BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
|
|
- Hartanti Liani Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Proses mastikasi dan penggilingan karet mempengaruhi dispersi carbon black, viskositas Mooney, dan jumlah bound rubber pada kompon karet serta degree of crosslinking, belerang sisa, dan sifat fisik pada vulkanisat karet alam. Semakin banyak volume carbon black ditambahkan di awal proses mastikasi dan penggilingan karet (rasio pencampuran 10:40; 20-30; 30-20; dan 40-10), semakin banyak volume carbon black yang mengalami gaya geser karet yang masih cukup tinggi, sehingga agregat atau bahkan aglomerat carbon black hancur menjadi partikel yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu semakin baik dispersinya di dalam karet yang ditandai oleh semakin kecil ukuran diameter rata-rata partikel dan distribusi ukuran partikel yang semakin sempit. Namun demikian apabila ditinjau dari bound rubber yang terbentuk dan degree of crosslinking yang terjadi, urutan pencampuran antara carbon black dan bahan kimia karet ke dalam karet memegang peranan yang begitu penting. Proses pencampuran carbon black terlebih dahulu sebelum proses pencampuran bahan kimia karet ke dalam karet menyebabkan tidak hanya dispersi carbon black lebih baik tetapi juga permukaan carbon black belum dikotori oleh bahan kimia karet terutama TMQ dan minyak. Pusat aktif pada carbon black cukup mampu untuk mengadsorpsi molekul-molekul karet lebih 289
2 banyak di permukaannya apabila dibandingkan dengan urutan pencampuran antara carbon black dan bahan kimia karet ke dalam karet yang diproses secara simultan sehingga menghasilkan pembentukan bound rubber yang lebih banyak. Sifat fisik pada vulkanisat karet alam mengalami peningkatan yang sangat berarti. Proses pencampuran carbon black setelah proses mastikasi karet atau sebelum proses pencampuran bahan kimia karet dan pencampuran sejumlah besar volume carbon black di awal proses mastikasi dan penggilingan karet menyebabkan tidak hanya pada peningkatan sifat fisik pada vulkanisat karet tetapi juga mampu meningkatkan efisiensi proses mastikasi dan penggilingan karet itu sendiri. Waktu penggilingan karet total menjadi lebih pendek dan hanya satu formula karet saja yang digunakan. 2. Suhu penggilingan pada proses mastikasi dan penggilingan karet dari 55 o C - 70 o C mempengaruhi viskositas Mooney dan bound rubber pada kompon karet, serta degree of crosslinking dan sifat fisik pada vulkanisat karet. Viskositas Mooney kompon karet menjadi rendah, sebaliknya degree of crosslinking dan bound rubber mengalami kenaikan. Viskositas kompon karet rendah menyebabkan dispersi baik carbon black maupun bahan kimia karet terutama belerang sebagai pereaksi menjadi baik, namun kuat tarik vulkanisat karet mengalami penurunan. Ini disebabkan oleh pada suhu penggilingan tinggi, penurunan berat molekul karet akibat dari gaya geser sedikit terjadi sehingga baik bound rubber maupun degree of crosslinking terbentuk pada molekul yang relatif panjang. Dengan kata lain, semakin tinggi suhu penggilingan karet pada mastikasi dingin, semakin rendah 290
3 efisiensinya. Dengan demikian, torsi yang diamati sebagai dampak dari bound rubber maupun degree of crosslinking turun dengan kenaikan suhu penggilingan dari 55 o C - 70 o C. 3. Bound rubber mempunyai hubungan non linear dengan degree of crosslinking. Degree of crosslinking besar pada saat pembentukan bound rubber yang rendah atau pada bound rubber tertentu degree of crosslinking menjadi konstan. Semakin tinggi bound rubber, semakin besar molekul karet yang teradsorpsi di permukaan carbon black sehingga semakin sedikit molekul karet yang dapat bereaksi dengan belerang. Dengan demikian degree of crosslinking mengalami penurunan. 4. Suhu vulkanisasi mempengaruhi degree of crosslinking, belerang sisa, dan sifat fisik pada vulkanisat karet sampel A1 dan D1. Degree of crosslinking turun dan belerang sisa turun semakin cepat dengan kenaikan suhu vulkanisasi dari 140 o C o C. Kuat tarik, modulus 500 %, ketahanan sobek, dan ketahanan kikis turun pada sampel A1 sementara kuat tarik, modulus 500 %, dan ketahanan sobek turun, dan ketahanan kikis relatif stabil untuk sampel D1. Reaksi antara molekul karet dengan belerang tidak hanya membentuk ikatan silang tetapi juga ikatan-ikatan yang lain, misalnya belerang siklik, accelerator terminated pendant group, dan lain-lain. 5. Model reaksi dengan pendekatan reaksi autokatalisis cukup baik untuk menjelaskan reaksi vulkanisasi karet alam menurut data rheograf. Nilai k sebagai fungsi suhu untuk sampel A1 adalah 19,913 exp (-8825,3/T) dan nilai 291
4 k untuk sampel D1 adalah 24,081 exp (-10456/T) dimana T adalah suhu absolut dalam K. Model reaksi gabungan reaksi seri dan reaksi paralel juga dapat menjelaskan peristiwa vulkanisasi menurut pengamatan belerang sisa. Nilai k 1 sebagai fungsi suhu untuk sampel A1 adalah 18,527 exp (9074,6/T) dan nilai k 1 untuk sampel D1 adalah 30,771 exp (14077/T). Nilai k 2 sebagai fungsi suhu untuk sampel A1 adalah 23,516 exp (11086/T) dan nilai k 2 untuk sampel D1 adalah 32,116 exp (14454/T). Nilai k 3 sebagai fungsi suhu untuk sampel A1 adalah 3,2055 exp (2840,8/T) dan nilai k 3 untuk sampel D1 adalah 1,1154 exp (1787,1/T) dimana T dalam K. 6. Proses mastikasi dan penggilingan karet dapat menghasilkan panas yang dapat diamati melalui peningkatan suhu penggilingan. Kenaikan suhu penggilingan ini disebabkan oleh gesekan antara karet dengan rol gilingan karet, antara karet dengan carbon black, dan antar molekul karet. Gesekan ini juga menyebabkan pemutusan rantai molekul karet menjadi lebih pendek dan pemecahan agregat bahkan aglomerat carbon black menjadi partikel yang berukuran lebih kecil. Karena suhu proses pencampuran antara karet, bahan kimia karet, dan carbon black mengalami kenaikan dan berat molekul karet menjadi rendah, maka viskositas karet memperlihatkan penurunan. Viskositas karet rendah ini menyebabkan dispersi partikel carbon black yang berukuran relatif kecil di dalam karet menjadi lebih mudah. Penurunan ukuran carbon black menyebabkan luas permukaan partikel carbon black menjadi besar, sehingga adsorpsi molekul karet di permukaan carbon black mengalami 292
5 peningkatan. Dengan demikian bound rubber mengalami peningkatan dengan kenaikan suhu proses penggilingan karet pada proses mastikasi dan penggilingan karet. Dispersi belerang (1,497 %; 2,5 phr) di dalam karet juga menjadi lebih baik, sehingga kontak antara belerang dengan molekul karet mengalami peningkatan dan menyebabkan reaksi vulkanisasi karet juga meningkat. Ikatan silang yang diamati melalui degree of crosslinking menunjukkan kenaikan dengan peningkatan suhu penggilingan karet 7. Dispersi, mixing energy, dan viskositas karet mempunyai saling keterkaitan. Viskositas karet dan mixing energy turun dengan bertambahnya waktu penggilingan karet. Pengurangan jumlah spot dan pengecilan ukuran spot diameter rata-rata partikel carbon black serta semakin sempitnya distribusi frekuensi yang diamati menunjukkan dispersi semakin baik. Hal ini telah sesuai dengan hubungan energi dan dispersi yang dikemukakan oleh Eckhoff. 8. Viskositas, dispersi, bound rubber, dan crosslinking dipengaruhi oleh ukuran partikel carbon black. Ukuran partikel kecil dapat memudahkan dispersi carbon black di dalam karet. Luas permukaan semakin besar sehingga meningkatkan adsorpsi molekul karet di permukaan carbon black. Bound rubber dan viskositas karet mengalami kenaikan. Semakin baik dispersi partikel carbon black di dalam karet, menyebabkan carbon black dapat berfungi sebagai katalis reaksi vulkanisasi sehingga degree of crosslinking naik. 293
6 V.2 Saran Mengacu pada kesimpulan yang diperoleh, maka disarankan : 1. Proses mastikasi dan penggilingan karet hampir tidak mempengaruhi kecepatan reaksi vulkanisasi karet alam pada sampel B yang dianalisis melalui oleh penurunan kadar belerang sisa. Analisis yang menggunakan rheograf, menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai torsi dari sampel B1 sampai B4 dan degree of crosslinking turun dari sampel B1 sampai B4. Disini, penentuan ikatan kimia yang terbentuk di antara molekul karet selain ikatan silang perlu dilanjutkan, 2. Suhu vulkanisasi pada sampel A1 dan D1 menyebabkan kenaikan kecepatan reaksi vulkanisasi yang tergambar melalui rheograf. Degree of crosslinking turun seiring dengan penurunan kadar belerang sisa pada vulkanisat A1 dan D1. Disini ikatan kimia yang terbentuk selain ikatan silang di antara molekul karet dan belerang pada proses vulkanisasi karet alam perlu dianalisis lebih lanjut, dan 3. Hubungan non linear di antara degree of crosslinking dan bound rubber perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini disebabkan oleh data hubungan antara degree of crosslinking dan bound rubber yang diperoleh belum menunjukkan degree of crosslinking yang konstan dengan semakin besar pembentukan bound rubber. 4. Suhu penggilingan menyebabkan kenaikan baik bound rubber maupun degree of crosslinking tetapi torsi turun dengan semakin tinggi suhu penggilingan dari 55 o C - 70 o C. Perlu dibuktikan pengaruh panjang rantai molekul karet sebagai dampak proses penggilingan terhadap fakta tersebut. 294
BAB I. PENDAHULUAN. Produksi karet alam Indonesia sekitar ton di tahun 2011 dan
BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produksi karet alam Indonesia sekitar 3.088.000 ton di tahun 2011 dan diekspor ke luar negeri dengan berbagai tipe dan grade adalah sekitar 2.555.739 ton atau lebih
Lebih terperinciTabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20
Lebih terperinciPENGGUNAAN ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON SELANG KARET
Nuyah Penggunaan Arang Cangkang Kelapa Sawit PENGGUNAAN ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON SELANG KARET THE USE OF PALM SHELL CHARCOAL AS FILLER FOR COMPOUND OF RUBBER
Lebih terperinciModifikasi Bahan Pengganti Karet Roller Track pada Tank AMX-13
Modifikasi Bahan Pengganti Karet Roller Track pada Tank AM-13 upriyono 1,Margianto,Hj.Unung Lesmanah 3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Malang Email: yono.supriyono13@yahoo.com
Lebih terperinciPENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU
1 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 1, Februari 2017 PENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU Suliknyo Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam yang dikenal dalam perdagangan saat ini adalah lateks kebun yang diperoleh dengan cara menyadap pohon karet. Karet alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sandang sehari-hari, keperluan industri dan kegiatan lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat dan dibutuhkan. Semua lapisan masyarakat pada masa sekarang ini sangat membutuhkan karet karena kesehariannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan permukaan jalan. Seiring berkembangnya jenis-jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KARET ALAM DAN VULKANISASI Karet Alam adalah polimer hidrokarbon yang berasal dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks) pohon karet, Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae).
Lebih terperinciFebrina Delvitasari 1*, Maryanti 1, dan Winarto 1
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 07 September 2017 ISBN 978-602-70530-6-9 halaman 127-133 Pengaruh Jumlah Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan Kompon Footstep
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN NR DAN EPDM TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET PEREDAM BENTURAN PADA PINTU KENDARAAN RODA EMPAT
Nuyah Eli Yulita Pengaruh Penggunaan NR dan PENGARUH PENGGUNAAN NR DAN EPDM TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET PEREDAM BENTURAN PADA PINTU KENDARAAN RODA EMPAT THE EFFECT OF NATURAL RUBBER (RSSI) AND
Lebih terperinciSTUDI KINETIKA VULKANISASI BELERANG PADA KOMPON KARET ALAM TANPA BAHAN PENGISI
Jurnal Penelitian Karet, 213, 31 (2) : 159-167 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 213, 31 (2) : 159-167 STUDI KINETIKA VULKANISASI BELERANG PADA KMPN KARET ALAM TANPA BAHAN PENGISI Kinetics Study of Sulfur
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN WAKTU VULKANISASI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON SOL KARET CETAK BERBAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT
Cahyo Adi Pireno Agus Wijaya Rindit Pambayun Pengaruh Suhu dan Waktu Vulkanisasi PENGARUH SUHU DAN WAKTU VULKANISASI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON SOL KARET CETAK BERBAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT
Lebih terperinciPEMANFAATAN MINYAK KERNEL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK BAN DALAM SEPEDA
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PEMANFAATAN MINYAK KERNEL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK BAN DALAM SEPEDA Bambang Sugiyono
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR
Nuyah Pengaruh Penggunaan SBR dan NR PENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR THE EFFECT OF STYRENE BUTADIENE RUBBER AND NATURAL RUBBER UTILIZATION ON PHYSICAL
Lebih terperinciKAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA DAN ARANG CANGKANG SAWIT
KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA Study of The Natural Rubber Compound Making From Coal Briquette Ash and Palm Shell Charcoal Fillers Afrizal Vachlepi 1 dan 1 1
Lebih terperinciMINYAK BIJI KETAPANG (Terminalia catappa L) SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET
Rahmaniar Minyak Biji Ketapang (Terminalia catappa L) MINYAK BIJI KETAPANG (Terminalia catappa L) SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET KETAPANG (Terminalia catappa L) OIL SEED AS A PLASTICIZER
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciPEMANFAATAN BRUSHING RUBBER DAN SILIKA DARI SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 25 No.2 Tahun 2014 Hal. 133-140 PEMANFAATAN BRUSHING RUBBER DAN SILIKA DARI SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET UTILIZATION
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan mengenai landasan teori yang akan dijadikan panduan dalam pembuatan compound rubber. 2.2 PROSES VULKANISASI Proses vulkanisasi kompon
Lebih terperinciPEMBUATAN KARET EBONIT PADA BERBAGAI VARIASI KARET ALAM, KARET RIKLIM, DAN SULFUR UNTUK ISOLATOR PANAS
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 PEMBUATAN KARET EBONIT PADA BERBAGAI VARIASI KARET ALAM, KARET RIKLIM, DAN SULFUR UNTUK ISOLATOR PANAS SUPRAPTININGSIH, HERMINIWATI, ARUM YUNIARI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. mempersingkat jarak dan waktu tempuh untuk sampai ke tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diera moderen sekarang ini kebutuhan akan kendaraan bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. Dalam menjalini aktifitas membutuhkan alat
Lebih terperinciKARAKTERISASI MINYAK JARAK TERHIDROGENASI SEBAGAI BAHAN PELUNAK KARET ALAMI
Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (1) : 65-73 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (1) : 65-73 KARAKTERISASI MINYAK JARAK TERHIDROGENASI SEBAGAI BAHAN PELUNAK KARET ALAMI Characterization of Hydrogenated
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Dimana Indonesia memiliki perkebunan karet terluas di dunia. Dengan kemajuan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
Lebih terperinciBAB in METODOLOGI PENELITIAN
BAB in METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Material Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau (UNRI) jl. Bina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan otomotif di Indonesia, membuat industri ban semakin berkembang dan menghasilkan produk yang bervariasi, ban merupakan salah satu komponen penting
Lebih terperinciPENGARUH KARET ALAM HIDROGENASI TERHADAP KETAHANAN OKDISASI DAN OZON BARANG JADI KARET
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 116 123 PENGARUH KARET ALAM HIDROGENASI TERHADAP KETAHANAN OKDISASI DAN OZON BARANG JADI KARET THE EFFECT OF HIDROGENATED NATURAL RUBBER
Lebih terperinciMINYAK BIJI KARET EPOKSI SEBAGAI BAHAN PELUNAK UNTUK PEMBUATAN SEAL RADIATOR EPOXIDED RUBBER SEEDS OIL AS A SOFTENER AGENT FOR RADIATOR SEAL
Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 71-78 MINYAK BIJI KARET EPOKSI SEBAGAI BAHAN PELUNAK UNTUK PEMBUATAN SEAL RADIATOR EPOXIDED RUBBER SEEDS OIL AS A SOFTENER AGENT FOR RADIATOR SEAL Rahmaniar,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. KARET ALAM DAN KARET ALAM PADAT (SIR 20) Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang dihasilkan melalui penggumpalan getah dari hasil penyadapan tanaman tertentu. Getah tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI KOMPON BAN PADA KOEFISIEN GRIP DENGAN LINTASAN SEMEN
PENGARUH KOMPOSISI KOMPON BAN PADA KOEFISIEN GRIP DENGAN LINTASAN SEMEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RIKI HENDARTO NIM : D 200 080 063 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim
Lebih terperinciTHE INFLUENCE PARTICLE SIZE RICE HUSKS ASH AND ANTIOXIDANT TO VULCANIZATION CHARACTERISTIC OF COMPOUND GRIP HANDLE MOTOR VEHICLE
THE INFLUENCE PARTICLE SIZE RICE HUSKS ASH AND ANTIOXIDANT TO VULCANIZATION CHARACTERISTIC OF COMPOUND GRIP HANDLE MOTOR VEHICLE Hari Adi Prasetya Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Badan
Lebih terperinciKOMPOSIT BATU APUNG DAN CLAY SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON LIS KACA MOBIL
KOMPOSIT BATU APUNG DAN CLAY SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN MOBIL THE COMPOSITE OF PUMICE AND CLAY AS THE FILLER IN THE CAR GLASS FRAME COMPOUND PRODUCTION Syamsul Bahri dan Balai Riset dan Standardisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interpenetrasi Jaringan Polimer (IPN) telah berkembang sejak tahun 90-an. Telah banyak penelitian yang dipatenkan dalam bidang ini (Tamrin, 1997). Polimer Jaringan
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN PARTIKEL ARANG AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK VULKANISASI KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA
Hari Adi Prasetya Pengaruh Ukuran Partikel Arang PENGARUH UKURAN PARTIKEL ARANG AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK VULKANISASI KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA THE EFFECT PARTICLE SIZE OF BAGASSE
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SABUT KELAPA
Nesi Susilawati Nuyah Pembuatan Kompon Genteng Karet Menggunakan Bahan Pengisi Abu Sabut Kelapa PEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SABUT KELAPA MAKING OF TILE RUBBER COMPOUND
Lebih terperinci12. Elastomers (Rubbers: Karet)
12. Elastomers (Rubbers: Karet) 1 Karet adalah material polimer yang dimensinya dapat berubah besar saat mengalami tegangan, dan kembali (hampir kembali) ke dimensi awalnya setelah tegangannya dihilangkan.
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
pada waktu pengadukan 4 jam dan suhu reaksi 65 C yaitu berturut turut sebesar 9; 8,7; 8,2. Dari gambar 4.3 tersebut dapat dilihat adanya pengaruh waktu pengadukan terhadap ph sabun. Dengan semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK
PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK DAN KALSIUM KARBONAT SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP KEKERASAN (HARDNESS) PADA RUBBER COUPLING DENGAN BAHAN BAKU SIR 3L DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS AKHIR
Lebih terperinciMATERI, ENERGI DAN GELOMBANG. Konsep Dasar IPA
MATERI, ENERGI DAN GELOMBANG Konsep Dasar IPA Apa yang kalian ketahui tentang Energi? Energi Listrik Energi Cahaya Energi Gerak Energi Panas Dsb. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel
Lebih terperinciPENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI
PENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI 6 731 24 Nuyah Peneliti pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang nuyah.baristand.industri@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Minyak Goreng Bekas. Minyak goreng bekas yang digunakan dalam penelitian adalah yang berasal dari minyak goreng bekas rumah tangga (MGB 1), minyak goreng
Lebih terperinciTanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Saat ini Asia menjadi sumber
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini meliputi hasil analisa kekuatan tarik (Tensile Strength) dan analisa morfologi (SEM) material Thermoplastic Elastomer (TPE) pada berbagai komposisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, pembuatan produk lateks karet alam dengan penambahan pengisi organik maupun anorganik telah menyita banyak perhatian peneliti karena menunjukkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern.
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar
PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Oleh Rudi Munzirwan Siregar Abstrak Penelitian tentang perbandingan asam asetat dengan asam formiat sebagai bahan penggumpal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa. dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern.
Lebih terperinciKAOLIN SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON KARET: PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH TERHADAP SIFAT MEKANIK-FISIK
Dewantara Daud PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH KAOLIN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET KAOLIN SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON KARET: PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH TERHADAP SIFAT MEKANIK-FISIK CAOLIN
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK KOMPON KARET DENGAN VARIASI KOMPOSISI SULFUR DAN CARBON BLACK SEBAGAI BAHAN DASAR BAN LUAR
STUDI KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK KOMPON KARET DENGAN VARIASI KOMPOSISI SULFUR DAN CARBON BLACK SEBAGAI BAHAN DASAR BAN LUAR Muhammad Alfatih Hendrawan 1, Pramuko Ilmu Purboputro 2 1 2 Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indonesia untuk menggantikan jalan aspal sebagai teknologi bahan. jalan sebelumnya, terutama dijalan-jalan yang mudah rusak saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini jalan cor/semen mulai banyak digunakan di indonesia untuk menggantikan jalan aspal sebagai teknologi bahan jalan sebelumnya, terutama dijalan-jalan yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DENGAN BAHAN PENGISI KARBON AMPAS TEBU
Karakteristik Kompon Ban... (Hari Adi Prasetya) KARAKTERISTIK KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DENGAN BAHAN PENGISI KARBON AMPAS TEBU ABSTRAK CHARACTERISTICS OF RUBBER COMPOUND OF INNER TIRE
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan dan Karakteristik Bahan Baku 1. Lateks Pekat Jenis lateks pekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan yang telah ditambahkan amonia.
Lebih terperinciIr. Zainal Abidin Nasution 1,* ABSTRAK. Kata kunci : serbuk arang cangkang kelapa sawit, metode penyangraian danvulkanisat karet
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 ISSN : 2477-3298 Pengaruh Perlakuan Pemberian Serbuk Arang Cangkang Kelapa Sawit Diawal dan Diakhir dari Penggilingan/Pencampuran Terhadap Sifat
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN FORMULA RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS THE MODEL OF FORMULA DEVELOPMENT FOR RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 98-107 MODEL PENGEMBANGAN FORMULA RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS THE MODEL OF FORMULA DEVELOPMENT FOR RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS Nasruddin
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciPEMANFAATAN SILIKA ABU SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGISI RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS UNTUK MEMISAHKAN MINYAK INTI SAWIT
PEMANFAATAN SILIKA ABU SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGISI RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS UNTUK MEMISAHKAN MINYAK INTI SAWIT USE OF SILICA FROM RICE HUSK ASH CHARGER FOR RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS KEYS TO
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer
Lebih terperinciKEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16
Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomin Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pendorong pertumbuhan
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Itarakterisasi arang aktif Karakterisasi yang dilakukan terhadap arang aktif tempurung keiapa 100 mesh adalah penentuan kadar air, kadar abu, dan daya serap
Lebih terperinciBAB I. Penggunaan plastik pada umumnya berdampak negatif. sampah plastik, Sebagaimana yang diketahui bahan plastik yang mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan plastik pada umumnya berdampak negatif terhadap lingkungan yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik, Sebagaimana yang diketahui bahan
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI BELERANG TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN ASPAL
Pengaruh Komposisi Belerang terhadap Kekerasan dan Keausan (Purboputro) PENGARUH KOMPOSISI BELERANG TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN ASPAL Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan
Lebih terperinciEFEKTIFITAS BAHAN PENGISI KARBON PADA LATEKS TERHADAP SIFAT FISIK SWELLING INDEKS
EFEKTIFITAS BAHAN PENGISI KARBON PADA LATEKS TERHADAP SIFAT FISIK SWELLING INDEKS 1 Yuniati, 2 Irwin Syahri Cebro Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl.Banda Aceh-Meda km 280 buketrata
Lebih terperinciPENGARUH NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) TERHADAP MUTU BANTALAN MESIN THE EFFECT OF NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) ON ENGINE MOUNTING QUALITY
PENGARUH NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) TERHADAP MUTU BANTALAN MESIN THE EFFECT OF NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) ON ENGINE MOUNTING QUALITY Syamsul Bahri dan Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan merupakan salah satu bagian transportasi yang paling banyak digunakan oleh manusia. Begitu banyaknya masyarakat yang menggunakan jalan menyebabkan
Lebih terperinciMODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI
SEMINAR SKRIPSI MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI Oleh: Arsita Permatasari 2308 100 539 Indah Marita 2308 100 540 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir.H.M.Rachimoellah,Dipl.EST
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap
Lebih terperinciTHE EFFECT OF PALM SHELL CHARCOAL AS FILLERS FOR RUBBER COMPOUND CHARACTERISTICS
THE EFFECT OF PALM SHELL CHARCOAL AS FILLERS FOR RUBBER COMPOUND CHARACTERISTICS Zainal Abidin Nasution Baristand Industri Medan e-mail : zainal_an7@yahoo.com ABSTRACT The research was conducted is order
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh
III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DAN KULIT KERANG DARAH TERHADAP SIFAT MEKANIS RUBBER COMPOUND
PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DAN KULIT KERANG DARAH TERHADAP SIFAT MEKANIS RUBBER COMPOUND Farida Ali*, M. Mezal R.D, Valencia Darmawan H *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembuatan komposit partikel ijuk bermatrik karet dan menghitung jumlah komposisi kimia pendukungnya serta mengetahui
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEAUSAN RUBBER ROLL RICE HULLER DENGAN PRODUK DI PASARAN
TUGAS AKHIR PERBANDINGAN KEAUSAN RUBBER ROLL RICE HULLER DENGAN PRODUK DI PASARAN Disusun : AGUNG WIBOWO NIM : D.200.04.0080 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
Lebih terperinciPEMANFAATAN HASIL PIROLISIS LIMBAH BAN BEKAS SEBAGAI BAHAN PELUNAK UNTUK PEMBUATAN BARANG JADI KARET
Jurnal Penelitian Karet, 213, 31 (2) : 149-158 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 213, 31 (2) : 149-158 PEMANFAATAN HASIL PIROLISIS LIMBAH BAN BEKAS SEBAGAI BAHAN PELUNAK UNTUK PEMBUATAN BARANG JADI KARET Utilization
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak
Lebih terperinciFrekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam
Lebih terperinciPERUBAHAN KEKERASAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN NANO SILIKA SEKAM PADI
PERUBAHAN KEKERASAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN NANO SILIKA SEKAM PADI Changes in Hardness of Rubber Compound with Coconut Shell Activated Charcoal and Rice Husk
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMATANGAN DAN KEKERASAN VULKANISAT KARET ALAM BERPENGISI KAOLIN
PENGARUH PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMATANGAN DAN KEKERASAN VULKANISAT KARET ALAM BERPENGISI KAOLIN Indah M.S. Sitorus, Yudha Widyanata, Indra Surya Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap
Lebih terperinciPENGGUNAAN KARET ALAM UNTUK PEMBUATAN RUBBER COTS MESIN RING SPINNING
Luftinor PENGGUNAAN KARET ALAM UTUK PEMBUATAN RUBBER COTS MESIN RING SPINNING PENGGUNAAN KARET ALAM UNTUK PEMBUATAN RUBBER COTS MESIN RING SPINNING THE USE OF NATURAL RUBBER IN THE MANUFACTURE OF RUBBER
Lebih terperinciPENGARUH BATIKAN LURUS TERHADAP KOEFISIEN GRIP BAHAN BAN PADA DAN JALAN SEMEN UNTUK KONDISI JALAN KERING DAN BASAH
PENGARUH BATIKAN LURUS TERHADAP KOEFISIEN GRIP BAHAN BAN PADA DAN JALAN SEMEN UNTUK KONDISI JALAN KERING DAN BASAH Pramuko Ilmu Purboputro, Muh.Alfatih Hendrawan Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Lebih terperincikimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor
Lebih terperinciUTILIZING CHARCOAL POWDER OF PALM OIL SHELL AS THE SUBTITUTE OF CARBON BLACK FOR RUBBER COMPOUND FILLER
PEMANFAATAN SERBUK ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI CARBON BLACK UNTUK BAHAN PENGISI KOMPON KARET UTILIZING CHARCOAL POWDER OF PALM OIL SHELL AS THE SUBTITUTE OF CARBON BLACK FOR RUBBER COMPOUND
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Variabel Terhadap Warna Minyak Biji Nyamplung Tabel 9. Tabel hasil analisa warna minyak biji nyamplung Variabel Suhu (C o ) Warna 1 60 Hijau gelap 2 60 Hijau gelap
Lebih terperinci1 Energi. Energi kinetic; energy yang dihasilkan oleh benda bergerak. Energi radiasi : energy matahari.
1 Energi Dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya. Kemampuan untuk melakukan kerja. Kerja: perubahan energi yang langsung dihasilkan oleh suatu proses. Energi kinetic; energy yang dihasilkan
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT THE MAKING OF RUBBER COMPOUND USING PALM SHELL CHARCOAL AS A FILLER
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 114-121 PEMBUATAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT THE MAKING OF RUBBER COMPOUND USING PALM SHELL CHARCOAL AS A FILLER
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PEPTIZERS TERHADAP VISKOSITAS DAN SIFAT FISIK KOMPON KARET
PENGARUH VARIASI PEPTIZERS TERHADAP VISKOSITAS DAN SIFAT FISIK KOMPON KARET L.A. Wisojodharmo, R. Fidyaningsih, D.A. Saputra dan D.A. Fitriani Pusat Teknologi Material - BPPT Kawasan Puspiptek, Serpong
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Disusun oleh :
NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENGARUH KOMPOSIS KOMPON BAN DENGAN BATIKAN MIRING/PANAH TERHADAP KOEFISIEN GRIP BAN PADAA LINTASAN ASPAL PADA KONDISI BASAH DAN KERING Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syar
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI (ARANG AKTIF) SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI (ARANG AKTIF) SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR BIDANG KEGIATAN: PKM ARTIKEL ILMIAH (PKM-AI) Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan isoprene yang berikatan dengan konfigurasi cis 1,4. Isoprene tersusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam Hevea brasiliensis merupakan suatu polimer alam yang memiliki kandungan isoprene yang berikatan dengan konfigurasi cis 1,4. Isoprene tersusun oleh banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (2,97 juta ton).
Lebih terperinciPEMANFAATAN KARET LIMBAH INDUSTRI CRUMB RUBBER SEBAGAI SUBSTITUSI KARET SIR PADA PEMBUATAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PEMANFAATAN KARET LIMBAH INDUSTRI CRUMB RUBBER SEBAGAI SUBSTITUSI KARET SIR PADA PEMBUATAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR Dewantara Daud,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masih awam akan mesin sepeda motor, sehingga apabila mengalami masalah atau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor merupakan produk dari teknologi otomotif yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Akan tetapi sebagian besar penggunanya masih awam akan mesin
Lebih terperinci