BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan."

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Kejadian-kejadian yang menjerumus pada kekerasan, seolah menjadi hal yang biasa dan dibiasakan. Ironisnya, kejadian itu terjadi dengan jumlah massa yang banyak sehingga mengakibatkan perkelahian masal. Perang antar kubu terjadi mulai dari masyarakat antarkampung sampai pada peserta didik antarsekolah bahkan antarmahasiswa. Kejadian semacam itu memperlihatkan kondisi suatu bangsa yang seolah kehilangan jati diri dalam kehidupan. Kondisi itu memperlihatkan juga kualitas manusia di negeri ini yang seolah kurang terdidik. Dengan demikian, perlu adanya pendidikan yang mengarah pada pengenalan jati diri sebagai bagian dari bangsa yang memiliki kekayaan nilai budaya yang luhur sehingga mewujud dalam karakter setiap warganya. Seperti diungkapkan oleh Hidayat (2012:2), salah satu solusi untuk menanggulangi kemerosotan moral di antaranya melalui pendidikan karakter. Di antaranya adalah dengan menggali kekayaan luhur budaya bangsa dalam khazanah sastra Indonesia. Kekayaan luhur nilai budaya bangsa salah satunya terdapat dalam khazanah sastra Indonesia yang sangat beragam, termasuk sastra daerah Sunda di dalamnya. Kekayaan luhur nilai budaya tersebut di antaranya adalah terdapat dalam cerita prosa rakyat, yang sarat dengan nilai-nilai budaya bangsa sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kekayaan nilai budaya Yang Yang Merdiyatna, 2012 Penggalian Nilai-nilai Budaya Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 2 luhur bangsa yang terdapat dalam khazanah cerita prosa rakyat harus digali dan dimanfaatkan dalam pendidikan formal maupun non formal. Pada masyarakat yang masih memiliki tradisi bercerita, karya sastra biasanya sebagai sarana pendidikan untuk membimbing anak agar berperilaku baik. Menurut pengalaman peneliti, pada malam hari orangtua biasanya bercerita sambil meninabobokan anaknya. Mereka bercerita tentang peristiwa yang kejadiannya pernah terjadi di lingkungannya atau cerita-cerita rakyat yang telah tertuliskan dalam sebuah buku. Cerita itu biasanya tentang seseorang maupun tentang suatu tempat. Namun, kejadian tersebut terjadi jauh sebelum zaman sekarang. Cerita-cerita tersebut biasanya sarat dengan keunggulan lokal atau kebudayaan daerah tertentu. Cerita itu dituturkan oleh orangtua kepada anaknya atau orang yang lebih tua kepada yang muda. Cerita-cerita itu biasanya diturunkan secara pewarisan dari satu generasi kepada generasi yang lebih muda, baik secara lisan maupun tertuliskan. Dengan demikian, hal itu pun membuktikan bahwa pada hakikatnya manusia itu sendiri makhluk bercerita dan senang terhadap cerita-cerita. Ceritacerita tersebut merupakan bagian dari sastra lisan. Hutomo (1991:62) mengungkapan bahwa bahan yang bercorak cerita dalam sastra lisan dapat berupa cerita-cerita biasa, mitos, legenda, epik, cerita tutur (balada), dan memori (kisah). Pada saat ini perhatian masyarakat terhadap kesusastraaan lisan dirasakan sudah berkurang. Misalnya, cerita rakyat yang sangat besar perannya untuk memberikan pendidikan dan penghiburan, sudah tergeser oleh sarana hiburan modern. Cerita rakyat akan tetap terjaga jika diturunkan (diceritakan) dan

3 3 dipelihara (dituliskan) oleh masyarakat penerusnya dan pada umumnya dalam pendidikan formal atau nonformal. Namun, kebanyakan mereka tidak tahu, bahkan cerita di daerahnya sendiri pun. Dengan demikian, cerita-cerita itu pun mulai terlupakan dan hanya sedikit yang masih tahu. Indonesia memiliki khazanah sastra yang sangat beragam. Salah satunya adalah sastra daerah yang tersebar di seluruh Indonesia (atau bisa disebut sebagai sastra nusantara). Hal tersebut sebagai usaha masyarakat untuk mempertahankan kekayaan tradisi nenek moyang. Sastra lisan merupakan bagian dari sastra daerah. Penyebarannya dilakukan secara turun temurun dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya. Pada saat ini sastra lisan sudah ada juga yang menuliskannya sehingga memudahkan dalam pencarian data cerita rakyat yang susah dicari penuturnya. Pada khazanah sastra daerah di Indonesia, terdapat nilai-nilai kebudayaan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, khazanah sastra yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia harus diperlakukan sebagai khazanah sastra Indonesia dan bagian dari kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, nilai-nilai dari kebudayaan lokal dapat menjadi muatan positif bagi siswa sebagai bagian dari suatu bangsa yang beragam macam budayanya. Kebudayaan di Indonesia sangat beragam: tradisi lisan, tulisan, dan bahkan bukan tulisan. Seperti yang diungkapkan Koentjaraningrat (2009:144), kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Dengan demikian, produk sastra pun dapat dikatakan merupakan bagian

4 4 dari kebudayaan dan kebudayaan di Indonesia yang sangat beragam itu terdapat juga dalam sastra daerah yang ada di Indonesia. Sastra daerah tersebut terdiri dari beragam macam khazanah, seperti cerita rakyat, ungkapan, puisi rakyat, pantun, dan karya lainnya. Khazanah tersebut memiliki peran sebagai salah satu unsur kebudayaan dari Indonesia. Salah satu sastra daerah di Indonesia adalah sastra daerah Sunda atau kesusastraan Sunda. Sastra daerah Sunda bukan suatu unsur kebudayaan yang hanya dikenal di lingkungan yang kecil, tetapi dikenal juga secara luas dalam masyarakat (Koentjaraningrat dkk. 1999:310). Dengan demikian, kebudayaan itu pun harus diketahui oleh lingkup masyarakat Sunda khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal itu sebagai landasan kehidupan bangsa Indonesia yang beragam macam budaya. Sebagai bagian dari khazanah sastra Indonesia, sastra daerah Sunda sudah ada yang terdokumentasikan, salah satunya dibukukan. Namun, masih banyak yang belum terdokumentasikan sehingga orang-orang pun ada yang melupakan khazanah sastra yang ada di daerahnya. Selain disebabkan ada yang beleum terdokumentasikan, terlupakannya khazanah sastra daerah juga disebabkan oleh: sudah tidak adanya penutur, tergeser oleh sarana hiuran moderen, dan pewarisan yang kurang. Seperti diungkapkan Rosidi (1430 H:11), ngeunaan kasusastran Sunda mah! Masih réa kénéh pisan bahan-bahan anu tacan kacatatken, tacan kakumpulkeun-kakumpulkeun acan! Nu geus kakumpulkeun ogé ngahunyud kénéh anu tacan kabaca, tacan kapesék, ku kituna tacan kapaluruh eusina. (Berkenaan kesusastraan Sunda! Masih sangat banyak bahan-bahan yang belum tercatat, juga

5 5 belum terkumpulkan! Yang sudah terkumpulkan juga masih menumpuk yang belum terbaca belum tergali, oleh karena itu belum terkaji isinya). Pernyataan itu menjelaskan bahwa sastra daerah Sunda masih banyak yang belum termanfaatkan dengan baik sehingga masih terbuka lebar untuk dilakukan penelitian. Sementara itu, nilai budaya dalam khazanah sastra daerah dapat dimanfaatkan sebagai keunggulan unsur kebudayaan lokal dalam membentuk karakter bangsa. Penggalian nilia-nilai yang ada pada sastra daerah, dapat membantu pendidikan yang harus mampu membangun jati diri bangsa, seperti yang telah terbahas presiden Indonesia pada hari pendidikan nasional Oleh karena itu, sangat penting melakukan penggalian nilai-nilai budaya dalam khazanah sastra daerah. Permasalahan sudah mulai pudarnya jati diri bangsa yang telah dibahas pada awal bab ini, dapat dibangkitkan kembali dengan menggali dan memahami nilainilai budaya dalam cerita rakyat. Hal itu disebabkan nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat mencerminkan nilai luhur bangsa sebagai jati diri bangsa. Dengan demikian, sangat perlu untuk digali dan dimanfaatkan dalam proses pendidikan. Peneliti mencoba menemukan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sastra daerah dalam rangka menanamkan karakter positif pada diri siswa. Hal tersebut pernah muncul juga dalam sebuah diskusi konferensi internasional. Diskusi itu memunculkan ide tentang konsep pendidikan karakter dari keunggulan budaya lokal. Oleh karena itu, sastra daerah (khususnya daerah Sunda) harus bisa digali dan dimanfaatkan nilai-nilai budayanya sebagai keunggulan khazanah sastra Indonesia dalam proses pendidikan.

6 6 Seperti yang telah diuraikan di atas, sastra daerah Sunda sangat beragam, salah satunya adalah cerita prosa rakyat. Nilai-nilai budaya dari cerita-cerita tersebut akan sangat bermanfaat ketika dimanfaatkan dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, lebih khususnya dalam apreasiasi sastra. Dengan memanfaatkannya dalam pembelajaran, nilai-nilai budaya itu akan membantu pengembangan karakter positif pada diri siswa. Hal itu sangat berkaitan dengan tujuan pengajaran bahasa dan satra Indonesia, yaitu: menumbuhkan keterampilan; rasa cinta; dan penghargaan para siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia sebagai bagian dari budaya warisan leluhur (Noor, 2011:75). Hal itu sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum, yang di antarany adalah: (1) peserta didik memiliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (2) peserta didik memiliki kemampuan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan menggali nilai-nilai budaya dalam cerita-cerita rakyat Sunda di Kabupaten Ciamis. Namun, cerita itu dibatasi yang berlatarkan kerajaan dan hanya beberapa tempat. Penelitian ini memperhatikan juga kaitan cerita rakyat dengan fungsi cerita pada kolektif masyarakat pendukungnya dan pada umumnya, serta pemanfaatannya dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi peserta didik dengan warisan budaya leluhur bangsa yaitu keunggulan kebudayaan lokal yang terkandung dalam cerita rakyat. Peneliti melakukan penelitian pada cerita rakyat dari daerah Sunda dengan

7 7 judul Penggalian Nilai-nilai Budaya dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Ciamis serta Kontribusinya sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra yang Mengandung Nilainilai Karakter dan Proses Pembelajarannya di MAN Cipasung Kecamatan Singaparna Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian sastra daerah pernah ada yang melakukan, seperti yang telah dilakukan oleh Sudarmono (2009) dengan judul Melestarikan Seni Tradisi Gaok Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian itu bertumpu pada teks dan pertunjukan sehingga memperhatikan juga pada aspek pertunjukan. Penelitian yang akan dilakukan hanya bertumpu pada teks cerita sehingga tidak ada kaitan dengan aspek pertunjukan. Penelitian ini hanya pada aspek struktur, konteks, dan fungsi. Seperti pendapat Stanton (2007:22) bahwa salah satu unsur pembentuk karya sastra di antaranya fakta cerita atau struktur faktual (alur, tokoh, latar) dan tema. Sementara itu fungsi merupakan salah satu ciri dari cerita rakyat itu sendiri yang memiliki fungsi tersendiri. Salah satunya adalah seperti yang dikemukakan Hutomo (1991:69) yang berfungsi sebagai sistem proyeksi yaitu pengidam-idaman atau angan-angan di bawah sadar seseorang yang ingin menjadi lebih dari yang sedang dikuasainya. Setelah itu, kajian tersebut dijadikan upaya penggalian nilai budaya dari dalam cerita rakyat daerah Sunda di Kabupaten Ciamis dan pemanfaatannya dalam pembelajaran apresiasi sastra yang mengenalkan kembali jati diri bangsa. Penelitian sejenis tentang tradisi lisan pernah dilakukan oleh Badrun (2003), yaitu tentang patu mbojo dari daerah Bima. Penelitian tersebut pun berorientasi pada pertunjukan dan konteksnya karena dianggap memungkinkan melihat objek

8 8 penelitian sebagai produk tradisi lisan secara komprehensif dan melihat objek penelitian sebagai bagian integral dari budaya Bima. Kaitannya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah ada persamaan pada telaah struktur dan fungsi. Namun, sangat berbeda dalam hal konteks pertunjukan dan proses penciptaan yang tidak ada dalam penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dan berbeda dalam hal pemanfaatan dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini. Selain itu, ada pula penelitian legenda orang suci yang telah dilakukan terhadap kehidupan dan ajaran yang dikembangkan para sufi. Seperti studi kasus yang difokuskan pada ketokohan Syekh Abdul Muhyi, yang sudah dilakukan oleh Christomi untuk bahan disertasinya di Australian National University, Canberra tahun Namun, penelitian tersebut hampir seluruhnya dioperasionalkan dengan pendekatan filologis dan antropologis dengan tema utama seputar asalusul tokoh sufi, karya-karya tasawuf yang dihasilkan, jaringan pesantren serta perkembangan tarekat; bukan hanya di Jawa Barat melainkan juga pengaruhnya sampai ke luar Indonesia. Penelitian sejenis lainnya yang pernah dilakukan di daerah Ciamis adalah oleh Maryanti (2011) dengan judul Carita Maung Panjalu: Struktur, Konteks Penuturan, Proses Penciptaan, dan Fungsi. Penelitian tersebut hanya mengkaji cerita prosa rakyat Maung Panjalu dari segi sastra lisannya saja, tidak ada kajian yang mengaitkan dengan nilai budaya, bahan ajar, nilai karakter, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan penelitian tersebut. Penelitian tersebut pun tidak memperlihatkan adanya kaitan

9 9 nilai budaya yang sangat penting kontribusinya untuk dijadikan bahan ajar yang mengandung nilai-nilai karakter yang bersumber dari keunggulan lokal cerita prosa rakyat dan tidak terlihat usaha proses pembelajarannya. Seperti diungkapkan oleh Hidayat (2012:2), pentingnya mengembangkan bahan ajar yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia dengan bertemakan pendidikan karakter. Hal itu dapat dilakukan juga salah satunya dengan mengambil pelajaran nilai luhur budaya bangsa yang terkandung dari dalam cerita rakyat. Dari uraian penelitian terdahulu di atas, penelitian ini tidak hanya mengkaji secara keilmuan murni, tetapi disertai dengan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat dapat dijadikan muatan positif dalam bahan ajar apresiasi sastra yang mengandung nilainilai karakter. 1.2 Fokus Masalah Penelitian Cerita rakyat yang diteliti adalah cerita-cerita rakyat Sunda yang ada di daerah Kabupaten Ciamis. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil cerita rakyat dari tiga tempat, yaitu: Karangkamulyan, Panjalu, dan Kawali. Pemilihan daerah secara khusus ini merupakan pilihan yang cukup praktis bagi peneliti. Hal itu mengingat waktu penelitian yang cukup singkat dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk lebih fokus dalam melakukan penelitian. Peneliti memfokuskan penelitian hanya pada cerita rakyat yang berbentuk legenda dari Kabupaten Ciamis yang terdapat di daerah Karangkamulyan, Panjalu, dan Kawali. Dalam kajiannya difokuskan pada cerita-cerita yang terdapat di

10 10 tempat tersebut yang berhasil peneliti himpun. Ketiga tempat tersebut dipilih dengan anggapan peneliti pada observasi awal bahwa adanya beberapa kesamaan atau keterkaitan cerita, yaitu cerita prosa rakyat yang berkaitan dengan latar kerajaan yang sarat dengan nilai dan motif tertentu. Data cerita tersebut ada yang dituturkan langsung dan sudah tertuliskan yang terdapat di masing-masing tempat tersebut. Kajian terhadap cerita-cerita rakyat tersebut di antaranya melalui: (1) analisis struktur, konteks situasi, dan fungsi cerita; (2) penggalian nilai-nilai budaya dari dalam cerita; dan (3) pemanfaatan cerita dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra, khususnya apresiasi sastra di kelas X MAN Cipasung Kecamatan Singaparna. Dengan melakukan pemanfaatan hasil penelitian dalam pembelajaran bahasa dan sastra, memperlihatkan bahwa penelitian yang dilakukan bermanfaat dalam dunia pendidikan. Selain itu, pemilihan kelas X di MAN Cipasung Kecamatan Singaparna cukup memudahkan dan terjangkau dengan jangka waktu penelitian ini, dan sesuai dengan kesempatan yang diberikan oleh pihak Madrasah. Sementara yang berkaitan dengan menguji keefektifan, itu dapat menjadi saran untuk penelitian selanjutnya dan dapat dilakukan juga oleh pihak lain. 1.3 Asumsi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa asumsi penelitian atau anggapan dasar untuk lebih menguatkan latar belakang masalah penelitian. Anggapan dasar yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.

11 11 1) Pada cerita-cerita rakyat yang terdapat di daerah Karangkamulyan, Kawali, dan Panjalu Kabupaten Ciamis terkandung nilai-nilai budaya. 2) Nilai-nilai budaya tersebut dapat dimanfaatkan atau berkontribusi terhadap pendidikan karakter. 3) Cerita-cerita rakyat tersebut dapat dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi sastra 4) Cerita-cerita rakyat tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran apresiasi sastra. 1.4 Rumusan Masalah Penelitian Setelah memfokusan penelitian, penulis mengarahkan penelitian ini ke dalam pertanyaan berikut. 1) Bagaimana struktur, konteks situasi, dan fungsi cerita rakyat di Kabupaten Ciamis? 2) Bagaimana nilai-nilai budaya tercermin dalam cerita rakyat di Kabupaten Ciamis? 3) Bagaimanakah kontribusi nilai budaya yang tercermin dalam cerita rakyat di Kabupaten Ciamis terhadap nilai-nilai karakter? 4) Bagaimana pemanfaatan cerita rakyat dalam proses pembelajaran apresiasi sastra di MAN Cipasung Kecamatan Singaparna tahun pelajaran 2011/2012? 1.5 Tujuan Penelitian

12 12 Sesuai dengan pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui struktur, konteks situasi, dan fungsi cerita rakyat di Kabupaten Ciamis, 2) mengetahui nilai-nilai budaya yang tercermin dalam cerita rakyat di Kabupaten Ciamis, 3) menemukan kontribusi atau andil nilai budaya yang tercermin dalam cerita rakyat di Kabupaten Ciamis terhadap nilai-nilai karakter, dan 4) mendeskripsikan hasil pemanfaatan cerita rakyat dalam proses pembelajaran apresiasi sastra di MAN Cipasung Kecamatan Singaparna tahun pelajaran 2011/ Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Dalam hal teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang sastra. Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan akan menambah wawasan pengetahuan tentang khazanah sastra Indonesia, khususnya tentang khazanah cerita rakyat di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan data informasi cerita rakyat serta pembelajarannya di lembaga pendidikan. Oleh karena itu, bagi peneliti lain yang memiliki perhatian besar terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya cerita rakyat, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan perbandingan, rujukan, serta pemikiran lain dalam pengkajian lainnya.

13 Manfaat Praktis Dalam hal praktisnya, penelitian ini pun dapat bermanfaat bagi masyarakat sendiri supaya cerita-cerita pada masyarakat tidak hilang begitu saja. Hal itu disebabkan sangat besar perannya untuk memberikan pengajaran dan penghiburan yang kini kurang diminati. Dengan demikian, cerita ini dapat diberikan kembali pada generasi berikutnya, baik secara formal dalam pendidikan melalui pemanfaatan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berkarakter serta berlandaskan keunggulan kebudyaan lokal maupun non formal dalam lingkungan masyarakat. 1.7 Definisi Operasional Penelitian Dalam setiap penelitian ada definisi operasional, agar tidak terjadi perbedaan pemahaman penafsiran. Pada bagian ini beberapa istilah penulis definisikan sesuai dengan konteks penelitian yang akan dilakukan. 1) Penggalian dalam penelitian ini adalah suatu upaya mencari atau menemukan sesuatu. 2) Nilai-nilai Budaya dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai keseluruhan sistem berpikir, religi, pandangan hidup, moral, norma, dan keyakinan manusia, yang mewujud dalam lima pilar utama yaitu hubungan: manusia dengan Penciptanya; manusia dengn sesama makhluk; manusia dengan karyanya; manusia dengan alam; dan manusia dengan waktu.

14 14 3) Cerita rakyat di Kab. Ciamis dalam penelitian ini adalah kisahan yang biasanya beredar secara lisan dan juga tertuliskan yang berlatarkan kerajaan yaitu di daerah Karangkamulyan, Kawali, dan Panjalu. 4) Kontribusi dalam penelitian ini adalah sumbangan atau andil terhadap sesuatu. 5) Bahan ajar apresiasi sastra dalam penelitian ini adalah muatan materi pelajaran yang dijadikan sebagai upaya mengembangkan potensi keterampilan, rasa cinta, dan penghargaan peserta didik terhadap karya sastra Indonesia sebagai bagian dari budaya warisan leluhur yang kaya dengan nilai-nilai yang positif sehingga membekas dalam diri peserta didik. 6) Nilai-nilai karakter dalam penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang dapat membantu menjadikan peserta didik (dengan sadar, sistematis, dan terencana) terbiasa menjalankan nilai dasar yang sangat penting untuk dibiasakan, sehingga terpatri dalam diri yang mewujud baik dalam pikiran maupun tindakan, bersama-sama baik peserta didik maupun pendidik. 7) Proses pembelajaran dalam penelitan ini adalah upaya pemanfaatan atau pelaksanaan atas hasil kajian yang telah dilakukan ke dalam proses pembelajaran apresiasi sastra. 1.8 Paradigma Penelitian Paradigma ini adalah pola pikir yang dilakukan oleh peneliti. Paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema di bawah ini.

15 15 Teori Folklor Teori Budaya, Pendidikan Karakter Sastra Lisan (Cerita Rakyat) Analisis Struktur, Konteks Situasi, Fungsi, dan Nilai Budaya Kontribusi Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Terhadap Nilai-Nilai Karakter Bahan Ajar Apresiasi Sastra yang Mengandung Nilai-Nilai Karakter dan Proses Pembelajaran Apresiasi Sastra Standar Kompetensi: Mendengarkan 13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan Kompetensi Dasar: 13.1 Menemukan halhal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman Kompetensi Dasar: 13.2 Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman Bagan 1.1 Paradigma Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar.. ii Daftar Isi iii Daftar Bagan dan Tabel. viii

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar.. ii Daftar Isi iii Daftar Bagan dan Tabel. viii DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar.. ii Daftar Isi iii Daftar Bagan dan Tabel. viii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 1.2 Fokus Masalah Penelitian.. 9 1.3 Asumsi Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Sunda pada umumnya sudah mengenal dengan kata Siliwangi dan Padjajaran. Kedua kata tersebut banyak digunakan dalam berbagai hal. Mulai dari nama tempat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Legenda merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Di Indonesia terdapat berbagai macam legenda yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja

Lebih terperinci

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan telah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan berbahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena adanya bukti-bukti berupa tradisi dan peninggalan-peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak folklor yang telah berkembang dari dulu hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berbahasa sangat erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa. Empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menulis, berbicara, menyimak, dan membaca.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pula masuk ke negara Indonesia. Globalisasi sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa, identitas bangsa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami perkembangan. Karena itu, agar keberadaan karya sastra dan pengajarannya tetap tegak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang luas, beragam suku tersebar di berbagai wilayah, dan memiliki sumber daya manusia yang unik pula.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan penelitian, yaitu: 1. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk budaya, berbicara mengenai makhluk budaya tentu saja kita akan kembali membahas tentang asal muasal manusia atau hakikat dari manusia

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara teoretis kita dapat melakukan berbagai macam bandingan, di antaranya (a) bandingan intratekstual, seperti studi filologi, yang menitikberatkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi media pengucapan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception 88 BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN A. Analisis Resepsi 1. Pengertian Resepsi Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian terhadap cerita rakyat berjudul Carita Maung Panjalu ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci