BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta
|
|
- Suryadi Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta Yogyakarta sebagai salah satu Kota Besar di Indonesia yang memiliki predikat baik sebagai Kota Pendidikan maupun Kota Budaya, memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengembangkan salah satu pokok utama berkembangnya suatu bangsa, yakni Pemuda. Pendidikan adalah kunci utama untuk mengarahkan dan mengembangkan pemuda. Namun begitu, bentuk pendidikan sebaiknya tidak hanya dibatasi oleh pendidikan formal yang berlangsung di sekolah-sekolah atau universitas saja. Karena, pendidikan di sekolah-sekolah ataupun universitas lebih menekankan pada pendidikan akademis. Padahal, pendidikan non-akademis juga sama pentingnya untuk dilaksanakan. Hal ini penting untuk menyeimbangkan kualitas pemuda untuk bisa berprestasi dalam berbagai bidang yang nantinya juga dapat mengembangkan suatu Bangsa, ataupun mengharumkan nama bangsa melalui prestasi. Dewasa ini, juga sedang banyak diberitakan isu-isu tentang pemuda di Indonesia yang semakin lama semakin terdegradasi moralnya. Isu-isu tersebut antara lain adalah Isu Tawuran Pelajar, Penyalahgunaan Narkoba, Seks bebas, hingga isu Terorisme. Isu - isu tersebut tentunya juga merupakan permasalahan pemuda di Yogyakarta. Terutama yang berkaitan dengan pelajar. Misalnya saja tawuran antara SMA 6 dan SMA Muhammadiyah Satu atau SMA 9. Dari isu-isu tersebut diatas, kemudian dapat disimpulkan bahwa perlu ada suatu wadah akitvitas yang dapat dijadikan sarana bagi para Pemuda di Yogyakarta khususnya untuk dapat mengembangkan minat dan bakatnya sehingga dapat berprestasi, dan menghindarkan pemuda dari perbuatan-perbuatan atau aktivitas yang dapat merugikan pemuda Youth Center Sebagai Solusi Permasalahan Pemuda Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, turut berkembang pula permasalahan pemuda. Permasalahan yang paling pelik diantaranya adalah pergaulan bebas yang bisa berujung pada penyalah gunaan narkoba, dan perilaku seks bebas. Adapun beberapa masalah lain diantaranya adalah terorisme, balapan liar, kecanduan game, dan Tawuran. 1
2 Misalnya saja, berdasarkan data yang dikutip dari kabarsoutheastasia.com yang menyatakan bahwa Menurut perkiraan Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah pecandu narkoba di Indonesia mencapai 3 juta orang. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki peringkat kedua, dengan pecandu sebanyak orang. Yang kemudian dilanjutkan oleh pernyataan data polisi menunjukkan bahwa kebanyakan pecandu narkoba di Yogyakarta berumur antara 19 dan 40 tahun. Jika ditelisik lebih dalam, keseluruhan permasalahan tersebut memiliki akar yang serupa, yakni semangat yang dimiliki pemuda yang kemudian terarah ke hal-hal yang negatif, yang jika kemudian berada dalam lingkungan yang juga negatif, akan semakain menjerumuskan pemuda kedalam permasalahan-permasalahan tersebut. Untuk mengurangi permasalahan itu, Kemendikpora DIY mengungkapkan melalui webnya untuk membangun sebuah Youth center yang saat ini sudah terbangun di Tlogoadi Mlati, Sleman. Youth center diharapkan dapat mewadahi semangat pemuda untuk melakukan berbagai aktifitas sehingga semangat tersebut bisa terarah ke arah yang positif. Selain itu, melalui Youth center, aktivitas dalam lingkup komunitas bisa lebih terkontrol sehingga bisa mengurangi resiko masuknya pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan bebas. Namun, jika ditilik secara definisi oleh Oxford Dictionary yang juga sejalan dengan definisi yang dikeluarkan oleh Collins Dictionaries yang mengungkapkan bahwa Youth center adalah semacam sarana komunitas pemuda, Youth center yang saat ini sudah ada di Yogyakarta, belum memenuhi kriteria definisi tersebut. Untuk itu, masih perlu dibangun sebuah Youth center di Yogyakarta Youth center Sebagai Sarana Pengembangan Pemuda Dalam sebuah pidatonya, Bung Karno pernah mengatakan untuk membawakannya 10 orang pemuda maka ia akan mengguncangkan dunia. Dari potongan pidato tersebut, bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa pemuda memilki segudang potensi yang sangat bisa untuk dikembangkan. Youth center dengan fasilitas-fasilitasnya, memiliki potensi untuk mewadahi pemuda untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Sebagai wadah bagi berkumpulnya berbagai komunitas, Youth center juga berpotensi sebagai tempat bagi pemuda untuk menemukan minat untuk kemudian dikembangkan hingga bisa berbuah prestasi dan hal positif. Melalui banyaknya komunitas ini juga, para pemuda bisa saling belajar melalui aktivitas bersama, latih tanding, serta bertukar ilmu dan keterampilan. 2
3 Dari semua hal itu, maka bisa disimpulkan bahwa Youth center bisa berfungsi sebagai sarana pengembangan pemuda, untuk bisa berprestasi yang nantinya juga bisa mengembangkan dan mengharumkan nama bangsa Beralihnya Interaksi Sosial ke Sosial Media Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang memudahkan persebaran informasi, dtiambah dengan banyak bermunculannya gadget, serta media sosial seperti facebook dan twitter, semakin berkurang juga interaksi sosial yang terjadi secara langsung antar individu. Komunikasi eye to eye, person to person, telah banyak beralih ke media-media baik berupa pesan singkat, chatting, atau sekedar berbalas mention di twitter. Hal ini dapat mudah ditemukan misalnya saja di cafe atau di tempat makan, saat menunggu datangnya makanan, para pemuda cenderung lebih sibuk dengan gadgetnya dibandingkan mengobrol dengan teman semejanya. Pemuda cenderung lebih banyak berbagi pemikirannya melalui media sosial dibandingkan bercerita langsung pada temannya. Hal ini merupakan masalah, karena dengan interaksi seperti ini, ada esensi dari interaksi yang hilang. Interaksi sosial, digantikan dengan interaksi virtual, sensasi, empati, dan simpati yang bisa diterima langsung, tergantikan hanya dengan kata-kata dan ekspresi wajah juga hanya tergantikan melalui emoticon Latar Belakang Redesain Youth center DIY Yogyakarta sendiri sebenarnya telah memiliki sebuah Youth center yang terletak di Tlogoadi, Sleman. Youth center ini, merupakan proyek keluaran UPT pemuda dan olahraga dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah Yogyakarta sebenarnya sudah memiliki kesadaran akan pentingya keberadaan Youth center demi perkembangan pemuda Yogyakarta. Namun begitu, secara fasilitas dan fungsi, Youth center Yogyakarta masih belum memenuhi kriteria standard sebuah Youth center, misalnya saja seperti yang didefinisikan oleh Oxford Dictionaries yang mengatakan bahwa Youth center adalah tempat berkumpulnya kelompok pemuda untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan (sesuai dengan hobi pemuda), atau bisa disebut juga sebagai community center. Definisi ini belum terasa pas di Youth center Yogyakarta, yang justru lebih banyak dipakai sebagai camping ground. 3
4 Pemerintah DIY, sebenarnya sudah memahami permasalahan ini. Hal ini terlihat dari pendapat yang diungkapkan di halaman web Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Yogyakarta yang berisi seperti ini. DARI USE CENTER MENUJU YOUTH CENTER Keberadaan Youth center yang saat ini merupakan gedung megah dengan didukung fasilitas cukup memadai, namun nafas kehidupan sehari-hari belum mampu seperti yang diharapkan, faktanya keberadaan Youth center lebih berupa keberadaan sarana fisik berupa lokasi dengan sejumlah gedung dan fasilitasnya. kinerja Youth center lebih cenderung seperti halnya semacam persewaan aset lahan seperti camping ground, track sepeda dan gedung atau ruang untuk pertemuan, rapat baik organisasiorganisasi politik, pendidikan, LSM, dan sejenisnya. Hasil penelitian lapangan oleh UNY bekerjasama dengan Dinas Dikpora DIY beberapa waktu lalu menemukan fakta bahwa fungsi Youth center saat ini masih merupakan Use Center, sehingga dapat dikatakan bahwa nafas kehidupan pada bangunan tersebut akan terasa ketika ada pihak lain/pihak ketiga menyewa atau menggunakan gedung terebut untuk berbagai kegiatan. Meskipun pengguna/penyewa pada umumnya juga dalam rangka pembinaan yang berhubungan dengan generasi muda, namun bukan dari program dan kegiatan yang dikelola dan dikemas oleh pengelola Youth center sendiri, Kalaupun terdapat program yang diselenggarakan pengelola, program yang ditawarkan mampu menumbuhkan daya tarik generasi muda untuk datang dan mengembangkan potensi diri di tempat tersebut. Memang hal ini memang tidak mudah karena memerlukan studi dan kajian yang mendalam untuk bisa menciptakan sebuah kurikulum kepemudaan di luar sekolah yang mampu memberikan daya tarik bagi pemuda untuk berusaha mendalami. Permasalahan ini bukan tidak mungkin untuk dapat diatasi, namun tentunya memerlukan alokasi dana yang tidak sedikit Sekolah Pengembangan Bakat Sebagai Sekolah Alternatif Menanggapi paradigma umum dimana kebanyakan orang berpikir bahwa sekolah adalah untuk mencari kerja, Sekolah Pengembangan Bakat, hadir sebagai sekolah alternatif dengan penekanan pendidikan praktis. Hal ini dilakukan sebagai alternatif dari sekolah umum yang menekankan pada pendidikan yang bersifat teoritis. 4
5 Sehingga kebanyakan individu dibekali dengan berbagai pengetahuan yang belum tentu mereka butuhkan dalam menjalani karir. Pola pendidikan seperti ini kurang efektif, karena peserta didik mempelajari sesuatu tanpa sepenuh hati dan hanya melakukannya untuk mengejar nilai semata. Peserta didik merasa perlu mengejar nilai yang baik karena nantinya akan berguna dalam mencari kerja. Padahal inti dari pendidikan bukanlah semata mengejar nilai, melainkan mendapatkan ilmu yang akan dipergunakan dalam menjalani karir. Gambar 1.1 : Skema Paradigma Umum dengan Pendidikan yang bersifat Teoritis Sumber : Analisis, 2013 Dengan pola pendidikan yang bersifat teoritis, kebanyakan individu disiapkan untuk mencari kerja, padahal jumlah lulusan setiap tahunnya tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Akhirnya para lulusan yang memiliki bekal teori ini banyak yang harus menjadi penganggur, atau bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan jurusan akademisnya atau keahliannya. Untuk itulah diperlukan sekolah yang menekankan pada pendidikan Praktis. Di Indonesia sendiri, sebenarnya sudah ada sekolah yang menekankan pada pendidikan praktis yakni SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Nasional di bidang DIKTI, pernah menggalakan pendidikan melalui SMK. Namun begitu, peminat SMK masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan SMA. Hal ini dikarenakan paradigma umum yang menganggap bahwa pendidikan di SMK tidak semenjanjikan melalui SMA. Selain itu, image SMK/STM yang dianggap sebagai sekolah kelas dua, diperburuk dengan image suka tawuran yang sesungguhnya tidak sepenuhnya benar. Sekolah Pengembangan Bakat yang merupakan hal baru di Indonesia hadir dengan menawarkan pendidikan praktis dimana peserta didik diajarkan ilmu-ilmu yang sesuai dengan minat dan bakat siswa dengan penekanan di latihan-latihan. Selain itu, sekolah pengembangan bakat juga melakukan pendidikan melalui eksibisi yang bisa berupa pameran ataupun latih tanding, serta kunjungan lapangan yang memungkinkan siswa dapat belajar langsung dari tempat-tempat yang berhubungan dengan minat dan bakat pemuda. 5
6 Selain itu, terkait dengan pengembangan pemuda, sekolah pengembangan bakat juga bertanggung jawab terhadap pendidikan moral dan sosial. Sehingga siswasiswanya tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bakat mereka, tetapi juga pengembangan kepribadian mereka sehingga bisa menjadi pibadi-pribadi yang unggul tidak hanya dibidang pemuda tetapi juga dalam statusnya sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini penting mengingat pemuda sangatlah rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan perilaku. Gambar 1.2 : Skema Paradigma Baru dengan Pendidikan yang bersifat Praktis Sumber : Analisis, RUMUSAN MASALAH Rumusan Masalah Non Arsitektur 1. Bagaimana menarik pengunjung untuk melakukan kegiatan di bidang Olahraga, Seni, ataupun Teknologi. 2. Bagaimana Youth Center dapat diwujudkan sesuai dengan tujuan Youth center 3. Bagaimana menstimulasi terjadinya interaksi antara penggunan Youth center Rumusan Masalah Arsitektur 1.a. Bagaimana membuat fasilitas yang menarik secara visual, nyaman, dan sesuai standard. 1.b. Apakah material yang dapat memfasilitasi fungsi dengn baik namun sesuai dengan karakter pemuda. 2.a Fungsi apa saja yang harus di programkan sebagai bagian dari fasilitas Youth center 2.b Bagaimanakah spesifikasi ruang yang dapat menstimulasi pengembangan pemuda 6
7 3.a Bagaimanakah spesifikasi ruang yang nyaman untuk berinteraksi 3.b Berapakah batasan jarak yang efektif untuk interaksi antar individu dan antar grup 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Menyusun konsep dasar perancangan yang dapat memecahakan permasalah umum Youth center, serta latar belakang masalah berupa pengembangan pemuda melalui aktivitas positif dengan fokus menstimulasi interaksi antar pengguna fasilitas, sehingga dapat terjadi pertukaran informasi dan wawasan positif LINGKUP PEMBAHASAN Lingkup Pembahasan Umum Lingkup pembahsan secara umum terbatas pada pemecahan masalah yang terkait dengan latar belakang, yakni pengembangan pemuda dengan melakukan aktivitas positif melalui wadah Youth center Lingkup Pembahasan Khusus Secara arsitektural pembahasan dibatasi pada pengolahan tata ruang, gubahan masa, tata lansekap, serta pengolahan detail arsitektural sehingga dapat menggambarkan karakter pemuda yang dinamis dan dapat mewadahai fungsi dengan baik serta menstimulasi terjadinya interaksi antar pengguna fasilitas KEASLIAN PENULISAN Penulisan tugas akhir dengan judul "Perancangan Youth Development Center di Yogyakarta dengan Metode Cross-Programming" yang merupakan Youth center dengan tambahan program Sekolah Pengembangan Bakat, merupakan tulisan yang baru dan dapat dibedakan dengan tulisan lain, karena Youth Development Center sendiri merupkan tipologi bangunan jenis baru yang belum banyak digunakan. 7
8 1.6. METODE PENULISAN Pengamatan tak langsung Pengamatan tak langsung mengenai Youth center diperoleh dari: - Literatur-literatur seperti internet, buku, dan majalah. - Studi kasus mengenai beberapa bangunan fasilitas umum yang memiliki fungsi dan karakteristik serupa, yang digunakan sebagai studi pembanding. Objek studi literatur mencakup : - Tinjauan terhadap Youth center secara umum - Tinjauan pendekatan - Tinjauan terhadap Cross-Programming Pengamatan langsung Pengamatan langsung dilakukan dengan survai objek redesain, dan survai beberapa bangunan fasilitas umum yang memiliki fungsi dan karakteristik serupa, yang digunakan sebagai studi pembanding. Serta dengan melakukan studi terhadap gambar kerja dan gambar pra rancang eksisting Analisis Analisis dilakukan dengan menguraikan dan mengkaji data serta informasi yang didapat yang akan digunakan dalam menyusun konsep redesain Youth center Yogyakarta SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dalam pra tugas akhir ini berupa uraian secara berurutan per babnya. Urutan pembagian babnya adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, keaslian, metode dan sistematika penulisan, Bab II. Tinjauan Teori Bab ini memuat studi literatur mengenai teori perancangan Youth center, teori perancangan bangunan, dan teori-teori pendekatan, serta studi preseden 8
9 Bab III. Analisis Pada bab ini akan dilakukan analisis terhadap proses pembentukan konsep baik secara kewilayahan (site) ataupun secara bangunan. Bab IV. Konsep Rancangan Di bab ini akan dijabarkan mengenai konsep rancangan baik itu yang terkait dengan fungsi, tata ruang, hingga tata lansekap, utilitas dan detail bangunan KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 1.3 : Kerangka Berpikir Sumber : Analisis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Kota Yogyakarta dikenal dengan berbagai julukan. Salah satu julukan yang terkenal mengenai kota tersebut, yaitu kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1. Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Degradasi Kualitas para Pemuda Kota Yogyakarta dikenal luas dengan julukan sebagai Kota Pelajar 1 dan telah menjadi
Lebih terperinciGELANGGANG REMAJA DI JAKARTA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA (PENEKANAN ARSITEKTUR HIGH-TECH PADA STRUKTUR DAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN KARAKTER REMAJA) Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagian besar remaja Semarang sangat antusias terhadap perkembangan dunia seni, hiburan dan rekreasi karena memang hiburan dan rekreasi selain dapat menghilangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Seni merupakan salah satu unsur dari budaya di seluruh dunia yang memerlukan sebuah media dalam menumbuhkan kreativitas dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (http://kbbi.web.id/rumah)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Rumah Baca :Bangunan untuk tempat tinggal. (http://kbbi.web.id/rumah) : Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Youth Center di Kudus Muhammad Budi Utomo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kenakalan remaja kerap kali menjadi masalah yang sangat serius,di Indonesia sering kita jumpai masalah-masalah kenakalan remaja yang cukup serius bahkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Ditinjau dari kegiatan komersil, kota Medan memperlihatkan peningkatan di bidang hiburan musik khususnya. Hal ini terlihat pada statistic social budaya, presentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Proyek Kebutuhan akan sarana hiburan pada saat ini terutama di kota-kota besar semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan kota tersebut. Selain itu pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuda sebagai generasi penerus bangsa, kurang memiliki sarana untuk mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan mencapai 40% dari jumlah keseluruhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009
BB I PENDHULUN 1.1. LTR BELKNG, sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreativ, maka seni
Lebih terperinciSTUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola adalah salah satu cabang olang raga yang sangat popular di seluruh dunia, hampir jutaan orang disetiap penjuru dunia turut mengambil bagian dalam dunia persepakbolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik merupakan suatu seni yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Melalui Musik bisa menjadi salah satu sarana untuk mengekspresikan perasaan yang kita rasakan,dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Kelayakan Proyek Atambua merupakan Ibukota Kabupaten Belu yang termasuk dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan rencana induk pengembangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi yang dibutuhkan manusia begitu banyak dan tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciYouth Center Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN. Dengan Pendekatan Ekspresi Kontemporer Jessica Octaviani Utomo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Indonesia memiliki banyak potensi, baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Sumber daya alam yang kaya dapat dilihat dari keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,
Lebih terperinci2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Korban dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau yang biasa dikenal sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat berbahaya)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya tuntutan akan hidup sehat disaat sekarang ini, membuat banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tingginya tuntutan akan hidup sehat disaat sekarang ini, membuat banyak orang lebih memilih hanya mengkonsumsi pil- pil diet, meminum multivitamin daripada berolahraga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 2. Pemilihan Kasus Dalam proses pendewasaan dirinya, setiap manusia pasti mengalami sebuah masa yang disebut dengan masa remaja. Remaja berarti mulai dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia. Dengan segala keindahan, dan kebebasan ekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan adalah faktor utama suatu bangsa menjadi maju dan berkembang. Tentunya untuk mendukung kemajuan pendidikan membutuhkan perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini yang begitu pesat membuat penduduk bumi seolah tak berjarak lagi. Melalui berbagai platform sosial media, seseorang dapat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan cabang ilmu yang harus dikuasai dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan
Lebih terperinciMedan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini penyebaran dan pertukaran informasi maupun hal-hal baru beserta masalah-masalah yang sifatnya universal terhadap kepentingan manusia selain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA PRESEDEN ZAHA HADID SEBAGAI ACUAN DESAIN BANGUNAN
BAB 1 PENDAHULUAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA PRESEDEN ZAHA HADID SEBAGAI ACUAN DESAIN BANGUNAN 1.1. Latar belakang Jogjakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Jogja, merupakan nama singkat dari Kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Zaman sekarang ini, media elektronik merupakan salah satu pemberi informasi tercepat, namun walaupun media elektronik dapat cukup memberi informasi yang menjanjikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity, yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Pada konsep aerotropolis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Sport Hall
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Sport Hall Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot otot tubuh. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. JUDUL I.2. DEFINISI DAN PEMAHAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjabarkan gambaran awal mengenai Balai Latihan Kerja, yang mencakup definisi dan pemahaman judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia! Siapakah yang tidak mengenal kalimat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Pendaftar SMK se-kota Semarang Tahun No Tahun Ajaran Pendaftar Diterima
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mengantisipasi meningkatnya angka pengangguran usia produktif, pemerintah mendorong untuk dikembangkannya jumlah SMK di seluruh kabupaten / kota hingga akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Pentingnya Pengembangan Skill Mahasiswa Desain Grafis
Bab 1 Pendahuluan I.1. Latar Belakang I.1.1. Pentingnya Pengembangan Skill Mahasiswa Desain Grafis Dewasa ini bidang jasa desain di Indonesia sedang mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta
Lebih terperinciLEMBAGA PENDIDIKAN KEJURUAN KECANTIKAN DI YOGYAKARTA SKRIPSI
LEMBAGA PENDIDIKAN KEJURUAN KECANTIKAN DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Disusun oleh : R. A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain. terdapat di Yogyakarta. Keberadaan kampus-kampus di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain itu Yogyakarta juga memiliki julukan sebagai kota
Lebih terperinciMedan_Electronic_Mall
BAB. I PENDAHULUAN Medan_Electronic_Mall I. 1. Latar Belakang Ketua Electronic Marketeers Club (EMC) Rudyanto, menyatakan bahwa omset penjualan produk elektronik di dalam negeri periode Januari-Mei 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna
Lebih terperinciISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR
ISLAMIC CENTER DI TUBAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLISM YANG BERFILOSOFI ISLAM LAPORAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR S-1 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolam renang merupakan fasilitas umum yang digemari oleh anakanak, remaja dan juga dewasa. Terutama remaja dan anak-anak sangat menyukai tempat yang menyediakan kebutuhan
Lebih terperinci2015 RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Kota Bandung merupakan kota pendukung dari Ibu Kota Indonesia yaitu Kota Jakarta. Selayaknya, Kota Bandung memiliki wajah kota yang harus dapat mengangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pengembangan sanggar tari tradisional berbasis pendidikan di kota tangerang selatan Kota Tangerang Selatan, yang merupakan sebuah pemekaran dari Kabupaten Tangerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perkembangan dunia olahraga akhir-akhir ini terutama di Indonesia sedang mengalami kemunduruan, dapat dilihat dari menurunnya prestasi atlet-atlet Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Obat pada dasarnya dibuat dan ditujukan kepada orang yang sedang sakit. Penggunaannya pun tidak sembarangan, harus sesuai dengan prosedur,
Lebih terperinciTeknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang membutuhkan, namun sebagian besar orang dari semua kalangan diseluruh dunia. Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keinginan seseorang untuk bercerita tentang suatu pengalaman ekspresi diri, peristiwa yang aktual, nostalgia, menjadikan foto sebagai media yang akurat untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinding Gumbeng adalah salah satu kesenian musik tradisional tertua yang masih bertahan di masyarakat Dusun Duren, Desa Beji, Ngawen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Alat-alat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu yang memilih untuk menjadi wanita karier. Wanita bekerja selain untuk mengangkat derajat
Lebih terperinciSeminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian. Pada latar belakang terdapat uraian alasan dan hal-hal yang mendasari penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil merupakan suatu hal yang beberapa tahun belakangan ini sedang marak diperbincangkan di kota-kota
Lebih terperinci2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan dari UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Art Development Center di Banda Aceh sudah menjadi hal yang penting untuk dibahas. Terutama saat Tsunami membumihanguskan berbagai fasilitas yang ada, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA- 100
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah narkoba mulai dikenal pada sekitar tahun 1998, akibat maraknya kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat aditif terlarang. Agar lebih mudah dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini semua orang membutuhkan informasi sebagai sesuatu yang sangat penting dan strategis. Tanpa ketersediaan dan kemudahan akses informasi yang dibutuhkan masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang bermaksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh, Kegiatan olahraga ini dapat menjadi kegiatan yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S -1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan salah satu tempat untuk melakukan transaksi jual beli dengan masih menggunakan sistem secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang serba bergerak cepat ini, manusia dituntut selalu aktif dan produktif untuk memenuhi tuntutan hidup. Kehidupan yang serba sibuk dengan rutinitas pekerjaan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses
BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PUSAT PENDIDIKAN MUSIK DI YOGYAKARTA PUSAT PENDIDIKAN MUSIK DI YOGYAKARTA
PUSAT PENDIDIKAN MUSIK BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PROYEK Seni musik sudah ada di Indonesia sebelum masa kemerdekaannya, namun masih bersifat sederhana. Seiring perkembangan teknologi, musik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai jaringan komunitas menjadi kian mudah tanpa harus terhalang tempat dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, pembentukkan berbagai jaringan komunitas menjadi kian mudah tanpa harus terhalang tempat dan waktu. Kecanggihan
Lebih terperinciOlahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.
B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda. Media sebagai sarana bermainnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran merupakan masalah bangsa kita yang belum bisa dicari jalan keluarnya sampai saat ini. Dan ini bersumber pada ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Berpenampilan menarik merupakan suatu kebutuhan hidup setiap individu karena penampilan merupakan sarana representatif bagi setiap individu yang dapat mencerminkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang pengadaan proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar belakang pengadaan proyek Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting bagi keberhasilan hidup seseorang. Keberhasilan hidup seseorang, secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal obat tradisional Indonesia yang dikenal dengan sebutan jamu. Pada zaman dahulu pemrosesan jamu masih sangat tradisional,
Lebih terperinciFasilitas sportainment Di Taman Ria Senayan Jakarta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia dan sebagai ibu kota, memiliki perkembangan paling pesat dibandingkan dengan kota kota besar lainnya di Indonesia. Konsekuensi
Lebih terperinciBAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK
BAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK 3.1. Latar Belakang Proyek Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008, tentang Pembentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia fotografi pun terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip utama yang telah disepakati oleh pakar pendidikan adalah bahwa setiap warga negara seharusnya mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sepakbola di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1930, pada era penjajahan kolonial Belanda. Sejak itu sepakbola di Indonesia terus mengalami kemajuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 U n i v e r s i t a s K r i s t e n M a r a n a t h a
BAB I PENDAHULUAN Interconnection-Networking atau yang sering dikenal sebagai Internet, merupakan sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung dengan menggunakan standar Internet
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMING DI PATI. Diajukan Oleh : Risdiana Fatimah
Sekolah Menengah Kejuruan Farming LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMING DI PATI (Dengan Penekanan Desain Green Architecture) Diajukan Untuk
Lebih terperinciGEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dijabarkan mengenai latar belakang diperlukannya Gedung Olahraga Air Di Denpasar, rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan Landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan di bidang teknologi, ekonomi ataupun sosial. Pendidikan sangat diperlukan untuk pengembangan satu
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO YOUTH CENTER KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI JULI 2015
UNIVERSITAS DIPONEGORO YOUTH CENTER KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI JULI 2015 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana MUHAMMAD BUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN FOOTBALL ACADEMY GERAK. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menjamurnya sekolah sekolah sepakbola yang ada di Indonesia membuktikan bahwa semakin besar animo masyarakat akan kecintaannya terhadap sepakbola. Terbukti juga dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya adalah salah satu aset berharga yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan. Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam suku, tentu memiliki
Lebih terperinciKolam Renang Indoor Universitas Diponegoro - Tugas Akhir 135 LP3A BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yang terletak di Jawa Tengah tepatnya di Kota Semarang. Universitas Diponegoro telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir Periode 135
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi setiap orang, karena pendidikan menjadi salah satu faktor keberhasilan seseorang dalam mengarungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a.) Kelayakan Proyek Pengertian Gereja adalah gedung tempat beribadah para penganut agama Kristen juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan, dan tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan memiliki tubuh yang sehat, bugar dan penampilan yang semangat tentunya kita akan merasa senang dan lebih percaya diri. Terlebih lagi jika ditunjang oleh pikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan, tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang
Lebih terperinciWomen and Child Center di Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan jaman di abad modern dimana dunia hampir tiada batas, gaya hidup wanita perkotaan pun ikut berubah. Hal ini dapat dilihat dari emansipasi
Lebih terperinciMEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing
Lebih terperinci