BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seorang bapa rohani bertanya kepada murid-muridnya: Apakah awal mula doa itu? Murid pertama menjawab: Dalam kesesakan orang mulai berdoa. Bila orang menghadapi kesulitan, mereka mulai berdoa. Kalau saya terjepit, saya lari kepada Allah Murid lain menyambung: Bila saya bergembira, hatiku lupa akan segala ketakutan dan kecemasan, lalu terbang kepada Allah. Yang ketiga berkata: Dalam kesunyian. Kalau jiwaku tenang, aku suka berbicara dengan Allah Murid keempat menjawab pertanyaan gurunya: Hanya jika aku dapat mengoceh seperti seorang anak kecil dan malu berceloteh di hadapan Allah. Dia besar dan aku kecil dan semuanya seperti semestinya. Lalu bapa rohani angkat suara: Jawaban kalian semua itu baik. Akan tetapi, ada suatu awal-mula yang mendahului semua apa yang kalian sebut. Doa dimulai pada Allah. Dialah yang memulainya, bukan kita. (Mgr. K. Hemmerle, Dein Herz an Gotles Ohr) 1 Dalam percakapan di atas sesungguhnya doa dimulai pada Allah dan Allahlah yang memulainya. Dengan kata lain doa merupakan wahana dan mediasi untuk memupuk cinta manusia kepada Allah yang dihayati dalam kehidupan iman. Dalam doa Allah hadir menyapa manusia melalui kasih-nya sehingga seseorang dapat merasakan kehadiran-nya dalam sebuah perjumpaan yang tak terungkapkan dengan kata-kata. Pengalaman akan Allah merupakan sebuah pengalaman dasariah manusia, di mana seseorang hanya menyiapkan diri untuk menerima cinta Allah melalui doa sebagai bentuk komunikasi dengan Allah. Pengalaman akan Allah juga biasa di sebut dengan pengalaman mistik. Mistik di sini merupakan pengalaman berjumpa dengan Allah. Menurut Koentoro Wiryomartono, SJ yang dikutip FX. Koesno 2 pengalaman mistik termasuk pengalaman religius. Sedangkan pengalaman religius sendiri didefinisikan sebagai pengalaman yang 1 Dikutip dari Adolf Heuken, SJ, Spritualitas Kristiani: Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002), p F.X.Koesno, Penghayatan Religius Manusia Jawa seperti Tokoh Bima dalam Pewayangan, dalam Mawas Diri, Thn. XVII, No. 2, (Yogyakarta, 1988), p.10 1

2 mendalam, yang merangkum kenyataan sedemikian menyeluruh sehingga manusia merasa terangkat ke dimensi yang lain yang melampaui batas-batas dirinya, rahasia yang kudus dan yang tak terungkapkan. Untuk bisa sampai pada pengalaman religius manusia membutuhkan mediasi sebagai wahana perjumpaan dengan Allah. Mediasi tersebut dalam kehidupan umat Kristiani dikenal dengan doa sebagai wahana sambung rasa yang dituangkan melalui komunikasi dalam keheningan serta kontemplasi yang mendalam kepada Allah. Melalui pengalaman religius manusia mengenal Allah secara lebih dekat dalam hubungan yang sangat pribadi, di mana manusia hanya membuka diri dan menyiapkan hati untuk menerima perjumpaan itu. Menurut Tom Jacobs 3 pengalaman mistik bersifat pasif, pengalaman itu ditentukan oleh misteri ilahi yang memasuki manusia. Dan pengalaman mistik itu bersifat total melalui pengalaman mistik orang merasa diri diubah secara total, ditangkap dan dikuasai seluruhnya oleh misteri ilahi. Juga budinya dibuka sampai bisa diisi seluruhnya oleh misteri Allah. Bicara tentang Allah akhirnya harus bermuara pada pengalaman bersama Allah untuk menjadikan hidup ini bermakna dan penuh arti 4. Kehidupan beriman seseorang yang secara mendalam dihayati sebagai bentuk dari cinta kepada Allah merupakan sebuah ungkapan iman yang dituangkan dalam suatu relasi yang sangat personal, sehingga secara alamiah relasi yang dibangun atas dasar iman tersebut membawa manusia kepada pengalaman perjumpaan. Melalui pengalaman itulah manusia berjumpa dengan Allah dalam hidupnya dan menjadikan pengalaman itu sebagai arah baru bagi kehidupan manusia. Gereja Katolik Roma memiliki tradisi yang begitu kuat dihayati oleh umatnya yaitu devosi kepada orang-orang kudus, di mana penghayatan tersebut dituangkan melalui suatu bentuk perjalanan ziarah ke suatu tempat sakral dan suci. Ziarah dilakukan secara pribadi ataupun berkelompok, dengan tradisi tersebut umat begitu menghayati imannya yang diwujudnyatakan dalam sebuah devosi kepada Tuhan Yesus, Bunda Maria atau orang-orang kudus. Penghayatan devosi begitu melekat dan nampak dalam kehidupan umat Katolik. Devosi sebuah pengahayatan iman umat yang bertumbuh melalui tradisi yang dibaktikan kepada orang kudus sebagai wujud dari kesetiaan terhadap Allah. Kata 3 Tom Jacobs, Mistik, dalam Majalah Rohani, (Yogyakarta, 1992), p St. Darmawijaya, Pr, Tanda-tanda Kehadiran Allah: Kisah Pengalaman Akan Allah, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), p.7 2

3 devosi berasal dari bahasa Latin devotio 5 (dari kata kerja: devovere), yang berarti kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Maka menurut arti katanya, devosi menunjuk sikap hati dan perwujudannya, dalam mana seseorang mengarahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. Dalam devosi umat Katolik ungkapan iman dituangkan dalam ziarah ke gua Maria yang merupakan suatu kebaktian yang ditujukan kepada Bunda Maria. Dalam kalangan umat Katolik, gua rupanya mempunyai makna khusus. Dalam gua itulah diceritakan bahwa Yesus lahir. Maria menampakan diri kepada Bernadet juga di gua. Gua seakan menjadi simbol kehadiran Maria. Gua Maria ada di mana-mana. Boleh saja apakah Maria secara historis hidup dan tinggal di gua, namun yang jelas gambaran tempat itulah yang melekat di hati umat. Di tempat itulah umat berkumpul, berdoa, menyampaikan keluhkesahnya kepada Bunda Maria. Ke tempat itulah umat datang berduyun-duyun dan orang sakit mohon kesembuhan. Atau kalau tidak bisa datang sendiri, cukuplah orang menitipkan seberkas niat dan permohonannya agar dibakar di depan patung Maria dan sepulangnya dibawakan air sendang sudah tenanglah hatinya. Devosi rakyat semacam itu terjadi secara spontan, dan melibatkan perasaan (afeksi, emosi, yang sentimental juga) secara menyeluruh 6. Gejala ini di satu pihak menimbulkan kekaguman, dan di pihak lain menunjukan suatu kenyataan, ada kehausan di hati umat. Melalui penghayatan iman itulah umat menjadi hidup, mereka merasakan pengalaman bersama Allah dalam hidup berziarah dan dengan devosi yang demikian mereka menemukan pengalaman yang menjadikan hidup mereka penuh arti dan makna dalam menghayati hidup keberagamaan. Di kalangan teologi Katolik, ada yang membedakan antara dua taraf pengalaman religius, yaitu pengalaman religius yang khusus Kristiani dan pengalaman religius yang lebih umum. Pengalaman religius yang umum itu tarafnya fundamental, lebih dekat pada asalusul hidup keagamaan, sedangkan pengalaman Kristiani merupakan pengalaman yang telah berkembang 7. Menurut asumsi sementara penyusun bahwa pengalaman religius yang dimiliki umat peziarah di Sendang Jatiningsih masuk dalam kategori pengalaman 5 E. Martasudjita, Pr. Pengantar Liturgi Makna: Sejarah dan Teologi Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), p Fr. Nitiprawira, Devosi Rakyat, dalam Majalah Rohani, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), p Niko Syukur Dister, OFM, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta: Kanisius,1988), p. 29 3

4 religius yang lebih bersifat umum. Ini nampak dalam ekspresi devosi mereka, selain melibatkan emosi serta perasaan, penghayatan devosi tersebut banyak meminjam simbolsimbol lokal, seperti adanya air sendang kemudian bunga-bunga atau ratus (dupa) yang digunakan dalam devosi umat peziarah. Menurut Geertz 8 yang kudus di mana saja dalam dirinya mengandung sebuah rasa kewajiban intrinsik: yang kudus tidak hanya mendorong rasa bakti, melainkan juga menuntutnya; tidak hanya menimbulkan persetujuan intelektual, melainkan juga komitmen emosional. Dalam prakteknya devosi Maria begitu hangat dihayati peziarah dengan ekspresi yang diungkapkan kepada Maria sebagai ibu Yesus.Ungkapan tersebut diwujud-nyatakan dengan mempersembahkan lilin, bunga mawar dan terlebih sikap hormat pada Bunda Maria yang diekpresikan sebagian umat dengan berlutut ataupun sujud kepada bumi sebagai bentuk penghormatan yang besar terhadap Bunda Maria 9. Sendang Jatiningsih merupakan salah satu tempat ziarah yang ada di pulau Jawa dan di tempat inilah umat datang secara berkelompok atau secara pribadi untuk berdoa kepada Maria. Sendang Jatiningsih ramai dikunjungi oleh umat Katolik pada bulan Maria dan Rosario (Mei dan Oktober) juga ketika perayaan ekaristi malam Jumat pertama. Perayaan misa dilakukan di sekitar pelataran lokasi ziarah yang berada di alam terbuka. Peziarah yang mengikuti perayaan misa begitu hikmat, walaupun hanya duduk beralaskan selembar kertas koran ataupun tikar yang mereka bawa sendiri 10. Selain sebagai tempat ziarah, Sendang Jatiningsih merupakan wahana doa yang menjadi tempat berkumpulnya umat yang datang dari berbagai penjuru tempat yang sedang berziarah untuk menghayati imannya di dalam konteks hidup beriman mereka. Aktivitas kerohanian yang ada di Sendang Jatiningsih antara lain jalan salib dengan merenungkan 14 peristiwa sengsara Yesus sampai pada kematian-nya. Oleh sebab itu di lokasi ziarah terdapat 14 stasi (perhentian) jalan salib. Selain rute jalan salib terdapat juga gua Maria, biasanya umat berdoa di depan gua tersebut baik secara pribadi ataupun berkelompok. 8 Clifford Geertz, Kebudayaan & Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), p.50 9 Merupakan hasil observasi penyusun ketika berada dilokasi ziarah 10 Merupakan hasil observasi penyusun ketika menghadiri perayaan misa Jumat pertama 1 April

5 Banyak di antara peziarah yang datang merupakan umat Katolik yang berasal dari kota Yogyakarta dan luar kota. Ini dapat terlihat dari plat nomer kendaraan mereka yang di parkir di area Sendang Jatiningsih. Di antara peziarah yang penyusun temui, mereka mengungkapkan perasaanya bahwa mereka merasa hikmat ketika berdoa di tempat tersebut karena menurut mereka berdoa di rumah banyak mengalami gangguan. Sedangkan berdoa di gereja sangat terikat dengan aturan liturgis yang ketat dan kaku sehingga mereka lebih bebas mengekpresikan doa secara pribadi di Sendang Jatiningsih. Ada juga di antara peziarah yang penyusun temui bahwa berdoa di tempat tersebut lebih tenang karena langsung berada di tengah-tengah alam terbuka, di mana hutan dan sungai yang ada sangat membantu keheningan doa yang dilaksanakan oleh umat 11. Keberadan Sendang Jatiningsih sebagai wahana doa mampu menampung aspirasi rohani umat Katolik yang sedang menjalani kehidupannya. Melalui Sendang Jatinigsih peziarah yang kehilangan motivasi hidupnya menemukan kembali kekuatan baru di tempat itu. Di tengah arus kehidupan jaman modern ini orang seringkali disibukan dengan aktifitas bekerja demi memenuhi tuntutan ekonomi. Di tengah situasi tersebut perlahan-lahan orang mengalami krisis batin dan setiap orang memiliki kerinduan akan suasana yang tenang untuk dapat melepaskan beban hidupnya dan mengkomunikasikan pergumulan hidupnya bersama Allah melalui doa. Doa adalah penggerak agama. Tanpa doa, agama adalah upacara adat atau kebudayaan saja. Maka, titik awal bukanlah agama, dan segala peraturannya mengenai doa, melainkan doa pribadi yang timbul dari hati 12. Dewasa ini banyak orang modern yang juga terpengaruh oleh berbagai macam gerakan spiritual yang menawarkan diri secara instan untuk dapat mengatasi bahkan melepaskan kepenatan kehidupan yang kian hari menuntut vitalitas yang tinggi. Paus Yohanes Paulus II 13 pernah menegaskan tentang doa Kristiani. Ia prihatin, bahwa dewasa ini demikian banyak ragam kehidupan rohani yang menawarkan diri. Itu terjadi karena kultur yang terbuka, di mana agama lain juga menawarkan pengaruhnya. Dalam keadaan demikian, betapa perlu kita menggembangkan sendiri seni doa, yang khas Kristen dan setia pada tradisi Gereja. Umat Kristen jangan menjadi sasaran bagi pengaruh yang belum tentu sesuai dengan tradisi Gereja. Umat harus menjadi tanah dan tempat, di mana sekolah doa, yang khas 11 Merupakan observasi penyusun ketika mengikuti misa pada malam Jumat pertama 1 April Tom Jacobs, SJ, Teologi Doa, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), p Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II, Rosarium Virginis Mariae, 16 Oktober

6 Kristen bisa didirikan. Ungkapan Paus tersebut merupakan penegasan kembali bahwa umat Kristiani memiliki bentuk kesalehan rohani yang juga patut untuk dihayati dan sesuai dengan tradisi gereja. B. POKOK PERMASALAHAN Berangkat dari pemahaman bahwa kehidupan beragama tidak hanya cukup untuk dipahami dan dimengerti saja, tetapi setiap orang tentunya memiliki penghayatan iman dan menumbuhkembangkan keyakinannya melalui pengalaman bersama Allah. Di antara ragam penghayatan kerohanian yang ada salah satunya penghayatan iman melalui devosi Maria adalah gejala yang sangat besar dalam perkembangan devosi umat Katolik. Melalui devosi itulah umat peziarah mengungkapkan keluhkesah kehidupannya bersama Allah melalui perantara Bunda Maria dalam devosi. Dalam praktek devosi Maria umat peziarah begitu menghayati iman mereka sebagai wujudnyata dari ungkapan iman kepada Allah melalui Bunda Maria, ini juga bisa dipahami bahwa situasi yang terjadi saat ini membuat orang semakain mencari kekuatan iman dengan memupuk relasi pribadi dengan Allah lewat devosi membuat umat peziarah menemukan kekuatan baru untuk terus menjalani kehidupannya. Dari pemaparan di atas penyusun merumuskan suatu permasalahan yang muncul ketika melihat pengalaman religius dalam praktek penghayatan umat peziarah melalui devosi Maria di Sendang Jatiningsih. Penyusun merumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut : Devosi seperti apakah yang dihayati oleh umat peziarah di Sendang Jatiningsih? Pengalaman religius macam apa yang dimiliki oleh umat peziarah di Sendang Jatiningsih? C. JUDUL Dari permasalahan di atas maka penyusun merumuskan judul dalam skripsi ini dengan : PENGALAMAN RELIGIUS PEZIARAH MELALUI DEVOSI MARIA DI SENDANG JATININGSIH Sebuah Tinjauan Antropologis-Teologis 6

7 D. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan skripsi ini bukan semata-mata hanya ingin mengetahui apa itu devosi Maria?Tetapi tujuan yang lebih penting adalah : Belajar dari pengalaman religius umat peziarah di Sendang Jatiningsih Belajar dari semangat devosional umat peziarah dalam pengahayatan iman di Sendang Jatiningsih E. METODE PENELITIAN DAN PENULISAN E.1. Metode penelitian E.1.a. Metode Literer atau kepustakaan Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber literatur atau kepustakaan yang ada untuk dijadikan sebagai masukan bagi penyusun dalam penulisan skripsi ini. Adapun sumber literatur tersebut diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, majalah atau buletin, makalah seminar dan lain-lain. E.1.b. Metode penelitian lapangan observasi partisipatif Untuk menggali dan mengumpulkan data lapangan penyusun berpartisipasi dalam praktek devosi Maria di Sendang Jatiningsih dalam rangka menyebarkan angket serta mengadakan wawancara dengan peziarah. Selama observasi ini penyusun telah melibatkan diri bersama sebuah kelompok peziarah selama 1,5 tahun terhitung dari Februari 2003 sampai September Untuk lebih dalam menggali pengalaman religius peziarah, penyusun menggunakan wawancara terfokus. Yang dimaksud wawancara terfokus adalah mendekati metode angket, angket bersifat tertulis, sedangkan wawancara terfokus bersifat lisan 14. Sasaran yang di wawancarai adalah : 1. Kelompok Peziarah yang merupakan sebuah komunitas yang penyusun ikuti 2. Koster Sendang Jatiningsih yang setiap hari berada di lokasi ziarah 3. Suster Tarekat Caritas Klepu Godean 4. Pastor pembantu Paroki Gereja Katolik St. Petrus&Paulus Klepu Godean Yogyakarta. 14 John Mansford Prior, Meneliti Jemaat Pedoman Riset Parsipatoris, (Jakarta: PT. Garemedia, 1997). p. 95 7

8 Metode penelitian dimaksudkan suatu sistem peraturan-peraturan, prinsip-prinsip, dan prosedur yang mengatur suatu penyelidikan ilmiah. Dengan kata lain, ia menjelaskan kaitan antara gagasan teoritis dan data lapangan. Termasuk di dalamnya asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang menjadi landasan penelitian, serta dasar-dasar atau kriteria yang digunakan peneliti untuk menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan 15. Adapun proses penelitian partisipatif dilalui dengan berbagai tahapan yaitu: 1. Tahap persiapan : Merumuskan permasalahan 2. Tahap Penelitian lapangan: Menentukan pendekatan Memasuki medan penelitian Pengamatan serta Menggali data lapangan melalui kuisioner dan wawancara Membuat catatan lapangan 3. Tahap akhir penelitian: Mengolah dan menganalisis data lapangan Meninjau dan menilai Menarik sebuah kesimpulan untuk dikembangkan dalam refleksi teologis. E.2. Metode Penulisan Deskriptif Analitis Interpretatif Dalam penulisan skripsi ini penyusun menggunakan metode penulisan deskriptif analitis interpretatif, yaitu mendeskripsikan devosi Maria serta penghayatan peziarah di Sendang Jatiningsih dan kemudian menganalisisnya serta menginterpretasikan simbol-simbol religius yang terdapat di Sendang Jatiningsih dari aspek antropologi agama dan teologi. F. SISTEMATIKA PENULISAN Agar penulisan ini mudah diikuti alur berpikirnya maka penyusun membuat sistematika menjadi 5 bab. Adapun pembagiannya sebagai berikut: 15 Ibid, p

9 Bab. I : Pendahuluan Bagian ini merupakan pendahuluan yang berisi latarbelakang, pokok permasalahan, rumusan judul, metode dan sistematika penulisan. Bab. II: Devosi Maria dalam Tradisi Gereja Katolik Pada bagian ini penyusun membahas penghayatan serta praktek devosi Maria yang ada dalam tradisi Gereja Katolik menurut teologi devosi Maria. Unsur-unsur yang terdapat di dalam teologi devosi Maria merupakan bentuk penghayatan iman umat Katolik sebagai ungkapan iman mereka. Bab. III: Sendang Jatiningsih dalam Penghayatan Umat Pada bagian ini penyusun mendeskripsikan data lapangan, yaitu letak geografis lokasi ziarah serta simbol-simbol yang ditemukan di lapangan yang merupakan media penghayatan umat peziarah, kemudian data lapangan tersebut dianalisis dari aspek antropologis dan teologis. Bab. IV: Refleksi Kritis Terhadap Pengalaman Religius melalui Devosi Maria di Sendang Jatiningsih Pada bagian ini penyusun membuat suatu refleksi kritis terhadap pengalaman religius umat peziarah melalui devosi Maria dan penghayatan terhadapnya dan penyusun juga akan membuat sebuah refleksi alkitabiah tentang pengalaman religius dalam devosi. Bab. V : Penutup Bagian ini berisi kesimpulan akhir dari keseluruhan pembahasan dan disertai saran-saran yang sekiranya diperlukan bagi kehidupan devosional. 9

UKDW PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk rohani. Kata rohani berasal dari kata Ibrani ruah, yang berarti nafas. 1 Doa adalah nafas hidup. Ini menunjukkan bahwa di dalam kehidupan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Keseimbangan hidup manusia adalah adanya keseimbangan segi jasmani dan rohani. Kehidupan jasmani terpenuhi dengan segala hal yang bersifat duniawi sedangkan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan A. Latar belakang permasalahan Manusia membutuhkan sarana untuk mengungkapkan setiap pengalaman yang dia rasakan dan dia alami, yang di dalamnya manusia bisa berbagi dengan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari spiritualitas. Spiritualitas melekat dalam diri setiap manusia dan merupakan ekspresi iman kepada Sang Ilahi. Sisi spiritualitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Wilayah Semarang dan sekitarnya merupakan salah satu pusat perkembangan Agama Katolik ditandai sejak tahun 1808 berawal dari Gereja Paroki pertama di Semarang yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuskupan Surabaya. Menurut pernyataannya, jaman sekarang umat di

BAB I PENDAHULUAN. Keuskupan Surabaya. Menurut pernyataannya, jaman sekarang umat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu keprihatinan gereja pada jaman sekarang ini adalah pragmatisme. 1 Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono 2 pun juga beberapa kali menyatakan keprihatinan ini.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para Suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Natal, 2013 Natal adalah saat penuh misteri dan

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 3.1 Tema perancangan Tema perancangan yang di ambil dalam membangun fasilitas ibadat ini adalah Keimanan Kepada Yesus Kristus, dalam pengertian penciptaan suasana transendental

Lebih terperinci

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi BAB II Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Pengertian Ekaristi Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri khas dari semua agama adalah berdoa. Semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan kepada umat atau pengikutnya untuk selalu berdoa. Doa diyakini

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang sangat signifikan, perkembangan di Indonesia terjadi secara merata di setiap kota termasuk kota-kota

Lebih terperinci

Sukacita kita dalam doa

Sukacita kita dalam doa Sukacita kita dalam doa Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. (John 16:24) Sukacita dalam melayani Allah dan sesama merupakan suatu perwujudan nyata: sesuatu yang spontan, bahkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN ZIARAH CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DI BANTUL

PENGEMBANGAN KAWASAN ZIARAH CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DI BANTUL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN ZIARAH CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DI BANTUL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam buku Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati bersama Mgr Ignatius Suharyo, editor E. Martasudjita menuliskan, Perjanjian Baru selalu berbicara

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja adalah sebuah bangunan atau struktur yang tujuan utamanya untuk memfasilitasi pertemuan umat Kristiani. Dalam kegiatan ibadat umat Katolik, kegiatan terpenting

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS Dalam bagian ini akan mengemukakan pengaruh perubahan penggunaan cawan menjadi sloki dalam Perjamuan Kudus dalam kehidupan jemaat masa modern dengan melihat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

RABU ABU SEBAGAI MOMENTUM AWAL MENGGANTUNGI DOA BAPA KAMI Oleh: Nurcahyo Teguh Prasetyo

RABU ABU SEBAGAI MOMENTUM AWAL MENGGANTUNGI DOA BAPA KAMI Oleh: Nurcahyo Teguh Prasetyo RABU ABU SEBAGAI MOMENTUM AWAL MENGGANTUNGI DOA BAPA KAMI Oleh: Nurcahyo Teguh Prasetyo Pengantar Singkat tentang Kalender Gerejawi Allah telah berkarya atas umatnya di dalam rangkaian waktu. Umat Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M Pendahuluan Dalam suatu adegan yang mengharukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Gereja merupakan fasilitas pendukung kebutuhan manusia dalam mendekatkan diri dan beribadah kepada Tuhan. Gereja menjadi komunitas, wadah, dan sarana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Ziarah yang obyek tujuannya bukan tempat-tempat keagamaan dan intinya merupakan penghormatan kepada seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Ziarah yang obyek tujuannya bukan tempat-tempat keagamaan dan intinya merupakan penghormatan kepada seorang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ziarah merupakan sebuah fenomena yang lazim dijumpai dalam masyarakat. Masyarakat Jawa mengenal ziarah kubur untuk mengingat/menghormati sanak saudara yang sudah meninggal

Lebih terperinci

B. Pengalaman Gereja Kita mengenal kebaktian kepada Ibu Maria melalui beberapa devosi berikut.

B. Pengalaman Gereja Kita mengenal kebaktian kepada Ibu Maria melalui beberapa devosi berikut. Devosi Maria Kebaktian kepada Ibu Maria A. Pengalaman KS Dalam KS tidak banyak tokoh wanita. Kalau ada tokoh tersebut punya peran besar dalam kisah KS. Dalam PL ada tokoh seperti: Ibu Musa, Ruth, Naomi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang

PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang BIDANG KESAKSIAN 1. Kegiatan Umum PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL - 2017 Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang MAR. - NOV. minggu ke III Menyamakan persepsi dalam pelaksanaan program yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Serviana saat ini menjadi pimpinan suatu kongregasi. Ia termasuk pimpinan yang disenangi banyak

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH

Lebih terperinci

SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 SALING TIDAK PERCAYA DALAM HIDUP BERKOMUNITAS Rohani, Februari 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Suster Credentia tidak krasan di komunitas. Ia merasa tidak dipercaya karena tidak pernah diberi kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Kita semua sebagai anggota suatu kongregasi diharapkan hidup saling membantu satu sama lain dalam semangat kasih

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA

BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA Santo Ignatius Loyola Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER BERSAMA SANTO IGNATIUS LOYOLA Bahan Pertemuan Lingkungan BERIMAN CERDAS,

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

Written by Tim carmelia.net Published Date

Written by Tim carmelia.net Published Date Pada masa akhir hidupnya, Paus Yohanes Paulus II menetapkan tahun Ekaristi yang dimulai pada bulan Oktober tahun 2004 sampai bulan Oktober tahun 2005. Hal ini menunjukkan suatu kecintaan yang luar biasa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Keluarga merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dalamnya harus terdapat keseimbangan, keselarasan kasih sayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan Keselamatan Saya sedang duduk di rumahnya yang kecil, ketika Amelia, yang berusia 95 tahun, menceritakan apa sebabnya ia menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Bertahun-tahun yang lalu ia berdiri di depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai dua aspek kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi oleh setiap pribadinya, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani merupakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Katolik masuk ke Indonesia melalui Bangsa Portugis pada tahun 1512 dengan tujuan untuk berdagang di daerah penghasil rempahrempah tepatnya di kepulauan Maluku.

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN ST. MARGARETHA

LINGKUNGAN ST. MARGARETHA PROFIL LINGKUNGAN LINGKUNGAN ST. MARGARETHA WILAYAH VII GEREJA SANTO BONAVENTURA PAROKI PULOMAS SANTA MARIA MARGARETHA (1647-1690) Pesta Nama: 16 Oktober ALACOQUE Menghormati Hati Kudus Yesus, khususnya

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012 Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012 AYAT KUNCI: Pilih salah satu teks dari Rabu bagian dari pelajaran. Menulis di sini dan menghafalnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: (1887) dan Kota Raja di Aceh (1881) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang berhasil dirangkum oleh penulis berdasarkan hasil penelitian sebagai jawaban dari tujuan penelitian adalah: 1. Penyebaran agama Katolik di

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Situasi kritis merupakan situasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan manusia. Meski tidak setiap saat dialami namun biasanya situasi ini sangat menentukan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia merupakan bagian dari kesenian atau keindahan yang dihasilkan melalui media bunyi atau suara. Suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki pengalaman dalam kehidupannya yang dihasilkan melalui perjumpaan dengan berbagai peristiwa. Perjumpaan tersebut

Lebih terperinci

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Gereja merupakan salah satu tempat ibadah yang memiliki nilai-nilai religi yang tinggi dan memiliki standarisasi berdasarkan GIRM (General Instruction

Lebih terperinci

Menemukan Rasa Aman Sejati

Menemukan Rasa Aman Sejati Modul 11: Menemukan Rasa Aman Sejati Menemukan Rasa Aman Sejati Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the Captives Ministries Semua

Lebih terperinci

NABI YEHEZKIEL: KUALITAS HIDUP SEOFLING UTUSAN ALLAH DEMI KEBAIKAN BANGSA (Yehezkiel Bab 2 - Bab 3)

NABI YEHEZKIEL: KUALITAS HIDUP SEOFLING UTUSAN ALLAH DEMI KEBAIKAN BANGSA (Yehezkiel Bab 2 - Bab 3) PERTEMUAN IV : NABI YEHEZKIEL: KUALITAS HIDUP SEOFLING UTUSAN ALLAH DEMI KEBAIKAN BANGSA (Yehezkiel Bab 2 - Bab 3) Lagu & Doa Pembukaan : Lagu dipilih dari Puji Syukur atau lagu rohani lain. Doa pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III

KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN INDIVIDUALISME PERTEMUAN III GAGASAN POKOK Arus jaman membuat manusia (juga umat Kristiani) seringkali hidup dalam budaya individualisme: Segala hal berpusat hanya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang permasalahan Dalam diri manusia terdapat dua element dasar yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian manusia. Element tersebut adalah rasio dan rasa.

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20

Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20 Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20 Pernahkah Anda berpikir mengapa setelah kita percaya kita perlu hadir dalam komunitas yang bernama gereja? Apakah tidak cukup kita mengaku percaya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci