HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA MERANTAU YANG TINGGAL DI TEMPAT KOST Sitta Yuhana Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Ab

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA MERANTAU YANG TINGGAL DI TEMPAT KOST Sitta Yuhana Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Ab"

Transkripsi

1 SELF DISCLOSURE OF RELATIONSHIPS WITH LONELY AT THE STUDENTS STAY IN PLACE WANDER KOST Sitta Yuhana Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University Keywords: Self-Disclosure, Loneliness, Overseas Students ABSTRACT Most students living in the boarding house with the consideration that the proximity of shelter with the campus became the main reason. Living in a boarding house to make their relationship with family and friends and more distant, it can trigger a sense of loneliness. It required a new relationship in which open themselves needed in the process of establishing a more intimate relationship. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between self-disclosure with the students wander lonely living in a boarding place. The results showed that there is a negative significance between self-disclosure to loneliness in overseas students living in a boarding place. Also known R square of 0.211, which means self-disclosure contributes by 21.1% relative to the lonely. In addition, subjects in this study have averaged self-disclosure of the loneliness that is rated below average. 1

2 HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA MERANTAU YANG TINGGAL DI TEMPAT KOST Sitta Yuhana Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Sebagian besar mahasiswa tinggal di tempat kost dengan pertimbangan bahwa kedekatan tempat bernaung dengan kampus menjadi alasan utama. Tinggal di tempat kost membuat hubungan mereka dengan keluarga dan teman lama semakin jauh, hal tersebut dapat memicu rasa kesepian. Untuk itu diperlukan hubungan baru dimana kerterbukaan diri diperlukan dalam proses menjalin hubungan yang lebih akrab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara keterbukaan diri dengan kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat signifikansi negatif antara keterbukaan diri dengan kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost. Juga diketahui R square sebesar 0,211 yang berarti keterbukaan diri memberi sumbangan relatif sebesar 21,1% terhadap kesepian. Selain itu, subjek dalam penelitian ini memiliki keterbukaan diri dirata-rata atas dengan kesepian yang tergolong rata-rata bawah. Kata Kunci : Keterbukaan Diri, Kesepian, Mahasiswa Merantau Pengantar Bagi sebagian besar mahasiswa, memasuki perguruan tinggi berarti juga harus berpindah tempat dari tinggal bersama orang tua, menjadi tinggal bersama dengan orang lain, entah itu kost, kontrakan atau tinggal bersama saudara. Mencari teman yang cocok bukanlah hal yang mudah. Apalagi biasanya teman-teman kuliah maupun di tempat sekitar tinggal biasanya juga berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Gagal mendapatkan teman yang sesuai bisa berakibat timbulnya perasaan kesepian (Siswanto, 2007). Erikson, Freud & Sullivan (dalam Peplau & Perlman, 1982) mengungkapkan bahwa umumnya remaja dan dewasa awal merupakan tahapan transisi yang sulit. Salah satu aspek penting dari transisi menuju dewasa adalah membentuk hubungan sosial orang dewasa. Pemuda menghadapi sejumlah besar transisi sosial, seperti meninggalkan rumah, hidup mandiri, memasuki 2

3 perguruan tinggi atau menerima pekerjaan, yang kesemuanya itu menimbulkan kesepian (Sears, Freedman & Peplau, 1994). Baron dan Byrne (1997) mengemukakan bahwa kesepian merupakan keadaan emosional yang berdasarkan dari keinginan untuk memiliki hubungan interpersonal yang dekat tetapi tidak bisa mendapatkannya. Kesepian menunjuk pada kegelisahan subjektif yang kita rasakan pada saat hubungan sosial kita kehilangan ciri-ciri pentingnya. Hilangnya ciriciri tersebut bisa bersifat kuantitatif, yaitu mungkin tidak mempunyai teman, atau hanya mempunyai sedikit teman. Tetapi kekurangan itu dapat juga bersifat kulitatif, yaitu kita mungkin merasa hubungan kita dangkal, atau kurang memuaskan dibandingkan apa yang kita harapkan. Jones (dalam Peplau dan Perlman, 1982) menyebutkan bahwa orang yang kesepian pada umumnya menunjukkan pola pengungkapan diri yang tertutup atau kurang intim. Menurut Darlega dan Grzelak (dalam Peplau dan Perlman, 1982) timbulnya keintiman bergantung dari keterbukaan diri. Pearson (1983) menjelaskan bahwa terdapat beberapa keuntungan yang didapat secara langsung dari keterbukaan diri, keuntungan tersebut antara lain adalah seseorang akan lebih dapat memahami dan menerima dirinya sendiri, juga lebih dapat menerima dan memahami orang lain sehingga dapat mengembangkan hubungan yang lebih mendalam dan berarti. Jones (dalam Peplau & Perlman, 1982) mengatakan bahwa diantara siswa perguruan tinggi, kesepian berhubungan dengan tanda umum dari keterampilan sosial dan fungsi sosial termasuk kecenderungan berafiliasi dan sosialisasi serta kurang intimnya keterbukaan diri. Keterbukaan diri merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam interaksi sosial. Individu yang terampil melakukan keterbukaan diri mempunyai ciri-ciri yakni memiliki rasa tertarik kepada orang lain daripada mereka yang kurang terbuka, percaya diri sendiri, dan percaya pada orang lain (Taylor & Belgrave, 1986; Johnson, 1990). Menurut Miyer (dalam Sears, Freedman & Peplau, 1994) keterbukaan diri sangat menguntungkan bagi dua orang yang melakukan hubungan keakraban, seperti antar teman, kenalan, keluarga atau saudara lain. Hubungan yang akrab akan menumbuhkan rasa kasih sayang, dan kepercayaan antar individu. Namun Sears, Freedman dan Peplau (1994) mengatakan bila seseorang merasa kehilangan hubungan yang dekat, kurang adanya perhatian satu dengan yang lain, meskipun ia berinteraksi dengan orang banyak, dia akan merasa kesepian. Penelitian yang dilakukan oleh Solano, Batten dan Parish (dalam Sears, Freedman & Peplau, 1994) menyatakan bahwa mahasiswa yang kesepian biasanya memiliki pola pengungkapan diri yang tidak wajar, mencurahkan isi hati kepada seseorang yang baru saja dikenal atau mengungkapkan hal yang luar biasa sedikit tentang dirinya sendiri. Para 3

4 peneliti menyatakan bahwa tingkat pengungkapan yang tidak tepat ini bisa mengganggu pengembangan hubungan yang akrab. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada hubungan antara keterbukaan diri dengan kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost. Hubungannya berarah negative, dimana jika keterbukaan diri pada mahasiswa tinggi maka kesepian yang dialaminya menurun. Sebaliknya, jika keterbukaan dirinya rendah maka ia mengalami kesepian yang tinggi. Dasar Teori 1. Pengertian Keterbukaan diri Morton (dalam Sears, Freedman & Peplau, 1994) menyebutkan, keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Keterbukaan diri sendiri dapat bersifat deskriptif maupun evaluatif. Dalam keterbukaan diri deskriptif, seseorang melukiskan berbagai fakta mengenai dirinya yang mungkin belum diketahui oleh pendengar (misalnya tentang pekerjaan, tempat tinggalnya, partai yang ia dukung pada pemilihan umum baru-baru ini, dan sebagainya). Sedangkan dalam keterbukaan diri evaluatif, seseorang mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi (misalnya kecemasan karena terlalu gemuk, tidak suka bangun pagi dan lain sebagainya). Selain itu Pearson (1983) mengartikan keterbukaan diri sebagai komunikasi dimana seseorang dengan sukarela dan sengaja memberitahukan orang lain mengenai dirinya secara akurat, yang tidak dapat orang lain dapatkan atau ketahui dari pihak lain. Jika seseorang secara terpaksa memberitahukan dirinya secara detail kepada orang lain, maka hal ini tidak dapat dianggap sebagai keterbukaan diri karena yang termasuk keterbukaan diri adalah setiap informasi yang ditentukan oleh seseorang untuk dibagi kepada orang lain secara sukarela. Selain itu, keterbukaan diri adalah kesengajaan dan bukan kebetulan. Yang berarti, keterbukaan diri termasuk pernyataan yang disengaja yang dipilih untuk diberitahukan kepada orang lain. Keterbukaan diri juga merupakan keakuratan informasi mengenai dirinya sendiri. Selanjutnya, definisi keterbukaan diri yang dijelaskan oleh Pearson (1983) tidak termasuk informasi yang tidak jujur seperti kebohongan mengenai diri sendiri, bermaksud untuk menyembunyikan diri yang sebenarnya, atau informasi yang menyimpang dari dirinya agar terlihat baik. 4

5 Derlega (1993) mendefinisikan keterbukaan diri sebagai sesuatu yang individu ungkapkan secara verbal mengenai diri sendiri kepada orang lain, termasuk pikiran, perasaan dan pengalaman. Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi informasi secara verbal mengenai diri sendiri baik perasaan, pikiran dan pengalaman yang diberitahukan kepada orang lain serta dilakukan secara akurat, sengaja dan sukarela. Menurut Pearson (1983) keterbukaan diri memiliki beberapa dimensi, yaitu a. Jumlah (Amount) Keterbukaan diri dapat diuji dengan jumlah total seberapa banyak seseorang terbuka. Setiap orang tidak terbuka dalam jumlah informasi yang sama tentang dirinya. Ada orang yang sama sekali tidak terbuka mengenai dirinya dan ada orang lain yang memberitahukan semua pengalaman masa lalunya, keadaannya yang sekarang dan tujuan masa depannya. Literatur mengenai keterbukaan diri tidak menyediakan jawaban yang menentukan mengenai jumlah keterbukaan diri yang diharapkan; sebagai gantinya, penelitian sebelumnya menyarankan bahwa keterbukaan diri haruslah berbalasan (reciprocal). Ketika seseorang berbicara dengan orang yang banyak berbicara mengenai dirinya, orang tersebut juga akan merasa bebas untuk terbuka mengenai dirinya. Sebaliknya jika lawan bicara merasa enggan untuk membagi informasi mengenai dirinya maka kita juga akan berhati-hati dalam berbicara. Secara umum, jika keterbukaan diri seseorang meningkat, begitu juga dengan keterbukaan diri lawan bicaranya. Pola yang berbalasan ini akan muncul secara stabil dan dapat terbangun dalam interaksi selama lima menit pertama. b. Positive/Negative Nature Keterbukaan diri bermacam-macam sifatnya ada yang positif atau negatif. Sifat yang positif meliputi pernyataan mengenai diri sendiri yang dapat dikategorikan sebagai pujian. Sifat yang negatif adalah pernyataan yang secara kritis mengevaluasi mengenai diri sendiri. Salah satu contoh dari sifat positif keterbukaan diri adalah saya merasa senang berat badan saya turun tiga kilo selama seminggu sementara contoh dari sifat negatif keterbukaan diri adalah saya berharap saya memiliki kekuatan yang lebih - karena saya belum berhasil melakukan diet, namun tidaklah selalu mudah untuk mengkategorikan keterbukaan diri sebagai positif atau negatif. 5

6 Keterbukaan diri yang negatif itu sendiri jika dilakukan secara ekstrim dapat memberikan masalah bagi orang lain. c. Kedalaman Keterbukaan diri bisa dalam atau dangkal. Membicarakan mengenai aspek diri sendiri dimana hal tersebut adalah unik dan menyebabkan diri menjadi lebih transparan termasuk mengenai tujuan yang spesifik dalam hidup dan keintiman yang dirasakan dalam hidup, adalah keterbukaan diri yang dalam. Sedangkan, keterbukaan diri yang dangkal termasuk pernyataan mengenai diri sendiri yang hanya menunjukkan permukaan saja dan tidak intim (seperti makanan kesukaan, dan lain sebagainya). d. Waktu Keterbukaan diri juga dapat diuji kaitannya dengan waktu yang terjadi dalam suatu hubungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan diri yang baik terjadi dengan orang asing dan pada awal langkah hubungan, lebih sedikit terjadi pada pertengahan hubungan, dan keterbukaan diri meningkat pada waktu hubungan tersebut juga meningkat. e. Lawan Bicara Orang yang menjadi target keterbukaan diri adalah orang yang kepada siapa seseorang ingin membuka diri. Seperti terbuka pada pasangan ketika menikah, pada orang yang menjadi teman kencan, atau teman yang berjenis kelamin sama. Orang yang kepada siapa seseorang ingin membuka diri adalah penting dan dimensi akhir yang harus dilihat. Terdapat empat kategori orang yang dapat menjadi lawan bicara yaitu 1) teman akrab yang sangat memperhatikan dan berhubungan dengannya, 2) orang yang jarang berhubungan dengannya namun memiliki hubungan yang sedang berjalan, seperti memiliki tugas bersama, atau membicarakan topik yang sedang didiskusikan, 3) pendengar yang sama sekali tidak memiliki hubungan, dan terjadi keterbukaan diri karena baru berkenalan, 4) terakhir, adalah orang lain yang tidak berhubungan sama sekali dan menerima keterbukaan seseorang tanpa adanya permohonan yang dibuat. 2. Pengertian Kesepian Kesepian menurut Deux, dkk (1993) didefinisikan sebagai suatu pengalaman subjektif yang tergantung bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa. Adakalanya seseorang mengalami kesepian meskipun seorang diri. 6

7 Sedangkan menurut Bruno (2000), kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang negatif ditandai terutama oleh adanya perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain. Selain itu, kesepian dapat diartikan sebagai bertambahnya ketidaktenangan pengalaman yang berhubungan dengan tidak tepatnya pelampiasan untuk berhubungan dengan sesama manusia untuk berhubungan perorangan (Sullivan dalam Peplau & Perlman, 1982). Kesepian tidak disebabkan sendirian tetapi disebabkan oleh keadaan tanpa kepastian akan hubungan persahabatan. Kesepian datang sebagai akibat dari ketiadaan suatu jenis hubungan, atau lebih tepatnya yang bersifat khusus (Weiss dalam Peplau & Perlman, 1982). Kesepian juga ketidaksesuaian pengalaman antara jenis hubungan yang sedang dialami seseorang pada saat itu, dan jenis hubungan yang ingin didapatkan, dipengaruhi juga oleh pengalaman masa lampau atau suatu tahap ideal yang belum pernah dialami sebelumnya (Sermat dalam Peplau & Perlman, 1982). Peplau dan Perlman (1982) mengemukakan bahwa kesepian merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, yang terjadi saat hubungan sosial seseorang menurun dalam beberapa hal yang penting, baik itu dalam kuantitas ataupun kualitas. Definisi lain tentang kesepian diungkap pula oleh Gordon (dalam Peplau & Perlman, 1982), bahwa kesepian merupakan perasaan tidak enak yang disebabkan oleh kekosongan akan suatu hubungan, rasa seolah ada yang kurang. Dan sejak timbul harapan untuk mengisi kekosongan, kesepian dapat disebut juga sebagai kebutuhan akan suatu hubungan khusus yang terpenuhi. Baron dan Byrne (1997) mengemukakan bahwa kesepian merupakan keadaan emosional yang berdasarkan dari keinginan untuk memiliki hubungan interpersonal yang dekat tetapi tidak bisa mendapatkannya. Berdasarkan dari berbagai definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesepian adalah suatu pengalaman subjektif, keadaan mental dan emosional yang negatif, perasaan tidak enak yang disebabkan oleh kekosongan akan suatu hubungan serta hubungan sosial yang menurun dalam beberapa hal yang penting, baik itu dalam kuantitas ataupun kualitas. Peplau dan Perlman (1982) menggolongkan manifestasi pengalaman kesepian ke dalam lima aspek, yaitu afektif, motivasional, kognitif, tingkah laku, serta aspek medis-sosial. Kelima aspek manifestasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 7

8 a. Manifestasi Afektif Kesepian diasosiasikan dengan emosi-emosi negatif seperti tertekan, sedih, cemas, tidak bahagia dan tidak puas. Berdasarkan suatu studi Russel, Peplau dan Ferguson (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengemukakan bahwa mahasiswa yang kesepian cenderung mudah marah, merasa canggung, merasa hampa dan terasing. b. Manifestasi Motivasional Kesepian diyakini dapat menurunkan motivasi seseorang. Sebuah studi oleh Perlman (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengemukakan bahwa orang yang kesepian cenderung memiliki pernyataan-pernyataan yang apatis dan pesimistis. Lebih lanjut Peplau dan Perlman (1982) mengemukankan bahwa kesepian bisa memiliki efek yang berbeda sesuai dengan perpektif waktu. Kesepian sesaat dapat menjadi pendorong motivasi, sedangkan kesepian yang berlangsung lama bisa membuat seseorang frustasi. c. Manifestasi Kognitif Beberapa bukti menunjukkan bahwa orang yang kesepian lebih sulit berkonsentrasi atau memfokuskan perhatiannya secara afektif (Perlman dalam Peplau dan Perlman, 1982). Mereka yang kesepian juga cenderung terfokus atau sangat memperhatikan segala detail keadaan dirinya sendiri (self-focused) serta sangat berhati-hati dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang kesepian umumnya kurang percaya terhadap orang lain, mengevaluasi diri sendiri secara negatif, menganggap orang lain juga menilai dirinya secara negatif, cenderung menyalahkan dirinya sendiri serta cenderung bersikap sinis terhadap orang lain maupun dunia secara umum. d. Manifestasi Tingkah Laku Orang yang kesepian pada umumnya menunjukkan pola pengungkapan diri (self disclosure) yang tertutup atau kurang intim, memiliki kecenderungan berteman yang rendah dan kurang mampu mengekspresikan afeksi dan keterlibatan diri dengan orang lain. Selain itu tingkah laku orang yang kesepian sering kali merefleksikan fokus pada diri yang tinggi dibandingkan mereka yang tidak kesepian. Hal ini misalnya nampak dari perilakunya yang sedikit mengajukan pertanyaan ketika berkomunikasi dengan orang lain (Jones dalam Peplau dan Perlman, 1982). Peplau dan Perlman (1982) mengatakan bahwa orang yang kesepian biasanya lebih pemalu, menarik diri, enggan mengambil resiko dalam situasi-situasi sosial dan kurang asertif dalam berinterakasi dengan orang lain. 8

9 Mereka cenderung menghabiskan waktu dalam aktivitas soliter, memiliki sedikit pasangan untuk kencan dan hanya memiliki kenalan atau teman biasa dari pada sahabat dekat (Bell dalam Baron dan Byrne, 1996). e. Manifestasi Medis Sosial Beberapa bukti menunjukkan kesepian bisa dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan (Brenna dan Auslander dalam Peplau dan Perlman, 1982) antara lain, mereka yang kesepian menunjukkan beberapa gejala gangguan fisik seperti gangguan pola makan, pola tidur, sakit kepala atau mual-mual. Lynch (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengemukakan pula bahwa orang yang kesepian pada umumnya rapuh terhadap penyakit-penyakit fisik dan sering menggunakan berbagai layanan kesehatan secara berlebihan. Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah adalah mahasiswa tingkat pertama yang menyewa tempat hunian kost. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling nonprobabilitas yaitu sampling purposive (bertujuan) dimana terdapat penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel yang representatif dengan cara meliputi kelompokkelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya (Kerlinger, 1986). Deskripsi subjek dilakukan dengan membagi subjek yang berjumlah 60 orang menjadi beberapa kelompok berdasarkan usia, jenis kelamin, dan lamanya tinggal. Pada kelompok ini dibagi-bagi lagi berdasarkan sub-sub bagiannya. Pada deskripsi subjek berdasarkan usia terdiri dari tahun, tahun, lebih dari 21 tahun. Sedangkan pada deskripsi jenis kelamin terdiri dari pria dan wanita. Kemudian lamanya tinggal terdiri dari 1-4 bulan, 5-8 bulan, dan lebih dari 9 bulan. 1) Usia Dalam penelitian ini terdapat penggolongan berdasarkan usia, yaitu dari 60 subjek yang diteliti, subjek berusia 17 sampai 18 tahun memiliki prosentase 56,67% (N=34) dan subjek berusia 19 sampai 20 tahun memiliki prosentase 38,33% (N=23). Sedangkan subjek berusia lebih dari 21 tahun memiliki prosentase 5% (N=3). 2) Jenis Kelamin Dalam penelitian ini terdapat penggolongan berdasarkan jenis kelamin, yaitu dari 60 subjek yang diteliti, subjek berjenis kelamin pria memiliki prosentase 37% (N=22) dan wanita memiliki prosentase 63% (N=38). 9

10 3) Lamanya Tinggal Dalam penelitian ini terdapat penggolongan berdasarkan lamanya tinggal subjek di tempat kost, yaitu dari 60 subjek yang tinggal selama 1 sampai 4 bulan memiliki prosentase 35% (N=21) dan subjek yang tinggal selama 5 sampai 8 bulan memiliki prosentase 45% (N=27). Sedangkan subjek yang tinggal selama lebih dari 9 bulan memiliki prosentase 20% (N=12). Metode penelitian Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah keterbukaan diri. Untuk mengukur tingkat keterbukaan diri seseorang digunakan alat ukur berupa skala keterbukaan diri yang berbentuk skala Likert dan disusun berdasarkan lima dimensi yang diungkapkan oleh Pearson (1983) yaitu jumlah (amount), positive/negative nature, kedalaman, lamanya waktu dan lawan bicara. Sedagkan variabel terikat (Y) adalah kesepian. Variabel ini akan diukur berdasarkan manifestasi pengalaman kesepian ke dalam lima aspek yang digolongkan oleh Peplau dan Perlman (1982) yaitu, afektif, motivasional, kognitif, tingkah laku dan medissosial. Pengujian validitas maupun reliabilitas, keduanya menggunakan bantuan program computer SPSS Ver 15.0 for windows. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan keterbukaan diri sebagai variabel bebas (X) dengan kesepian sebagai variabel terikat (Y). Dimana jika data kedua variabel dikatakan normal maka akan digunakan teknik anilis Product Moment dari Pearson. Namun jika data variabel tidak memenuhi syarat diatas, maka akan digunakan uji korelasi non parametrik dari Spearman rho. Hasil Penelitian Pengambilan data dilakukan pada tanggal 15 Maret 2010, kepada 61 orang subjek penelitian. Eksemplar disebar kepada mahasiswa tingkat satu di Universitas Gunadarma Kampus G. Dari 61 angket yang disebar kepada subjek penelitian, hanya 60 angket yang dapat dianalisis karena sisa lainnya tidak diisi dengan lengkap. Pada skala kesepian, dari 40 item yang dianalisis diperoleh 32 item yang valid, sementara 8 item lainnya dinyatakan gugur. Korelasi skor total pada item-item valid bergerak antara 0,288 sampai 0,654. uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0,879 berarti alat ukur tersebut dikatakan cukup tingkat 10

11 kepercayaannya. Sedangkan pada skala keterbukaan diri, dari item yang dianalisis diperoleh 25 item yang valid, sementara 15 item lainnya dinyatakan gugur. Korelasi skor total pada item-item valid bergerak antara 0,268 sampai 0,625. uji reliabilitas pada skala keterbukaan diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0,770 yang berarti alat ukur tersebut cukup sempurna tingkat kepercayaannya. Berdasarkan pengujian normalitas pada skala keterbukaan diri diperoleh signifikansi sebesar 0,200 pada Kolmogorov Smirnov (p > 0,05) dan Shapiro Wilk dengan signifikansi sebesar 0,412 (p > 0,05). Pengujian menunjukkan bahwa distribusi skor keterbukaan diri pada subjek penelitian yang telah diambil, normal. Sedangkan pada variabel kesepian hasil signifikan sebesar 0,000 pada Kolmogorov Smirnov (p < 0,05) dan Shapiro Wilk dengan signifikansi 0,003 (p < 0,05). Pengujian menunjukkan bahwa distribusi skor kesepian subjek penelitian yang telah diambil, tidak normal. Dari hasil pengujian regresi sederhana diperoleh nilai F sebesar 15,485 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hubungan variabelvariabel di atas linear. Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik uji korelasi Spearman rho, diperoleh koefisien korelasi sebesar -,425 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) diperoleh R square sebesar 0,211. Hal ini berarti terdapat korelasi keterbukaan diri secara signifikan terhadap kesepian dimana keterbukaan diri memberi sumbangan relatif sebesar 21,1% terhadap kesepian. Dari hasil tersebut terdapat hubungan negative antara keterbukaan diri dengan kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost, hal ini berarti semakin tinggi keterbukaan diri maka akan semakin rendah kesepian yang dirasakan, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada hubungan keterbukaan diri dengan kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost, diterima. Berdasarkan perhitungan pada skala kesepian dimana mean empirik memiliki skor sebesar 66,56 yang berada diantara MH SDH < x MH + SDH (64 < x 96). Hal ini berarti secara umum subjek penelitian memiliki keterbukaan diri yang rata-rata. Sedangkan berdasarkan perhitungan skor skala keterbukaan diri memiliki mean empirik sebesar 70,56 yang berada diantara MH SDH < x MH + SDH (49,9 < x 75,1). Hal ini berarti secara umum subjek penelitian memiliki keterbukaan diri yang rata-rata. 11

12 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan keterbukaan diri dengan kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman rho yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat hubungan arah negatif antara keterbukaan diri terhadap kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost dimana jika keterbukaan diri semakin tinggi maka akan diikuti dengan kesepian yang rendah, begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan keterbukaan diri berperan dalam mengembangkan suatu hubungan. Ketika seseorang membagi informasi mengenai dirinya, orang lain mendapatkan pemahaman dan penerimaan yang lebih baik terhadap dirinya dan perilaku yang dimunculkannya sehingga apapun yang dilakukannya orang lain dapat memiliki penjelasan terhadap perilakunya tersebut. Sebaliknya, ketika seseorang tidak mengetahui mengenai orang lain dengan baik, ketika orang lain tidak melakukan keterbukaan diri, dan ketika ia hanya memiliki sedikit pemahaman terhadap orang lain terkadang ia akan menyimpulkan orang lain itu secara dangkal dan tidak menarik. Keterbukaan diri dapat membantu seseorang untuk memahami dan menghargai kompleksitas orang lain (Pearson, 1983). Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa keterbukaan diri tergolong dalam rata-rata atas, ini disebabkan karena lamanya subjek tinggal di tempat kost. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pearson (1983) bahwa keterbukaan diri juga dapat diuji kaitannya dengan waktu yang terjadi dalam suatu hubungan. Durasi suatu hubungan mempengaruhi jumlah keterbukaan diri dan jenis keterbukaan diri yang muncul dengan tepat. Secara umum seseorang memulai dengan informasi yang tidak intim yang bersifat positif, netral, termasuk negatif. Mereka mengemukakan permulaan informasi dengan informasi negatif pada awalnya, diikuti dengan yang positif, kemudian netral. Menurut Darlega (1993) suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu, demikian halnya dengan keterbukaan diri. Gagasan awal mengenai pengaruh waktu ini adalah bahwa kedalaman dan keluasan pesan akan selalu terus berkembang dan tiada berakhir. Individu akan mengungkapkan dirinya seiring berjalannya waktu dan bahwa hubungan akan berkembang terus, jadi keterbukaan diri senantiasa terus meningkat. Kesepian yang termasuk rata-rata bawah ini disebabkan kerena keterbukaan diri subjek yang telah berkembang. Menurut Altman dan Taylor (dalam Peplau dan Perlman, 1982) perkembangan persahabatan didasari atas kualiatas keterbukaan diri seperti komunikasi antar individu dengan meningkatkan lebih banyak informasi intim satu sama lain. Sejalan dengan perkembangan suatu hubungan dari yang dangkal sampai menjadi hubungan akrab, orang 12

13 akan semakin berani mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi tentang dirinya. Hubungan juga akan berubah dari sempit menjadi semakin luas, sejalan dengan waktu topik pembicaraan semakin banyak, kegiatan yang diikuti bersama makin beragam. Keterbukaan diri memberi sumbangan relatif sebesar 21,1 % terhadap kesepian. Keterbukaan diri dapat mempengaruhi kesepian karena menurut Peplau dan Perlman (1982) kesepian merupakan refleksi dari kurangnya dari kondisi atau sesuatu, sedangkan penawar kesepian meliputi kontak dengan orang lain, kedekatan dengan orang lain, hubungan yang berarti dan intimasi. Jourard, Darlega dan Chaikin (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengatakan bahwa intimasi adalah keterbukaan diri. Menurut Pearson (1983) makin banyak kita berbagi informasi dengan orang lain, maka kita akan makin mengerti mereka. Sama halnya semakin kita terbuka, semakin orang lain mengerti kita. Terdapat tiga keuntungan yang didapat dari kemampuan untuk terbuka, yaitu kita dapat mengembangkan pemahaman dan penerimaan diri kita, kita dapat mengembangkan pemahaman dan penerimaan orang lain serta kita juga dapat mengembangkan lebih dalam hubungan yang berarti. Sehingga intimasi dapat terjadi dan dapat terhindar dari kesepian (Peplau dan Perlman, 1982). Sisanya dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti penyesuaian diri yang dilakukan subjek selama dua semester. Orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dengan cepat mampu mengelola dirinya menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Keberhasilan melakukan penyesuaian diri dalam menjalankan peranan sebagai mahasiswa akan mempengaruhi keberhasilan mereka selama menjalani studi maupun kehidupan selanjutnya (Siswanto, 2007). Mahasiswa memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengatasi kesepian Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan keterbukaan diri yang signifikan terhadap kesepian pada mahasiswa merantau yang tinggal di tempat kost. Hubungan tersebut bersifat negatif dimana jika keterbukaan diri dirasakan tinggi maka akan diikuti dengan kesepian yang rendah, begitu juga sebaliknya. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa subjek memiliki keterbukaan diri yang tergolong rata-rata atas dan kesepian yang berada pada rata-rata bawah. Disamping itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterbukaan diri memberikan sumbangan relatif sebesar 21,1% terhadap kesepian. Sisanya dapat dipengaruhi oleh faktor penyesuaian diri, harapan positif, kepribadian, optimisme, dan harga diri. 13

14 Referensi Baron, R. A. & Byrne, D. (1994). Social psychology: Understanding humani interaction. New York: Simon & Schucter Inc. Derlega, V. J. & Margulis S. T. (1993). Self disclosure. New Bury Park: Sage Publication inc. Johnson, W. David. (1990). Reaching out; Interpersonal effectivenss and self actualization. Printice Internasionalin Jersey. Kerlinger, F. N. (1986). Asas-asas penelitian behavioral (3 rd ed). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Pearson, J.C. (1983). Interpersonal communication: Clarity, confidence, concern. Illinois : Scott, Foresman and Company. Peplau, A. And Perlman, D. (1982). Loneliness: A source book of current theory, research and therapy. New york: John Wiley Interscience. Sears, D. O., Jonathan L. F., & Anne, L. P. (1994). Psikologi sosial. Jilid 1. Alih bahasa: Michael Adryanto, Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga. Siswanto. (2007). Kesehatan mental: Konsep, cakupan dan perkembangannya. Yogyakarta: C.V Andi Offset. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan pengumpulan data yang diawali dengan melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berpacaran merupakan hal yang lazim dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar

Lebih terperinci

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO) Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. biasa atau persahabatan yang terjalin dengan baik. Kecenderungan ini dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. biasa atau persahabatan yang terjalin dengan baik. Kecenderungan ini dialami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sosial memberikan gambaran kepada kita bagaimana sebuah hubungan akan muncul dan berkembang, baik itu sebuah hubungan pertemanan biasa atau persahabatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode penelitian korelasional digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel dan Hipotesis Penelitian 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1.Variabel Bebas Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat hubungan antar variable yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta Dini Amalia Ulfah 12512192 Dr. Intaglia Harsanti BAB 1: Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana individu mulai menyukai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan antara keterbukaan diri (X), dengan keakraban (Y). Maka dapat dinyatakan bahwa skema

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

Bab 3 Desain Penelitian

Bab 3 Desain Penelitian Bab 3 Desain Penelitian Bab ini akan menjabarkan variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), responden penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab III membahas mengenai lokasi, populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode Bab III METODE A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, langkah yang perlu peneliti lakukan adalah uji asumsi variabel penelitian. Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Peneliti menggunakan tryout dengan alasan bahwa dengan menggunakan tryout diharapkan item pada skala ini lebih valid dan reliable untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang kerap muncul dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

Lebih terperinci

Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan

Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan Oleh : Nurliah Dosen Pembimbing : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.Si BAB 1 Tugas perkembangan:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian menggunakan tekhnik korelasional. Penelitian ini bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional, yang ingin mengukur hubungan variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian. ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan. 1 Kesalahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian korelasional untuk mengetahui hubungan kecanduan bermain game online

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subyek penelitian atau populasi ini adalah Mahasiswa Semester 8 yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang dikumpulkan melalui instrumen angket adalah data untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang dikumpulkan melalui instrumen angket adalah data untuk 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Data yang dikumpulkan melalui instrumen angket adalah data untuk variabel X (Persepsi Siswa tentang Keterampilan Mengajar Guru PLP) yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu : yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu : yang akan dicapai. 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tmasan tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi

Lebih terperinci

Kata Kunci: loneliness, istri yang ditinggal meninggal suami

Kata Kunci: loneliness, istri yang ditinggal meninggal suami Abstrak Penelitian dilakukan untuk mengetahui derajat loneliness pada istri yang ditinggal meninggal suami dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang membuat individu lebih rentan terhadap loneliness. Penarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya

Lebih terperinci