V.2.3 Persepsi V Seleksi V Organisasi V Sensasi (4 item) V Atensi V Grouping (4 item) V Konteks (4 ite

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V.2.3 Persepsi V Seleksi V Organisasi V Sensasi (4 item) V Atensi V Grouping (4 item) V Konteks (4 ite"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai persepsi pengguna mobile internet di Jakarta terhadap brand message pada iklan AlwaysOn. Berikut hasil dan pembahasan dari penelitian ini. V.1 Hasil Penelitian Pada sub bab ini, peneliti memaparkan hasil penelitian yang didapatkan dari kuesioner yang telah dibagikan untuk mengetahui persepsi responden terhadap iklan AlwaysOn. V.1.1 Hasil Penelitian Persepsi Responden Sebelum masuk ke hasil penelitian, perlu dijabarkan terlebih dahulu mengenai sistematika 32 pertanyaan dalam kuesioner. Kerangka pertanyaan adalah sebagai berikut. 57

2 V.2.3 Persepsi V Seleksi V Organisasi V Sensasi (4 item) V Atensi V Grouping (4 item) V Konteks (4 item) 1. Motif (7 item) 2. Emosional (5 item) V Interpretasi V Semiotik (7 indikator) Gambar 5.1 Rangkumann Indikator Persepsi dalam penelitian. Dari keseluruhan inilah didapatkan 32 item yang merupakan bagian- dimensi yang akan menjadi patokan bagian dari dimensi-dimensi dan sub-sub 58

3 V Dimensi Seleksi 1. Sensasi Sensasi merupakan sub dimensi pertama dari dimensi seleksi. Dalam sensasi stimulus terdapat empat indikator yaitu: a. Indikator Sensasi 1: Iklan AlwaysOn menarik perhatian karena jingle-nya Tabel 5.1 Responden Tertarik pada Iklan AlwaysOn karena Jingle-nya Frequency Cumulative Tidak setuju 5 10,0 10,0 10,0 Netral/tidak tahu 13 26,0 26,0 36,0 Setuju 27 54,0 54,0 90,0 Sangat setuju 5 10,0 10,0 100,0 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa 54% (n=27) responden menyatakan setuju bahwa jingle iklan AlwaysOn mampu menarik perhatian mereka. Kemudian 26% (n=13) responden menyatakan netral/tidak tahu apakah jingle iklan AlwaysOn menarik perhatian atau tidak. Dengan persentase responden setuju yang sangat besar dan cukup dominan dibandingkan jawaban lainnya, jingle iklan AlwaysOn bisa dikatakan sebagai cukup atraktif dan mampu menarik perhatian. 59

4 b. Indikator Sensasi 2: Iklan AlwaysOn menarik perhatian karena kata-kata dalam narasinya. Tabel 5.2 Responden Tertarik pada Iklan AlwaysOn karena Kata-kata dalam Narasinya Frequency Cumulative Tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Netral/tidak tahu 7 14,0 14,0 18,0 Setuju 28 56,0 56,0 74,0 Sangat setuju 13 26,0 26,0 100,0 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa 56% (n=28) responden mengatakan setuju bahwa kata-kata dalam narasi iklan AlwaysOn mampu menarik perhatian mereka. Persentase terbesar kedua adalah jumlah responden yang mengatakan sangat setuju sebesar 26% (n=13). Hal ini mengindikasikan bahwa kata-kata dalam narasi iklan AlwaysOn sangat kuat dalam menarik perhatian audiensnya. 60

5 c. Indikator Sensasi 3: Iklan AlwaysOn menarik perhatian karena penampilan karakter utamanya Tabel 5.3 Responden Tertarik pada Iklan AlwaysOn Karena Penampilan Karakter Utama Frequency Cumulative Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Tidak setuju 7 14,0 14,0 16,0 Netral/tidak tahu 13 26,0 26,0 42,0 Setuju 23 46,0 46,0 88,0 Sangat setuju 6 12,0 12,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.3, persentase responden yang menyatakan setuju bahwa penampilan karakter utama dalam iklan AlwaysOn mampu menarik perhatian mereka adalah yang paling besar dengan 46% (n=23) responden. Persentase mereka yang menyatakan netral berada di tempat kedua dengan 26% (n=13) responden. Hal ini berarti responden merasa penampilan karakter utama dalam iklan AlwaysOn mampu menarik perhatian mereka. 61

6 d. Indikator Sensasi 4: Iklan AlwaysOn menarik perhatian karena akting karakter utamanya Tabel 5.4 Responden Tertarik pada Iklan AlwaysOn karena Akting Karakter Utama Frequency Cumulative Tidak setuju 7 14,0 14,0 14,0 Netral/tidak tahu 14 28,0 28,0 42,0 Setuju 18 36,0 36,0 78,0 Sangat setuju 11 22,0 22,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.4, pendapat responden mengenai kemampuan akting karakter utama iklan AlwaysOn dalam menarik perhatian mereka terbagi cukup merata antara netral/tidak tahu, setuju, dan sangat setuju. Persentase tertinggi adalah setuju dengan 36% (n=18) responden, diikuti netral/tidak tahu dengan 28% (n=14), dan sangat setuju dengan 22% (n=11) responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung merasa akting karakter utama dalam iklan AlwaysOn mampu menarik perhatian mereka karena kebanyakan dari mereka cenderung menyatakan setuju dan sangat setuju. 62

7 2. Atensi Sub dimensi berikutnya dari seleksi adalah atensi. Atensi kemudian dibagi menjadi dua sub dimensi lagi yaitu motif dan emosional. Indikator-indikator yang disajikan adalah sebagai berikut. a. Motif Motif merupakan sub dimensi pertama dari atensi. Pada bagian ini peneliti menyajikan tujuh indikator yang akan menjelaskan motif responden untuk memperhatikan iklan AlwaysOn berikut hasilnya. 1. Indikator Motif 1: Menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena tertarik dengan ceritanya Tabel 5.5 Motif Responden adalah Tertarik pada Cerita Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Netral/tidak tahu 11 22,0 22,0 24,0 Setuju 28 56,0 56,0 80,0 Sangat setuju 10 20,0 20,0 100,0 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa 56% (n=28) responden menyatakan setuju bahwa cerita iklan AlwaysOn membuat mereka menyaksikan iklan tersebut dari awal sampai habis. Sementara itu persentase responden yang menyatakan sangat tidak setuju sangatlah kecil dengan 2% (n=1) responden saja. Hal ini menunjukkan bahwa cerita iklan AlwaysOn merupakan salah satu faktor yang 63

8 paling kuat dalam memotivasi responden untuk menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis. 2. Indikator Motif 2: Menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena tertarik dengan pesan Kebebasan itu Nyata Tabel 5.6 Motif Responden adalah Tertarik pada Pesan Kebebasan itu Nyata Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Tidak setuju 2 4,0 4,0 6,0 Netral/tidak tahu 9 18,0 18,0 24,0 Setuju 25 50,0 50,0 74,0 Sangat setuju 13 26,0 26,0 100,0 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa 50% (n=25) responden atau menyatakan setuju bahwa pesan Kebebasan itu Nyata mampu membuat mereka menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis. Kemudian 26% (n=13) responden menyatakan sangat setuju bahwa pesan Kebebasan itu Nyata mampu membuat mereka menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis. Sementara itu, jumlah yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju sangatlah kecil yaitu 2% (n=1) dan 4% (n=2). Hal ini menunjukkan bahwa pesan Kebebasan itu Nyata merupakan pesan yang mampu menangkap atensi atau perhatian dari responden. 64

9 3. Indikator Motif 3: Menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena tertarik dengan karakter utamanya Tabel 5.7 Motif Responden adalah Tertarik pada Karakter Utama Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Tidak setuju 7 14,0 14,0 18,0 Netral/tidak tahu 19 38,0 38,0 56,0 Setuju 15 30,0 30,0 86,0 Sangat setuju 7 14,0 14,0 100,0 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa 38% (n=19) responden menyatakan netral dengan kemampuan karakter utama dalam iklan AlwaysOn untuk membuat mereka menyaksikan iklan tersebut sampai habis. Akan tetapi, tidak jauh dari jumlah tersebut, 30% (n=15) responden menyatakan setuju bahwa mereka menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena tertarik dengan karakter utamanya. 65

10 4. Indikator Motif 4: Menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena tertarik dengan jingle-nya Tabel 5.8 Motif Responden adalah Tertarik dengan Jingle Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Tidak setuju 11 22,0 22,0 26,0 Netral/tidak tahu 19 38,0 38,0 64,0 Setuju 16 32,0 32,0 96,0 Sangat setuju 2 4,0 4,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.8, distribusi persentase jawab cukup merata di jawaban netral/tidak tahu dan setuju. Jawaban netral/tidak tahu menjadi jawaban paling banyak dengan 38% (n=19) responden. Sementarai itu, 32% (n=16) responden menyatakan setuju bahwa mereka menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena jingle-nya. 66

11 5. Indikator Motif 5: Menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena ingin mengetahui produk yang diiklankan Tabel 5.9 Motif Responden adalah Keingintahuan terhadap Produk Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 3 6,0 6,0 6,0 Tidak setuju 6 12,0 12,0 18,0 Netral/tidak tahu 7 14,0 14,0 32,0 Setuju 24 48,0 48,0 80,0 Sangat setuju 10 20,0 20,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.9, jumlah responden yang menyatakan setuju bahwa mereka menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena ingin mengetahui produk yang diiklankan adalah sebesar 48% (n=24). Jumlah ini cukup dominan melampaui jawaban-jawaban lainnya. Jawaban paling banyak berikutnya adalah sangat setuju dengan 20% (n=25). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa tertarik untuk menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis. 67

12 6. Indikator Motif 6: Menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena ingin mengetahui kategori produk yang diiklankan Tabel 5.10 Motif Responden adalah Keingintahuan terhadap Kategori Produk Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Tidak setuju 4 8,0 8,0 12,0 Netral/tidak tahu 8 16,0 16,0 28,0 Setuju 28 56,0 56,0 84,0 Sangat setuju 8 16,0 16,0 100,0 Tabel 5.10 menunjukkan bahwa 56% (n=28) responden setuju bahwa mereka menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena ingin mengetahui kategori produk yang diiklankan. Jumlah ini jauh melampaui jawaban-jawaban lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden termotivasi keingintahuan terhadap kategori produk yang diiklankan untuk menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis. 68

13 7. Indikator Motif 7: Menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena ingin mengetahui merek yang diiklankan Tabel 5.11 Motif Responden adalah Keingintahuan terhadap Merek Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Tidak setuju 5 10,0 10,0 12,0 Netral/tidak tahu 12 24,0 24,0 36,0 Setuju 24 48,0 48,0 84,0 Sangat setuju 8 16,0 16,0 100,0 Tabel 5.11 menunjukkan 48% (n=24) responden menyatakan bahwa mereka ingin menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis karena ingin mengetahui merek yang diiklankan. Jumlah terbesar kedua adalah jawaban netral sebesar 24% (n=12). Hal ini tidak terlalu mempengaruhi kecenderungan jawaban mayoritas yaitu setuju karena jumlahnya yang masih jauh dari jawaban setuju. b. Emosi Emosi merupakan sub dimensi kedua dari atensi. Dalam memberikan atensi terhadap suatu stimulus, responden merasakan emosi-emosi tertentu yang disajikan dalam indikator-indikator sebagai berikut. 69

14 1. Indikator Emosi 1: Merasa penasaran ketika menyaksikan iklan AlwaysOn Tabel 5.12 Responden Merasa Penasaran ketika Menyaksikan Iklan AlwaysOn Cumulative Frequency Tidak setuju 3 6,0 6,0 6,0 Netral/tidak tahu 8 16,0 16,0 22,0 Setuju 21 42,0 42,0 64,0 Sangat setuju 18 36,0 36,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.12, sebagian besar responden merasa penasaran ketika menyaksikan iklan AlwaysOn. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah yang besar di jawaban setuju dan sangat setuju. Jumlah responden yang menjawab setuju bahwa mereka merasa penasaran ketika menyaksikan iklan AlwaysOn adalah 42% (n=21). Sementara itu yang menjawab sangat setuju bahwa mereka merasa penasaran ketika menyaksikan iklan AlwaysOn adalah 36% (n=18). 70

15 2. Indikator Emosi 2: Merenungkan makna kehidupan ketika menyaksikan iklan AlwaysOn Tabel 5.13 Responden Merenungkan Kehidupan ketika Menyaksikan Iklan AlwaysOn Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Tidak setuju 10 20,0 20,0 24,0 Netral/tidak tahu 11 22,0 22,0 46,0 Setuju 20 40,0 40,0 86,0 Sangat setuju 7 14,0 14,0 100,0 Sumber: Hasil Olahan 2012 Berdasarkan tabel 5.13, persentase jawaban terbesar adalah setuju dengan 40% (n=20). Mereka setuju bahwa iklan AlwaysOn membuat mereka merenungkan makna kehidupan. Sementara itu, banyak pula yang menjawab netral dengan persentase 22% (n=11) dan tidak setuju sebesar 20% (n=10). Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa cukup setuju bahwa mereka merenungkan makna kehidupan ketika menyaksikan iklan AlwaysOn. 71

16 3. Indikator Emosi 3: Merenungkan makna kebebasan ketika menyaksikan iklan AlwaysOn Tabel 5.14 Responden Merenungkan Kebebasan ketika Menyaksikan Iklan AlwaysOn Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Tidak setuju 5 10,0 10,0 12,0 Netral/tidak tahu 13 26,0 26,0 38,0 Setuju 20 40,0 40,0 78,0 Sangat setuju 11 22,0 22,0 100,0 Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa setuju bahwa mereka merenungkan makna kebebasan ketika menyaksikan iklan AlwaysOn. Sebesar 40% (n=20) responden menjawab setuju. Selain itu, 26% (n=13) responden menjawab netral dan 22% (n=11) menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukkan kecenderungan positif karena hanya sedikit responden menjawab tidak setuju dan sangat setuju. 72

17 4. Indikator Emosi 4: Merasa terharu ketika menyaksikan iklan AlwaysOn Tabel 5.15 Responden Merasa Terharu ketika Menyaksikan Iklan AlwaysOn Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 3 6,0 6,0 6,0 Tidak setuju 14 28,0 28,0 34,0 Netral/tidak tahu 21 42,0 42,0 76,0 Setuju 10 20,0 20,0 96,0 Sangat setuju 2 4,0 4,0 100,0 Tabel 5.15 menunjukkan bahwa kebanyakan responden menjawab netral ketika ditanyakan apakah mereka merasa terharu ketika menonton iklan AlwaysOn. Jumlah responden yang menjawab netral adalah sebanyak 42% (n=21). Persentase terbesar kedua adalah tidak setuju dengan 28% (n=14). Sementara itu jumlah yang menjawab setuju adalah 20% (n=10). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden merasa tidak yakin apakah mereka merasa terharu atau tidak sehingga memilih jawaban netral. 73

18 5. Indikator Emosi 5: Merasa gembira ketika menyaksikan iklan AlwaysOn Tabel 5.16 Responden Merasa Gembira ketika Menyaksikan Iklan AlwaysOn Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Tidak setuju 16 32,0 32,0 36,0 Netral/tidak tahu 22 44,0 44,0 80,0 Setuju 9 18,0 18,0 98,0 Sangat setuju 1 2,0 2,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.16, sebanyak 44% (n=22) responden menjawab netral bahwa mereka merasa gembira ketika menyaksikan iklan. Tidak jauh dari jumlah tersebut, sebanyak 32% (n=16) responden menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang bisa merasakan kegembiraan ketika menyaksikan iklan AlwaysOn. 74

19 V Dimensi Organisasi 1. Grouping Grouping merupakan salah satu sub dimensi dari dimensi organisasi. Untuk itu, indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Indikator Grouping 1: Mengenali bahwa iklan AlwaysOn mengiklankan produk telekomunikasi Tabel 5.17 Responden Mengenali sebagai Iklan Produk Telekomunikasi Cumulative Frequency Tidak setuju 4 8,0 8,0 8,0 Netral/tidak tahu 8 16,0 16,0 24,0 Setuju 21 42,0 42,0 66,0 Sangat setuju 17 34,0 34,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.17, 42% (n=21) responden menyatakan bahwa mereka setuju bahwa mereka mengenali iklan AlwaysOn sebagai iklan yang mengiklankan produk telekomunikasi. Kemudian persentase terbesar kedua dengan 34% (n=17) adalah sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa iklan AlwaysOn dapat dikenali dengan baik sebagai iklan produk telekomunikasi. 75

20 b. Indikator Grouping 2: Mengenali bahwa iklan AlwaysOn mengiklankan paket mobile internet Tabel 5.18 Responden Mengenali sebagai Iklan Paket Mobile Internet Cumulative Frequency Tidak setuju 6 12,0 12,0 12,0 Netral/tidak tahu 8 16,0 16,0 28,0 Setuju 21 42,0 42,0 70,0 Sangat setuju 15 30,0 30,0 100,0 Tabel 5.18 menunjukkan bahwa 42% (n=21) responden setuju bahwa mereka mengenali iklan AlwaysOn sebagai iklan yang mengiklankan produk paket mobile internet. 30% (n=15) responden juga menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa iklan AlwaysOn dapat dikenali dengan baik sebagai iklan produk paket mobile internet. 76

21 c. Indikator Grouping 3: Mengenali bahwa iklan AlwaysOn mengiklankan paket AlwaysOn Tabel 5.19 Responden Mengenali sebagai Iklan Paket AlwaysOn Cumulative Frequency Tidak setuju 4 8,0 8,0 8,0 Netral/tidak tahu 9 18,0 18,0 26,0 Setuju 23 46,0 46,0 72,0 Sangat setuju 14 28,0 28,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.19, 46% (n=23) responden menjawab setuju bahwa mereka bisa mengenali iklan AlwaysOn sebagai iklan tentang paket AlwaysOn. 28% (n=14) responden juga menjawab sangat setuju bahwa mereka bisa mengenali iklan AlwaysOn sebagai iklan tentang paket AlwaysOn. Hal ini menunjukkan bahwa responden dapat mengenali iklan AlwaysOn sebagai iklan tentang paket AlwaysOn dengan cukup baik. 77

22 d. Indikator Grouping 4: Mengenali bahwa iklan AlwaysOn mengiklankan merek 3 (Tri) Tabel 5.20 Responden Mengenali sebagai Iklan Merek 3 (Tri) Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Tidak setuju 10 20,0 20,0 24,0 Netral/tidak tahu 6 12,0 12,0 36,0 Setuju 23 46,0 46,0 82,0 Sangat setuju 9 18,0 18,0 100,0 Tabel 5.20 menunjukkan bahwa 46% (n=23) menyatakan setuju bahwa mereka dapat mengenali iklan AlwaysOn sebagai iklan tentang merek 3 (Tri). Persentase terbesar kedua adalah tidak setuju dengan 20% (n=10) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa untuk sebagian besar responden, iklan AlwaysOn dapat dikenali dengan baik sebagai iklan 3 (Tri) walau masih ada beberapa responden yang tidak dapat mengenali. 78

23 2. Konteks Konteks merupakan salah satu sub dimensi dari organisasi. Indikatorindikator konteks disajikan sebagai berikut. a. Indikator Konteks 1: Mengenali iklan AlwaysOn dari jingle-nya Tabel 5.21 Responden Mengenali Iklan AlwaysOn dari Jingle-nya Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Tidak setuju 13 26,0 26,0 30,0 Netral/tidak tahu 14 28,0 28,0 58,0 Setuju 18 36,0 36,0 94,0 Sangat setuju 3 6,0 6,0 100,0 Tabel 5.21 menunjukkan bahwa jawaban responden cukup merata pada tidak setuju, netral, dan setuju. Jawaban terbanyak adalah setuju dengan 36% (n=18). Sementara jawaban netral berjumlah 28% (n=14) dan jawaban tidak setuju berjumlah 26% (n=13). Hal ini menunjukkan bahwa organisasi responden terhadap iklan AlwaysOn berdasarkan jingle-nya cukup beragam. Ada yang mengingat jingle-nya, ada yang tidak. 79

24 b. Indikator Konteks 2: Mengenali iklan AlwaysOn dari kata-kata dalam narasinya Tabel 5.22 Responden Mengenali Iklan AlwaysOn dari Kata-kata dalam narasi Cumulative Frequency Tidak setuju 3 6,0 6,0 6,0 Netral/tidak tahu 7 14,0 14,0 20,0 Setuju 33 66,0 66,0 86,0 Sangat setuju 7 14,0 14,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.22, jawaban terbanyak adalah setuju dengan 66% (n=33). Mereka setuju bahwa iklan AlwaysOn dapat dikenali dengan baik dari kata-kata dalam narasinya. Hal ini menunjukkan bahwa kata-kata dalam narasi merupakan salah satu organisasi konteks yang paling kuat bagi iklan AlwaysOn. c. Indikator Konteks 3: Mengenali iklan AlwaysOn dari ceritanya Tabel 5.23 Responden Mengenali Iklan AlwaysOn dari Cerita Cumulative Frequency Tidak setuju 7 14,0 14,0 14,0 Netral/tidak tahu 11 22,0 22,0 36,0 Setuju 25 50,0 50,0 86,0 Sangat setuju 7 14,0 14,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.23, jawaban terbanyak adalah setuju dengan 50% (n=25). Mereka setuju bahwa iklan AlwaysOn dapat dikenali dengan baik dari 80

25 ceritanya. Hal ini menunjukkan bahwa cerita iklan AlwaysOn cukup kuat dalam membentuk organisasi di benak responden. d. Indikator Konteks 4: Mengenali iklan AlwaysOn dari pesan Kebebasan itu Nyata Tabel 5.24 Responden Mengenali Iklan AlwaysOn dari Pesan Kebebasan itu Nyata Cumulative Frequency Tidak setuju 5 10,0 10,0 10,0 Netral/tidak tahu 6 12,0 12,0 22,0 Setuju 24 48,0 48,0 70,0 Sangat setuju 15 30,0 30,0 100,0 Tabel 5.24 menunjukkan bahwa jawaban terbanyak adalah setuju dengan 48% (n=24). Mereka setuju bahwa iklan AlwaysOn dapat dikenali dengan baik dari pesan Kebebasan itu Nyata. Sebanyak 30% (n=15) menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pesan Kebebasan itu Nyata dapat dikenali dengan baik oleh responden berkaitan dengan iklan AlwaysOn. 81

26 e. Indikator Konteks 5: Mengenali iklan AlwaysOn dari karakter utamanya Tabel 5.25 Responden Mengenali Iklan AlwaysOn dari Karakter Utama Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 4 8,0 8,0 8,0 Tidak setuju 13 26,0 26,0 34,0 Netral/tidak tahu 12 24,0 24,0 58,0 Setuju 14 28,0 28,0 86,0 Sangat setuju 7 14,0 14,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.25, pendapat responden tersebar cukup merata di tidak setuju, netral, dan setuju. Sebanyak 28% (n=14) menjawab setuju, 26% (n=13) menjawab tidak setuju, dan 24% (n=12) menjawab netral/tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa karakter utama iklan AlwaysOn memberikan kesan yang berbeda-beda bagi responden sehingga organisasi yang ditimbulkan juga berbedabeda. 82

27 V Dimensi Interpretasi 1. Semiotik Semiotik merupakan sub dimensi dari interpretasi. Untuk sub dimensi semiotik, indikator-indikatornya disajikan sebagai berikut. a. Indikator Semiotik 1: Menginterpretasikan bahwa paket AlwaysOn menawarkan kebebasan berinternet kepada penggunanya Tabel 5.26 Paket AlwaysOn Menawarkan Kebebasan Berinternet Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Tidak setuju 8 16,0 16,0 18,0 Netral/tidak tahu 6 12,0 12,0 30,0 Setuju 26 52,0 52,0 82,0 Sangat setuju 9 18,0 18,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.26, jawaban dengan persentase terbesar adalah setuju dengan 52% (n=26). Mereka menyatakan setuju bahwa paket AlwaysOn mereka interpretasikan sebagai paket yang menawarkan kebebasan berinternet kepada penggunanya. Jawaban ini merupakan jawaban yang dominan sehingga dapat dikatakan bahwa iklan AlwaysOn berhasil membentuk interpretasi responden bahwa paket AlwaysOn menawarkan kebebasan berinternet. 83

28 b. Indikator Semiotik 2: Menginterpretasikan bahwa paket AlwaysOn menawarkan lebih banyak keunggulan dibandingkan kompetitornya Tabel 5.27 Paket AlwaysOn Menawarkan Lebih Banyak Keunggulan Cumulative Frequency Tidak setuju 7 14,0 14,0 14,0 Netral/tidak tahu 17 34,0 34,0 48,0 Setuju 20 40,0 40,0 88,0 Sangat setuju 6 12,0 12,0 100,0 Tabel 5.27 menunjukkan bahwa responden cukup terbagi antara jawaban setuju dan netral/tidak tahu. Jumlah responden yang menjawab setuju adalah 40% (n=20). Sementara itu, jumlah responden yang menjawab netral/tidak tahu adalah 34% (n=17). Jumlah ini bukan merupakan jumlah yang sangat jauh. Hal ini menunjukkan ada responden yang menginterpretasikan bahwa paket AlwaysOn menawarkan lebih banyak keunggulan dibandingkan kompetitornya dan ada juga responden yang tidak menginterpretasikan bahwa paket AlwaysOn lebih unggul dibandingkan kompetitornya. 84

29 c. Indikator Semiotik 3: Menginterpretasikan bahwa paket AlwaysOn dapat memenuhi kebutuhan berinternet responden Tabel 5.28 Paket AlwaysOn Dapat Memenuhi Kebutuhan Berinternet Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Tidak setuju 12 24,0 24,0 26,0 Netral/tidak tahu 18 36,0 36,0 62,0 Setuju 14 28,0 28,0 90,0 Sangat setuju 5 10,0 10,0 100,0 Tabel 5.28 menunjukkan bahwa jawaban responden terbagi ke jawaban tidak setuju, netral/tidak tahu, dan setuju. Jumlah responden yang menjawab netral adalah 36% (n=18). Jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 28% (n=14). Sementara itu, jumlah responden yang menjawab tidak setuju adalah 24% (n=12). Hal ini menunjukkan bahwa iklan AlwaysOn belum bisa mengkomunikasikan dengan baik bahwa paket AlwaysOn bisa menjawab kebutuhan semua responden. 85

30 d. Indikator Semiotik 4: Menginterpretasikan bahwa merek 3 (Tri) menjunjung tinggi semangat kebebasan Tabel 5.29 Merek 3 (Tri) Menjunjung Tinggi Semangat Kebebasan Cumulative Frequency Tidak setuju 2 4,0 4,0 4,0 Netral/tidak tahu 15 30,0 30,0 34,0 Setuju 28 56,0 56,0 90,0 Sangat setuju 5 10,0 10,0 100,0 Tabel 5.29 menunjukkan bahwa jawaban terbesar adalah setuju dengan persentase 56% (n=28). Sementara jawaban terbesar kedua adalah netral dengan 30% (n=15). Hal ini menunjukkan bahwa banyak responden yang menginterpretasikan merek 3 (Tri) sebagai merek yang menjunjung tinggi kebebasan. Akan tetapi jumlah responden yang merasa tidak yakin dengan pernyataan tersebut juga masih cukup besar. 86

31 e. Indikator Semiotik 5: Menginterpretasikan bahwa merek 3 (Tri) adalah merek yang cerdas Tabel 5.30 Merek 3 (Tri) adalah Merek yang Cerdas Cumulative Frequency Sangat tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Tidak setuju 7 14,0 14,0 16,0 Netral/tidak tahu 18 36,0 36,0 52,0 Setuju 19 38,0 38,0 90,0 Sangat setuju 5 10,0 10,0 100,0 Berdasarkan tabel 5.30, 42% (n=21) memberikan jawaban setuju bahwa interpretasi mereka terhadap merek 3 (Tri) berdasarkan iklan AlwaysOn adalah sebagai brand yang cerdas. Sementara itu, tidak jauh dari angka tersebut yakni sebesar 34% (n=17) menjawab netral/tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua responden tidak secara langsung menginterpretasikan 3 (Tri) sebagai brand yang cerdas. 87

32 f. Indikator Semiotik 6: Menginterpretasikan bahwa brand 3 (Tri) adalah brand yang provokatif Tabel 5.31Brand 3 (Tri) adalah Brand yang Provokatif Cumulative Frequency Tidak setuju 6 12,0 12,0 12,0 Netral/tidak tahu 17 34,0 34,0 46,0 Setuju 21 42,0 42,0 88,0 Sangat setuju 6 12,0 12,0 100,0 Tabel 5.31 menunjukkan bahwa jawaban responden terbagi antara netral/tidak tahu dan setuju. Jumlah responden yang menyatakan setuju bahwa brand 3 (Tri) adalah brand yang provokatif berjumlah 38% (n=19). Sementara itu jumlah responden yang menjawab netral/tidak tahu adalah 36% (n=18). Selisih tersebut merupakan selisih yang sangat dekat. Hal ini menunjukkan bahwa iklan AlwaysOn belum dapat menyampaikan bahwa brand Tri (3) adalah brand yang provokatif kepada semua responden. 88

33 g. Indikator Semiotik 7: Menginterpretasikan bahwa brand 3 (Tri) adalah brand yang selalu berinovasi dalam memberikan layanan telekomunikasi Tabel 5.32 Brand 3 (Tri) adalah Brand yang Selalu Berinovasi Cumulative Frequency Tidak setuju 1 2,0 2,0 2,0 Netral/tidak tahu 23 46,0 46,0 48,0 Setuju 21 42,0 42,0 90,0 Sangat setuju 5 10,0 10,0 100,0 Sumber: Hasil Olahan,2012 Tabel 5.32 menunjukkan bahwa jawaban terbanyak adalah netral dengan 46% (n=23). Akan tetapi tidak jauh dari angka tersebut, 42% (n=21) menjawab setuju bahwa interpretasi mereka terhadap iklan AlwaysOn berkaitan dengan brand Tri (3) adalah selalu memberikan inovasi dalam layanan telekomunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa interpretasi responden mengenai inovasi dari Tri (3) cukup terbagi. 89

34 V.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh jawaban bahwa iklan AlwaysOn mampu menarik perhatian responden dan menyampaikan brand message mengenai kebebasan. Penonton mengasosiasikan brand 3 (Tri) dan juga produk AlwaysOn dengan nilai kebebasan. V.2.1 Proses Persepsi terhadap Brand Message pada Iklan AlwaysOn Persepsi merupakan suatu proses seleksi, organisasi, dan interpretasi stimulus. Dalam penelitian ini yang menjadi stimulus adalah elemen-elemen desain pesan dalam iklan AlwaysOn yaitu teks, visual, dan audio. Stimulus tersebut diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan dan menghasilkan suatu pemahaman atau persepsi. Jawaban tersebut dijabarkan secara lebih jelas sebagai berikut. 1. Seleksi Stimulus Iklan AlwaysOn Secara keseluruhan, stimulus iklan AlwaysOn yang dibahas yakni jingle, kata-kata dalam narasi, penampilan dan akting karakter mampu menarik perhatian dari responden. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju pada tiap-tiap pertanyaan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, elemen-elemen iklan AlwaysOn bisa dibilang mampu membuat responden tertarik untuk menyaksikan iklan tersebut. Menurut hasil yang telah diperoleh dari penelitian, elemen desain pesan yang paling menarik perhatian dari iklan AlwaysOn adalah teks atau kata-kata 90

35 dalam narasi dalam iklan tersebut. Jawaban responden yang dominan pada pertanyaan mengenai apakah mereka tertarik pada iklan AlwaysOn karena katakata dalam narasinya adalah setuju,sebesar 56% (n=28), dan sangat setuju, sebesar 26% (n=13). Pada pertanyaan lainnya, pola jawaban yang di dapat adalah netral dan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa kata-kata dalam narasi iklan AlwaysOn merupakan stimulus yang mampu menarik perhatian penonton. Kekuatan kata-kata dalam narasi dalam iklan AlwaysOn merupakan hal yang tidak biasa untuk iklan televisi, seperti dikatakan oleh Ouwerzloot dan Duncan (2008), bahwa biasanya kekuatan iklan televisi adalah pada visualnya, sedangkan teks hanyalah sebagai salah satu elemen yang tidak terlalu penting dalam menyampaikan pesan. Namun pada iklan AlwaysOn kata-kata dalam sebuah narasi menjadi elemen terpenting dan berhasil menarik perhatian responden. Keberhasilan teks dalam menarik perhatian khalayak bukan hanya karena kata-kata yang muncul semata, tetapi juga karena sinergi dengan visual dan audio yang terdapat dalam iklan AlwaysOn. Sinergi diantara teks, visual, dan audio iklan AlwaysOn menghasilkan tone dan style yang berhasil menarik perhatian responden. Tone dan style yang baik itu terbentuk karena jingle dan karakter utama bersinergi dengan kata-kata dalam narasi sehingga berhasil menghidupkan iklan AlwaysOn menjadi iklan yang bercerita dengan baik. Semua elemen dalam iklan AlwaysOn saling mendukung dengan baik. Sinergi teks, visual, dan audio dibuktikan oleh sangat sedikitnya jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk masing-masing butir pertanyaan pada 91

36 bagian sensasi. Terbukti kebanyakan responden menjawab setuju bahwa jingle mampu menarik perhatian mereka yakni sebesar 54% (n=50). Kebanyakan responden juga menjawab setuju bahwa akting dan penampilan karakter utama menarik perhatian mereka dengan persentase masing-masing, 46% (n=50) dan 36% (n=50). Jingle, kata-kata dalam narasi, penampilan, dan akting karakter utama dalam iklan AlwaysOn menghasilkan cerita yang tersampaikan dengan baik. Masing-masing stimulus mampu menarik perhatian dengan baik sehingga saat mereka saling mendukung untuk menyampaikan suatu kesatuan pesan, sensasi yang diterima responden semakin menguat. Kata-kata dalam narasi iklan AlwaysOn sendiri menjadi elemen yang paling dominan karena kata-kata tersebut membuat jingle, penampilan, dan akting karakter utama dalam iklan AlwaysOn menjadi masuk akal dan mudah dipahami. Jika tidak ada kata-kata dalam narasi pada iklan tersebut, penonton harus menerka-nerka maksud dari adegan-adegan dalam iklan. Akan tetapi dengan digunakannya kata-kata dalam narasi yang menarik dan mudah dipahami, maka penonton dapat menangkap maksud dari adegan-adegan dalam iklan tersebut. Narasi iklan AlwaysOn juga dibawakan dengan gaya bercerita. Narasi seolah-olah merupakan kata-kata dari pikiran karakter utama dalam iklan AlwaysOn. Narasi disesuaikan dengan karakter utama dan juga adegan yang sedang berlangsung. Pada iklan versi pria, suara narator adalah suara pria dan begitu pula sebaliknya, pada versi wanita, suara narator adalah suara wanita. 92

37 Terlepas dari sinergi elemen teks, visual, dan audio, karakter utama dan jingle tetaplah bukan stimulus yang dominan. Banyak responden memilih menjawab netral pada pertanyaan mengenai ketertarikan terhadap jingle, penampilan, dan akting karakter utama. Jumlah responden yang menjawab netral untuk ketertarikan terhadap jingle adalah 26% (n=50). Sedangkan jumlah responden yang menjawab netral untuk ketertarikan terhadap penampilan dan akting karakter utama adalah masing-masing 26% (n=13) dan 28% (n=14). Karakter utama lebih sebagai pendukung dari cerita dalam iklan AlwaysOn. Mereka tidak bertindak sebagai endorser atau opinion leader yang dapat mempengaruhi penonton cukup dengan kredibilitasnya saja. Begitu pula dengan jingle iklan AlwaysOn yang lebih berguna untuk menekankan bahwa iklan tersebut adalah iklan untuk paket AlwaysOn. Untuk dimensi atensi, pembahasan dimulai dari motif. Motif yang paling dominan dari responden untuk menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis adalah cerita dengan 56% (n=28), pesan Kebebasan itu Nyata dengan 50% (n=25), keingintahuan terhadap produk dengan 48% (n=24), kategori produk dengan 56% (n=28), dan brand yang diiklankan dengan 48% (n=24). Lalu pada bagian emosional, perasaan yang paling dominan adalah rasa penasaran, dengan 42% (n=21) responden menjawab setuju dan 36% (n=18) responden menjawab sangat setuju, dan juga merenungkan makna kebebasan 40% (n=20) responden setuju dan 22% (n=11) responden sangat setuju. Berdasarkan hal ini, stimulus-stimulus iklan AlwaysOn telah berhasil membuat penonton merasa penasaran dan merenungkan makna kebebasan. 93

38 Pengaruh Usia Responden terhadap Ketertarikan pada Iklan AlwaysOn Karakteristik responden berperan cukup besar dalam membentuk ketertarikan responden pada iklan AlwaysOn. Usia responden yang berada dalam rentang tahun menunjukkan bahwa responden merupakan golongan usia muda. Rob Walker (2009) dalam bukunya Buying In What We Buy and Who We Are, menyatakan bahwa menjual barang pada generasi muda kini lebih sulit dari sebelumnya. Menurut The Wall Street Journal, anak muda dapat menyadari ketika mereka sedang menjadi target pemasaran. Mereka memiliki kemampuan memecahkan pesan pemasaran, seolah-olah sudah menjadi bawaan lahir. Karakteristik penting dari generasi muda saat ini adalah betapa individualnya mereka. Walker (2009) mengatakan bahwa lebih dari segalanya, generasi muda saat ini adalah individu, bukan pengikut. Anak muda menginginkan individualisme. Kini mereka tidak lagi berusaha mengikuti apa yang orang lain lakukan. Kebebasan berkaitan dengan individualisme. Generasi muda ingin bebas dalam menentukan pilihan mereka sendiri sesuai dengan apa yang mereka yakini. Mereka tidak lagi ingin tergantung pada orang lain. Mereka ingin hidup mandiri. Semua itu merupakan bentuk individualisme yang berusaha dicapai dengan menjadi pribadi yang bebas. Karena karakteristik tersebut, pesan kebebasan menjadi sangat beresonansi dengan mereka. Pesan Kebebasan itu Nyata dapat menarik perhatian mereka, terlebih lagi disampaikan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sering 94

39 muncul dalam benak anak muda. Responden merasa bahwa cerita dan pesan dalam iklan AlwaysOn merefleksikan apa yang sering mereka pertanyakan dalam hidup mereka. Selain itu iklan juga menggunakan karakter utama anak muda. Karakter utama tersebut dapat beresonansi dengan kelompok usia muda karena mereka mencerminkan kelompok usia responden. Hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang menjawab setuju bahwa penampilan dan akting karakter utama menarik perhatian mereka. Banyak pula responden yang setuju bahwa mereka menonton iklan AlwaysOn sampai habis karena tertarik dengan karakter utama. Ketertarikan Responden terhadap Desain Pesan Iklan AlwaysOn berdasarkan Model SUCCESs Seperti sudah disebutkan sebelumnya, alasan-alasan dominan yang membuat responden menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis antara lain adalah cerita, pesan Kebebasan itu Nyata, serta keingintahuan terhadap produk, kategori produk, dan brand. Hal ini menunjukkan bahwa iklan AlwaysOn berhasil membuat responden penasaran. Mereka ingin mengetahui tentang apakah sebenarnya iklan AlwaysOn tersebut. Iklan AlwaysOn merupakan iklan yang tidak melakukan hard sell. Iklan tersebut tidak langsung menunjukkan produk atau brand serta manfaat yang ditawarkan. Hal ini membuat penonton iklan AlwaysOn menjadi tertarik untuk menyaksikan sampai habis iklan tersebut. Kekuatan utama dari iklan AlwaysOn bukanlah pada produk atau brand yang ditawarkan tetapi justru pada pesan 95

40 Kebebasan itu Nyata dan cara penyampaian pesan yang menarik dan tidak terduga. Untuk merebut perhatian konsumen, iklan sebaiknya dirancang secara cerdas, yang mampu mengejutkan konsumen, atau menampilkan hal-hal di luar dugaan konsumen (Sutisna 2002, 74). Menurut Shimp (2009) ada suatu model yang bisa digunakan untuk menjelaskan iklan yang sticky atau melekat di benak audiens. Model tersebut adalah SUCCESs yang terdiri dari: simplicity (kesederhanaan), unexpectedness (tidak terduga), concrete (konkrit), credibility (kredibilitas), emotional (emosional), dan storytelling (bercerita). Shimp mengatakan bahwa iklan yang stick tidak harus memiliki semua karakter tersebut. Dengan hanya memiliki salah satu karakter saja sudah cukup membuat suatu iklan menjadi stick. Berdasarkan model SUCCESs, iklan AlwaysOn dapat dikatakan sebagai iklan yang stick karena memiliki karakter-karakter sebagai berikut: a. Unexpected atau tidak terduga. Iklan AlwaysOn cukup membuat penasaran penontonnya. Hal ini terbukti dengan jawaban penonton pada bagian emosional yang menyatakan bahwa mereka merasa penasaran ketika menonton iklan tersebut. Iklan AlwaysOn tidak memperlihatkan atau menyebutkan baik produk ataupun brand yang diiklankan hingga bagian akhir iklan. Iklan AlwaysOn juga memiliki gaya yang tidak biasa dilakukan oleh operator telekomunikasi dalam beriklan. Penonton tidak menduga bahwa iklan AlwaysOn merupakan iklan untuk produk paket mobile internet atau untuk operator telekomunikasi hingga bagian akhir iklan. 96

41 b. Emotionality atau emosional. Iklan AlwaysOn adalah iklan yang cukup dapat menyentuh perasaan responden. Hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang menjawab setuju pada tiap-tiap pertanyaan pada bagian emosi. Perasaan yang dominan adalah penasaran dan merenungkan makna kebebasan dimana mayoritas responden menjawab setuju. Iklan AlwaysOn telah berhasil menumbuhkan perasaan tertentu dari responden yang menyaksikannya sehingga berhasil diingat dengan cukup baik. c. Storytelling atau bercerita. Iklan AlwaysOn memiliki kekuatan cerita yang cukup baik. Cerita iklan AlwaysOn merupakan salah satu motif yang dominan bagi kebanyakan responden untuk menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis. Shimp mengatakan bahwa karakter ini mencakup hampir semua karakteristik dalam model SUCCESs. Iklan AlwaysOn yang menggambarkan karakter utama yang menceritakan pandangannya tentang kebebasan. Keseluruhan visual dan audio dari iklan AlwaysOn bercerita kepada penontonnya. 2. Organisasi Stimulus Iklan AlwaysOn Berdasarkan sub dimensi grouping, kebanyakan responden mengelompokkan iklan AlwaysOn sebagai iklan untuk produk telekomunikasi dengan 42% (n=21) menjawab setuju dan 34% (n=17) menjawab sangat setuju; produk paket internet 42% (n=21) menjawab setuju dan 30% (n=15) menjawab sangat setuju; iklan untuk paket AlwaysOn 46% (n=23) menjawab setuju dan 28% 97

42 (n=14) menjawab sangat setuju; dan juga sebagai iklan untuk brand 3 (Tri) dengan 46% (n=23) menjawab setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa iklan AlwaysOn cukup jelas sebagai iklan dari operator telekomunikasi yang mengiklankan produk paket internet. Responden juga mengenali bahwa iklan AlwaysOn adalah iklan untuk paket AlwaysOn dan brand 3 (Tri). Hal ini sangat penting karena sebagai bentuk dari marketing communication, iklan AlwaysOn harus dapat menyampaikan produk dan brand yang diiklankan. Duncan (2008) menyebutkan bahwa marketing communication adalah tentang bagaimana menciptakan, menyampaikan, mengatur, dan mengevaluasi brand messages-segala informasi dan pengalaman yang mempengaruhi kustomer dan stakeholders lainnya dalam mempersepsi suatu brand. Oleh karena itu untuk membentuk pemahaman tentang brand yang diiklankan, tentu suatu iklan harus memperkenalkan brand yang diiklankan secara jelas. Iklan AlwaysOn berfungsi dengan baik dalam memperkenalkan brand 3 (Tri) dan juga paket AlwaysOn. Responden dapat mengenali produk dan brand yang diiklankan. Jika diteliti dari desain pesan iklan AlwaysOn, ada beberapa hal yang membuat responden mengenali brand dan produk dengan mudah. Pada bagian akhir iklan, ditampilkan tulisan Paket AlwaysOn dan juga logo brand 3 (Tri) dalam ukuran yang cukup besar memberikan penegasan bahwa iklan tersebut merupakan iklan untuk paket AlwaysOn dan brand 3 (Tri). Ukuran merupakan salah satu faktor struktural yang mempengaruhi respons audiens. Semakin besar 98

43 ukuran, makan semakin mudah pula elemen tersebut untuk menarik perhatian dan dikenali oleh audiens. Tentu penonton tidak akan melewatkan tulisan paket AlwaysOn dan juga logo brand 3 (Tri) yang ditampilkan dalam ukuran yang cukup besar. Untuk sub dimensi konteks, kebanyakan setuju bahwa mereka dapat mengenali iklan AlwaysOn dari kata-kata dalam narasinya dengan 66% (n=33), cerita dengan 50% (n=25), dan pesan Kebebasan itu Nyata 48% (n=24). Berdasarkan jawaban tersebut, maka iklan AlwaysOn dapat dikatakan memiliki kekuatan di kata-kata dalam narasi, cerita, dan pesan Kebebasan itu Nyata. Ketiga hal tersebut berhasil melekat di benak konsumen dan digunakan sebagai cara untuk mengelompokkan iklan AlwaysOn dalam benak mereka. Jingle dan karakter utama ternyata bukanlah elemen yang mempengaruhi responden. Memang jingle dan karakter utama merupakan stimulus yang membuat responden tertarik dan menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis, akan tetapi kedua elemen tersebut bukanlah elemen utama yang digunakan responden untuk mengenali iklan AlwaysOn. Model SUCCESs yang telah dijelaskan sebelumnya dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai hasil sub dimensi grouping dan konteks yang didapatkan peneliti. Model SUCCESs menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dapat membuat pesan suatu iklan menempel di benak audiensnya. Karena iklan AlwaysOn memiliki ketidakterdugaan, emosionalitas, dan kemampuan bercerita yang baik, maka produk dan brand yang diiklankan sebagai bagian dari 99

44 pesan iklan dapat tersampaikan dengan baik dan melekat di benak responden yang menyaksikannya. 3. Interpretasi Stimulus Iklan AlwaysOn Pada bagian ini, terdapat beberapa hal yang menarik. Walaupun iklan AlwaysOn cukup solid dalam menembus seleksi dan organisasi responden, ternyata interpretasi dari responden justru kurang menggembirakan. Interpretasi yang dominan dari responden adalah bahwa produk AlwaysOn menawarkan kebebasan berinternet kepada penggunanya. Buktinya jawaban setuju pada pertanyaan tersebut dengan 52% (n=26) responden. Pesan Kebebasan itu Nyata diinterpretasikan responden sebagai pesan bahwa paket AlwaysOn adalah paket yang menawarkan kebebasan berinternet. Selain itu, pesan kebebasan juga dikaitkan oleh responden dengan brand 3 (Tri). Jumlah responden yang setuju bahwa brand 3 (Tri) menjunjung tinggi kebebasan adalah 56% (n=28). Akan tetapi, untuk pertanyaan ini, jumlah responden yang menjawab netral juga cukup tinggi dengan 30% (n=15). Responden dapat menginterpretasikan seperti itu karena pesan Kebebasan itu Nyata merupakan pesan utama yang disampaikan secara eksplisit dalam iklan tersebut. Walau tidak secara langsung mengasosiasikan pesan kebebasan dengan produk AlwaysOn, responden melakukan proses rasional yang menghubungkan kedua hal tersebut. Karena iklan AlwaysOn adalah tentang produk AlwaysOn, 100

45 responden merasionalkan bahwa iklan tersebut bermaksud menyampaikan bahwa kebebasan yang disampaikan mengacu pada kebebasan berinternet yang bisa diperoleh dengan paket AlwaysOn. Pada bagian akhir iklan, disampaikan pula bahwa dengan paket AlwaysOn pengguna dapat mengakses 10 situs terpopuler di Indonesia secara bebas sepuasnya. Intensitas kata-kata kebebasan yang disampaikan dalam iklan juga cukup mempengaruhi responden. Kata-kata merupakan simbol yang diinterpretasikan responden. Kata-kata dalam narasi dalam iklan AlwaysOn hampir selalu memuat kata bebas. Bahkan kalimat pertama dari iklan AlwaysOn, baik versi pria maupun wanita adalah: Kebebasan itu omong kosong.. Intensitas yang sering itu membuat kata bebas melekat di benak responden. Mereka pun mengasosiasikan kata bebas dengan paket AlwaysOn. Hal ini juga bisa berlaku pada interpretasi responden bahwa brand 3 (Tri) menjunjung tinggi kebebasan. Di luar pesan kebebasan, responden lebih menjawab netral atau tidak tahu ketika ditanyakan tentang interpretasi mereka berdasarkan iklan tersebut. Tidak ada pernyataan yang menyatakan bahwa produk AlwaysOn lebih unggul dari kompetitornya. Fitur paket AlwaysOn yang disampaikan juga ternyata belum cukup untuk membuat responden yakin bahwa paket tersebut adalah paket yang dapat memenuhi kebutuhan internet mereka. Sama halnya dengan interpretasi terhadap produk, interpretasi terhadap brand 3 (Tri) juga masih mendapat jawaban netral yang cukup banyak. Iklan AlwaysOn bisa dibilang belum berhasil menyampaikan kualitas-kualitas provokatif, cerdas, dan inovatif untuk brand 3 (Tri). 101

46 Kekurangan-kekurangan tersebut bisa disebabkan karena lemahnya iklan AlwaysOn pada beberapa aspek. Jika ditinjau dari model SUCCESs, maka iklan AlwaysOn memiliki kelemahan pada karakter simplicity (kesederhanaan) dan concreteness (kekonkritan). Pesan iklan AlwaysOn terlalu kompleks dan kurang berterusterang. Akibatnya responden menjadi kebingungan untuk menginterpretasikan produk dan brand yang diiklankan dalam iklan tersebut. Pesan Kebebasan itu Nyata berdasarkan Konsep Hyperreality Hubungan antara kebebasan dengan paket AlwaysOn dan brand 3 (Tri) juga dapat dibahas dengan konsep hyperreality. Solomon (2009) menjelaskan tentang hyperreality sebagai berikut: Hyperreality refers to the process of making real what is initally simulation or hype. Advertisers create new relationships between objects and interpretants by inventing new connections between products and benefits, such as equating Marlboro cigarettes with the American frontier spirit. Hyperreality menghubungkan suatu produk dengan suatu benefit tertentu untuk membuat menarik pemersepsi pesan. Pemersepsi pesan diharapkan membuat suatu identitas bagi suatu produk, suatu nilai yang dapat mereka kaitkan dengan produk tersebut. Keadaan ini terjadi pada persepsi brand message pada iklan AlwaysOn di mana responden menghubungkan paket AlwaysOn dengan kebebasan. Kebebasan yang diangkat dalam iklan AlwaysOn merupakan suatu bentuk simulasi yang dianggap nyata oleh responden. Dalam iklan tersebut, tidak disebutkan sama sekali hubungan antara pesan kebebasan dengan paket AlwaysOn. Persepsi yang 102

47 muncul bahwa iklan AlwaysOn menawarkan kebebasan berinternet diperoleh dari realita hubungan yang terbentuk antara paket AlwaysOn dengan nilai kebebasan. Dalam dunia hyperreal responden, paket AlwaysOn memberikan kebebasan internet yang paling nyata. Di lain sisi, iklan AlwaysOn kurang berhasil dalam mengkomunikasikan kualitas lain di luar kebebasan. Hubungan hyperreality antara produk AlwaysOn dan Kebebasan itu Nyata menjadi terlalu kuat. Terbukti, saat ditanya tentang persepsi lainnya, responden cukup kebingungan. Mayoritas jawaban adalah netral atau tidak tahu. Bahkan pada pertanyaan dengan jawaban terbanyak setuju, jawaban netral tetap menjadi jawaban paling dominan kedua dengan selisih yang sangat sedikit dari jawaban setuju. Berdasarkan hasil tersebut, iklan AlwaysOn tampaknya masih agak membingunkan responden untuk diinterpretasikan. Konsep hyperreality juga berkaitan dengan gaya penyampaian iklan AlwaysOn yang menggunakan inherent drama. Menurut Duncan (2008), inherent drama adalah sebagai berikut: Inherent drama: Finds a characteristic of a brand that can be dramatized in storytelling or mythmaking that sets the brand apart from competitors; used in categories with little product differentation. Berdasarkan definisi tersebut, iklan AlwaysOn berusaha membedakan diri dari kompetitornya dengan mengaitkan diri dengan pesan kebebasan. Iklan AlwaysOn tidak menjelaskan tentang fungsinya secara langsung melainkan mendramatisir fungsi tersebut dalam bentuk cerita mengenai kebebasan. Karena perbedaan itu, iklan AlwaysOn menjadi lebih menarik dan tidak terduga. 103

48 Karakteristik emosional dan bercerita terlihat dari kata-kata dalam narasi, cerita, dan pesan Kebebasan itu Nyata. Tone dan style yang telah dijelaskan sebelumnya berperan besar dalam membuat iklan AlwaysOn sebagai iklan yang emosional dan bercerita. Pada iklan AlwaysOn, karakteristik brand 3 (Tri) sebagai agent provocateur didramatisir dengan menggunakan pertanyaan akan kebebasan. 3 (Tri) berusaha menjalankan ide dasarnya sebagai agen provokator dengan membuat audiens bertanya-tanya tentang makna kebebasan yang selama ini mereka kenal. Inherent drama digunakan untuk membedakan diri dari kompetitor. 3 (Tri) berusaha membedakan dirinya dan paket AlwaysOn dari operator telekomunikasi dan produk paket internet lain yang memberikan penawaran serupa melalui pesan Kebebasan itu Nyata. Akan tetapi cara ini ternyata membuat responden kurang bisa memahami maksud dari iklan AlwaysOn. Pesan mengenai kebebasan memang berhasil diterima oleh responden, akan tetapi responden tidak menangkap hal lain di luar pesan tersebut. Responden tidak menerima pesan mengenai keunggulan paket AlwaysOn dibandingkan paket mobile internet dari operator telekomunikasi lainnya. Responden juga tidak menemukan fitur-fitur apa yang menjadi kelebihan paket AlwaysOn. Brand 3 (Tri) juga hanya dipersepsikan sebagai brand yang menjunjung kebebasan namun tidak dengan langsung dipersepsikan sebagai brand yang cerdas, provokatif, atau inovatif. Padahal karakter-karakter tersebut merupakan karakter-karakter yang ingin dibangun brand 3 (Tri) yang memiliki brand soul 104

49 sebagai Agent Provocateur dan juga ingin memberikan layanan telekomunikasi yang inovatif bagi konsumen di Indonesia. 105

50 BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban dari pertanyaan penelitian adalah: 1. Responden tertarik dengan stimulus-stimulus dalam iklan AlwaysOn. Stimulus yang paling menarik perhatian adalah teks atau kata-kata dalam narasi iklan AlwaysOn. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi responden untuk menyaksikan iklan AlwaysOn sampai habis adalah cerita, pesan Kebebasan itu Nyata, serta keingintahuan terhadap produk, kategori produk, dan merek yang diiklankan. 3. Emosi yang dirasakan responden saat menyaksikan iklan AlwaysOn adalah penasaran dan merenungkan makna kebebasan. 4. Responden dapat mengenali dengan baik bahwa iklan AlwaysOn mengiklankan produk telekomunikasi, produk paket internet, paket AlwaysOn, dan merek 3 (Tri). 5. Responden dapat mengenali iklan AlwaysOn dengan baik berdasarkan konteksnya, terutama melalui kata-kata dalam narasi, cerita, dan pesan Kebebasan itu Nyata. 6. Berdasarkan iklan AlwaysOn, responden mempersepsikan paket AlwaysOn sebagai paket yang menawarkan kebebasan berinternet 106

51 kepada penggunannya. Akan tetapi, responden tidak memempersepsikan paket AlwaysOn sebagai paket yang memiliki keunggulan dibandingkan paket mobile internet lainnya dan juga sebagai paket yang dapat memenuhi kebutuhan internet responden. 7. Berdasarkan iklan AlwaysOn, responden mempersepsikan merek 3 (Tri) sebagai merek yang menjunjung tinggi kebebasan. Akan tetapi, merek 3 (Tri) tidak dipersepsikan sebagai merek yang cerdas, provokatif, atau selalu memberikan inovasi dalam layanan telekomunikasi. VI.2 Saran Dari penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang sudah diperoleh, peneliti ingin memberikan saran, terutama untuk PT Hutchison CP Telecommunication dalam melakukan kegiatan komunikasi di masa depan, sebagai berikut: 1. Desain pesan yang digunakan 3 (Tri) dalam iklan AlwaysOn sudah baik dalam menarik perhatian responden dan membuat responden mengenali iklan tersebut. Disarankan agar usaha-usaha komunikasi 3 (Tri) di masa depan menggunakan desain yang serupa agar dapat membentuk suatu identitas bagi merek 3 (Tri). 2. Diharapkan desain pesan yang sudah menarik tersebut diterapkan tidak hanya di iklan televisi saja tetapi juga pada fungsi-fungsi marketing communication lainnya baik cetak, elektronik, maupun digital. 107

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat hubungan signifikan dan kuat antara pengaruh terpaan. perempuan PT. Singa Erskindo. frekuensi menunjukkan bahwa:

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat hubungan signifikan dan kuat antara pengaruh terpaan. perempuan PT. Singa Erskindo. frekuensi menunjukkan bahwa: 92 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu bahwa: 1. Terdapat hubungan signifikan dan kuat antara pengaruh terpaan iklan es krim Magnum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga membuat pelaku bisnis berlomba-lomba dalam memasarkan produk mereka dengan harapan agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia bisnis semakin lama semakin ketat, karena itu diperlukan upaya-upaya dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring munculnya berbagai macam industri ditengah masyarakat, membuat persaingan antar industri yang menghasilkan produk sejenis semakin ketat. Banyak dari mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan industri periklanan di Indonesia cukup pesat. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran penting media iklan dalam mata rantai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media elektronik televisi merupakan bagian dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media elektronik televisi merupakan bagian dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media elektronik televisi merupakan bagian dari perkembangan teknologi komunikasi yang mampu memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan kulit cantik dan sehat saat ini benar-benar merupakan kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan rasa percaya diri yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. besar responden, yaitu orang pintar adalah orang yang berpendidikan. Dapat disimpulkan menurut responden slogan Orang Pintar Minum

BAB V PENUTUP. besar responden, yaitu orang pintar adalah orang yang berpendidikan. Dapat disimpulkan menurut responden slogan Orang Pintar Minum BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Responden memiliki versi yang berbeda-beda mengenai makna kata orang pintar, dari sekian banyak makna yang dikemukakan oleh responden diperoleh 3 kelompok jawaban yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya serta saran dari penulis yang menyangkut hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya serta saran dari penulis yang menyangkut hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dan tentunya dilihat dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu : Indomie, Mie Sedap, Sarimi dan Supermi 2. Pasar makanan mi instan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu : Indomie, Mie Sedap, Sarimi dan Supermi 2. Pasar makanan mi instan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan yang pesat dalam perkembangan industri makanan sekarang ini, membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V 112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, secara keseluruhan penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6):

II. LANDASAN TEORI. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6): II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6): Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin tajam dalam dunia bisnis menyebabkan para pelaku

I. PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin tajam dalam dunia bisnis menyebabkan para pelaku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan yang semakin tajam dalam dunia bisnis menyebabkan para pelaku bisnis ingin mendapatkan tempat yang istimewa dihati konsumen atas produknya. Selain

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Humor pada Iklan Televisi AXIS versi Cak Norris terhadap Brand Awareness

Pengaruh Penggunaan Humor pada Iklan Televisi AXIS versi Cak Norris terhadap Brand Awareness Pengaruh Penggunaan Humor pada Iklan Televisi AXIS versi Cak Norris terhadap Brand Awareness (survei pada Mahasiswa Aktif Semester Genap 2012-2013 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepemilikan. Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar dan

I. PENDAHULUAN. kepemilikan. Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat biogenetik seperti rasa lapar dan haus maupun kebutuhan yang bersifat psikogenetik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan dan dituntut untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. penjualan dan dituntut untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis yang bergerak sangat cepat menimbulkan persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dan dituntut untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi konsumen memiliki alasan lain dalam pengambilan keputusan. mulai memperkenalkan produknya pada konsumen melalui promosi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi konsumen memiliki alasan lain dalam pengambilan keputusan. mulai memperkenalkan produknya pada konsumen melalui promosi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumen biasanya membeli suatu produk karena alasan kebutuhan. Akan tetapi konsumen memiliki alasan lain dalam pengambilan keputusan pembeliannya, seperti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah cara penyampaian pesan kepada seseorang yangbisa berupa informasi berbentuk bahasa ataupun lewat simbol- simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain (Supranto, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas komunikasi tertentu yang sering disebut sebagai elemen, fungsi atau alat (tool) yang terutama

Lebih terperinci

PENULISAN PR EKSTERNAL

PENULISAN PR EKSTERNAL Modul ke: PENULISAN PR EKSTERNAL TEKNIK PENULISAN DISPLAY IKLAN DAN IKLAN PUBLIC RELATIONS Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.IKom Program Studi Public Relations Pengembangan Strategi kreatif 1. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern

BAB I PENDAHULUAN. ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang dilakukan untuk mengubah dan memotivasi tingkah laku atau ketertarikan masyarakat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu pesat, mempengaruhi dunia pemasaran saat ini. Dunia pemasaran saat ini menuntut semua perusahaan untuk berpikir

Lebih terperinci

Apple dalam film Twilight dan kriteria ini juga telah terpenuhi karena 55 responden tersebut mengetahui adanya produk Volvo atau Apple. Kriteria selan

Apple dalam film Twilight dan kriteria ini juga telah terpenuhi karena 55 responden tersebut mengetahui adanya produk Volvo atau Apple. Kriteria selan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu melihat pengaruh product placement Volvo dan Apple dalam film Twilight terhadap sikap remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung proses komunikasi. Proses komunikasi tersebut untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung proses komunikasi. Proses komunikasi tersebut untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Periklanan adalah salah satu bentuk kegiatan komunikasi, karena didalamnya berlangsung proses komunikasi. Proses komunikasi tersebut untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, semua lapisan masyarakat dari lapisan elit sampai pembantu rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. ini, semua lapisan masyarakat dari lapisan elit sampai pembantu rumah tangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang terjadi saat ini sangat bergantung pada perubahan penggunaan teknologi dan informasi. Saat ini, semua lapisan masyarakat

Lebih terperinci

iklan dapat menggunakan endorser seperti selebritis, atlet terkenal dan tokoh. Iklan dapat juga menggunakan humor untuk menarik pemirsanya, bahkan

iklan dapat menggunakan endorser seperti selebritis, atlet terkenal dan tokoh. Iklan dapat juga menggunakan humor untuk menarik pemirsanya, bahkan RINGKASAN Dengan kondisi tingkat persaingan yang tinggi dewasa ini, perusahaan menghadapi tantangan yang berat untuk menarik perhatian konsumen, terlebih lagi mendapatkan konsumen yang mau dan mampu mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi susu di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2012, konsumsi susu di Indonesia masih didominasi oleh susu bubuk, namun bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Definisi Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. televisi dalam meningkatkan citra merek Flexi dapat disimpulkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. televisi dalam meningkatkan citra merek Flexi dapat disimpulkan bahwa: 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian peranan iklan melalui media televisi dalam meningkatkan citra merek Flexi dapat disimpulkan bahwa: 1. Tanggapan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam mempertahankan keberlangsungan hidup, berkembang serta mencapai tujuan tujuan dari perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini tingkat persaingan antar industri mie instant semakin ketat dalam memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh para masyarakat. Hal ini dikarenakan dunia entertainment dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya industri media saat ini, banyak perusahaan berlomba-lomba mengomunikasikan produk mereka kepada khalayak, sehingga diperlukan komunikasi

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1 Interpretasi Data Intepretasi Variabel Respons Khalayak pada Iklan Televisi Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP 5.1 Interpretasi Data Intepretasi Variabel Respons Khalayak pada Iklan Televisi Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Interpretasi Data Melalui berbagai macam pengujian dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya hubungan yang nyata antara respons khalayak pada iklan televisi Pasti Pas! Pertamina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sehebat apapun teknologi, tanpa adanya suatu kreativitas, ibarat sayur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sehebat apapun teknologi, tanpa adanya suatu kreativitas, ibarat sayur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sehebat apapun teknologi, tanpa adanya suatu kreativitas, ibarat sayur tanpa garam. Begitu juga dengan produk, tanpa adanya suatu proses pengenalan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. yang sangat penting untuk di perhatikan adalah pemasaran produk.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. yang sangat penting untuk di perhatikan adalah pemasaran produk. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar dan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju menuntut perusahaan melakukan pengembangan pada segala aspek pendukung bisnis sehingga kelangsungan bisnis

Lebih terperinci

SIKAP PENONTON SURABAYA TERHADAP PESAN IKLAN 3 ALWAYS ON BEBAS ITU NYATA VERSI CEWEK DAN COWOK

SIKAP PENONTON SURABAYA TERHADAP PESAN IKLAN 3 ALWAYS ON BEBAS ITU NYATA VERSI CEWEK DAN COWOK JURNAL E-KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA SIKAP PENONTON SURABAYA TERHADAP PESAN IKLAN 3 ALWAYS ON BEBAS ITU NYATA VERSI CEWEK DAN COWOK Caroline Suryanto Suciadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan bisnis saat ini membuat perusahaan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan bisnis saat ini membuat perusahaan melakukan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Ketatnya persaingan bisnis saat ini membuat perusahaan melakukan berbagai cara untuk menarik minat konsumen terhadap produk mereka. Syarat agar suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan telepon seluler membutuhkan suatu jasa penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan telepon seluler membutuhkan suatu jasa penyelenggara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, media komunikasi kini berkembang semakin pesat. Salah satu media komunikasi yang terus berkembang dan semakin canggih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan acuan untuk menyelesaikannya, penelitian terdahulu memudahkan penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen makin kritis dalam memilih produk. Agar dapat unggul dalam

BAB I PENDAHULUAN. konsumen makin kritis dalam memilih produk. Agar dapat unggul dalam Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era teknologi dan persaingan pasar yang makin ketat sekarang ini, berbagai informasi dan terbukanya peluang untuk mengakses informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pemasaran seringkali diartikan dengan kegiatan memasarkan suatu produk agar produk tersebut sampai ke tangan konsumen dan produk tersebut dapat memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa seperti sekarang ini periklanan memegang peranan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa seperti sekarang ini periklanan memegang peranan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini periklanan memegang peranan yang cukup penting bagi kehidupan industri modern, yang umumnya bisa dilihat pada negara maju serta negara

Lebih terperinci

BAB 5 INTERPRETASI DAN KESIMPULAN

BAB 5 INTERPRETASI DAN KESIMPULAN BAB 5 INTERPRETASI DAN KESIMPULAN Banyaknya kompetitor dan kemunculan produk baru dengan segala kelebihan dan kekurangannya menjadikan pasar teh di Indonesia semakin berwarna. Masing-masing produsen melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan di dunia bisnis saat ini semakin kompleks, dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan di dunia bisnis saat ini semakin kompleks, dinamis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis saat ini semakin kompleks, dinamis dan serba tidak pasti. Perubahan serta pertumbuhan ekonomi dan kegiatan bisnis yang pesat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sangatlah pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. ini sangatlah pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangatlah pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan Kata perancangan berasal dari kata benda rancang, yang kemudian mendapat awalan per dar akhiran an. Perancangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu proses

Lebih terperinci

Dalam buku Principle of Integrated Marketing Communication oleh Duncan (2008) terdapat salah satu contoh bisnis yang terbangun dengan baik berkat pemb

Dalam buku Principle of Integrated Marketing Communication oleh Duncan (2008) terdapat salah satu contoh bisnis yang terbangun dengan baik berkat pemb BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia marketing terdapat konsep yang disebut four Ps of marketing - product, price, place, and promotion (Duncan 2008, 7). Empat hal tersebut berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat perusahaan internet service provider di Indonesia berlomba dalam

BAB I PENDAHULUAN. membuat perusahaan internet service provider di Indonesia berlomba dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis telekomunikasi khususnya dibidang internet saat ini membuat perusahaan internet service provider di Indonesia berlomba dalam menarik konsumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran tentang Iklan aplikasi chat KakaoTalk Versi Sherina

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran tentang Iklan aplikasi chat KakaoTalk Versi Sherina BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran tentang Iklan aplikasi chat KakaoTalk Versi Sherina Munaf dan BigBang Melalui program sosial marketing, penggunaan aplikasi chat yang semakin banyak dan semakin canggih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penlitian Obyek dalam penelitian ini adalah Paket Internet 3 (Tri). 3 (Tri) merupakan perusahaan layanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian saudara Ashari (2011) yang berjudul Pengaruh Desain Kemasan Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian saudara Ashari (2011) yang berjudul Pengaruh Desain Kemasan Produk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Penelitian saudara Ashari (2011) yang berjudul Pengaruh Desain Kemasan Produk dan Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awareness dan Dampaknya Pada Minat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memiih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya media cetak dan media elektronik tidak saja memunculkan sikap serius dari pengusaha lokal, tetapi juga memaksa mereka untuk memperbaiki kualitas produk, barang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa yang disertai dengan inovasi-inovasi baru yang dilakukan. Banyak tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa yang disertai dengan inovasi-inovasi baru yang dilakukan. Banyak tantangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas saat ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat, dinamis, dan kompleks. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terpaan iklan kopi Good day versi

BAB V PENUTUP. penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terpaan iklan kopi Good day versi 113 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan yang ditarik berdasarkan hasil analisa data variabel variabel penelitian. Tujuan dari penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan persaingan di dunia usaha yang semakin kompleks, dinamis, dan serba tidak pasti, perusahaan pun dituntut untuk dapat melakukan inovasi dalam mempromosikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin lama semakin meningkat dewasa ini, membuat bermunculan macam-macam teknologi terbaru di kehidupan kita, terlebih lagi kita hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dampaknya bagi perusahaan adalah semakin beragam pilihan jenis media

BAB I PENDAHULUAN. dan dampaknya bagi perusahaan adalah semakin beragam pilihan jenis media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran berbagai media saat ini, baik cetak maupun elektronik semakin memperlihatkan persaingan yang ketat di Indonesia. Arah media semakin bersaing dan dampaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informed consumer, atau konsumen yang memiliki pengetahuan yang luas

I. PENDAHULUAN. informed consumer, atau konsumen yang memiliki pengetahuan yang luas 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini persaingan dalam bidang pemasaran produk begitu ketatnya, guna mendapatkan pangsa pasar yang tinggi. Persaingan tersebut ditambah dengan semakin kritisnya konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat adalah kartu perdana (Starterpark). Banyak produk kartu perdana

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat adalah kartu perdana (Starterpark). Banyak produk kartu perdana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan produk telekomunikasi saat ini telah berkembang dengan pesat. Salah satu produk sarana telekomunikasi yang saat ini mengalami perkembangan pasar cukup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan mengenai pengaruh event sponsorship LA. Lights Indiefest terhadap brand image

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan yang paling awal yakni barter, iklan

Lebih terperinci

penting sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi selalu prinsip-prinsip sentral pemasaran. Pemasaran adalah mengenai memahami

penting sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi selalu prinsip-prinsip sentral pemasaran. Pemasaran adalah mengenai memahami BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sarana komunikasi, bagi kehidupan masyarakat dimanapun makin penting sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi selalu mengalami perubahan, begitu

Lebih terperinci

Marketing Communication Management

Marketing Communication Management Modul ke: Marketing Communication Management Sisi Kreatif dan Strategi Pesan (bagian 1) Fakultas FIKOM Mujiono Weto, S.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB V PAMERAN. Gambar 43 Judul pada cerita Sumber : Dokumen Pribadi Gambar 44 Simulasi animasi Sumber : Dokumen Pribadi 2017

BAB V PAMERAN. Gambar 43 Judul pada cerita Sumber : Dokumen Pribadi Gambar 44 Simulasi animasi Sumber : Dokumen Pribadi 2017 BAB V PAMERAN A. Desain Final Animasi logo akan muncul diawal sebagai branding Gambar 42 Logo atau branding produk di awal cerita Animasi judul muncul setelah setting cerita di kayangan Gambar 43 Judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan oleh perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan oleh perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mengkomunikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan kondisi tingkat persaingan yang tinggi dewasa ini, perusahaan menghadapi tantangan yang berat untuk menarik perhatian konsumen, terlebih lagi mendapatkan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini banyak perusahaan yang menggunakan iklan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Promosi atau promotion yang dalam dekade terakhir ini sering disebut juga

BAB I PENDAHULUAN. Promosi atau promotion yang dalam dekade terakhir ini sering disebut juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi atau promotion yang dalam dekade terakhir ini sering disebut juga sebagai komunikasi pemasaran (marketing communication) diasumsikan sebagai salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Keputusan Pembelian. akan dikemukakan definisi mengenai keputusan membeli menurut para ahli.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Keputusan Pembelian. akan dikemukakan definisi mengenai keputusan membeli menurut para ahli. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Keputusan Pembelian 1. Pengertian Keputusan Membeli Untuk mendapat gambaran mengenai keputusan membeli, berikut ini akan dikemukakan definisi mengenai keputusan membeli menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Puspitasari 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Puspitasari 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya persaingan dalam dunia bisnis merupakan hal yang tak dapat dihindari, hal ini disebabkan oleh berkembangnya kegiatan ekonomi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur penting dalam kegiatan pemasaran. Pesan yang disampaikan lewat iklan

BAB I PENDAHULUAN. unsur penting dalam kegiatan pemasaran. Pesan yang disampaikan lewat iklan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan, karena iklan merupakan unsur penting dalam kegiatan pemasaran. Pesan yang disampaikan lewat iklan dapat berbentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Djarum Super MLD 4.1.1 Profil PT. Djarum PT. Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Perusahaan ini mengolah dan menghasilkan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis dewasa ini dirasakan semakin ketat seiring dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan sejenis yang menawarkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginan konsumen, khususnya perempuan agar tampil lebih cantik dan menarik.

Lebih terperinci

Pengaruh Iklan Televisi Provider Telkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Telkomsel 4G LTE. M. Akmal Anwari Manajemen Ekonomi 2016

Pengaruh Iklan Televisi Provider Telkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Telkomsel 4G LTE. M. Akmal Anwari Manajemen Ekonomi 2016 Pengaruh Iklan Televisi Provider Telkomsel 4G LTE Terhadap Minat Beli Telkomsel 4G LTE M. Akmal Anwari 18212463 Manajemen Ekonomi 2016 Pendahuluan Perubahan yang sangat cepat dalam bidang industri mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individu-individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

I. PENDAHULUAN. individu-individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu-individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak fenomena mengenai perilaku konsumen yang dapat kita lihat sehari-hari, salah satunya adalah perilaku membeli. Untuk mendapatkan pasar konsumen, para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Di dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini, konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka (Lasty, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Di dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini, konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka (Lasty, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin membaik, mendorong timbulnya laju persaingan dunia usaha. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dan inovatif

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan Dan Saran 112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini telah dianalisis proses pelaksanaan brand equity

Bab V Kesimpulan Dan Saran 112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini telah dianalisis proses pelaksanaan brand equity Bab V Kesimpulan Dan Saran 112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penelitian ini telah dianalisis proses pelaksanaan brand equity dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen. Pada bab terakhir ini, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memberikan perhatian lebih kepada usaha untuk menciptakan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memberikan perhatian lebih kepada usaha untuk menciptakan kepuasan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran dewasa ini telah mengalami begitu banyak perubahan, saat ini semakin disadari bahwa pemasaran tidak hanya usaha menjual produk yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tak bisa dipungkiri di Indonesia perkembangan teknologi yang sangat pesat, hal itu disebabkan karena masyarakat sangat membutuhkan teknologi informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Perdagangan bebas dan globalisasi ditandai dengan semakin meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci