ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN DIYAH RATNA SARI FEBRIYANTI. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor (dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI). Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan di Kabupaten Bogor, ketimpangan distribusi pendapatan menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemda Kabupaten Bogor. Adanya ketimpangan distribusi pendapatan terlihat dari besarnya angka keiskinan di Kabupaten Bogor dan rendahnya daya beli masyarakat Kabupaten Bogor. Ketimpangan Distribusi Pendapatan menyebabkan melebarnya jurang pendapatan antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin sehingga kemiskinan akan sulit diatasi dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan distribusi pendapatan terjadi karena pembangunan yang lebih mengutamakan pertumbuhan dari pada pemerataan. Pertumbuhan ekonomi terus dipacu untuk meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Namun karena adanya perbedaan faktor-faktor kepemilikan modal dan keterampilan dalam aktivitas ekonomi maka hasil dari pertumbuhanpun tidak dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. Jika hal ini terus berlanjut maka pertumbuhan hanya akan meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan. Penelitian ini akan menganalisis, (1) Peran sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja (2) Menganalisis pengaruh pertumbuhan per kapita sektorsektor ekonomi terhadap distribusi pendapatan. Dalam analisis pengaruh pertumbuhan per kapita sektor-sektor ekonomi hanya digunakan lima sektor yaitu, Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa. Dipilih kelima sektor tersebut karena sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan rata-rata lima tertinggi diantara sembilan sektor. Selain itu laju pertumbuhan kelima sektor tersebut diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Dinas Kependudukan dan internet. Untuk menganalisis peran sektor-sektor ekonomi menggunakan tabulasi sederhana dengan melihat peran tiap sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja. Kemudian dari sembilan sektor ekonomi yang ada akan dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu, kelompok sektor yang memiliki peran yang besar dalam menyerap tenaga kerja, kelompok sektor yang memiliki peran sedang dan kelompok sektor yang memiliki peran yang kecil dalam menyerap tenaga kerja. Sedangkan untuk menentukan batasan tiga kelompok mengunakan rumus sederhana dengan membagi skala peran terkecil sampai peran terbesar menjadi tiga. Untuk menganalisis pengaruh kelima sektor terhadap distribusi pendapatan digunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

3 Sektor yang memiliki peran yang besar adalah sektor yang menyerap tenaga kerja lebih besar sama dengan 14,96 persen per tahun. Sektor yang masuk dalam kelompok ini adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri, Sektor Pertanian dan Sektor Jasa. Sektor yang memiliki peran sedang adalah sektor yang memiliki peran dalam menyerap tenaga kerja lebih besar sama dengan 7,48 sampai kurang dari 14,96 persen per tahun. Sektor yang masuk dalam kelompok ini adalah Sektor Bangunan dan Konstruksi. Sektor yang memiliki peran yang kecil adalah sektor yang menyerap tenaga kerja kurang dari 7,48 persen per tahun. Sektor yang masuk dalam kelompok ini adalah Sektor Pertambangan dan Pengalian, Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Transportasi dan Komunikasi dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Lima sektor ekonomi yang dipilih untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan per kapita terhadap distribusi pendapatan, dua sektor masuk pada kelompok sektor yang memiliki peran yang besar dalam menyerap tenaga kerja, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Sektor Jasa. Sedangkan tiga sektor yang lainnya masuk dalam kelompok sektor yang memiliki peran kecil dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan per kapita Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa memiliki hubungan yang negatif terhadap rasio gini. Hal ini berarti peningkatan pertumbuhan per kapita sektorsektor tersebut akan memperbaiki distribusi pendapatan. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memiliki pengaruh yang positif terhadap rasio gini. Hal ini berarti peningkatan pertumbuhan per kapita sektor ini akan semakin memperburuk distribusi pendapatan. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memiliki peranan yang terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor yaitu sebesar 23,66 persen per tahun, namun pertumbuhan per kapita Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran semakin memperburuk distribusi ketimpangan kerena adanya faktor modal yang lebih dominan menyebabkan apabila keuntungan yang diterima sektor ini meningkat dalam kurun waktu tertentu, maka keuntungan tersebut seluruhnya masuk pada pemilik modal. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan agar Pemda Kabupaten Bogor mengembangkan Sektor Listrik, Gas dan Air bersih dan Sektor Transportasi dan Komunikasi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di Kabupaten Bogor dengan memperluas jangkauan sarana transportasi dan komunikasi agar semakin banyak masyarakat yang mengunakan fasilitas tersebut, terutama bagi masyarakat desa terpencil. Di sisi lain pemerintah Kabupaten Bogor juga harus meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Bogor agar masyarakat dapat masuk dalam sektor-sektor ekonomi dan aktif dalam aktivitas ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan mengurangi ketimpanan distribusi pendapatan.

4 ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI FEBRIYANTI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Diyah Ratna Sari Febriyanti Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Mengetahui, Dosen Pembimbing, Ir. Yeti lis Purnamadewi, MSc. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KERYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2006 Diyah Ratna Sari F H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Diyah Ratna Sari Febriyanti lahir pada tanggal 16 Februari 1984 di Bojonegoro, sebuah kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Timur. Penulis anak kedua dari tiga bersaudara, dari Pasangan Hambali dan Siti Nurhayati. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Kauman IV, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bojonegoro dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 2 Bojonegoro dan lulus pada tahun Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya yang berguna bagi pembangunan Kota Bojonegoro tercinta. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada tingkat dua penulis aktif di Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajenen (BEM FEM) Tahun , sebagai sekertaris di Departemen Sosial dan Politik. Tingkat tiga penulis aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (DPM FEM) Tahun Pengurusan , sebagai anggota di Komisi Aspirasi, Advokasi dan Kesejahteraan mahasiswa. Tingkat empat penulis menyusun skripsi dan aktif di organisasi Hipotesa, di Biro Media, Informasi dan Promosi. Selain itu pada tingkat akhir penulis menjadi Tim Promosi KJK-IPB.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Pengaruh Pertumbahan Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor. Distribusi pendapatan merupakan topik yang menarik karena seiring dengan pembangunan yang dilakukan terjadi adanya ketimpangan pembagian hasil-hasil dari pembangunan. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di Kabupaten Bogor. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Ibu Yeti Lis Pernamdewi, MSc, yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ibu Wiwiek Rindayanti, MSc, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritik beliau merupakan hal sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, M.Si, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada Seminar Hasil Penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih kepada mereka. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

9 Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ibu Siti Amaroh serta saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, September 2006 Diyah Ratna S. F H

10 x DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Konsep Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Penelitian-penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Teoritis Distribusi Pendapatan Produktivitas dan Upah Tenaga Kerja Pendapatan Daerah Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data... 23

11 x Analisis Peran Sektor-sektor Ekonomi dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bogor Analisis Peran Pertumbuhan Per Kapita Sektor-sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOGOR 4.1. Kondisi Geografi dan Pembagian Wilayah Administrsi Rencana Strategis Pembangunan Kabupaten Bogor Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia Potensi Ekonomi Kabupaten Bogor Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Peran Sektor-sektor Ekonomi dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bogor Analisis Peran Pertumbuhan Per Kapita Sektor-sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 59

12 x DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993, Tahun (dalam Pesen) Perkembangan Kondisi Administrasi Kabupaten Bogor Tahun Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Menurut Kelompok Umur pada Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 1993 dalam Jutaan Rupiah dan Distribusi Presentase PDRB Tahun Realisasi Indikator Kinerja Makro Pembangunan di Kabupaten Bogor Tahun Jumlah Gardu Induk di Kabupaten Bogor Banyaknya Langganan, Daya Terpasang, KWH Jual/Beli, KWH Losses, Hasil Penjualan KWH Dirinci UPP Tahun Penyerapan Tenaga Kerja Tiap Sektor-sektor Ekonomi Tahun Hasil Estimasi Pengaruh Pertumbuhan per Kapita Sektor-sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor Uji Autikorelasi melalui Breusch-Godfrey Serial LM Test Hasil Uji Multikolinier melalui Correlation Matrix Lampiran 1. PDRB Kabupaten Bogor Tahun Penyerapan Tenaga Kerja Tiap Sektor Tahun

13 x DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Hal 2.1. Kerangka Pemikiran Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun

14 x DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. PDRB Kabupaten Bogor Tahun Penyerapan Tenaga Kerja Tiap Sektor Tahun

15 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sesuai dengan Trilogi Pembangunan bahwa pembangunan dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi, stabilitas perekonomian dan pemerataan pembangunan. Namun, seiring dengan gerak pembangunan yang dilakukan, ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan menjadi lingkaran masalah yang sulit diatasi. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 cukup tinggi, mencapai 5,5 persen tetapi angka kemiskinan masih tetap tinggi yaitu mencapai 16,6 persen (Ritonga, 2005). Sulitnya mengurangi angka kemiskinan disebabkan adanya ketimpangan distribusi pendapatan. Ketimpangan dalam distribusi pendapatan menggambarkan bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang menguasai kehidupan ekonomi dan menikmati sebagian besar pendapatan negara. Sebaliknya sebagian besar masyarakat yang terdiri dari karyawan dan buruh hanya menikmati sedikit dari pendapatan negara (Djojohadikusumo, 1955). Adanya ketimpangan distribusi pendapatan tersebut menyebabkan adanya suatu jurang antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin sehingga yang miskin sulit keluar dari kemiskinan. Distribusi pendapatan yang timpang ini disebabkan adanya perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kekuatan modal dan skill pada masingmasing golongan. Golongan masyarakat kaya yang merupakan sebagian kecil dari masyarakat keseluruhan menguasai hampir seluruh jumlah peralatan modal yang ada. Hal ini menjadikan kelompok golongan ini dengan mudah masuk dalam

16 2 aktivitas ekonomi serta mempunyai pendidikan, keterampilan dan keahlian khusus dalam perdagangan. Dilain pihak golongan karyawan dan buruh yang tidak memiliki modal dan skill yang cukup, sulit masuk dalam aktivitas ekonomi dan memiliki posisi yang lemah dalam menghadapi golongan lain (Djojohadikusumo, 1955). Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan di Kabupaten Bogor, ketimpangan distribusi pendapatan menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemda Kabupaten Bogor. Adanya ketimpangan distribusi pendapatan terlihat dari angka kemiskinan di Kabupaten bogor yang tinggi mencapai 25,39 persen. Di tahun yang sama daya beli penduduknya hanya sebesar Rp , dimana angka ini berada di bawah kebutuhan hidup minimum Kabupaten Bogor sebesar Rp Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Bogor yang terlihat dari indeks pendidikan yang dibentuk oleh komponen rata-rata lama sekolah (RRLS) pada tahun 2004 sebesar 6,26 tahun, artinya secara makro rata-rata pendidikan masyarakat Kabupaten Bogor masih pada tingkat sekolah dasar. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan penduduknya memiliki keterampilan atau skill yang rendah dan menyebabkan mereka sulit untuk mendapatkan upah yang tinggi (Kamaluddin, 1992). Upah yang kecil menyebabkan orang miskin sulit memperbaiki tingkat kesejahteraan dan sulit keluar dari kemiskinan. Rasio gini Kabupaten Bogor pada tahun 2004 mencapai 0,171, walaupun angka ini relatif kecil tetapi dengan kondisi seperti diatas jika distribusi pendapatan tidak segera

17 3 diperbaiki maka akan mempersulit usaha untuk mengurangi angka kemiskinan dan tentunya akan menghambat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Transformasi ekonomi terjadi seiring dengan pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Bogor. Hal ini terlihat dari peran Sektor Pertanian yang tergantikan oleh Sektor Industri dan sektor lainnya. Pada tahun 2003 peran Sektor Pertanian sebesar 9,77 persen terhadap pembentukan PDRB, sedangkan Sektor Industri berperan sebesar 50,58 persen (BPS, 2004). Sektor-sektor ekonomi dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor karena pertumbuhan ekonomi berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor rata-rata sebesar 2,81 persen per tahun. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1996 sebesar 11,52 persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 sebesar -18,35 (Tabel 1.1). Laju pertumbuhan ekonomi terendah ini disebabkan karena adanya krisis moneter dimana mencapai puncak krisis pada tahun 1998 dengan inflasi sebesar 75,0 persen (Yustika, 2002). Pasca krisis moneter pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi mulai kembali normal walaupun pertumbuhannya tidak sebesar sebelum terjadi krisis moneter. Sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan rata-rata lima tertinggi adalah Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Sektor Jasa. Selain itu kelima sektor tersebut dan Sektor Industri

18 4 memiliki laju pertumbuhan rata-rata di atas laju pertumbuhan rata-rata Kabupaten Bogor. Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993, Tahun (dalam persen) Sektor Tahun Ratarata Pertanian 2,81 2,81 3, Pertambagan dan -7,04-7,04 15, penggalian Industri -7,04 17,02 14, Listrik, gas dan air bersih 17,02 10,10 7, Konstruksi dan bangunan 9,53 9,53 7, Perdagangan, hotel dan 11,50 11,50 9, restoran Trasportasi dan 6,91 6,91 4, komunikasi Keu, persewaan dan jasa perusahaan 8,39 8,39 5, Jasa-jasa ,10 3, Total 5,13 7,03 8,13 11,52 4,37-18,35 3,14-4,62 5,5 4,43 4,82 2,81 Sumber : BPS Kab. Bogor (diolah) Pertumbuhan dalam sektor-sektor ekonomi akan membuka lapangan pekerjaan, memberikan pendapatan bagi tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor. Untuk menjamin kesejahteraan dan melindungi para pekerja agar keuntungan tidak hanya dinikmati pengusaha saja, maka pemerintah menetapkan upah minimum yang harus dibayarkan pengusaha pada buruh. Adapun tujuan utama dalam penentuan upah minimum menurut Kamaludin (1992) adalah : 1. Menonjolkan arti dan perannya yang penting dari para pekerja sebagai suatu sub-sistem yang kreatif dalam suatu sistem kerja. 2. Melindungi para pekerja agar upah yang diterima tidak terlalu rendah.

19 5 3. Mendorong kemungkinan diberikannya upah yang sesuai dengan nilai pekerjaan yang dilakukan oleh pera pekerja. 4. Mengusahakan adanya dorongan bagi para pekerja untuk memperoleh upah sesuai standart hidup secara wajar sebagai manusia Perumusan Masalah Sektor-sektor ekonomi memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini karena peningkatan pertumbuhan dan pendapatan tenaga kerja dalam satu sektor akan meningkatkan konsumsi barang dan jasa dari sektor lainnya. Peningkatan konsumsi barang dan jasa sektor lainnya dan akan memacu pertumbuhan dan pendapatan tenaga kerja sektor-sektor tersebut. Jika hal ini terus berlangsung maka tercipta pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan stabil yang sangat penting bagi perekonomian. Pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan per kapita atau produktivitas tenaga kerja sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan. Dengan pertumbuhan per kapita yang tinggi maka jumlah barang dan jasa yang dihasilkan per satuan waktu akan meningkat yang berarti ada kenaikan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja menyebabkan biaya produksi per satuan waktu juga akan menurun sehingga harga barang dan jasa di pasar dapat diturunkan. Menurunnya harga barang dan jasa yang dihasilkan dapat menguasai pasar sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

20 6 Meningkatnya produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan upah sehingga meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, karena upah merupakan imbalan dari produktivitas. Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bogor yang bekerja sebagai buruh dan karyawan sebesar 46,35 persen pada tahun 2004 (BPS Kab. Bogor 2004). Hal ini berarti jika produktivitas tenaga kerja atau pertumbuhan per kapita meningkat maka kesejahteraan tenaga kerja akan meningkat dan akan memperbaiki distribusi pendapatan di Kabupaten Bogor. Pertumbuhan ekonomi sangat penting untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, namun pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berarti karena pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dinikmati secara merata. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan modal dan keterampilan dalam masyarakat. Selain itu juga karena adanya faktor modal yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor yang lainnya menyebabkan keuntungan lebih banyak masuk pada pemilik modal (Dumairy, 1996). Jika hasil dari pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati masyarakat kaya maka kemiskinan tidak akan menurun dan distribusi pendapatan antara masyarakat kaya dan miskin semakin timpang. Jika jurang ketimpangan distribusi pendapatan semakin besar, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial dan masalah-masalah sosial yang akan menganggu stabilitas perekonomian dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

21 7 Berdasarkan hal tersebut, maka skripsi ini akan membahas permasalahan mengenai : 1. Bagaimana peran sektor-sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan per kapita sektor-sektor ekonomi terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Bogor? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis peran sektor-sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis pengaruh pertumbuhan per kapita sektor-sektor ekonomi terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Bogor Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai peran sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor dan peran pertumbuhan per kapita terhadap distribusi pendapatan. Hasil dari penelitian ini semoga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah untuk memperbaiki distribusi pendapatan.

22 Ruang Lingkup Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang ada di daerah tersebut. Di Kabupaten Bogor, sektorsektor ekonomi dikelompokkan menjadi sembilan sektor. Dalam analisis peran sektor-sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja digunakan peran tiap sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja. Namun dalam analisis pengaruh pertumbuhan per kapita hanya akan menggunakan lima sektor yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa, sektor transportasi dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa karena keterbatasan data. Dipilih kelima sektor tersebut karena sektorsektor tersebut memiliki laju pertumbuhan rata-rata lima tertinggi diantara sembilan sektor. Selain itu laju pertumbuhan kelima sektor tersebut diatas ratarata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor (Tabel 1.1).

23 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN 2.1.Tinjauan Konsep Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Menurut Kuznet dalam Jhingan (2004) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemampuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Definisi ini memiliki tiga komponen : pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terihat dari meningkatnya terus-menerus persediaan barang: kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk: ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaiaan di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan ummat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Isu pemerataan dan pertumbuhan hingga kini masih menjadi perdebatan yang tidak berkesudahan dalam konteks pembangunan, untuk memilih manakah yang lebih didahulukan apakah pemerataan atau pertumbuhan. Di Indonesia strategi pembangunan dilaksanakan dengan fokus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipilih menjadi strategi utama dalam pembangunan karena dengan pertumbuhan maka jumlah barang dan jasa yang dihasilkan akan meningkat sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan. Karena pertumbuhan ekonomi

24 10 selalu menjadi tujuan utama dalam pembangunan, maka seringkali keadilan atau pemerataan menjadi terabaikan. Walaupun pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, namun yang terjadi pertumbuhan ekonomi tidak selalu dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi hanya akan meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan (Dumairy, 1996). 2.2.Penelitian-penelitian Terdahulu Penelitian tahun 1995 yang berjudul Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan Masyarakat (Studi kasus di Desa Belendung dan Desa Walahar, Kecamatan Klari Kabupaten Kerawang, Jawa Barat oleh Muhammad Firdaus, mengunakan data primer yang diambil dari kedua desa dan menggunakan analisis tabulasi dan perhitungan rasio gini dari sisi pendapatan. Dari hasil penelitian ternyata tingkat pendapatan total rumah tangga Desa Walahar (Desa yang mengalami alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke industri) lebih tinggi 1,5 kali pendapatan rumah tangga di Desa Belendung (Desa yang belum banyak mengalami alih fungsi lahan). Nilai dari Gini Rasio Desa Walahar lebih besar dibandingkan Desa belendung. Hal ini menunjukkan distribusi pendapatan penduduk desa Walahar sangat timpang sedangkan untuk Desa Belendung relatif sama. Penelitian tahun 2004 yang berjudul Peranan Sektor Pertanian Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Lampung oleh Hendra, bertujuan untuk menganalisis sumbangan sektor pertanian terhadap

25 11 PDRB Lampung, dan peran sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan pendapatan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus-rumus sederhana untuk menghitung sumbangan tiap sektor. Untuk melihat kecenderungan awal ketimpangan pendapatan dilakukan dengan menghitung indeks pendapatan dan variance tahap 1. Besarnya ketimpangan pendapatan dilihat dengan menggunakan formulasi Willianson (CVw) dan untuk melihat hubungan antar variabel digunakan analisis korelasi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB Lampung, dan sektor pertanian juga mempunyai peranan yang cukup besar dalam mengurangi ketimpangan daerah Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengunakan teori distribusi pendapatan, produktivitas dan upah tenaga kerja dan pendapatan daerah. Penjelasan mengenai teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan menurut Djojohadikusumo (1955) adalah pembagian hasil produksi nasional dan pendapatan nasional harus dapat dinikmati oleh seluruh atau sebagian besar penduduk. Pada negara-negara berkembang distribusi pendapatan menunjukkan keganjilan karena segolongan kecil dalam masyarakat yang menguasai kehidupan ekonomi dan menguasai sebagian terbesar dari pendapatan nasional. Sebaliknya golongan terbesar dalam masyarakat yang

26 12 yang terdiri atas produsen kecil dan buruh hanya menguasai sebagian kecil dari pendapatan nasional. Menurut Morris dalam Arsyad (1993) yang menyebabkan ketidakmerataan pendapatan di Negara Sedang Berkembang (NSB) adalah : 1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita. 2. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang. 3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah. 4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive), sehingga presentase pendapatan modal dari harta tambahan besar dibandingkan dengan presentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah. 5. Rendahnya mobilitas sosial. 6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri subtitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis. 7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) NSB dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elastisan permintaan negaranegara terhadap barang-barang ekspor. 8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga.

27 13 Untuk melihat apakah distribusi pendapatan timpang atau tidak dapat menggunakan rasio gini. Indeks atau rasio gini menurut Dumairy (1996), adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil (semakin mendekati 0) koefisiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi pendapatan. Di lain pihak koefsien yang semakin besar (makin mendekati 1) mengisaratkan distribusi yang semakin timpang atau senjang. Rasio gini dapat dihitung secara matematik dengan rumus : n ( i+ 1 i i + i+ 1 1 G =1 - x x )( y y ) Keterangan : n G = 1 f i ( yi + yi+ 1) ; 0 < G < 1 1 G fi X i Y i = rasio gini = proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i = proporsi jumlah komulatif rumah tangga dalam kelas i = proporsi jumlah komulatif pendapatan dalam kelas i Produktifitas dan Upah Tenaga Kerja Dalam istilah sehari-hari produktifitas tenaga kerja biasanya dimaksudkan sebagai produktifitas rata-rata per pekerja. Jika ada yang mengatakan produktifitas industri tertentu naik, maksudnya adalah output per tenaga kerja mengalami peningkatan (Nicholson, 2001). Jika produktifitas tenaga

28 14 kerja naik maka jumlah barang dan jasa meningkat sehingga keuntungan dan pendapatan meningkat. Definisi produk rata-rata tenaga kerja adalah : PR t = T Q Keterangan : PR t = Produk rata-rata tenaga kerja (produktifitas tenaga kerja) Q = Output T = Tenaga kerja Jika produktivitas tenaga kerja naik, berarti bahwa setiap tenaga kerja dapat memproduksi lebih banyak, biaya satuan produksinya akan turun selama tingkat upah tidak naik sampai pada batas yang sama dengan kenaikan produktivitasnya. Biaya yang lebih rendah pada umumnya diikuti dengan harga yang lebih rendah. Perusahaan yang bersaing akan menurunkan harganya dalam usaha untuk merebut bagian pasar dan hasil akhir dari persaingan ini adalah turunnya biaya produksi yang diikuti dengan turunnya harga (Lipsey, 1995). Upah menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional yang dimaksud dengan upah ialah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberian (jasa) kerja kepada penerima kerja untuk pekerjaan atau jasa kerja yang telah dan akan dilakukan. Dimana upah itu berfungsi sebagai kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan kelangsungan produksi yang dinyatakan atau dinilai bentuk uang.

29 15 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya upah menurut Kamaluddin (1992) adalah: 1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja. Kelangkaan tenaga kerja yang memenuhi syarat bagi kebutuhan yang memerlukan keterampilan atau keahlian tertentu, cenderung akan diimbangi dengan upah yang tinggi. Sebaliknya bagi pekerjaan yang umum dapat dikerjakan oleh sembarang pekerja atau tersedianya tenaga kerja untuk itu melimpah maka besarnya upah bagi mereka akan menurun atau relatif lebih rendah. 2. Organisasi buruh atau pekerja. Seringkali para pekerja tergabung dalam organisasi buruh atau serikat pekerja, jika organisasi buruhnya kuat maka posisi bergaining (kekuatan tawar menawar) akan upah menjadi kuat, sehingga tingkat upah cenderung lebih tinggi. Sebaliknya jika organisasi buruhnya lemah, maka tingkat upahnya cenderung relatif rendah. 3. Kemampuan untuk membayar upah. Meskipun ada kemungkinan serikat buruh untuk memperjuangkan atau menuntut tingkat upah yang lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya upah yang diberikan oleh pengusaha akan banyak tergantung pada kemampuan perusahaan untuk membayar. Tingginya upah yang dibayarkan akan dapat mengakibatkan naiknya biaya produksi dan berakibat berkurangnya keuntungan bahkan bisa merugikan perusahaan. 4. Produktivitas tenaga kerja. Besarnya upah merupakan imbalan atas prestasi (produktivitas) tenaga kerja. Dengan demikian melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja akan dapat dihasilkan jumlah produksi barang dan jasa lebih banyak persatuan waktu, yang akan menghasilkan keuntungan usaha

30 16 yang lebih besar. Sehingga upah dapat ditingkatkan pula dan akan meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja. 5. Ketentuan pemerintah tentang kerja. Pemerintah melalui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang terkait dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah Pendapatan Daerah Prestasi ekonomi suatu daerah dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, prestasi tersebut diukur melalui sebuah besaran dengan istilah pendapatan regional (PDRB). Menurut BPS (2004) PDRB adalah data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi suatu wilayah. PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan yaitu (1) pendekatan produksi; (2) pendekatan pendapatan; (3) pendekatan pengeluaran. Menurut BPS (2004) pendekatan produksi PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan menurut pendekatan pendapatan PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan pengeluaran, PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan; (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok; (3) pengeluaran konsumsi pemerintah ; serta (4) ekspor neto.

31 17 Menurut BPS (2004) PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku yang menggambarkan nilai tambah nilai barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga setiap tahun. PDRB atas harga harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah dan menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah. PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga dasar tertentu. Dengan PDRB atas harga konstan dapat menunjukkan pertambahan barang dan jasa dalam tiap tahun. PDRB atas harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. PDRB per Kapita atas harga konstan menunjukkan pertambahan barang dan jasa per kapita atau per orang. Menurut Lipsey (1995) keluaran per kapita atau ukuran produktifitas dapat digunakan untuk mempelajari perubahan kesejahteraan. Hal ini berarti jika pertumbuhan ekonomi per kapita naik maka barang dan jasa yang dihasilkan meningkat sehingga keuntungan dan pendapatan akan meningkat. Peningkatan pendapatan ini akan meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki distribusi pendapatan.

32 Kerangka Penelitian Operasional Pertumbuhan ekonomi terus dipacu untuk meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pertumbuhan per kapita atau produktivitas tenaga kerja dalam sektor-sektor ekonomi akan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Meningkatnya barang dan jasa akan meningkatkan keuntungan dan pendapatan sektor-sektor ekonomi. Besarnya upah merupakan imbalan atas prestasi (produktivitas) tenaga kerja. Dengan peningkatan barang dan jasa dan pendapatan, upah dapat ditingkatkan dan akan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja sehingga memperbaiki distribusi pendapatan. Namun karena adanya perbedaan faktor-faktor kepemilikan modal dan keterampilan dalam aktivitas ekonomi maka hasil dari pertumbuhanpun tidak dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. Selain itu juga karena adanya kekuatan modal yang lebih dominan dalam aktivitas ekonomi menyebabkan keuntungan lebih banyak terserap pada pemilik modal. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi hanya akan meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan. Penelitian ini akan menganalisis peran sektor-sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bogor. Penelitian ini juga akan menganalisis pertumbuhan per kapita Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa terhadap distribusi pendapatan.

33 19 Untuk menganalisis peran sektor-sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja dilihat dari peran tiap sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja, kemudian sektor-sektor ekonomi tersebut dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu kelompok besar (KB), kelompok sedang (KS) dan kelompok kecil (KK). Kelompok besar yaitu kelompok sektor-sektor ekonomi yang memiliki peran yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Kelompok sedang adalah kelompok sektorsektor ekonomi yang memiliki peranan sedang atau menengah dalam menyerap tenaga kerja, sedangkan kelompok kecil adalah kelompok sektor-sektor ekonomi yang memiliki peranan yang kecil dalam menyerap tenaga kerja. Untuk menentukan batasan tiga kelompok mengunakan rumus sederhana dengan membagi skala antara peran terkecil sampai peran terbesar menjadi tiga. Kelompok Untuk menganalisis pengaruh Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Transportasi dan Komunikasi dan Sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa terhadap distribusi pendapatan digunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

34 20 Pertumbuhan ekonomi: Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Sektor Listrik, Gas dan Air bersih Sektor Bangunan dan Konstruksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Peran Terhadap Distribusi Pendapatan: Sektor Listrik, Gas dan Air bersih Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Peran dalam penyerapan tenaga kerja. Peran tiap sektor dalam menyerap tenaga kerja Menggunakan Metode Ordinary Least Square Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran 2.5. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam analisis tersebut adalah : 1. Selama kurun waktu analisis antara tahun Sektor Industri memiliki peran terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di kabupaten Bogor.

35 21 2. PDRB per kapita Sektor Listrik, Gas dan Air bersih berpengaruh negatif pada rasio gini. Artinya, jika pertumbuhan per kapita sektor ini naik maka produktivitas sektor ini meningkat sehingga barang dan jasa yang dihasilakan meningkat. Hal ini akan meningkatkan keuntungan dan pendapatan tenaga kerja. Peningkatan pendapatan ini akan menurunkan rasio gini. 3. PDRB per kapita Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berpengaruh negatif pada rasio gini. Artinya, jika pertumbuhan per kapita sektor ini naik maka produktivitas sektor ini meningkat maka barang dan jasa yang dihasilkan akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan keuntungan dan pendapatan tenaga kerja. Peningkatan pendapatan akan menurunkan rasio gini. 4. PDRB per kapita Sektor Trasportasi dan Komunikasi berpengaruh negatif pada rasio gini. Artinya, jika pertumbuhan per kapita sektor ini naik maka produktivitas sektor ini juga naik sehingga barang dan jasa yag dihasilkan akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan keuntungan dan pendapatan tenaga kerja. Peningkatan pendapatan ini akan menurunkan rasio gini. 5. PDRB per kapita Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan berpengaruh negatif pada rasio gini. Artinya, jika pertumbuhan per kapita sektor ini naik maka produktivitas sektor ini juga naik sehingga barang dan jasa yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini akan meningkatkan keuntungan dan pendapatan tenaga kerja. Peningkatan pendapatan ini akan menurunkan rasio gini. 6. PDRB per kapita Sektor Jasa berpengaruh negatif pada rasio gini. Artinya, jika pertumbuhan per kapita sektor ini naik maka produktivitas sektor ini juga

36 22 naik sehingga barang dan jasa yang dihasilkan akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan keuntungan dan pendapatan tenaga kerja. Peningkatan pendapatan ini akan menurunkan rasio gini.

37 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber-sumber tidak langsung. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari BPS Kabupaten Bogor, Dinas Kependudukan dan Internet. Data yang digunakan adalah data time series periode dari tahun 1993 sampai dengan Metode Analisis Data Analisis Peran Sektor-sektor Ekonomi dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bogor Analisis peran sektor terhadap penyerapan tenaga kerja dilihat dari persentase tenaga kerja yang terserap dalam sektor ini. Untuk menghitung banyaknya tenaga kerja yang terserap digunakan rumus: Lti K ti = 100% TL dimana, t K ti = Tenaga kerja yang terserap (persen) L ti = Jumlah tenaga kerja sektor i pada tahun t (orang) TL t = Total tenaga kerja pada tahun t (orang) Dari sembilan sektor yang ada dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu kelompok besar (KB), kelompok sedang (KS) dan kelompok kecil (KK). Kelompok besar yaitu kelompok sektor-sektor ekonomi yang memiliki peran yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Kelompok sedang adalah kelompok sektor-

38 24 sektor ekonomi yang memiliki peranan sedang atau menengah dalam menyerap tenaga kerja, sedangkan kelompok kecil adalah kelompok sektor-sektor ekonomi yang memiliki peranan yang kecil dalam menyerap tenaga kerja. Untuk menentukan batasan tiga kelompok digunakan rumus sederhana dengan membagi skala antara peran terkecil sampai peran terbesar menjadi tiga Analisis Pertumbuhan Per Kapita Sektor-sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor Untuk menjawab permasalahan kedua analisis menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis Eviews 4.1. OLS merupakan salah satu metode yang sering digunakan karena kemudahannya dalam mengulah data. Terdapat beberapa asumsi yang menyederhanakan model ini : 1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsure gangguan populasi μ i tergantung pada nilai tertentu variabel yang menjelaskan (X) adalah nol. 2. Varians bersarat dari μ i adalah konstan atau homoskedatik. 3. Tidak ada variabel autokorelasi dalam gangguan. 4. Variabel yang menjelaskan adalah non-skotastik (tetap dalam penyempelan berulang) atau jika skotastik didistribusikan secara independen dari gangguan μ i. 5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan X 6. μ didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Jika semua asumsi terpenuhi maka penaksir OLS dari koefisien regresi adalah penaksir tak bias linier terbaik atau Best Linier Unbiassed Estimator (BLUE).

39 25 Model yang digunakan untuk menganalisis peran Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa terhadap distribusi pendapatan adalah : LNRG t = α + β 1 LNLIST t + β 2 LNPD t + β 3 LNTK t + β 4 LNKEU t + β 5 LNJS t + ε Keterangan : LNRG t = LN Rasio Gini LNLIST t = LN PDRB per Kapita Sektor Listrik, Gas dan Air bersih LNPD t = LN PDRB per Kapita Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran LNTK t = LN PDRB per Kapita Sektor Transportasi dan Komunikasi LNKEU t = LN PDRB per Kapita Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan LNJS t = LN PDRB per Kapita Sektor Jasa ε = error Pengambilan keputusan diterima atau tidaknya model ini didasarkan pada hasil pengujian terlebih dahulu karena variabel-variabel yang digunakan dalam model masih merupakan penduga. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada rasio gini adalah PDRB per kapita Sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa. Untuk dapat diterima sebagai model yang baik, suatu model ekonometrika harus memenuhi tiga kriteria yaitu kriteria ekonometrik, kriteria statistik dan kriteria ekonomi yang akan dijelaskan sebagai berikut :

40 26 A. Analisis Kriteria Ekonometrika Untuk dapat diterima sebagai model yang baik, suatu model ekonometrika harus dapat memenuhi kriteria ekonometrika. Pengujian tersebut dilakukan melalui : 1. Uji Heterokedastisitas Asumsi penting model regresi klasik adalah bahwa varians tiap unsur disturbance μ i, tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan, adalah suatu angka konstan (Homoskedastisitas) dan sebaliknya tidak terjadi Heteroskedastisitas (Gujarati, 1993). H 0 : γ = 0 H 1 : γ 0 Kriteria uji : probability Obs*R-squared< α maka tolak H 0 probability Obs*R-squared > α, maka terima H 0 Jika H 0 ditolak, maka terdapat gejala heteroskedastisitas pada model. Sebaliknya jika H 0 diterima, maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Pendeteksian heteroskedastisitas mengunakan Eviews dilakukan dengan melihat hasil White Heteroscedasticity test. Jika probabilitas Obs*R-squared dari White Heteroscedasticity test lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka model terbebas dari heteroskedastisitas. Adanya heteroskedastisitas dapat mengakibatkan: (1) Estimasi mengunakan OLS tidak akan memiliki varians yang minimum atau tidak efisien. (2) Prediksi (nilai Y dan X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya

41 27 akan mempunyai varians yang tinggi sehingga prediksi menjadi tidak efisien. (3) Tidak dapat diterapkan uji nyata tidaknya koefisien atau selang kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varians. 2. Uji Autokorelasi Autokorelasi dalam Gujarati (1993) adalah korelasi antara error masa lalu (e i-t ) dengan error masa sekarang (e t ). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dapat digunakan uji Durbin Watson, yakni : d hit = ( et e 2 et ) 2 t 1 Pada Eviews, uji autokorelasi dapat menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Hal ini dapat dilihat pada nilai probabilitasnya, jika nilai probabilitas obs* squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka model persamaan tidak mengalami masalah autokorelasi dan sebaliknya. Adanya autokorelasi dapat menyebabkan terjadinya : (1) dugaan perameter tak bias; (2) nilai galat baku terautokorelasi sehingga ramalan tidak efisien; (3) ragam galat berbias; (4) terjadi pendugaan kurang pada ragam galat (standar error underestimated sehingga Sb underestimate, maka t overestimate / t cenderung lebih besar dari yang sebenarnya dan tadinya tidak signifikan menjadi signifikan (Gujarati,1993). 3. Uji Multikolinier Multikolinier adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel di antara satu dengan lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas

42 28 yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terdapat korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga (Gujarati, 1993). B. Analisis Kriteria Statistik 1. Koefisien Determinasi (R 2 ) Digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabek tak bebas. Uji ini juga digunakan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan ke dalam model dapat menerangkan model (Gujarati, 1993). Dua sifat R 2 yaitu : 1. Merupakan besaran non negatif 2. Batasnya adalah 0 R 2 1. Jika R 2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R 2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat dan bebasnya. R 2 = ^ ( Y Y ) ( Y ^ t Y ) Uji t (Uji parsial) Pengujian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana variabel bebas secara parsial berpengaruh pada variabel terikatnya (Gujarati, 1993). Melalui uji ini akan diuji apakah koefisien regresi satu persatu secara statistik signifikan atau tidak. Nilai t statistik adalah :

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 73 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan Indonesia yang terjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2008 yang mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menekankan kepada usaha untuk memperoleh informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang 52 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian 28 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana konsumsi agregat masyarakat adalah sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H14102066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H14103119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai 51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH (1994-2007) Disusun Oleh : LISBETH ROTUA SIANTURI H14104020 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2000-2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR 32 III. METODE PENELITIAN A. Profil Lokasi Penelitian Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data tahunan dari periode 2003 2012 yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Daerah Penelitian dan definisi operasional variabel. Penelitian ini dilaksanakandi di Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. A. Daerah Penelitian dan definisi operasional variabel. Penelitian ini dilaksanakandi di Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. 60 III. METODE PENELITIAN A. Daerah Penelitian dan definisi operasional variabel Penelitian ini dilaksanakandi di Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Pemilihan Kota Bandar Lampung sebagai daerah penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi 48 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun variabelnya

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap jumlah wisatawan dan implikasinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 90 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini memuat tentang tingkat pengangguran terbuka yang terjadi di Indonesia selama. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan 53 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan diteliti adalah data sekunder, berupa catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

Lebih terperinci