Unit Bidang Ilmu Farmasi Analisis, Departemen Farmasi FMIPA, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10 Bandung 40132

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Unit Bidang Ilmu Farmasi Analisis, Departemen Farmasi FMIPA, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10 Bandung 40132"

Transkripsi

1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Residu Pestisida Metidation pada Tomat Sudana Atmawidjaja*, Daryono Hadi Tj*, Rud Sudana Atmawidjaja*, Daryono Hadi Tjahjono, Rudiyanto Unit Bidang Ilmu Farmasi Analisis, Departemen Farmasi FMIPA, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10 Bandung (Diterima 26 Februari 2004; disetujui 18 Juni 2004) Abstrak Telah ditentukan kadar residu metidation dalam tomat yang diperlakukan dengan berbagai cara seperti perebusan, pencucian menggunakan air suling dan detergen. Penentuan residu dilakukan dengan cara kromatografi gas dilengkapi detektor fotometri nyala, kolom OV-17 pada suhu 220 o C, laju alir gas pembawa nitrogen 35 ml/menit, suhu injektor dan detektor 230 o C. Pada kondisi tersebut diperoleh waktu retensi metidation rata-rata 8,45 menit. Buah tomat yang telah diperlakukan tersebut, diekstraksi dengan etilasetat. Nilai perolehan kembali residu metidation rata-rata adalah 93,5% dengan koefisien variasi 3,3%. Sampel tomat yang telah mengalami perlakuan menunjukkan kadar residu pestisida yang lebih rendah. Sampel tomat yang diambil secara acak di pasar Lembang Kabupaten Bandung mengandung residu metidation yang tidak melewati batas maksimum residu pestisida. Kata kunci : residu pestisida, metidation, tomat, kromatografi gas. Abstract Metidation pesticide residue in treated tomatoes had been determined by gas chromatography using OV-17 column at 220 o C, flame photometric detector, nitrogen carrier gas with a flow rate of 35 ml/minute, injector and detector temperature of 230 o C. This conditions yielded metidation retention time of 8.45 minutes. The tomatoes were treated by boiling in water, washing with distilled water, or with detergent. The treated tomatoes were extracted with ethyl acetate. The average recovery of metidation pesticide residue was 93.5% with a coefficient of variation of 3.3%. Tomato samples randomly obtained from a market in Lembang Bandung contained metidation residues not exceeding the maximum residues limit for pesticides. Key words : pesticide residue, metidation, tomato, gas chromatography Pendahuluan Untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk yang meningkat dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang, upaya produksi pangan sering menghadapi kendala serangan hama yang menyebabkan gagal panen atau minimal hasil panen berkurang. Salah satu cara yang terbukti meningkatkan produksi hasil tanaman pangan adalah penggunaan pestisida, namum di sisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida berlebihan dapat menjadi sumber 72 - Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

2 pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus, langsung atau tidak langsung, dapat sampai ke manusia, terhirup melalui pernafasan, dan masuk ke saluran pencernaan bersama makanan dan air minum [1-3]. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai penurunan kadar residu pestisida metidation dalam sampel tomat setelah mengalami penanganan tertentu yang diukur secara kromatografi gas. Metode ini terpilih karena memberikan beberapa keuntungan di antaranya; memungkinkan analisis sekaligus berbagai pestisida yang mungkin terdapat dalam suatu sampel yang diuji. Metode ini dengan detektor yang spesifik dapat diterapkan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pestisida yang kadarnya rendah (tingkat ng atau pg), sehingga memungkinkan analisis residu pada tingkat kandungan bpj (bagian per juta) atau bpm (bagian per milyar) [1,4,10]. Teknik pengerjaannya relatif mudah dibandingkan dengan teknik analisis yang lain [5]. Kandungan residu pestisida yang terdapat dalam sampel dapat dicocokkan dengan data ADI (acceptable daily intake) untuk mengetahui aman tidaknya pengkonsumsian suatu sampel [2,3]. Percobaan Bahan Sampel tomat yang telah disemprot larutan pestisida 2 dan 6 hari sebelum dipanen, tomat tanpa disemprot, tomat disemprot pestisida kemudian dicuci dengan air suling dan detergen larutan pencuci sayuran, tomat disemprot pestisida kemudian direbus, dan jus tomat dari Lembang dan dari suatu kantin, tomat tidak diketahui riwayatnya dari Lembang, dan saus tomat, etil asetat, natrium sulfat anhidrat, baku pestisida metidation (99,30 %) (diperoleh dari Komisi Pestisida), air. Alat Alat pencincang, penyaring vakum, alat penguap putar, alat ekstraksi khusus, corong pisah, alat kromatografi gas (G-5000 A Hitachi) dilengkapi dengan detektor fotometri nyala dan alat perekam kromatogram, generator hidrogen Whatman 25-32, pompa udara, kolom OV-17 panjang 1,2 m dan diameter 3 mm, alat gelas umum yang biasa dipakai di laboratorium analisis, timbangan analitik listrik, pemanas dan blender. Prosedur : 1. Perlakuan tomat praekstraksi Sampel dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan cara perlakuan yang berbeda, yaitu tomat yang telah disemprot larutan pestisida 2 dan 6 hari sebelumnya, tomat yang disemprot pestisida dicuci dengan air suling, sampel tomat yang disemprot pestisida direbus hingga mendidih selama 30 menit, sampel jus tomat Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2,

3 dari pasar Lembang, sampel jus tomat dari suatu kantin, sampel tomat yang disemprot pestisida dicuci dengan larutan detergen pencuci sayuran dan sampel tomat yang tidak disemprot pestisida. 2. Ekstraksi Sejumlah 300 g tomat dari hasil perlakuan pra ekstraksi dicincang lalu ditimbang sebanyak 25 g, ditambah 25 g natrium sulfat anhidrat dan 50 ml etilasetat, kemudian diekstraksi selama 10 menit dengan alat ekstraksi khusus. Ekstrak disaring dengan penyaring vakum, ampas diekstraksi kembali dengan 25 ml etilasetat selama 10 menit, kemudian disaring kembali dengan penyaring vakum, filtrat kedua dicampur dengan filtrat pertama. Hasil kedua campuran kemudian dipekatkan dengan rotavapor pada suhu 35 o C hingga menghasilkan ekstrak pekat sebanyak 1-3 ml [5, 8]. 3. Penentuan kondisi optimum sistem kromatografi gas Sistem KG dengan detektor fotometri nyala menggunakan filter fosfor kolom OV- 17 suhu 220 o C, fase gerak gas nitrogen dengan kecepa-tan aliran 35 ml/ menit, suhu detektor dan injektor 230 o C, tekanan nitrogen, oksigen, hidrogen berturutturut 20, 250, 75 kpa dan FPD amplifier1000 [7,8,9]. 4. Penentuan kecermatan dan keseksamaan Kecermatan diukur dengan cara spike recovery sampel. Untuk penentuan kecermatan dibuat larutan baku metidation dengan konsentrasi 1 ; 2,5; 5 bpj dalam etilasetat. Kemudian 25 g sampel tomat yang telah dicincang halus di spike dengan larutan baku metidation tersebut, lalu diekstraksi sesuai dengan prosedur ekstraksi, lalu disuntikkan pada kromatografi gas dan perolehan kembali dari sampel terhadap kadar larutan baku yang ditambahkan dapat dihitung menurut persamaan berikut ini : % PK = (Xr/Xa) 100 % dengan Xr adalah kadar yang diperoleh dari hasil pengukuran ekstrak sampel dan Xa adalah kadar sebenarnya larutan baku yang ditambahkan. Keseksamaan metode ditentukan dengan memperhitungkan harga koefisien variasi uji perolehan kembali. Keseksamaan sistem dilakukan dengan cara pengukuran larutan baku pembanding dengan kadar 1 bpj sebanyak 6 kali pengukuran, kemudian dihitung simpangan baku dari simpangan baku relative menurut persamaan berikut ini : SBR = (SB/X) 100% Dengan SBR adalah harga simpangan baku relatif, X adalah nilai rata-rata dari hasil analisis dan SB adalah harga simpangan baku [4,8] Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

4 5. Pembuatan kurva kalibrasi Pembuatan kurva kalibrasi dari larutan baku pembanding metidation dengan kadar 0,1 ; 0,5 ; 1 ; 5 ; 10 bpj di dalam pelarut etilasetat, jumlah penyuntikan adalah 2 µl kemudian dibuat kurva kalibrasi (persamaan garis antara area kromatogram terhadap kadar) [8]. 6. Penentuan linearitas, batas deteksi, kuantisasi dan determinasi Linearitas dari metode diperoleh dengan menghitung koefisien korelasi (r) dari persamaan garis yang diperoleh dari pembuatan kurva kalibrasi dan harga r yang menunjukan linearitas metode yang masih dapat digunakan adalah r > 0,99. Batas deteksi (BD) dan batas kuantisasi (BK) dapat dihitung menurut Milles dan Miller Batas determinasi metode pada analisis residu pestisida adalah batas nilai terkecil dari residu pestisida dalam sampel yang dapat diukur dengan metode analisis residu pestisida [4, 8]. 7. Penetapan kadar residu pestisida metidation Sebanyak 1-2 µl ekstrak disuntikkan pada KG, yang sebelumnya telah diatur pada kondisi optimum pengukuran kadar residu pestisida. Detektor yang digunakan fotometri nyala dengan filter fosfor, diatur pada penguatan 1000 x. Sebelum ekstrak sampel disuntikkan pada injektor KG, tekanan gas hidrogen pada generator harus stabil pada 1,5 bar, kolom harus dipanaskan pada suhu 220 o C. Selanjutnya penentuan kuantitatif dilakukan dengan membandingkan area kromatogram antara larutan baku dan sampel dengan persamaan : R = (Au/Ab) [(Cb Vb)Vu] (Ve/Wu) Dengan R kadar residu pastisida (mg/kg), Au area kromatogram sampel, Ab area kromatogram standar/baku, Cb konsentrasi standar (bpj),vb volume larutan standar yang disuntikan (µl),vu volume larutan sampel yang disuntikkan (µl), Ve volume ekstrak sampel (ml) dan Wu berat sampel (g) [1, 5]. 8. Penetapan kadar residu pestisida metidation dalam tomat Dilakukan uji terhadap 10 macam ekstrak sampel tanaman tomat. Sampel yang digunakan dibagi menjadi beberapa perlakuan yang berbeda yaitu ; sampel tomat yang telah disemprot 2 dan 6 hari sebelumnya, sampel tomat yang disemprot pestisida dengan pencucian air suling, sampel tomat yang disemprot pestisida dengan direbus hingga mendidih selama 30 menit, sampel jus tomat dari pasar Lembang, sampel jus tomat dari Kokesma, sampel tomat yang disemprot pestisida dicuci dengan detergen larutan pencuci sayuran dan sampel tomat tanpa disemprot pesti- Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2,

5 sida. Ekstrak sampel tomat yang dibuat, langsung disuntikkan ke dalam KG sebanyak 2 µl secara kuantitatif. Hasil dan pembahasan Pada analisis residu pestisida dengan metode kromatografi gas langkah yang pertama dilakukan adalah mencari kondisi optimum dan kesesuian sistem kromatografi gas yang akan digunakan agar sistem dapat memisahkan residu pestisida metidation dalam tomat dengan baik. Sistem kromatografi gas seperti pada tabel 1 dapat memisahkan pestisida dengan baik.. Tabel 1 : Kondisi optimal sistem kromatografi gas dalam pemisahan Parameter Kolom Fase gerak Laju alir gas pembawa Suhu kolom Suhu detektor Suhu injektor Tekanan Nitrogen Tekanan Hidrogen Tekanan Oksigen FPD Amplifier Kondisi optimal OV-17 Gas nitrogen 35 ml/menit 220 o C 230 o C 230 o C 20 kpa 75 kpa 250 kpa 1000 Kromatograf gas yang dilengkapi dengan kolom kemas OV-17 yang mengandung fase diam poli(fenilmetil)siloksan(50% fenil) yang bersifat semipolar dapat memisahkan dengan baik pestisida organofosfat yang diuji. Ekstraksi pestisida dari sampel dilakukan dengan etil asetat dengan penambahan natrium sulfat anhidrat. Suhu kolom yang digunakan 220 o C dan suhu injektor dan detektor 230 o C. Suhu detektor lebih tinggi dibandingkan dengan suhu kolom sehingga komponen yang dianalisis dapat terdorong keluar dari kolom menuju detektor, badan detektor diprogram suhunya 160 o C, untuk mengeliminasi terjadinya embun yang dapat menggangu kestabilan nyala api dari detektor. Detektor fotometri nyala yang dilengkapi dengan filter P hanya mendeteksi senyawa yang mengandung fosfor, menjadikan detektor ini sangat tepat digunakan dalam analisis pestisida golongan organofosfat, tanpa terganggu oleh adanya pengotor di dalam matriks sampel. Sebelum detektor dinyalakan, laju aliran gas pembawa N 2 diukur dengan flowmeter dengan mengatur knob column head pressure karena laju aliran gas pembawa nitrogen sangat berpengaruh terhadap waktu retensi. Laju aliran gas pembawa nitrogen dalam sistem KG yang digunakan sekitar 35 ml/menit. Setelah itu, tekanan gas N 2, O 2,H 2 diatur sehingga komposisi ke 3 gas tersebut menghasilkan nyala detektor FPD yang sem Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

6 purna. Tekanan kurang atau lebih gas tersebut berpengaruh terhadap nyala api detektor yaitu nyala api yang terlalu besar atau terlalu kecil Area kromatogram (mv) y = 11858x ,6 r = 0, Konsentrasi (bpj ) Gambar 1 : Kurva kalibrasi metidation dengan volume penyuntikan 2 µl Berdasarkan kurva kalibrasi dari larutan pembanding metidation diperoleh persamaan y = x ,6 dari persamaan garis dapat diperoleh koefisien korelasi (r) 0,999 yang menunjukkan kelinieran dari respons detektor sangat baik. Batas deteksi dan kuantisasi dari hasil penelitian ini diperoleh 0,106 µg/ml dan 0,354 µg/ml. Nilai ini tidak terlampau jauh dari batas maksimum residu metidation pada tomat yaitu 0,1 mg/kg. sedangkan batas determinasi yang diperoleh dari penelitian ini jauh di bawah batas maksimum residu (BMR) untuk sampel tomat, hal ini menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk menganilisis apakah kadar residu pestisida yang ada dalam sampel tomat melewati batas maksimum residu metidation. Adapun pertimbangan senyawa metidation yang dianalisis pada penelitian ini adalah karena pestisida ini termasuk jenis pestisida yang sering digunakan oleh petani dikombinasikan dengan pestisida yang lain, dimana metidation mempunyai BMR yang relatif kecil sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas relatif tinggi Kecermatan metode ini dapat dilihat dari harga persen perolehan kembali residu metidation dalam matriks sampel tomat. Prasyarat metode ini memiliki kecermatan yang baik apabila persen perolehan kembali berada pada rentang 80%-110%. Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2,

7 Hasil percobaan menunjukkan bahwa persen perolehan kembali residu metidation dalam matriks tomat sebesar 93,49%. Penentuan keseksamaan terbagi dalam keseksamaan metode dan sistem. Keseksamaan sistem ditunjukkan untuk mengetahui kinerja alat pada kondisi pengukuran yang ditetapkan dari koefisien variasi hasil pengukuran larutan baku standar konsentrasi 1 bpj. Menurut Horwitz (4), koefisien variasi yang memunuhi syarat adalah apabila kurang dari 16%. Diperoleh hasil KV untuk area kromatogram 8,57% dan untuk waktu retensi yang dihasilkan 1,49%. Dengan demikian sistem yang digunakan seksama. Penentuan keseksamaan metode ditetapkan dari hasil koefisien variasi perolehan kembali. Kriteria keseksamaan metode yang memenuhi syarat adalah apabila nilai koefisien variasinya kurang dari 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai koefisien variasi yang diperoleh adalah 3,82% Dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa metode yang dipakai memenuhi syarat keseksamaan metode. Setelah validasi metode dilakukan, langkah berikutnya adalah menganalisis dan menghitung pengurangan residu pestisida dari ekstrak sampel tomat 2 hari setelah penyemprotan dengan ekstrak sampel tomat yang diberi perlakuan (seperti dicuci detergen pencuci sayuran dan direbus). Perlakuan sampel tomat dengan proses perebusan dan pencucian merupakan representatasi perlakuan yang sering dilakukan oleh masyarakat. Gambar 2 : Kromatogram ekstrak dari sampel tomat tanpa peptisida metidation (volume penyuntikkan 2 µl) 78 - Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

8 Gambar 3 : Kromatogram ekstrak sampel tomat 2 hari setelah penyemprotan mengandung residu 0,86 mg/kg (volume penyuntikkan 2 µl) Gambar 4 : Kromatogram ekstrak sampel tomat 6 hari setelah penyemprotan mengandung residu 0,11 mg/kg (volume penyuntikkan 2 µl) Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2,

9 Gambar 5 : Kromatogram ekstrak dari sampel tomat yang dicuci air suling mengandung residu 0,86 mg/kg (volume penyuntikan 2 µl) Tabel 2 : Data hasil pengujian akurasi metode penentuan kadar metidation dan tomat Konsentrasi teoritis (µg/g) ,5 2,5 2, Konsentrasi hasil penetapan (µg/g) 0,94 0,98 0,94 2,25 2,19 2,26 4,87 4,85 4,62 Persen perolehan kembali (%) 94,41 98,01 94,18 90,08 87,92 90,30 97,28 96,93 92, Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

10 Tabel 3 : Data penentuan keseksamaan sistem penyuntikan 2 µl (metidation 1 bpj) Penyuntikan Waktu Retensi (menit) 8,430 8,443 8,453 8,460 8,470 8,473 Area kromatogram metidation (mv) Hasil pengujian dari ekstrak sampel tomat tersebut di atas menunjukkan adanya pengurangan residu pestisida. Pengurangan atau degradasi residu pestisida dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain (1) Penguapan, sebagian pestisida akan berkurang karena menguap dari permukaan tanaman [2] Perlakuan mekanis dan fisis, pestisida berkurang karena terlarut akibat pencucian. [3] Kimiawi, mengalami penurunan/degradasi disebabkan oleh peristiwa kimia (pencucian dengan detergen). Sedangkan hasil pengujian ekstrak sampel tomat yang diambil secara acak di pasar Lembang menunjukkan bahwa ekstrak dari sampel tomat mengandung metidation. Hasil pengujian produk-produk dari buah tomat sepeti jus dan saus menunjukkan ekstrak dari sampel produk tomat tersebut tidak terdeteksi mengandung metidation. Tabel 4 : Data hasil uji sampel tomat Kadar residu metidation Perlakuan sampel (mg/kg) Tomat tanpa penyemprotan pestisida metidation td Tomat 2 hari setelah penyemprotan ( Tomat A ) 0,86 Tomat 6 hari setelah penyemprotan 0,11 Tomat A yang dicuci dengan air suling 0,08 Tomat A yang dicuci dengan detergen 0,07 Tomat A yang diiris kemudian direbus td Tomat A tanpa diiris (utuh) kemudian direbus 0,15 Sampel tomat dari pasar Lembang 0,09 Sampel jus tomat dari Lembang td Sampel jus tomat dari Kokesma td Sampel saus tomat td Keterangan : td = tidak terdeteksi Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2,

11 Kesimpulan Terdapat pengurangan kadar residu metidation pada buah tomat setelah perlakuan. Kandungan residu pestisida awal (tomat 2 hari setelah penyemprotan) 0,86 mg/kg setelah dicuci dengan detergen pencuci sayuran menjadi 0,07 mg/kg (penurunan 92 %), dengan air suling menjadi 0,08 mg/kg (penurunan 91 %), sedang dengan direbus menjadi 0,15 mg/kg (penurunan 83 %) Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa residu metidation berkurang sesuai dengan fungsi waktu. Sedangkan kadar residu pestisida yang diperoleh dari sampel tomat dari pasar Lembang adalah 0,09 mg/kg. Daftar pustaka 1. Atmawidjaja, S., Satiadarma K., Kisman S., Firman K. dan Ibrahim S., 1983, Pemeriksaan Residu Pestisida dalam Bahan Makanan dan Komponen Lingkungan, Laporan Penelitian No , Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1-11, 21-22, Harthley, G.S. and West, T.F.,1969, Chemical for Pest Control, 1 st ed., Pergamon Press, Oxford, Komisi Pestisida, 2000, Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan, Departemen Pertanian RI, Jakarta, Mc Nair, H.M., Bonelli E.J., 1988, Dasar Kromatrografi Gas, terjemahan Padmawinata K., Penerbit ITB, Bandung, Skoog, D.A., Holler F.J. and Nieman T.A., 1998, Principles of Instrumental Analysis, 4 th ed., Harcourt Barce College, Orlando, Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Departemen Pertanian RI, 1997, Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada Hasil Pertanian, Departemen Pertanian RI, Jakarta, Horwitz, W., Evaluation of Analytical Methods Used for Regulation of Foods and Drugs, Anal. Chem., 54 (1), 1082, 67A 76a. 8. Komisi Pestisida, 1997, Metode Pengujian Residu Pestisida dalam Hasil Pertanian, Departemen Pertanian RI, Jakarta, 5-7, , Rahim, A., 2002, Analisis Residu Pestisida Golongan Organofosfat pada Sayuran Menggunakan Teknik Kromatografi Gas dengan Detektor Fotometri Nyala, Departemen Farmasi, FMIPA Institut Teknologi Bandung, Bandung, 10-14, Robert, L.G., 1977, Modern Practice of Gas Chromatography, John Willey and Son Inc., New York, Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Februari 2014 di Pekon

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Februari 2014 di Pekon 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 - Februari 2014 di Pekon Gisting Atas, Campang, dan Sidokaton Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

Gambar 1. Alat kromatografi gas

Gambar 1. Alat kromatografi gas 68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008 4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Deksklorfeniramin maleat Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M - Metanol yang Optimal untuk Analisis. A Perbandingan fase

Lebih terperinci

Jurnal Natural. Pengamanan sediaan. Kesehatan merupakan. faktor paling. mendasar yang. dengan. sinergis dan. insektisida lain. tanpa aktivitas yang

Jurnal Natural. Pengamanan sediaan. Kesehatan merupakan. faktor paling. mendasar yang. dengan. sinergis dan. insektisida lain. tanpa aktivitas yang Jurnal Natural Vol. 11, No. 2, 2011 GAS CROMATOGRAPHIC ANALYSIS OF ORGANOPHOSPATE AND PYRETROID COMPOUNDS IN MOSQUITO COILS Sadli dan Misrahanum Prodi Farmasi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM TETES MATA PADA SEDIAAN GENERIK DAN MERK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS RESIDU PESTISIDA TRIAZOFOS PADA BIJI KOPI KERING MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS FPD TUGAS AKHIR DUMARIS TAMBA

ANALISIS RESIDU PESTISIDA TRIAZOFOS PADA BIJI KOPI KERING MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS FPD TUGAS AKHIR DUMARIS TAMBA 1 ANALISIS RESIDU PESTISIDA TRIAZOFOS PADA BIJI KOPI KERING MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS FPD TUGAS AKHIR DUMARIS TAMBA 122401058 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR EUGENOL DALAM MINYAK ATSIRI DARI TIGA VARIETAS BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) SECARA KROMATOGRAFI GAS

PENETAPAN KADAR EUGENOL DALAM MINYAK ATSIRI DARI TIGA VARIETAS BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) SECARA KROMATOGRAFI GAS PENETAPAN KADAR EUGENOL DALAM MINYAK ATSIRI DARI TIGA VARIETAS BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) SECARA KROMATOGRAFI GAS Liliek Nurhidayati, Sulistiowati Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus: 8 Kolom : Bondapak C18 Varian 150 4,6 mm Sistem : Fase Terbalik Fase Gerak : Asam oksalat 0.0025 M - asetonitril (4:1, v/v) Laju Alir : 1 ml/menit Detektor : Berkas fotodioda 355 nm dan 368 nm Atenuasi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas*

Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas* Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas* oleh: 1. Liliek Nurhidayati 2. Yesi Desmiaty 3. Sri

Lebih terperinci

Kajian Berbagai Metode Analisis Residu Pestisida dalam Bahan Pangan

Kajian Berbagai Metode Analisis Residu Pestisida dalam Bahan Pangan Kajian Berbagai Metode Analisis Residu Pestisida dalam Bahan Pangan Susila Kristianingrum Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY e-mail : susila-k @uny.ac.id Abstrak Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Nyamuk merupakan serangga yang dapat mengancam kesehatan manusia, karena dapat menjadi vektor berbagai penyakit, antara lain malaria dan demam berdarah. Saat ini, wilayah penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Kloramfenikol Baku untuk Menentukan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum Perbandingan fase gerak metanol-air (40:60) Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Perbandingan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN ANALISIS SIKLAMAT PADA AGAR-AGAR YANG BEREDAR DI PASAR WAGE PURWOKERTO DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Rizki Widyaningsih*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

ANALISIS RESIDU KLORPIRIFOS DALAM SAYUR-SAYURAN DENGAN TEKNIK HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)

ANALISIS RESIDU KLORPIRIFOS DALAM SAYUR-SAYURAN DENGAN TEKNIK HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) ANALISIS RESIDU KLORPIRIFOS DALAM SAYUR-SAYURAN DENGAN TEKNIK HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) ANALYSIS OF CHLORPYRIFOS RESIDUE IN VEGETABLES BY USING HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM 060804037 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin

Lebih terperinci

ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012

ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012 ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012 Khodijah Tussolihin Dalimunthe 1, Wirsal Hasan 2 dan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN RINGKASAN Pengembangan dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pada Analisis Andrografolida dalam Bahan Baku dan Tablet Fraksi Etil Asetat Andrographis paniculata Pada pengembangan produk

Lebih terperinci

Analysis of Pesticide Thiametoxam Pesticide Residu Cabbage in Vegetables (Brassica oleracea var. Capitata L)

Analysis of Pesticide Thiametoxam Pesticide Residu Cabbage in Vegetables (Brassica oleracea var. Capitata L) Analysis of Pesticide Thiametoxam Pesticide Residu Cabbage in Vegetables (Brassica oleracea var. Capitata L) Yuli Pratiwi Muslim 1), Fatimawali 1), WidyaAstuty Lolo 1) 1) Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara Kromatografi Gas

Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara Kromatografi Gas Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2010, hal 7-11 ISSN: 1693-8615 Vol. 7 No. 1 Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara Kromatografi Gas Analysis of Ethanol in Hair Tonic and Hair Spray by Gas

Lebih terperinci

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Kromatogram penyuntikan larutan Naa Siklamat ph dapar fosfat yang optimum pada analisis untuk mencari Dapar fosfat ph 4,5 dengan perbandingan fase gerak dapar fosfat : methanol (70:30) dan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN RESIDU KLORAMFENIKOL DALAM TELUR AYAM SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI

PEMERIKSAAN RESIDU KLORAMFENIKOL DALAM TELUR AYAM SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI PEMERIKSAAN RESIDU KLORAMFENIKOL DALAM TELUR AYAM SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH : ANITA KARLINA NIM 091524024 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 PENELITIAN PENDAHULUAN 5.1.1 Pembuatan Kacang Salut Proses pembuatan kacang salut diawali dengan mempelajari formulasi standar yang biasa digunakan untuk pembuatan kacang salut,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011. Berlokasi di Laboratorium Jasa Analisis Pangan, Departemen

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

KAJIAN STERILITAS DAN ANALISIS RESIDU ETILEN OKSIDA DI DALAM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM TESIS MAGISTER. Oleh Erly Sitompul NIM :

KAJIAN STERILITAS DAN ANALISIS RESIDU ETILEN OKSIDA DI DALAM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM TESIS MAGISTER. Oleh Erly Sitompul NIM : KAJIAN STERILITAS DAN ANALISIS RESIDU ETILEN OKSIDA DI DALAM ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM TESIS MAGISTER Oleh Erly Sitompul NIM : 20700005 No. Ak scs No. p ~""0 Surn i-cr Dtnertksa BIDANG KHUSUS MIKROBIOLOGI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004)

Lampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004) 49 Lampiran. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 004) Performance characteristics for benzoic acid in almond paste, fish homogenate and apple juice (GC method) Samples

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pada penelitian ini diawali dengan penentuan kadar vitamin C untuk mengetahui kemurnian vitamin C yang digunakan sebagai larutan baku. Iodium 0,1N digunakan sebagai peniter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl. BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GLC)

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GLC) PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GLC) LAPORAN disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Instrumentasi Analitik Dosen Pembimbing : Dra. Dewi Widyabudiningsih, MT Tanggal

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Afdhil Arel 1), B.A. Martinus 1), Romi Nofiandri 1) 1) Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Preparasi Sampel Larutan standar dibuat dengan melarutkan standar tetrasiklin sebanyak 10 mg dalam metanol 100 ml dari larutan standar tersebut lalu dibuat larutan baku dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Kromatografi

Nama Mata Kuliah : Kromatografi Nama Mata Kuliah : Kromatografi Kode/SKS : 2602/2SKS Prasarat : Kimia Analitik II Dan Kimia Organik II Status Mata Kuliah : Wajib Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah kromatografi merupakan mata kuliah

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1)

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1) Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos Kadar baku Profenofos = 98,% Berat Profenofos yang ditimbang = 4,4 mg Volume larutan = 5 ml Konsentrasi Profenofos 98,% = 4,4mg 98, 6 10 mcg =

Lebih terperinci

No Nama RT Area k Asym N (USP)

No Nama RT Area k Asym N (USP) Lampiran 1. Hasil kromatogram Penyuntikan Propranolol HCl Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air dan Laju Alir yang Optimal untuk Analisis. 1 Propranolol HCl 3.1 24823 359.7 2.32* 1410*

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang berfungsi sebagai media dalam pengolahan bahan pangan. Selain dapat memperbaiki struktur fisik dari

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MIFTAHUR RAHMI

TUGAS AKHIR MIFTAHUR RAHMI PENENTUAN KADAR RESIDU PESTISIDA PADA BUAH TOMAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS YANG BEREDAR DI PASAR PAGI DAN PASAR SORE PADANG BULAN MEDAN MENGGUNAKAN ALAT KROMATOGRAFI GAS TUGAS AKHIR MIFTAHUR RAHMI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2012. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertnian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium Kimia Anorganik Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI AVIE FUROHMA PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci