EFEKTIVITAS PEMBERIAN ATP DARI LUAR TERHADAP PEMULIHAN KELELAHAN OTOT GASTROCNEMIUS RANA SP M. ARIEF ERVANA B

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PEMBERIAN ATP DARI LUAR TERHADAP PEMULIHAN KELELAHAN OTOT GASTROCNEMIUS RANA SP M. ARIEF ERVANA B"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PEMBERIAN ATP DARI LUAR TERHADAP PEMULIHAN KELELAHAN OTOT GASTROCNEMIUS RANA SP M. ARIEF ERVANA B FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Efektivitas Pemberian ATP dari Luar terhadap Pemulihan Kelelahan Otot Gastrocnemius Rana sp adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 6 Oktober 2010 M. Arief Ervana B

3 ABSTRACT M. ARIEF ERVANA. The Effect of External ATP addition on Muscle Fatigue Recovery of Gastrocnemius Muscle of Rana sp. Under direction of ARYANI S. SATYANINGTIJAS and BAMBANG KIRANADI. The investigation on the effect of giving ATP on muscle fatigue recovery on Rana sp had been investigated using a gastrocnemius muscle. The experiment were carried out by stimulating muscle with submaximal voltage. The muscle was submerged in a 0,65% NaCl, and the muscle contraction was recorded. The amplitude of single stimulation was measured of its length. The following study was to stimulate the muscle continousely until reaching titanic state. The peak of titanic state indicated the muscle fatigue. Addition of ATP was expected to reduce the amplitude of titanic peak. The ratio of titanic amplitude to the single stimulation in the presence of ATP has no significant effect compared to the ringer lactate. Keywords : Muscle fatigue, ringer lactate, ATP

4 Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

5 EFEKTIVITAS PEMBERIAN ATP DARI LUAR TERHADAP PEMULIHAN KELELAHAN OTOT GASTROCNEMIUS RANA SP M. ARIEF ERVANA B Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama NIM : Efektivitas Pemberian ATP dari Luar Terhadap Pemulihan Kelelahan Otot Gastrocnemius Rana sp : M. Arief Ervana : B Disetujui, Dr. Drh. Aryani S. Satyaningtijas, M.Sc. Pembimbing I Dr. Drs. Bambang Kiranadi, M.Sc. Pembimbing II Diketahui, Dr. Dra. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Tanggal Lulus :

7 PRAKATA Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ucapan Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Proses penyusunan skripsi ini merupakan sebuah perjalanan panjang yang tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis pada kesempatan ini menghaturkan terima kasih yang berlimpah kepada: 1. Dr. Drh. Aryani S. Satyaningtijas, M.Sc. dan Dr. Drs. Bambang Kiranadi, M.Sc, selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Drh. Hera Maheswari, M.Sc yang berkenan menjadi dosen penilai dalam seminar hasil penelitian, serta Drh. Deni Noviana, Ph.D dan Drh. Elok Budi Retnani, MS selaku penguji luar komisi, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kelengkapan tulisan ini. 3. Dr. Drh. Damiana Rita Ekastuti, MS selaku Pembimbing Akademik atas motivasi dan bimbingannya selama dalam kegiatan akademik penulis. 4. Kedua orang tua dan saudara sekandung penulis, termasuk kakak dan adikadik angkatan atas doa, dukungan, serta semangat yang senantiasa mengalir untuk penulis. 5. Seluruh staf bagian Fisiologi dan Farmakologi(Ibu Ida, ibu Sri, pak Wawan, pak Edi) yang telah membantu penulis selama melakukan pengujian di laboratorium. 6. Rekan-rekan mahasiswa BEM KM IPB Generasi Inspirasi serta keluarga besar 43sculapius atas kebersamaannya. 7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dengan caranya masingmasing. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan besarnya hanyalah semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat menjadi amalan yang bermanfaat. Bogor, Oktober 2010 M. Arief Ervana

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Mei 1988 di kota batik Pekalongan dari rahim seorang ibu yang bernama Rochimah, pasangan sehidup-semati seorang ayah yang bernama Hermawan, SH. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, pancuran kapit sendang, seorang anak laki-laki diantara dua saudara perempuannya. Penulis menempuh pendidikan formal dasar di Kabupaten Pekalongan, kemudian melanjutkannya di kota Pekalongan yaitu di SMP Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Pekalongan. Pendidikan formal dasar diselesaikan pada tahun 2006, dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB tanpa tes melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pendidikan tinggi ditempuh pada program studi Kedokteran Hewan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di banyak kegiatan/lembaga kemahasiswaan dan pengembangan mahasiswa. Beberapa diantaranya adalah BEM KM IPB Kabinet IPB Bersatu sebagai staf Departemen Kebijakan Daerah dan Nasional tahun 2006/2007, Organisasi Mahasiswa Daerah IMAPEKA (Ikatan Mahasiswa Pekalongan) sebagai Wakil Ketua tahun 2007/2008, Veterinary English Club sebagai anggota tahun 2007/2008, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) FKH IPB sebagai Kepala Bidang Kaderisasi tahun 2008/2009, Himpunan Minat Profesi (Himpro) Ruminansia sebagai Ketua tahun 2008/2009, dan ditarik kembali ke BEM KM IPB Kabinet Generasi Inspirasi sebagai Manajer HRD Bisnis dan Kemitraan tahun 2009/2010. Selain itu, penulis juga aktif menggiatkan berbagai kegiatan terkait pengembangan SDM di tingkat mahasiswa. Diantaranya melalui Veterinary Integrity and Skill Improvement (VISI) Corporation-IMAKAHI sebagai Direktur tahun 2009 dan Entrepreneurship Development Unit (EDU) KM IPB sebagai Direktur tahun Selama menempuh pendidikan, penulis mendapatkan beasiswa BBM untuk tahun 2008/2009 dan 2009/2010, serta beasiswa penelitian tahun Melalui semangat berbagi (sharing) dan kegemaran menulis, telah banyak memberikan inspirasi dan motivasi, baik melalui diskusi, tindakan, maupun tulisan-tulisannya.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Struktur Anatomi Otot Rangka... 3 Dasar Molekuler Mekanisme Kontraksi Otot Rangka... 5 Metabolisme Energi pada Aktivitas Otot Rangka... 9 Mekanisme Pembentukan ATP melalui Respirasi Aerobik... 9 Mekanisme Pembentukan ATP melalui Pemecahan Kreatin Fosfat Mekanisme Pembentukan ATP melalui Respirasi Anaerobik Kelelahan Otot Rangka METODE Waktu dan Tempat Materi Penelitian Alat Metode Penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA viii

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kecepatan perputaran tromol Nilai uji normalitas data Perbandingan amplitudo kontraksi otot dengan pemberian ringer dan ATP ix

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Anatomi otot rangka Siklus dasar molekuler kontraksi otot rangka Kedudukan molekul troponin terhadap molekul tropomiosin dan sisi perlekatan mekanisme titian silang Pelepasan dan pengambilan Ca 2+ oleh retikulum sarkoplasma selama kontraksi dan relaksasi otot rangka Fosforilasi oksidatif Urutan reaksi kimia yang bertanggung jawab pada glikolisis Kimograf dan stimulator induksi Stimulator induksi Hasil perekaman mekanomiogram Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 1 ml Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 2 ml x

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan masyarakat modern saat ini dengan tingkat persaingan yang tinggi menuntut setiap orang untuk selalu aktif dan bekerja lebih keras. Akibatnya, lebih sering muncul rasa lelah. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu fenomena kompleks berupa terjadinya penurunan toleransi terhadap kerja fisik. Penyebabnya sangat spesifik bergantung pada karakteristik kerja tersebut. Penyebab kelelahan dapat ditinjau dari aspek anatomi berupa kelelahan sistem saraf pusat, neuromuskular dan otot rangka, serta dari aspek fungsi berupa kelelahan elektrokimia, metabolik, berkurangnya substrat energi, hiper/hipotermia dan dehidrasi (Tirtayasa 2001). Kelelahan pasti dialami oleh setiap orang yang melakukan aktivitas terutama pada tingkat aktivitas yang tinggi. Sama seperti halnya orang, hewan pun dapat merasakan kelelahan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ruth (2000) bahwa kelelahan terlihat pada kuda terhadap daya tahan dan cara berjalan kecil pada saat ditunggangi melebihi tingkat pengkondisian dan kemampuan fisiknya. Hal itu juga dapat dilihat pada hewan yang digunakan dalam peternakan atau bahkan perburuan, ketika hewan-hewan tersebut tidak benar-benar dikondisikan sesuai dengan pekerjaan yang diberikan pada mereka. Dalam berbagai jenis aktivitas, baik aktivitas ringan maupun berat, otot akan memperoleh energi dari pemecahan molekul adenosine triphosphat atau yang biasa disingkat sebagai ATP. ATP merupakan satu-satunya sumber energi yang digunakan secara langsung untuk aktivitas kontraktil, karena itu, ATP harus terus menerus diperbaharui dan diberikan agar aktivitas kontraktil dapat berlanjut (Marieb, 2004). Di jaringan otot, ATP yang tersedia untuk dapat segera digunakan terbatas dan ATP tidak dapat disimpan. Oleh karena itu, ATP harus terus menerus diproduksi. Pada dasarnya tubuh memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ATP yang dilakukan melalui tiga jalur yaitu dari penguraian kreatin fosfat, fosforilasi oksidatif, dan glikolisis (Sherwood 2001). Namun, mekanisme ini dianggap belum mampu memenuhi ketersediaan ATP yang terbatas, khususnya kebutuhan pada kondisi-kondisi tertentu seperti pasca operasi, masa

13 2 pemulihan dari sakit, kelelahan fisik dan sebagainya. Baru-baru ini banyak produk ATP yang beredar luas di pasaran. Produk ATP, yang diharapkan dapat mengatasi terbatasnya ketersediaan ATP ini, sudah menjadi budaya konsumtif praktis untuk menghilangkan rasa lelah dan memulihkan serta meningkatkan stamina. Tidak hanya pada manusia, tetapi juga pada hewan. Padahal, penggunaan produk-produk ATP tersebut belum terbukti keefektifannya. Pemahaman mengenai tingkat efektivitas pemberian ATP terhadap pemulihan kelelahan otot rangka, khususnya pada otot yang aktif berkontraksi, akan sangat berguna dalam kehidupan. Dengan mengetahui hal tersebut maka diharapkan adanya tindak alternatif yang dinilai efektif untuk memulihkan kelelahan otot khususnya pada olahraga dan atau aktivitas yang tinggi. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji efektivitas pemberian ATP dari luar (in vitro) terhadap pemulihan kelelahan otot gastrocnemius katak jenis Rana sp, khususnya pada otot yang aktif berkontraksi. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan adanya pemahaman yang mendasar bahwa setiap aktivitas membutuhkan energi yang berasal dari pemecahan molekul ATP di dalam sel. Kemudian dengan diketahuinya tingkat efektivitas pemberian ATP dari luar terhadap pemulihan kelelahan otot rangka, diharapkan juga adanya tindak alternatif yang dinilai efektif untuk memulihkan kelelahan otot khususnya pada olahraga dan atau aktivitas yang tinggi. Hipotesis Penelitian Penelitian ini menduga bahwa pemberian ATP dari luar berpengaruh terhadap pemulihan kelelahan otot rangka. Hipotesa tersebut akan dinilai dengan bentuk penilaian sebagai berikut; Ho: pemberian ATP berpengaruh terhadap pemulihan kelelahan otot rangka. Hi : pemberian ATP tidak berpengaruh terhadap pemulihan kelelahan otot rangka

14 3 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka Otot rangka (skeletal muscle) bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Otot rangka disebut juga otot lurik (striated muscle) karena pengaturan filamennya yang tumpang tindih, sehingga memberikan sel-sel itu penampakan berlurik atau bergaris di bawah mikroskop. Sebuah otot terdiri atas berkas serat otot (sel-sel) bernukleus majemuk, yang masing-masing merupakan berkas miofibril (Campbell et al. 2004). Masing-masing miofibril terdiri atas beberapa tipe protein, yaitu; miosin, aktin, troponin, tropomiosin, titin, dan nebulin. Miosin merupakan protein motor dari miofibril. Pada otot lurik, sekitar 250 molekul miosin bersatu membentuk sebuah filamen tebal. Sementara aktin merupakan molekul protein yang membentuk filamen tipis. Filamen tebal dan tipis tersebut diatur dalam suatu unit kontraktil yang disebut sarkomer. Satuan fungsional yang disebut sarkomer ini memiliki beberapa elemen di dalamnya, yaitu suatu pita A yang gelap dan pita I yang terang yang tersusun selang-seling beraturan. Pusat pita A disebut zona H, kurang padat dibandingkan bagian lain dari pita. Sebuah pita A dibagi dua oleh garis M, sedangkan pita I dibagi dua oleh garis Z yang sangat sempit. Filamen tipis selain mengandung aktin juga mengandung tropomiosin dan kompleks troponin, keduanya merupakan protein yang mengatur kejadian kontraksi (the regulatory proteins). Kemudian titin yang membentang dari garis Z sampai ke daerah yang berdekatan dengan garis M, serta nebulin yang berada di sepanjang tepi filamen tipis dan menempel pada garis Z (Silverthorn 2009). Miofibril dikelilingi oleh struktur yang dibentuk membrana yang tampak dalam foto mikograf elektron sebagai vesikel dan tubulus. Struktur ini membentuk susunan sarkotubulus, yang dibentuk dari sistem T dan suatu retikulum sarkoplasma. Sistem T tubulus transversa yang bersambung dengan membrana serabut otot membentuk suatu kisi yang diperforasi oleh miofibril tersendiri. Ruang diantara dua lapisan sistem T merupakan suatu perluasan ruang ekstra sel. Retikulum sarkoplasma yang membentuk suatu tirai tidak teratur di sekeliling tiap fibril mempunyai sisterna terminalis yang membesar dalam kontak erat dengan

15 4 sistem T pada sambungan antara pita A dan I. Pada titik kontak ini, susunan sistem T sentral dengan suatu sisterna retikulum sarkoplasma pada sisi manapun telah membawa ke penggunaan istilah trias untuk menggambarkan sistem ini. Sistem T berfungsi sebagai hantaran cepat potensial aksi dari membrana sel ke semua fibril dalam otot (Ganong 1995). Secara keseluruhan struktur anatomi otot rangka dapat dilihat pada Gambar 1 berikut; retikulum sarkoplasma mitokondria nukleus filamen tebal filamen tipis sistem T sarkolema miofibril pita A Garis Z sarkomer Garis Z miofibril Garis M pita I Zona H Garis Z Garis M Garis Z filamen tebal Garis M filamen tipis molekul miosin rantai aktin Gambar 1 Anatomi otot rangka (Silverthorn 2009)

16 5 Dasar Molekuler Mekanisme Kontraksi Otot Rangka Ketika sebuah otot berkontraksi, panjang masing-masing sarkomer menjadi berkurang, yaitu; jarak antara garis Z ke garis Z berikutnya menjadi lebih pendek. Pada sarkomer yang berkontraksi, pita A tidak berubah panjangnya. Akan tetapi pita I memendek dan zona H menjadi hilang. Peristiwa ini dapat dijelaskan dengan model filamen luncur (sliding-filament model) pada kontraksi otot. Menurut model ini, bukan filamen tipis dan bukan juga filamen tebal yang berubah panjangnya ketika otot berkontraksi, melainkan filamen tersebut meluncur di atas satu sama lain secara longitudinal. Sehingga derajat tumpangtindih filamen tipis dan tebal meningkat. Jika daerah tumpang-tindih itu meningkat, baik bagian yang hanya ditempati oleh filamen tipis (pita I) maupun bagian yang hanya ditempati oleh filamen tebal (zona H) harus berkurang panjangnya (Campbell et al. 2004). Peluncuran filamen tersebut didasarkan pada interaksi molekul aktin dan miosin yang menyusun filamen tipis dan filamen tebal. Kepala miosin merupakan pusat reaksi bioenergetik yang memberi energi untuk kontraksi otot. Kepala miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP serta fosfat anorganik. Energi yang dibebaskan dari pemecahan ATP dipindahkan ke miosin, sehingga menjadi konfigurasi penambah energi tinggi. Miosin yang sudah bertenaga ini berikatan dengan tempat spesifik pada aktin, membentuk suatu titian silang (cross-bridge) (Campbell et al. 2004). Hal tersebut secara lebih terperinci ditunjukkan oleh Silverthorne (2009) serta dapat dilihat juga pada Gambar 2, dalam enam tahapan berikut ini; 1. Area kaku (the rigor state) Kepala miosin berikatan kuat dengan tempat spesifik pada aktin (Globular protein) membentuk suatu titian silang (cross-bridge). Pada area ini tidak ada nukleotida, baik ATP maupun ADP yang menempati sisi perlekatan dari kepala miosin. Pada otot aktif, the rigor state ini hanya terjadi untuk periode/waktu yang sangat singkat sekali. 2. Pengikatan ATP dan pelepasan miosin Sebuah molekul ATP terikat pada kepala miosin. Hal ini merubah afinitas perlekatan aktin terhadap miosin, dan miosin pun memisahkan diri dari aktin.

17 6 3. Hidrolisis ATP Kepala miosin yang mengikat ATP kemudian menghidrolisis ATP menjadi ADP serta fosfat anorganik (Pi). 4. Miosin terikat lemah pada aktin Energi yang dibebaskan dari pemecahan ATP menyebabkan kepala miosin terikat lemah pada aktin, terutama molekul aktin yang baru. Pada titik ini, miosin memiliki energi yang potensial, sehingga menjadi konfigurasi energi tinggi. 5. Pelepasan fosfat anorganik Pelepasan fosfat anorganik dari sisi perlekatan miosin menginduksi terjadinya sebuah tembakan tenaga (the power stroke). Kepala miosin kemudian berotasi lalu mendorong filamen aktin bergerak menuju garis M dan melewatinya. 6. Pelepasan ADP Miosin melepaskan ADP. Pada titik ini, kepala miosin kembali terikat kuat dengan aktin pada area kaku (the rigor state). Siklus berulang ketika sebuah molekul ATP baru terikat pada kepala miosin. Terikat kuat pada area kaku (rigor state). Titian silang membentuk sudut 45 0 relatif terhadap filamen. 1 2 ATP terikat pada kepala miosin. Miosin terlepas dari aktin. Pada akhir tembakan tenaga, kepala miosin melepaskan ADP dan kembali terikat kuat dengan aktin pada area kaku 6 3 ATP dihidrolisis menjadi ADP dan Pi 5 Pelepasan Pi yang menginduksi terjadinya tembakan tenaga (power stroke). 4 Miosin terikat lemah pada aktin. Titian silang membentuk sudut 90 0 relatif terhadap filamen. Gambar 2 Siklus dasar molekuler kontraksi otot rangka (Silverthorn 2009)

18 7 Agar siklus kontraksi dapat terus berlangsung, efek penghambatan oleh kompleks troponin-tropomiosin pada bagian aktif dari filamen aktin normal otot yang sedang relaksasi harus dihambat, karena menyebabkan area ini tidak dapat melekat pada kepala filamen miosin untuk menimbulkan kontraksi. Kondisi ini memunculkan peran ion Ca 2+. Dengan adanya ion Ca 2+ dalam jumlah besar, efek penghambatan oleh kompleks troponin-tropomiosin terhadap filamen itu sendiri dapat dihambat (Guyton dan Hall 1997). Perlekatan ion Ca 2+ pada sisi perlekatan spesifik troponin membuat bentuk troponin berubah, dan berakibat juga pada terlepasnya tropomiosin dari sisi perlekatan miosin pada tiap molekul aktin. Sehingga kondisi sebaliknya, yakni ketiadaan ion Ca 2+, akan menyebabkan aktivitas kontraktil terhenti (Vander et al. 2001). Ion-ion Ca 2+ tersebut disimpan di dalam retikulum sarkoplasma. Membrana retikulum sarkoplasma mengandung protein transport aktif primer, yaitu Ca- ATPase, yang akan memompa ion Ca 2+ dari sitosol kembali ke dalam lumen retikulum. Pemompaan ion Ca 2+ kembali ke dalam lumen retikulum membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pelepasannya. Oleh karena itu, konsentrasi dari sisa-sisa ion Ca 2+ dalam sitosol ditingkatkan, dan kontraksi akan berlanjut sampai beberapa waktu setelah mendapat sebuah potensial aksi (Vander et al. 2001). Gambar 3 Kedudukan molekul troponin terhadap molekul tropomiosin dan sisi perlekatan mekanisme titian silang (Vander et al. 2001)

19 8 Kontraksi Relaksasi Potensial aksi datang Ca 2+ dilepaskan Ca 2+ masuk ke RE Ca 2+ melekat pada troponin, menghambat aksi penghambatan tropomiosin Ca 2+ lepas dari troponin, aksi penghambatan tropomiosin Pergerakan titian silang Gambar 4 Pelepasan dan pengambilan Ca 2+ oleh retikulum sarkoplasma selama kontraksi dan relaksasi otot rangka (Vander et al. 2001) Sel otot secara khas hanya menyimpan cukup ATP untuk beberapa kontraksi saja. Sel-sel otot juga menyimpan glikogen diantara miofibril, akan tetapi sebagian besar energi yang diperlukan untuk kontraksi otot yang berulang disimpan dalam bahan yang disebut fosfagen. Keratin fosfat, yang merupakan fosfagen vertebrata, menyediakan gugus fosfat ke ADP untuk membentuk ATP (Campbell et al. 2004).

20 9 Metabolisme Energi pada Aktivitas Otot Rangka Mader (2001) menyebutkan bahwa kontraksi otot membutuhkan pasokan ATP yang berlimpah. Ada tiga jalur yang dapat memasok ATP tambahan selama kontraksi otot; 1. Sel-sel otot memiliki mitokondria yang dapat membentuk ATP melalui mekanisme respirasi selular aerobik. 2. Sel-sel otot mengandung kreatin fosfat, yang digunakan sebagai penyimpan pasokan fosfat berenergi tinggi. Kreatin fosfat tidak berpartisipasi secara langsung dalam kontraksi otot. Sebaliknya, ia digunakan untuk membentuk ATP melalui reaksi berikut; Kreatin fosfat + ADP ATP + Kreatin 3. Ketika pasokan kreatin fosfat habis, sel otot masih mampu memproduksi ATP secara anaerob. Respirasi anaerob terjadi ketika sel tidak cepat mendapatkan pasokan oksigen yang cukup untuk melakukan respirasi aerobik. Hal ini dapat terjadi misalnya selama melakukan olahraga yang berat. Respirasi anaerob hanya dapat memasok ATP untuk waktu yang sangat singkat, karena mekanisme ini menghasilkan asam laktat yang dapat menyebabkan kesakitan otot dan kelelahan. Mekanisme Pembentukan ATP melalui Respirasi Aerobik Mekanisme respirasi aerobik merupakan sintesis ATP menggunakan sistem transport elektron, dan disebut juga sebagai proses fosforilasi oksidatif, karena membutuhkan oksigen untuk bertindak sebagai penerima akhir dari elektron dan H +. Proses ini hanya akan terjadi apabila tersedia cukup oksigen. Pergerakan dari elektron melintasi sistem transport elektron ini dideskripsikan dengan sebuah model yang disebut teori kemiosmotik. Berdasarkan teori ini, sepasang elektron berenergi tinggi berjalan dari kompleks ke kompleks sepanjang jalur sistem transport, kemudian sebagian energi dilepaskan dan digunakan untuk memompa H + dari matrik mitokondria keluar menuju ruang antar membran. Pergerakan H + menuju ruang antar membran menyebabkan peningkatan konsentrasi H +. Selama H + kembali melintasi membran (menurunkan tigkat konsentrasinya) masuk ke

21 10 dalam matrik mitokondria, beberapa energi kinetik yang potensial ditangkap sebagai ATP (Silverthorne 2009). Mark (2005) memberikan gambaran lengkap sistem fosforilasi oksidatif sebagai berikut; (a) Fase pertama dari Glikolisis Glukosa ATP ADP PGAL NAD+ NADH (b) Fase kedua dari Glikolisis 2 ADP PGAL NAD+ NADH 2 ADP Proses di sitoplasma 2 ATP As. Piruvat As. Piruvat 2 ATP Koenzim A (c)pembentukan asetil CoA Co2 NAD+ NADH Aseti. CoA Koenzim A Co2 Asetil CoA NAD+ NADH (d) Siklus Asam Sitrat CoA NADH NAD+ H2O FADH2 FAD ATP 4-carbon compound ADP 4-carbon compound As. sitrat NAD+ NADH Co2 5-carbon compound NAD+ NADH Co2 Proses di mitokondria (e) Sistem transport elektron NADH NAD+ FADH2 2-3 ADP +Pi FAD ½ O2 2-3 H2O ATP Gambar 5 Fosforilasi oksidatif ( Mark 2005)

22 11 Agar proses fosforilasi oksidatif terus berjalan, otot-otot yang sedang aktif bergantung pada pasokan oksigen dan nutrien yang adekuat melalui sistem sirkulasi untuk mempertahankan aktivitasnya. Pada metabolisme ini, Pengubahan ADP menjadi ATP terjadi berkaitan dengan molekul protein yang disebut ATPase. Konsentrasi ion H + yang tinggi di bagian luar bilik dan perbedaan potensial listrik yang besar melalui membran bagian dalam menyebabkan ion H + mengalir ke dalam matriks mitokondria melalui zat dari molekul ATPase. Sewaktu melakukan hal tersebut, energi yang dihasilkan dari aliran ion H + ini digunakan oleh ATPase untuk mengubah ADP menjadi ATP. Untuk tiap dua elektron yang berjalan melalui rantai transpor elektron (mewakili ionisasi dari 2 atom hidrogen), dapat disintesis sampai 3 molekul ATP (Guyton dan Hall 1997). Mekanisme Pembentukan ATP melalui Pemecahan Kreatin Fosfat Kreatin (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpan di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk kreatin yang sudah terfosforilasi menjadi kreatin fosfat (PCr) akan memiliki peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan energi. Saat istirahat, sejumlah ATP di dalam mitokondria memindahkan fosfatnya ke kreatin, sehingga terbentuk simpanan kreatin fosfat. Enzim kreatin kinase membantu pemecahan kreatin fosfat menjadi fosfat anorganik dan kreatin, proses ini juga disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kj (10,3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. Fosfat anorganik yang dihasilkan dari proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat molekul ADP untuk kembali membentuk molekul ATP, sehingga memungkinkan kontraksi berlanjut (Irawan 2007; Ganong 1995). Kreatin fosfat (PCr) membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang serupa dengan ATP. Ikatan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat membawa memiliki jumlah energi bebas yang sedikit lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh ikatan ATP. Jumlahnya tiga sampai delapan kali lebih banyak. Disamping itu, ikatan energi tinggi kreatin fosfat mengandung kira-kira kalori tiap mol pada keadaan standar, dan sebanyak kalori tiap mol pada keadaan di dalam tubuh (38 0 C dan konsentrasi reaktan rendah). Hasil ini sedikit lebih besar

23 12 daripada kalori tiap mol dalam setiap dua ikatan fosfat berenergi tinggi dari ATP. Kombinasi energi dari ATP cadangan dan kreatin fosfat di dalam otot masih dapat menimbulkan kontraksi otot maksimal hanya untuk 5 sampai 8 detik (Guyton dan Hall 1997). Mekanisme Pembentukan ATP melalui Respirasi Anaerobik Mekanisme pembentukan ATP melalui respirasi anaerobik terjadi dalam jalur glikolisis. Glikolisis berarti memecahkan molekul glukosa untuk membentuk dua molekul asam piruvat. Proses metabolisme energi ini menggunakan simpanan glukosa yang sebagian besar diperoleh dari glikogen otot atau dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Walaupun terdapat banyak reaksi kimia dalam rangkaian glikolitik, hanya sebagian kecil energi bebas dalam molekul glukosa yang dibebaskan dari setiap langkah. Akan tetapi diantara tahap 1,3-asam difosfogliserat dan 3-asam fosfogliserat, dan sekali lagi diantara tahap asam fosfoenol piruvat dan asam piruvat, jumlah energi yang dibebaskan lebih dari kalori per mol, jumlah yang dibutuhkan untuk membentuk ATP. Sehingga terdapat 4 molekul ATP yang dibentuk dari masing-masing molekul fruktosa 1,6 fosfat yang dipecah menjadi asam piruvat. Namun 2 molekul ATP masih dibutuhkan untuk fosforilasi glukosa asal untuk membentuk fruktosa 1,6 fosfat sebelum glokolisis dapat dimulai. Oleh karena itu, hasil akhir dari seluruh proses glikolitik hanya 2 molekul ATP untuk masing-masing molekul glukosa yang dipakai (Guyton dan Hall 1997). Sistem glikolitik dapat membentuk molekul ATP kira-kira 2,5 kali lebih cepat daripada mekanisme fosforilasi oksidatif di mitokondria. Oleh karena itu, bila sejumlah besar ATP dibutuhkan untuk kontraksi otot dalam waktu singkat sampai sedang, mekanisme glikolisis anaerob ini dapat digunakan sebagai sumber energi cepat. Sistem ini kira-kira setengah cepatnya dari sistem fosfagen (Kreatin fosfat). Di bawah kondisi optimal, sistem glikolitik dapat menyediakan aktivitas otot yang maksimal selama 1,3 sampai 1,6 menit sebagai tambahan dari yang disediakan oleh sistem fosfagen (Farhan 2009). Berikut 10 langkah reaksi kimia yang berurutan dalam proses glikolisis, seperti yang ditunjukkan oleh Vander et al. (2001);

24 13 Gambar 6 Urutan reaksi kimia yang bertanggung jawab pada glikolisis (Vander et al. 2001)

25 14 Kelelahan Otot Rangka Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan otot adalah tremor/kejang pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan otot dapat dipengaruhi oleh sistem saraf pusat, cadangan glikogen otot, dan keadaan ion fosfat maupun kalium dalam otot. Kelelahan itu dikarenakan sumber energi yang dimiliki oleh tubuh menurun atau habis, asam laktat meningkat, keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu. Akibatnya menimbulkan rasa lemah, lesu, dan penurunan konsentrasi (Anonim 2004). Sementara Sherwood (2002) mendefinisikan kelelahan sebagai kondisi penurunan kapasitas dan atau berkurangnya kemampuan kerja, dan menurut Foss dan Keteyian (1998), kelelahan adalah ketidakmampuan tubuh membentuk tenaga dan atau kecepatan, yang merupakan akibat dari aktivitas otot. Istilah kelelahan menjadi sangat bervariasi karena banyaknya penyebab dengan penentu utama yang berbeda bergantung kepada intensitas dan durasi aktivitas, serta kondisi lingkungan (Tirtayasa 2001). Berbagai jenis faktor yang dapat menyebabkan kelelahan kemudian dapat diklasifikasikan ke dalam dua mekanisme besar, yaitu; mekanisme central fatigue di sistem saraf pusat, dan mekanisme peripheral fatigue dimanapun diantara neuromuscular juntion dan elemen-elemen kontraktil dari otot itu sendiri (Silverthorne 2009). Pada mekanisme central fatigue, kelelahan sentral terjadi jika sistem saraf pusat tidak dapat mengaktifkan neuron motorik yang mempersarafi otot yang bekerja secara adekuat. Individu memperlambat atau menghentikan olahraganya walaupun otot-ototnya masih mampu bekerja. Pada aktivitas olahraga ringan-sedang, kelelahan sentral mungkin menyebabkan penurunan kerja fisik berkaitan dengan kejenuhan (Wilmore dan Costil 1994).

26 15 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Agustus-September tahun 2009 di Laboratorium Fisiologi-Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Materi Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain; Rana sp, larutan Ringer Laktat dan produk bio ATP cair. Sedang peralatan yang digunakan antara lain papan katak, jarum pentul, scalpel, gunting, benang, gelas arloji, dan mekanomiogram yang terdiri atas kimograf, statif dan klem, pencatat otot, klem femur, sinyal magnit perangsang, stimulator induksi beserta elektroda perangsang. Alat a. Kimograf Kimograf merupakan sebuah alat pencatat gerakan, misalnya kerutan otot, denyut jantung, dan sebagainya. Gambar kimograf milik lab faal IPB yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5 berikut; Gambar 7 Kimograf dan stimulator induksi (dokumentasi pribadi)

27 16 b. Stimulator Induksi Stimulator induksi berbentuk sebuah kotak balok yang pada permukaan depannya terdapat : a. Empat pasang lubang kontak untuk elektroda perangsang dan sinyal magnet b. Tombol pemutar tromol dengan lima kecepatan berbeda c. Tombol elektroda perangsang d. Tombol yang dapat digerakkan, tergantung kepada rangsang/stimulasi yang hendak diberikan (tunggal, multiple, atau tetanik) e. Tombol pengatur voltase b c e a d Gambar 8 Stimulator induksi (dokumentasi pribadi) Agar mendapat perekaman yang sempurna, ujung pencatat bergerak pada bidang singgung kertas kimograf dan bergerak bebas dengan tekanan sedang. Kecepatan perputaran tromol yang tersedia dan dapat digunakan terbagi dalam lima tingkatan, seperti diperlihatkan dalam tabel berikut;

28 17 Tabel 1 Kecepatan perputaran tromol Kecepatan mm/s Waktu 1 0, sec 2 0,25 25 sec 3 2,5 2,5 sec ,25 sec ,01 sec c. Elektroda Perangsang Elektroda perangsang terdiri atas sebuah gagang dengan dua buah ujung logam logam yang berfungsi sebagai elektroda yang dialiri arus listrik. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi in vitro yang dilakukan terhadap katak jenis Rana sp dengan berat antara gram. Otot yang digunakan dalam penelitian ini adalah otot gastrocnemius sebanyak lima buah, dan pada setiap otot dilakukan tiga kali perekaman. Larutan ringer laktat yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laboratorium utama Fisiologi departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Iinstitut Pertanian Bogor dan ATP sebagai bahan uji berasal dari produk ATP yang didapat dari apotik hewan setempat. Setelah perekaman selesai dan sebelum kertas dilepas dari tromol, kertas diberi tanda atau identitas. Data diambil dari rasio antara tinggi gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan. a. Kerangka Konsep Aktivitas Otot Intensitas Tinggi Kebutuhan Energi Aerob tidak Mencukupi ATP Hidrolisis dan Glikolisis Anaerob Meningkat Pemulihan Kelelahan Otot Pemberian ATP dari Luar Kelelahan Otot

29 18 b. Alur Penelitian Otot Gastrocnemius + Ringer Laktat dirangsang dengan intensitas rangsangan yang berkala untuk mendapatkan rangsangan submaksimal rangsangan submaksimal tetani rangsangan submaksimal tetani rangsangan submaksimal tetani Otot Gastrocnemius + Ringer Laktat Otot Gastrocnemius + Ringer Laktat + 1 ml ATP Otot Gastrocnemius + Ringer Laktat + 2 ml ATP dilakukan perekaman dilakukan perekaman dilakukan perekaman c. Parameter yang Diteliti Parameter yang diteliti adalah tingkat timbulnya pemulihan kelelahan otot ditandai dengan peningkatan kekuatan kontraksi otot atau memendeknya amplitudo gelombang kontraksi saat otot ditetanasi (dirangsang dengan frekuensi tinggi), yang terlihat pada rekaman mekanomiogram otot gastrocnemius yang diberi perlakuan. d. Teknik Pengambilan Otot Gastrocnemius Katak yang telah dimatikan diletakkan di atas papan katak dengan posisi tertelungkup dan difiksir dengan menggunakan jarum pentul. Kemudian fascia antara m. biceps femoralis dengan m. semimembranosus disayat menggunakan scalpel. Kedua otot tersebut dikuakkan sampai n. ischiadicus dan a. femoralis kelihatan dengan jelas. Lalu dilakukan penelusuran n. ischiadicus ke bagian atas sambil menggunting otot-otot di sebelah atasnya, sampai ke daerah pungggung

30 19 kemudian dipotong tulang di lateral perut dengan gunting. Kulit dan otot perut dibuka dan disingkirkan jeroannya. Sambil tetap mengikuti dan mengamati n. ischiadicus, pinggul dipotong supaya lebih mudah mengisolasi n. ischiadicus sampai di bagian paha. Lalu n. ischiadicus diikat dengan benang pada bagian ujung di tempat keluarnya dari sumsum punggung. Untuk isolasi selanjutnya yang dipegang adalah benang dan bukan sarafnya. Kemudian n. ischiadicus dipotong di bagian atas ikatan benang dan dibersihkan saraf tersebut dari otot. Kulit kaki dan paha dikupas dengan cara menarik dari atas ke bawah. Lalu tendo Achiles dipotong untuk mengisolasi m. gastrocnemius dan dipotong juga sekitar ¼ bagian os femur dan biceps. Setelah didapatkan sediaan otot-saraf yang terdiri atas ¼ bagian os femur, n. ischiadicus, m. gastrocnemius, dan ¼ bagian biceps, sediaan tersebut dimasukkan ke dalam gelas arloji yang berisi larutan Ringer (Staf Fisiologi 2001). e. Pemberian Perlakuan dan Perekaman Mekanomiogram Otot difiksasi dengan klem (penjepit otot) atau jarum pentul besar jika menggunakan bak khusus. Lalu tendo Achiles diikatkan dengan benang pada alat pencatat kontraksi, jangan sampai kendur. Selama percobaan diusahakan agar preparat otot tetap dibasahi dengan Ringer Laktat. Kemudian dihubungkan kabel listrik (dari baterai ke induktorium) dengan alat pencatat rangsangan. Disentuhkan elektroda perangsang pada saraf atau ototnya dan alat pencatat ke drum kimograf (pencatat kontraksi). Ditentukan frekuensi rangsangan yang diinginkan. Beberapa diantaranya yaitu frekuensi tunggal, faradic, ataupun tetanik. Ditentukan juga voltase bawah ambang, submaksimal, dan maksimal dengan cara memulai rangsangan dengan voltase yang terkecil dan menaikkan kekuatan rangsang 0,5 volt, hingga didapatkan rangsang submaksimal. Satu kali perekaman terdiri dari perekaman dengan rangsangan frekuensi rendah dan tinggi. Setelah selesai perekaman pertama dengan ringer laktat kemudian sediaan uji ditetesi dengan ATP cair 1 ml berturut-turut untuk perekaman kedua dan ketiga, tetap dengan rangsang submaksimal yang sama. Setelah perekaman selesai dan sebelum kertas dilepas dari tromol, kertas diberi tanda atau identitas. Data diambil dari rasio antara tinggi

31 20 gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan. B A Gambar 9 Hasil perekaman mekanomiogram. keterangan : A menunjukkan tinggi amplitudo awal pada kondisi tetani. B menunjukkan tinggi amplitudo pada kondisi normal (stimulasi tunggal). Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program Statistical for Social Sciences Sebelumnya dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk memastikan data berdistribusi normal atau tidak. Pada semua data dilakukan perhitungan rerata (mean) dan simpangan baku (standard deviation), bila data mempunyai distribusi normal selanjutnya dilakukan uji parametrik ANOVA (analysis of variance), sedangkan bila data tidak normal distribusinya maka dilakukan uji nonparametrik (Sastroasmoro dan Sofyan 2002).

32 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan perekaman yang kedua dan ketiga dengan penambahan ATP cair 1 ml berturut-turut ke dalam ringer. Besar rangsangan sub maksimal disesuaikan dengan kondisi atau kekuatan masing-masing otot sehingga didapatkan gambar/hasil perekaman yang utuh. Hasil perekaman adalah sebagai berikut : Gambar 10 Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat

33 22 Hasil perekaman rata-rata dari rasio antara tinggi gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan ketika otot direndam dalam ringer laktat adalah sebesar 0,7+0,22 cm. Gambar 11 Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 1 ml Hasil perekaman rata-rata dari rasio antara tinggi gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 1 ml (0,001 gr/cc) adalah sebesar 0,57+0,23 cm.

34 23 Gambar 12 Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 2 ml Hasil perekaman rata-rata dari rasio antara tinggi gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 2 ml (0,002 gr/cc) adalah sebesar 0,61+0,28 cm. Amplitudo adalah tinggi dari gelombang-gelombang yang terekam pada kertas mekanomiogram, yang merupakan kontraksi maksimum yang berlangsung selama satu siklus getaran (Bueche dan Hecht 2006). Pada frekuensi perangsangan yang rendah (stimulasi tunggal), terlihat masing-masing kontraksi sebagai kontraksi tunggal yang terjadi satu setelah yang lain. Pada kondisi ini, sediaan otot masih bisa mencapai amplitudo tertingginya. Kemudian ketika ditingkatkan frekuensi rangsangannya, sampailah pada suatu titik dimana akan timbul kontraksi yang baru sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir. Bila frekuensi mencapai

35 24 titik kritis, kontraksi berikutnya terjadi begitu cepat sehingga mereka benar-benar bersatu bersama-sama, dan kontraksi secara keseluruhan nampak lancar dan berlangsung terus menerus. Peristiwa ini disebut tetanasi (Guyton dan Hall 1997). Tetanasi dihentikan sebelum kekuatan kontraksi mencapai tingkat maksimumnya, sehingga sediaan otot masih dapat digunakan untuk perekaman kedua dan ketiga. Untuk mengetahui normalitas sebaran data, selanjutnya dilakukan uji normalitas data. Jumlah sampel dalam penelitian ini kurang dari 50 maka uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Nilai uji normalitas data No. Variabel Ratan SD P Value 1 Ringer 0,7 0, ,738 2 ATP 1 ml 0,57 0, ,66 3 ATP 2 ml 0,61 0, ,701 Keterangan : p > 0,05 = bermakna (s) n = 5 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa data berdistribusi normal (p > 0,05), maka uji statistik lanjutan yang digunakan adalah ANOVA. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 3 Perbandingan amplitudo kontraksi otot dengan pemberian ringer dan ATP Perlakuan Amplitudo Kontraksi Otot (cm) P value Ringer 0,7 + 0,22 0, ATP 1 ml 0,57 + 0,23 0, ATP 2 ml 0,61 + 0,28 0, Keterangan : p > 0,05 = tidak bermakna (n.s) n = 5 Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara derajat kontraksi otot baik ringer terhadap ATP 1 ml (P value = 0,685405), ringer terhadap ATP 2 ml (P value = 0,842842), maupun ATP 1 ml terhadap ATP 2 ml (P value = 0,957694), sehingga dapat disimpulkan

36 25 bahwa pemberian ATP dari luar tidak berpengaruh terhadap pemulihan kelelahan otot rangka. Otot yang digunakan dalam penelitian ini adalah otot gastrocnemius. Berdasarkan kapasitas biokimiawinya, terdapat tiga tipe serat otot, yaitu; serat oksidatif lambat, serat oksidatif cepat (slow twitch), dan serat glikolitk cepat (fast twitch). Tipe fast twitch memiliki aktivitas ATPase miosin yang lebih tinggi dari pada tipe slow twitch. Semakin tinggi aktivitas ATPase, semakin cepat ATP diuraikan, dan semakin cepat ketersediaan ATP untuk siklus titian silang. Hal ini menyebabkan kontraksi otot tipe fast twitch terjadi lebih cepat dibandingkan tipe slow twitch. Metabolisme energi yang dominan digunakan oleh tipe fast twitch adalah glikolisis anaerobik (Guyton dan Hall 1997). Otot gastrocnemius dari Rana sp memiliki tipe serat otot fast twitch sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Rangsangan sub maksimal pada preparat in vitro otot gastrocnemius menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan ATP yang berasal dari glikolisis anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah energi masih dapat dibebaskan ke sel oleh tahap glikolisis dari degradasi karbohidrat karena reaksi kimia dalam pemecahan glukosa secara glikolitik menjadi asam piruvat tidak memerlukan oksigen. Semakin hebat kerja yang dilakukan oleh otot semakin besar pula jumlah ATP yang dipecahkan (Guyton dan Hall 1997). Sehingga ketika otot diberi rangsangan dengan frekuensi tinggi (tetani), maka kebutuhan ATP meningkat karena kontraksi yang berlangsung terus menerus dan sangat cepat. Proses kejadian kontraksi tersebut secara fisiologis diatur oleh keberadaan Ca 2+ dengan protein pengaturnya yaitu tropomiosin dan kompleks troponin. Pada proses ini, potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion Ca 2+ yang telah disimpan di dalam retikulum ke dalam miofibril. Ion Ca 2+ menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkannya bergerak bersama-sama dan menghasilkan proses konraksi (Guyton dan Hall 1997). Interaksi aktin dan miosin dihambat oleh kompleks troponin dan tropomiosin bila kadar Ca 2+ rendah. Rangsang saraf yang memicu kontraksi akan membebaskan Ca 2+ sehingga konsentrasi Ca 2+ di dalam sarkoplasma meningkat dengan cepat. Pengikatan Ca 2+ ke troponin, mengubah

37 26 interaksi tropomiosin dengan aktin, sehingga miosin dapat mengikat aktin dan menghasilkan gaya kontraksi (Fox 2004). Pemberian ATP dari luar diharapkan dapat membantu mempercepat pemompaan kembali ion Ca 2+ ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion tersebut disimpan, sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi. ATP memberikan tenaga bagi transpor aktif Ca 2+ ke dalam retikulum sarkoplasma. Karena itu, ATP tidak hanya dibutuhkan untuk kontraksi saja, tetapi juga untuk relaksasi otot (Ganong 1995). Ketika otot dirangsang dengan frekuensi tinggi berdurasi singkat, otot memperoleh energi dari cadangan glikogen yang disimpan dalam otot. Glikogen merupakan salah satu bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang dapat dihasilkan melalui konsumsi karbohidrat harian dan merupakan salah satu sumber energi utama yang digunakan oleh tubuh pada saat berolahraga (Irawan 2007). Konversi glikogen menjadi energi terjadi melalui proses glikolisis. Glikolisis merupakan jalur yang bersifat oksidatif anaerobik. Hasil akhir dari jalur glikolisis ini adalah asam piruvat. Pada kondisi anaerob, piruvat akan dikonversi menjadi laktat. Dua molekul ATP dibentuk secara langsung dari setiap molekul glukosa yang terlibat. Reaksi kimia dari glikolisis anaerob adalah sebagai berikut; Glukosa + 2ADP + 2Pi 2Laktat + 2 ATP + 2H 2 O (Vander et al. 2001). Pada kondisi anaerobik, sebagian besar asam piruvat yang diubah menjadi asam laktat akan segera berdifusi keluar dari sel masuk ke dalam cairan ekstraseluler, dan ke dalam cairan intraseluler dari sel lain yang kurang aktif. Sehingga glikolisis dapat berlangsung jauh lebih lama. Glikolisis dapat berlangsung selama beberapa menit, mensuplai tubuh dengan jumlah ATP yang cukup banyak bahkan dalam keadaan tanpa oksigen pernafasan. Kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glkogen otot (Guyton dan Hall 1997). Kapasitas penyimpanan glikogen dalam tubuh sekitar gram, atau setara dengan energi sebesar kkal (Irawan 2007). Satu molekul ATP dengan berat molekul 300 gram dapat menyediakan energi sebesar 10 kkal setiap harinya. Sehingga berdasarkan kapasitas penyimpanan glikogen yang sampai dengan 500 gram (setara energi kkal) maka ATP yang dapat dihasilkan adalah kkal : 10 kkal per molekul ATP, yaitu 200 molekul ATP. Dengan

38 27 berat molekul 200 x 300 gram, yaitu gram ATP. Sementara rata-rata kandungan ATP pada produk ATP yang beredar di pasaran adalah sebesar mg atau sama dengan 0,02-0,1 gram. Jumlah yang sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah yang mampu dihasilkan secara mandiri oleh tubuh. Klon (2005) menyebutkan bahwa ATP tidak dapat berdifusi bebas melintasi membran plasma sel. Bentuk molekul polarnya menjadi penghalang besar untuk melintasi bagian hidrofobik membran plasma. Secara umum, molekul polar seperti asam amino dan nukleotida (termasuk adenosin) tidak bebas permeabel untuk membran plasma. Hal ini menjelaskan bahwa aktivitas dan atau fungsi ATP hanya berlangsung di dalam sel (intraseluler) saja serta tidak dapat diintervensi dengan penambahan ATP dari luar karena bagian hidrofobik membran plasma sel dengan sifat non polarnya tidak bisa ditembus begitu saja. Struktur dasar dari membran plasma sel adalah sebuah lapisan lipid ganda yang terdiri atas molekul-molekul fosfolipid. Salah satu bagian dari setiap molekul fosfolipid ini larut dalam air, yaitu hidrofilik. Bagian lain hanya larut dalam lemak, disebut hidrofobik. Gugus fosfat dari fosfolipid bersifat hidrofilik (polar), gugus asam lemaknya bersifat hidrofobik (non polar). Di dalam sel, ATP diproduksi dan diangkut keluar dari mitokondria kemudian berdifusi ke seluruh sel untuk membebaskan energinya dimana saja dibutuhkan sehingga sel dapat menjalankan fungsinya (Guyton dan Hall 1997). Hal ini menjelaskan bahwa unit hidup yang melakukan fungsi kehidupan adalah sel dengan bahan bakarnya yaitu ATP. Di sisi lain, ringer laktat dapat masuk ke dalam membran plasma sel otot dengan cara difusi fasilitasi. Difusi fasilitasi atau difusi yang dipermudah didefinisikan sebagai gerakan kinetik molekuler ataupun ion yang butuh interaksi antara molekul maupun ion tersebut dengan protein pembawa dalam membran (Guyton dan Hall 1997). Ringer laktat merupakan larutan garam yang terdiri dari natrium, kalium, laktat, dan klorida, yang merupakan ion-ion yang dibutuhkan otot untuk menjaga kondisi fisiologis sel dan berguna untuk kontraksi otot. Larutan ini bersifat isotonis sehingga sering digunakan pada resusitasi cairan pada kondisi kekurangan cairan tubuh (Farhan 2009).

39 28 Beberapa hal yang dapat diperhatikan atau dilakukan sebagai tindak alternatif yang dinilai efektif untuk memulihkan kelelahan, sederhana, dan wajar dilakukan, antara lain; meningkatkan konsumsi oksigen (Sherwood 2001). Oksigen diperlukan untuk pemulihan sistem-sistem energi. Ketika hutang oksigen dilunasi ketika itu juga sistem kreatin fosfat dipulihkan, asam laktat dibersihkan, dan simpanan glikogen paling tidak sebagian diganti. Tindak alternatif lainnya adalah konsumsi cairan yang cukup atau berimbang. Ketika panas di dalam tubuh meningkat entah karena aktivitas yang tinggi, suhu lingkungan, atau oksidasi biologis, maka cairan tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk keringat sebagai respon dari hal-hal tersebut. Jika tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup maka konsentrasi cairan ekstraseluler akan meningkat sehingga cairan intraseluler tertarik ke ekstraseluler dan sel mengalami dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan proton di dalam mitokondria mengalami gangguan sehingga laju produksi dari ATP terganggu, dan relaksasi otot tidak dapat terjadi (Guyton dan Hall 1997). Konsumsi karbohidrat juga merupakan tindak alternatif lain yang dapat dilakukan untuk memulihkan kelelahan dan kembali mendapatkan energi atau tenaga yang hilang karena beraktivitas atau berolah raga. Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah sebagai penghasil energi di dalam tubuh. Selain itu, karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat tersimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen di dalam otot dan hati (Irawan 2007). Glikogen pada tingkat aktivitas yang tinggi dan atau lama akan berkurang sejalan dengan kelelahan otot. Daya tahan atau endurance akan meningkat jika kapasitas penyimpanan glikogen di dalam otot ditingkatkan dengan peningkatan konsumsi karbohidrat (Guyton dan Hall 1997). Sebagai tambahan, kadang diperlukan cairan intravena dan atau infus glukosa pada tingkat kelelahan yang tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

METODE. Gambar 7 Kimograf dan stimulator induksi (dokumentasi pribadi)

METODE. Gambar 7 Kimograf dan stimulator induksi (dokumentasi pribadi) 15 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Agustus-September tahun 2009 di Laboratorium Fisiologi-Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka 3 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka Otot rangka (skeletal muscle) bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Otot rangka disebut juga otot lurik (striated muscle) karena pengaturan

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi RESPIRASI SELULAR Cara Sel Memanen Energi TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan cara sel memanen energi kimia melalui proses respirasi selular dan faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Mekanisme Kerja Otot

Mekanisme Kerja Otot Mekanisme Kerja Otot 1. Sarkolema Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot 2. Sarkoplasma Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat

Lebih terperinci

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF.

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. Tujuan Praktikum 1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf. 2. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang. 3. Mengenal

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY

BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY Seluruh sel-sel tubuh memiliki kemampuan mengkonversi makanan (dalam hal ini protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

MEKANISME KERJA OTOT LURIK MEKANISME KERJA OTOT LURIK Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. MEKANISME OTOT LURIK/OTOT RANGKA Mekanisme kerja otot pada dasarnya

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

organel yang tersebar dalam sitosol organisme STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria

2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria 2.1.1 Definisi Bioenergetika Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan energi selama

Lebih terperinci

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Respirasi anaerob 3. Faktor-faktor yg mempengaruhi laju respirari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bergerak. Salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak adalah otot. Otot merupakan jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si DISUSUN OLEH : WIDIYA AGUSTINA (A1F013001) FEPRI EFFENDI (A1F013021) DIAN KARTIKA SARI (A1F013047) DHEA PRASIWI (A1F013059) TYAS SRI MURYATI (A1F013073) DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si RESPIRASI Respirasi

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

A. Respirasi Selular/Aerobik

A. Respirasi Selular/Aerobik UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pendahuluan METABOLISME Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 4 SEL: RESPIRASI Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah ANABOLISME (Pembentukan molekul kompleks

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi.

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi. BAB IV METABOLISME Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi METABOLISME ANABOLISME Proses Pembentukan Contoh: Fotosintesis, Kemosintesis Sintesis

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)

Lebih terperinci

Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan III. Cara Kerja Sel Topik Bahasan: Fungsi (protein) membran Energi dalam kehidupan Fungsi enzim

Lebih terperinci

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen 1. Pada respirasi terjadi proses pemakaian karbohidrat menjadi piruvat yang disebut... A. siklus Krebs B. siklus Calvin C. fermentasi D. glikolisis E. fiksasi Pada proses glikolisis, glukosa (C6) di pecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Glukosa Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa terbentuk dari hasil hidrolisis karbohidrat. 1 Karbohidrat

Lebih terperinci

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3. MEKANISME PERNAPASAN Aerob Dan Anaerob Secara kompleks, respirasi diartikan sebagai sebuah proses pergerakan atau mobilisasi energi oleh makhluk hidup dengan cara memecah senyawa dengan ebergi tinggi yakni

Lebih terperinci

Respirasi seluler. Bahasan

Respirasi seluler. Bahasan Respirasi seluler dr.syazili Mustofa, M. Biomed Lektor Mata Kuliah Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bahasan 1. metabolisme oksidatif dan produksi ATP 2. Siklus asam sitrat 3. fosforilasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

Siklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed

Siklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed Siklus Krebs dr. Ismawati, M.Biomed Berfungsi dalam katabolisme dan juga anabolisme amfibolik Katabolisme memproduksi molekul berenergi tinggi Anabolisme memproduksi intermedier untuk prekursor biosintesis

Lebih terperinci

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI Pendahuluan Manusia memerlukan energi untuk setiap sel-selnya menjalani fungsi kehidupan Adenosine Three Phosphate

Lebih terperinci

Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca)

Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) METABOLISME merupakan keseluruhan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Transformasi energi selalu mengikuti setiap proses metabolisme. Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat PROSES GLIKOLISIS Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat

Lebih terperinci

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia Metabolisme Karbohidrat Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia LATAR BELAKANG Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya menghasilkan enzim amilase

Lebih terperinci

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan

Lebih terperinci

PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN Tingkat-tingkat tingkat Organisasi Struktural Pada jaringan hewan, fungsi berkorelasi dengan struktur Sistem-sistem organ hewan saling bergantung satu sama lain Pengantar

Lebih terperinci

Metabolisme : Enzim & Respirasi

Metabolisme : Enzim & Respirasi Metabolisme : Enzim & Respirasi SMA Regina Pacis Ms. Evy Anggraeny August 2014 1 Pengantar Metabolisme Yaitu modifikasi reaksi biokimia dalam sel makhluk hidup Aktivitas sel Metabolit Enzim/fermen Macamnya

Lebih terperinci

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI)

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI) Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh

Lebih terperinci

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam Membrane sel bersifat permeabilitas selektif; artinya memungkinkan beberapa zat untuk menembus membrane tersebut secara lebih mudah daripada zat-zat yang lain Adalah suatu mosaic fluid dari lipid dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil normal alkohol Saraf 3.50 menit 2.30 menit Otot 3.40 menit 1.20 menit B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati kontraksi otot gastrocnemius pada

Lebih terperinci

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel A. Pengertian Sel Sel adalah unit strukural dan fungsional terkecil dari mahluk hidup. Sel berasal dari bahasa latin yaitu cella yang berarti ruangan kecil. Seluruh reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh

Lebih terperinci

Tabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas

Tabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas Tabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Reaksi Terang Reaksi Gelap Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas Kebutuhan Cahaya membutuhkan cahaya tidak membutuhan cahaya

Lebih terperinci

FISIOLOGI SEL & OTOT OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

FISIOLOGI SEL & OTOT OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK FISIOLOGI SEL & OTOT OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK SEL-SEL SEBAGAI SATUAN HIDUP TUBUH Dasar satuan hidup tubuh adalah sel, dan tiap-tiap organ sebenarnya merupakan kumpulan banyak sel yang tidak sama, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A)

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A) BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A) PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jalan Ir. H. Juanda No. 95

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

BIOENERGETIKA. Oleh: Moammad Hanafi Dan Trimartini

BIOENERGETIKA. Oleh: Moammad Hanafi Dan Trimartini BIOENERGETIKA Oleh: Moammad Hanafi Dan Trimartini 1 BIOENERGETIKA MEMPELAJARI DINAMIKA/ PERUBAHAN ENERGI PADA REAKSI BIOKIMIAWI (REAKSI KIMIA PADA ORGANISME) 2 PADA ILMU KIMIA TELAH DIKENAL ADANYA: 1.REAKSI

Lebih terperinci

Penemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2.

Penemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2. Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan

Lebih terperinci

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL

KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL Gimana UTSnya??? LUMAYAN...????!!? SILABUS PERTEMUAN KE- TGL MATERI 8 15 NOV 9 22 NOV 10 29 NOV KEHIDUPAN SEL (PELEPASAN ENERGI DALAM SEL) KEHIDUPAN SEL (PELEPASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh

Lebih terperinci

SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND

SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND SIKLUS KREBS Pertama kali ditemukan oleh Krebs tahun 1937, sehingga disebut Daur Krebs Merupakan jalur metabolisme utama dari berbagai

Lebih terperinci

OTOT DAN SISTEM GERAK ridwan@sith.itb.ac.id GERAK --- ciri makhluk hidup Macam-macam gerak : gerak amoeboid, gerak silia, gerak flagela, gerak sebagian anggota tubuh, gerak seluruh tubuh. Gerak melibatkan

Lebih terperinci

BAB VII Biokimia Muskuloskeletal

BAB VII Biokimia Muskuloskeletal BAB VII Biokimia Muskuloskeletal pg. 144 A. KOMPOSISI STRUKTUR TULANG DAN OTOT Tulang merupakan jaringan ikat termineralisasi. Tulang terdiri atas bahan organik (protein) & anorganik. Bahan organik yaitu

Lebih terperinci

fosfotriose isomerase, dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3- bisfosfogliserat melalui gliseraldehid 3-fosfat.

fosfotriose isomerase, dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3- bisfosfogliserat melalui gliseraldehid 3-fosfat. 1. GLIKOLISIS PENDAHULUAN Sebagian besar jaringan membutuhkan glukosa meskipun dalam jumlah minimum, terutama otak dan eritrosit. Glikolisis merupakan jalur utama untuk pemanfaatan glukosa dan di sitosol

Lebih terperinci

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran

Lebih terperinci

METABOLISME HETEROTROF. Kelompok 8 : Mica Mirani ( ) Ulin Ni'mah Setiawati ( )

METABOLISME HETEROTROF. Kelompok 8 : Mica Mirani ( ) Ulin Ni'mah Setiawati ( ) METABOLISME HETEROTROF Kelompok 8 : Mica Mirani (1717021019) Ulin Ni'mah Setiawati (1717021020) Metabolisme Semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup (sel). Reaksi kimia disusun/ diataur

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan 42 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat pengaruh perbedaan suhu dan tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan coba post mortem. Penelitian

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI

KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 1558 KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI Oleh : Eka. Supriatna 1 Jurusan Ilmu Keolahragaan Email : ekasupriatna@ymail.com Abstrak : Di lapangan seorang pelatih

Lebih terperinci

Pengertian Mitokondria

Pengertian Mitokondria Home» Pelajaran» Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria Mitokondria adalah salah satu organel sel dan berfungsi

Lebih terperinci

TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN

TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua kehidupan di bumi ini bergantung kepada fotosintesis baik langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja Tatap muka ke : 13 POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA Tujuan Instruksional Umum : Memberikan pengetahuan tentang penggunaan energi mekanik yang dihasilkan dari proses metabolisme

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada 12 September 2011 mengenai perubahan fisik, kimia dan fungsional pada daging. Pada praktikum kali ini dilaksanakan pengamatan perubahan

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol dan trigliceride tekanan darah, dan aklimatisasi pada

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT 2 METABOLISME Standar Kompetensi : Memahami pentingnya metabolisme pada makhluk hidup Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan fungsi enzim dalam proses

Lebih terperinci

A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI.

A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI. A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI. Mempelajari rangsangan subminimal, minimal, submaksimal, maksimal dan supramaksimal dan kontraksi maksimal, submaksimal dan maksimal yang dihasilkannya.

Lebih terperinci

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S., FIK 2009

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S., FIK 2009 Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) 1 RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Orang yang mampu mempertahankan agar tubuhnya tetap bugar dapat memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup. Beberapa cara untuk mempertahankan kebugaran adalah dengan menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW Ahmad Syauqy 1, Cicip Rozana Rianti 1, Siti Kumairoh 1 1) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etanol banyak digunakan dalam dunia industri obat obatan, kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar. Penggunaan etanol pada industri bahan bakar

Lebih terperinci

Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72)

Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72) Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72) Rumus Umum Asam Amino (Campbell, 1999: 73) H H O N C C H R OH GUGUS AMINO GUGUS KARBOKSIL Tabel 5.1 Gambaran Umum Fungsi Protein (Campbell, 1999: 74) JENIS

Lebih terperinci

Karena glikolisis dan glukoneogenesis mempunyai jalur yang same tetapi arahnya berbeda, maka keduanya hams dikendalikan secara timbal balik.

Karena glikolisis dan glukoneogenesis mempunyai jalur yang same tetapi arahnya berbeda, maka keduanya hams dikendalikan secara timbal balik. 5. GLUKONEOGENESIS Glukoneogenesis merupakan mekanisme dan reaksi-reaksi yang merubah senyawa non karbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Substrat utama glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik,

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANEL SEL. Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. Sri Sugiwati, SSi., MSi.

STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANEL SEL. Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. Sri Sugiwati, SSi., MSi. STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANEL SEL Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. Sri Sugiwati, SSi., MSi. 1 SEL Semua mahluk hidup terdiri dari sel-sel yaitu ruangruang kecil berdinding membran berisi cairan kimia pekat

Lebih terperinci

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) Riswanto, S. Pd, M. Si SMA Negeri 3 Rantau Utara 3 Gerakan zat melintasi membran sel 3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) A Bagaimana struktur dari membran sel? (Book 1A, p. 3-3) Struktur membran sel dapat

Lebih terperinci

METABOLISME MIKROORGANISME

METABOLISME MIKROORGANISME METABOLISME MIKROORGANISME Mengapa mempelajari metabolisme? Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Tujuan mempelajari metabolisme mikroorganisme Memahami jalur biosintesis suatu metabolit (primer

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT Oleh: Nama : Yuni Aisyah Puteri NIM : 121610101006 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012/2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR

Lebih terperinci

KULIAH I FISIOLOGI DAN SEL TUMBUHAN

KULIAH I FISIOLOGI DAN SEL TUMBUHAN KULIAH I FISIOLOGI DAN SEL TUMBUHAN Tumbuhan banyak manfaat dan nilai ekonomi Cakupan tumbuhan tinggi (Spermatofita) Fisiologi Proses Fungsi Aspek praktis dari fisiologi tumbuhan Faktor keturunan Proses

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Otot yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : Kel

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Otot yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : Kel LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN (JARINGAN OTOT) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI B KELOMPOK : I (Satu) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Laporan Praktikum. Fisiologi Hewan. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf

Laporan Praktikum. Fisiologi Hewan. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf Laporan ini disusun guna memenuhi nilai praktikum mata kuliah yang dibimbing oleh Dra.Moerfiah, M.Si dan Rouland Ibnu Darda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelangsungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh nilai atau kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak, karbohidrat, mineral, serta

Lebih terperinci

METABOLISME KARBOHIDRAT

METABOLISME KARBOHIDRAT METABOLISME KARBOHIDRAT METABOLISME KARBOHIDRAT Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk dioksidasi dan menyediakan energi untuk proses metabolisme lain Metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minuman Beroksigen Sebagian besar massa tubuh manusia adalah air. Air berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh. Fungsi utama air dalam proses metabolisme adalah

Lebih terperinci

METABOLISME SEL; Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA Kupang, 2015

METABOLISME SEL; Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA Kupang, 2015 Fotosintesis & Respirasi Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA Kupang, 2015 Materi Kuliah Biologi Dasar. Jurusan Biologi FST Universitas Nusa Cendana. 2015 Pengertian METABOLISME SEL; Fotosintesis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci