KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE. Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE. Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan TESIS"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan TESIS Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan Diajukan oleh : Sumardiono S PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 digilib.uns.ac.id KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan Disusun oleh: Sumardiono S Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal : Pembimbing I Pembimbing II Prof. Drs. M.R Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana NIP NIP Mengetahui Ketua Program Studi Linguistik Prof. Drs. M.R Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. NIP ii

3 digilib.uns.ac.id KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan Oleh: Sumardiono S Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : 22 Juli 2011 Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Prof. Dr. Djatmika, M.A. Sekretaris Dr. Tri Wiratno, M.A..... Anggota Penguji : 1. Prof. Drs. MR Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. 2. Prof. Dr. M Sri Samiati Tarjana Mengetahui Surakarta, 22 Juli 2011 Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Linguistik Prof. Drs. Suranto,M.Sc.,Ph.D. Prof. Drs. MR Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. NIP commit NIP. to user iii

4 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Sumardiono NIM : S menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE (Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Terjemahan) adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan, Sumardiono iv

5 digilib.uns.ac.id Bahasa telah menjadikan terang peradaban manusia. Mengabarkan kisah, pengetahuan dan cinta dari generasi ke generasi. v

6 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Untuk yang berkhidmad pada linguistik, penerjemahan dan pragmatik vi

7 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Tesis ini adalah hasil kerja keras dan penantian yang panjang. Tanpa dukungan moral dan sokongan semua pihak, mustahil tesis ini bisa tersaji seperti saat ini. Penulis mengapresiasi setiap dukungan dan sokongan dari semua pihak dan mengucapkan terimaksih yang tulus kepada: 1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2. Ketua dan sekretaris Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan mewujudkan cita-cita di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 3. Prof. Drs. MR Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D., sebagai dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberi pencerahan dan yang telah membuat penulis tertarik menggeluti dunia penerjemahan. 4. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, M.A., sebagai dosen pembimbing II yang telah membagi ilmunya, menuntun dengan sabar dan memberi inspirasi tentang menariknya bidang pragmatik. 5. Prof. Dr. Drs. Joko Nurkamto, MPd, selaku kepala UPT P2B UNS dan Ibu Fitria Akmerti, S.S, M.A. yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk beraktualisasi diri dan mendorong untuk segera menyelesaikan tesis ini. vii

8 digilib.uns.ac.id 6. Drs. Sutoyo, M.Pd. dan Dra Sri Hartini, M.Pd., selaku pimpinan FKIP UNISRI yang telah memberi banyak kesempatan dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini. 7. Sri Handayani S. Pd, M. Hum. dan Ulupi Sitoresmi, S.S selaku pimpinan PBI FKIP UNISRI yang telah berbagi semangat dan saling mengingatkan akan tugas akademik kami untuk segera menyelesaikan studi. 8. Teman-teman UPTP2B dan SAC yang telah memberi semangat sepanjang penulisan tesis ini: Mbak Nunung, Mbak Novi, Mbak Kartini, Beta, Maya yang telah meluangkan waktu berbagi suka dan duka. 9. Keluarga penulis, Bapak, Ibu, kakak, adik yang telah lama menanti mendengar kabar kapan penulis lulus dari S Teman-teman PBI FKIP UNISRI: Pak Setya yang telah menjadi model untuk bagaimana menjalani hidup, Bu Fenti, Pak Yudis, Bu Evi, Bu Dewi, Pak Lukman, Bu Ayu, Bu Riyani, untuk semua dukungan dan semangat yang telah kita bagi bersama. 11. Ardianna Nuraini dan Umi Pujiyanti Beta dan Bayu untuk semua diskusi yang menggairahkan tentang penerjemahan dan pragmatik. 12. Teman-teman S2: Umi, Devi, Budiarti, Pak Anshori, Pak Zainal, Maya, Mbak Nuning, Ninuk, dan Mbak Maria atas waktu yang telah kita lalui bersama di S2 Pasca Sarjana UNS. 13. Semua teman dan sahabat yang penulis kenal dan telah memberi kontribusi baik langsung maupun tak langsung pada penulisan tesis ini. viii

9 digilib.uns.ac.id Penulis berharap penelitian ini akan memberi manfaat pada rekan-rekan yang menggeluti bidang penerjemahan dan pragmatik. Penulis juga mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun. Surakarta, Juli 2011 Penulis ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PERSETUJUAN PENGESAHAN... PERNYATAAN MOTTO.... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK ABSTRACT..... ii iii iv v vi vii x xiii xiv xv xvi xvii BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian..... BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian teori Penerjemahan..... a. Pengertian Penerjemahan b. Proses Penerjemahan.. c. Teknik Penerjemahan... d. Kualitas Penerjemahan Pragmatik Cakupan Pragmatik x

11 digilib.uns.ac.id a. Deiksis b. Tindak Tutur (Speech Act)..... c. Pressuposition d. Implikatur Percakapan.... e. Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan Pragmatik dan Penerjemahan Implikatur dan Penerjemahan Penerjemahan dan Budaya Sekilas novel The Da Vinci Code Penelitian Sejenis B. Kerangka Pikir BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Sasaran Penelitian.... B. Bentuk dan Strategi Penelitian.. C. Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data.... E. Validitas Data.... F. Teknik Cuplikan..... G. Teknik Analisis Data..... H. Prosedur Penelitian BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian..... B. Pembahasan BAB V: SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan..... B. Saran xi

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1: Teknik Penerjemahan Tabel 2: Implikatur dan Ilokusi Tidak Langsungnya Tabel 3: Implikatur dan Maksim-Maksim yang Terlibat.181 Tabel 4: Teknik Penerjemahan dan Pergeseran daya Pragmatis Tabel 5: Keakuratan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan..199 Tabel 6: Keberterimaan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan Tabel 7: Jenis Implikatur, Teknik Penerjemahan, Pergeseran Daya Pragmatis dan Kualitas Penerjemahan 205 xiii

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR DIAGRAM Diagram 1: Proses penerjemahan menurut Larson Diagram 2: Proses Penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto. 16 Diagram 3: Kerangka Pikir...55 xiv

15 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Data Penelitian Lampiran 2: Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan Rater 1 Lampiran 3: Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan Rater 2 xv

16 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Sumardiono. S KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code diterjemahkan. Penelitian difokuskan pada jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran pada novel The Da Vinci Code, teknik-teknik yang diterapkan dan bagaimana pola pergeseran daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran serta tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data diperoleh dengan menggunakan beberapa metode, yaitu metode catat simak, kuesioner dari para informan, serta wawancara dengan mereka. Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal. Sumber data diperoleh dari novel The Da Vinci Code karya Dan Brown dan terjemahannya oleh Isma B. Koesalamwardi. Penelitian penerjemahan ini berorientasi pada produk. Hasil penelitian ini menunjukan ada empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya; asertif, direktif, komisif dan ekspresif. Implikatur yang ditemukan pada penelitian ini berkecenderungan merupakan ujaran yang memanfaatkan maksim-maksim dari prinsip kerjasama (PK) dan maksim-maksim dari prinsip kesantunan (PS). Sebagian besar tidak terjadi pergeseran daya pragmatis pada ujaran terjemahan, sebagian mengalami pergeseran daya pragmatis. Ada 13 teknik yang digunakan penerjemah. Sebagian besar teknik yang diterapkan tidak mengubah daya pragmatis ujaran sementara beberapa teknik mengakibatkan pergeseran pragmatis. Tingkat keakuratan terjemahan bernilai rerata 2,86 sedangkan tingkat keberterimaan terjemahan bernilai rerata 2,85. Peneliti menyimpulkan bahwa terjadi pergeseran daya pragmatik pada sebagian terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Pergeseran daya pragmatik terjadi karena teknik penambahan, penghapusan dan eksplisitasi yang diterapkan pada ujaran. Tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran juga dipengaruhi oleh teknikteknik yang diterapkan penerjemah. Kata kunci: implikatur, teknik penerjemahan, keakuratan, keberterimaan, pergeseran daya pragmatis, maksim, prinsip kerjasama, prinsip kesantunan xvi

17 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Sumardiono. S A TRANSLATION STUDY ON UTTERANCES WITH IMPLICATURE IN THE DA VINCI CODE (A NOVEL) A Pragmatic Review on Translation. Thesis. Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. This research aims at describing how utterances with implicature in The Da Vinci Code (a novel) are translated. The research focused on the types of implicature of the utterances, the techniques applied and the shift pattern of the pragmatic force of the target text as well as the accuracy and acceptability of the translation. The method applied in this research was descriptive qualitative. The data were obtained by some methods, namely content analysis, questionnaire, and interview. The research is a single case study. The source of data was The Da Vinci Code (a novel) by Dan Brown and its translation by Isma B. Koesalamwardi. This translation research is product oriented. The finding shows that there are four types of implicature, namely assertive, directive, commisive and expressive. The implicatures found in this research are mostly utterances utilizing the maxims of cooperative principles and those of politeness principles. Most of the translations do not have pragmatic shifts but some do. There are 13 translation techniques applied by the translator most of which do not shift the pragmatic force and some of them do. The accuracy rate of the translation is 2.86 and the acceptability rate is The conclusion states that some of the translations shift the pragmatic force. It is affected by the application of addition, deletion and explicitation. The accuracy and the acceptability are also affected by the application of the technique. Key words: implicature, translation technique, accuracy, acceptability, pragmatic shift, maxim, cooperative principles, politeness principles. xvii

18 digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerjemahan secara definisi merupakan proses pengalihan pesan dari satu kode ke kode lain. Penerjemahan dengan demikian melibatkan dua kode sekaligus. Keterlibatan dua kode dengan peran mengalihkan pesan mengandung konsekwensi bahwa penerjemahan berfungsi menjembatani dua sistem yang berbeda, baik sistem gramatika dalam ranah linguistik maupun sistem kultural di luar ranah linguistik. Dua kode dengan dua sistem yang berbeda ini dihubungkan oleh apa yang dinamakan unsur dalam atau deep structure yang kemudian dipindahkan ke bentuk kode lain yang terealisasikan lewat struktur permukaan atau surface structure. Proses penerjemahan, diawali dengan kegiatan menangkap unsur dalam sebuah teks lewat pemahaman leksis, gramatika dan teks bahasa sumber. Tahap berikutnya, lewat sistem leksis, gramatika dan teks bahasa sasaran, pesan atau struktur dalam direalisasikan dalam bentuk kata, frasa, klausa, kalimat dan teks bahasa sasaran. Penerjemah berusaha memahami maksud penutur/penulis asli yang memproduksi teks bahasa sumber yang ditujukan untuk pembaca bahasa sumber, kemudian dia menciptakan kembali teks dengan bahasa sasaran untuk pembaca bahasa sasaran (Farwell dan Heimrich, 2007:l2). Yang terjadi pada proses penerjemahan pada dasarnya adalah pengalihan pesan. Dalam proses pengalihan commit pesan to atau user makna ini diperlukan perangkat-

19 digilib.uns.ac.id 2 perangkat untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Karena itu, sebagai ilmu terapan, penerjemahan memerlukan disiplin ilmu lain untuk membantu memahami makna teks bahasa sumber. Disiplin ilmu yang terlibat dalam proses pemahaman ini meliputi linguistik sebagai penjelas prosesproses bahasa pada tataran morfologis, sintaksis maupun discourse. Linguistik merupakan disiplin yang menjembatani pemahaman teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Linguistik berperan untuk mengetahui konfigurasi morfologis, sintaksis dan teks dalam membentuk sebuah makna. Pembentukan makna leksikal sebuah kata harus dipahami lewat susunan morfologisnya. Dalam bahasa Inggris, misalnya, akhiran s atau es diberikan pada kata benda untuk membentuk makna jamak/plural. Dari sini, seorang penerjemah memahami makna leksikal sebuah kata pada tataran morfologis dalam bahasa Inggris bahwa sebuah kata bermakna jamak apabila kata itu mengalami sufiksasi sibilant s atau es. Selanjutnya penerjemah merealisasikan bentuk jamak itu ke dalam kode kedua dengan memahami bagaimana, dalam bahasa sasaran, makna jamak direalisasikan. Pada tataran sintaksis, penerjemah misalnya memahami bahwa bentuk pasif dalam bahasa Inggris direalisasikan lewat subyek penderita yang diikuti bentuk to be dan diakhiri kata kerja dalam bentuk past participle. Setelah memahami bahwa bentuk ini bermakna pasif dalam bahasa Inggris, dia akan merealisasikannya dalam bahasa sasaran, misalnya bahasa Indonesia, dengan memahami bagaimana makna pasif dalam bahasa Indonesia direalisasikan. Dalam bahasa Indonesia, makna

20 digilib.uns.ac.id 3 pasif direalisasikan lewat subjek penderita diikuti kata kerja yang mendapatkan awalan di-. Tentu saja tidak hanya linguistik secara umum yang diperlukan untuk memahami teks bahasa sumber. Masih ada bidang linguistik lain yang bermanfaat untuk itu. Ketika seorang penerjemah berhadapan dengan sebuah kata yang tidak mempunyai padanan langsungnya dalam bahasa sasaran, dia membutuhkan semantik untuk membuat padanan pada tataran yang berbeda. Tataran kataperkata tentu saja terlalu sederhana untuk diterapkan dalam praktek penerjemahan. Kata stallion misalnya tidak bisa ditemukan padanan kataperkatanya dalam bahasa Indonesia. Untuk menerjemahkannya secara akurat, karena tidak ada padanan perkatanya, kita membutuhkan semantik agar padanannya tepat. Kata stallion mempunyai super ordinat horse dengan beberapa komponen makna tambahan. Stallion tidak hanya horse, tapi ia juga mengandung makna male. Dengan bantuan semantik, kita kemudian bisa mendapatkan padanan kata stallion, yaitu kuda jantan. Tentu saja dalam proses penerjemahan, pemahaman makna secara tekstual saja tidak cukup karena makna timbul tidak pada kata, frasa, atau kalimat tersebut secara mandiri. Makna muncul karena gesekan antara kata, frasa, atau kalimat dengan konteks di mana kata, frasa, atau kalimat itu muncul. Teks hanya dapat didekati melalui sebuah interpretasi (Farwell dan Heimrich, 2007:l2). Sebuah kegiatan memahami teks yang melibatkan sesuatu yang di luar teks itu sendiri, yaitu konteks.

21 digilib.uns.ac.id 4 Konteks diperlukan untuk menginterpretasikan ujaran atau kalimat bahasa sumber dan kemudian memproduksi ujaran atau kalimat bahasa target. Konteks juga bermanfaat untuk menghindari ketaksaan kalimat bahasa sumber. Tanpa konteks yang jelas, sebuah kalimat bisa bermakna ganda. Konteks meliputi dua hal; konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi meliputi siapa pembicara, siapa yang diajak bicara dan dalam situasi atau tempat seperti apa ujaran itu muncul. Kalimat atau ujaran yang sama bisa mempunyai makna yang berbeda bila diucapkan di tempat yang berbeda. Kalimat Ada bis! akan memiliki arti Kita bisa segera pulang. bila muncul di sebuah halte bis dengan orang-orang yang sudah lama menunggu untuk segera pulang dari tempat kerja atau kuliah. Tapi kalimat tersebut menjadi bermakna Awas minggir! apabila ujaran diucapkan ketika ada bis mau lewat sementara ada anak-anak yang sedang bermain sepak bola di tengah jalan. Bahasa tidak hanya digunakan untuk menggambarkan realitas atau kejadian tapi juga digunakan untuk menggambarkan situasi mental serta nilai-nilai kultural yang terlibat dalam proses komunikasi (Farwell and Heimrich, 2007:l). Oleh sebab itu, pemahaman seorang penerjemah tentang budaya bahasa sumber adalah mutlak. Konteks budaya meliputi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, keyakinan-keyakinan, serta sejarah yang membentuk perilaku kolektif sebuah masyarakat. Peran pragmatik, dengan begitu, tidak bisa diabaikan begitu saja. Menerjemahkan tanpa memperhatikan aspek pragmatik sebuah ucapan bisa berakibat fatal. Bahkan menurut pendekatan penerjemahan berbasis pragmatik,

22 digilib.uns.ac.id 5 sebuah teks tidak mengandung makna dengan sendirinya. Teks diproduksi karena penulis atau pembicara menginginkan sebuah maksud (Farwell dan Heimrich, 2007:l). Artinya, sebuah teks lahir karena kebutuhan si penutur untuk mengungkapkan sesuatu sebagai reaksi atas peristiwa atau keadaan di dalam atau di luar dirinya. Berikut sebuah contoh kasus penerjemahan yang memerlukan telaah pragmatik untuk mendapatkan makna yang lebih akurat. Ujaran berikut diambil dari novel The Da Vinci Code dan terjemahannya. (01) I hope I have not awoken you?" (02) Semoga saya tidak membangunkan anda Secara sekilas terjemahan di atas tampak sudah akurat. Pesan teks bahasa sumber (01) nampak sudah tersampaikan dengan baik pada teks bahasa sasaran (02). Ujaran (02) nampak sudah memenuhi kaidah gramatika bahasa Indonesia dengan pilihan leksis yang bagus. Secara sekilas pula pembaca akan percaya dengan terjemahan ini. Tapi, mari kita telaah konteks ujaran di atas. Ujaran (01) diucapkan di pesawat telpon oleh seorang petugas hotel kepada salah seorang tamunya di tengah malam. Landon, si penerima telpon baru saja bangun karena mendengar dering telpon. Di sini, kita melihat bahwa ungkapan I hope yang diikuti bentuk present perfect bukanlah sebuah ungkapan harapan. Dalam bahasa Inggris, ini disebut bentuk present impossible yang digunakan untuk menyatakan penyesalan. Dari

23 digilib.uns.ac.id 6 sisi pragmatik, ujaran (01) jelas melanggar maxim of relevance karena ujaran (01) jelas tidak relevan dengan konteks situasi bahwa si penelepon sudah membangunkan Landon, si penerima telepon. Apabila sebuah ujaran melanggar salah satu maksim maka kita bisa berasumsi bahwa ujaran itu mengandung implikatur. Dari analisis pragmatik, kita bisa menyimpulkan bahwa ujaran (01) adalah bentuk penyesalan si penutur karena telah membangunkan Landon, sehingga bentuk terjemahan yang tepat mestinya sebagai berikut: (03) Maaf, telah membangunkan Anda. Berikut ini contoh lain bagaimana penerjemah memanfaatkan pragmatik ke dalam proses penerjemahan untuk memperjelas pesan dalam bahasa sasaran yang diambil dari novel The Da Vinci Code. BSU Do all the drivers wear Rolex? the agent asked, pointing to Vernet s wrist. Vernet glanced down and saw the the glistening band of his absurdly expensive watch peeking out from beneath the sleeve of his jacket. Merde. This piece of shit? Bought it for twenty euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I ll sell it to you for forty. BSA Apa semua pengemudi memakai Rplex? Tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya yang sangat mahal itu. Silan. Jam murahan ini? Akumembelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?

24 digilib.uns.ac.id 7 Konteks situasi menunjukan Vernet, presiden bank penyimpanan Zurich berusaha mengeluarkan Langdon dan Sophie keluar dari gedung bank. Dia menyamar sebagai supir truk pengangkut barang. Sayang penyamarannya nyaris terungkap ketika Collet seorang agen yang menghadangnya mengetahuinya memakai jam tangan Rolex. Untungnya, Vernet bisa meyakinkan kalau itu adalah Rolex palsu. (04) I ll sell it to you for forty. (05) Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat? Pernyataan Vernet dalam teks bahasa Inggris (04) mengandung ilokusi tak langsung menawarkan. Pada teks bahasa sumber pesan ini terekam secara implisit. Oleh penerjemah, pernyataan Vernet ini diterjemahkan menjadi (05). Ilokusi tak langsung menawarkan dieksplisitkan menjadi ilokusi langsung menawarkan dalam kalimat Berminat? Tampak di sini penerjemah memanfaatkan pragmatik untuk memperjelas pesan yang ada dalam teks bahasa sumber; dari pesan implisit menjadi eksplisit. Pesan yang tersampaikan lewat impikatur menjadi eksplikatur. Contoh di atas memberi kita sebuah kesimpulan betapa pendekatan pragmatik sangat diperlukan ketika seseorang menerjemahkan, terutama apabila teks itu berupa teks percakapan dengan konteks situasi dan konteks kultural tertentu.

25 digilib.uns.ac.id 8 B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran yang mengandung implikatur pada teks bahasa sumber? 2. Bagaimana pola pergeseran daya pragmatis pada terjemahan ujaran yang mengandung implikatur? 3. Teknik penerjemahan apa yang diterapkan dan bagaimana pergeseran daya pragmatis yang diakibatkannya? 4. Bagaimana tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran teks bahasa sumber 2. Untuk mengetahui bagaimana pola pergeseran daya pragmatis pada terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. 3. Untuk mengetahui teknik penerjemahan yang diterapkan dan bagaimana pergeseran daya pragmatis yang diakibatkannya. 4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan.

26 digilib.uns.ac.id 9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Dalam penelitian ini peneliti berusaha menerapkan pendekatan pragmatik untuk menganalisis sebuah terjemahan, dalam hal ini terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Peneliti juga mencoba menjelaskan teknik-teknik yang diterapkan oleh penerjemah dan pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis dan tingkat keakuratan serta keberterimaan terjemahan. Penelitian ini diharapkan akan memberi gambaran bagaimana pendekatan pragmatik bisa dipakai dalam mengkaji terjemahan. Pemanfaatan maksimmaksim, baik maksim-maksim prinsip kooperatif maupun prinsip kesantunan untuk menelaah makna tersembunyi sebuah ujaran, akan sangat bermanfaat untuk menilai kualitas penerjemahan, terutama terjemahan untuk teks yang berupa karya fiksi, misalnya novel atau cerita pendek. 2. Manfaat Praktis Penerjemah membutuhkan banyak kompetensi, termasuk dalam hal ini kompetensi linguistik. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan para penerjemah untuk bisa memanfaatkan pragmatik agar hasil terjemahannya lebih akurat. Pragmatik meninjau makna tidak saja pada tataran leksikal mauupun gramatikal, pragmatik meninjau makna setelah kalimat/ujaran dikaitkan dengan konteks, bauk konteks situasi maupun konteks kultural. Oleh karena itu, seorang penerjemah dituntut untuk memiliki pengetahuan pragmatik yang cukup untuk bisa menyampaikan makna pada tataran yang lebih dalam. Dengan kata lain pemahaman pragmatik akan

27 digilib.uns.ac.id 10 membuat seorang penerjemah mampu melihat makna yang tersembunyi dari sebuah kalimat/ujaran, makna yang tidak diucapkan tapi dikomunikasikan.

28 digilib.uns.ac.id 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR B. Kajian Teori Penelitian ini membahas bagaimana ujaran yang mengandung implikatur diterjemahkan, teknik-teknik apa yang diterapkan penerjemah serta bagaimana pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis ujaran teks bahasa sumber serta tingkat keakuratan dan keberterimaan. Oleh karena itu pada bab II ini akan dibahas aspek-aspek teoretis yang akan mendukung analisis pada penelitian ini. Teori-teori yang akan dibahas meliputi teori-teori penerjemahan, antara lain; (1) pengertian perjemahan; (2) proses penerjemahan; (3) teknik penerjemahan, serta teori-teori pragmatik yang meliputi (1) pragmatik, dan (2) cakupan pragmatik, penerjemahan dan pragmatik, implikatur dan penerjemahan serta penerjemahan dan budaya. 1. Penerjemahan a. Pengertian Penerjemahan Meskipun secara garis besar mirip, setiap pakar penerjemahan mempunyai definisinya sendiri tentang penerjemahan. Pada bagian ini akan dibahas pengertian penerjemahan dari berbagai pakar serta persamaan dan perbedaan di antara mereka.

29 digilib.uns.ac.id 12 Larson mengatakan bahwa penerjemahan pada dasarnya adalah perubahan bentuk (Larson, 1984:2). Larson sangat menekankan perbedaan antara bentuk dan makna dalam proses penerjemahan. Bentuk bahasa yang terealisasikan melalui kata, frasa, klausa dan kalimat adalah struktur permukaan (surface structure) sementara makna atau pesan adalah struktur dalam (deep structure). Proses penerjemahan pada dasarnya adalah perubahan bentuk bahasa sumber ke bentuk bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan yang terjadi adalah transfer makna. Maknalah yang tetap konstan sedang bentuk berubah karena tiap bahasa punya cara yang berbeda dalam mengemas makna. Jadi jelaslah kiranya bahwa kesamaan bentuk dan makna yang sepenuhnya sejajar sulit dijumpai dalam penerjemahan. (Machali, 2000:144) Baker dengan teori kesepadanannya menyatakan bahwa tidak ada korespondensi satu-satu antara kata dan makna antar dua bahasa (Baker, 1992:11). Ini mengandung konsekuensi bahwa kesepadanan tidak selalu bisa tercapai secara linear. Apa yang disampaikan dalam suatu bahasa dengan kata mungkin perlu disampaikan dalam bentuk frasa atau bahkan klausa dalam bahasa lain. Baker menyusun kesepadanan dari tataran kata sampai tataran teks, Bahkan menurutnya, kesepadanan perlu dicapai pada tataran yang lebih tinggi dari itu, yaitu tataran pragmatik. Sementara itu Catford menyatakan bahwa penerjemahan adalah penggantian materi teks dari suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanannya dalam bahasa lain (bahasa target) (Catford, 1965:20). Dapat disimpulkan bahwa Catford memahami penerjemahan sebagai proses pencarian padanan teks bahasa

30 digilib.uns.ac.id 13 sumber untuk ditempatkan sebagai teks bahasa sasaran. Pendapat ini sedikit banyak mirip dengan pandangan Baker. Dari tiga pakar penerjemahan di atas, tampak ada benang merah yang menghubungkan ketiganya tentang penerjemahan. Ketiga pakar melibatkan dua hal penting yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran yang dihubungkan oleh makna atau pesan. Dapat pula disimpulkan, dari penjelasan di atas, bahwa penerjemahan bukanlah sekedar mengalihkan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ada sesuatu yang lebih substansial yang mesti dipertahankan, yaitu pesan, makna atau gagasan dari teks bahasa sumber. Dari sini kita kemudian menyadari langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan penerjemah ketika ia melakukan kegiatan penerjemahan b. Proses Penerjemahan Kata terjemahan bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah produk, sementara yang kedua adalah proses atau tindakan menerjemahkan (Munday, 2001:5). Menurut T. Bell (1991) terjemahan/translation merupakan konsep abstrak yang meliputi baik proses penerjemahan maupun hasil dari proses tersebut. Penerjemahan adalah proses rumit yang menuntut ketelitian dan kesungguhan. Tahap-tahap yang harus dilalui, meskipun secara garis besar mirip antara satu pakar dan pakar yang lain, adalah cerminan proses mental dalam diri penerjemah. Karena penerjemahan pada dasarnya adalah mentransfer makna dari teks bahasa sumber ke teks bahasa sasaran, maka minimal ada dua proses yang

31 digilib.uns.ac.id 14 selalu hadir yaitu proses dekonstruksi teks bahasa sumber dan proses rekonstruksi teks bahasa sasaran. Penerjemahan bisa diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa kalimat atau bahkan teks secara keseluruhan (Hatim & Munday, 2004:17). Proses penerjemahan diawali dengan mengidentifikasi leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks struktural teks bahasa sumber. Tahap selanjutnya adalah menganalisis untuk mendapatkan makna teks tersebut, baru kemudian merekonstruksi makna yang sama ini dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatika yang sesuai dengan bentuknya yang berterima dalam bahasaa sasaran (Larson, 1984:2). Proses penerjemahan secara tradisional adalah aktivitas yang berorientasi tujuan (bahasaa sasaran) dan bersifat praktis (Gorle, 1994: 67) Diagram 1: Proses penerjemahan menurut Larson (dikutip dari Larson, 1984)

32 digilib.uns.ac.id 15 Dengan kata lain, dalam prosesnya, seorang penerjemah mengubah struktur permukaan (surface structure) sebuah teks yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat dalam rangka menyampaikan semirip mungkin struktur dalam (deep structure) teks bahasa sumber, yaitu makna, pesan atau informasi. Artinya, yang berubah dalam penerjemahan adalah struktur permukaan sementara struktur dalam yaitu makna justru dipertahankan semaksimal mungkin. It is meaning which is being transferred and must be constant (Larson, 1984:3). Yang harus diketahui seorang penerjemah dalam proses rekonstruksi bentuk bahasa sumber ke bentuk bahasa sasaran adalah bahwa setiap bahasa punya cara yang berbeda dalam menyampaikan sebuah pesan yang sama. Perbedaan itu bisa pada tataran leksis maupun tataran gramatika. Untuk menyatakan informasi yang sama, misalnya bahwa si pembicara menderita pusing, seorang pembicara bahasa Inggris akan mengatakan, I have a dizzy. Orang Indonesia mungkin akan mengatakan, Kepala saya pusing. Sementara orang Jawa mengatakan, Sirahku mumet. Artinya apabila kita menerjemahkan kalimat bahasa Inggris di atas dengan terjemahan literal, Saya mempunyai rasa pusing atau aku nduwe rasa mumet maka penutur bahasa Indonesia dan Jawa akan merasa kalimat itu tidak lazim bahkan mungkin pada kasus-kasus tertentu akan terjadi kesalahpahaman. Pengunaan leksis mempunyai untuk menyatakan rasa sakit tentu tidak lazim atau tidak berterima dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa. Pada tataran gramatika, sintaksis, jelas bahasa Inggris menggunakan struktur kalimat verbal sementara bahasa Indonesia dan Jawa memilih menggunakan kalimat nominal. Pilihan ini sama skali bersifat arbriter. Seorang

33 digilib.uns.ac.id 16 penerjemah tidak bisa selalu terikat oleh bentuk leksikal maupun gramatikal bahasa sumbernya. Bila ia gagal melakukannya maka hasil terjemahan akan terdengar tidak wajar menurut penutur bahasa sasaran. Sementara, menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003) ada dua proses utama dan empat tahap dalam penerjemahan. Yang pertama adalah struktur lahir atau proses eksternal dan yang kedua adalah struktur batin atau proses internal. Di bawah ini digambarkan empat tahap tersebut seperti terlihat pada gambar 3. Evaluasi dan revisi Teks asli dalam BSu Teks terjemahan dalam BSa Analisis/ Pemahaman Proses eksternal Proses internal Restrukturisasi/ penulisan kembali Konsep, makna, pesan dari teks BSu transfer padanan Konsep, makna, pesan dalam BSa Diagram 2: Proses Penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003) 1) Tahap analisis. Pada tahap ini, penerjemah berusaha memahami teks bahasa sumber secara cermat. Penerjemah berusaha memahami hubungan antar kata, frasa dan kalimat teks bahasa sumber. Pada tataran gramatika, penerjemah berusaha mencari tahu bagaimana bahasa sumber menggunakan gramatika

34 digilib.uns.ac.id 17 untuk merealisasikan pesan. Ini adalah tahap di mana penerjemah bergelut dengan struktur permukaan teks bahasa sumber. 2) Tahap transfer. Setelah memahami struktur permukaan teks bahasa sumber, penerjemah melalui kompetensi linguistik bahasa sumber, berusaha mencerna kata, frasa, klausa dan kalimat untuk memahami makna atau struktur dalam di balik struktur permukaan teks tersebut. Penerjemah tidak hanya berusaha memahami makna pada tataran kata atau frasa saja, dia juga berusaha memahami makna pada tataran tekstual bahkan pada kasus-kasus tertentu pada tataran pragmatik. Proses ini berlangsung di dalam pikiran penerjemah sehingga proses ini termasuk dalam proses internal. 3) Tahap restrukturisasi. Setelah penerjemah memahami struktur dalam, makna atau pesan teks bahasa sumber ini, dia berusaha mencari bentuk kata, frasa, klausa atau kalimat bahasa sasaran yang memiliki pesan atau makna semirip mungkin dengan bentuknya dalam bahasa sumber. Dengan kata lain, penerjemah berusaha mencari padanan bentuk bahasa sumber sehingga menjadi bentuk bahasa sasaran yang akurat dalam hal menyampaikan makna, mudah dipahami oleh pembaca bahasa sasaran dan terdengar natural di telinga pendengar atau pembaca bahasa sasaran. 4) Tahap evaluasi dan revisi. Setelah penerjemah berhasil melakukan restrukturisasi teks bahasa sasaran, dia harus membandingkan kembali antara teks bahasa sasaran dengan teks bahasa sumber. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua pesan yang terdapat pada teks bahasa sumber, baik pesan yang tersurat maupun pesan yang tersirat, tersampaikan ke dalam teks

35 digilib.uns.ac.id 18 bahasa sasaran secara akurat. Pada tahap ini, penerjemah perlu berhati-hati karena keakuratan tidak saja pada tataran semantik tapi juga tataran prakmatik dan bahkan tataran tekstual. Apabila penerjemah masih menemukan kekurangan, dia perlu melakukan revisi dengan mempertimbangkan keakuratan, keterbacaan dan keberterimaan. Tentu saja tahap-tahap di atas bukanlah tahapan yang mutlak. Seorang penerjemah yang sangat terlatih dan berpengalaman mungkin tidak memerlukan waktu dan proses yang lama dalam menerjemahkan sebuah teks. Ia mungkin tidak memerlukan tahap evaluasi dan revisi. Tapi setidaknya tahapan di atas adalah sebuah model yang mungkin secara tidak disadari dialami oleh sebagian besar penerjemah. c. Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan adalah cara atau prosedur mengalihkan pesan teks dari bahasa sumber ke teks bahasa sasaran yang diberlakukan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Berikut ini sebagian teknik terjemahan yang biasa diterapkan oleh seorang penerjemah yang sebagian diambil dari Molina dan Albir (2002): 1) Penambahan (addition) Teknik penambahan adalah teknik dengan menambah informasi pada teks bahasa sasaran dimana informasi tersebut tidak ada dalam teks bahasa

36 digilib.uns.ac.id 19 sumber. Penerapan teknik ini dilakukan apabila penerjemah menganggap bahwa ada informasi yang tidak penting untuk diketahui pembaca bahasa sumber tetapi penting untuk pembaca bahasa sasaran. Contoh: BSU I m sorry but I m tired _. BSA Maaf, tetapi saya sangat letih _. 2) Penghapusan (deletion) Kebalikan dengan teknik penambahan, teknik penghapusan adalah teknik dengan menghilangkan informasi yang ada dalam bahasa sumber sehingga informasi tersebut tidak disampaikan dalam bahasa sasaran. Penerapan teknik ini dilakukan apabila penerjemah menganggap bahwa ada informasi yang tidak penting untuk pembaca bahasa sasaran. Penghapusan ini bisa terjadi pada tataran kata, frasa, klausa atau bahkan kalimat. Contoh: BSU Jesus had but one true message. BSA Yesus punya satu pesan yang sejati. 3) Eksplisitasi (explicitation) Teknik eksplisitasi adalah teknik untuk memunculkan pesan yang pada teks bahasa sumber tidak bersifat ekplisit. Jadi berbeda dengan teknik penambahan dimana pesan itu memang tidak terdapat pada teks bahasa sumber, pada teknik eksplisitasi pesan itu sebenarnya ada dalam teks bahasa sumber, hanya saja pesan tersebut implicit.

37 digilib.uns.ac.id 20 Contoh: BSU He was a famous lawyer. BSA Dulu dia seorang pengacara terkenal 4) Implisitasi (implicitation) Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik eksplisitasi, Teknik implisitasi diterapkan untuk membuat pesan/informasi yang eksplisit menjadi implisit. Pesan atau informasi yang pada teks bahasa sumber disampaikan secara eksplisit lewat perangkat leksikal menjadi implisit secara gramatikal atau makna/pesan itu memang sudah terkandung dalam kalimat/klausa secara keseluruhan. Tidak ada penghilangan pesan pada teknik ini. Contoh: BSU You two can expect to stay in France BSA Kalian tidak mungkin berada di Perancis 5) Modulasi (modulation) Teknik modulasi adalah teknik yang diterapkan dengan memanfaatkan pergeseran semantik (semantic shift) dengan cara mengubah sudut pandang baik pada tataran struktural maupun leksikal. Teknik ini banyak dipakai apabila dengan mempertahankan konstruksi kalimat bahasa sumber mengakibatkan terjemahan menjadi tidak atau kurang berterima. Menurut Molina & Albir (2002): Modulation is to change the point of view, focus or cognitive category in relation to the ST; it can be lexical or structural.

38 digilib.uns.ac.id 21 Contoh: BSU This is a charter flight, not a taxi BSA Ini pesawat sewaan, bukan taksi 6) Transposisi (transposition) Teknik transposisi adalah teknik yang diterapkan dengan cara mengubah unit-unit gramatikal antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Dengan kata lain terjadi pergeseran gramatikal pada penerapan teknik ini. Pergeseran gramatikal ini bisa dalam bentuk kategori kelas kata, pluralitas maupun struktur gramatikal yang lain seperti perubahan aktif ke pasif dan sebaliknya. Contoh: BSU A man of faith deserves the highest BSA Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik 7) Generalisasi (generalization) Teknik generalisasi menerapkan penggunaan istilah yang lebih general dalam teks bahasa sasaran dari sebuah istilah yang lebih spesifik dalam teks bahasa sumber. Menurut Molina & Albir (2002): Generalization is to use a more general or neutral term. Penerapan teknik ini mungkin dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih spesifik dalam bahasa sasaran. Contoh: BSU BSA I am going back to Paris in the Aku akan kembali Ke Paris besok. morning.

39 digilib.uns.ac.id 22 8) Partikularisasi (particularization) Teknik partikularisasi diterapkan dengan cara menggunakan istilah yang lebih spesifik dalam teks bahasa sasaran untuk menggantikan istilah yang lebih general dalam teks bahasa sumber, kebalikan dari teknik generalisasi. Menurut Molina & Albir (2002). Particularisation is to use a more precise or concrete term. Contoh: BSU Sangreal is my favorite mistress. BSA Dan Sangreal adalah kekasih favoritku. 9) Pinjaman Murni (pure borrowing) Teknik pinjaman murni adalah sebuah teknik penerjemahan dengan cara mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber untuk kemudian dipakai pada teks bahasa sasaran tanpa ada perubahan baik perubahan ejaan maupun perubahan yang lainnya. Contoh: BSU At the right hand of the Lord. BSA Di sebelah kanan the Lord. 10) Pinjaman Alami (naturalized borrowing) Kebalikan dengan teknik pinjaman murni, teknik pinjaman alami adalah teknik penerjemahan dengan cara mengadopsi istilah yang ada di teks bahasa sumber untuk kemudian dilakukan beberapa penyesuaian, misalnya

40 digilib.uns.ac.id 23 penyesuaian ejaan dan sebagainya agar sesuai dengan tata aturan bahasa sasaran. Contoh: BSU Simon, did I win the policemen s lottery? BSA Simon, apakah aku memenangkan lotere? 11) Teknik Padanan Lazim (established equivalence) Teknik padanan lazim adalah teknik penerjemahan dengan mengadopsi istilah yang dipakai secara resmi dari istilah tehnis di bidang tertentu. Teknik padanan lazim adalah teknik dengan menggunakan istilah atau ungkapan yang telah dikenal dan diakui dalam kamus atau bahasa sasaran sebagai padanan dari bahasa sumber (Molina & Albir, 2002) padanan lazim ini sering disebut terjemahan baku. Teknik ini sering dipakai pada penerjemahn bidang keilmuan atau profesi tertentu. Contoh: BSU Bonds are negotiable as cash. BSA Surat berharga bisa dinegosiasikan untuk diuangkan. 12) Teknik Literal (literal) Teknik literal sering disebut teknik penerjemahan harfiah. Dikatakan teknik penerjemahan harfiah karena teknik ini dilakukan dengan cara mengalihkan makna secara apa adanya dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran. Menurut Molina & Albir (2002) literal translation is

41 digilib.uns.ac.id 24 to translate a word or an expression word for word. Teknik ini biasanya dilakukan terutama pada level kata, frasa atau klausa yang sederhana. Contoh: BSU Go! She yelled. BSA Jalan! Sophie berteriak 13) Teknik kompensasi (compensation) Teknik kompensasi adalah teknik di mana sebuah pesan disampaikan pada bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pesan atau informasi tersebut tidak memungkinkan berada pada posisi yang sama seperti pada teks bahasa sumber. Menurut Molina & Albir (2002): Compensation is to introduce a ST element of information or stylistic effect in another place in the TT because it cannot be reflected in the same place as in the ST. Contoh: BSU Then I m sure he will be pleased to receive you in the morning. BSA Kalau begitu dia dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi. 14) Teknik kalke (calque) Teknik kalke hampir mirip dengan teknik literal. Perbedaannya, teknik ini masih mempertahankan struktur bahasa sumber atau bisa juga struktur yang mengikuti bahasa sumber tetapi masih mempertahankan leksikan bahasa sumber. Teknik kalke merupakan sebuah terjemahan kata atau frasa yang bisa bersifat leksikal maupun structural (Molina & Albir, 2002:510).

42 digilib.uns.ac.id 25 Contoh: BSU Secretary general BSA Sekretaris jendral 15) Teknik deskripsi (description) Teknik deskripsi menggantikan sebuah istilah atau ekspresi dengan deskripsi bentuk atau fungsinya (Molina & Albir, 2002:510). Teknik deskripsi memberi penjelasan atas sebuah istilah atau konsep yang mungkin tidak dimiliki bahasa sasaran. Contoh: BSU Pan cake BSA Semacam kue serabi dengan rasa manis 16) Teknik kreasi diskursif (discursive creation) Teknik kreasi diskursif memuat terjemahan yang tampak sangat berbeda dengan teks bahasa sumbernya. Teknik ini membuat sebuah kesepadanan temporal yang tidak terduga dan kadang di luar konteks (Molina & Albir, 2002:510). Contoh: BSU Appointment in Samarra BSA Maut Menunggumu di Samarra. 17) Teknik substitusi (substitution) Teknik substitusi mengubah elemen linguistik dengan elemen paralinguistik (intonasi, gerak tangan) atau sebaliknya (Molina & Albir, 2002:510). Teknik ini misalnya dipakai pada interpreting.

43 digilib.uns.ac.id 26 18) Teknik variasi (variation) Teknik variasi mengubah elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi, gerak tangan) yang mempengaruhi aspek variasi linguistik: perubahan tone teks, style, dialek sosial atau regional (Molina & Albir, 2002:511). d. Kualitas Terjemahan Kualitas terjemahan merupakan salah satu isu terpenting dalam disiplin ilmu penerjemahan. Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan seorang penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang baik/berkualitas. Beberapa ahli mengajukan proposinya tentang bagaimana terjemahan yang baik. Nida & Taber membuat kriteria tentang bagaimana terjemahan yang baik. Yang pertama, terjemahan harus mengikuti kaidah ketepatan; artinya pembaca dapat memehami teks terjemahan seperti teks aslinya; 2 kemudahan dalam memahami teks terjemahan atau dengan kata lain sebuah teks terjemahan tidak menimbulkan kesulitan tersendiri untuk dipahami; 3 menggunakan kemampuan dan pendapat orang untuk menyempurnakan informasi pada terjemahan (Nida & Taber, 1969:173). Meskipun begitu pandangan Nida dan Taber ini mempunyai kelemahan yaitu pendekatan itu hanya mengacu pada respon pembaca. Pendekatan ini mengabaikan teks asli sebagai pembanding sehingga penilaian keakuratan menjadi rendah sementara keberterimaan tinggi. Tentu pembaca tidak bisa menilai apakah terjemahan akurat atau tidak, karena mereka tidak punya akses terhadap teks bahasa sumber.

44 digilib.uns.ac.id 27 Sementara itu, Nababan (2010) mengajukan Accuracy Rating dan Readibility Rating dalam mengukur keakuratan pesan maupun keterbacaan. Secara umum para praktisi penerjemahan menilai kualitas terjemahan meliputi keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan. Keakuratan mengacu pada seberapa jauh pesan teks bahasa sumber tersampaikan ke dalam teks bahasa sasaran. Sementara itu keberterimaan mengacu pada seberapa jauh hasil terjemahan memenuhi kaidah bahasa sasaran, baik kaidah gramatikal maupun kaidah cultural. Keterbacaan mengacu sejauh mana teks terjemahan mudah dipahami oleh khalayak pembaca. 2. Pragmatik Pragmatik merupakan bidang ilmu bagian dari linguistik yang lumayan baru. Bila semantik adalah ilmu yang mengkaji hubungan antara simbol bahasa dengan realitas yang diwakilinya, pragmatik lebih mengkaji makna bahasa seperti yang dimaksud oleh si penutur. Jadi, pragmatik melihat makna bukan dari kalimat atau ujaran itu sendiri tapi makna seperti yang dimaksudkan si penutur. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi (Nadar, 2009:95). Apa yang dikomunikasikan si penutur dalam ujarannya tapi tidak dikatakan merupakan bagian kajian pragmatik. Di dalam bukunya, George Yule menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud si pembicara (Yule, 1996:3). Sementara itu, Fraser (dalam Schimdt, 1996: 30) mengatakan bahwa pragmatik adalah teori komunikasi linguistik. Sementara Mey (1994) menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai hubungan tanda

45 digilib.uns.ac.id 28 dengan penafsir atau dengan kata lain pragmatik merupakan suatu studi tentang hubungan antara tanda dan penafsirnya. Kajian pragmatik melibatkan tidak saja ujaran secara terpisah, tapi juga memahami makna sebuah ujaran dengan melibatkan aturan-aturan yang terlibat dalam sebuah percakapan, siapa pembicara, siapa pendengar, dan dalam situasi seperti apa percakapan itu berlangsung. Kajian pragmatik, dengan demikian, merupakan kajian tafsir sebuah ujaran setelah memperhatikan unsur-unsur tersebut di atas. Pragmatik mengeksplorasi maksud yang dikatakan untuk mengetahui apa yang dikehendaki si pembicara melalui ujarannya. Kegiatan ini melibatkan interpretasi yang tidak diucapkan oleh si pembicara tapi dikomunikasikan lewat uajarannya. Yule menyebutnya investigasi makna yang tersembunyi (Yule;1996;35). Pragmatik dengan demikian mempelajari bagaimana menginterpretasikan ujaran lebih dari yang dikatakan oleh si pembicara. Dengan kata lain, pragmatik mengkaji makna secara lebih dalam dari sekedar makna superfisial yang terungkap lewat kategori leksikal dan gramatika. Dalam sebuah percakapan, seorang pembicara akan memasukan pertimbangan-pertimbangan tentang apa yang bisa dikatakan dan apa yang tidak. Pertimbangan ini diperoleh lewat apa yang oleh Grice disebut Prinsip kerjasama. Prinsip ini semacam aturan-aturan yang tidak tertulis yang secara universal mengatur percakapan manusia. Dari prinsip-prinsip inilah kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya hendak dikatakan seseorang. Dalam keadaan tanpa tekanan apapun seorang pembicara tanpa disadari mematuhi prinsip-prinsip tersebut.

46 digilib.uns.ac.id 29 Meskipun begitu, ada saat-saat di mana si pembicara, karena keadaan atau tekanan tertentu terpaksa melanggar salah satu atau beberapa prinsip kerjasama ini. Ketika pelanggaran ini terjadi maka dapat dipastikan bahwa ada makna tersembunyi yaitu makna yang tidak diungkapkan lewat tuturan tapi dikomunikasikan dalam percakapan tersebut. Di sinilah pragmatik sebenarnya mengambil peranannya di dalam komunikasi antar manusia. 3. Cakupan Pragmatik a. Deiksis Deiksis merupakan istilah teknis yang mengacu pada pronomina yang acuannya tergantung dari situasi tuturan. Dengan kata lain referen dari sebuah deiksis sangat terikat oleh konteks. Atas alasan inilah deiksis dikategorikan dalam ranah pragmatik. Seperti yang dikatakan Yule dalam bukunya bahwa deiksis atau deixis expression hanya bisa diinterpretasikan oleh pembicara dan pendengar yang terlibat dalam konteks percakapan yang sama (Yule, 1996;6) Jelaslah dari penjelasan di atas bahwa deiksis mencerminkan hubungan yang sangat mendasar antara bahasa dengan konteks situasi dalam rangka memahami makna. Sebuah deiksis, dengan begitu, mempunyai referen yang beragam tergantung situasi ujaran tersebut. Sebuah ujaran berikut bisa menjadi contoh: (01) Di sini kita akan mendirikan monumen itu

47 digilib.uns.ac.id 30 Kata di sini pada ujaran di atas jelas memiliki acuan yang sangat tergantung dengan situasi tuturan. Pendengar tidak akan pernah tahu maksud dari kata di sini, kecuali ia terlibat dalam percakapan itu atau mengetahui konteks berlangsungnya ujaran tersebut. Deiksis secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu deiksis tempat, waktu dan persona. Deiksis tempat mengacu pada acuan tempat secara relatif terhadap lokasi di mana para partisipan percakapan berada (Levinson, 1983;62). Dieksis tempat dibagi menjadi proksimal dan distal. Proksimal adalah acuan tempat dekat dengan si pembicara dalam bahasa Indonesia adalah di sini. Sementara distal adalah acuan tempat jauh dari si pembicara; misalnya di sana. Deiksis waktu hampir mirip dengan deiksis tempat. Ada dua jenis deiksis yaitu bentuk proksimal dan distal. Bentuk proksimal mengacu pada penunjuk waktu yang dekat dengan saat terjadinya peristiwa tuturan. Kata now mengacu pada deiksis ini sementara then bisa mengacu pada saat yang jauh dari peristiwa tuturan baik masa lampau maupun masa depan. Deiksis person berkaitan dengan peran partisipan dalam peristiwa tuturan. Secara leksikal deiksis person diwakili oleh bentuk-bentuk personal pronoun: first person (I, we), second person (you), third person (he,she,they). First person merupakan bentuk gramatikalisasi dari si pembicara sendiri, second person untuk lawan bicara baik jamak atau tunggal sementara third person mengacu pada tokoh-tokoh yang tidak terlibat dalam tindak tuturan tapi menjadi bahan pembicaraan baik dalam bentuk jamak maupun tunggal.

48 digilib.uns.ac.id 31 Disamping tiga pokok bentuk deiksis di atas masih ada dua bentuk deiksis; deiksis wacana dan deiksis sosial. Deiksis wacana adalah pentuk pronomina selain yang disebut di atas yang referennya ada, baik klausa maupun kalimat, di dalam teks tersebut. Sementara deiksis sosial berkaitan dengan aspek sosial hubungan antara si pembicara dengan pendengar. Deiksis sosial berhubungan dengan hubungan dan status sosial relatif antara si pembicara, pendengar dan tokoh lain di dalam situasi tuturan. Di sini seorang pembicara dengan kemampuan sosialnya harus bisa menentukan kapan harus menggunakan bentuk honorifik dan kapan tidak. b. Tidak Tutur (Speech Act ) Ketika mengutarakan ujaran kita tidak saja memberikan informasi tapi juga sekaligus melakukan tindakan. Kita mengucapkan sesuatau bukan tanpa maksud melainkan sekaligus menghasilkan efek tindakan yang akan direspon oleh yang mendengarnya sesuai dengan interpretasi pendengar. Tindakan yang melekat ketika kita mengungkapkan sesuatu itulah yang disebut speech act atau tindak tutur. Speech act atau tindak tutur masuk dalam ranah pragmatik karena efek dari tindak tutur itu sangat terikat dengan konteks. Sebuah ujaran bisa memiliki tindak tutur yang berbeda ketika diucapkan pada konteks yang berbeda. (02) Do you have extra money?

49 digilib.uns.ac.id 32 Ujaran di atas bisa bermakna setara dengan Do you have enough money? bila diucapkan seorang ibu kepada anaknya yang mau bepergian. Tapi ujaran ini juga bisa bermakna sama dengan May I borrow some money? bila diucapkan seorang teman ketika hendak membayar sesuatu sambil membuka dompetnya yang kosong melompong. Dengan kata lain ujaran di atas bisa merupakan tindak tutur questioning atau requesting, tergantung konteks yang melingkupinya. Sebuah ujaran sekaligus mengandung tiga tindakan. Yang pertama disebut tindakan lokusi. Yaitu makna dari ujaran itu secara harfiah. Yang kedua disebut tindakan ilokusi, tindakan yang merupakan tujuan seperti yang dimaksud si pembicara itu sendiri. Sebuah ujaran bisa merupakan tindakan bertanya, Meminta sesuatu, atau memperingatkan. Ujaran tersebut kemudian mendapatkan respon tindakan dari pendengar. Respon inilah yang disebut tindakan perlokusi. Tindakan sebagai hasil dari interpretasi pendengar. Tindak tutur bisa bersifat langsung atau tidak langsung. Apabila tindak lokusi dan ilokusi memiliki hubungan yang langsung, tidak memerlukan interpretasi yang rumit karena maksud ujaran sudah terekspresikan secara literal, maka tindak tutur itu disebut tindak tutur langsung. Demikian pula sebaliknya. Berikut ini contohnya: (03) Please open the window! (04) It is very hot in here.

50 digilib.uns.ac.id 33 Pada ujaran (03) makna lokusi dan lokusinya berimpit yaitu si penutur memerintah petutur untuk membuka jendela. Tidak ada perbedaan antara makna lokusi dengan daya ilokusinya. Tindak tutur dari ujaran tersebut bersifat langsung. Sementara itu, pada ujaran (04) makna lokusi dengan daya perlokusinya tidak paralel. Makna lokusi ujaran (04) adalah penutur memberi informasi bahwa udara di dalam ruangan panas. Meskipun begitu lewat konteks situasi, mitra tutur bisa berinterpretasi secara berbeda. Ruangan yang tidak ber AC, jendela tertutup dan penutur yang berkeringat membuat petutur mengambil kesimpulan bahwa makna lokusi dari ujaran tersebut adalah penutur meminta petutur untuk membuka jendela. Tindak tutur pada ujaran (04) dengan begitu bersifat tidak langsung. Searle dalam Leech (1993) memproposisikan lima jenis tindak tutur sebagai berikut: 1. Tindak tutur asertif: tindak tutur dimana penutur terikat dengan kebenaran proposisi yang dikatakannya, misalnya: menyatakan, melaporkan, mengeluh. 2. Tindak tutur direktif: tindak tutur yang bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur, misalnya: memerintah, memohon, menuntut. 3. Tindak tutur komisif: tindak tutur yang mengikat penutur dengan suatu tindakan yang akan dilakukan di masa depan, misalnya: menawarkan, menjanjikan.

51 digilib.uns.ac.id Tindak tutur deklaratif: tindak tutur yang mensyaratkan pelaksanaan ilokusi yang mengakibatkan adanya kesesuaian isi proposisi dengan realitas, misalnya member nama, menjatuhkan hukuman. 5. Tindak tutur ekspresif: tindak tutur yang mengungkapkan perasaan atau sikap mental dari penutur Tindak tutur ini mengikat penutur dengan suatu tindakan yang akan dilakukan di masa depan, misalnya: memuji, mengecam, mengucapkan terimakasih. c. Presupposition Ujaran yang diucapkan seorang pembicara mengandung dua informasi sekaligus; informasi lama dan informasi baru. Presupposition mengacu pada asumsi yang dihasilkan informasi lama pada sebuah ujaran atau kalimat. Ujaran yang diucapkan seorang pembicara akan menimbulkan presupposition bagi pendengarnya. Presupposition tidak diucapkan secara verbal oleh si pembicara. Pendengarlah yang menarik simpulan darinya. (05) His journey to Sydney made him sick. Pernyataan bahwa perjalanannya ke Sydney membuatnya sakit mengandung beberapa informasi sekaligus. Pernyataan itu bisa memberi informasi pada kita bahwa ia telah melakukan perjalanan ke Sydney. Informasi inilah yang disebut presupposition. Imformasi ini tidak diungkapkan si pembicara secara eksplisit tapi pendengarlah yang menyimpulkan demikian. Dengan kata

52 digilib.uns.ac.id 35 lain presupposition merupakan informasi yang tidak diucapkan tapi dikomunikasikan dalam percakapan. Meskipun presupposition masuk dalam kategori pragmatik yang dengan demikian sangat terikat konteks situasi, presupposition sebuah ujaran tidak berubah ketika dalam bentuk negatif. (06) His journey to Sydney didn t make him sick. Jadi ujaran (06) tidak menghasilkan presupposition yang berbeda dengan ujaran (05). Kasus ini disebut constancy under negation. Artinya kasus dimana sesuatu tidak mengalami perubahan pesan ketika berubah dalam bentuk negatif d. Implikatur Percakapan (Conversational Implicature) Ide implikatur atau conversational implicture lahir dari kenyataan bahwa banyak ujaran atau kalimat yang menjadi tidak terjelaskan ketika dijelaskan dengan pendekatan semantik. Implikatur merupakan salah satu konsep penting dalam ranah pragmatik (Levinson, 1983;97). Di antara aspek-aspek yang lain, speech act, deixis, presupposition, implikatur merupakan aspek yang dominan dalam pragmatik (Mujiyono, 1996:8) Implikatur menjadi tonggak penting paradigma pragmatik yang membuktikan kemampuan penjelasan pragmatik dalam menyelesaikan fenomena linguistik yang sebelumnya tidak terjelaskan.

53 digilib.uns.ac.id 36 (07) Will you be free tonight? Pendekatan semantik tidak mampu menjelaskan bagaimana ujaran (07) merupakan sebuah ajakan. Di sini peran pragmatik bisa dimainkan. Lewat implikatur, pragmatik memberi penjelasan bagaimana pendengar menangkap pesan atau makna yang tersirat tidak sekedar makna yang tersampaikan secara superficial. Implikatur merupakan pesan yang tersembunyi dalam sebuah ujaran meskipun pesan itu tidak secara eksplisit dikatakan (Gazdar,1979: 80) Jelas ada jarak antara yang diucapkan seseorang dan apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Kadang seorang penutur memang mengucapkan apa yang ingin dia sampaikankan tapi kadang pula ia tidak mengungkapkannya secara eksplisit. Bahkan kadang ia mengucapkan apa yang sebaliknya ingin disampaikannya. Implikatur menyediakan perangkat bagaimana menyampaikan sesuatu lebih dari yang dikatakan. Dengan kata lain bagaimana mengkomunikasikan sesuatu lebih dari yang dikatakan secara harfiah. Grice (1967), di dalam bukunya mengusulkan sebuah ide yang dinamakan prinsip-prinsip kerjasama, prinsipprinsip yang berlaku dalam percakapan. Untuk bisa menangkap pesan lebih dari yang diucapkan secara harfiah linguistik memanfaatkan prinsip-prinsip kerjasama Grice. (08) Do you have some coffee? (09) The canteen is still open downstair.

54 digilib.uns.ac.id 37 Paradigma semantik tidak bisa menjelaskan bagaimana ujaran (08) yang berupa pertanyaan bisa dijawab dengan ujaran (09) yang nampak tidak gayut satu sama lain. Pragmatik menjelaskan melalui konteks ujaran, dalam situasi lembur misalnya seorang teman dengan wajah kelelahan dan tampak mengantuk sambil membawa cangkir kosong, bahwa ujaran (08) adalah sebuah permintaan. Respon dari ujaran (08) (ujaran [09]) yang merupakan bentuk pertanyaan secara harfiah tapi secara struktur dalam berarti sebuah permintaan harus dipahami dengan prinsip-prinsip kerjasama bahwa si pendengar tidak mempunyai kopi dan di lantai bawah ada sebuah kantin yang masih buka dan menjual kopi. Pendengar menyarankan penanya untuk membeli kopi di kantin sebagai alternatif karena ia tidak mempunyai kopi. Dengan demikian ujaran (09) bisa diungkapkan dengan kalimat eksplisit seperti berikut: (10) I am sorry, but I don t have any coffee. The canteen is still open Downstair. It sells coffee, so you better you go there and buy some. Kalimat yang dicetak tebal pada (10) menunjukan implikatur dari ujaran (09) yang merupakan pesan yang tidak diucapkan secara harfiah tapi dikomunikasikan. Leech membuat sebuah ancangan untuk untuk menginterpretasikan sebuah tuturan. Cara untuk meninterpretasikan implikatur apa yang terkandung dari sebuah ujaran disebut analisis heuristik. Strategi heuristik berusaha

55 digilib.uns.ac.id 38 mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesihipotesis dan kemudian mengujinya dengan data-data yang tersedia (Leech, 1993:61) e. Prinsip Kerja Sama (PK) dan Prinsip Kesantunan (PS) 1) Prinsip Kerjasama (PK) Prinsip kerjasama (cooperative principles) merupakan konsep yang sangat penting sekaligus mendasar di dalam pragmatik. Lewat konsep prinsip kerjasamalah makna implisit sebuah ujaran bisa dijelaskan. Prinsip kesantunan (politeness principles) melengkapi penjelasan hubungan antara makna (dalam ranah semantik) dan daya (dalam ranah pragmatik). Contoh berikut ini akan menjelaskan bagaimana prinsip kerjasama beroperasi dalam percakapan. (09) Can I borrow your car for the weekend? (10) My cousin is coming around this weekend. Tanpa asumsi bahwa penutur (10) bersikap kooperatif terhadap mitra tuturnya maka sulit kita menarik makna yang menghubungkan ujaran (10) dan (09). Apa hubungan antara meminjam mobil dengan sepupu yang akan berkunjung? Bila ternyata jawaban (10) tidak punya hubungan dengan pertanyaan (09). Dengan kata lain penutur (10) tidak bermaksud menjawab pertanyaan (09), maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerja sama atau tidak bersifat kooperatif (Wijana, 1996:46). Peristiwa seperti ini tentu sangat jarang

56 digilib.uns.ac.id 39 terjadi dalam percakapan normal. Dalam percakapan normal kita harus berasumsi bahwa penutur (10) sedang bersikap kooperatif dengan penutur (09) sehingga bisa kita simpulkan bahwa ada hubungan antara meminjam mobil dengan kedatangan sepupu. Lewat asumsi inilah kita bisa menduga bahwa kedatangan sepupu penutur (10) akan membutuhkan mobil, mungkin untuk menjemput atau keliling kota sehingga dia tidak bisa meminjamkan mobilnya pada orang lain. Prinsip kooperatif yang menghubungkan makna dengan daya ini terealisasikan dalam maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance) dan maksim cara (maxim of manner) (Grice, 1993:128). Berikut ini maksim-maksim seperti yang diproposisikan Grice: a) Maksim kuantitas a. Make your contribution as informative as required; (Berilah keterangan seinformatif mungkin.) b. Do not make your contribution more informative than required. (Jangan memberi keterangan yang lebih dari yang diperlukan.) Maksim ini menjelaskan bahwa seorang penutur semestinya memberikan informasi yang secukupnya atau tidak kurang dari yang dibutuhkan sekaligus tidak melebihi. Perhatikan contoh percakapan berikut: A: Bagaimana karya ilmiahnya?

57 digilib.uns.ac.id 40 B: Tulisannya rapi. Jawaban B atas pertanyaan A seolah melanggar maksim kuantitas. A menanyakan karya ilmiah tetapi B menjawab bahwa tulisannya rapi. B tidak memberikan jawaban seinformatif yang diharapkan A. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas yang dilakukan oleh A secara sengaja menunjukan bahwa ujaran B mengandung implikatur. Dengan begitu A bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya karya ilmiah itu tidak bagus. b) Maksim kualitas c. Do not say what you believe to be false (Jangan mengatakan sesuatu yang menurut Anda sendiri salah.) d. Do not say that for which you ack adequate evidence (Jangan mengatakan sesuatu yang tidak ada buktinya.) Berdasarkan maksim ini kita harus berasumsi bahwa setiap peserta tuturan akan mengatakan hal yang sebenarnya. Setiap informasi dalam tuturan mestinya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Perhatikan contoh percakapan berikut: A: Berapa umurnya? B: Waktu jaman Jepang dia sudah remaja.

58 digilib.uns.ac.id 41 Pada percakapan di atas, B tidak menjawab apakah umurnya delapan puluh tahun atau Sembilan puluh tahun. Alih-alih B mengatakan sewaktu jaman Jepang dia sudah remaja. Ini dilakukan karena B tidak mempunyai informasi yang pasti. B melakukan ini untuk menghindari member informasi yang belum pasti kebenarannya. c) Maksim hubungan Make your contribution relevant (Bicaralah yang relevan.) Lewat maksim ini kita berasumsi bahwa setiap peserta tuturan akan memberikan kontribusi yang relevan dengan topik pembicaraan. Perhatikan contoh percakapan berikut: A: Mau pergi malam mini? B. Maaf, besok Ibu ke luar kota. Respon B atas pertanyaan A nampak tidak berhubungan. Meskipun begitu A akan menarik kesimpulan bahwa B tidak pergi malam mini karena besok harus mengantar ibunya ke luar kota. Pertanyaan A bisa diinterpretasikan sebagai sebuah ajakan dan respon B bisa diinterpretasikan sebagai bentuk penolakan.

59 digilib.uns.ac.id 42 d) Maksim cara Be perspicacious and specific e. avoid obscurity (hindari ketidakjelasan.) f. avoid ambiguity (hindari ketaksaan.) g. be brief (bicaralah dengan singkat.) h. be orderly (bicaralah dengan teratur.) Lewat maksim cara setiap peserta tuturan diasumsikan berbicara secara langsung, tidak tidak jelas, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut. Perhatikan contoh percakapan berikut: A: Maaf, ada yang bisa saya bantu Pak? B: Bisa minta K-O-N-D-O-M, Mbak? Respon B atas pertanyaan A sepertinya melanggar maksim cara karena dia tidak mengucapkan dengan jelas melainkan dengan mengeja huruf satu persatu. Respon B bisa diinterpretasikan Jangan keras-keras, ada anak kecil di sini. Meskipun prinsip kerja sama dibutuhkan untuk memudahkan penjelasan hubungan antara makna dan daya (Leech, 1996:120), namun prinsip kerjasama ini saja kadang tidak cukup untuk memerikan daya sebuah ujaran. Ada kalanya kita tidak mengatakan sesuatu apa adanya yang artinya melanggar maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas ini bukannya tanpa alasan. Pelanggaran maksim

60 digilib.uns.ac.id 43 kulitas ini dimaksudkan untuk memenuhi maksim yang lain karena di dalam percakapan kita tidak diperkenankan menyinggung, membuat tidak enak atau membuat mitra tutur kita kehilangan muka. Di dalam bukunya Leech membuat ancangan prinsip lain diluar prinsip kerja sama. Prinsip yang baru ini disebut prinsip kesantunan. Sebuah prinsip percakapan yang lebih menekankan pada kebaikan, bukannya kebenaran. 2) Prinsip Kesantunan Lewat prinsip kesantunan penutur di dalam situasi percakapan secara normal akan berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan bersikap santun. Jadi prinsip kesantunan adalah nilai yang dianut dalam percakapan secara normal. Maksim-maksim yang termasuk di dalam prinsip kesantunna adalah maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim) (Leech, 1993:132) Di dalam sebuah peristiwa tutur seringkali pentutur melanggar prisip kerja sama demi menjaga prinsip kesantunan ini. Artinya dalan situasi tutur terjadi tarik ulur antara mematuhi prinsip kerjasama Grice dengan pinsip kesantunan Leech. a) Maksim kearifan a. Minimize cost to other. (Minimalkan beban bagi orang lain.)

61 digilib.uns.ac.id 44 b. Maximize benefit to other. (Maksimalkan keuntungan bagi orang lain) b) Maksim kedermawanan c. Minimize benefit to self. (Minimalkan keuntungan bagi diri sendiri.) d. Maximize cost to self. (Maksimalkan beban bagi diri sendiri.) c) Maksim pujian e. Minimize dispraise of other. (Minimalkan kekurangan pada orang lain.) f. Maximize praise of other. (Maksimalkan kelebihan orang lain.) d) Maksim kerendahhatian g. Minimize praise of self. (Minimalkan kelebihan diri sendiri.) h. Maximize dispraise of self. (Maksimalkan kekurangan diri sendiri.) e) Maksim kesepakatan, i. Minimize disagreement between self and other. (Perkecil ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain.) j. Maximize agreement between self and other. (Maksimalkan kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain.)

62 digilib.uns.ac.id 45 e) Maksim simpati k. Minimize antipathy between self and other. (Kurangi rasa antipati antara diri sendiri dan orang lain sebanyak.) l. Maximize sympathy between self and other. (Tingkatkan rasa simpati terhadap orang lain setinggi mungkin.) 4. Pragmatik dan Penerjemahan Tidak bisa disangkal bahwa penerjemahan sebagai bidang ilmu memiliki kaitan dengan banyak disiplin ilmu lain. Penerjemahan sebagai ilmu terapan bahkan memerlukan bantuan bidang ilmu lain sebagai perangkat untuk menjelaskan fenomena bagaimana makna dikemas secara berbeda dalam bahasa yang berbeda. Seperti yang dikatakan oleh seorang pakar penerjemahan bahwa penerjemahan punya kaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti Linguistiks, Comparative culturology, Comparative Ethnology Computer Science, Comparative Sociology, dan masih banyak lagi (Newmark, 1981:3). Penerjemahan menjadi memiliki kaitan yang erat dengan pragmatik karena keduanya bermain di wilayah yang sama yaitu wilayah makna atau pesan. Seperti yang kita sadari bahwa makna tidak muncul secara tiba-tiba dari kata-kata yang muncul di dalam sebuah kalimat atau ujaran. Makna merupakan hasil pergesekan antara kalimat atau ujaran dengan konteks situasi yang melingkupinya. Penerjemahan merupakan suatu proses komunikatif yang terjadi di dalam konteks sosial (Hatim & Mason,1990: 3). Dalam konteks inilah seorang penerjemah dituntut untuk memiliki pengetahuan pragmatik yang cukup untuk menangani

63 digilib.uns.ac.id 46 makna yang timbul dari sebuah ujaran yang tidak secara terang benderang muncul lewat apa yang terungkapkan secara eksplisit. Seorang penerjemah yang memiliki pemahaman pragmatik yang cukup akan mampu mengorek dimensi non literal dari sebuah komunikasi verbal. Makna sebuah tanda terdiri atas semua efek yang mungkin timbul yang ditangkap oleh seorang interpretan dan mungkin berbeda dengan interpretan yang lain (Newmark, 1981:5). Pragmatik dalam konteks ini mengacu pada tanda dan interpreternya. Pemahaman ini bisa disederhanakan bahwa interpretasi atas sebuah kalimat atau ujaran akan menjadi bervariasi ditangan para interpretan yang berbeda. Atau dengan kata lain sebuah ujaran atau kalimat memiliki ruang untuk dimaknai secara tidak persis sama. Seperti kita ketahui bahwa makna sebuah ujaran memiliki tiga lapis makna atau daya, yaitu daya lokusi, illokusi dan perlokusi. Daya lokusi menyangkut makna seperti yang disampaikan oleh kata-perkata dari sebuah ujaran. Daya Ilokusi mengurai makna seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Sebuah ujaran bisa saja memiliki perbedaan makna antara daya lokusi dan ilokusinya. Karena penerjemahan pada dasarnya juga sebuah peristiwa komunikasi, maka seorang peerjemah harus memahami daya lokusi, ilokusi dan perlokusi. Pemahaman yang keliru pada daya-daya ini bisa berakibat fatal pada teks yang diterjemahkannya. Berikut ini contoh bagaimana sebuah ujaran mengandung makna lokusi, daya ilokusi dan daya perlokusi sekaligus. (12) Do you have extra paper?

64 digilib.uns.ac.id 47 Pada ujaran di atas, makna lokusi yang timbul adalah penutur bertanya apakah petutur mempunyai kertas lebih atau tidak. Sementara itu daya ilokusi yang ditimbulkan adalah Saya minta kertas Anda. Daya ilokusi inilah sebenarnya yang ingin disampaikan penutur kepada petutur. Ketika petutur memahami daya ilokusi ini kemudian mengulurkan beberapa lembar kertas kepada petutur, maka inilah daya perlokusi dari ujaran (12). Sayangnya, tindak tutur tidak bisa berlaku secara universal lintas budaya, oleh karena itu, ini akan menimbulkan masalah. Ujaran yang secara literal sama diantara dua bahasa yang berbeda bisa merepresentasikan tindak tutur yang berbeda. Seorang penerjemah dengan demikian harus memahami bagaimana Jarak sosial dan kedekatan sering terikat secara kultural. Seorang penerjemah harus menerapkan dynamic translation yang berdasarkan prinsip bagaimana memberi efek yang setara atas sebuah ujaran ke dalam bahasa sasaran. Traductary imperative atau dengan kata lain bagaimana mengatakan sesuatu dengan cara sesuai dengan bahasa target. 5. Implikatur dan Penerjemahan Tugas seorang penerjemah, dalam kaitannya dengan implikatur, adalah bagaimana menyampaikan implikatur/makna tersembunyi sebuah ujaran ke dalam bahasa sasaran yang mungkin menggunakan perangkat linguistik dan non linguistik yang sangat berbeda untuk menyampaikan makna. Sebuah ujaran mungkin saja memiliki beberapa interpretasi yang berbeda. Kemungkinan-

65 digilib.uns.ac.id 48 kemungkinan interpretasi yang muncul inilah yang akan mendatangkan masalah bagi seorang penerjemah. Dalam penerjemahan apapun yang akan membuat penerjemah terjatuh pada penyampaian implikatur yang keliru harus diuji dan disesuaikan dengan perangkat implikatur bahasa sasaran (Baker, 1992:250). Leech (1983:81) mengatakan bahwa menginterpretasikan sebuah ujaran adalah sebuah pekerjaan tebak menebak. Setiap ujaran dengan demikian harus dikaitkan dengan konteksnya untuk sampai pada makna implikatur seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Ini bukanlah hal mudah karena implikatur tidak hanya ditentukan oleh apa yg secara eksplisit disampaikan oleh sebuah ujaran, tapi pada apa yang dimaksud si pembicara dengan ujarannya, meskipun implikatur sebuah ujaran juga masih tetap terikat dengan bentuk superfisialnya. Mistranslation pada tataran kata dan gramatika pada teks bahasa sumber mungkin akan mempengaruhi makna implikatur pada bahasa sumber (Baker, 1992:229). 6. Penerjemahan dan Budaya Menerjemahkan teks pada dasarnya adalah menerjemahkan budaya karena bahasa pada hakekatnya adalah produk dari budaya tertentu. Budaya tidak saja menyangkut apa yang tampak pada permukaan. Budaya melibatkan nilai-nilai kehidupan dan pergaulan serta apa yang diyakini dari sebuah masyarakat. Budaya adalah gaya hidup manusia biasa yang menyangkut nilai-nilai, keyakinan, dan prasangka yang dimiliki bersama oleh sebuah masyarakat dalam wadah kebahasaan dan kelompok sosial tertentu yang membedakannya dengan kelompok

66 digilib.uns.ac.id 49 yang lain (Tomasouw, 1986:1.2). Nilai-nilai dan keyakinan serta prasangka budaya itu tentu saja akan terealisasikan dalam bahasa yang bersangkutan. Dengan demikian, menerjemahkan, disadari atau tidak, tidak akan bisa lepas dari tindakan mentransfer budaya. Bahasa adalah bagian dari budaya, karena itu penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain tidak bisa dilakukan tanpa pengetahuan yang cukup tentang budaya dan struktur bahasa tersebut (Larson, 1984:431). Penerjemah harus mengetahui topik teks yang sedang ia terjemahkan. Ia harus mengetahui latar belakang budaya teks bahasa sumber sekaligus latar belakang budaya teks bahasa sasaran. Tanpa ini semua, teks terjemahan tidak akan bisa menyampaikan makna secara akurat. Penerjemahan adalah transfer makna dari satu perangkat simbol tertentu yang terjadi pada budaya tertentu..ke dalam perangkat symbol yang lain dalam budaya lain (Dostert dalam Larson, 1984:431) Penerjemahan, yang melibatkan dua bahasa, tidak bisa terhindar dari pengaruh dua budaya dari dua bahasa yang bersangkutan, yaitu budaya bahasa sumber dan budaya bahasa sasaran (Wong dan Shen, 1999:10). Bisa dikatakan penerjemahan adalah proses komunikasi interkultural. Budaya dan bahasa seperti dua sisi dari koin yang sama, karena itu mentransfer bahasa pada hakekatnya juga mentransfer kebudayaan. Seorang penerjemah tidak bisa terhindar dari peran ini; peran sebagai komunikator antar dua budaya yang berbeda. Penerjemah berusaha menjembatani kesenjangan budaya antara dua dunia dan membuat sebuah komunikasi memungkinkan terjadi di antara dua komunitas bahasa yang berbeda (Bassnett, 1992:14). Lebih jauh Bassnet menjelaskan bahwa

67 digilib.uns.ac.id 50 bahasa ibarat hati dalam tubuh budaya sehingga pembedahan hati tidak dapat mengabaikan tubuh yang ada di sekelilingnya. Jadi, tindakan seorang penerjemah yang memperlakukan teks bahasa sumber terpisah dengan kultur yang melingkupinya adalah sesuatu yang berbahaya. Menerjemahkan pada hakekatnya adalah komunikasi antar budaya. Ketika seorang penerjemah menerjemahkan teks dari budaya tertentu ke dalam budaya yang berbeda, dia perlu mempertimbangkan informasi-informasi apa saja yang memungkinkan untuk disampaikan ke dalam teks bahasa sasaran sehingga bisa dipahami pembaca sasaran dan informasi mana yang justru harus disesuaikan dengan kultur bahasa sasaran. Tujuan utama penerjemahan - memindahkan teks ke dalam budaya yang berbeda - menimbulkan pertanyaan sampai sejauh mana komunikasi memungkinkan dari satu budaya ke budaya lain dan informasi apa saja yang dapat dikomunikasikan (ST-Pierre, 1997:8) Bila budaya anatara bahasa sumber dan bahasa sasaran mirip, akan lebih sedikit kesulitan yang dijumpai pada proses penerjemahan dan sebaliknya, semakin besar perbedaan budaya di antara keduanya akan semakin besar kesulitan yang dijumpai pada proses penerjemahan. Kemiripan budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran akan mengakibatkan pada mudahnya mencari padanan kata perkata yang tepat. Salah satu masalah yang menyulitkan dalam penerjemahan adalah perbedaan budaya antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran (Larson, 1984:137). Sebuah kata yang dalam suatu kultur mempunyai konotasi positif

68 digilib.uns.ac.id 51 mungkin mempunyai konotasi negatif dalam budaya lain.penerjemah perlu mempertimbangkan nilai-nilai ini ketika menerjemahkan antar budaya. Seorang penerjemah tidak hanya berhubungan dengan konsep-konsep dari sebuah sisitem budaya, melainkan dua sistem dari budaya yang berbeda (Larson, 1984:96). Setiap bahasa akan memberi label nama secara berbeda pada sebuah realitas yang sama. Perbedaan penamaan ini karena perbedaan cara dua budaya itu memandang sesuatu. Penerjemah akan berusaha seakurat mungkin dan akan mempertimbangkan tiap kata dari teks bahasa sumber dengan hati-hati sampai ia menemukan padanan yang tepat bukan saja padanan dalam rujukan benda secara umum, tapi juga rujukan benda sesuai konteksnya. Penting untuk diingat bahwa padanan yang cocok antara dua bahasa harus dicari bukan padanan kata tersebut secara terpisah tapi dengan cara mengidentifikasi rujukannya secara real lewat konteks situasi dan konteks kultural yang disediakan oleh teks bahasa sumber. Seperti yang dikatakan Larson (1984) bahwa makna hanya ada karena kontrasnya dengan kata lain yang memiliki ciriciri yang sama dan kontras dengan apa yang dirujuk dalam konteks situasi tertentu saat kata itu digunakan. Bahasa dan budaya bisa kita andaikan sebagai dua sisi dari mata uang yang sama. Bahasa di satu pihak merupakan produk budaya sebuah masyarakat tertentu sementara budaya adalah lahan di mana bahasa tumbuh dan berkembang. Bahasa dengan demikian merekam setiap nilai-nilai, norma dan keyakinan yang terdapat pada kultur di mana ia tumbuh. Seorang penerjemah yang merupakan mediator interkultural harus memperhatikan aspek-aspek kultural dari teks yang

69 digilib.uns.ac.id 52 sedang ia terjemahkan. Karena menerjemahkan pada hakekatnya adalah menyampaikan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran di mana makna itu sendiri sangat terikat oleh kultur masyarakat penuturnya, seorang penerjemah mesti memilki kompetensi kultural ke dua bahasa secara memadai. Tanpa kompetensi ini ia tidak akan berhasil memproduksi teks terjemahan yang tidak akurat dan berterima. 7. Sekilas Novel The Da Vinci Code Dan Brown adalah seorang penulis kenamaan Amerika dengan beberapa karya besar antara lain Angel and Demon dan, Digital Fortress. Meskipun begitu, novel The Da Vinci Code adalah karyanya yang paling monumental yang menuai pujian

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN METAFORA, SIMILE, DAN PERSONIFIKASI DALAM NOVEL THE KITE RUNNER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS

TEKNIK PENERJEMAHAN METAFORA, SIMILE, DAN PERSONIFIKASI DALAM NOVEL THE KITE RUNNER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS 1 TEKNIK PENERJEMAHAN METAFORA, SIMILE, DAN PERSONIFIKASI DALAM NOVEL THE KITE RUNNER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN REPORTING VERB DALAM BUKU CERITA ANAK THE GUM TREE VALLEY STORIES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA TESIS

ANALISIS TERJEMAHAN REPORTING VERB DALAM BUKU CERITA ANAK THE GUM TREE VALLEY STORIES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA TESIS ANALISIS TERJEMAHAN REPORTING VERB DALAM BUKU CERITA ANAK THE GUM TREE VALLEY STORIES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGANDUNG TUTURAN BERJANJI DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL A FAREWELL TO ARMS KARYA ERNEST HEMINGWAY TESIS

PERBANDINGAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGANDUNG TUTURAN BERJANJI DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL A FAREWELL TO ARMS KARYA ERNEST HEMINGWAY TESIS PERBANDINGAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGANDUNG TUTURAN BERJANJI DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL A FAREWELL TO ARMS KARYA ERNEST HEMINGWAY TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I

TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I ANALISIS IMPERATIVE SENTENCES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Penerjemahan

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ANALISIS STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR PERMINTAAN (REQUEST) DALAM NOVEL BREAKING DAWN DAN TERJEMAHANNYA AWAL YANG BARU (Kajian Terjemahan Dengan Pendekatan Teori Pragmatik) TESIS Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Umi Dwi Lestari PERNYATAAN NIM : S131108011 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul Analisis Terjemahan Hubungan Konjungtif (HK): Bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan 282 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan menyajikan keseluruhan hasil penelitian ini, yakni maksim prinsip kerjasama (cooperative principles) dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY Desi Zauhana Arifin, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Program PASCASARJANA UNS dezauhana@gmail.com

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KAJIAN TERJEMAHAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM NOVEL EAT PRAY LOVE (Kajian Terjemahan Dengan Pendekatan Pragmatik) Zulia Karini, S.S, M.Hum STMIK AMIKOM Purwokerto Jl Letjend Pol. Sumarto Watumas Purwokerto

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN STRUKTUR DAN POLA PENGEMBANGAN TEMA PADA ARTIKEL FLEEING TERROR, FINDING REFUGE KE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN STRUKTUR DAN POLA PENGEMBANGAN TEMA PADA ARTIKEL FLEEING TERROR, FINDING REFUGE KE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS KAJIAN TERJEMAHAN STRUKTUR DAN POLA PENGEMBANGAN TEMA PADA ARTIKEL FLEEING TERROR, FINDING REFUGE KE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR DAN DAYA PRAGMATIK DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS7 TESIS

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR DAN DAYA PRAGMATIK DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS7 TESIS PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR DAN DAYA PRAGMATIK DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS7 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik

Lebih terperinci

Tesis. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan

Tesis. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN MAJAS HIPERBOLA DALAM NOVEL THE LORD OF THE RINGS: THE TWO TOWERS DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Stilistika) Tesis Disusun

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFITY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFITY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFITY SHADES OF GREY TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat utama

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TABU DALAM FILM BERJUDUL THE HURT LOCKER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TABU DALAM FILM BERJUDUL THE HURT LOCKER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TABU DALAM FILM BERJUDUL THE HURT LOCKER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Jenjang Magister Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN HUMOR DALAM ACARA KOMEDI TELEVISI SKETSA TAWA. (Sebuah Tinjauan Pragmatik)

ANALISIS TUTURAN HUMOR DALAM ACARA KOMEDI TELEVISI SKETSA TAWA. (Sebuah Tinjauan Pragmatik) ANALISIS TUTURAN HUMOR DALAM ACARA KOMEDI TELEVISI SKETSA TAWA (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Oleh: WARSINI K1209071 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN KLAUSA KOMPLEKS DALAM CERITA PENDEK THE SNOW OF KILIMANJARO DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN TESIS

ANALISIS TERJEMAHAN KLAUSA KOMPLEKS DALAM CERITA PENDEK THE SNOW OF KILIMANJARO DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN TESIS ANALISIS TERJEMAHAN KLAUSA KOMPLEKS DALAM CERITA PENDEK THE SNOW OF KILIMANJARO DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik) TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Istilah Budaya Dalam Film Percy Jackson And The Olympians The Lightning Thief.

Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Istilah Budaya Dalam Film Percy Jackson And The Olympians The Lightning Thief. Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Istilah Budaya Dalam Film Percy Jackson And The Olympians The Lightning Thief. TESIS Di susun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN PRINSIP KERJASAMA DALAM PROSES JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL SURAKARTA

TINDAK TUTUR DAN PRINSIP KERJASAMA DALAM PROSES JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL SURAKARTA TINDAK TUTUR DAN PRINSIP KERJASAMA DALAM PROSES JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL SURAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN TOKOH TINKER BELL DALAM FILM TINKER BELL AND THE LOST TREASURE DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

ANALISIS TUTURAN TOKOH TINKER BELL DALAM FILM TINKER BELL AND THE LOST TREASURE DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA ANALISIS TUTURAN TOKOH TINKER BELL DALAM FILM TINKER BELL AND THE LOST TREASURE DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR SERI PADA ANAK AUTIS DI SLB A-C DHARMAWANITA SIDOARJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR SERI PADA ANAK AUTIS DI SLB A-C DHARMAWANITA SIDOARJO PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR SERI PADA ANAK AUTIS DI SLB A-C DHARMAWANITA SIDOARJO Oleh : TOMY YUSUF K5109050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif kualitatif dan merupakan studi kasus terpancang. Disebut sebagai penelitian kualitatif

Lebih terperinci

TERJEMAHAN EKSPRESI PERMINTAAN (REQUEST EXPRESSION) DALAM PERCAKAPAN FILM THE LAST SONG. Oleh: Sumardiono FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta

TERJEMAHAN EKSPRESI PERMINTAAN (REQUEST EXPRESSION) DALAM PERCAKAPAN FILM THE LAST SONG. Oleh: Sumardiono FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta TERJEMAHAN EKSPRESI PERMINTAAN (REQUEST EXPRESSION) DALAM PERCAKAPAN FILM THE LAST SONG Oleh: Sumardiono FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta Abstract: This research aims at how request expressions

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

TERJEMAHAN TURN YANG MENGAKOMODASI FLOUTING MAKSIM PRINSIP KERJASAMA DALAM NOVEL THE CAIRO AFFAIR KARYA OLEN STEINHAUER TESIS

TERJEMAHAN TURN YANG MENGAKOMODASI FLOUTING MAKSIM PRINSIP KERJASAMA DALAM NOVEL THE CAIRO AFFAIR KARYA OLEN STEINHAUER TESIS TERJEMAHAN TURN YANG MENGAKOMODASI FLOUTING MAKSIM PRINSIP KERJASAMA DALAM NOVEL THE CAIRO AFFAIR KARYA OLEN STEINHAUER (Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Pragmatik) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR TEKS DAN KOHESI DONGENG ANAK BERBAHASA INGGRIS DREAMLETS KARYA ARLEEN A. DAN EorG

ANALISIS STRUKTUR TEKS DAN KOHESI DONGENG ANAK BERBAHASA INGGRIS DREAMLETS KARYA ARLEEN A. DAN EorG ANALISIS STRUKTUR TEKS DAN KOHESI DONGENG ANAK BERBAHASA INGGRIS DREAMLETS KARYA ARLEEN A. DAN EorG TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik

Lebih terperinci

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH Cipto Wardoyo UIN Sunan Gunung Djati Bandung cipto_w@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN SIMILE DALAM NOVEL ANGELS & DEMONS KE DALAM MALAIKAT & IBLIS (Pendekatan Stilistika) TESIS

ANALISIS TERJEMAHAN SIMILE DALAM NOVEL ANGELS & DEMONS KE DALAM MALAIKAT & IBLIS (Pendekatan Stilistika) TESIS ANALISIS TERJEMAHAN SIMILE DALAM NOVEL ANGELS & DEMONS KE DALAM MALAIKAT & IBLIS (Pendekatan Stilistika) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat

Lebih terperinci

Kajian Pragmatik pada Penerjemahan TESIS

Kajian Pragmatik pada Penerjemahan TESIS PERBANDINGAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA SUBTITLE FILM KATEGORI REMAJA THE AVENGERS DAN FILM KATEGORI DEWASA THE DEPARTED Kajian Pragmatik pada Penerjemahan TESIS Disusun

Lebih terperinci

KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE TANO PARSIRANGAN TESIS. Oleh MARINA WINDA PUSPITA SIHOMBING /LNG

KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE TANO PARSIRANGAN TESIS. Oleh MARINA WINDA PUSPITA SIHOMBING /LNG KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE TANO PARSIRANGAN TESIS Oleh MARINA WINDA PUSPITA SIHOMBING 127009006/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KEGAGALAN PRAGMATIK DALAM SUBTITLE

Lebih terperinci

DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : Wisnu Suharto Catur Wijaya K1212074 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DALAM NOVEL KITE RUNNER KE DALAM BAHASA INDONESIA: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK

ANALISIS TERJEMAHAN TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DALAM NOVEL KITE RUNNER KE DALAM BAHASA INDONESIA: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK ANALISIS TERJEMAHAN TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DALAM NOVEL KITE RUNNER KE DALAM BAHASA INDONESIA: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Ichwan Suyudi (Universitas Gunadarma) ichwan@staff.gunadarma.ac.id Agung Prasetyo

Lebih terperinci

ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh MARIATI NIM 120388201091 JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Erly Haniyati Nisak NIM 100210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TGB B SMK NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik)

KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik) KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS EKSPLISITASI MANASUKA DALAM BUKU DONGENG TERJEMAHAN BERJUDUL KISAH-KISAH PENGANTAR TIDUR PUTRI

ANALISIS EKSPLISITASI MANASUKA DALAM BUKU DONGENG TERJEMAHAN BERJUDUL KISAH-KISAH PENGANTAR TIDUR PUTRI ANALISIS EKSPLISITASI MANASUKA DALAM BUKU DONGENG TERJEMAHAN BERJUDUL KISAH-KISAH PENGANTAR TIDUR PUTRI DISNEY DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPETENSI TERJEMAHAN TIGA UNIT LINGUISTIK PADA

ANALISIS KOMPETENSI TERJEMAHAN TIGA UNIT LINGUISTIK PADA ANALISIS KOMPETENSI TERJEMAHAN lain TIGA yang UNIT terealisasikan LINGUISTIK lewat PADAstruktur MAHASISWA SEMESTER 4 PENDIDIKAN BAHASA permukaan INGGRIS atau surface FKIP structure. UNISRI 2015 Penerjemah

Lebih terperinci

TERJEMAHAN UJARAN YANG MEMUAT MAKNA IMPLIKATUR DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA

TERJEMAHAN UJARAN YANG MEMUAT MAKNA IMPLIKATUR DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA TERJEMAHAN UJARAN YANG MEMUAT MAKNA IMPLIKATUR DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA Ni Luh Putu Setiarini Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Gunadarma niluhputu_s@staff.gunadarma.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR ILOKUSI KALIMAT TANYA PADA KOMIK LAND OF BLACK GOLD DAN NEGERI EMAS HITAM

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR ILOKUSI KALIMAT TANYA PADA KOMIK LAND OF BLACK GOLD DAN NEGERI EMAS HITAM ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR ILOKUSI KALIMAT TANYA PADA KOMIK LAND OF BLACK GOLD DAN NEGERI EMAS HITAM (Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Pragmatik) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN BUKU BIOLOGY FOR JUNIOR HIGH SCHOOL BILINGUAL: BAHASA INGGRIS INDONESIA TESIS. Oleh

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN BUKU BIOLOGY FOR JUNIOR HIGH SCHOOL BILINGUAL: BAHASA INGGRIS INDONESIA TESIS. Oleh TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN BUKU BIOLOGY FOR JUNIOR HIGH SCHOOL BILINGUAL: BAHASA INGGRIS INDONESIA TESIS Oleh NASIR BINTANG 127009030/LNG 117009008/LN TESIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

Oleh : EKY DAYANTI LINDA PERMADANI K

Oleh : EKY DAYANTI LINDA PERMADANI K HALAMAN JUDUL SKRIPSI PENINGKATAN PERILAKU SOPAN SANTUN ANAK MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN PRINGKUKU TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh : EKY DAYANTI LINDA PERMADANI K8111025

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN IMPLIKATUR DALAM KAMPANYE PILKADA KABUPATEN SRAGEN DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA

TINDAK TUTUR DAN IMPLIKATUR DALAM KAMPANYE PILKADA KABUPATEN SRAGEN DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA TINDAK TUTUR DAN IMPLIKATUR DALAM KAMPANYE PILKADA KABUPATEN SRAGEN DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA SKRIPSI Oleh: GILANG SURYA BUANA K1212032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

PRONOMINA PERSONA YOU PADA NOVEL THE DA VINCI CODE KARYA DAN BROWN DAN TERJEMAHANNYA : SATU KAJIAN SINTAKTIS SEMANTIS SKRIPSI

PRONOMINA PERSONA YOU PADA NOVEL THE DA VINCI CODE KARYA DAN BROWN DAN TERJEMAHANNYA : SATU KAJIAN SINTAKTIS SEMANTIS SKRIPSI PRONOMINA PERSONA YOU PADA NOVEL THE DA VINCI CODE KARYA DAN BROWN DAN TERJEMAHANNYA : SATU KAJIAN SINTAKTIS SEMANTIS SKRIPSI diajukan untuk memenuhi Ujian Sarjana pada Program Studi Bahasa Inggris Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan serta penilaian kualitas terjemahan,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA PENDEK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB-ABC PUTRA MANUNGGAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TTW (THINK, TALK, WRITE) PADA MATERI OPTIK UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MB SMK NEGERI 2 KARANGANYAR Skripsi Oleh: Uly Azmi

Lebih terperinci

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. : K Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan / Pendidikan Luar Biasa

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. : K Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan / Pendidikan Luar Biasa PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Nova Ariani NIM : K5109036 Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan / Pendidikan Luar Biasa menyatakan bahwa skripsi saya berjudul

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY SKRIPSI

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY SKRIPSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE Paramita Widya Hapsari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia paramitawh10@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN PRODUK MINUMAN DI TELEVISI SKRIPSI Oleh Siska Dwi Esti NIM 100110201069 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2014 ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA Dewi Nurmala 1, Alfitriana Purba 2 1,2 Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan Jl. Garu II No. 93 Medan Sumatera Utara email:

Lebih terperinci

PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI. Oleh. Decca Ayu Wulan A NIM

PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI. Oleh. Decca Ayu Wulan A NIM PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI Oleh Decca Ayu Wulan A NIM 070210402108 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Alfataini NIM

SKRIPSI. Oleh: Alfataini NIM Peningkatan Keterampilan Dan Pemahaman Siswa Kelas X AK-1 Melalui Penggunaan Media Aplikasi Komputer Akuntansi Program 3S Accounting ( Studi Kasus Pada SMK Kartini Jember Semester Genap Tahun 2012/2013

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

PENGARUH ANTESEDEN KEPUASAN DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS KONSUMEN (STUDI KASUS PADA PT. ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG SOLO)

PENGARUH ANTESEDEN KEPUASAN DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS KONSUMEN (STUDI KASUS PADA PT. ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG SOLO) PENGARUH ANTESEDEN KEPUASAN DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS KONSUMEN (STUDI KASUS PADA PT. ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG SOLO) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENERAPAN READING WORKSHOP

PENERAPAN READING WORKSHOP PENERAPAN READING WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULSARI I NO. 72 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : FAIQOH DAMAYANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

SATRIYA ADI ANDRIYANI K

SATRIYA ADI ANDRIYANI K ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KUMPULAN CERPEN SAMPAH BULAN DESEMBER KARYA HAMSAD RANGKUTI SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SKRIPSI Oleh: SATRIYA ADI ANDRIYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci