BAB I. PENDAHULUAN. Produksi karet alam Indonesia sekitar ton di tahun 2011 dan
|
|
- Johan Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produksi karet alam Indonesia sekitar ton di tahun 2011 dan diekspor ke luar negeri dengan berbagai tipe dan grade adalah sekitar ton atau lebih kurang 17,24 % saja yang diproduksi menjadi barang jadi karet di dalam negeri. Produksi tersebut dihasilkan dari tanaman perkebunan karet sekitar hektar. Negara-negara pengimpor karet alam Indonesia yang terbanyak pada tahun 2010 adalah Amerika Serikat, China, dan Jepang yang berturutberturut mengimpor sebanyak ton, ton, dan ton ( 18 Februari 2013). Secara umum Indonesia memang belum banyak menggunakan karet alam untuk konsumsi sendiri. Sebagian besar karet alam di dalam negeri digunakan untuk ban kendaraan bermotor. Konsumsi karet alam di dalam negeri yang berkaitan dengan produk barang jadi karet meliputi konsumsi langsung oleh masyarakat, dikonsumsi oleh industri, dan diekspor ke luar negeri. Teknologi karet sangat berperan bagi para produsen barang jadi karet yang lama dan lebih penting lagi bagi para produsen barang jadi karet yang baru. Teknologi karet ini mencakup perancangan formula karet, mastikasi dan penggilingan, karakterisasi contoh uji atau produk dan vulkanisasi (curing) atau pecetakan produk. Perancangan formula atau resep karet merupakan awal dari proses pembuatan barang jadi karet. Formula karet terdiri atas karet itu sendiri, bahan kimia karet (rubber chemicals), dan bahan pengisi (filler). Penyusunan 1
2 formula ini harus memikirkan kegunaan vulkanisat karet itu sendiri, misalnya untuk sol sepatu. Karet, bahan kimia karet dan bahan pengisi serta sifat fisik harus diperhatikan untuk spesifikasi sol sepatu. Diantaranya sifat fisik yang perlu diperhatikan adalah retak lentur (flex cracking), pampatan tetap (compression set), kekerasan (hardness), kuat tarik (tensile strength), modulus, perpanjangan putus (elongation at break), ketahanan kikis (abrasion resistance), dan ketahanan sobek (tear resistance). Karet alam atau karet sintetis dapat digunakan dalam hal ini, sehingga bahan kimia karet mengikuti jenis karet yang digunakan termasuk sistem vulkanisasi yang akan digunakan. Bahan pengisi yang digunakan tergantung pada rancangan warna sol sepatu, berwarna hitam, berwarna, atau bahkan warna putih. Setelah formula karet dirancang, proses selanjutnya adalah mastikasi dan penggilingan karet. Mastikasi dan penggilingan karet juga berpengaruh terhadap sifat fisik vulkanisat karet. Di dalam proses ini, termasuk di dalamnya adalah urutan mencampurkan bahan kimia karet dan bahan pengisi ke dalam karet atau modifikasi urutan pencampuran bahan pengisi ke dalam karet secara khusus. Masing-masing urutan pencampuran memerlukan waktu pencampuran tertentu. Menurut Wang (2006), urutan mastikasi dan penggilingan karet berpengaruh terhadap sifat fisik terutama ketahanan kikis pada vulkanisat karet. Wang (1998) melaporkan hasil penelitian yang salah satunya tentang urutan pencampuran. Urutan pencampuran bahan kimia karet dan bahan pengisi dapat mempengaruhi bound rubber, meningkatkan atau bahkan menurunkan bound rubber itu sendiri. Di samping berpengaruh terhadap bound rubber, urutan pencampuran bahan kimia karet dan bahan pengisi diperkirakan juga dapat mencegah terhadap reaksi 2
3 vulkanisasi dini (prevulcanization) pada kompon karet. Setelah kompon karet diperoleh dari proses mastikasi dan penggilingan, kompon kemudian divulkanisasi pada suhu tertentu. Proses vulkanisasi merupakan proses terjadinya reaksi kimia antara molekul karet dengan bahan pemvulkanis (vulcanizing agent) dengan bantuan bahan pencepat (accelerator) dan bahan penggiat (activator) membentuk ikatan silang (crosslink) dengan struktur jaringan tiga dimensi. Disini terjadi perubahan sifat karet dari pseudoplastis menjadi elastis pada proses (Indian Rubber Institute, 2000 dan Morton, 1987). Karet yang sebelumnya sangat rawan terhadap oksidasi baik yang disebabkan oleh oksigen maupun oleh ozon berubah sifatnya menjadi lebih tahan terhadap oksidasi tersebut. Sebelum proses vulkanisasi, biasanya kompon karet diuji kematangannya (curing) dengan menggunakan rheometer. Rheografnya diperoleh pada suhu tertentu dan menunjukkan juga bahwa reaksi vulkanisasi ini berlangsung dengan waktu tertentu. Rheograf ini biasanya digunakan sebagai acuan untuk suhu dan waktu vulkanisasi produk. Akhir dari teknologi karet adalah karakterisasi atau pengujian produk atau vulkanisat karet. Karakterisasi ini umumnya menggunakan berbagai standar pengujian produk, misalnya ASTM, ISO, SNI, JIS, DIN, dan masih banyak lagi standar pengujian mutu vulkanisat karet. Proses mastikasi dan penggilingan karet yang biasa dilakukan adalah karet dimastikasi, dilanjutkan dengan penggilingan sambil ditambahkan bahan penggiat dan anti degradasi, bahan pengisi ditambahkan sebagian dan kemudian ditambahkan bahan pelunak, selanjutnya ditambahkan semua bahan sisa dari pengisi, bahan pencepat, dan terakhir ditambahkan bahan pemvulkanis. Proses ini 3
4 secara umum sudah memperhatikan agar supaya reaksi vulkanisasi dini atau prematur tidak terjadi dan sudah mencampurkan bahan pengisi dengan dua tahapan. Bahan penggiat dan anti degradasi dicampurkan terlebih dahulu diikuti oleh pencampuran bahan pengisi sebagian dan selanjutnya pencampuran bahan pelunak ke dalam karet. Pencampuran bahan penggiat asam stearat (asam lemak) dan bahan pelunak menyebabkan gaya geser karet menjadi rendah. Permukaan bahan pengisi dapat dikotori oleh anti degradasi (Wang, 1998), sehingga proses pencampuran seperti ini menghasilkan dispersi bahan pengisi di dalam karet menjadi kurang baik. Dispersi bahan pengisi di dalam karet sangat ditentukan oleh gaya geser (viskositas) karet yang mampu merusak agregat atau aglomerat bahan pengisi menjadi partikel yang berukuran lebih kecil. Karakteristik vulkanisasi dan sifat fisik vulkanisat karet dipengaruhi oleh sistem vulkanisasi dan bound rubber. Pertama, sistem vulkanisasi karet termasuk di dalamnya rancangan formula karet, menghasilkan jenis dan jumlah ikatan silang total (total crosslink density) monosulfida, disulfida, dan / atau polisulfida, dimana ikatan-ikatan ini sangat berhubungan dengan sifat fisik vulkanisat karet (Fath, 1993) dan karakteristik vulkanisasinya. Ikatan silang (crosslinking) merupakan ikatan yang menghubungkan diantara rantai molekul karet melalui jembatan belerang. Pembentukan ikatan silang dapat diamati melalui peningkatan nilai torsi sebagai fungsi waktu dan suhu vulkanisasi. Ikatan silang yang terbentuk adalah sebanding dengan torsi dan diperoleh dari rheograf yang diamati dengan menggunakan rheometer. Ikatan silang yang terbentuk menyebabkan peningkatan pada elastisitas karet (prinsip vulkanisasi yang ditemukan Charles Goodyear tahun 4
5 1939). Ketahanan kikis dan ketahanan sobek juga mengalami kenaikan dengan semakin banyak pembentukan ikatan silang. Oleh karena itu, ikatan silang mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap sifat fisik vulkanisat karet. Bound rubber merupakan metode yang kedua, dimana bound rubber dapat menentukan karakteristik vulkanisasi dan sifat fisik pada vulkanisat karet. Penggunaan bahan pengisi pada kompon karet dapat berfungsi tidak hanya sebagai suatu faktor penentu pada sifat fisik vulkanisat karet tetapi juga dengan alasan pertimbangan ekonomi pada produk barang jadi karet. Bahan pengisi dapat menurunkan harga produk barang jadi karet tanpa mengurangi mutu dari produknya. Karet dan bahan pengisi ini masing-masing mempunyai penguatan tersendiri terhadap sifat fisik pada vulkanisat karet, namun dari kedua bahan ini, sinergi penguatan sifat fisik pada vulkanisat karet dapat dihasilkan. Penguatan sifat fisik ini dapat disebabkan oleh semakin banyak volume bahan pengisi dan dapat juga disebabkan oleh penggunaan bahan pengisi dengan struktur tinggi (high structure) di dalam karet. Struktur bahan pengisi yang didasarkan pada ketidakteraturan pada permukaannya menyebabkan pada peningkatan luas permukaan bahan pengisi tersebut. Semakin tinggi struktur bahan pengisi, semakin besar luas permukaannya untuk setiap satuan masa bahan pengisi. Begitu juga dengan peningkatan jumlah bahan pengisi, ini juga berarti dapat meningkatkan luas permukaan untuk setiap satuan masa bahan pengisi. Luas permukaan yang besar dapat menyebabkan adsorpsi molekul karet di permukaannya menjadi semakin banyak, sehingga bound rubber menjadi lebih banyak yang terbentuk. Bound rubber merupakan level of reinforcement pada 5
6 vulkanisat karet, sehingga semakin banyak pembentukan bound rubber di dalam karet, menyebabkan penguatan pada karet mengalami kenaikan. Sebagai contoh, ketahanan kikis dan kekerasan mengalami peningkatan dengan kenaikan pembentukan bound rubber. Dengan fakta demikian, bound rubber dapat mempengaruhi sifat fisik pada vulkanisat karet. Bahan pengisi dapat dicampurkan lebih awal pada proses mastikasi dan penggilingan karet, dilakukan dengan cara mempersingkat waktu mastikasi karet, atau dapat juga dilakukan dengan metode mencampurkan bahan pengisi tersebut setelah proses mastikasi dan selanjutnya diikuti dengan pencampuran bahan kimia karet (secara konsekutif) ke dalam karet. Dengan metode tersebut, gaya geser (shearing force) karet yang masih cukup tinggi dapat diperoleh untuk dapat menghancurkan atau merusak agregat bahkan aglomerat dari bahan pengisi sehingga bahan pengisi dirusak (pecah) menjadi partikel yang berukuran lebih kecil. Perubahan ukuran agregat atau aglomerat menjadi partikel yang kecil ini dapat menyebabkan luas permukaan bahan pengisi mengalami peningkatan untuk setiap satuan masa bahan pengisi. Ukuran partikel kecil menyebabkan dispersi bahan pengisi tersebut menjadi lebih mudah di dalam karet, didukung oleh viskositas karet rendah dan panas yang dihasilkan oleh gesekan antara karet dan gilingan, karet dan bahan pengisi, dan antar molekul karet. Luas permukaan lebih besar dan dispersi dari bahan pengisi semakin baik menyebabkan pembentukan bound rubber mengalami peningkatan dan proses urutan pencampuran seperti ini sangat berhubungan dengan peningkatan sifat fisik pada vulkanisat karet. 6
7 Bound rubber merupakan sejumlah molekul-molekul karet yang dapat diadsorpsi oleh permukaan bahan pengisi di dalam kompon karet. Molekulmolekul tersebut tersebut tidak dapat diekstraksi atau dilarutkan dengan menggunakan pelarut organik, dan bound rubber ini dapat digunakan sebagai indikator tingkatan penguatan pada vulkanisat karet (Dannenberg, 1986 dan Tricas dkk., 2002). Bound rubber ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan bahan pengisi yang berukuran partikel kecil seperti yang dilaporkan oleh Choi dkk. (2005). Bound rubber di dalam penelitian ini lebih ditekankan dalam peningkatan sifat fisik pada vulkanisat karet. Penurunan viskositas sebagai akibat proses mastikasi dan penggilingan karet dapat mempermudah dispersi bahan kimia karet dan bahan pengisi ke dalam karet. Beberapa peneliti melaporkan bahwa dispersi bahan pengisi di dalam karet merupakan kunci utama untuk mencapai sifat fisik vulkanisat karet yang diinginkan sehingga proses compounding (mastikasi dan penggilingan) menjadi penting sekali untuk didiskusikan. Mereka adalah Coran dan Donnet (1992a,b), Karasek dan Sumita (1996), O Farrel dkk. (2000), Hjelm dkk. (2000), Gerspacher dan O'Farrell (2001), Gerspacher dkk. (2001), Reuvekamp dkk. (2002), Otto dkk. (2005), Bielinski dkk. (2005a,b), Lu dkk. (2007), Ali dkk. (2009), dan Schneider dkk. (2010). Dari uraian sebelumnya, ternyata merancang formula dan mastikasi dan penggilingan karet merupakan dua langkah yang paling penting dalam merancang produk barang jadi karet. Rancangan formula karet sangat berhubungan dengan bahan kimia (bahan kimia karet dan bahan pengisi) dan ini berarti berhubungan 7
8 dengan biaya pembuatan kompon karet. Mastikasi dan penggilingan karet tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan biaya pembuatan kompon, tetapi dapat menghasilkan efisensi pada proses ini. Modifikasi yang dilakukan oleh Wang (2006) dan Wang (1998) merupakan efisiensi waktu dan biaya penggilingan karet karena termasuk di dalamnya ada peningkatan sifat fisik ketahanan kikis dan total waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan kompon karet bisa lebih pendek. Dengan demikian hanya dengan satu formula karet saja, sifat fisik vulkanisat karet dapat ditingkatkan dan efisiensi dapat diperoleh. Oleh karena itu di dalam penelitian ini, permasalahan dibatasi hanya pada mastikasi dan penggilingan karet. Proses ini dapat menentukan karakteristik vulkanisasi (curing characteristic) dan sifat-sifat fisik vulkanisat karet. Mastikasi karet, metode pencampuran bahan pengisi ke dalam karet, urutan pencampuran bahan kimia karet dan bahan pengisi ke dalam karet, dan suhu penggilingan karet dibuat bervariasi serta variasi tipe bahan pengisi dilakukan di dalam penelitian ini. I.2 Rumusan dan Batasan Masalah Pencapaian mutu sifat fisik pada vulkanisat karet dapat ditentukan oleh formula karet yang dirancang dan proses mastikasi dan penggilingan karet yang dilakukan. Di dalam penelitian ini hanya ditekankan pada penelitian proses mastikasi dan penggilingan karet. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk menjadikan bahan pengisi dan bahan kimia karet terdispersi secara sempurna di dalam karet. Mastikasi dan suhu proses penggilingan dapat menurunkan viskositas 8
9 karet. Proses mastikasi menyebabkan berat molekul karet turun dan jarak antar molekul karet menjadi renggang (relatif jauh) disebabkan oleh pengaruh suhu proses mastikasi dan penggilingan karet. Urutan pencampuran bahan pengisi dan bahan kimia karet ke dalam karet setelah proses mastikasi, metode pencampuran bahan pengisi ke dalam karet, dan penggunaan bahan pengisi dengan beda ukuran partikel, serta suhu penggilingan karet dapat menentukan sifat fisik pada vulkanisat karet. Berbagai metode yang diungkapkan ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya, biasanya tergantung pada manfaat atau kegunaan dari vulkanisat karet itu sendiri. Proses mastikasi dan penggilingan karet berhubungan erat dengan sifatsifat fisik dan kimia vulkanisat karet dan tidak banyak ditemukan publikasinya. Sifat-sifat vulkanisat karet mempunyai nilai ekonomi tertentu sehingga menjadi rahasia bagi pabrik pembuatan barang jadi karet. Untuk mencapai tingkatan penguatan (level of reinforcement) pada vulkanisat karet, diperlukan modifikasi proses mastikasi dan penggilingan karet. Modifikasi proses ini, tidak hanya dapat meningkatkan penguatan pada vulkanisat karet tetapi juga dapat menghasilkan efisiensi waktu penggilingan karet, karena hanya menggunakan satu formula karet saja. Pada saat proses penggilingan, partikel-partikel bahan pengisi dan bahan kimia karet berubah ukurannya menjadi lebih kecil. Perubahan ukuran partikelpartikel ini disebabkan oleh gaya geser (viskositas) karet dan gaya geser yang disebabkan oleh gilingan karet. Semakin kecil ukuran partikel, semakin baik dispersi bahan pengisi dan bahan kimia karet di dalam karet. Ukuran partikel kecil 9
10 menyebabkan luas permukaan menjadi besar untuk sejumlah volume bahan pengisi dan bahan kimia karet yang sama. Adsorpsi molekul karet di permukaan bahan pengisi (carbon black) menjadi semakin banyak sehingga bound rubber meningkat dan meningkatkan penguatan (reinforcement) pada barang jadi karet (rubber goods). Begitu juga dengan belerang, bahan pencepat, dan bahan penggiat, semakin kecil ukuran partikelnya, menyebabkan kontak bahan-bahan tersebut terutama partikel belerang dengan molekul-molekul karet menjadi lebih banyak sehingga reaksi vulkanisasi menjadi semakin mudah. Ikatan silang (crosslinking) yang terbentuk menjadi lebih banyak, sehingga elastisitas barang jadi karet mengalami peningkatan. Dari uraian ini, sifat-sifat mikro seperti dispersi bahan pengisi dan bahan kimia karet, bound rubber, dan crosslinking dapat menyebabkan perubahan sifat-sifat makro, diantaranya kuat tarik, modulus 500 %, dan perpanjangan putus. Dari uraian tersebut, perumusan masalah di dalam penelitian ini dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh proses mastikasi dan penggilingan karet terhadap energi yang dibutuhkan pada saat penggilingan (mixing energy) dan viskositas karet, 2. Bagaimana pengaruh proses mastikasi dan penggilingan karet terhadap viskositas karet, dispersi carbon black di dalam karet, bound rubber, crosslink density atau degree of crosslinking, karakteristik vulkanisasi (melalui curing time dan curing rate), dan sifat fisik vulkanisat karet. 3. Bagaimana pengaruh dispersi carbon black di dalam karet terhadap kandungan jumlah bound rubber yang terbentuk, 10
11 4. Bagaimana pengaruh suhu vulkanisasi terhadap kecepatan reaksi vulkanisasi, crosslink density atau degree of crosslinking, dan sifat fisik vulkanisat karet, 5. Bagaimana pengaruh suhu penggilingan terhadap viskositas karet, bound rubber, kecepatan reaksi vulkanisasi, crosslink density atau degree of crosslinking, dan sifat fisik vulkanisat karet, 6. Bagaimana pengaruh urutan pencampuran carbon black dan bahan kimia karet ke dalam karet (simultan atau bergiliran) pada proses mastikasi dan penggilingan karet terhadap dispersi carbon black di dalam karet, viskositas, bound rubber, crosslink density atau degree of crosslinking, karakteristik vulkanisasi, dan sifat fisik vulkanisat karet, 7. Bagaimana pengaruh tipe carbon black terhadap dispersi di dalam karet, viskositas karet, bound rubber, kecepatan reaksi vulkanisasi, dan sifat fisik vulkanisat karet, 8. Bagaimana pengaruh proses mastikasi dan penggilingan karet terhadap belerang sisa di dalam vulkanisat karet, 9. Bagaimana hubungan antara bound rubber kompon dan crosslink density atau degree of crosslinking vulkanisat karet. I.3 Keaslian Penelitian 1. Jumlah bahan pengisi carbon black tipe N 220 dan N 550 mempengaruhi kadar bound rubber. Semakin banyak kandungan carbon black semakin meningkat bound rubber dan N 220 menghasilkan bound rubber lebih tinggi 11
12 dibandingkan dengan N 550 (Choi, 2005). Choi tidak mempelajari bagaimana cara mastikasi dan penggilingan karet. Mastikasi dan penggilingan karet sama untuk setiap percobaan, sedangkan yang dibuat bervariasi adalah jumlah kandungan carbon black dan tipe carbon black yang digunakan. Dalam penelitian ini, carbon black tipe N 330 dan N 660 digunakan dengan jumlah (phr) yang tetap dan disamping itu juga dibuat variasi proses mastikasi dan penggilingan serta variasi waktu mastikasi karet itu sendiri. 2. Kinetika dispersi carbon black di dalam karet melalui pengamatan bound rubber dan mixing energy dilakukan oleh Leblanc (2001). Bound rubber merupakan fungsi mixing energy dan reaksi seri orde satu. Leblanc menganggap bahwa dispersi carbon black berbanding lurus dengan kadar bound rubber. Kadar bound rubber meningkat berarti dispersi carbon black di dalam karet semakin baik. Leblanc tidak mengamati dispersi carbon black dan bagaimana hubungan antara dispersi carbon black dengan mixing energy juga tidak dipelajari. Oleh karena itu dalam penelitian disertasi ini, pengaruh mixing energy terhadap dispersi carbon black dan pengaruh dispersi carbon black terhadap peningkatan kadar bound rubber dipelajari. Dispersi carbon black di dalam karet alam akan diamati dengan menggunakan mikroskop digital dan alat DisperGrader dan diamati sebagai fungsi waktu mastikasi dan penggilingan, dan proses mastikasi dan penggilingan itu sendiri 3. Beberapa peneliti pernah mempelajari proses penggilingan karet misalnya, Wang (1998), Wang dkk. (2000), dan Wang (2006), tetapi tidak satupun dari mereka yang membahas pentingnya mastikasi sebelum proses penggilingan 12
13 karet. Dalam penelitian ini, pengaruh waktu mastikasi dan urutan penambahan bahan kimia karet dan bahan pengisi saat proses penggilingan karet berlangsung dipelajari. 4. Pengaruh coupling agent terhadap sifat-sifat vulkanisat SBR dan blending karet alam (NR) dengan SBR (styrene butadiene rubber) yang menggunakan carbon black sebagai bahan pengisi dipelajari oleh Choi dkk. (2007). Tidak hanya sifat fisik yang dipelajari, tetapi juga bound rubber dan crosslink density terhadap blending NR/SBR. Dalam penelitian ini dipelajari tidak hanya bound rubber dan crosslink density tetapi juga hubungan antara bound rubber dan crosslink density pada karet alam. 5. Pengamatan dispersi bahan pengisi di dalam karet dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dispersi carbon black di dalam komposit menggunakan SANS (Hjelm dkk., 2000), dispersi carbon black di dalam komposit polimer dianalisis dengan menggunakan SAXS (Rieker dkk., 2000), dispersi bahan pengisi dianalisis dengan DisperGrader (Otto dkk., 2005), dan dispersi organoclay di dalam karet diamati menggunakan online measured electrical conductance (OMEC) (Ali dkk., 2009). Di dalam penelitian ini juga digunakan DisperGrader untuk membandingkan diameter partikel carbon black di dalam karet alam terhadap diameter partikel standar pada DisperGrader. Disamping menggunakan DisperGrader, juga digunakan mikroskop digital untuk menghitung diameter partikel carbon black di dalam karet alam dengan pembesaran 50 kali. Ukuran partikel baik pada standar Dispergrader maupun pada sampel difoto menggunakan camera digital untuk 13
14 menghitung jumlah dan ukuran spot. Pengukuran diameter spot pada DisperGrader menggunakan software image pro 4,5, termasuk juga sampel yang diamati dengan mikroskop digital. Ukuran diameter sampel pada mikroskop digital dikalibrasi dengan ukuran sebenarnya, sementara sampel pada DisperGrader kalibrasi ukurannya tidak dilakukan. I.4 Tujuan Penelitian Mengacu kepada perumusan dan batasan masalah, maka tujuan penelitian difokuskan untuk mempelajari proses mastikasi dan penggilingan karet alam serta hubungannya dengan karakteristik vulkanisasi dan sifat fisik vulkanisat karet alam, sementara tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari pengaruh proses mastikasi dan penggilingan karet terhadap viskositas Mooney, dispersi bahan pengisi, dan jumlah bound rubber padakompon karet serta degree of crosslinking, belerang sisa dan sifat fisik pada vulkanisat karet alam. 2. Mempelajari pengaruh suhu proses mastikasi dan penggilingan karet terhadap viskositas Mooney dan bound rubber pada kompon karet, degree of crosslinking, dan sifat fisik pada vulkanisat karet. 3. Mempelajari pengaruh bound rubber terhadap degree of crosslinking pada berbagai proses mastikasi dan penggilingan karet. 4. Mempelajari pengaruh suhu vulkanisasi terhadap degree of crosslinking, belerang sisa, dan sifat fisik pada vulkanisat karet. 14
15 5. Mencari model reaksi vulkanisasi yang sesuai, baik berdasarkan rheograf maupun belerang sisa (sisa reaksi) yang dapat digunakan untuk menjelaskan proses vulkanisasi dengan baik. I.5 Manfaat Penelitian Pemahaman yang baik terhadap proses pencampuran carbon black dengan karet alam termasuk di dalamnya urutan pencampuran dengan bahan kimia karet pada saat proses mastikasi dan penggilingan karet dapat digunakan sebagai salah satu acuan dasar untuk pemahaman teknologi karet padat. Proses pencampuran yang efisien menyebabkan biaya produksi menjadi ringan sehingga harga mampu bersaing dengan poduksi barang jadi karet yang diimpor. Pemahaman ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk barang jadi karet di Indonesia terutama di sektor industri kecil dan menengah (IKM). Semakin banyak orang yang memahami teknologi karet maka diharapkan timbul wirausahawan baru di bidang produksi barang jadi karet sehingga produksi barang jadi karet di dalam negeri meningkat. Produksi barang jadi karet meningkat, memerlukan bahan baku karet alam yang relatif lebih banyak dan dapat memberikan nilai tambah (added value) tersendiri bagi perkaretan di Indonesia terutama bagi produsen barang jadi karet. Semakin banyak produsen barang jadi karet, tidak hanya meningkatkan penggunaan karet alam di dalam negeri saja tetapi juga memperluas kesempatan bekerja bagi masyarakat Indonesia dan meningkatkan daya saing bangsa. 15
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Proses mastikasi dan penggilingan karet mempengaruhi dispersi carbon black,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU
1 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 1, Februari 2017 PENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU Suliknyo Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR
Nuyah Pengaruh Penggunaan SBR dan NR PENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR THE EFFECT OF STYRENE BUTADIENE RUBBER AND NATURAL RUBBER UTILIZATION ON PHYSICAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa. dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern.
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN NR DAN EPDM TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET PEREDAM BENTURAN PADA PINTU KENDARAAN RODA EMPAT
Nuyah Eli Yulita Pengaruh Penggunaan NR dan PENGARUH PENGGUNAAN NR DAN EPDM TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET PEREDAM BENTURAN PADA PINTU KENDARAAN RODA EMPAT THE EFFECT OF NATURAL RUBBER (RSSI) AND
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan produsen karet alam nomor dua di dunia setelah Thailand. Produksi karet alam Indonesia tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton dengan luas lahan perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karet alam terbesar di dunia yang dapat mengekspor hasil. komoditas perkebunan karet ke beberapa negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama karet alam terbesar di dunia yang dapat mengekspor hasil komoditas perkebunan karet ke beberapa negara. Karet merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Dimana Indonesia memiliki perkebunan karet terluas di dunia. Dengan kemajuan teknologi
Lebih terperinciPENGGUNAAN ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON SELANG KARET
Nuyah Penggunaan Arang Cangkang Kelapa Sawit PENGGUNAAN ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON SELANG KARET THE USE OF PALM SHELL CHARCOAL AS FILLER FOR COMPOUND OF RUBBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (2,97 juta ton).
Lebih terperinciPEMANFAATAN MINYAK KERNEL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK BAN DALAM SEPEDA
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PEMANFAATAN MINYAK KERNEL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK BAN DALAM SEPEDA Bambang Sugiyono
Lebih terperinciFebrina Delvitasari 1*, Maryanti 1, dan Winarto 1
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 07 September 2017 ISBN 978-602-70530-6-9 halaman 127-133 Pengaruh Jumlah Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan Kompon Footstep
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KARET ALAM DAN VULKANISASI Karet Alam adalah polimer hidrokarbon yang berasal dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks) pohon karet, Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam yang dikenal dalam perdagangan saat ini adalah lateks kebun yang diperoleh dengan cara menyadap pohon karet. Karet alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan permukaan jalan. Seiring berkembangnya jenis-jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi
Lebih terperinciKEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16
Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomin Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pendorong pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sandang sehari-hari, keperluan industri dan kegiatan lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat dan dibutuhkan. Semua lapisan masyarakat pada masa sekarang ini sangat membutuhkan karet karena kesehariannya
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK
PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK DAN KALSIUM KARBONAT SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP KEKERASAN (HARDNESS) PADA RUBBER COUPLING DENGAN BAHAN BAKU SIR 3L DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS AKHIR
Lebih terperinciPEMANFAATAN KARET LIMBAH INDUSTRI CRUMB RUBBER SEBAGAI SUBSTITUSI KARET SIR PADA PEMBUATAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PEMANFAATAN KARET LIMBAH INDUSTRI CRUMB RUBBER SEBAGAI SUBSTITUSI KARET SIR PADA PEMBUATAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR Dewantara Daud,
Lebih terperinciPEMANFAATAN BRUSHING RUBBER DAN SILIKA DARI SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No.2 Tahun 2014 Hal. 133-140 PEMANFAATAN BRUSHING RUBBER DAN SILIKA DARI SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET UTILIZATION
Lebih terperinciBAB I. Penggunaan plastik pada umumnya berdampak negatif. sampah plastik, Sebagaimana yang diketahui bahan plastik yang mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan plastik pada umumnya berdampak negatif terhadap lingkungan yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik, Sebagaimana yang diketahui bahan
Lebih terperinciModifikasi Bahan Pengganti Karet Roller Track pada Tank AMX-13
Modifikasi Bahan Pengganti Karet Roller Track pada Tank AM-13 upriyono 1,Margianto,Hj.Unung Lesmanah 3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Malang Email: yono.supriyono13@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan mengenai landasan teori yang akan dijadikan panduan dalam pembuatan compound rubber. 2.2 PROSES VULKANISASI Proses vulkanisasi kompon
Lebih terperinciTabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, pembuatan produk lateks karet alam dengan penambahan pengisi organik maupun anorganik telah menyita banyak perhatian peneliti karena menunjukkan adanya
Lebih terperinciPENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI
PENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI 6 731 24 Nuyah Peneliti pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang nuyah.baristand.industri@gmail.com
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK KOMPON KARET DENGAN VARIASI KOMPOSISI SULFUR DAN CARBON BLACK SEBAGAI BAHAN DASAR BAN LUAR
STUDI KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK KOMPON KARET DENGAN VARIASI KOMPOSISI SULFUR DAN CARBON BLACK SEBAGAI BAHAN DASAR BAN LUAR Muhammad Alfatih Hendrawan 1, Pramuko Ilmu Purboputro 2 1 2 Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DENGAN BAHAN PENGISI KARBON AMPAS TEBU
Karakteristik Kompon Ban... (Hari Adi Prasetya) KARAKTERISTIK KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DENGAN BAHAN PENGISI KARBON AMPAS TEBU ABSTRAK CHARACTERISTICS OF RUBBER COMPOUND OF INNER TIRE
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN WAKTU VULKANISASI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON SOL KARET CETAK BERBAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT
Cahyo Adi Pireno Agus Wijaya Rindit Pambayun Pengaruh Suhu dan Waktu Vulkanisasi PENGARUH SUHU DAN WAKTU VULKANISASI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON SOL KARET CETAK BERBAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT
Lebih terperinciPembuatan seal tabung gas karet alam dengan filler pasir kuarsa sebagai pengganti karbon hitam
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 33(1), 35-42, 2017 Author(s), https://doi.org/10.20543/mkkp.v33i1.2123 Pembuatan seal tabung gas karet alam dengan filler pasir kuarsa sebagai pengganti karbon hitam
Lebih terperinciTHE INFLUENCE PARTICLE SIZE RICE HUSKS ASH AND ANTIOXIDANT TO VULCANIZATION CHARACTERISTIC OF COMPOUND GRIP HANDLE MOTOR VEHICLE
THE INFLUENCE PARTICLE SIZE RICE HUSKS ASH AND ANTIOXIDANT TO VULCANIZATION CHARACTERISTIC OF COMPOUND GRIP HANDLE MOTOR VEHICLE Hari Adi Prasetya Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Badan
Lebih terperinciKAOLIN SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON KARET: PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH TERHADAP SIFAT MEKANIK-FISIK
Dewantara Daud PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH KAOLIN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET KAOLIN SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON KARET: PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH TERHADAP SIFAT MEKANIK-FISIK CAOLIN
Lebih terperinciKOMPOSIT BATU APUNG DAN CLAY SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON LIS KACA MOBIL
KOMPOSIT BATU APUNG DAN CLAY SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN MOBIL THE COMPOSITE OF PUMICE AND CLAY AS THE FILLER IN THE CAR GLASS FRAME COMPOUND PRODUCTION Syamsul Bahri dan Balai Riset dan Standardisasi
Lebih terperinciPENGARUH KARET ALAM HIDROGENASI TERHADAP KETAHANAN OKDISASI DAN OZON BARANG JADI KARET
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 116 123 PENGARUH KARET ALAM HIDROGENASI TERHADAP KETAHANAN OKDISASI DAN OZON BARANG JADI KARET THE EFFECT OF HIDROGENATED NATURAL RUBBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuatan ban pada kendaraan. Dengan meningkatnya hasil karet indonesia,maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara, salah satu kegunaannya adalah untuk pembuatan ban pada
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TUGAS AKHIR PENGARUH KANDUNGAN SULFUR PADA KOMPON KARET ALAM TERHADAP KETAHANAN AUS ROL KARET PENGUPAS PADI Disusun ARIF EKO PRASETYO NIM : D 200 030 103 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet sintetik berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. mempersingkat jarak dan waktu tempuh untuk sampai ke tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diera moderen sekarang ini kebutuhan akan kendaraan bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. Dalam menjalini aktifitas membutuhkan alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks alam adalah subtansi yang diperoleh dari getah karet (Hevea Brasilliensis). Lateks alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung sejumlah kecil bagian bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Pelemahan pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambaran Kondisi Terfluidisasi...... 12 Gambar 2.2. Gambaran Mekanisme Mercaptosilane...... 17 Gambar 2.3. Gambar Ilustrasi Silane Coupling Agents...... 17 Gambar 3.1. Rangakaian
Lebih terperinciKAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA DAN ARANG CANGKANG SAWIT
KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA Study of The Natural Rubber Compound Making From Coal Briquette Ash and Palm Shell Charcoal Fillers Afrizal Vachlepi 1 dan 1 1
Lebih terperinciPEMANFAATAN SILIKA ABU SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGISI RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS UNTUK MEMISAHKAN MINYAK INTI SAWIT
PEMANFAATAN SILIKA ABU SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGISI RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS UNTUK MEMISAHKAN MINYAK INTI SAWIT USE OF SILICA FROM RICE HUSK ASH CHARGER FOR RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS KEYS TO
Lebih terperinciPENGARUH NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) TERHADAP MUTU BANTALAN MESIN THE EFFECT OF NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) ON ENGINE MOUNTING QUALITY
PENGARUH NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) TERHADAP MUTU BANTALAN MESIN THE EFFECT OF NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) ON ENGINE MOUNTING QUALITY Syamsul Bahri dan Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT THE MAKING OF RUBBER COMPOUND USING PALM SHELL CHARCOAL AS A FILLER
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 114-121 PEMBUATAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT THE MAKING OF RUBBER COMPOUND USING PALM SHELL CHARCOAL AS A FILLER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam (Hevea Brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Karet alam pada dasarnya tidak
Lebih terperinciPEMBUATAN KARET EBONIT PADA BERBAGAI VARIASI KARET ALAM, KARET RIKLIM, DAN SULFUR UNTUK ISOLATOR PANAS
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 PEMBUATAN KARET EBONIT PADA BERBAGAI VARIASI KARET ALAM, KARET RIKLIM, DAN SULFUR UNTUK ISOLATOR PANAS SUPRAPTININGSIH, HERMINIWATI, ARUM YUNIARI,
Lebih terperinciPENGGUNAAN BAHAN PENGISI NANOKOMPOSIT SILIKA KARBIDA PADA PEMBUATAN KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA
Popy Marlina Rahmaniar Penggunaan Bahan Pengisi Nanokomposit PENGGUNAAN BAHAN PENGISI NANOKOMPOSIT SILIKA KARBIDA PADA PEMBUATAN KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA THE UTILZATION SILICA CARBIDA
Lebih terperinciKARAKTERISASI MINYAK JARAK TERHIDROGENASI SEBAGAI BAHAN PELUNAK KARET ALAMI
Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (1) : 65-73 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (1) : 65-73 KARAKTERISASI MINYAK JARAK TERHIDROGENASI SEBAGAI BAHAN PELUNAK KARET ALAMI Characterization of Hydrogenated
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan
Lebih terperinciDEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL
Jurnal Penelitian Karet, 214, 32 (1) : 81-87 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 214, 32 (1) : 81-87 DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL Mechanically Depolimerization of Natural
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan di laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan susunan ( CH-C(CH3)=CH-
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah padat sisa pembakaran pada boiler berupa abu dengan jumlah yang terus meningkat sepanjang tahun menjadi persoalan lingkungan. Sebagian besar pabrik kelapa
Lebih terperinciSTUDI KINETIKA VULKANISASI BELERANG PADA KOMPON KARET ALAM TANPA BAHAN PENGISI
Jurnal Penelitian Karet, 213, 31 (2) : 159-167 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 213, 31 (2) : 159-167 STUDI KINETIKA VULKANISASI BELERANG PADA KMPN KARET ALAM TANPA BAHAN PENGISI Kinetics Study of Sulfur
Lebih terperinciPENGGUNAAN KARET ALAM UNTUK PEMBUATAN RUBBER COTS MESIN RING SPINNING
Luftinor PENGGUNAAN KARET ALAM UTUK PEMBUATAN RUBBER COTS MESIN RING SPINNING PENGGUNAAN KARET ALAM UNTUK PEMBUATAN RUBBER COTS MESIN RING SPINNING THE USE OF NATURAL RUBBER IN THE MANUFACTURE OF RUBBER
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Lebih terperinciPENGARUH FILLER CAMPURAN SILIKA DAN KULIT KERANG DARAH TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPON SOL SEPATU DARI KARET ALAM
PENGARUH FILLER CAMPURAN SILIKA DAN KULIT KERANG DARAH TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPON SOL SEPATU DARI KARET ALAM A. Rasyidi Fachry*, Tuti Indah Sari*, Sthevanie, Susi Susanti *Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Lebih terperinciMINYAK BIJI KETAPANG (Terminalia catappa L) SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET
Rahmaniar Minyak Biji Ketapang (Terminalia catappa L) MINYAK BIJI KETAPANG (Terminalia catappa L) SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET KETAPANG (Terminalia catappa L) OIL SEED AS A PLASTICIZER
Lebih terperinciTanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Saat ini Asia menjadi sumber
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI BAHAN KOMPOSIT KARET TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN SEMEN
C.7 PENGARUH KOMPOSISI BAHAN KOMPOSIT KARET TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN SEMEN Muhammad Alfatih Hendrawan 1, Pramuko Ilmu Purboputro 2 1 2 Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natural Rubber Natural rubber (karet alam) berasal dari getah pohon karet atau yang biasa dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet mentah
Lebih terperinciPENGARUH ASAM STEARAT TERHADAP KARAKTERISTIK PEMATANGAN, SIFAT MEKANIK DAN SWELLING VULKANISAT KARET ALAM DENGAN BAHAN PENGISI ORGANOCLAY
Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Vol. 14, No. 2, Januari 2013, hal : 108-113 ISSN : 1411-1098 Akreditasi LIPI Nomor : 395/D/2012 Tanggal 24 April 2012 PENGARUH ASAM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Menurut (Sukirman, S 1992) Lapisan perkerasan adalah konstruksi diatas tanah dasar yang berfungsi memikul beban lalu lintas dengan memberikan rasa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Minyak Jarak Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik minyak jarak yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan faktis gelap. Karakterisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komposit saat ini sudah mengalami pergeseran dari bahan komposit berpenguat serat sintetis menjadi bahan komposit berpenguat serat alam. Teknologi
Lebih terperinciSTUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS
TUGAS AKHIR STUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS Disusun oleh : HERI PUJIASTONO D 200 040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembuatan komposit partikel ijuk bermatrik karet dan menghitung jumlah komposisi kimia pendukungnya serta mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi pada zaman modern ini, komposit polimer juga semakin berkembang,komposit polimer bersaing dengan komposit matriks logam maupun keramik.
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI (ARANG AKTIF) SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI (ARANG AKTIF) SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR BIDANG KEGIATAN: PKM ARTIKEL ILMIAH (PKM-AI) Disusun
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN FORMULA RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS THE MODEL OF FORMULA DEVELOPMENT FOR RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 98-107 MODEL PENGEMBANGAN FORMULA RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS THE MODEL OF FORMULA DEVELOPMENT FOR RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS Nasruddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke tiga di dunia setelah Thailand dan Malaysia. Karet spesifikasi teknis (Technically Specified Rubber)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari pembebanan pada perkerasan ketanah dasar (subgrade) tidak melampaui
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan Umum Lapisan perkerasan jalan merupakan konstruksi diatas tanah yang berfungsi memikul beban lalulintas dengan memberikan rasa aman dan nyaman. Pemberian konstruksi
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT UJI TARIK VULKANISAT KARET ALAM BERPENGISI KAOLIN SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT UJI TARIK VULKANISAT KARET ALAM BERPENGISI KAOLIN SKRIPSI Oleh YudhaWidyanata 070405037 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinci12. Elastomers (Rubbers: Karet)
12. Elastomers (Rubbers: Karet) 1 Karet adalah material polimer yang dimensinya dapat berubah besar saat mengalami tegangan, dan kembali (hampir kembali) ke dimensi awalnya setelah tegangannya dihilangkan.
Lebih terperinciPENGARUH STEARIC ACID PADA KARET ANGKATAN SEPEDA MOTOR TERHADAP KEKERASAN DAN PENGUJIAN TARIK DENGAN KOMPOSISI 3Phr,4 Phr,6Phr
PENGARUH STEARIC ACID PADA KARET ANGKATAN SEPEDA MOTOR TERHADAP KEKERASAN DAN PENGUJIAN TARIK DENGAN KOMPOSISI 3Phr,4 Phr,6Phr Disusun Sebagai Syarat Menyeleaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMATANGAN DAN KEKERASAN VULKANISAT KARET ALAM BERPENGISI KAOLIN
PENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMATANGAN DAN KEKERASAN VULKANISAT KARET ALAM BERPENGISI KAOLIN Indah M.S. Sitorus, Yudha Widyanata, Indra Surya Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciKARAKTERISASI BAHAN KARET ANGKATAN SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSISI MATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN PENGUJIAN TARIK
KARAKTERISASI BAHAN KARET ANGKATAN SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSISI MATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN PENGUJIAN TARIK Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik
Lebih terperinciRuang Lingkup Laboratorium No. LP-022-IDN
Lingkup Akreditasi No Bidang pengujian Bahan atau produk yang diuji Ruang Lingkup Laboratorium No. LP-022-IDN Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur 1 Fisika Karet dan produk karet Tegangan putus
Lebih terperinciNANO BRUSHING RUBBER SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KARET TROMOL KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 82-89 NANO BRUSHING RUBBER SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KARET TROMOL KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA THE UTILIZATION OF NANO BRUSHING
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CAMPURAN KARET ALAM DENGAN PET
KARAKTERISTIK CAMPURAN KARET ALAM DENGAN PET Bambang Waluyo Febriantoko dan Heri Pujiastono Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosuro,
Lebih terperinciARANG AKTIF SERBUK GERGAJI SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR
Jurnal Riset Industri Vol. VI No., 1, Hal. 165-17 ARANG AKTIF SERBUK GERGAJI SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR (THE UTILIZATION OF SAWDUST ACTIVATED CARBON AS A FILLER
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI KOMPON BAN PADA KOEFISIEN GRIP DENGAN LINTASAN SEMEN
PENGARUH KOMPOSISI KOMPON BAN PADA KOEFISIEN GRIP DENGAN LINTASAN SEMEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RIKI HENDARTO NIM : D 200 080 063 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciPengaruh Kadar Sulfur dan Plastisizer Paraffin terhadap Morfologi dan Sifat Karet Alam Thermoset dengan Filler Abu Sawit/Carbon Black
Pengaruh Kadar Sulfur dan Plastisizer Paraffin terhadap Morfologi dan Sifat Karet Alam Thermoset dengan Filler Abu Sawit/Carbon Black Maradona, Nirwana, Bahruddin Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lateks pekat sebagai bahan utama pada penelitian ini tetap berada dalam bentuk emulsi sebelum diolah menjadi bahan baku pada industri. Biasanya lateks pekat banyak
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI BELERANG TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN ASPAL
Pengaruh Komposisi Belerang terhadap Kekerasan dan Keausan (Purboputro) PENGARUH KOMPOSISI BELERANG TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN ASPAL Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan
Lebih terperinciTHE INFLUENCE OF RSS/BUTADIENE AND CARBON BLACK IN THE FABRICATION OF RETREADED MOTORCYCLE TIRE THREAD COMPOUND
THE INFLUENCE OF RSS/BUTADIENE AND CARBON BLACK IN THE FABRICATION OF RETREADED MOTORCYCLE TIRE THREAD COMPOUND Ike Setyorini 1), Herminiwati 1), Muhammad Sholeh 1), 1 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indonesia untuk menggantikan jalan aspal sebagai teknologi bahan. jalan sebelumnya, terutama dijalan-jalan yang mudah rusak saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini jalan cor/semen mulai banyak digunakan di indonesia untuk menggantikan jalan aspal sebagai teknologi bahan jalan sebelumnya, terutama dijalan-jalan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis. (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi penggunaannya. Pada dasarnya karet bisa
Lebih terperinciGambar 7. Jenis-jenis serat alam.
III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN PARTIKEL ARANG AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK VULKANISASI KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA
Hari Adi Prasetya Pengaruh Ukuran Partikel Arang PENGARUH UKURAN PARTIKEL ARANG AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK VULKANISASI KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA THE EFFECT PARTICLE SIZE OF BAGASSE
Lebih terperinciTUGAS AKHIR STUDI PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PRES MOLD KARET ALAM UNTUK KOMPONEN SEPEDA MOTOR
TUGAS AKHIR STUDI PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PRES MOLD KARET ALAM UNTUK KOMPONEN SEPEDA MOTOR TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN MEMENUHI PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR S-1 SARJANA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interpenetrasi Jaringan Polimer (IPN) telah berkembang sejak tahun 90-an. Telah banyak penelitian yang dipatenkan dalam bidang ini (Tamrin, 1997). Polimer Jaringan
Lebih terperinciSTUDI PENYUSUTAN PRODUK KARET HASIL VULKANISASI DENGAN METODE INJEKSI
NASKAH PUBLIKASI STUDI PENYUSUTAN PRODUK KARET HASIL VULKANISASI DENGAN METODE INJEKSI Tugas Akhir ini disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilaboratorium Material Teknik Mesin Universitas Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia Depok. B. Alat
Lebih terperinci