatu industri menetapkan bahwa masa kadaluwarsa produknya adalah 6 bulan, maka industri tersebut mempunyai keyakinan yang baik (tinggi) bahwa selama 6 bulan setelah produk tersebut keluar pabrik, mutu produk tersebut tetap masih sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh produsen (sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen). Tanggai kadaluwarsa (expiration date) adalah tanggai (waktu) dimana sampai pada tanggai (waktu) tersebut dijamin oleh perusahaan bahwa produk pangan dalam kemasan masih memberikan daya guna seperti yang diharapkan (jika produk tersebut disimpan pada kondisi penyimpanan yang umum/sesuai). Dengan kata lain, tanggai kadaluwarsa bisa diartikan sebagai batas akhir umur simpan (dinyatakan dengan tanggai, bulan dan tahun) suatu pangan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen (BPOM, 2004 ). Pada Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan, Direktorat Standarisasi Produk

9 Beberapa hal mengenai masa kadaluwarsa Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diketahui, berkaitan dengan masa masa kadaluwarsa: 1. Produsen menetapkan tanggai kadaluwarsa yang menunjukkan bahwa produknya masih memenuhi persyaratan mutu hingga tanggai tersebut. 2. Masa kadaluwarsa ditetapkan dengan metode ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. 3. Metode yang bisa digunakan adalah dengan percobaan penyimpanan atau dengan metode penyimpanan dipercepat sesuai dengan karakteristik produk pangan. 4. Secara umum, produsen harus dapat memberikan alasan atau menunjukkan data yang dapat mendukung penetapan tanggai kadaluwarsa untuk produknya 5. Tanggai kadaluwarsa dicantumkan pada kemasan dengan tulisan "baik digunakan sebelum... (Tulis tanggai, bulan dan tahun kadaluwarsa: BPOM, 2004) 6. Dalam hal produk pangan yang kedaluwarsanya lebih dari (tiga) bulan diperbolehkan hanya mencantumkan bulan dan tahun kadaluwarsa saja (BPOM, 2004). 7. Tanggai kadaluwarsa dapat dicantumkan pada tutup botol, pada bagian bawah kaleng, bagian atas dos dan tempat lain yang sesuai, jelas dan mudah terbaca, serta tidak mudah rusak atau dihapus (BPOM, 2004). 8. Tanggai kadaluwarsa dapat juga dicantumkan terpisah dari tulisan peringatan, asai peringatan diikuti dengan petunjuk tempat pencantuman tanggai kadaluwarsa (BPOM, 2004): a. Baik digunakan sebelum tanggai, lihat bagian bawah kaleng b. Baik digunakan sebelum tanggai, lihat tercantum pada tutup botol 9. Jika kadaluwarsa tergantung dari cara penyimpanan, petunjuk cara penyimpanan pangan harus ditulis pada label, sedapat mungkin berdekatan dengan tulisan tanggai kadaluwarsa. Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Pangan dan Bahan Berbahaya (BPOM RI, 2004) tersebut, ditetapkan juga bahwa beberapa produk pangan tidak perlu mencantumkan tanggai kadaluwarsa: yaitu (i) sayur dan buah segar, (ii) minuman beralkohol jenis anggur, (iii) minuman yang mengandung alkohol lebih dari 10%, (iv) vinegar atau cuka, (v) gula (sukrosa), (vi) roti dan kue yang mempunyai masa simpan kurang atau sama dengan 24 jam, dan (bahan tambahan pangan yang mempunyai masa simpan lebih dari 18 bulan. Namun demikian, pada produkproduk yang tidak perlu dicantumkan tanggai kadaluwarsa tersebut harus

10 dicantumkan tanggai pembuatan dan atau pengemasan.(lihat: Beberapa hal mengenai Masa Kadaluwarsa). Masa depan pengemasan pangan Dengan semakin berkembangnya ilmu pengatahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pangan dalam kaitannya dengan kesehatan dan kebugaran tubuh, maka peranan pengemasan pangan pada masa yang akan datang akan semakin penting. Secara khusus; saat ini berkembang pula active packaging dan intelegent packaging. Active packaging. Pada dasarnya pengemas disebut sebagai pengemas aktif (active packaging) jika pengemas tersebut tidak sekadar berfungsi memberikan hambatan (barrier) pada bahan pangan terhadap pengaruh eksternalnya, tetapi juga pengemas tersebut mampu mengendalikan, atau bahkan ikut bereaksi, berbagai fenomena (fisik, kimia, biokimia dan mikrobiologi) yang terjadi di lingkungan dalam kemasan. Dalam hal ini, active packaging berpengaruh (memanipulasi) kondisi lingkungan dalam kemasan, untuk tujuan meningkatkan mutu dan keamanan pangannya. Contoh-contoh active packaging adalah (i) sistem pengemasan yang mampu memodifikasi kondisi atmosfir (modified atmosphere packaging) untuk produk-produk segar, (ii) sistem pengemasan dengan menggunakan microwave susceptors; untuk keseragaman pemanasan; (iii) sistem pengemasan dengan pemakaian "oxygen scavenger, "moisture absorber atau (iv) sistem pengemas yang menginkorporasikan sistem antimikroba; sehingga sekaligus mampu mengendalikan pertumbuhan mikro oragnisme pada makanan yang dikemas. Intelligent packaging. Pengemas pintar atau "intelligent package adalah suatu sistem pengemasan yang mampu memanfaatkan dan mengolah informasi yang ada untuk memberikan status tentang keamanan atau mutu produk pangan yang dikemas kepada konsumen. Contohnya adalah sistem pengemasan yang dilengkapi dengan time-temperature indicator (TTI) dimana TTI berdasarkan pada perubahan tertentu (perubahan warna TTI, misalnya) memberikan status keamanan produk pangan tersebut. Atau, sistem pengemas yang dilengkapi dengan biosensor yang akan mengukur dan memberikan informasi kepada konsumen mengenai pertumbuhan mikroorganisme pada produk yang dikemas. Dengan semakin meningkatnya tuntutan konsumen atas tersedianya produk pangan yang lebih sehat, lebih aman, maka peranan kemasan pangan di masa yang akan datang akan semakin penting. Kemasan pangan. tidak hanya akan semakin sulit dipisahkan dari proses produksi pangan, tetapi sekaligus juga merupakan satu kesatuan dengan indentitas produk pangan, branding dan marketing yang sangat penting bagi bisnis pangan. Sekali lagi, 'you don't get second chance to make a first impression'. Dalam kaitannya dengan pangan, kesan pertama (first impression) tidak bisa dilepaskan dengan mutu, gizi dan keamanan pangan.

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Aspek Perlindungan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas akhir, mengambil topik yaitu Desain Booth Sate Manis Kelapa Bang Erick (Khas Betawi) penganan khas betawi yang memilki penggemar sate yang tersebar hanya di beberapa

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER 4.1. Tujuan Tujuan dari materi praktikum Pengemasan Vacuum Dan Cup Sealer adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui cara pengemasan menggunakan vacuum sealer. 2. Mengetahui

Lebih terperinci

QUIZ PENGENALAN MATA KULIAH

QUIZ PENGENALAN MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGEMASAN Tujuan Insruksional Umum : selesai mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 7 (tujuh) Program Studi THP Fakultas Pertanian USU diharapkan mampu menjelaskan metode-metode pengemasan

Lebih terperinci

BAB III DATA A. KEMASAN

BAB III DATA A. KEMASAN BAB III DATA A. KEMASAN Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu: 1. Merek, Merek adalah

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN LABELING PRODUK MAKANAN

TEKNIK PENGEMASAN DAN LABELING PRODUK MAKANAN MAKALAH PENGABDIAN MASYARAKAT TEKNIK PENGEMASAN DAN LABELING PRODUK MAKANAN OLEH: FITTA UMMAYA SANTI Disampaikan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul JURUSAN

Lebih terperinci

KEMASAN SAYURAN SEGAR

KEMASAN SAYURAN SEGAR KEMASAN SAYURAN SEGAR Souvia Rahimah Jatinangor, 19 April 2010 KEMASAN SAYURAN SEGAR Kemasan plastik dengan lubang lubang ventilasi Gabungan antara baki / kotak styrofoam dan clingwrap Kantung plastik

Lebih terperinci

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK PENGEMASAN ASEPTIS DALAM ARTI SEMPIT BERARTI PENGISIAN BAHAN PANGAN DINGIN YANG TELAH DISTERILISASI DAN STERIL KE DALAM KEMASAN YANG TELAH DISTERILISASI DAN

Lebih terperinci

Tim Dosen Pengampu TPPHP FTP UB /05/2013 1

Tim Dosen Pengampu TPPHP FTP UB /05/2013 1 Tim Dosen Pengampu TPPHP FTP UB 2013 27/05/2013 1 TUHAN YME telah menyajikan kemasan: Jagung dibungkus seludang Buah-buahan dibungkus kulitnya Buah kelapa dilindungi sabut dan tempurungnya Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi Produksi kedelai (ton) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan salah satu makanan tradisional di Indonesia yang terbuat dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS,

Lebih terperinci

UMUR SIMPAN. 31 October

UMUR SIMPAN. 31 October UMUR SIMPAN 31 October 2014 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Umur Simpan 3. Penentuan Umur Simpan 4. Penutup 31 October 2014 2 Pendahuluan Makanan dan minuman disimpan, holding time mutu menurun. Produk minuman

Lebih terperinci

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT) Department of Food Science and Technology Bogor Agricultural University http://itp.fateta.ipb.ac.id Tujuan Aturan Label dan Iklan Pangan (PP 69/1999) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung

Lebih terperinci

PERATURAN KEMASAN DAN PEDOMAN UMUM PELABELAN. 31 Oktober

PERATURAN KEMASAN DAN PEDOMAN UMUM PELABELAN. 31 Oktober PERATURAN KEMASAN DAN PEDOMAN UMUM PELABELAN 31 Oktober 2014 1 OUTLINE Aturan Kemasan Pangan STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) Aturan Jepang Aturan Amerika Aturan Uni Eropa Label Makanan Tindakan Administratif

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENGEMASAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENGEMASAN A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENGEMASAN Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 FUNGSI KEMASAN WADAH PERLINDUNGAN FISIK PERLINDUNGAN BARRIER KOMUNIKASI KEAMANAN KENYAMANAN Identifikasi dan informasi produk Isi Ukuran Keamanan

Lebih terperinci

PENGEMASAN INTRODUCTION PASSIVE PACKAGING INTRODUCTION 12/20/2012. Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan :

PENGEMASAN INTRODUCTION PASSIVE PACKAGING INTRODUCTION 12/20/2012. Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan : INTRODUCTION PENGEMASAN Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan : 1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian Disposable, Semi-Disposable dan Multi-trip 2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur

Lebih terperinci

Pengemasa Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Pengemasa Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Pengemasa Makanan Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc SEJARAH SEJARAH Kemasan Tradisional Indonesia SEJARAH Kemasan Tradisional Indonesia DEFINISI kemasan/ke mas an/ n 1 hasil mengemas; 2 bungkus

Lebih terperinci

KEMASAN TRANSPOR 31 October

KEMASAN TRANSPOR 31 October KEMASAN TRANSPOR 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Karton Gelombang (KG) & Kotak Karton Gelombang (KKG) 3. Tipe Kotak Karton Gelombang (KKG) 4. Sifat Kotak Karton Gelombang (KKG) 5. Jenis Kerusakan Kotak Karton

Lebih terperinci

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BALAI BESAR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BALAI BESAR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Oleh : Wawan Agustina, S.Si LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BALAI BESAR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA pengemasan pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu

Lebih terperinci

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK PENGEMASAN ASEPTIS DALAM ARTI SEMPIT BERARTI PENGISIAN BAHAN PANGAN DINGIN YANG TELAH DISTERILISASI DAN STERIL KE DALAM KEMASAN YANG TELAH DISTERILISASI DAN

Lebih terperinci

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK

KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK Di bidang teknologi pengemasan pangan, mungkin pengemasan aseptis merupakan teknologi pengemasan yang paling dinamis dalam perkembangannya Di Eropa, pengisian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan Interaksi Bahan dan Kemasan Pertukaran Udara dan Panas Kelembaban Udara Pengaruh Cahaya Aspek Biologi Penyimpanan Migrasi Zat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XIII MENGELOLA PENGEMASAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Handout PENENTUAN KADALUWARSA

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH NOMOR KODE/SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN : TEKNOLOGI PENGEMASAN : THP 407 / 2 SKS DESKRIPSI SINGKAT : Penguasaan mengenai tujuan dan fungsi pengemasan. Interaksi bahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang berdampingan dengan teknologi yang mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang berdampingan dengan teknologi yang mempermudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan yang berdampingan dengan teknologi yang mempermudah memperoleh informasi dan memudahkan dalam urusan bisnis membuat daya saing semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan produk peternakan yang banyak dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Penggunaannya pun bermacam-macam, baik langsung diolah menjadi masakan

Lebih terperinci

Adalah Pengepakan Fungsi Pengemasan

Adalah Pengepakan Fungsi Pengemasan Teknik Pengemasan 1. Pendahuluan 2. Sejarah dan Klasifikasi Kemasan 3. Kemasan Kaca, Kaca 4. Kemasan Plastik 5. Penyimpangan Mutu Produk 6. Diskusi 7. Ujian Tengah Semester 8. Canning 1 9. Canning 2 10.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

Souvia Rahimah Pengemasan Ikan

Souvia Rahimah Pengemasan Ikan Souvia Rahimah Pengemasan Ikan Pendahuluan Karakteristik Ikan Segar Sangat Mudah Rusak Harus ditangani segera dengan pendinginan /pembekuan Pengemasan ikan mutu rendah akan menurunkan kualitas lebih cepat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan. PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang merupakan salah satu hasil tanaman hortikultura yang berbentuk umbi. Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga mudah mengalami kerusakan. Umbi kentang banyak

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENGEMASAN

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENGEMASAN PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENGEMASAN Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kegiatan, telah memudahkan manusia untuk menghasilkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kegiatan, telah memudahkan manusia untuk menghasilkan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era yang semakin maju ini, adanya teknologi yang canggih dalam setiap kegiatan, telah memudahkan manusia untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas. Terutama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam memasarkan bermacam-macam produk dan merupakan kunci penting dalam mengkomunikasikan keunggulan produk

Lebih terperinci

terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam

terhadap lingkungan (Khomsan, 2003). Kemasan polistirena foam atau Styrofoam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan papan yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup manusia. Pangan yang dimaksud dapat

Lebih terperinci

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BAB VI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN 6.1. Bahan Pengemas Dan Metode Pengemasan Menurut Suyitno (1990), pengemasan adalah penempatan produk didalam suatu kemasan untuk memberikan proteksi atau perlindungan

Lebih terperinci

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) 1. PENDAHULUAN Pengembangan industri plastik mempunyai peranan yang besar dalam menunjang cabang industri lainnya, mulai

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi Mencermati Label dan Iklan Pangan Purwiyatno Hariyadi Hanya dengan menonton televisi atau membaca surat kabar kita bisa merasakan adanya perubahan arah yang terjadi pada industri pangan. Perubahan itu

Lebih terperinci

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan.

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. KULIAH III KEMASAN GELAS Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. SEJARAH PERKEMBANGAN Asal : pelaut Venezia membuat tungku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa tertampung

Lebih terperinci

Sorpsi Air untuk Penentuan Masa Simpan Produk Pangan

Sorpsi Air untuk Penentuan Masa Simpan Produk Pangan Aplikasi Prinsip Isoterm Sorpsi Air untuk Penentuan Masa Simpan Produk Pangan Uji Umur Simpan Yang Dipercepat (Accelerated Shelf Life Test) Berdasarkan Model Isoterm Sorpsi Air 1 Interaksi antara bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil

Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil Souvia Rahimah Pengemasan Bahan Pangan ALUMUNIUM Alumunium adalah logam 1. Lebih ringan daripada baja 2. Daya korosif oleh atmosfir rendah 3. Mudah dilekukkan 4. Tidak

Lebih terperinci

Kemasana Makanan Kemasan Minuman Kemasan Kosmetik Kemasan Obat Kemasan Sabun Kemasan Keecap / Saus

Kemasana Makanan Kemasan Minuman Kemasan Kosmetik Kemasan Obat Kemasan Sabun Kemasan Keecap / Saus Keloimpok 9: Astry Eka Citrasari / 1006775842 Dwitya Nur Fadilah / 1006756175 Mariska Maghfiroh / 1106022843 Ratna Dewi Verinasari / 1106070893 Rizali Nurcahya Nararya / 1106055160 Windy Riskaprilisa /

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi ini dapat membuat konsumen yang berkunjung ke daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Strategi ini dapat membuat konsumen yang berkunjung ke daerah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dunia pemasaran, persaingan merupakan hal yang lumrah dan wajar. Maka dari itu berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan persaingan tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah 1 KAJIAN LAMA SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH (Musa acuminate sp.) BERDASARKAN TINGKAT AROMA, RASA DAN KERENYAHAN ORGANOLEPTIK DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS Citra Ratri

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN

PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN DESAIN KEMASAN SEBAGAI ALAT MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK PUJIANTO, A.Md DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 PENGERTIAN Definisi pengemasan secara sederhana adalah sarana yang membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi. Tingkat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada berbagai alasan sehingga orang menggunakan kemasan plastik sebagai pembungkus pada makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan keseharian manusia tidak bisa lepas dari pangan. Oleh karena

Lebih terperinci

PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN

PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN DESAIN KEMASAN SEBAGAI ALAT MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK PUJIANTO, A.Md DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 PENGERTIAN Definisi pengemasan secara sederhana adalah sarana yang membawa

Lebih terperinci

Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang.

Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang. Bag Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang. Film Lembaran yang tipis, fleksibel, transparan, seperti plastik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras kencur dikenal sebagai minuman tradisional khas Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan herbal segar. Komposisi utamanya ialah beras dan rimpang kencur yang memiliki

Lebih terperinci

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BAHAN PANGAN

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BAHAN PANGAN PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN BAHAN PANGAN Penulis: Ir. Hj. Henny Krissetiana Hendrasty,M.P. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil

Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil Souvia Rahimah Pengemasan Bahan Pangan ALUMUNIUM Alumunium adalah logam 1. Lebih ringan daripada baja 2. Daya korosif oleh atmosfir rendah 3. Mudah dilekukkan 4. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya

Lebih terperinci

Faktor Yang Berpengaruh. Mutu komoditas Metode pemanenan dan penanganannya Pendinginan awal (pre-cooling) Sanitasi ruangan penyimpanan

Faktor Yang Berpengaruh. Mutu komoditas Metode pemanenan dan penanganannya Pendinginan awal (pre-cooling) Sanitasi ruangan penyimpanan PENYIMPANAN BUAH Faktor Yang Berpengaruh Mutu komoditas Metode pemanenan dan penanganannya Pendinginan awal (pre-cooling) Sanitasi ruangan penyimpanan Waktu Penyimpanan Penyimpanan sementara (temporary

Lebih terperinci

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Karton dupleks ICS 85.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Simbol

Lebih terperinci

Tidak ada makanan yang steril Mikroorganisme : bakteri, kapang, khamir Bakteri dalam bahan makanan :

Tidak ada makanan yang steril Mikroorganisme : bakteri, kapang, khamir Bakteri dalam bahan makanan : SOUVIA RAHIMAH Tidak ada makanan yang steril Mikroorganisme : bakteri, kapang, khamir Bakteri dalam bahan makanan : Sel vegetatif : baktei dalam keadaan tumbuh, berkembang dan bereproduksi Spora : tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berbasis agroindustri semakin ketat. Selain itu, ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berbasis agroindustri semakin ketat. Selain itu, ketatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan semakin banyaknya produk pertanian yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya membuat persaingan diantara perusahaan berbasis agroindustri semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan pangan pada umumnya mudah mengalami kerusakan apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

Oleh : Endang Warsiki

Oleh : Endang Warsiki PENJAMINAN PANGAN AMAN MELALUI Bogor Agricultural University (IPB) PEMILIHAN BAHAN, PROSES DAN KEMASAN Oleh : Endang Warsiki Disampaikan pada Workshop Standar Food Safety Untuk Bisnis Makanan, Jakarta

Lebih terperinci

UMUR SIMPAN DAN KULITAS PRODUK. Souvia Rahimah 17 Desember 2009

UMUR SIMPAN DAN KULITAS PRODUK. Souvia Rahimah 17 Desember 2009 UMUR SIMPAN DAN KULITAS PRODUK Souvia Rahimah 17 Desember 2009 Pendahuluan Semua produk pangan akan rusak Tidak ada metode analisis yang benarbenar objektif Analisis subjektif : Analisis inderawi High

Lebih terperinci

TEKNOLOGI MANAJEMEN PENGEMASAN

TEKNOLOGI MANAJEMEN PENGEMASAN TEKNOLOGI MANAJEMEN PENGEMASAN Oleh : Aditya Oryza 0911033001 Novan Bagas Sayoga 0911030088 Vicky Pratama Putra 105100301111051 Winanto 0911033042 Yakun A. 0911030068 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.

Lebih terperinci

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 Pendahuluan Obat-obat yang kadaluwarsa adalah obat yang telah melewati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rujak manis adalah semacam salad yang dibuat dari campuran potongan buah segar dengan saus manis pedas. Bumbu rujak manis terbuat dari gula merah, sebagai bahan utamanya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAMBUNGAN GANDA PADA KALENG

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAMBUNGAN GANDA PADA KALENG LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAMBUNGAN GANDA PADA KALENG Oleh: Kelompok 8 Gita Kumala (0911205002) Kadek Thiar Prahitadani (0911205003) Fitri Aprilia Pratiwi (0911205006) Ida Ayu Adi Widari

Lebih terperinci

Kemudian dilakukan pembulatan untuk memudahkan dalam pengambilan sampel sehingga menjadi 300 responden.

Kemudian dilakukan pembulatan untuk memudahkan dalam pengambilan sampel sehingga menjadi 300 responden. Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Sampel Responden Rumus : N pq n = ( N 1) D + pq Dimana : P : 85% = 0,85 Q : 15% = 0,15 Dan : D = B 2 4 Penentuan error sampling sebesar 5 % maka nilai B : B = 85 x 5% = 0,0425

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah dengan cara Solar Desinfection (SODIS). SODIS adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah dengan cara Solar Desinfection (SODIS). SODIS adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam kehidupan dan untuk hidup manusia. Bukan saja karena sekitar 80% tubuh manusia adalah terdiri dari cairan, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA. Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA. Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA 2.1 Konsumen 2.1.1 Pengertian konsumen Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 52 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA KELAS X TERHADAP PENGGUNAAN PLASTIK SEBAGAI TEMPAT PENYIMPANAN ATAU PENGEMAS MAKANAN DAN MINUMAN Nomor : A.KARAKTERISTIK RESPONDEN

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebelum mengenal dan membuat suatu kemasan, alam sendiri

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebelum mengenal dan membuat suatu kemasan, alam sendiri BABI PENDAHULUAN Manusia sebelum mengenal dan membuat suatu kemasan, alam sendiri telah menyajikan kemasan seperti misalnya pada tanaman jagung, biji jagung yang me1ekat dalam satu tongkol dibungkus oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Makalah Kemasan Pintar

Makalah Kemasan Pintar Makalah Kemasan Pintar Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah teknologi pangan yang dibimbing oleh Melina Sari, S.TP, M.Si Oleh Kelompok 6 : Dinda Yulian Ardiani Nursarita Intan Octoviani Rizka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengemasan makanan merupakan hal penting untuk melindungi bahan makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah berkembang dengan pesat menuju kemasan praktis

Lebih terperinci

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA UNIVERSITAS SAHID JAKARTA I PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PANGAN, TEORI DAN APLIKASINYA PADA INDUSTRI Iman Basriman (Dosen Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian) 2010 JL. P R O F D R S U

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN PELABELAN DAN IKLAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pengertian (1) Label

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci