OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO"

Transkripsi

1 OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN Transportasi mempunyai peran ganda dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang berperan sebagai urat nadi kegiatan ekonomi dan sebagai komoditas industri pelayanan jasa. Mobiltias penduduk dari daerah satu ke daerah yang lain semakin meningkat sehingga kebutuhan alat transportasi dirasa sangat penting. Meningkatnya industri jasa transportasi angkutan udara maupun darat menyebabkan terjadinya persaingan harga tiket dan pelayanan sehingga menyebabkan penawaran lebih kecil dari permintaan. PO. Rosalia Indah adalah salah satu industri pelayanan jasa transportasi darat bis dengan trayek Jawa dan Sumatera. Pada saat berdiri tahun 1991 hanya memiliki 11 bis kelas ekonomi dengan jurusan Solo Blitar PP. Sampai saat ini armada yang dimiliki telah mencapai sebanyak 139 bis yang terdiri 8 bis kelas Super Eksekutif, 70 bis kelas Eksekutif, 8 kelas VIP, 20 kelas PATAS, 18 kelas Ekonomi, 6 khusus Pariwisata dan 9 bis sebagai Cadangan. Kapasitas kursi masing-masing kelas yaitu 22 kursi kelas Super Eksekutif, 32 kursi kelas Ekonomi, 32 kursi kelas VIP, 54 kursi kelas PATAS dan 54 kursi kelas Ekonomi. Permintaan dan penawaran masing-masing kelas rata-rata per hari yaitu : supply kelas Super Eksekutif 88 kursi tetapi demand 66 penumpang, supply kelas Eksekutif kursi tetapi demand 946 penumpang, supply kelas VIP 128 kursi tetapi demand 102 penumpang, supply kelas PATAS 540 kursi tetapi demand 432 penumpang, supply kelas Ekonomi 488 kursi tetapi demand 413 penumpang. Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan penggunaan armada sehingga tercapai keuntungan yang maksimal Berdasarkan hasil analisis Metode Jaringan dan Linier Programing diketahui keuntungan operasional perjalanan per hari kelas Super Eksekutif : Rp , Eksekutif: Rp , VIP: Rp , PATAS: Rp , Ekonomi : Rp dan total pendapatan perhari Rp atau Rp juta perbulan. Setelah dikurangi biaya operasional perbulan sebesar Rp juta maka laba perbulan sebesar Rp. 302 juta. Terdapat beberapa trayek yang rugi atau keuntungan dibawah 60% dari biaya operasional yaitu : Super Eksekutif : Solo Jakarta (-15%), Eksekutif : Surabaya Merak (43%), Ponorogo Lampung (6%), Karanganyar Merak (46%), Solo Lampung (24%), VIP : Blitar Bogor (51%), Solo Merak (39%) dan PATAS : Kediri Jakarta (-4%). iii

3 Hasil optimalisasi melalui alternatif-1 dengan cara kelas Super Eksekutif dan Eksekutif menghentikan sementara trayek yang rugi sehingga keuntungan Super Eksekutif menjadi Rp dan Eksekutif menjadi Untuk kelas VIP mengubah jurusan Solo Merak menjadi Sragen Merak sehingga keuntungan menjadi Rp Sedangkan kelas PATAS dan Ekonomi kondisi tetap tidak dioptimasi maka keuntungan yang diperoleh meningkat menjadi Rp atau perbulan sebesar Rp juta. Setelah dikurangi biaya operasional maka laba perbulan sebesar Rp. 672 juta. Tetapi alternatif-1 menimbulkan dapak sosial yang tinggi yaitu pengurangan jumlah armada yang menimbulkan pengurangan pegawai. Alternatif-2 dengan cara semua armada tetap dioperasional tetapi mengubah pemberangkatan bis ke kota lain dengan memperhatikan biaya operasional perjalanan. Kelas Super Eksekutif semula Solo Jakarta menjadi Karanganyar Merak maka keuntungan relatif turun menjadi Rp Bis kelas Eksekutif semula dari Surabaya 9 bis dikurangi menjadi 6 bis dan dipindah ke kota lain yaitu: Madiun semula 4 bis menjadi 5 bis, Sragen semula 3 bis menjadi 4 bis dan Solo semula 4 bis menjadi 5 bis sehingga keuntungan menjadi Rp Untuk armada kelas VIP dan Ekonomi kondisi tetap seperti alternatif-1 dan kelas PATAS dilakukan perubahan jurusan Kediri Jakarta menjadi Madiun Bogor maka keuntungan menjadi Rp Sehingga total keuntungan semua kelas diperoleh sebesar Rp atau perbulan sebesar Rp juta. Setelah dikurangi biaya operasional maka laba perbulan sebesar Rp.438 juta Alternatif-3 yaitu semua armada tetap dioperasionalkan dengan cara armada kelas Super Eksekutif dikurangi dan pindah menjadi kelas Ekonomi dengan jurusan Madiun Merak sehingga keuntungan bis kelas Ekonomi menjadi Rp Untuk armada kelas Eksekutif, PATAS dan VIP kondisi tetap seperti alternatif-2 maka total keuntungan semua kelas menjadi Rp atau perbulan Rp juta dan setelah dikurangi biaya operasional maka laba perbulan Rp.470,7 juta. Alternatif-3 lebih tepat untuk perusahaan karena tidak menimbulkan dampak sosial yaitu pengurangan armada dan pegawai. iv

4 ABSTRACT SIGIT PRASTOWO. Using Optimation of buses PO. Rosalia Indah. Advised by Bambang Pramudya as Chairman and Hartisari Hardjomidjojo as member. PO Rosalia Indah is one of land transportation service industry player/provider that servicing the route between Java and Sumatra. Founded in 1991, it started its services with 11 economy class buses that serviced Solo Blitar to and from route. Until today, its route has been expanding to 139 buses consists of 8 super executive class buses, 70 executive class buses, 8 VIP class buses, 20 PATAS class buses, 18 economy class buses, 6 tourism buses, and 9 substitute buses. Seat capacity for each classes are 22 seats for super executive class, 32 seats for executive class, 32 seats for VIP class, 54 seats for PATAS class, and 54 seats for economy class. The comparison between supply and demand for each class are : Super Executive Class 88 seats : 66 passengers, Executive Class seats : 946 passengers, VIP Class 128 seats : 102 passengers, PATAS class 540 seats : 432 passengers and Economy class 488 seats : 413 passengers. This research aims to optimize the use of routes so it will deliver maximum profit for the company. Based on the result of Linear Analysis Programming, it is known that the profit of daily operating trip are Rp ,00 as a total daily earning. There are some route with less profit which make less than 60% earning below the operating cost, they are : Super Executive Class : Solo Jakarta route (-15%), Executive Class: Surabaya Merak route (43%), Ponorogo Lampung route (6%), Karanganyar Merak route (46%), Solo Lampung route (24%), VIP Class : Blitar Bogor route (51%), Solo Merak route (39%) and PATAS class : Kediri Jakarta route (-4%) The optimum result from alternative 1 by temporarily discontinuing the less benefit route of Super Executive Class dan Executive Class. VIP Class changing the route of Solo Merak to Sragen Merak. While for both PATAS class and Economy class with current condition (without optimising efforts) will increase the profit amount of Rp ,00 Alternative 2 is carried out by maintaining the operating current routes but change the bus route to other city with strictly focus on operating cost for each trip. Change the route of Super Executive Class and reducing the number of Executive class fleet from Surabaya, so that the total profit from all class will be Rp ,00. Whereas, for the alternative 3 which maintaining the operating of all routes but reducing the number of route of Super Executive Class and transfer it to Economy class for the route of Madiun Merak will produce the profit amount of Rp ,00. Maintaining the current conditiion for Executive class, PATAS, and VIP class as it is maintained in alternative 2 will sum the total profit amount of all classes to Rp ,00. This alternative is the most appropriate choice for the company since the social effects of reducing the number of routes and employees is none.

5 OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO Laporan Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

6 Judul Tugas Akhir Nama Mahasiswa Nomor Induk Program Studi : Optimasi Penggunaan Armada Bis Pada PO. Rosalia Indah : Sigit Prastowo : F : Industri Kecil Menengah Menyetujui Komisi Pembimbing, Prof Dr Ir Bambang Pramudya M Eng Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo DEA Mengetahui, Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah Dekan Sekolah Pascasarjana Prof Dr Ir Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro, MS

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN x xi xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Sejarah Perusahaan 3 C. Tujuan 6 D. Kegunaan 6 II. III. ANALISIS MASALAH A. Prinsip analisis 7 1. Tujuan 7 2. Implementasi Praktis 7 B. Metode analisis 18 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan umum Kelas Super Eksekutif Kelas Eksekutif Kelas VIP Kelas PATAS Kelas Ekonomi 36 B. Biaya Operasional Bis 36 C. Penyelesaian Masalah Kelas Super Eksekutif Kelas Eksekutif Kelas VIP Kelas PATAS Kelas Ekonomi 61 D. Alternatif Penyelesaian Masalah Alternatif Kelas Super Eksekutif Alternatif Kelas Eksekutif Alternatif Kelas VIP Alternatif Kelas PATAS Alternatif Kelas Ekonomi 101 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran 109 DAFTAR PUSTAKA 110 LAMPIRAN

8 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah perusahaan & bis antar propinsi menurut propinsi Rekapitulasi bis antar propinsi menurut propinsi Total permintaan angkutan penumpang Pengaturan penumpang bis Trayek dan jumlah armada bis PO. Rosalia Indah Jurusan, kapasitas dan harga tiket bis kelas super eksekutif Jurusan, kapasitas dan harga tiket bis kelas eksekutif Jurusan, kapasitas dan harga tiket bis kelas VIP Jurusan, kapasitas dan harga tiket bis kelas PATAS Jurusan, kapasitas dan harga tiket bis kelas Ekonomi Rata-rata biaya operasional perjalanan bis AC dan Non AC Pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas super eksekutif Pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas eksekutif Pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas VIP Pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas PATAS Pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas Ekonomi Keuntungan perjalanan bis semua kelas Alternatif-1 pengaturan penumpang bis kelas Super Eksekutif Alternatif-2 pengaturan penumpang bis kelas Super Eksekutif Rekapitulasi keuntungan kelas Super Eksekutif Alternatif-1 pengaturan penumpang bis kelas Eksekutif Alternatif-2 pengaturan penumpang bis kelas Eksekutif Rekapitulasi keuntungan kelas Eksekutif Alternatif pengaturan penumpang bis kelas VIP Rekapitulasi keuntungan kelas VIP Alternatif pengaturan penumpang bis kelas PATAS Rekapitulasi keuntungan kelas PATAS Alternatif pengaturan penumpang bis kelas Ekonomi Rekapitulasi keuntungan kelas Ekonomi 106 x

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Grafik perkembangan armada bis PO. Rosalia Indah Struktur organisasi PO. Rosalia Indah. 21 xi

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Keuntungan perjalanan semua kelas (alternatif-1) Keuntungan perjalanan semua kelas (alternatif-2) Keuntungan perjalanan semua kelas (alternatif-3) Rute perjalanan bis Rosalia Indah di Jawa xii

11 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peran ganda dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah yaitu berperan sebagai urat nadi kegiatan ekonomi dan sebagai suatu komoditi berupa industri pelayanan jasa. Sebagai urat nadi perekonomian, transportasi merupakan salah satu unsur pembentuk komoditas. Sebagai suatu industri jasa, pengembangan dan pembinaan transportasi perlu terus dikembangkan sedemikian rupa sebagai sektor industri yang menarik investor. Transportasi berperan sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dengan adanya transportasi menyebabkan adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat istiadat dan budaya suatu bangsa atau daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau bangsa tergantung pada tersedianya pengangkutan dalam negara atau bangsa yang bersangkutan. Suatu barang atau komoditas mempunyai nilai menurut tempat dan waktu, jika barang tersebut dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi dapat menciptakan kegunaan suatu barang/ komoditas menurut waktu dan tempat (Time utility and Place utility). Mobilitas penduduk di Indonesia dari daerah satu ke daerah lainnya semakin meningkat, sehingga kebutuhan alat transportasi dewasa ini dirasa sangat penting. Jumlah alat transportasi dari tahun ketahun terus bertambah dan telah banyak perusahaan yang melakukan investasi pada sektor transportasi tersebut. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 memberikan dukungan untuk pengembangan transportasi seperti pada pasal

12 2 15 ayat 1 yaitu: Arahan pengembangan jaringan transportasi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b ditujukan untuk menunjang kegiatan sosial, ekonomi, pertahanan keamanan negara, mengerakkan dinamika pembangunan dan memantapkan kesatuan nasional dengan mendukung peruntukan ruang di kawasan budi daya dan penyebaran pusatpusat permukiman serta sektor terkait lainnya. (Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997) Perusahaan angkutan yang melayani angkutan barang (truk) dan angkutan penumpang (bus, taksi dan lain-lain) berkembang cepat karena pelayanan disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan masyarakat. Pertumbuhan daerah pemukiman yang yang baru diluar kota sangat memerlukan angkutan untuk pulang pergi dari tempat tinggal ke kota untuk berbagai keperluan (Nasution, 1996). Tabel 1. Jumlah perusahaan dan bis antar propinsi menurut propinsi Sumber : Departemen Perhubungan, Tabel 2. Rekapitulasi bis antar propinsi menurut propinsi 2004 Sumber : Departemen Perhubungan, 2006.

13 3 Pada tahun 2009 pertumbuhan permintaan jasa terhadap angkutan jalan diperkirakan meningkat 3,8% per tahun dengan total jumlah penumpang sebanyak ribu penumpang atau 83,9 % dari total permintaan terhadap transportasi yang berjumlah ribu penumpang. ( renprog/rupdt.pdf) B. Sejarah Perusahaan Dimulai pada tahun 1983, Rosalia Indah adalah salah satu perusahaan kecil bidang transportasi darat mulai beroperasi hanya dengan 1 (satu) mobil bermesin Isuzu melayani transportasi antar kota jurusan Yogyakarta Solo Surabaya Malang. Pada tanggal 11 Maret 1991, PO. Rosalia Indah didirikan oleh Bapak Yustinus Soeroso dengan no. ijin usaha BPU No. 05/02/BPU/III/1991 dan akte notaris 11 Maret Visi PO. Rosalia Indah adalah Menjadi perusahaan ternama melalui profesionalisme SDM yang konsisten dan keunggulan perkembangan teknologi berdaya saing internasional yang didedikasikan pada kepuasan pelanggan dan kesejahteraan karyawan. Pada awal mulai membuka perusahaan angkutan bis, trayek pertama adalah : Solo Blitar PP, dengan menggunakan 11 armada bis kelas ekonomi. Pada tahap berikutnya dan seiring dengan kebutuhan transportasi masyarakat, maka perusahaan menambah armada bis dan membuka beberapa trayek baru. Perkembangan PO. Rosalia Indah dapat dilihat dari jumlah kepemilikan armada bis dari tahun ke tahun yang semakin bertambah, seperti pada Gambar 1 :

14 4 Jumlah Bis Tahun Gambar 1. Grafik perkembangan armada bis PO Rosalia Indah (Sumber: PO Rosalia Indah) Dengan jumlah armada yang relatif banyak, PO. Rosalia Indah memerlukan keputusan yang tepat untuk mengatur penggunaan armada sehingga penggunaan armada menjadi optimum. Dalam pengoperasian armadanya, perusahaan menyediakan lima jenis bus untuk dapat melayani berbagai pasar yaitu: bus Ekonomi (non AC), PATAS (AC), VIP, Eksekutif, Super Eksekutif. Masing-masing jenis bis memiliki kapasitas penumpang yang berbeda-beda. Untuk bis kelas Ekonomi non AC mempunyai kapasitas 54 penumpang, bis kelas PATAS mempunyai kapasitas 54 penumpang, bis kelas VIP mempunyai kapasitas 32 penumpang, bis kelas Eksekutif mempunyai kapasitas 32 penumpang, untuk dan kelas bus Spesial mempunyai kapasitas 22 penumpang. Rute perjalanan yang dapat dilayani oleh perusahaan yaitu : Surabaya Kediri Blitar Tulungagung Ponorogo - Madiun Sragen Karanganyar Wonogiri - Solo Jakarta Bogor Merak Lampung PP. Setiap bus yang melakukan perjalanan dilayani oleh 3 orang kru yaitu dua

15 5 orang supir dan seorang pembantu pengemudi. Penjualan tiket kepada konsumen dilayani perusahaan di kantor pusat, kantor perwakilan dan agenagen resmi perusahaan yang berada di berbagai kota. Hingga sekarang agen resmi PO. Rosalia Indah berjumlah 78 dan terdapat di 50 kota. Dari sejumlah agen tersebut yang menjadi agen pemberangkatan terdapat di 22 tempat. Dengan adanya agen-agen in diharapkan perusahaan dapat menjangkau konsumen sekaligus memudahkan konsumen untuk memperoleh layanan jasa perusahaan. Sedangkan untuk perjalanan pariwisata atau carteran, perusahaan akan mengirimkan armadanya sejumlah yang di pesan dan ke lokasi yang telah disepakati. Seorang pengusaha angkutan harus mampu melayani pemindahan barang secara tepat waktu dari suatu tempat ke tempat lain di mana barang tersebut dibutuhkan, sehingga dalam bisnis para pengusaha harus dapat melayani para pelanggan dengan cara menguntungkan untuk kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, selain juga harus mengetahui kesempatan-kesempatan baru untuk memuaskan keinginan pembeli. (Umar 2003). Dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Menurut Taha (1996), data dalam model ini mencakup: 1. Tingkat penawaran di setiap sumber dan jumlah permintaan di setiap tujuan. 2. Biaya transportasi per unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan. Sering kali satu atau bebrapa rute pada model transportasi dilarang digunakan, misalnya barang-barang tidak boleh dikirim dari suatu sumber ke tujuan tertentu.(taylor, 2005).

16 6 Menurut Umar (2003) lingkungan bisnis jasa saat ini akan menghadirkan sejumlah implikasi penting terhadap perkembangan bisnis jasa ke depan, antara lain : a. Akan terjadi inovasi jasa, misalnya seperti saat ini dengan munculnya belanja barang melalui internet. Sistem seperti ini beberapa waktu yang lampau belum ada, khususnya di Indonesia. b. Makin meningkatnya partisipasi konsumen terhadap jasa, misalnya bahwa konsumen mulai mencari-cari sendiri berita-berita yang dibutuhkan dan tersedia di internet, sehingga peran surat kabar menjadi berkurang. c. Makin meningkatnya kandungan jasa pada barang-barang, misalnya barang konsumsi seperti radio yang pengoperasiannya lebih mudah, atau bauran aktivitas di tempat rekreasi? Dalam persoalan transportasi khususnya angkutan bis terdapat kendala yaitu persoalan tidak seimbang (unbalance problem) antara demand dan supply atau jumlah permintaan tidak sama dengan jumlah supply. Perusahaan angkutan khususnya angkutan bis harus dapat mengoptimalkan penggunaan armada hingga tercapai optimasi jumlah armada dengan jumlah penumpang dan biaya atau jumlah armada merupakan fungsi dari penumpang dan biaya. B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan armada bis yang telah ada, agar tercapai keuntungan yang maksimal. C. Kegunaan Hasil penelitian dan penulisan ini kiranya dapat dijadikan suatu dasar pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan mengatur penggunaan armada khususnya pengusaha angkutan umum dalam upaya untuk mendukung sarana transportasi.

17 II. ANALISIS MASALAH A. Prinsip Analisis 1. Tujuan Tujuan analisis adalah : a. Mengoptimalkan penggunaan armada bis yang telah ada. b. Memberikan alternatif penyelesaian masalah sehingga tercapai penggunaan armada yang optimal dan tercapai keuntungan operasional perjalanan yang maksimal. 2. Implementasi Praktis Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini terlihat tiga hal berikut (Nasution, 1996): a. ada muatan yang diangkut; b. tersedia kendaraan sebagai alat pengangkutannya; c. ada jalanan yang dapat dilalui; Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan (Susantono a, 2004). Pengangkutan memberikan jasanya kepada masyarakat, yang di sebut jasa angkutan. Sebagaimana sifat jasa-jasa lainnya jasa angkutan akan habis dengan sendirinya, dipakai ataupun tidak dipakai. Jasa angkutan merupakan hasil/ keluaran (output) perusahaan angkutan yang

18 8 bermacam-macam jenisnya sesuai banyaknya jenis alat angkutan (seperti jasa pelayaran, jasa kereta api, jasa penerbangan, jasa angkutan bis dan lain-lain). Sebaliknya jasa angkutan merupakan salah satu faktor masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian dan kegiatan ekonomi lainnya (Siregar, 1990). Untuk sektor transportasi, krisisi ekonomi mengakibatkan penurunan pertumbuhan yang cukup tinggi. Pertumbuhan sektor transportasi sebelum krisis ekonomi berkisar 7%, kemudian menurun tajam menjadi sekitar 1,2% pada tahun Pada tahun 1999/2000 tingkat pertumbuhan sektor transportasi mencapai titik nadir yaitu sekitar 0.8%. Secara umum, untuk sub sektor transportasi Kereta Api (KA), menunjukkan tingkat pertumbuhan yang paling baik dibandingkan moda lainnya. Transportasi Jalan merupakan moda yang paling terpengaruh oleh krisis ekonomi ( Permintaan angkutan barang pada tahun 2009 tetap didominasi oleh angkutan jalan sekitar 92% dengan tingkat pertumbuhan 4,7% per tahun, transportasi laut hanya sekitar 7%. Sedangkan jumlah barang yang diangkut oleh moda lainnya relatif sangat kecil antara 0%-0,4% dari total permintaan angkutan barang ( renprog/rupdt.pdf). Tabel 3. Total Permintaan Angkutan Penumpang Penumpang Penumpang Pertumbuhan Moda Transportasi Tahun 1998 Tahun 2009 per tahun Trips(.000) % Trips(.000) % (%) Angkutan Jalan , ,0 4,7 Angkutan Kereta Api , ,4 0 Angkutan ASDP Angkutan Udara , ,5 3,7 Angkutan Laut 153 0, ,1 5,5 TOTAL , ,0 4,6 Sumber : Departemen Perhubungan, 2006.

19 9 Angkutan Umum (public transport) adalah jenis moda transportasi yang disediakan untuk kebutuhan mobilitas pergerakan barang dan/atau orang, demi kepentingan masyarakat/umum dalam memenuhi kebutuhannya, seperti bus, kereta api (transportasi darat), pesawat udara (transportasi udara) dan kapal (transportasi laut/sungai/danau). Jenis angkutan umum berdasarkan peruntukannya terdiri dari angkutan barang dan angkutan penumpang, masing-masing dengan jenis kendaraan yang berbeda. Penyedia sarana angkutan umum harus mempertimbangkan kepentingan masing-masing kelompok terkait (penumpang, operator/pengelola dan regulator) dalam sistem, baik dari segi kuantitas maupun koalitas kerjanya ( Dalam kegiatan operasionalnya, masing-masing kelompok terkait mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan ada yang bertolak belakang ( seperti : a. kriteria ongkos (penumpang menginginkan penentuan besaran tarif yang minimal, sedangkan operator/pengelola menginginkan besaran tarif yang maksimal) b. kriteria okupasi/ load factor bus (penumpang menginginkan loadfactor yang minimal agar tidak padat/berdesakan, sedangkan operator menginginkan load-factor yang maksimal dalam hubungannya dengan besaran pendapatan), c. kriteria intensitas bus di jalan (penumpang menginginkan intensitas yang besar agar waktu tunggu tidak lama, sedangkan pihak regulator/pemko harus membatasi intensitas kendaraan agar pengaruhnya terhadap traffic tidak besar). Kinerja sistem angkutan perkotaan serta penumpang angkutan umum selama ini menjadi korban kebijakan perencanaan sistem

20 10 transportasi yang bias terhadap pergerakan kendaraan pribadi. Ketiadaan pilihan untuk menggunakan moda transportasi untuk melakukan perjalanan, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, menjadikan ketergantungan terhadap pelayanan angkutan umum sangat tinggi (captive). Diperberat dengan tidak terorganisirnya konsumen pengguna angkutan umum, kondisi ini menyebabkan penumpang angkutan umum tidak berdaya menghadapi perlakuan penyedia jasa angkutan umum, seperti tarif yang selalu dinaikkan namun kualitas pelayanan semakin memburuk ( Undang-undang yang mengatur angkutan orang dengan kendaraan umum yaitu UU No. 14 Tahun 1992 pasal 36 sebagai berikut: Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri: a. Angkutan antar kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain; b. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dalam wilayah kota; a. Angkutan pedesaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan/ atau antar wilayah pedesaan; b. Angkutan lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui lintas batas negara lain. Selain Undang-undang terdapat Peraturan Pemerintah yang mengatur angkutan orang yaitu : PP No. 43 Tahun 1993 Bab II Pasal 4 dan 5 sebagai berikut: Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang. Pengangkutan orang dengan kendaraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilayani dengan : a. Trayek tetap dan teratur; atau

21 11 b. Tidak dalam trayek. Angkutan orang dengan kendaraan umum dalam Trayek sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003, terdiri dari: a. Angkutan Lintas Batas Negara; b. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi; c. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi; d. Angkutan Kota; e. Angkutan Pedesaan; f. Angkutan Perbatasan; g. Angkutan Khusus; Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan yang mengatur penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum yaitu : angkutan antar kota antar propinsi adalah angkutan dari suatu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten/ kota yang melalui lebih dari suatu daerah Porpinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. (Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003). Pelayanan angkutan antar kota antar propinsi diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut (Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003): a. Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan; b. Pelayanan angkutan yang dilakukan bersifat pelayanan cepat, yaitu pelayanan angkutan dengan pembatasan jumlah terminal yang wajib disinggahi selama perjalanan; c. Dilayani dengan mobil bus besar dan atau mobil bus sedang, baik untuk pelayanan ekonomi maupun pelayanan non ekonomi;

22 12 d. Terminal yang merupakan terminal asal pemberangkatan, persinggahan dan tujuan angkutan orang adalah terminal A; e. Prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota antar propinsi sebagaimana tercantum dalam izin trayek yang telah di tetapkan; Pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut (Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003): a. Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan; b. Pelayanan angkutan yang dilakukan bersifat pelayanan cepat atau lambat; c. Dilayani dengan mobil bus besar dan atau mobil bus sedang, baik untuk pelayanan ekonomi maupun pelayanan non ekonomi; d. Tersedia terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan; e. Prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota antar propinsi sebagaimana tercantum dalam izin trayek yang telah di tetapkan; Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam pendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa angkutan dibandingkan moda lain. Oleh karena itu, visi transportasi jalan adalah sebagai penunjang, penggerak dan pendorong pembangunan nasional serta berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Misi transportasi jalan adalah untuk mewujudkan sistem transportasi jalan yang andal, berkemampuan tinggi dalam

23 13 pembangunan serta meningkatkan mobilitas manusia dan barang, guna mendukung pengembangan wilayah untuk mewujudkan wawasan nusantara. Dalam melaksanakan visi dan misi tersebut, maka sasaran pembangunan transportasi jalan terutama adalah untuk menciptakan penyelenggaraan transportasi yang efisien dan efektif. Efektivitas pelayanan jasa transportasi jalan dapat diukur melalui ( a. Tersedianya kapasitas dan prasarana transportasi jalan yang sesuai dengan perkembangan permintaan/ kebutuhan; b. Tercapainya keterpaduan antar dan intramoda transportasi jalan dalam prasarana dan pelayanan; c. Tercapainya ketertiban yaitu penyelenggaraan sistem transportasi yang sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku di masyarakat; d. Tercapainya ketepatan dan keteraturan yaitu sesuai dengan jadwal dan adanya kepastian pelayanan; e. Aman atau terhindar dari gangguan alam maupun manusia; f. Tercapainya tingkat kecepatan pelayanan yang diinginkan atau waktu perjalanan yang singkat tetapi dengan tingkat keselamatan tinggi; g. Tercapainya tingkat keselamatan atau terhindar dari berbagai kecelakaan; h. Terwujudnya kenyamanan atau ketenangan dan kenikmatan pengguna jasa; dan i. Tercapainya penyediaan jasa sesuai dengan kemampuan daya beli pengguna jasa dan tarif/biaya yang wajar. Susantono (2004) menyatakan bahwa, dalam bahasa keseharian, ada empat hal yang bisa jadikan tolok ukur dalam melakukan evaluasi

24 14 sederhana kondisi transportasi kita, yaitu: keselamatan, keamanan, keterjangkauan dan kenyamanan (keempat hal ini selanjutnya disebut dengan 4K) yaitu : a. Aspek pertama dan utama adalah masalah keselamatan. Berbagai data kecelakaan (Jasa Raharja, kepolisian, Departemen Perhubungan) yang selalu berbeda menunjukkan bahwa angka korban kecelakaan meninggal dunia dan luka cukup mencengangkan, yaitu mencapai sekitar 80 orang perhari. b. Aspek kedua adalah keamanan. Berbagai survei transportasi, baik di perkotaan maupun antar kota dan desa memperlihatkan bahwa para penumpang umumnya masih menempatkan aspek ini ke dalam dua hal utama dalam melakukan perjalanan. Kenyataan ini konsisten dengan berbagai kajian bahwa faktor keamanan sangat mempengaruhi keputusan seseorang dalam menentukan jenis kendaraan yang dipilih, misalnya bis versus kereta api versus kendaraan carteran, dan lain-lain. c. Yang ketiga adalah masalah keterjangkauan. Seseorang memilih alat angkut tentunya berdasarkan anggaran di kantong masing-masing. Pemerintah terlihat telah berupaya maksimal untuk mengatur tarif sehingga aspek keterjangkauan ini tidak menyusahkan rakyat banyak. Pelayanan angkutan kelas ekonomi, yang sering kali dianggap sebagai kewajiban pelayanan umum, telah dicoba untuk di atur sehingga masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki berbagai aksesibilitas dalam aktivitas kesehariannya. d. Aspek terakhir dari 4K adalah kenyamanan. Dalam suasana di mana pasokan (supply) jauh lebih kecil daripada permintaan (demand),

25 15 maka aspek ini tampaknya harus ditoleransi oleh para penumpang angkutan umum, terutama yang berkantong pas-pasan. Banyak usaha telah dirumuskan para pakar manajemen kualitas untuk mendefinisikan kualitas jasa atau pelayanan, agar dapat didesain, dikendalikan, dan dikelola sebagaimana halnya dengan kualitas barang. Secara konseptual manajemen kualitas dapat diterapkan baik pada barang maupun jasa, karena yang ditekankan dalam manajemen kualitas adalah perbaikan sistem kualitas, bukan sekedar perbaikan kualitas barang dan atau jasa (Vincent, 1997). Beberapa dimensi atau atribut yang harus yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa adalah : a. Ketepatan waktu pelayanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan di sini berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses. b. Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reabilitas pelayanan dan bebas kesalahan-kesalahan. c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal, seperti: operator telepon, petugas keamanan (SATPAM), pengemudi, staff administrasi, kasir, petugas penerima tamu, perawat, dll. Citra pelayanan dari industri jasa sangat ditentukan oleh orang-orang dari perusahaan yang berbeda pada garis depan dalam melayani langsung pelanggan eksternal. d. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dan pelanggan eksternal e. Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung, serta pelayanan komplementer lainnya. f. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet, banyaknya petugas yang melayani seperti kasir, staff

26 16 administrasi dll, banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer untuk memproses data dll. g. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, features dari pelayanan, dll. h. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus dll. i. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan, ketersediaan informasi, petunjuk-petunjuk dan bentukbentuk lain. j. Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti: lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dll. Apabila perhatian lebih jauh ditujukan kepada sektor kedua, yaitu usaha kecil, menengah dan koperasi yang jumlahnya menurut BPS sekitar 36 juta usaha, pada kenyataannya bagian terbesar yaitu sebesar 34 juta jiwa adalah usaha mikro, baru diikuti oleh usaha kecil, koperasi dan usaha menengah. Sektor ini pada tahun 2000 menyerap 99,6% tenaga kerja Indonesia. Dengan demikian kalau kita membicarakan ekonomi rakyat, perlu dijadikan catatan bahwa sebagian terbesar dari pelaku ekonomi di dalamnya adalah usaha mikro yang menyerap tenaga kerja sangat banyak dan secara hipotesis menjangkau lebih dari 136 juta jiwa. Menurut Ismawan (2002) kegiatan-kegiatan yang digeluti pelaku ekonomi rakyat secara kasar dapat dikolompokkan menjadi : a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder: pertanian, peternakan (semua dilakanakan dalam skala terbatas dan subsisten), pengrajin kecil, penjahit, produsen makanan kecil, dan semacamnya.

27 17 b. Kegiatan-kegiatan tersier : transportasi (dalam berbagai bentuk), kegiatan sewa menyewa baik perumahan, tanah, maupun alat produksi. c. Kegiatan distribusi: pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang kaki lima, penyalur dan agen serta usaha sejenisnya. d. Kegiatan-kegiatan jasa lainnya : pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, montir, tukang sampah, juru potret jalanan dan sebagainya. Dalam kegiatan yang dikelompokkan tersier, transportasi baik orang maupun barang banyak diusahkan sendiri oleh rakyat. Hal ini merupakan gejala umum pada negara berkembang seperti telah disinyalir oleh Hernando de Soto. Negara memang telah mengusahakan berbagai sarana transportasi namun pada kenyataannya transportasi yang diusahakan sendiri oleh rakyat tetap lebih dominan (meskipun sering kali illegal) (Ismawan, 2002). Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya kebijakan kenaikan harga BBM pada tanggal 1 Maret 2005 lalu, pemerintah mengambil langkahlangkah lanjutan dengan memberikan insentif fiscal atas impor suku cadang tertentu. Sasis bus angkutan umum, CKD (Compeletely Knock Down) untuk pembuatan kendaraan angkutan komersial dan bus dalam keadaan CBU (Compeletely Build Up) melalui pembebasan dan keringanan bea masuk. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan sebagai akibat kenaikan harga BBM sekaligus mengurangi beban biaya pengadaan dan pemeliharaan sarana angkutan serta mendorong peremajaan kendaraan umum (

28 18 B. Metode Analisis Untuk keperluan analisis dalam membahas optimasi penggunaan armada bis, akan dilakukan pencarian dan pengumpulan data, serta studi kepustakaan yang menyangkut teori-teori tentang linier programming. Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang digunakan dalam kajian ini berupa data berasal dari perusahaan yaitu jumlah armada, trayek armada, jumlah penumpang dan harga rata-rata tiket. Data sekunder dipergunakan sebagai data tambahan dalam menunjang analisis. Data sekunder mencakup data kuantitatif, yaitu data jumlah permintaan angkutan penumpang, jumlah perusahaan otobis dan jumlah armada bis yang diperoleh dari Dirjen Perhubungan Darat dan BPS. Data lain secara kualitatif dapat diperoleh dari majalah/surat kabar, literatur-literatur dan internet yang berkaitan dengan penggunaan armada sehingga mencapai hasil yang optimum. Sehubungan dengan kasus perusahaan lebih spesifik dan unik sehingga perlu ada metode analisa yang perlu dimodifikasi. Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan metode analisis sebagai berikut : Model Jaringan Model jaringan yang didaftarkan dapat direpresentasikan dan pada prinsipnya dipecahkan sebagai program linier. Tetapi jumlah variabel dan batasan sangat besar yang biasanya menyertai sebuah model jaringan pada umumnya membuat pemecahan masalah jaringan secara langsung dengan metode simplek tidak disarankan. Sebuah jaringan terdiri dari sekelompok node yang dihubungkan oleh busur atau cabang. Jalur adalah urutan busur-busur tertentu yang menghubungkan dua node tanpa tergantung pada orientasi busur-busur tersebut secara

29 19 individual. Jalur akan membentuk suatu loop atau siklus jika jalur itu menghubungkan sebuah node dengan dirinya sendiri (Taha, 1996). Jaringan adalah kumpulan simpul (node) dan busur (arc) yang menghubungkan simpul-simpul tersebut. Simpul-simpul sebuah jaringan dapat mewakili bandar udara, terminal, stasiun pelabuhan dan lain-lain. Busur dalam jaringan dapat mewakili rute, jalan raya, rel kereta api dan lain-lain. Rute dalam jaringan merupakan urutan busur yang menghubungkan dua buah simpul atau lebih (Nasution, 1996) Persoalan aliran maksimum dalam jaringan adalah bagaimana menentukan rute-rute perjalanan sedemikian sehingga jumlah total perjalanan yang dilakukan setiap harinya menjadi maksimum, tanpa melanggar batas maksimum perjalanan yang dapat dilakukan pada masing-masing jalan (Santoso,2000). Menurut Santoso (2000) berdasarkan terminologi teori graph, maka suatu jaringan akan terdiri dari suatu himpunan titik-titik yang disebut node. Node-node tersebut saling dihubungkan oleh suatu garis dan disebut node. Beberapa terminologi tambahan dari jaringan ini adalah : Busur maju, yaitu busur yang meninggalkan node Busur mundur, yaitu busur yang masuk ke dalam node Sumber, yaitu node yang menjadi awal dari busur-busurnya Tujuan, yaitu node yang menjadi tujuan busur-busurnya Untuk mempermudah pemecahan kasus pengaturan penumpang dan mencari keuntungan maksimal masing-masing rute/ jaringan maka dapat dibantu dengan menggunakan suatu tabel sebagai berikut:

30 20 Tabel 4. Pengaturan penumpang bis A 1 A 2 node Tujuan T 1 T 2 T j T n x 11 ) x 12 ) x 1j ) x 1n ) y 11 y y... 1j x 21 ) x 22 ) x 2j ) x 2n ) y 21 y y... 2j y 1n y 2n... A i x i1 ) y i1 x i2 ) y i2... x ij ) y ij... x in ) y in... Node Asal (sumber) A m x m1 ) x m2 ) y m1 y... m2 x mj ) y mj... x mn ) y mn Dimana: A = asal kota pemberangkatan T = tujuan kota pemberangkatan x = harga tiket y = jumlah penumpang

31 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Struktur organisasi PO. Rosalia Indah dapat dilihat pada Gambar 1 : Gambar 1. Struktur organisasi PO Rosalia Indah Jumlah bis beroperasi tidak termasuk bis cadangan dan pariwisata sebanyak 124 buah untuk perjalanan pulang-pergi, sehingga jumlah dari tempat pemberangkatan asal masing-masing sebanyak 62 buah. Rincian trayek dan jumlah armada seperti pada Tabel 5 berikut:

32 22 Tabel 5. Trayek dan jumlah armada bis PO. Rosalia Indah Adapun tanggung jawab, fungsi dan tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi PO. Rosalia Indah adalah sebagai berikut: 1. Dewan Direksi Ikhtisar pekerjaan : 1. Bertanggung jawab atas perumusan materi prinsip manajemen 2. Bertanggung jawab atas penetapan kebijakan perusahaan ekstern dan intern

33 23 3. Bertanggung jawab terlaksananya kesepakatan kebijakan diantaranya direktur 1.1 Direktur Utama Ikhtisar pekerjaan: a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ekstern perusahaan b. Bertanggung jawab atas masukan yang diberikan kepada Direktur Operasional dan Direktur Keuangan c. Bertanggung jawab atas pelaksaan koordinasi antar direktur. 1.2 Direktur Keuangan. Ikhtisar pekerjaan: a. Bertanggung jawab atas penetapan sistem administrasi keuangan perusahaan. b. Bertanggung jawab atas pendapatan RAPB perusahaan dan Analisa Laporan Keuangan c. Bertanggung jawab realisasi pendanaan dan penggajian 1.3 Direktur Umum Ikhtisar pekerjaan: a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan prinsip manajemen untuk intern perusahaan dan kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional. b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan evaluasi dan pembinaan kinerja seluruh karyawan. c. Bertanggung jawab penerapan Manajemen Mutu Standar ISO 9000.

34 24 2 Manajer Keuangan. Ikhtisar pekerjaan: 2.1 Bertanggung jawab atas pelaksanaan administrasi keuangan sesuai sistem yang ditetapkan perusahaan. 2.2 Bertanggung jawab atas kebenaran data-data keuangan 2.3 Bertanggung jawab atas ketepatan, kebenaran laporan keuangan harian, bulanan dan tahunan 3. Manager Personalia dan Umum Ikhtisar pekerjaan: 3.1 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan administrasi ketenagakerjaan (karyawan) sesuai dengan ketentuan atau peraturan perusahaan dan ketentuan ketentuan pemerintah. 3.2 Bertanggung jawab atas penetapan prinsip manajemen, planning, organizing, directing, controlling didalam departemen personalia dan umum 3.3 Bertanggung jawab atas terciptanya peningkatan kualitas SDM seluruh karyawan 4. Manager Engineering Ikhtisar pekerjaan: 4.1 Bertanggung jawab tentang pengecekan, perawatan, perbaikan, penggantian mesin. 4.2 Bertanggung jawab atas kelaikan kendaraan yang akan dioperasikan. 4.3 Bertanggung jawab atas ketertiban administrasi laporan engineering untuk seluruh kendaraan. 5. Manager Marketing dan Sales Ikhtisar pekerjaan:

35 25 5.1Bertanggung jawab atas promosi dan kemajuan marketing usaha perusahaan dan penerapan pelayanan prima dan operacional kendaraan. 5.2 Bertanggung jawab kepuasan pelanggan 6. Kepala Divisi General Accounting Ikhtisar pekerjaan yaitu bertanggung jawab atas penetapan sistem akuntansi perusahaan, mekanisme pelaksanaan tugas akuntansi dan laporan keuangan 6.1 Kepala seksi siklus akuntansi Bertanggung jawab atas pekerjaan siklus akuntansi perusahaan dan pembuatan laporan keuangan sesuai periode akuntansi. 6.2 Kepala Seksi Pajak Bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi laporan pajak secara prima (benar dan tepat waktu) dan bertanggung jawab atas pengisian surat perintah pembayaran pajak secara tepat waktu. 7. Kepala Divisi Financial dan Budget Control (Keuangan & Anggaran) Ikhtisar pekerjaan yaitu bertanggung jawab atas kebenaran bukti keuangan baik penerimaan dan pengeluaran serta bertanggung jawab pencatatan transaksi keuangan dan perhitungan saldo kas rincian 7.1 Kasir Ikhtisar pekerjaan yaitu bertanggung jawab penerimaan dan pengeluaran kas harian serta bertanggung jawab pembuatan laporan kas harian 7.2 Kepala Seksi Utang Piutang dan Bank Ikhtisar pekerjaan yaitu bertanggung jawab pencatatan utang piutang dan bank serta membuat laporan keadaan utang, piutang yang telah jatuh tempo.

36 26 8. Kepala Divisi Umum Ikhtisar pekerjaan yaitu bertanggung jawab atas kelancaran proses perijinan dan humas, pengaturan dan perawatan di dalam rumah tangga serta inventaris dan keamanan dalam perusahaan dengan menjunjung prinsip efisiensi 8.1 Kapala Seksi Kamtib (keamanan dan ketertiban) Bertanggung jawab aas terciptanya keamanan dan ketertiban di lingkungan perusahaan 8.2 Kapala Seksi Rumah Tangga Bertanggung jawab terhadap pengadaan, pengawasan, penggunaan, penyediaan sarana kesehatan keselamatan kerja, perawatan inventaris rumah tangga dan alat tulis kantor dengan menjunjung prinsip efisiensi serta laporan administrasi rumah tangga secara tepat. 8.3 Kepala Seksi Inventory (Persediaan) Bertanggung jawab terhadapt gudang penyimpanan barang dan ATK beserta administrasinya. 9. Kepala Divisi Pekerjaan Umum Bertanggung jawab terhadap pembuatan perencanaan pembangunan perawatan, perbaikan gedung 9.1 Kepala seksi maintenance dan repair (perbaikan dan pemeliharaan) Bertanggung jawab terhadap pengawasan, pengontrolan keadaan air / listrik, gedung dan prasarana perusahaan, sebagai pelaksanaan perawatan, perabaikan dan menindak lanjuti adanya gangguan dan kerusakan mendadak sarana dan prasarana perusahan. 9.2 Kepala seksi pelaksanaan pekerjaan umum Bertanggung jawab terhadap usulan program kerja bangunan dan pelaksanaan serta perawatannya

37 Kepala seksi pengadaan stock (barang persediaan) Bertanggung jawab atas pengadaan barang / material bangunan, stock barang di gudang dan barang bekas serta pembukuan barang. 10. Kepala Divisi Personalia Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan administrasi ketenaga kerjaan (karyawan) sesuai dengan ketentuan atau peraturan perusahaan dan ketentuan-ketentuan pemeritah serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengembangan kualitas SDM 10.1 Kepala seksi rekruitmen dan administrasi karyawan Bertanggung jawab atas pelaksanaan rekruitmen dan pembinaan karyawan serta administrasinya Kepala seksi kesejahteraan Bertanggung jawab atas proses gaji karyawan dari pembuatan daftar gaji, pelaksanaan pembayaran dan pemberian informasi lain yang terkait gaji. 11. Kepala Divisi Karoseri Bertanggung jawab atas kualitas bodi dan rangka armada serta terciptanya efisiensi dalam proses pengerjaannya 12. Kepala Divisi Teknik Bertanggung jawab atas kualitas kelaikan operasional armada, kelancaran operasional kegiatan kerja mekanik serta pemanfaatan sarana dan prasarana teknik secara tepat guna serta efisien Kepala seksi perakitan mesin Bertanggung jawab atas kualitas perakitan mesin (persneling, filter angin, radiator dan mesin utama) dengan menjunjung prinsip efisiensi.

38 Kepala seksi perawatan dan perbaikan mesin Bertanggung jawab terhadap pengontrolan, perawatan, penyetelan dan pemasangan mesin bis dengan menjunjung prinsip efisiensi Kepala seksi mekanik travel Bertanggung jawab atas kualitas perakitan mesin travel (persneling, gardan, kemudi, radiator dan mesin utama), pengontrolan, perawatan, penyetelan, pemasangan mesin travel serta bertanggung jawab terhadap sistem kerja mekanik Kepala seksi mekanik AC Bertanggung jawab atas kualitas perakitan, pengontrolan, perawatan dan pemasangan mesin AC dan sistem kerja mekanik AC 12.5.Kepala seksi cleanning armada Bertanggung jawab atas kebersihan armada (interior dan exterior) serta pencatatan sarana interior armada. 13. Kepala Divisi Gudang Spare part (onderdil bis dan travel) Bertanggung jawab atas kualitas, kuantitas, keamanan dan kebenaran sparepart di gudang dengan memperhatikan efisiensi Kepala seksi administrasi gudang spare part Bertanggung jawab atas pembuatan laporan administrasi gudang spare part dan pelaksanaan stock opname gudang spare part bersama-sama kepala seksi inventory control Kepala seksi inventory control Bertanggung jawab terhadap kualitas dan kuantitas suku cadang yang disimpulkan baik secara fisik maupun secara informasi.

39 Kepala seksi elektronika Bertanggung jawab terhadap kualitas dan kuantitas pengadaan audio dan video (TV, Video dan HT komunikasi) serta di lingkungan kantor dengan menjunjung tinggi prinsip efisiensi Kepala seksi pengadaan dan logistik Bertanggung jawab atas pencatatan dan pengiriman sparepart ke Pool dan Storing serta pengadaan sparepart di kantor pusat serta pengadministrasian barang bekas. 14. Kepala Divisi Marketing Development (pengembangan pemasaran). Ikhtisar pekerjaan yaitu bertanggung jawab terhadap pengembangan Divisi Marketing dan kelancaran kegiatan-kegiatan dengan menjunjung prinsip efisiensi serta urusan carter dan penawaran bis / travel 14.1 Kepala seksi koordinator agen Bertanggung jawab atas kelancaran hubungan kerjasama antar agen baik dalam maupun luar dan antara agen-agen dengan kantor pusat.serta pembinaan kepada seluruh agen untuk bekerja dan melaksanakan tugas secara profesional Kepala seksi tiket dan promosi Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan informasi dan pemberian pelayanan yang berkualitas kepada konsumen serta promosi khususnya pelaksanaan undian dan penyerahan hadiah Kepala seksi pengawas malam Bertanggung jawab terhadap pemantauan perjalanan armada bis, travel maupun paket yang sedang beroperasi pada shift malam.

40 Kepala Divisi Operasional. Ikhitsar pekerjaan yaitu bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan-kegiatan sehingga dapat lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta pelaksanaan laporan administrasi operasional Kepala seks rute reguler dan inventory armada (jalur tetap dan persediaan bis) Bertanggung jawab atas pembagian jatah reguler dan non reguler armada ke agen-agen supaya pelayanan prima kepada konsumen serta pencatatan inventory armada baik bis, travel dan mobil operasional termasuk perlengkapannya Kepala seksi pengaturan kru bis. Bertanggung jawab atas penjadwalan dan pelaksanaan tugas kru bis (pengemudi dan pembantu pengemudi) sehingga tidak ada kekurangan personel sehingga tercipta pemerataan jalan seluruh kru serta kesiapan kru setiap hari sesuai kebutuhan / jadwal kerja kru bis Kepala seksi pengaturan kru travel Bertanggung jawab atas penjadwalan dan pelaksanaan tugas kru travel sehingga tidak ada kekurangan personel dalam pemenuhan kebutuhan harian kru travel dan tercipta pemerataan jalan untuk seluruh kru serta bertanggung jawab terhadap penjadwalan kerja kru travel Kepala seksi perijinan surat armada dan mobil operasional Bertanggung jawab atas administrasi laka dan pengurusan perizinan surat-surat armada serta administrasinya serta kelancaran pengaturan, perawatan dan perbaikan mobil operasional.

41 Kepala seksi kontrol jalan Ikhtisar pekerjaan yaitu bertanggung jawab atas pelaksanaan pengawasan perjalanan, pelayanan agen dan kru serta pemantauan kondisi jalan untuk dapat memberikan masukan kepada pimpinan sehingga operasional dapat berjalan lancar. 1. Kelas SUPER EKSEKUTIF Armada bis kelas super eksekutif adalah armada yang paling mewah diantara kelas yang ada. Kelebihan dari kelas ini adalah kapasitas kursi hanya 22 kursi penumpang dengan dilengkapi leg rest (alas kaki), AC (air conditioner), TV/Video dan toilet. Jumlah armada bis kelas Super Eksekutif untuk yang berangkat dari beberapa kota Jawa Timur dan Jawa Tengah rata-rata sebanyak 4(empat)unit. Jumlah permintaan penumpang dan harga tiket dapat dilihat pada Tabel 6 : Tabel 6. Jurusan, jumlah penumpang dan harga tiket kelas Super Eksekutif

42 32 Jurusan yang dilayani kelas Super Eksekutif adalah Kediri Merak, Sragen Merak, Karanganyar Bogor dan Solo Jakarta. Permintaan penumpang paling banyak adalah di kota Solo yaitu sebanyak 22 orang penumpang yang terdiri tujuan Jakarta : 8 orang, Bogor : 9 orang dan Merak : 5 orang. Harga tiket dipengaruhi oleh jarak tujuan dan yang paling mahal sebesar Rp ,- yaitu jurusan Kediri Merak. 2. Kelas EKSEKUTIF Armada bis kelas eksekutif adalah armada yang terbanyak daripada kelas yang lain. Hal ini disebabkan mulai tahun 2006 semua bis kelas Bisnis telah dihapus dan diganti menjadi kelas Eksekutif. Jumlah armada bis kelas eksekutif yang berangkat dari beberapa kota Jawa Timur dan Jawa Tengah rata-rata sebanyak 35 (tiga puluh lima) unit perhari. Kota yang terdapat pemberangkatan bis kelas Eksekutif adalah Surabaya, Blitar, Kediri, Tulungagung, Ponorogo, Madiun, Sragen, Wonogiri, Karanganyar dan Solo. Jumlah permintaan penumpang (demand), jurusan dan kapasitas penumpang (supply) dan harga tiket seperti pada Tabel 7.

43 33 Tabel 7. Jurusan, kapasitas dan harga tiket armada bis kelas Eksekutif Permintaan penumpang paling banyak adalah di kota Surabaya yaitu sebanyak 160 orang penumpang yang terdiri tujuan Jakarta : 69 orang, Bogor : 64 orang dan Merak : 48 orang. Harga tiket paling tinggi sebesar Rp ,- yaitu jurusan Blitar Lampung. 3. Kelas VIP Armada bis kelas VIP adalah armada yang kapasitas 32 (tiga puluh dua) penumpang dilengkapi dengan AC, Toilet, TV/Video/Tape.

44 34 Perbedaan antara kelas Eksekutif dengan kelas VIP yaitu terletak pada kursi penumpang dan fasilitas makan. Kursi penumpang kelas VIP tidak dilengkapi fasilitas leg rest dan penumpang tidak mendapat fasilitas makan gratis prasmanan di rumah makan. Kota yang terdapat pemberangkatan bis kelas VIP adalah Blitar, Sragen, Karanganyar dan Solo. Maka jumlah permintaan penumpang (demand), jurusan dan kapasitas penumpang (supply) dan harga tiket seperti pada tabel 8: Tabel 8 : Jurusan, kapasitas dan harga tiket armada bis kelas VIP Kota yang tidak ada pemberangkatan bis tetapi ada permintaan penumpang yaitu kota Kediri: 9 orang penumpang dan Madiun: 7 orang penumpang. Harga tiket tertinggi yaitu jurusan Blitar Jakarta atau Bogor Rp ,- dan harga terendah yaitu sebesar Rp ,-. 4. Kelas PATAS Armada bis kelas PATAS adalah armada yang kapasitas penumpang 54 (lima puluh empat) orang dilengkapi dengan fasilitas AC.

45 35 Pemberangkatan bis kelas PATAS rata-rata sebanyak 10 unit perhari dari kota Blitar, Kediri, Tulungagung, Ponorogo, Madiun, Sragen, Karanganyar dan Solo. Maka jumlah permintaan penumpang (demand), jurusan dan kapasitas penumpang (supply) dan harga tiket seperti pada tabel 9: Tabel 9 : Jurusan, supply, demand dan harga tiket bis kelas PATAS Harga tiket tertinggi sebesar Rp ,- yaitu jurusan Blitar Merak dan harga terendah sebesar Rp ,- yaitu jurusan Solo/Karanganyar Jakarta/ Bogor. Kota yang tidak ada pemberangkatan bis tetapi ada permintaan penumpang yaitu kota Madiun dengan tujuan Jakarta: 15 orang, Bogor: 13 orang dan Merak: 14 orang.

46 36 5. Kelas EKONOMI Armada bis kelas Ekonomi adalah armada yang kapasitas 54 (lima puluh empat) penumpang dan perbedaan dengan armada bis kelas PATAS yaitu di armada bis kelas Ekonomi tidak dilengkapi fasilitas AC. Kota yang terdapat pemberangkatan bis kelas Ekonomi adalah kota Blitar, Kediri, Sragen, Wonogiri, Karanganyar dan Solo dengan armada rata-rata sebanyak 9 unit perhari. Maka jumlah permintaan penumpang, jurusan dan harga tiket seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Jurusan, supply, demand dan tarif tiket bis kelas Ekonomi B. Biaya Operasional Bis Biaya operasional bis dalam melakukan perjalanan ke kota tujuan terdiri sebagai berikut: 1. Biaya bahan bakar solar 2. Biaya retribusi dan toll 3. Uang makan sopir dan kernet

47 37 Perincian biaya tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Rata-rata biaya operasional perjalanan bis AC dan Non AC C. Penyelesaian Masalah Dalam penyelesaian optimasi penggunaan armada bis PO. Rosalia Indah yaitu dengan metode model jaringan dimana kota pemberangkatan disebut node asal dan kota tujuan disebut node tujuan. Busur dalam jaringan dapat mewakili rute, jalan raya maka dalam kasus ini telah diwakili oleh harga tiket dalam bentuk satuan rupiah. Jalur/ rute adalah urutan busur-busur tertentu yang menghubungkan dua node atau lebih maka dalam hal ini bis berangkat dari kota asal (node asal) akan melewati beberapa node (kota) untuk mencapai kota tujuan (node tujuan).

48 38 Untuk menentukan keuntungan dari perjalanan node asal ke node tujuan atau kota asal ke kota tujuan dapat di rumuskan dengan model matematis: Z m(maksimum pendapatan) = y 1 x 1 + y 2 x 2 + y 3 x 3 +.y n x n Z m = pendapatan penjualan tiket jurusan m y = jumlah penumpang dari kota n x = harga tiket dari kota n Dari pendapatan perjalanan tiket tiap jurusan (Z m ) tersebut maka dibandingkan dengan biaya operasional perjalanan tiap jurusan ( C m ) akan diketahui keuntungan atau kerugian perjalanan, dengan rumus : Keuntungan (kerugian) = Z m C m Z m = Pendapatan penjualan tiket jurusan m C m = Biaya operasional perjalanan jurusan m Perusahaan menetapkan bahwa perjalanan tiap jurusan bis dikatakan laba apabila keuntungan tersebut minimal sebesar 60% dari biaya operasional perjalanan. Hal ini disebabkan masih ada alokasi biaya yang lain seperti angsuran kredit bank, biaya pemeliharaan kendaraan dan gedung, biaya gaji pegawai perusahaan, biaya penyusutan kendaraan, biaya keperluan kantor dan komisi agen dengan total rata-rata perbulan mencapai Rp. 6,8 miliar. Dalam penyelesaian masalah transportasi angkutan penumpang bis yang harus diperhatikan dan menjadi asumsi adalah: a. Jalur jalan raya bis harus sesuai dengan peraturan pemerintah. b. Biaya operasional perjalanan bis adalah semua biaya yang dikeluarkan berkaitan pelayanan / pengantaran penumpang ke kota tujuan dengan dihitung dari kota pemberangkatan sampai ke kota tujuan yang terdiri dari : biaya solar, biaya retribusi toll dan uang makan sopir dan kernet.

49 39 c. Perusahaan menetapkan bahwa keuntungan perjalanan dikatakan optimal apabila keuntungan mencapai minimal 60% dari biaya operasional bis. Keuntungan perjalanan yaitu penjualan tiket penumpang dikurangi biaya operasional perjalanan bis Maka pengaturan penumpang dan pemberangkatan bis untuk masing-masing kelas sebagai berikut: 1. Kelas SUPER EKSEKUTIF Penyelesaian pengaturan pemberangkatan digunakan bantuan tabel transportasi sebagai berikut: Tabel 12: Pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas Super Eks Pemberangkatan dari kota Kediri adalah 1 (satu) unit bis dengan kapasitas 22 kursi penumpang dengan jurusan Kediri Merak. Permintaan penumpang tujuan Merak sebanyak 6 (enam) orang dan tujuan Jakarta sebanyak 7 (tujuh) orang. Akses jalan raya yang ke kota Merak adalah melewati kota Jakarta maka penumpang tujuan Merak dan Jakarta digabung dalam satu bis. Kapasitas kursi penumpang bis bersisa

50 40 9 (sembilan) kursi sehinngga dapat digunakan penumpang Solo tujuan Merak sebanyak 5 orang. Perhitungan sisa kapasitas dan penjualan tiket sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = 22-6 (tujuan Merak) 7 (tujuan Jakarta) 5 (dari Solo) = 4 kursi... (1) Maksimum Z Kediri - Merak = 7( )+6( )+5( ) +4(0) = Bis jurusan Merak yang lain yaitu dari kota Sragen dengan permintaan penumpang tujuan Merak sebanyak 7 (tujuh) orang dan tujuan Jakarta sebanyak 5 (lima) orang. Di kota Karanganyar terdapat permintaan penumpang tujuan Merak maka dapat digabung dengan bis dari Sragen, perhitungan sisa kapasitas yaitu : Perhitungan sisa kapasitas = 22-7 (tujuan Merak) 5 (tujuan Jakarta) - 8 (dari Karanganyar) = 2 kursi... (2) Maksimum Z Sragen Merak = 5( )+7( )+8( ) +2(0) = Kota Karanganyar hanya terdapat jurusan Karanganyar Bogor dan permintaan penumpang tujuan tersebut sebanyak 4 (empat) orang. Tetapi ada permintaan penumpang tujuan Merak sebanyak 8 (delapan) orang dan tujuan Jakarta sebanyak 7 (tujuh) orang. Tujuan Merak dapat digabung dengan pemberangkatan dari Sragen dan tujuan Jakarta dapat digabung dengan jurusan Karanganyar - Bogor. Tetapi tujuan Bogor masih terdapat sisa kapasitas 11 kursi maka dapat digunakan penumpang Solo tujuan Bogor. Perhitungan pendapatan dan sisa kapasitas kursi penumpang yaitu :

51 41 Perhitungan sisa kapasitas = 22-7 (tujuan Jakarta) 4 (tujuan Bogor) 9 (dari Solo) = 2 kursi... (3) Maksimum Z Karanganyar - Bogor = 7( )+4( )+9( ) +2(0) = Untuk memenuhi permintaan penumpang dari kota Solo yaitu PO. Rosalia Indah menyediakan jurusan Solo Jakarta. Di kota Solo dan sekitarnya terdapat permintaan penumpang tujuan Merak sebanyak 5(lima) orang. Permintaan penumpang tujuan Bogor dapat digabung dengan pemberangkatan dari Karangnyar dan penumpang tujuan Merak digabung bis dari Kediri. Perhitungan sisa kapasitas = 22-8 (tujuan Jakarta) = 14 kursi Maksimum Z Solo - Jakarta = 8( ) +14(0) = Kelas EKSEKUTIF Pengaturan pemberangkatan bis kelas Eksekutif digunakan bantuan tabel transportasi sebagai berikut:

52 Tabel 13. Pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas Eksekutif 42

53 43 Surabaya dan sekitarnya terdapat 9(sembilan) bis dengan jurusan Surabaya Merak, Surabaya Bogor dan Surabaya Jakarta masingmasing sebanyak 3(tiga) unit bis. Permintaan penumpang tujuan Jakarta sebanyak 58 orang dan masih ada sisa kapasitas 38 sehingga dapat digunakan penumpang Solo yang terdapat over permintaan sebanyak 7 orang Perincian pengaturan penumpang bis dan pendapatan tiket dari kota Surabaya tujuan Jakarta dan sekitarnya sebagai berikut:. Perhitungan sisa kapasitas = (3 x 32) 58 (tujuan Jakarta) 7 (dari Solo) = 31 kursi...(1) Maks Z Surabaya - Jakarta = 58( ) +7( ) + 31(0) = Kota Madiun, Sragen dan Solo terdapat kelebihan permintaan untuk tujuan Bogor yaitu 3 orang, 5 orang dan 13 orang. Penumpang dari Madiun, Sragen dan Solo untuk tujuan Bogor dapat digabung dengan jurusan Surabaya Bogor. Hasil perhitungan sisa kapasitas dan penjualan tiket sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (3x32) - 54 (dari Surabaya) 3 (dari Madiun) 5 (dari Sragen) 13 (dari Solo) = 21 kursi...(2) Maks Z Surabaya - Bogor = 54( ) + 3( ) + 5( )+ 13( ) + 21(0) = Penumpang tujuan Merak sebanyak 48 orang maka perhitungan penjualan tiket Surabaya Merak sebagai berikut : Perhitungan sisa kapasitas = (3 x 32) 48 (tujuan Merak) = 48 kursi

54 44 Maks Z Surabaya - Merak = 48( ) + 48(0) = Permintaan penumpang dari Blitar tujuan Jakarta sebanyak 30 orang, tujuan Bogor sebanyak 25 orang, tujuan Merak sebanyak 14 orang dan Lampung sebanyak 12 orang. Perhitungan kapasitas dan penjualan tiket Blitar Jakarta yaitu Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) = 2 kursi Maks Z Blitar - Jakarta = 30( ) + 2(0) = Bis jurusan Blitar Bogor terdapat kelebihan kapasitas sebanyak 7 kursi maka digabung dengan penumpang Kediri. Dimana kota Kediri terdapat kelebihan permintaan tujuan Bogor sebanyak 3 orang dan tujuan Jakarta 4 orang maka perhitungan kapasitas dan penjualan tiket sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) 3 (dari Kediri) 4 (dari Kediri) = 0... (3) Maks Z Blitar - Bogor = 25( ) +3( ) +4( ) = Untuk tujuan Merak terdapat kelebihan kapasitas sebanyak 38 kursi dan kota Wonogiri terdapat permintaan 20 orang tetapi tidak ada jurusan Wonogiri Merak. Maka penumpang Wonogiri dapat digabung dengan jurusan Blitar Merak. Perhitungan kapasitas dan hasil penjualan tiket yaitu:

55 45 Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) 18 (dari Wonogiri) Maks Z Blitar - Merak = 14( ) + 18( ) = = 0... (4) Kapasitas bis jurusan Blitar Lampung terdapat kelebihan sebanyak 20 kursi maka dapat digabung dengan kota lain yang tidak mempunyai jurusan Lampung yaitu Madiun. Dimana permintaan penumpang tujuan Lampung dari kota Madiun sebanyak 19 orang, maka perhitungan kapasitas dan hasil penjualan tiket sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Lampung) 19 (dari Madiun) = sisa 1...(5) Maks Z Blitar - Lampung = 12( ) +19( ) +1(0) = Pemberangkatan bis dari kota Kediri dan sekitarnya adalah 4(empat) bis dengan kapasitas 128 kursi penumpang. Dengan perincian jurusan Kediri Lampung, Kediri Merak, Kediri Bogor dan Kediri Jakarta masing-masing sebanyak 1(satu) unit bis. Permintaan penumpang tujuan Lampung sebanyak 17 orang, tujuan Merak sebanyak 29 orang, tujuan Jakarta sebanyak 39 orang dan tujuan Bogor sebanyak 35 orang. Untuk tujuan Jakarta dan Bogor terdapat kelebihan permintaan tetapi dapat dipenuhi atau digabung dengan jurusan Blitar Bogor. Perincian pengaturan penumpang bis dan hasil penjualan tiket dari kota Kediri tujuan Jakarta sebagai berikut:. Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) = 0

56 46 Maksimum Z Kediri - Jakarta = 32( ) = Hasil perhitungan pendapatan bis jurusan Kediri Bogor yaitu: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) = 0 Maksimum Z Kediri - Bogor = 32( ) = Rincian hasil pendapatan bis jurusan Kediri Merak sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) = sisa 3 Maksimum Z Kediri - Merak = 29( ) +3(0) = Bis jurusan Kediri Lampung terdapat kelebihan kapasitas sebanyak 15 kursi maka bis tersebut dapat memenuhi permintaan kota Sragen untuk tujuan Lampung yaitu sebanyak 12 orang. Hasil perhitungan kapasitas dan penjualan tiket Kediri Lampung yaitu: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Lampug) 12 (dari Sragen) = 3 kursi...(6) Maksimum Z Kediri - Lampung = 17( ) +12( ) +3(0) = Kota Tulungagung hanya terdapat 2(dua) pemberangkatan bis dengan tujuan Merak dan Bogor. Permintaan penumpang tujuan Merak

57 47 sebanyak 24 orang, tujuan Jakarta sebanyak 11 orang dan tujuan Bogor sebanyak 19 orang. Pengaturan penumpang tujuan Jakarta dapat digabung dengan tujuan Bogor maka hasil perhitungan kapasitas dan penjualan tiket yaitu: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) - 19 (tujuan Jakarta) = 2 kursi...(7) Maksimum Z Tulungagung - Bogor = 11( ) +19( ) +2(0) = Untuk jurusan Tulungagung Merak masih terdapat sisa kapasitas 8 kursi, maka dapat dimanfaatkan untuk menggabung penumpang di Ponorogo dengan permintaan sebanyak 8 orang. Hasil perhitungan sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) 8 (dari Ponorogo) = (8) Maksimum Z Tulungagung - Merak = 24( ) +8( ) = Kota sebelah selatan Madiun yaitu Ponorogo hanya terdapat 2(dua) bis jurusan Ponorogo Lampung dan Ponorogo Bogor. Penumpang tujuan Lampung sebanyak 11 orang, Jakarta sebanyak 19 orang dan tujuan Bogor sebanyak 13 orang. Apabila di kota Ponorogo terdapat penumpang tujuan Jakarta maka penumpang tersebut dapat digabung dengan bis tujuan Bogor. Penumpang tujuan Merak telah digabung dengan tujuan Tulungagung - Merak. Perhitungan penjualan tiket dan kapasitas sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) - 19 (tujuan Jakarta) = 0... (9)

58 48 Maksimum Z Ponorogo - Bogor = 13( ) +19( ) = Armada bis jurusan Ponorogo Lampung masih mempunyai sisa kapasitas 21 kursi. Sisa tersebut di manfaatkan dengan menggabung penumpang di Karanganyar sebanyak 7 orang karena tidak ada pemberangkatan di kota tersebut. Hasil perhitungan yaitu: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Lampung) 7 (dari Karanganyar = 14 kursi...(10) Maksimum Z Ponorogo - Lampung = 11( ) +7( ) +14(0) = Jumlah armada yang berangkat dari Madiun dan sekitarnya adalah 4(empat) unit dengan perincian jurusan Madiun Merak, Madiun Bogor masing-masing sebanyak 1(satu) bis dan tujuan Madiun Jakarta sebanyak 2(dua) bis. Permintaan penumpang tujuan Lampung sebanyak 19 orang, tujuan Merak sebanyak 30 orang, tujuan Jakarta sebanyak 38 orang dan tujuan Bogor sebanyak 35 orang. Jurusan Madiun Jakarta masih terdapat sisa kapasitas sebanyak 26 kursi maka dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kota Sragen over permintaan 4 orang. Selain itu dapat memenuhi permintaan kota Karanganyar sebanyak 18 orang, maka perhitungan jurusan Madiun Jakarta sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (2x32) -38 (tujuan Jakarta) -4 (dari Sragen) -18 (dari Karanganyar) = 4 kursi...(11) Maksimum Z Madiun Jakarta = 38( ) +4( ) +18( ) +4(0) =

59 49 Untuk melayani permintaan tujuan Bogor yaitu sebagian penumpang sebanyak 3(tiga) orang dapat digabung dengan pemberangkatan dari Surabaya. Hasil perhitungan penjualan tiket sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) = 0 Maksimum Z Madiun - Bogor = 32( ) = Armada bis jurusan Madiun Merak masih tersedia sisa kapasitas 2(dua) kursi maka dapat digunakan untuk kebutuhan kota Wonogiri dengan permintaan 2(dua) orang. Perincian perhitungan yaitu: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) -2 (dari Wonogiri) = 0...(12) Maksimum Z Madiun - Merak = 30( ) +2( ) = Permintaan penumpang tujuan Lampung sebanyak 19 orang telah terpenuhi dengan digabung bis dari Blitar. Untuk memenuhi kebutuhan penumpang kota Sragen dan sekitarnya perusahaan menyediakan sebanyak 3(tiga) bis. Dengan perincian jurusan yaitu Sragen Merak, Sragen Bogor dan Sragen - Jakarta masing-masing sebanyak 1(satu)bis. Rata-rata penumpang per hari tujuan Lampung sebanyak 12 orang dan dapat dipenuhi dengan bis jurusan Kediri Lampung. Penumpang tujuan Merak sebanyak 24 orang maka perhitungan hasil penjualan dan sisa kapasitas sebagai berikut :

60 50 Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) = 8 kursi Maksimum Z Sragen - Merak = 24( ) +8(0) = Permintaan penumpang tujuan Jakarta rata-rata sebanyak 36 orang atau terjadi over permintaan sebanyak 4 orang. Kelebihan permintaan tersebut dapat dipernuhi dengan cara digabung bis jurusan Madiun Jakarta. Perhitungan hasil penjualan dan sisa kapasitas jurusan Sragen Jakarta sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) = 0 Maksimum Z Sragen - Jakarta = 32( ) = Hasil perhitungan penumpang tujuan Sragen - Bogor sebanyak 37 orang setelah sebagian penumpang digabung bis jurusan Surabaya Bogor yaitu : Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) = 0 Maksimum Z Sragen - Bogor = 32( ) = Di kota Wonogiri hanya terdapat jurusan yaitu Wonogiri Bogor. Rata-rata penumpang perhari tujuan Merak sebanyak 20 orang dan tujuan Bogor sebanyak 25 orang. Sehubungan tidak ada jurusan Merak maka penumpang tersebut dapat dipenuhi dengan digabung bis dari

61 51 Blitar dan Madiun. Perincian perhitungan jurusan Wonogiri - Bogor sebagai berikut:. Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) = 7 kursi Maksimum Z Wonogiri - Bogor = 25( ) + 7(0) = Pemberangkatan bis dari kota Karanganyar dan sekitarnya sebanyak 2(dua) bis dengan jurusan Karanganyar Bogor dan Karanganyar Merak. Di kota tersebut terdapat permintaan penumpang tujuan Lampung sebanyak 7 orang dan dapat dipenuhi dengan cara digabung bis dari Ponorogo. Penumpang tujuan Jakarta sebanyak 34 orang dimana sebagian penumpang bisa dipenuhi dengan penggabungan bis jurusan Karanganyar Bogor sebanyak 16 orang dan digabung bis jurusan Madiun Jakarta sebanyak 18 orang. Perhitungan bis jurusan Karanganyar Bogor setelah ada penggabungan penumpang Jakarta sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) 16 (tujuan Jakarta) = 0...(13) Maksimum Z Karanganyar - Bogor = 16( ) +16( ) = Rata-rata penumpang tujuan Merak sebanyak 15 orang hari maka perhitungan penjualan tiket dan kapasitas jurusan Karanganyar Merak sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) = 17 kursi

62 52 Maksimum Karanganyar - Merak = 15( ) + 17(0) = Untuk melayani kebutuhan penumpang di kota Solo dan sekitarnya, perusahaan menyediakan 4(empat) bis dengan jurusan Solo Lampung, Solo Merak, Solo - Bogor dan Solo Jakarta. Rata-rata penumpang tujuan Jakarta sebanyak 39 orang perhari atau terjadi over permintaan 7 orang. Solusi untuk tujuan Jakarta dengan cara penumpang tersebut digabung dengan bis jurusan Surabaya Jakarta. Perhitungan tujuan Solo Jakarta sebagai berikut : Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) = 0 Maksimum Z Solo - Jakarta = 32( ) = Penumpang tujuan Bogor terdapat over permintaan 14 orang dari 45 orang karena kapasitas hanya 32 kursi. Solusi over permintaan dilakukan dengan penggabungan penumpang bis jurusan Surabaya Bogor. Hasil perhitungan penjualan tiket Solo Bogor sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) = 0 Maksimum Z Solo - Bogor = 32( ) = Perhitungan kapasitas dan penjualan tiket jurusan Solo Merak dilaksanakan sebagai berikut:

63 53 Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) = 2 kursi Maksimum Z Solo - Merak = 30( ) +2(0) = Hasil perhitungan pendapatan bis jurusan Solo Lampung yaitu: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Lampung) = 14 kursi Maksimum Z Solo - Lampung = 18( ) + 14(0) = Kelas VIP Pengaturan pemberangkatan digunakan bantuan tabel transportasi sebagai berikut: Tabel 14. Pengaturan pemberangkatan bis kelas VIP

64 54 Pemberangkatan bis kelas VIP di Jawa Timur hanya di kota Blitar dengan jurusan Blitar Bogor. Permintaan penumpang di kota tersebut untuk tujuan Bogor sebanyak 6 orang dan tujuan Jakarta sebanyak 4 orang. Selain kota Blitar terdapat permintaan penumpang tetapi tidak ada pemberangkatan bis yaitu kota Kediri dan Madiun. Permintaan penumpang dari Kediri tujuan Jakarta sebanyak 5 (lima) orang dan Bogor sebanyak 4 (empat) orang. Di kota Madiun terdapat permintaan tujuan Jakarta sebanyak 4 (empat) orang adan Bogor sebanyak 3(tiga) orang. Permintaan tujuan Bogor di kota Sragen sebanyak 5 (lima) orang Penumpang dari Kediri, Madiun dan Sragen dapat digabung dengan jurusan Blitar Bogor. Perincian perhitungan kapasitas dan penjuatan tiket sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = 32 4 (tujuan Jakarta) 6 (tujuan Bogor) 4 (dari Kediri) 5 (dari Kediri) 4 (dari Madiun) 3 (dari Madiun) 5 (dari Sragen) = 1 kursi...(1) Maksimum Z Blitar - Bogor = 4( ) +6( ) +4( ) +5( ) + 4( ) +3( ) +5(95.000) +1(0) = Permintaan penumpang dari Sragen tujuan Jakarta sebanyak 9 orang, tujuan Bogor sebanyak 5 orang dan tujuan Merak sebanyak 7 orang. Tetapi di kota tersebut hanya terdapat jurusan Sragen Merak. Tujuan Bogor dapat digabung dengan jurusan Blitar Bogor dan untuk tujuan Jakara di gabung Sragen Merak. Di kota Karanganyar terdapat tujuan Merak tetapi kota tersebut tidak ada pemberangkatan maka dapat digabung dengan jurusan Sragen Merak. Hasil perhitungan sebagai berikut:

65 55 Perhitungan sisa kapasitas = 32 7 (tujuan Merak) 9 (tujuan Jakarta) 8 (dari Karanganyar) = 8 kursi.....(2) Maksimum Z Sragen - Merak = 9(95.000) +7( ) +8( ) +7(0) = Di kota Karanganyar dan sekitarnya hanya terdapat 1 (satu) bis dengan jurusan Karanganyar Bogor dan permintaan penumpang sebanyak 9 orang. Permintaan tujuan Jakarta sebanyak 10 orang dapat dipenuhi dengan menggabungkan penumpang jurusan Karanganyar Bogor. Untuk penumpang tujuan Merak sebanyak 8 orang dapat dipenuhi dari jurusan Sragen - Merak. Sedangkan penumpang Solo tujuan Bogor dapat digabung dengan jurusan Karanganyar Bogor. Hasil perhitungan jurusan Karanganyar - Bogor sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = 32 9 (tujuan Bogor) 10 (tujuan Jakarta) 9 (dari Solo) = 4 kursi...(3) Maksimum Z Karanganyar - Bogor = 10(90.000) +9(90.000) +9(90.000) +4(0) = Untuk memenuhi permintaan penumpang bis dari kota Solo, perusahaan menyediakan 1 (satu) bis dengan jurusan Solo Merak dengan rata-rata penumpang sebanyak 10 orang per hari. Permintaan penumpang Solo tujuan Jakarta sebanyak 9 orang dan penumpang tersebut dapat dipenuhi dari jurusan Solo - Merak. Penumpang tujuan Bogor sebanyak 9 orang dapat digabung dengan Karanganyar Bogor. Perincian pengaturan penumpang bis dari kota Solo tujuan Merak sebagai berikut:

66 56 Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) 9 (tujuan Jakarta) = 13 kursi...(4) Maksimum Z Solo - Merak = 9(90.000) +10( ) +13(0) = Kelas PATAS Penyelesaian pengaturan pemberangkatan digunakan bantuan tabel transportasi sebagai berikut: Tabel 15. Pengaturan pemberangkatan bis kelas PATAS

67 57 Pemberangkatan dari kota Blitar dan sekitarnya adalah 2(dua) bis dengan tujuan Bogor dan Merak. Rata-rata penumpang per hari jurusan Blitar Bogor sebanyak 17 orang dan Blitar Merak sebanyak 24 orang. Di kota tersebut tedapat penumpang tujuan Jakarta sebanyak 28 orang. Memenuhi kebutuhan tujuan Jakarta dapat digabung dengan tujuan Merak. Kapasitas kursi jurusan Blitar Bogor masih sisa 37 kursi, hal ini masih dapat digunakan memenuhi permintaan dari kota lain yaitu Kediri sebanyak 12 orang, Blitar sebanyak 13 orang dan Sragen sebanyak 12 orang. Hasil perhitungan pendapatan jurusan Blitar Bogor yaitu : Sisa kapasitas (Blitar Bogor) = (tujuan Bogor) 12 (dari Kediri) 13 (dari Madiun) 12 (dari Sragen) = 0...(1) Maksimum Z Blitar Bogor = 17( ) + 12(95.000) + 13(85.000) + 12(80.000) = Pendapatan jurusan Blitar Merak setelah ada penggabungan penumpang Jakarta sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar Merak) = (tujuan Merak) 28 (tujuan Jakarta) = 2 kursi...(2) Maksimum Z Blitar Merak = 24( ) +28( ) +2(0) = Untuk memenuhi permintaan penumpang dari kota Kediri dan sekitarnya, perusahaan menyediakan 2(dua) bis dengan jurusan Kediri Jakarta dan Kediri - Merak. Penumpang tujuan Jakarta rata-rata

68 58 sebanyak 19 orang, tujuan Bogor sebanyak 12 orang dan tujuan Merak sebanyak 17 orang. Karena tidak ada bis tujuan Bogor maka penumpang tersebut digabung dengan bis jurusan Blitar Bogor. Bis jurusan Kediri Jakarta masih terdapat sisa kapasitas 35 kursi, sisa tersebut digunakan penumpang dari Madiun. Hal ini disebabkan perusahaan tidak menyediakan bis untuk kota Madiun. Perincian pengaturan penumpang bis dan penjualan tiket Kediri Jakarta. dari kota Kediri dan sekitarnya sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri Jakarta) = (tujuan Jakarta) 19 (dari Madiun) = 20 kursi...(3) Maksimum Z Kediri - Jakarta = 19(95.000) +35(85.000) +20(0) = Bis jurusan Kediri Merak kapasitas 54 kursi masih terdapat sisa 37 kursi, sisa tersebut digunakan untuk penumpang di Karanganyar tujuan Merak sebanyak 29 orang. Perhitungan kapasitas dan penjualan tiket Kediri Merak yaitu: Sisa kapasitas (Kediri Merak) = (tujuan Merak) 29 (dari Karanganyar) = 8 kursi...(4) Maksimum Z Kediri - Merak = 17( ) +29(95.000) +8(0) = Di kota Tulungagung dan sekitarnya hanya terdapat 1(satu) bis jurusan Tulungagung Jakarta. Permintaan penumpang tujuan Jakarta sebanyak 14 orang. Kapasitas jurusan tersebut masih terdapat sisa 40 kursi, maka dapat digunakan di Solo yang mempunyai permintaan penumpang 38 orang. Perincian pengaturan penumpang bis dari kota Tulungagung dan sekitarnya sebagai berikut:

69 59 Sisa kapasitas (Tulungagung Jakarta) = (tujuan Jakarta) 28 (dari Solo) = 12 kursi...(5) Maksimum Z Tulungagung - Jakarta = 14( ) +28(75.000) = Permintaan penumpang di kota Ponorogo tujuan Jakarta rata-rata perhari sebanyak 12 orang dan tujuan Merak sebanyak 11 orang. Bis yang tersedia hanya jurusan Ponorogo Merak, maka penumpang tujuan Jakarta dapat digabung dengan tujuan Merak. Kapasitas yang tersedia masih sisa 31 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Madiun tujuan Merak sebanyak 14 orang. Perincian pengaturan penumpang bis dari kota Ponorogo dan sekitarnya sebagai berikut: Sisa kapasitas (Ponorogo Merak) = (tujuan Jakarta) 11 (tujuan Merak) 14 (dari Madiun) = 17 kursi...(6) Maksimum Z Ponorogo - Merak = 12(90.000)+11( )+14( )+17(0) = Armada bis dari kota Sragen hanya tersedia 1(satu) bis jurusan Sragen Merak. Permintaan penumpang tujuan Jakarta sebanyak 21 orang, Bogor sebanyak 12 orang dan Merak sebanyak 23 orang. Penumpang tujuan Bogor dapat dipernuhi dengan digabung bis jurusan Blitar Bogor. Perincian kapasitas dan pendapatan penjualan tiket sebagai berikut: Sisa kapasitas (Sragen Merak) = (tujuan Jakarta) 23 (tujuan Merak) = 10 kursi...(7) Maksimum Z Sragen - Merak = 21(80.000) +23( ) =

70 60 Penumpang bis tujuan Jakarta dari kota Karanganyar rata-rata sebanyak 28 orang, tujuan Bogor sebanyak 16 orang dan tujuan Merak sebanyak 29 orang. Armada tersedia hanya jurusan Karanganyar Bogor sebanyak 1(satu)bis. Penumpang tujuan Jakarta dapat digabung dengan tujuan Bogor dan penumpang tujuan Merak digabung dengan bis Kediri Merak. Hasil pengaturan penumpang bis dari kota Karanganyar sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar Bogor) = (tujuan Bogor) 26 (tujuan Jakarta) = 12 kursi...(8) Maksimum Z Karanganyar - Bogor = 26(75.000) +16(75.000) +12(0) = Di Solo terdapat 2 (dua) bis dengan jurusan Solo Bogor dan Solo - Merak. Penumpang tujuan Jakarta: 38 orang dan sebagian telah digabung dengan bis dari Tulungagung sehingga 10 penumpang akan digabung bis tujuan Merak. Perhitungan penjualan tiket bis Solo Merak sebagai berikut: Sisa kapasitas (Solo Merak) = (tujuan Merak) 10 (tujuan Jakarta) = 5 kursi...(9) Maksimum Z Solo - Merak = 39(95.000) +10(75.000) = Hasil penjualan tiket dan sisa kapasitas jurusan Solo Bogor yaitu: Sisa kapasitas (Solo Bogor) = (tujuan Bogor) = 22 kursi Maksimum Z Solo - Bogor = 32(75.000) +22(0) =

71 61 5. Kelas EKONOMI Penyelesaian pengaturan pemberangkatan digunakan bantuan tabel transportasi sebagai berikut: Tabel 16. Pengaturan pemberangkatan bis kelas Ekonomi Permintaan penumpang di kota Blitar tujuan Jakarta rata-rata sebanyak 33 orang, tujuan Bogor sebanyak 21 orang dan tujuan Merak sebanyak 29 orang. Bis yang tersedia jurusan Blitar Merak dan Blitar Bogor sehingga penumpang tujuan Jakarta digabung tujuan Jakarta atau Merak. Bis tujuan Bogor kapasitas kursi masih tersisa 12 kursi maka dapat digunakan penumpang di kota Sragen sebanyak 12 orang.

72 62 Perhitungan pengaturan penumpang bis jurusan Blitar Bogor sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) 21 (tujuan Jakarta) 12 (dari Sragen) = 0...(1) Maksimum Z Blitar - Bogor = 21(90.000)+21(90.000)+12(70.000) = Kapasitas kursi jurusan Blitar Merak masih tersisa 13 kursi maka dapat digunakan penumpang Madiun karena tidak ada pemberangkatan bis tujuan tersebut. Hasil penjualan tiket dan sisa kapasitas jurusan Blitar Merak yaitu: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) 12 (tujuan Jakarta) 10 (dari Madiun) = 3 kursi......(2) Maksimum Z Blitar - Merak = 12(90.000)+29( )+10(90.000) +3(0) = Armada bis dari kota Kediri dan sekitarnya adalah 2(dua) bis dengan jurusan Kediri Bogor dan Kediri - Merak. Penumpang tujuan Jakarta: 20 orang, Bogor: 12 orang dan Merak: 17 orang. Penumpang tujuan Jakarta digabung dengan tujuan Bogor tetapi masih tersisa kapasitas 22 kursi, sehingga dapat digunakan penumpang Madiun tujuan Bogor sebanyak 15 orang. Hasil perhitungan sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Bogor) 20 (tujuan Jakarta) 15 (dari Madiun) = 7 kursi...(3) Maksimum Z Kediri - Bogor = 20(85.000) + 12(85.000) +15(75.000) =

73 63 Bis jurusan Kediri Merak masih ada sisa kapasitas 37 kursi maka digunakan penumpang dari Madiun tujuan Jakarta sebanyak 23 orang dan tujuan Merak sebanyak 10 orang. Maka hasil pengaturan penumpang sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Merak) 23 (dari Madiun) 10 (dari Madiun) = 4 kursi...(4) Maksimum Z Kediri - Merak = 17( ) +23(75.000) +10(90.000) = Kota Sragen hanya tersedia 1(satu) bis dengan jurusan Sragen Merak. Permintaan penumpang tujuan Jakarta sebanyak 18 orang, tujuan Bogor sebanyak 12 orang dan tujuan Merak sebanyak 16 orang. Penumpang tujuan Bogor digabung bis jurusan Blitar - Bogor. Kapasitas tujuan Merak masih tersedia 20 kursi sehingga digunakan penumpang dari Karanganyar tujuan Merak sebanyak 17 orang. Perincian pengaturan penumpang bis jurusan Sragen Merak sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) 16 (tujuan Merak) 17 (dari Sragen) = 3 kursi...(5) Maksimum Z Sragen - Merak = 18(70.000)+16(85.000)+17(80.000)+3(0) = Pemberangkatan bis dari Wonogiri tersedia 1(satu) bis dengan jurusan Wonogiri Bogor. Permintaan penumpang tujuan Jakarta ratarata sebanyak 19 orang dan tujuan Bogor sebanyak 16 orang. Penumpang Jakarta dapat digabung dengan bis jurusan Bogor. Perincian pengaturan penumpang bis Wonogiri Bogor sebagai berikut:

74 64 Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) 16 (tujuan Bogor) = 19 kursi... (7) Maksimum Z Wonogiri - Bogor = 19(65.000) +16(65.000) + 19(0) = Dari Karanganyar tersedia jurusan Karanganyar Bogor dan permintaan penumpang tujuan Jakarta rata-rata sebanyak 20 orang dan tujuan Bogor sebanyak 12 orang. Penumpang tujuan Merak sebanyak 17 telah dapat dipenuhi degan cara digabung bis jurusan Sragen Merak. Hasil perhitungan jurusan Karanganyar Bogor sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) 12 (tujuan Bogor) = 22 kursi...(8) Maksimum Z Karanganyar - Bogor = 20(65.000) +12(65.000) +22 (0) = Armada dari kota Solo tersedia jurusan Solo Bogor dan Solo - Merak. Rata-rata penumpang tujuan Jakarta sebanyak 37 orang, tujuan Bogor sebanyak 23 orang dan tujuan Merak sebanyak 33 orang. Penumpang tujuan Jakarta sebagian digabung tujuan Bogor sebanyak 18 orang sisanya digabung tujuan Merak. Perincian pengaturan penumpang jurusan Solo - Bogor sebagai berikut: Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) 23 (tujuan Bogor) = 13 kursi...(9) Maksimum Z Solo - Bogor = 23(65.000) +18(65.000) + 13(0) =

75 65 Perhitungan pendapatan penjualan tiket jurusan Solo Merak yaitu : Perhitungan sisa kapasitas = (tujuan Jakarta) 33 (tujuan Merak) = 2 kursi... (10) Maksimum Z Solo - Merak = 33(80.000) + 19(65.000) = Maka node asal ke node tujuan dengan melewati beberapa node yang diaplikasikan untuk pengaturan penumpang dan pemberangkatan bis semua kelas dapat dibandingkan dengan biaya perjalanan sehingga dapat diketahui jumlah keuntungan dan laba perbulan seperti pada Tabel 17 sebagai berikut :

76 67 Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa keuntungan yang dibawah 60% dari biaya operasional perjalanan dapat dikatakan belum efisien atau belum mencapai laba. Jalur yang belum efisien yaitu : a. Kelas Super Eksekutif : Solo Jakarta rugi sebesar (-9%) b. Kelas Eksekutif : Surabaya Merak sebesar (43%) Ponorogo Lampung sebesar (6%) Karanganyar Merak sebesar (46%) Solo Lampung sebesar (24%) c. Kelas VIP : Blitar Bogor sebesar (51%) Solo Merak sebesar (39%) D. Alternatif Penyelesaian Masalah Maka langkah pemacahan masalah tersebut dengan beberapa alternatif : a. Mengurangi jumlah bis yang beroperasi. b. Menggabungkan penumpang dengan bis yang masih kosong dan sesuai dengan tujuan atau yang dilewati jalur bis c. Memindahkan pemberangkatan bis ke kota lain. d. Mengubah atau mengganti kelas bis. e. Membuka trayek tujuan baru. 1. Alternatif kelas Super Eksekutif Alternatif 1 pengaturan kelas Super Eksekutif yaitu bis jurusan Solo Jakarta untuk sementara tidak dioperasikan. Hal ini disebabkan permintaan penumpang kota Kediri, Sragen dan Karanganyar masih sedikit sehingga masih terdapat sisa kursi penumpang sehingga dapat

77 68 memenuhi permintaan di kota Solo dan sekitarnya. Perincian pengaturan seperti pada tabel berikut: Tabel 18. Alternatif 1 pengaturan penumpang bis kelas Super Eksekutif Penumpang bis jurusan Kediri Merak adalah gabungan penumpang dari Kediri dengan Solo, perincian dan hasil penjualan tiket sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri Merak) = 22 6 (tujuan Merak) 7 (tujuan Jakarta) 5 (dari Solo) 4 (dari Solo) = 0...(1) Maksimum Z (Kediri - Merak) = 7( ) + 6( ) + 5( ) + 4( ) = Kapasitas pemberangkatan dari Sragen masih tersedia sisa 10 kursi maka dapat digunakan penumpang Karanganyar tujuan Merak : 8 orang

78 69 dan penumpang Solo tujuan Jakarta: 2 orang. Perhitungan sisa kapasitas dan penjualan tiket yaitu: Sisa kapasitas (Sragen Merak) = 22-5 (tujuan Jakartai) 7 (tujuan Merak) 8 (dari Karanganyar) 2 (dari Solo) = nihil...(2) Maksimum Z (Sragen - Merak) = 5( ) + 7( )+ 8( ) + 2( ) = Penumpang dari Karanganyar tujuan Jakarta akan digabung dengan tujuan Bogor. Untuk penumpang tujuan Merak telah digabung dengan bis jurusan Sragen Merak. Kapasitas tersedia masih sisa 11 kursi maka digabung penumpang Solo tujuan Bogor : 9 orang dan Solo tujuan Jakarta : 2 orang. Hasil penjualan tiket sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar Bogor) = 22-7 (tujuan Jakartai) 4 (tujuan Bogor) 9 (tujuan Bogor) 2 (tujuan Jakarta) = 0...(3) Maksimum Z (Karanganyar - Bogor) = 7( ) + 4( ) + 9( )+ 2( ) = Alternatif 2 pengaturan kelas Super Eksekutif yaitu semua bis kelas tersebut tetap dioperasikan tetapi jurusan Solo Jakarta diubah menjadi jurusan Karanganyar Merak. Perincian pengaturan seperti pada tabel berikut :

79 70 Tabel 19. Alternatif 2 pengaturan penumpang kelas Super Eksekutif Bis jurusan Kediri Merak terjadi penggabungan penumpang tujuan Jakarta: 7 orang dan sebagian dari Sragen tujuan Merak: 5 orang. Maka hasil perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri Merak) = 22 (dari Kediri) 6 (tujuan Merak) 7 (tujuan Jakarta) 5 (tujuan Merak) = sisa 4...(1) Maksimum Z (Kediri - Merak) = 7( ) +6( )+5( ) = Pemberangkatan dari Sragen tujuan Merak adalah gabungan penumpang tujuan Jakarta :5 orang, penumpang Karanganyar tujuan Jakarta : 7 orang dan penumpang Solo tujuan Jakarta : 5 orang. Perincian perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Sragen Merak) = 22 (dari Sragen) - 2 (tujuan Merak) 5 (tujuan Jakarta) 7 (dari Karanganyar) 5 (dari Solo) = 0...(2)

80 71 Maksimum Z (Sragen - Merak) = 2( ) + 5( ) + 7( ) + 5( ) = Di kota Karanganyar menjadi 2(dua) jurusan yaitu Karanganyar Bogor dan Karanganyar Merak. Jurusan Karanganyar Bogor adalah penggabungan penumpang Solo tujuan Bogor: 9 orang dan Solo tujuan Jakarta : 1 orang. Hasil perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar Bogor) = 22 (dari Karanganyar) -4 (tujuan Bogor) 9 (dari Solo) 2 (dari Solo) = sisa 7...(3) Maks Z (Karanganyar - Bogor) = 4( ) +9( ) +2( ) + 7(0) = Untuk jurusan Karanganyar Merak terjadi penggabungan penumpang Solo tujuan Merak : 5 orang dan penumpang Solo tujuan Jakarta : 1 orang. Maka perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar Merak) = 22 (dari Karanganyar) -8 (tujuan Merak) 5 (tujuan Merak) 1 (tujuan Jakarta) = sisa 8...(4) Maks Z (Karanganyar - Bogor) = 8( ) +5( ) +1( ) = Rekapitulasi keuntungan kelas Super Eksekutif sebelum optimasi dan sesudah optimasi seperti pada Tabel 20 sebagai berikut:

81 72 Tabel 20. Rekapitulasi keuntungan kelas Super Eksekutif 2. Alternatif Kelas Eksekutif Alternatif 1 pengaturan kelas Eksekutif dengan cara beberapa jurusan tidak dioperasikan yaitu jurusan Surabaya Merak, Karanganyar Merak dan Solo Lampung masing-masing 1(satu) bis. Hal ini disebabkan terjadi kerugian. Perincian pengaturan seperti pada Tabel 21 berikut :

82 Tabel 21. Alternatif-1 pengaturan penumpang dan pemberangkatan bis kelas Eksekutif 73

83 74 Armada bis dari Surabaya tujuan Jakarta masih terdapat sisa kapasitas 38 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Solo tujuan Jakarta : 7 orang. Hasil perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Surabaya Jakarta) = (3 x 32) 58 (tujuan Jakarta) 7 (dari Solo) = sisa 31...(1) Maks Z (Surabaya - Jakarta) = 58( ) +7( ) +31(0) = Kapasitas bis tujuan Bogor dari Surabaya masih terdapat sisa 42 kursi, sisa tersebut dapat membackup over permintaan penumpang dari Madiun tujuan Bogor: 3 orang, penumpang Sragen tujuan Bogor: 5 orang dan penumpang Solo tujuan Bogor: 13 orang. Rincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Surabaya Bogor) = (3 x 32) 54 (tujuan Bogor) 3 (dari Madiun) 5 (dari Sragen) 13 (dari Solo) = sisa 21.(2) Maks Z (Surabaya - Bogor) = 54( ) +3( ) +5( ) + 13( ) + 21(0) = Bis jurusan Surabaya Merak tersedia 2 bis dan kapasitas masih sisa 16 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Karanganyar tujuan Merak: 15 orang. Perhitungan sisa kapasitas dan penjualan tiket sebagai berikut: Sisa kapasitas (Surabaya Merak) = (2 x 32) 48 (tujuan Merak) 15 (dari Karanganyar) = sisa 1...(3) Maks Z (Surabaya - Merak) = 48( ) +15( ) +1(0) =

84 75 Armada dari Blitar tujuan Jakarta dapat memenuhi permintaan penumpang sehingga sisa kapasitas hanya 2 kursi. Perhitungan sebagai berikut Sisa kapasitas (Blitar - Jakarta) = 32 (dari Blitar) 30 (tujuan Jakarta) = sisa 2 Maks Z (Blitar - Jakarta) = 30( ) +2(0) = Untuk jurusan Blitar Bogor masih tersedia sisa kapasitas 7 kursi maka dapat digunakan penumpang Kediri tujuan Bogor: 3 orang dan tujuan Jakarta: 4 orang. Jadi perhitungan penjualan tiket yaitu: Sisa kapasitas (Blitar - Bogor) = 32 (dari Blitar) 25 (tujuan Bogor) 3 (dari Kediri) 4 (dari Kediri) = 0...(4) Maks Z (Blitar - Bogor) = 25( ) +7( ) = Kapasitas bis dari Blitar tujuan Merak masih terdapat sisa 18 kursi, hal ini dapat digunakan penumpang Wonogiri tujuan Merak: 18 orang. Hasil perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Blitar - Merak) = 32 (dari Blitar) 14 (tujuan Merak) 18 (tujuan Merak) = 0...(5) Maks Z (Blitar - Merak) = 14( ) +18( ) =

85 76 Armada bis tujuan Lampung masih dapat memenuhi permintaan kota Blitar dan terdapat sisa: 20 kursi. Sisa tersebut dapat digunakan untuk penumpang Madiun: 19 orang dan Solo: 1 orang. Rincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Lampung) = 32 (dari Blitar) 12 (tujuan Lampung) 19 (dari Madiun) 1 (dari Solo) = 0...(6) Maks Z (Blitar - Lampung) =12( ) +19( ) +1( ) = Pemberangkatan dari Kediri tujuan Jakarta dapat dipenuhi dengan 1(satu) bis dan over permintaan penumpang telah digabung dengan jurusan Blitar Bogor. Hasil penjualan tiket yaitu: Sisa kapasitas (Kediri - Jakarta) = 32 (dari Kediri) 32 (tujuan Jakarta) = 0 Maks Z (Kediri - Jakarta) = 32( ) = Bis tujuan Bogor seperti tujuan Jakarta yaitu over permintaan penumpang telah digabung dengan bis jurusan Blitar Bogor. Sehingga hasil penjualan tiket Kediri Bogor sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri - Bogor) = 32 (dari Kediri) 28 (tujuan Bogor) 4 (tujuan Jakarta) = 0...(7) Maks Z (Kediri - Bogor) = 28( ) +4( ) = Untuk jurusan Kediri Merak terdapat sisa: 3 kursi maka dapat digunakan untuk penumpang tujuan Jakarta. Perincian sebagai berikut:

86 77 Sisa kapasitas (Kediri - Merak) = 32 (dari Kediri) 29 (tujuan Merak) 3 (tujuan Jakarta) = 0...(8) Maks Z (Kediri - Merak) = 29( ) +3( ) = Kapasitas bis jurusan Kediri Lampung : 15 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Sragen: 12 orang dan Solo: 3 orang: Perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri - Lampung) = 32 (dari Kediri) 17 (tujuan Lampung) 12 (dari Sragen) - 3 (dari Solo) = 0...(9) Maks Z (Kediri - Lampung) = 17( ) +12( ) +3( ) = Armada bis jurusan Tulungagung Bogor adalah gabungan penumpang tujuan Jakarta sehingga masih terdapat sisa kapasitas : 2 kursi. Rincian sebagai berikut: Sisa kapasitas (Tulungagung - Bogor) = 32 (dari Tulungagung) 19 (tujuan Jakarta) 11 (tujuan Bogor) = sisa 2...(10) Maks Z (Tulungagung Bogor) = 19( ) +11( ) +2(0) = Untuk tujuan Merak masih terdapat sisa kapasitas 8 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Ponorogo : 8 orang. Hasil perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Tulungagung - Merak) = 32 (dari Tulungagung) 24 (tujuan Merak) 8 (dari Ponorogo) = 0...(11)

87 78 Maks Z (Tulungagung Merak) = 24( ) +8( ) = Penumpang dari Ponorogo tujuan Jakarta digabung dengan tujuan Bogor sehingga tidak ada sisa kapasitas. Maka hasil penjualan tiket yaitu Sisa kapasitas (Ponorogo - Bogor) = 32 (dari Ponorogo) 19 (tujuan Jakarta) 13 (tujuan Bogor) = 0...(12) Maks Z (Ponorogo Bogor) = 19( ) +13( ) = Armada tujuan Lampung hanya tersedia 1(satu) bis dan masih terdapat sisa kapasitas 21 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Karanganyar: 7 orang dan Solo: 14 orang. Sisa kapasitas dan penjualan tiket sebagai berikut: Sisa kapasitas (Ponorogo - Lampung) = 32 (dari Ponorogo) 11 (tujuan Lampung) 14 (dari Solo) 7 (dari Karanganyar) = 0...(13) Maks Z (Ponorogo Lampung) = 11( ) +7( )+ 14( ) = Di kota Madiun terdapat 2(dua)bis tujuan Jakarta tetapi masih tersedia sisa: 26 kursi. Sisa tersebut untuk membackup over penumpang Sragen: 4 orang dan 18 orang dari Karanganyar. Maka perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Madiun - Jakarta) = 2x32 (dari Madiun) 38 (tujuan Jakarta) 4 dari Sragen) 18 (dari Karanganyar) = sisa 4...(14)

88 79 Maks Z (Madiun Jakarta) = 38( ) +4( )+ 18( ) +4(0) = Over permintaan pada bis jurusan Madiun Bogor telah dipenuhi dengan digabung penumpang jurusan Surabaya Bogor. Hasil perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Madiun - Bogor) = 32 (dari Madiun) 32 (tujuan Bogor) = 0 Maks Z (Madiun Bogor) = 32( ) = Bis jurusan Madiun Merak masih terdapat sisa kapasitas 2 kursi dan digunakan untuk memenuhi permintaan di kota Wonogiri yaitu: Sisa kapasitas (Madiun - Merak) = 32 (dari Madiun) 30 (tujuan Merak) 2 (dari Wonogiri) = 0...(15) Maks Z (Madiun Merak) = 30( ) +2( ) = Di kota Sragen terjadi over permintaan tujuan Jakarta: 4 orang tetapi telah dibackup bis dari Madiun. Sehingga perhitungan Sragen Jakarta yaitu: Sisa kapasitas (Sragen - Jakarta) = 32 (dari Sragen) 32 (tujuan Jakarta) = 0 Maks Z (Sragen Jakarta) = 32( ) =

89 80 Selain jurusan Jakarta, tujuan Bogor terjadi over permintaan yaitu: 5 orang tetapi telah digabung dengan bis jurusan Surabaya Bogor. Perhitungan Sragen Bogor sebagai berikut: Sisa kapasitas (Sragen - Bogor) = 32 (dari Sragen) 32 (tujuan Sragen) = 0 Maks Z (Sragen Bogor) = 32( ) = Untuk jurusan Sragen Merak tidaka terjadi penggabungan tetapi sisa kapasitas : 8 kursi. Rincian sebagai berikut: Sisa kapasitas (Sragen - Merak) = 32 (dari Sragen) 24 (tujuan Merak) = sisa 8 Maks Z (Sragen Mrerak) = 24( ) +8(0) = Di kota Wonogiri hanya ada 1(satu) bis tujuan Bogor. Penumpang tujuan Merak telah digabung dengan bis Blitar dan Madiun, maka perhitungan jurusan Wonogiri Bogor yaitu: Sisa kapasitas (Wonogiri - Bogor) = 32 (dari Wonogiri) 25 (tujuan Bogor) = sisa 7 Maks Z (Wonogiri Bogor) = 25( ) +7(0) = Pemberangkatan dari Karanganyar hanya 1(satu) bis tujuan Bogor sehingga penumpang tujuan Jakarta sebagian telah digabung dengan bis dari Madiun, tujuan Merak digabung dengan bis dari Surabaya dan tujuan

90 81 Lampung digabung dengan bis dari Ponorogo. Hasil perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar - Bogor) = 32 (dari Karanganyar) 16 (tujuan Bogor) 16 (tujuan Jakarta) = 0...(16) Maks Z (Karanganyar Bogor) = 16( ) +16( ) = Di Solo disediakan 1(satu) bis jurusan Jakarta dn over permintaan telah dipenuhi dengan bis dari Surabaya. Hasil perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Solo - Jakarta) = 32 (dari Solo) 32 (tujuan Jakarta) = 0 Maks Z (Solo Jakarta) = 32( ) = Penumpang tujuan Bogor terjadi over permintaan tetapi telah digabung dengan bis dari Surabaya: Hasil perhitungan khusus Solo Bogor yaitu: Sisa kapasitas (Solo - Bogor) = 32 (dari Solo) 32 (tujuan Jakarta) = 0 Maks Z (Solo Bogor) = 32( ) = Bis jurusan Solo Merak terdapat sisa 2 kursi, hasil perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Solo - Merak) = 32 (dari Solo) 30 (tujuan Merak) = sisa 2 Maks Z (Solo Bogor) = 30( ) +2(0) =

91 82 Alternatif 2 adalah pengaturan kelas Eksekutif dengan cara semua jurusan tersebut tetap dioperasikan tetapi pemberangkatan dari Surabaya yang semula 9 bis dikurangi menjadi 6 bis atau dipindahkan ke kota lain seperti: ke Madiun semula 4 bis menjadi 5 bis ke Sragen semula 3 bis menjadi 4 bis ke Solo semula 4 bis menjadi 5 bis Perincian pengaturan dapat dilihat pada Tabel 22.

92 Tabel 22. Alternatif-2 pengaturan penumpang pemberangkatan bis kelas Eksekutif 83

93 84 Bis jurusan Surabaya Jakarta tersedia 2(dua)bis dan permintaan penumpang dapat terpenuhi maka sisa kapasitas hanya: 6 kursi. Perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Surabaya - Jakarta) = 2 x 32 (dari Surabaya) 58 (tujuan Jakarta) = sisa 6 Maks Z (Surabaya Jakarta) = 58( ) + 6(0) = Untuk tujuan Bogor, sisa kapasitas hanya 10 kursi maka perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Surabaya - Bogor) = 2 x 32 (dari Surabaya) 54 (tujuan Bogor) = sisa 10 Maks Z (Surabaya Bogor) = 54( ) + 10(0) = Dampak dari pengurangan armada dari kota Surabaya maka semua permintaan penumpang dapat dipenuhi tanpa ada penggabungan dengan kota lain. Hasil perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Surabaya - Merak) = 2 x 32 (dari Surabaya) 48 (tujuan Merak) = sisa 16 Maks Z (Surabaya Merak) = 48( ) + 16(0) =

94 85 Permintaan penumpang dari Blitar tujuan Jakarta sudah dipenuhi dengan 1(satu) bis dengan sisa kapasitas: 2 kursi. Perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Jakarta) = 32 (dari Blitar) 30 (tujuan Jakarta) = sisa 2 Maks Z (Blitar Jakarta) = 30( ) +2(0) = Armada bis jurusan Blitar Bogor masih terdapat sisa kapasitas: 7 kursi maka dapat digunakan penumpang dari Kediri tujuan Bogor: 3 orang dan tujuan Jakarta: 4 orang. Sehingga perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Bogor) = 32 (dari Blitar) 25 (tujuan Bogor) 3 (dari Kediri) 4 (dari Kediri) = 0...(1) Maks Z (Blitar Bogor) = 25( ) +3( ) +4( ) = Penumpang tujuan Merak dari Blitar akan digabung dengan sebagian penumpang Wonogiri tujuan Merak sebanyak 18 orang. Rincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Merak) = 32 (dari Blitar) 14 (tujuan Merak) 18 (dari Wonogiri) = 0...(2) Maks Z (Blitar Merak) = 14( ) +18( ) =

95 86 Kapasitas bis jurusan Blitar Lampung masih tersisa 20 kursi. Kursi tersebut digunakan untuk kebutuhan penumpang Madiun: 7 orang, penumpang Sragen: 3 orang dan penumpang Karanganyar tujuan Jakarta: 10 orang: Rincian perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Blitar - Lampung) = 32 (dari Blitar) 12 (tujuan Lampung) 7 (dari Madiun) 3 (dari Sragen) 10 (dari Karanganyar) = 0...(3) Maks Z (Blitar Lampung) = 12( ) +7( ) +3( ) + 10( ) = Permintaan penumpang dari Kediri tujuan Jakarta terjadi over permintaan: 7 kursi telah dipenuhi dari bis jurusan Blitar Bogor dan Kediri Bogor. Rincian perhitungan penjualan tiket dan kapasitas bis jurusan Kediri Jakarta yaitu: Sisa kapasitas (Kediri - Jakarta) = 32 (dari Kediri) 32 (tujuan Jakarta) = 0 Maks Z (Kediri Jakarta) = 32( ) = Kelebihan permintaan penumpang dari Kediri tujuan Bogor telah dapat dipenuhi dengan menggabung penumpang bis jurusan Blitar Bogor. Perhitungan pendapatan jurusan bis Kediri Bogor yaitu: Sisa kapasitas (Kediri - Bogor) = 32 (dari Kediri) 32 (tujuan Bogor) = 0

96 87 Maks Z (Kediri Bogor) = 32( ) = Kapasitas bis jurusan Kediri Merak semua dapat dipakai yaitu sisa 3 kursi digunakan penumpang tujuan Jakarta. Hasil perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri - Merak) = 32 (dari Kediri) 29 (tujuan Merak) 3 (tujuan Jakarta) = 0...(4) Maks Z (Kediri Merak) = 29( ) +3( ) = Armada jurusan Kediri Lampung terdapat sisa: 15 kursi sehingga dapat digunakan penumpang dari Sragen : 9 orang. Perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri - Lampung) = 32 (dari Kediri) 17 (tujuan Lampung) 9 (dari Sragen) = sisa 6...(5) Maks Z (Kediri Lampung) = 17( ) +9( ) +6(0) = Untuk bis tujuan Bogor dari Tulungagung adalah gabungan dengan penumpang tujuan Jakarta sehingga perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Tulungagung - Bogor) = 32 (dari Kediri) 19 (tujuan Jakarta) 11 (tujuan Bogor) = sisa 2...(6) Maks Z (Tulungagung Bogor) = 19( ) +11( ) +2(0) = Kapasitas armada bis Tulungagung Merak masih sisa 8 kursi sehingga digunakan penumpang Ponorogo tujuan Merak. Maka perhitungan yaitu:

97 88 Sisa kapasitas (Tulungagung - Merak) = 32 (dari Tulungagung) 24 (tujuan Merak) 8 (tujuan Merak) = 0...(7) Maks Z (Tulungagung Merak) = 24( ) +8( ) = Penumpang dari Ponorogo tujuan Bogor digabung dengan penumpang tujuan Jakarta sehingga perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Ponorogo - Bogor) = 32 (dari Ponorogo) 19 (tujuan Jakarta) 13 (tujuan Bogor) = 0...(8) Maks Z (Ponorogo Bogor) = 19( ) +13( ) = Bis jurusan Ponorogo Lampung terdapat sisa 21 kursi sehingga dapat digabung untuk penumpang Madiun 12 orang dan Karanganyar 7 orang. Perincian sebagai berikut: Sisa kapasitas (Ponorogo - Lampung) = 32 (dari Ponorogo) 11 (tujuan Lampung) 12 (dari Madiun) 7 (dari Karanganyar) = sisa 2...(9) Maks Z (Ponorogo Lampung) = 11( ) +12( ) +7( ) = Dari Madiun tujuan Jakarta terdapat 2(dua) bis dan masih dapat digabung dengan penumpang Karanganyar 10 orang sehingga perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Madiun - Jakarta) = 2 x 32 (dari Madiun) 38 (tujuan Merak) 10 (dari Karanganyar) = sisa 16...(10)

98 89 Maks Z (Madiun Jakarta) = 38( ) +10( ) + 16(0) = Pemberangkatan dari Madiun tujuan Bogor terdapat 2(dua) bis kapasitas kursi masih dapat digunakan untuk penumpang Sragen: 5 orang dan penumpang Solo: 13 orang. Hasil perhitungan kapasitas dan pendapatan yaitu: Sisa kapasitas (Madiun Bogor) = 2x32 (dari Madiun) 30 (tujuan Bogor) 5 (dari Sragen) 13 (dari Solo) = sisa 11...(11) Maks Z (Madiun Bogor) = 30( ) + 5( ) + 5( ) + 13( ) + 11(0) = Bis jurusan Madiun Merak masih terdapat sisa 2 kursi dan dapat dimanfaatkan penumpang kota Wonogiri, maka perhitungan yaitu: Sisa kapasitas (Madiun - Merak) = 32 (dari Madiun) 30 (tujuan Merak) 2 (tujuan Merak) = nihil...(12) Maks Z (Madiun Merak) = 30( ) +2( ) = Dari Sragen tujuan Jakarta terdapat 2(dua)bis dan sisa kapasitas 28 kursi, perhitungan pendapatan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Sragen - Jakarta) = 2x32 (dari Sragen) 36 (tujuan Jakarta) = sisa 28.

99 90 Maks Z (Sragen Jakarta) = 36( ) +28(0) = Kelebihan permintaan penumpang tujuan Bogor dapat di gabung dengan bis jurusan Madiun Bogor. Perhitungan pendapatan khusus jurusan Sragen Bogor yaitu: Sisa kapasitas (Sragen - Bogor) = 32 (dari Sragen) 32 (tujuan Bogor) = 0 Maks Z (Sragen Jakarta) = 32( ) = Untuk jurusan Sragen Merak terdapat sisa kapasitas 8 kursi sehingga perhitungan pendapatan tiket yaitu: Sisa kapasitas (Sragen - Merak) = 32 (dari Sragen) 24 (tujuan Merak) = sisa 8 Maks Z (Sragen Merak) = 24( ) + 8(0) = Di kota Wonogiri hanya terdapat tujuan Bogor, sehingga tujuan Merak telah digabung dengan jurusan Blitar Merak dan Madiun Merak. Maka perhitungan kapasitas sebagai berikut: Sisa kapasitas (Wonogiri - Bogor) = 32 (dari Wonogiri) 25 (tujuan Bogor) = sisa 7 Maks Z (Wonogiri Bogor) = 25( ) =

100 91 Penumpang tujuan Bogor dari Karanganyar adalah digabung dengan penumpang tujuan Jakarta sehingga perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar - Bogor) = 32 (dari Karanganyar) 14 (tujuan Jakarta) -16 (tujuan Bogor) = sisa 2...(13) Maks Z (Karanganyar Bogor) = 14( ) +16( ) = Bis jurusan Karanganyar Merak masih tersedia sisa 2 kursi sehingga dapat dimanfaat penumpang kota Solo dan perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar - Merak) = 32 (dari Karanganyar) 15 (tujuan Merak) -2 (dari Solo) = sisa 15...(14) Maks Z (Karanganyar Merak) = 15( ) +2( ) = Pemberangkatan dari Solo tujuan Jakarta terdapat 2(dua) bis dan sisa kapasitas tersedia: 25 kursi maka perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Solo - Jakarta) = 2x32 (dari Solo) 39 (tujuan Jakarta) = sisa 25 Maks Z (Solo Jakarta) = 39( ) = Permintaan penumpang tujuan Bogor terjadi over kapasitas tetapi dapat dipenuhi dengan digabung dengan jurusan Madiun Bogor. Perhitungan penumpang Jakarta Bogor sebagai berikut: Sisa kapasitas (Solo - Bogor) = 32 (dari Solo) 32 (tujuan Bogor) = 0

101 92 Maks Z (Solo Bogor) = 32( ) = Penggabungan penumpang terjadi bis tujuan Merak yaitu 2 orang telah digabung dengan bis jurusan Karanganyar Merak, 11 orang digabung dengan bis jurusan Solo Lampung. Sehingga perhitungan pendapatan bis jurusan Solo Merak sebagai berikut: Sisa kapasitas (Solo - Merak) = 32 (dari Solo) 17 (tujuan Merak) = sisa 15 Maks Z (Solo Bogor) = 17( ) +15(0) = Armada bis jurusan Solo Lampung terdapat gabungan penumpang tujuan Merak sebanyak 11 orang. Rincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Solo - Lampung) = 32 (dari Solo) 11 (tujuan Merak) 18 (tujuan Lampung) = sisa 3...(15) Maks Z (Solo Bogor) = 11( ) +18( ) +3(0) = Rekapitulasi keuntungan kelas Eksekutif sebelum optimasi dan sesudah optimasi seperti pada Tabel 23 sebagai berikut :

102 93 Tabel 23. Rekapitulasi Keuntungan bis kelas Eksekutif 3. Alternatif Kelas VIP Alternatif pengaturan kelas VIP dengan cara tetap mengoperasionalkan semua jurusan tetapi mengubah jurusan Solo - Merak diubah menjadi Sragen Jakarta dan penumpang tujuan sama akan digabung dengan bis tujuan sama. Perincian pengaturan seperti pada Tabel 24 berikut :

103 94 Tabel 24. Alternatif pengaturan penumpang bis kelas VIP Pemberangkatan dari Blitar tujuan Bogor adalah gabungan dengan penumpang tujuan Jakarta. Selain itu bis juga mengambil penumpang di kota : 1. Kediri untuk tujuan Bogor : 4 orang 2. Kediri untuk tujuan Jakarta : 5 orang 3. Madiun untuk tujuan Bogor : 3 orang 4. Madiun untuk tujuan Jakarta : 4 orang 5. Sragen untuk tujuan Bogor : 5 orang Rincian pendapatan tiket dan sisa kapasitas kursi sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Bogor) = 32 (dari Blitar) 4 (tujuan Jakarta) 6 (tujuan Bogor) 4 (dari Kediri) 5 (dari Kediri) 4 (dari Madiun) 3 (dari Madiun) 5 (dari Sragen)

104 95 = sisa 1...(1) Maks Z (Blitar Bogor) = 4( ) +6( ) +4( ) +5( ) + 4( ) +3( ) +5(95.000) +1(0) = Kapasitas armada bis jurusan Sragen Jakarta masih tersedia sisa 23 kursi maka dapat digunakan penumpang di Karanganyar: 5 orang dan Solo: 9 orang. Perhitungan pendapatan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Sragen - Jakarta) = 32 (dari Sragen) 9 (tujuan Jakarta) 5 (dari Karanganyar) 9 (dari Solo) = sisa 9...(2) Maks Z (Sragen Bogor) = 9(95.000) +5(90.000) +9(90.000) +9(0) = Untuk bis jurusan Sragen Merak, kapasitas masih tersedia 25 kursi sehingga dapat dimanfaatkan untuk penumpang di Karanganyar: 8 orang dan Solo: 10 orang, sehingga pendapatan jurusan Sragen Merak: Sisa kapasitas (Sragen - Merak) = 32 (dari Sragen) 7 (tujuan Merak) 8 (dari Karanganyar) 10 (dari Solo) = sisa 7...(3) Maks Z (Sragen Merak) = 7( ) +8( ) +10( ) +7(0) = Di Karanganyar hanya terdapat bis tujuan Bogor sehingga penumpang tujuan Jakarta dan Merak telah digabung dengan bis dari Sragen. Penumpang jurusan Karanganyar Sragen terdiri dari penumpang tujuan

105 96 Jakarta sebanyak 5 orang dan penumpang dari Solo sebanyak 9 orang. Perhitungan sisa kapasitas dan pendapatan tiket sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar - Bogor) = 32 (dari Karanganyar) 5 (tujuan Jakarta) 8 (tujuan Bogor) 9 (dari Solo) = sisa 9...(4) Maks Z (Karanganyar Bogor) = 5(90.000) +9(90.000) +9(90.000) +9(0) = Rekapitulasi keuntungan kelas VIP sebelum optimasi dan sesudah optimasi seperti pada Tabel 25 sebagai berikut: Tabel 25: Rekapitulasi keuntungan bis kelas VIP 4. Alternatif Kelas PATAS Alternatif pengaturan kelas PATAS dengan cara semua armada tetap dioperasionalkan tetapi mengubah jurusan Kediri Jakarta menjadi Madiun Bogor dan pengaturan penumpang tujuan sama digabung dengan pemberangkatan bis dari kota lain yang tujuan sama. Perincian pengaturan seperti pada Tabel 26 berikut:

106 97 Tabel 26. Alternatif pengaturan penumpang bis kelas PATAS Armada tujuan Bogor masih tersedia 32 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Kediri: 12 orang, Madiun tujuan Bogor: 13 orang dan tujuan Jakarta: 19 orang. Perhitungan pendapatan jurusan Blitar Bogor yaitu: Sisa kapasitas (Blitar - Bogor) = 54 (dari Blitar) 17 (tujuan Bogor) 5 (tujuan Jakarta) 12 (dari Kediri) 19 (dari Kediri) = nihil...(1) Maks Z Blitar - Bogor = 17( ) + 5( ) +12(95.000) + 19(95.000) =

107 98 Penumpang tujuan Jakarta akan digabung dengan bis jurusan Blitar Merak maka sisa kapasitas : 7 kursi, maka perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Merak) = 54 (dari Blitar) 23 (tujuan Jakarta) 24 (tujuan Merak) = sisa 7...(2) Maks Z (Blitar Merak) = 24( ) +23( ) = Begitu juga dengan armada bis jurusan Kediri Merak akan mengambil penumpang di Karanganyar tujuan Merak sebanyak 29 orang. Sehingga perhitungan pendapatan tiket dan sisa kapasitas sebagai berikut: Sisa kapasitas (Kediri - Merak) = 54 (dari Kediri) 17 (tujuan Merak) 29 (dari Karanganyar) = sisa 8...(3) Maks Z (Kediri Merak) = 17( ) +29(95.000) +8(0) = Pemberangkatan dari Tulungagung tujuan Jakarta terdapat sisa kapasitas 40 orang dan digunakan untuk kebutuhan penumpang kota Madiun: 15 orang dan sebagian dari Solo: 23 orang. Perhitungan penumpang sebagai berikut: Sisa kapasitas (Tulungagung-Jakarta) = 54 (dari Tulungagung) 14 (tujuan Jakarta) 15 (dari Madiun) 23 (dari Solo) = sisa 2...(4) Maks Z( Tulungagung-Jakarta) = 14( ) +28(75.000) =

108 99 Penumpang tujuan Jakarta akan digabung dengan armada bis jurusan Ponorogo Merak dan sisa kapasitas masih dapat memenuhi permintaan penumpang dari Madiun: 14 orang. Rincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Ponorogo - Merak) = 54 (dari Ponorogo) 12 (tujuan Jakarta) 11 (tujuan Merak) 14 (dari Madiun) = sisa 17...(5) Maks Z (Ponorogo Merak) = 12(90.000)+11( )+14( )+17(0) = Armada dari Madiun tujuan Bogor masih terdapat sisa kapasitas 41 kursi sehingga dapat digunakan penumpang Sragen tujuan Bogor: 12 orang dan sebagian tujuan Jakarta: 8 orang. Perhitungan pendapatan yaitu: Sisa kapasitas (Madiun - Bogor) = 54 (dari Madiun) 13 (tujuan Jakarta) 12 (dari Sragen) 8 (dari Sragen) = sisa 21...(6) Maks Z (Madiun Bogor) = 13(85.000) + 12(80.000) + 8(80.000) + 21(0) = Begitu juga dengan armada dari kota Sragen tujuan Merak, bis tersebut terdapat penumpang tujuan Jakarta: 13 orang sehingga perhitungan pendapatan dan sisa kapasitas Sragen Merak yaitu: Sisa kapasitas (Sragen - Merak) = 54 (dari Sragen) 13 (tujuan Jakarta) 23 (tujuan Merak) = sisa 18...(7) Maks Z (Sragen Merak) = 13(80.000) +23( ) +18(0) =

109 100 Penumpang tujuan Jakarta dari Karanganyar dapat dipenuhi dengan cara digabung bis jurusan Karanganyar Bogor maka perincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Karanganyar - Bogor) = 54 (dari Karanganyar) 26 (tujuan Jakarta) 16 (tujuan Bogor) = sisa 12...(8) Maks Z (Karanganyar Bogor) = 26(75.000) +16(75.000) +12(0) = Perhitungan pendapatan dan sisa kapasitas bis jurusan Solo Bogor sebagai berikut: Sisa kapasitas (Solo - Bogor) = 54 (dari Solo) 32 (tujuan Jakarta) = sisa 22 Maks Z (Solo Bogor) = 32(75.000) +22(0) = Hal yang sama juga terjadi bis jurusan Solo Merak akan terdapat penggabungan dengan sebagian penumpang tujuan Jakarta sebanyak 10 orang. Maka perhitungan sebagai pendapatan dan kapasitas yaitu Sisa kapasitas (Solo - Merak) = 54 (dari Solo) 15 (tujuan Jakarta) 39 (tujuan Merak) = 0...(9) Maks Z (Solo Merak) = 15(75.000) +39(95.000) = Rekapitulasi keuntungan kelas PATAS sebelum optimasi dan sesudah optimasi seperti pada Tabel 27 sebagai berikut:

110 101 Tabel 27. Rekapitulasi keuntungan bis kelas PATAS 4. Alternatif Kelas Ekonomi Alternatif pengaturan kelas Ekonomi yaitu dengan mengoperasikan jurusan Solo Jakarta, sedangkan kelas super eksekutif tidak di operasikan atau di tutup dan diubah menjadi kelas ekonomi dengan jurusan Madiun - Merak. Pemberangkatan dari Kediri pindah ke kota Blitar dan Sragen dengan jurusan Blitar Jakarta dan Sragen Bogor. Perincian pengaturan seperti pada tabel 28 berikut:

111 102 Tabel 28. Alternatif pengaturan bis kelas Ekonomi Armada bis jurusan Blitar Jakarta masih terdapat sisa kapasitas 21 dan dipergunakan penumpang dari Kediri. Perhitungan sisa kapasitas sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Jakarta) = 54 (dari Blitar) 33 (tujuan Jakarta) 20 (tujuan Jakarta) = sisa 1...(1) Maks Z Blitar - Jakarta = 33(90.000) +20(85.000) +1(0) =

112 103 Hal sama juga terjadi tujuan Bogor, kapasitas masih tersisa 33 kursi dan digunakan penumpang Kediri: 12 orang dan penumpang Madiun: 15 orang sehingga perhitungan pendapatan dan kapasitas yaitu: Sisa kapasitas (Blitar - Bogor) = 54 (dari Blitar) 21 (tujuan Bogor) 12 (dari Kediri) 15 (dari Madiun) = sisa 6...(2) Maks Z Blitar - Bogor = 21(90.000) +12(85.000) +15(75.000) = Penumpang bis jurusan Blitar Merak akan digabung dengan penumpang dari kota Kediri: 17 orang sehingga perhitungan pendapatan dan kapasitas sebagai berikut: Sisa kapasitas (Blitar - Merak) = 54 (dari Blitar) 29 (tujuan Merak) 17 (dari Kediri) = sisa 8...(3) Maks Z Blitar - Merak = 29( ) +17( ) +8(0) = Penumpang tujuan Jakarta dari Madiun dapat dipenuhi dengan cara digabung bis jurusan Madiun Merak maka perincian perhitungan sebagai berikut Sisa kapasitas (Madiun - Merak) = 54 (dari Madiun) 20 (tujuan Merak) 23 (tujuan Jakarta) = sisa 11...(4) Maks Z Madiun - Merak = 20(90.000) +23(75.000) +11(0) =

113 104 Untuk memenuhi permintaan penumpang Sragen tujuan Jakarta, maka penumpang tersebut digabung dengan bis jurusan Sragen Bogor. Rincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Sragen - Bogor) = 54 (dari Sragen) 12 (tujuan Bogor) 18 (tujuan Jakarta) = sisa 24...(5) Maks Z Sragen - Bogor = 12(70.000) +18(70.000) +24(0) = Kapasitas penumpang Sragen Merak masih tersedia 38 kursi maka dapat digunakan penumpang Karanganyar: 17 orang sehingga perhitungan kapasitas dan pendapatan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Sragen - Merak) = 54 (dari Sragen) 16 (tujuan Merak) 17 (tujuan Merak) = sisa 21...(6) Maks Z Sragen - Merak = 16(85.000) +17(80.000) +21(0) = Penumpang tujuan Jakarta dari Wonogiri dapat dipenuhi dengan cara digabung bis jurusan Wonogiri Bogor maka perincian perhitungan sebagai berikut: Sisa kapasitas (Wonogiri - Bogor) = 54 (dari Wonogiri) 16 (tujuan Bogor) 19 (tujuan Jakarta) = sisa 19...(7) Maks Z Wonogiri - Bogor = 16(65.000) +19(65.000) +19(0) = Hal sama juga terjadi di Karanganyar, penumpang tujuan Jakarta digabung dengan penumpang tujuan Bogor sehingga perhitungan sebagai berikut:

114 105 Sisa kapasitas (Karanganyar - Bogor) = 54 (dari Karanganyar) 12 (tujuan Bogor) 20 (tujuan Jakarta) = sisa 22...(8) Maks Z Karanganyar - Bogor = 12(65.000) +20(65.000) +22(0) = Pemberangkatan dari Solo tujuan Bogor, terdapat penggabungan sebagian penumpang tujuan Jakarta sebanyak 18 orang dan 19 orang tergabung dengan tujuan Merak. Perhitungan pendapatan jurusan Solo Bogor yaitu: Sisa kapasitas (Solo - Bogor) = 54 (dari Solo) 23 (tujuan Bogor) 18 (tujuan Jakarta) = sisa 13...(9) Maks Z Solo - Bogor = 23(65.000) +18(65.000) +13(0) = Perhitungan pendapatan jurusan Solo Merak sebagai berikut: Sisa kapasitas (Solo - Merak) = 54 (dari Solo) 33 (tujuan Merak) 19 (tujuan Jakarta) = sisa 2...(10) Maks Z Solo - Merak = 33(65.000) +19(65.000) +2(0) = Rekapitulasi keuntungan kelas PATAS sebelum optimasi dan sesudah optimasi seperti pada Tabel 29 sebagai berikut:

115 Tabel 29. Rekapitulasi keuntungan bis kelas Ekonomi 106

OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO

OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN Transportasi mempunyai peran ganda dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

II. ANALISIS MASALAH. a. Mengoptimalkan penggunaan armada bis yang telah ada. b. Memberikan alternatif penyelesaian masalah sehingga tercapai

II. ANALISIS MASALAH. a. Mengoptimalkan penggunaan armada bis yang telah ada. b. Memberikan alternatif penyelesaian masalah sehingga tercapai II. ANALISIS MASALAH A. Prinsip Analisis 1. Tujuan Tujuan analisis adalah : a. Mengoptimalkan penggunaan armada bis yang telah ada. b. Memberikan alternatif penyelesaian masalah sehingga tercapai penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti Transportasi Menurut Warpani (1990), transportasi atau perangkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

BAB I. Pendahuluan. berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Baraya travel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi yang saat ini melayani rute perjalanan Jakarta-Bandung.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Transportasi Pengertian transportasi secara harafiah adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR EXECUTIVE SUMMARY 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud pelaksanaan pekerjaan pembuatan Rencana Induk Sub Sektor Transportasi Udara sebagai pendukung dan pendorong sektor lainnya serta pemicu pertumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Morlok (1978), mendefinisikan transportasi sebagai suatu tindakan, proses, atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya.secara lebih spesifik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Defenisi angkutan umum menurut undang-undang No. 14 Tahun 1992 adalah angkutan untuk mana penggunanya dipungut bayaran. Konsep angkutan publik atau umum muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mendefinisikan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian berjudul Pengaruh Kondisi Fisik dan Non Fisik Kereta api. Terhadap Tingkat Kepuasan konsumen pada PT KA

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian berjudul Pengaruh Kondisi Fisik dan Non Fisik Kereta api. Terhadap Tingkat Kepuasan konsumen pada PT KA BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pengaruh Kondisi Fisik dan Non Fisik Kereta api Eksekutif Kinantan Terhadap Tingkat Kepuasan konsumen pada PT KA (persero) Divisi Regional

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 84 TAHUN 1999 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan dan Lokasi Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan MSP Trans merupakan perusahaan perseorangan yang berdiri pada tahun 2000 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan tentang angkutan umum, tujuan dan sifat angkutan umum, permasalahan angkutan umum, angkutan umum antar kota dalam provinsi AKDP dalam bentuk trayek,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, 1 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa angkutan jalan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

Evaluasi saluran distribusi pada PO. Rosalia Indah di Palur, Karanganyar F BAB I

Evaluasi saluran distribusi pada PO. Rosalia Indah di Palur, Karanganyar F BAB I Evaluasi saluran distribusi pada PO. Rosalia Indah di Palur, Karanganyar Muttaqien Eko Prasetyo F3200036 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan didirikan dengan maksud untuk memperoleh

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam dunia usaha sekarang ini. Bisnis di zaman sekarang ini telah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. JALA ANUGERAH SEJATImerupakan perusahaan jasa angkutan yang dibentuk sesuai dengan Akte Notaris Rohana Frieta, SH No. 5, di Jakarta. Manajemen

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan 30 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Dengan dikenalnya sistem baru dalam pengangkutan sebagai bagian dari perekonomian saat ini yaitu pengangkutan multimoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus melaksanakan berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan aktivitas tersebut memerlukan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN I. UMUM Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN Pendahuluan Berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Visi dan Misi Perusahan Visi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Visi dan Misi Perusahan Visi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PO.Harapan Jaya adalah Perusahaan Otobus Harapan Jaya yang bergerak dibidang transportasi dan berdiri sejak tahun 1977. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA RENCANA PROPOSAL Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Seleksi Masuk Program Studi Pasca Sarjana Oleh : SYANNE PANGEMANAN

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2017 KEMENHUB. Jaringan Trayek Perkotaan Jabodetabek. Rencana Umum. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN 2017 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tulisan yang mereka buat, antara lain sebagai berikut: dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh (Umar, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tulisan yang mereka buat, antara lain sebagai berikut: dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh (Umar, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Evaluasi Ada beberapa pengertian tentang evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli dalam tulisan yang mereka buat, antara lain sebagai berikut: Evaluasi adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan seseorang baik dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, masyarakat agar beralih ke sarana jasa angkutan umum

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan seseorang baik dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, masyarakat agar beralih ke sarana jasa angkutan umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia transportasi di dalam negeri mengalami peningkatan yang pesat, khususnya pada pengadaan sarana transportasi masal atau umum. Transportasi digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001 telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis

BAB III. Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis BAB III METODE PENELITIAN III.1 Pemilihan Objek Penelitian Penelitian merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sitematis, logis dan objektif untuk menemukan solusi atas suatu masalah yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa pengusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Angkutan Umum Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam serta guna mendapatkan alternatif pemecahan masalah transportasi perkotaan yang baik, maka

Lebih terperinci

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di. PT. Intan Suar Kartika. 1. Menentukan visi dan misi perusahaan

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di. PT. Intan Suar Kartika. 1. Menentukan visi dan misi perusahaan L-1 Lampiran 1 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di PT. Intan Suar Kartika Di bawah ini diuraikan masing-masing pembagian tugas dan tanggung jawab tiap jabatan yaitu sebagi berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup dan benda mati dari suatu tempat ke tempat lainnya. Komponen lalu lintas berupa sarana, pemakai jalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, dalam era sekarang transportasi adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Saat

Lebih terperinci

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya EVALUASI PENYEDIAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERDASARKAN SEGMEN TERPADAT, RATA-RATA FAKTOR MUAT DAN BREAK EVEN POINT (Studi Kasus: Trayek Terminal Taman-Terminal Sukodono) Ibnu

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Menurut Drs. H. M. N. Nasution, M. S. Tr. (1996) transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Surakarta sebagai pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Secara

Lebih terperinci

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PUTRATUNGGAL ANEKA didirikan di Jakarta berdasarkan akta notaris

Lebih terperinci

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, Indonesia, 40164 Fax: +62-22-2017622 Phone:

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Akita Jaya Mobilindo berawal pada tahun 1974 dengan nama CV. Sumber Jaya Motor yang bergerak dalam bidang usaha jual beli kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa LAPORAN AKHIR TA. 2013 KAJIAN EFISIENSI MODA TRANSPORTASI TERNAK DAN DAGING SAPI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno Bambang Winarso Amar K. Zakaria Tjetjep Nurasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tataralok Sebagai Acuan Pengembangan Sistem Transportasi Terpadu Transportasi merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya transportasi (Merdeka Wati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi nasional yang baik berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Dengan sistem transportasi nasional yang baik maka arus komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

DESIGN PENETAPAN TARIF BUS PATAS AC PO. LANGEN MULYO JURUSAN SURAKARTA YOGYAKARTA

DESIGN PENETAPAN TARIF BUS PATAS AC PO. LANGEN MULYO JURUSAN SURAKARTA YOGYAKARTA DESIGN PENETAPAN TARIF BUS PATAS AC PO. LANGEN MULYO JURUSAN SURAKARTA YOGYAKARTA Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Teknik Sipil ZAM ZAM ABIL ARQOM NIM : D

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA PELAYANAN BUS AKDP PATAS DAN EKONOMI PADA TRAYEK SURABAYA - MALANG

KAJIAN KINERJA PELAYANAN BUS AKDP PATAS DAN EKONOMI PADA TRAYEK SURABAYA - MALANG KAJIAN KINERJA PELAYANAN BUS AKDP PATAS DAN EKONOMI PADA TRAYEK SURABAYA - MALANG Aditya Bhaswara, Daniel Julio, Prof. Ir. Harnen Sulistio M.Sc, Ph.D, MT. dan Ir. A. Wicaksono, M. Eng, Ph.D Mahasiswa S1

Lebih terperinci

RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG

RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG Visi : Terwujudnya Pelayanan Perhubungan yang Handal, Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan Perumusan Penjelasan Visi Perubahan Renstra DISHUB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan yang serba modern ini. Berdasarkan kepemilikan transportasi, transportasi dapat dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D 306 025 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. lain yang disertai keramah-tamahan dan kemudahan-kemudahan dalam memenuhi

BAB II URAIAN TEORITIS. lain yang disertai keramah-tamahan dan kemudahan-kemudahan dalam memenuhi 10 BAB II URAIAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian dan Arti Penting Pelayanan Pelayanan merupakan rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain yang disertai keramah-tamahan dan kemudahan-kemudahan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi Oleh: YUNANIK A 210 040

Lebih terperinci